BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pendirian PT. Surya Esa Perkasa (SEP), Tbk
Konsumsi gas alam atau gas bumi semakin lama semakin meningkat seiring
dengan semakin luasnya penggunaan gas alam sebagai sumber energi, baik
untuk bahan baku industri terutama untuk industri pupuk maupun untuk
kebutuhan energi rumah tangga. Penggunaan gas alam sebagai energi final di
Indonesia adalah ketiga terbesar setelah BBM dan batubara, lebih tinggi
dibanding listrik dan LPG. Didalam industri gas alam, terdapat beberapa
masalah dalam perkembangannya. Beberapa masalah terkait industri gas alam
adalah pasokan untuk kebutuhan dalam negeri yang terbatas. Akibatnya,
kelangsungan perkembangan industri di dalam negeri misalnya industri pupuk
sempat terganggu karena belum adanya jaminan pasokan gas.
Selain itu, sebagian gas alam dijual ke pasar luar negeri karena
pembentukan harga yang tidak sepenuhnya memakai prinsip pasar di dalam
negeri. Kondisi ini membuat ketidakpastian pasokan untuk industri dalam
negeri belum stabil. Dengan semakin besarnya desakan di dalam negeri untuk
dapat memanfaakan gas alam semaksimal mungkin untuk kebutuhan dalam negeri,
maka berbagai kebijakan baru telah dikeluarkan mengenai pemanfaatan
gas alam.
Untuk memenuhi kebutuhan LPG pada masyarakat luas, maka mulai didirikan
pabrik pengolahan gas alam pada tanggal 9 Mei 2006, yaitu PT. Surya Esa
Perkasa (SEP), Tbk. Diharapkan dengan didirikanya PT. Surya Esa Perkasa,
Tbk maka kebutuhan bahan baku industri dan energi dalam hal ini gas untuk
masyarakat akan terpenuhi sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lagi.
1.2. Sejarah Singkat
Kronologi Perubahan Legalitas Perusahaan :
Akta Pendirian Perusahaan
Nama Notaris : Hasbullah A. Rasyid, SH, MKn, di Jakarta
Nomor/ Tanggal : No. 7/ Tanggal 24 Maret 2006
Pengesahan DepHukHam : C – 13339 HT.01. 01. TH. 2006/Tanggal 9/5/2006
Akta Perubahan Terakhir
Nama Notaris : Buntario Tigris, SH, SE, M. H, di Jakarta
Nomor/ Tanggal : No. 103/ Tanggal 17 November 2006
Pengesahan DepHukHam :W7 – 0284 HT.01.01.TH.2006/Tanggal 25/11/2006
Mulai tanggal 1 Ferbuari 2012 PT. Surya Esa Perkasa, Tbk berubah sifat
menjadi PT. Surya Esa Perkasa, Tbk yang bergerak dalam bidang produksi LPG
yang berlokasi di Jl. Raya Palembang – Indralaya Km. 17 Simpang Y
Palembang, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan,
Indonesia yang dirancang untuk memisahkan propane, LPG, dan condensate dari
aliran gas alam yang berasal dari jalur pipa transmisi gas PT. Pertamina.
1.3. Profil Perusahaan
PT. Surya Esa Perkasa, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam
pengolahan gas bumi, khususnya dalam pengekstraksian gas alam menjadi LPG,
propane, dan kondensat. PT. Surya Esa Perkasa, Tbk memiliki kantor pusat di
daerah Jakarta tepatnya, DBS Bank Tower 18th Floor Ciputra World 1 Jakarta
di Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 3-5, Jakarta 12940, Indonesia.
Adapun Profil PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
Process Licencor : Presson Enerflex – CANADA
Year Built : 2006 – 2007
Start Up : Juli 2007
Main Contactor : PT. Rekayasa Industri
Feed Gas Source : Lembak/ Cambai Gas Pipeline, PERTAMINA
Lean Gas Return : Pertamina Pipeline (ke PUSRI dan PLN)
Untuk mendirikan suatu perusahan diharuskan memiliki beberapa surat
izin sebagai dasar legalitas dari perusahaan begitu halnya dengan PT.
Surya Esa Perkasa, Tbk. Untuk dapat mengolah gas bumi sendiri, PT. Surya
Esa Perkasa, Tbk memiliki Surat Izin Usaha Pengolahan Gas Bumi.
Suatu perusahaan pengolahan sumber daya alam diwajibkan memiliki
surat izin pengolahan dari pemerintah. Hal ini diberlakukan untuk
menghindari penyalahgunaan dari sumber daya alam itu sendiri dan sebagai
bukti bahwa suatu perusahaan tersebut layak untuk mengolah sumber daya
alam yang ada, khusunya gas bumi. Adapun surat-surat izin atau persetujuan
yang dimiliki perusahaan antara lain, sebagai berikut:
Izin / Persetujuan Yang Dimiliki Perusahaan
1. Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing
a) Nomor : 167/V/PMA/2006
b) NKP : 5141-31-19711
2. Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal
a) Nomor : 361/II/PMA/2006
b) NKP : 2320/5141-16/31-19711
3. Angka Pengenal Importir Terbatas
a) Nomor : 630/APIT/2006/PMA
b) Tanggal : 23 November 2006
4. Ijin Usaha Pengolahan Gas Bumi
a) Nomor : 1768 K/10/MEM/2008
b) Tanggal : 2 Juni 2008
1.4. Lokasi dan Tata Letak Pabrik
PT. Surya Esa Perkasa, Tbk berlokasi di Jl. Raya Palembang – Indralaya
Km. 17 Simpang Y Palembang, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir,
Sumatera Selatan, Indonesia. Peta lokasi serta gambar plant lay-out dari
PT. Surya Esa Perkasa, Tbk dapat dilihat pada gambar dibawah ini,
Gambar 1.1. Peta lokasi PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
1.5. Disribusi dan Pemasaran Produk
PT. Surya Esa Perkasa, Tbk menghasilkan produk berupa LPG mix,
condensate, dan propane. Target penjualan produk lebih diutamakan pada
produk LPG. Sedangkan untuk produk propana hanya didistribusikan jika ada
pesanan dari perusahaan yang bersangkutan ataupun bisa digunakan untuk
operasional di dalam pabrik pengolahan gas alam PT. Surya Esa Perkasa, Tbk.
Adapun pemasaran atau pendistribusian produk yang tersedia di pabrik ini
dengan rincian sebagai berikut:
1) LPG
Produk LPG ini didistribusikan secara penuh kepada PT. Pertamina
Persero. Pada dasarnya untuk pendistribusian LPG ini tidak sembarang
dilakukan karena harus memenuhi syarat ataupun standar yang diberikan oleh
Dirjen Migas. Adapun bagan pendistibusian produk LPG, adalah sebagai
berikut :
Gambar 1.2. Diagram Alir Pendistribusian LPG
Kontrak kerja ini terjadi pada PT. Surya Esa Perkasa, Tbk dan PT.
Pertamina Persero, sedangkan PT. Pertamina akan menyerahkan proses
pengakutan LPG dari PT. Surya Esa Perkasa, Tbk pada SPPBE (Stasiun
Pengakutan Pengisian Bulk Elpiji).
Untuk pendistribusian LPG dibutuhkan Surat Perintah Angkut (SPA),
dimana surat ini dibuat untuk memenuhi syarat pengangkutan LPG dari PT SEP
Tbk. Surat ini dikeluarkan oleh kantor pusat (Head Office) PT. Surya Esa
Perkasa, Tbk.
2. Condensate
Produk condensate dari PT. Surya Esa Perkasa, Tbk ini dikembalikan
lagi ke Pertamina. Pendistribusian produk dari PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
hanya dipasarkan di dalam negeri, dikarenakan produksi LPG di Indonesia
masih mengimpor dari negara lain. Hal ini mengakibatkan negara kita tidak
mungkin untuk dapat mengekspor LPG tersebut. Rata – rata kapasitas LPG dan
kondensat yang didistribusikan perbulan yaitu sebesar 3.000 ton LPG dan
10.500 barrel untuk produk kondensat.
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan alat untuk menggambarkan tentang tugas
dan tanggung jawab setiap personil. PT. Surya Esa Perkasa, Tbk memiliki
struktur organisasi yang terdiri dari beberapa bagian yang dipimpin oleh
seorang plant manager, sebagai bagian terpenting dan penanggung jawab utama
kegiatan di pabrik. Dalam pelaksanakannya plant manager dibantu oleh para
supervisor yang memimpin beberapa divisi atau section.
Setiap bagian memiliki tugas masing-masing, yang bekerja sama secara
harmonis demi kemajuan perusahaan. Adapun gambar struktur organisasi PT.
Surya Esa Perkasa,Tbk dapat dilihat pada lampiran 6.
2.1.1. Plant Manager
Tugas dari seorang plant manager adalah memimpin, mengontrol dan
mengawasi keseluruhan dari operasi yang berjalan dipabrik dan juga
bertanggung jawab untuk semua kegiatan dipabrik. Dalam melakukan suatu
proses operasi baik dipabrik maupun diluar lingkungan pabrik harus
berdasarkan izin dari plant manager. Seorang plant manager membawahi dari
berbagai departemen, antara lain production departement, HRD and GA
Department, HSE Department, Maintenance Department, dll. Plant manager
memiliki seorang sekretaris yang bertugas untuk membantu plant manager
untuk mengurusi bagian administrasi (pimpinan).
2.1.1.1. Sekretaris Plant Manager
Tugas Utama
a. Mengetik, membuat surat, mencatat surat masuk dan keluar, filling
arsip-arsip yang berhubungan dengan pimpinan (administrasi)
b. Menginput daily report, monthly report yang dikirim oleh masing-masing
divisi
c. Menginput data operasi ke proses parameter serta mendistribusikan
d. Menerima dan menjawab telepon serta mencatat pesan, menerima tamu
e. Mencatat janji untuk pimpinan
f. Menangani urusan keuangan untuk keperluan perjalanan dinas, dll
g. Mencatat dokumen masuk dan dokumen keluar, serta merapikan dokumen
(document control).
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada plant manager, atas lingkup kerja sekretaris,
serta menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya
b. Memahami, mengerti, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan
yang ada
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efisien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai
e. Melaksanakan perintah-perintah khusus dari atasan langsung untuk
kepentingan perusahaan
2.1.1.2. Head Engineer and Maintenance
Head engineering and maintenance bertanggung jawab untuk untuk
masalah pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan-peralatan yang
dipergunakan perusahaan dalam proses kegiatannya. Peralatan-peralatan
tersebut bekerja berdasarkan prinsip mekanik, elektrik dan instrumentasi.
Dilapangan terdapat banyak jenis peralatan yang harus selalu dilakukan
perawatan secara rutin. Oleh karena itu, dibutuhkan perawatan dan perbaikan
agar proses kegiatan perusahaan dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
Adapun secara rinci tugas utama dan tugas umum dari head engineering and
maintenance, adalah:
Tugas Utama
a. Memberi support kepada depertemen lain dengan melengkapi fasilitas-
fasilitas yang kurang dan diperlukan untuk kenyamanan berkerja.
b. Melakukan perawatan berkala semua fasilitas sarana yang ada untuk
menunjang produktifitas dengan menciptakan lingkungan yang sehat.
c. Menjaga semua fasilitas pabrik agar tetap berfungsi secara baik dan
efisien.
d. Memberdayakan semua man power yang ada menuju kualitas kerja dan
disiplin kerja yang baik dalam lingkup pekerjaan officer boy,
perawatan umum, perawatan penerangan dan sarana elektrikal, perawatan
plumbing instalasi air bersih dan kotor.
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja head
engeneering and maintenance dan menjaga kerahasian lingkup pekerjaan.
b. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efisien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
c. Melaksanakan perintah-perintah khusus dari atasan langsung untuk
kepentingan perusahaan.
1. Project Engineering
Tugas Utama
a. Design dan engineering project instrument dan control system.
b. Monitoring dan trouble shooting field instrument.
c. Monitoring, trouble shooting, dan back up DCS.
d. Membuatjadwal proyek yang berhubungan dengan departemen instrumen
e. Menyiapkan garansi client yang berhubungan dengan instrumen.
f. Membantu dan support bagian process engineer untuk membuat PID.
g. Menyuplai data kepada departemen lain.
h. Membuat dan menjadwalkan kalibrasi untuk semua peralatan instrumen.
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada head engeneering and maintenance atas lingkup
kerja project engeneer, serta menjaga kerahasiaan atas lingkup
pekerjaanya.
b. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efesien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
2. Engineering Supervisor
Tugas Utama
a. Design dan engineering project instrument dan control system
b. Monitoring dan trouble shooting field instrument
c. Monitoring, trouble shooting dan back up DCS
d. Membuat jadwal proyek yang berhubungan dengan departemen instrument
e. Menyiapkan garansi perusahaan client yang berhubungan dengan
instrument
f. Membantu bagian process engineer untuk membuat PID
g. Menyuplai data kepada departemen lain
h. Membuat dan schedule kalibrasi untuk semua peralatan instrument.
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada maint. supv. atas lingkup kerja sr. inst.
&control. eng, serta menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaanya
b. Memahami, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan yang ada
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efesien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai
e. Melaksanakan perintah khusus dari atasan langsung untuk kepentingan
perusahaan.
3. Maintenance Supervisor
Tugas Utama
a. Merencanakan pelaksanaan kerja maintenance peralatan mechanical,
rotating, equipment, electrical, instrument yang mencakup man power,
tools, material dan sumber daya lain dalam rangka pemeliharaan LPG
plant
b. Mengorganisir dan mengarahkan seluruh sumber daya untuk pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan peralatan mechanical, rotating, equipment,
electrical dan instrument yang mencakup TA, O/H, preventive dan
predictive maintenance agar terlaksana sesuai rencana biaya optimum,
kualitas sesuai standard, dan mencegah terjadinya machinery breakdown.
c. Mengontrol pelaksanaan kegiatan perbaikan peralatan mechanical,
rotating, equipment, electrical dan instrument termasuk meneliti izin
kerja kelengkapan keselamatan kerja dan monitoring progress kegiatan
pemeliharaan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
d. Mengadakan komunikasi dengan original equipment manufacture (OEM),
khususnya dengan OEM peralatan berteknologi tinggi, guna mempercepat
solusi permasalahan teknis peralatan kilang.
e. Mengadakan komunikasi dengan workshop specific didalam negeri dalam
upaya substitusi atau fabrikasi spare part komponen dan perbaikan used
part guna mereduksi biaya pemeliharaan.
f. Memberdayakan sumber daya manusia sesuai dengan displinnya untuk
meningkatkan knowledge, skill dan produktifitas agar dapat mengurangi
ketergantungan pada service engineer dalam perbaikan peralatan kilang.
g. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan melaksanakan tindakan koreksi
berdasarkan permasalahan yang berpotensi terjadinya komplain dan
proaktif terhadap permasalahan yang berpotensi shut down kilang.
h. Membina hubungan baik dengan bagian internal perusahaan, dalam rangka
memperoleh dukungan penyediaan sumber daya (manpower, tools dan
material).
i. Menyiapkan usulan anggaran maintenance peralatan plant dan mengontrol
realisasi biaya pemeliharaan peralatan maintenance dengan berpedoman
pada biaya pemeliharaan yang optimum.
j. Menjamin terjadinya history record perbaikan peralatan RE sebagai
dasar untuk perencanaan kegiatan maintenance dan tindakan koreksi
terhadap ketidaksesuaian yang pernah terjadi.
Tugas Umum
a. Melaksanakan perintah khusus dari atasan untuk kepentingan perusahaan.
b. Bertanggung jawab atas lingkup kerja supv. maintenance serta menjaga
kerahasiaan atas lingkup pekerjaanya.
c. Memahami, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan yang ada.
d. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efesien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
e. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.
4. General Maintenance Officer
Tugas Utama
a. Memberdayakan semua man power yang ada pada depertemen
generalmaintenance menuju kualitas kerja dan disiplin kerja yang baik
dalam lingkup pekerjaan officer boy, perawatan umum, perawatan
penerangan dan sarana elektrikal, perawatan plumbing instalasi air
bersih dan kotor.
b. Menjaga semua fasilitas pabrik secara general agar tetap berfungsi
secara baik dan efisien.
c. Memberi support kepada depertemen lain dengan melengkapi fasilitas-
fasilitas yang kurang dan diperlukan untuk kenyamanan berkerja.
d. Melakukan perawatan berkala semua fasilitas sarana yang ada untuk
menunjang produktifitas dengan menciptakan lingkungan yang sehat.
e. Membuat raport aktivitas harian (daily report).
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja general
maintenance officer serta menjaga kerahasian atas lingkup pekerjaannya
b. Memahami, mengerti, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan
yang ada.
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efisien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap dipakai.
e. Melaksanakan perintah-perintah khusus dari atasan langsung untuk
kepentingan perusahaan.
3. Plant Superintendent
Tugas Utama
a. Memastikan bahwa semua kegiatan perusahaan memperhatikan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Meningkatkan kompetensi anggota tim melalui pelatihan dan mentoring.
c. Mengawasi kegiatan operasi harian untuk memastikan kegiatan produksi
sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditentukan.
d. Memonitor kinerja untuk memastikan tercapainya target produksi yang
telah ditentukan.
e. Memastikan bahwa kegiatan produksi dilaksanakan sesuai dengan standar
dan prosedur keselamatan kerja.
f. Berperan aktif dalam proses continous improvement dalam bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada plant manager atas ruang lingkup kerjanya
b. Mengawasi kinerja departemen atau unit yang dikepalainya.
1. Process Engineer
Tugas Utama
a. Membantu client mengembangkan basic process.
b. Membuat schedule proyek yang berhubungan dengan departemen proses.
c. Membantu dalam aktivitas perizinan.
d. Membuat scope kerja licensor atau subcontractor, memilih licensorn
atau subcontractor, mengadakan evaluasi dan meeting dengan licensor
serta memimpin subcontractor.
e. Menetapkan process design kriteria.
f. Membuat dan mengembangkan process design basis.
g. Melakukan studi proses optimisasi dan pemilihan proses yang tepat.
h. Menyiapkan heat material balance.
i. Membuat dan menyiapkan process flow diagram.
j. Membuat dan menyiapkan PID.
k. Membuat PID Utility dan distribution system.
l. Penentuan dan perhitungan equipment.
m. Menentukan dan menyiapkan chemical atau catalyst.
n. Melakukan hydraulic calculation.
o. Menyiapkan HVAC Process atau design data.
p. Membuat deskripsi proses.
q. Menyiapkan FEED book.
r. HAZOP study.
s. Menyuplai data kepada instrument.
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada sr. process eng. atas lingkup kerja process
eng., serta menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaanya.
b. Memahami, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan yang ada.
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efesien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.
e. Melaksanakan perintah khusus dari atasan langsung untuk kepentingan
perusahaan.
2. Production Supervisor
Tugas Utama
a. Membuat rencana pengolahan Feed gas dan produksi LPG,
Propane,Condensate harian/ bulanan sesuai target yang ditetapkan.
b. Membuat Rencana Anggaran Belanja operasi baik bulanan maupun tahunan.
c. Mengkoordinasikan, memimpin, mengatur serta mengawasi kegiatan start-
up plant.
d. Mengkoordinasikan, memimpin, mengatur serta mengawasi kegiatan
penyetopan plant baik normal shutdown maupun emergency shutdown.
e. Mengkoordinasikan, memimpin, mengatur serta mengawasi kegiatan
pengoperasian kilang LPG sehingga mencapai target yang ditetapkan
serta bebas dari kecelakaan kerja.
f. Melakukan pengelolaan dan pembinaan sumber daya manusiadi kilang.
g. Membuat dan memeriksa laporan harian (daily report), laporan bulanan
dan tahunan dan laporan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan.
h. Menyiapkan dan membuat rencana kerja harian ( daily order ).
Tugas Umum
a. Memahami, mengerti, mengikuti dan melaksanakan peraturan yang ada.
b. Bertanggug jawab atas lingkup kerja Prod Supv. serta menjaga
kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efesien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.
e. Melaksanakan perintah khusus dari atasan untuk kepentingan perusahaan.
3. Laboratory Supervisor
Tugas Utama
a. Mengkoordinasikan bawahan, menentukan tugas dan mengontrol pelaksanaan
penganalisaan sample bahan baku, produk stream, produk jadi yang
dihasilkan mencakup aspek kualitas dan keamanan (quality & safety).
b. Merencanakan, membuat budget untuk kebutuhan pembelian material dan
peralatan test laboratorium.
c. Mengajukan permintaan bahan kimia atau material lain untuk keperluan
operasi rutin ke bagian logistic.
d. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas kelancaran operasional
laboratorium.
e. Menilai prestasi bawahan untuk penilaian akhir tahun dan pengembangan
karir.
f. Mengatur kegiatan dan mengontrol penganalisaan sample final product
berkaitan dengan loading sample.
g. Menandatangani test report atau certificate of analysis dari final
product.
h. Melakukan hubungan ke pihak ketiga untuk permintaan bantuan analisa
yang berkaitan dengan peralatan yang belum dimiliki.
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab atas lingkup kerja lab. supv. serta menjaga
kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
b. Memahami, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan yang ada.
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efesien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.
e. Melaksanakan perintah khusus dari atasan langsung untuk kepentingan
perusahaan.
4. Health, Safety and Environment Supervisor
Tugas Utama
a. Mengkoordinasi dan mensupervisi HSE officer, safetyandfire watch.
b. Pendelegasian tugas dan tanggungjawab ke HSE officer, safety and fire
watch.
c. Membantu manajemen membuat perkiraan pekerjaan yang beresiko tinggi.
d. Merencanakan in house dan out side training bidang HSE.
e. Pelatihan personil inti untuk aplikasi HSE system.
f. Merencanakan audit HSE.
g. Pengawasan dipatuhinya seluruh aturan dan prosedur HSE di seluruh
areal kerja.
h. Menyusun emergency plan dan emergency escape.
i. Membentuk emergency response dan evacuation team.
j. Dalam keadaan darurat bertindak sebagai pimpinan emergency response
dan evacuation team.
k. Monitoring kesehatan dan pencemaran lingkungan.
l. Mengeluarkan work permit untuk seluruh pekerjaan (hot work,confine
space, high elevation and heavy lifting).
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada prod. supt atas lingkup kerja HSE supv serta
menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
b. Memahami, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan yang ada.
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efesien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.
e. Melaksanakan perintah khusus dari atasan untuk kepentingan perusahaan.
4. Security dan Comonity Development Supervisor
Tugas Umum
1. Internal
a. Mewujudkan suasana dan tertib di lingkungan kerja PT. Surya Esa
Perkasa Tbk agar dapat mendukung kelancaran operasional perusahaan.
b. Menumbuhkan kesadaran security minded bagi seluruh karyawan dalam
upaya cegah dini dari segala kemungkinan yang dapat mengganggu
kelancaran operasional perusahaan.
c. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas security yang dilaksanakan oleh
perusahaan jasa security, termasuk personil bantuan dari POLRI dan
TNI.
d. Pengawasan dan pengamanan pejabat VIP P.T SEP.
e. Pengawasan terhadap seluruh karyawan agar dipatuhinya peraturan yang
berlaku dilingkungan PT. SEP.
f. Menumbuhkan rasa bangga dalam diri karyawan yang bekerja dan mengabdi
di PT. SEP.
2. Eksternal
a. Menyusun program comonity development sesuai dengan situasi daerah
dan kondisi sosial masyarakat disekitar PT. SEP ikut merasakan manfaat
keberadaan perusahaan di lingkungan mereka.
b. Memelihara hubungan kerjasama, koordinasi yang harmonis dalam bentuk
kunjungan silaturahmi dan pemberian kontribusi dengan aparat
pemerintah setempat (RT/RW, Kepala Desa, Camat, Bupati, Perangkat
pemerintah lainnya yang terkait), aparat militer (Babinsa, Danramil,
Dandim, Danrem, Pangdam) dan aparat kepolisian (Kapolsek, Kapolres,
Kapolda), 4) Tokoh masyarakat (Kepala Dusun, Pemuka Adat, Pemuka
Agama, Tokoh pemuda, Karang Taruna, Ormas/ LSM).
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja chief
security & comdev supv. Serta menjaga kerahasiaan atas lingkup
pekerjaannya.
b. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efisien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
c. Memahami, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan yang ada.
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.
e. Melaksanakan perintah-perintah khusus dari atasan langsung untuk
kepentingan perusahaan.
5. Plant Comercial Head
Tugas Utama
a. Mengontrol pekerjaan purchasing dan warehousing.
b. Monitoring schedule loading produk (LPG dan condensate) dan koordinasi
schedule offteker LPG dan condensate Palembang.
c. Review billing dari pertagas.
d. Komunikasi dengan vendor untuk proses warranty.
e. Kontrol pengawasan proses pembayaran payment sheet.
f. Koordinasi dengan depertemen lainnya.
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja commercial
Supv. serta menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
b. Memahami, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan yang ada.
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efisien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.
e. Melaksanakan perintah-perintah khusus dari atasan langsung untuk
kepentingan perusahaan.
6. HRD& GA Supervisor
Tugas Utama
a. Kontrol atau pengawasan atas pekerjaan yang menyangkut ketenaga
kerjaan, hak dan kewajiban, baik bagi perusahaan maupun karyawan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
b. Kontrol atau pengawasan atas pekerjaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek) yang wajib dibayarkan oleh Perusahaan kepada karyawan
melalui Kantor Jomsostek setempat dan perhitungan atas iuran yang
dibayarkan.
c. Kontrol atau pengawasan atas pekerjaan Perhitungan pembayaran upah,
lembur atau over time karyawan sesuai dengan kebijakan perhitungan
upah dan ketetapan pemerintah untuk perhitungan kelebihan jam kerja
atau overtime.
d. Kontrol atau pengawasan atas pekerjaan tingkat kehadiran karyawan,
baik tidak masuk kerja dikarenakan sakit maupun izin tertentu yang
telah ditetapkan.
e. Kontrol atau pengawasan atas pekerjaan legalitas perusahaan, baik yang
sudah berjalan maupun perizinan yang harus dipenuhi sesuai dengan
ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan dari pemerintah.
f. Kontrol atau pengawasan atas pekerjaan jaminan fasilitas kesehatan
untuk karyawan maupun atas keluarga karyawan (kerjasama dengan pihak
RS).
g. Koordinasi dengan departemen lainnya menyangkut hubungan kerja dan
rencana kegiatan lainnya yang berhubungan dengan ketenagakerjaan
(mutasi, promosi, orientasi, dll) serta melaporkannya ke atasan.
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja HRD & GA.
supv. serta menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
b. Memahami, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan yang ada.
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efesien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.
e. Melaksanakan perintah khusus dari atasan langsung untuk kepentingan
perusahaan.
7. IT Tech Drafter Supervisor
Tugas Utama
a. Bertanggung jawab untuk membuat gambar yang telah dirancang oleh
engineer dengan menggunakan program computer.
b. Memperbaiki gambar yang sudah ada jika terjadi atau penambahan sesuai
data aktual yang ada dengan menggunakan program computer.
c. Menjaga dan merawat dokumen agar tidak menyebarluaskannya kepada
instansi yang tidak berkepentingan.
d. Menjaga dan merawat dokumen agar tidak terjadi kerusakan pada dokumen.
e. Membantu untuk membuat DCS report (laporan distributed control system)
control room secara harian.
f. Membantu dalam pemeliharaan terhadap infrastruktur IT (hardware and
equipment).
g. Membantu setting, installing, and troubleshooting line dan Ext
connection PABX (telepon).
h. Membantu trobleshooting LAN connection (jaringan internet dan email
perusahaan).
i. Membantu setting, installing, maintenance PC (hardware dan software).
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada plant manager, atas lingkup kerja IT -
Drafter, serta menjaga kerahasiaan atas lingkup pekerjaannya.
b. Memahami, mengerti, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan
yang ada.
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan-pekerjaan yang sedang dan akan
dikerjakan secara efisien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan
perusahaan.
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
peruahaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.
e. Melaksanakan perintah-perintah khusus dari atasan langsung untuk
kepentingan perusahaan.
8. Finance Cost Control Officer
Tugas Utama
a. Bertanggung jawab atas penyusunan anggaran plant.
b. Bertanggung jawab atas status anggaran tersebut dalam pelaksanaannya.
c. Melaksanakan proses pengadaan materiala atau barang sesuai dengan
prosedur dan lingkup kerjanya.
d. Melaksanakan proses pembayaran tunai maupun transfer, berupa invoice,
reunbersment, biaya lainnya sesuai prosedur payment yang sudah dibuat.
e. Bertanggung jawab atas cash flow site plant atau kondisi keuangan
plant.
f. Bertanggung jawab dalam hal pembuatan laporan kemanejemenan plant dan
HO.
g. Melaksanakan pendistribusian data material request dan actual
transaksi ke setiap departemen untuk dasar pengisian form budget dan
actual berdasarkan rencana kerja, sebagai bahan evaluasi setiap bulan.
h. Bertanggung jawab atas lingkup kerja accounting dan kasir.
Tugas Umum
a. Bertanggung jawab kepada plant manager atas lingkup kerja finance cost
control officer, serta menjaga kerahasiaan atas lingkup kerjanya.
b. Memahami, mengerti, mengikuti dan melaksanakan peraturan perusahaan
yang ada.
c. Melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan
secara efisien dan ekonomis sesuai dengan kepentingan perusahaan.
d. Menjaga, menggunakan dan merawat semua peralatan dan fasilitas
perusahaan agar tetap baik dan siap pakai.
e. Melaksanakan perintah khusus dari atasan langsung untuk kepentingan
perusahaan.
2.2. Manajemen Perusahaan
PT. Surya Esa Perkasa, Tbk adalah perusahaan yang berdiri sendiri yang
dikepalai oleh seorang plant manager. Plant manager adalah bagian
terpenting di dalam perusahaan karena fungsinya adalah sebagai pengambil
keputusan dan kebijakan. Semua kebijakan ada di tangan seorang plant
manager. Plant manager membawahi langsung seorang plant supertendent dimana
tugas utama dari seorang plant supertendent adalah menjaga kilang agar
tetap berjalan baik dan menghasikan produk–produk yang sesuai dengan yang
diharapkan. Selain membawahi langsung plant supertendent, plant manager
juga membawahi bagian–bagian penting diperusahaan yaitu chief security dan
comdev supv, comercial supv, HRD dan GA supv, financeandcost control, dan
general maintenance.
Seorang plant supertendent dibantu oleh staff–staff yang bergerak di
bidang masing–masing. Staff–staff tersebut adalah maint supv, production
supv, lab supv dan HSE supv, tugas dari keempat elemen yang ada adalah
menjaga, merawat, mengolah dan menganalisa semua proses dan hasil dari
kilang tersebut.
2.2.1. Kepegawaian
Pegawai merupakan aset utama perusahaan dalam menjalankan sistem dalam
perusahaan. Tanpa adanya pegawai maka perusahaan tidak akan berjalan.
Kepegawaian di dalam perusahaan dikendalikan oleh HRD dan GA. Semua aspek
dari kepegawaian diatur dan dikendalikan oleh elemen tersebut.
2.2.2. Fasilitas Karyawan
Karena Pegawai merupakan aset paling berharga bagi perusahaan, maka
perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan pegawainya. Kesejahteraan
tersebut oleh Perusahaan dituangkan dalam memberikan fasilitas – fasilitas
yang dibutuhkan oleh pegawai. Adapun fasilitas yang diberikan oleh PT.
Surya Esa Perkasa, Tbk antara lain:
1. Fasilitas kesehatan
2. Fasilitas transportasi
3. Fasilitas asuransi/ jaminan sosial tenaga kerja, dan lain–lain.
2.2.3. Peraturan Pekerjaan
Sesuai dengan UU No.13 tahun 2003 pasal 108 yang menyatakan bahwa
"setiap perusahaan yang memiliki tenaga kerja 10 orang atau lebih maka
perusahaan wajib membuat peraturan pekerjaan".
Adapun hal – hal yang menyangkut dengan peraturan pekerjaan yaitu :
1. Peraturan berlaku selama dua tahun
2. Membuat hak dan kewajiban masing – masing
3. Memuat syarat kerja
4. Memuat tata tertib
5. Memuat jangka waktu masa berlaku
6. Dikeluarkan oleh perusahaan.
2.2.4. Waktu Kerja
Pada dasarnya waktu kerja di PT. Surya Esa Perkasa, Tbk terdiri dari
waktu kerja non-shiff dan waktu kerja shiff.
1. Waktu kerja non-shiff diperusahaan adalah enam hari dalam
seminggu yaitu senin sampai sabtu, dan hari minggu libur. Dimana jam
kerja yang berlaku adalah sebagai berikut:
hari Senin-Jumat : jam 08.00-16.00
hari Sabtu : jam 08.00-13.00
Istirahat :12.00-13.00
2. Hari kerja dan jam kerja shiff
shiff pagi : jam 08.00-20.00
shiff malam : jam 20.00-08.00
BAB III
ORIENTASI DI
PT. SURYA ESA PERKASA, Tbk
3.1. Bahan Baku Pengolahan LPG
3.1.1. Gas alam
Gas alam atau natural gas sering juga disebut sebagai gas bumi atau
gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari
metana (CH4). Dimana dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi, dan
juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi
melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain
dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-
rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan
hewan.
3.1.2. Komposisi Kimia Gas Alam
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan
molekul hidrokarbon rantai terpendek dan paling ringan. Gas alam juga
mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana
(C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), serta gas-gas yang mengandung
sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas
helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global
ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang
sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi
dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca
dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber
metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap,
ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75
dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut).
Kondisi feed gas pada pengolahan LPG di PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
terdiri dari senyawa nitrogen, air, karbondioksida, dan senyawa hidrokarbon
berupa metana, etana, propana, butana, isobutana, pentana, isopentana, dan
heksana yang dialirkan ke terminal pengukuran untuk dianalisa sehingga
didapat gambaran tentang perlakuan dan kondisi operasi yang akan ditentukan
oleh proses pengolahan.
Tabel 3.1. Sifat Fisik Hidrokarbon Penyusun Gas Alam
"Komponen "Berat "Titik Didih "SPGR "Panas "
" "Molekul "(0F) " "Pembakaran "
" " " " "(Btu/ft3) "
"CH4 "16,0400 "-258,7000 "0,3000 "911 "
"C2H5 "30,0700 "-127,5000 "0,3600 "1631 "
"C3H8 "44,0900 "-43,7000 "0,5100 "2353 "
"i-C4H10 "58,1200 " 10,9000 "0,5600 "3094 "
"n-C4H10 "58,1200 " 31,1000 "0,5800 "3101 "
"i-C5H12 "17,1500 " 82,1000 "0,6200 "3698 "
"n-C5H12 "17,1500 " 96,9000 "0,6300 "3709 "
"C6+ "86,1700 " 155,7000 "0,6600 "4404 "
Sumber : Perry's Chemical Engineering Hand's Book, 1996
Dari hasil pengolahan feed gas dengan komposisi di atas, diharapkan
dapat menghasilkan LPG dengan komposisi yang memenuhi persyaratan
spesifikasi produk yaitu etana (C2) 0,8 %, propana (C3) + butana (C4) 97,0
%, dan iso-pentana (iC5+) dan n-pentana (n-C5) 2,0 %. C1 dan C2 yang
merupakan lean gas (gas kering) sisa hasil dari proses fraksinasi akan
dikembalikan ke Pertamina.
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan
air dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung
dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber
ladang gasnya. Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan
(pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan. Gas dengan jumlah pengotor
sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai
"acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual
bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut
didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan
menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas
alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan
tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan
karena dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat
membahayakan.
Komposisi feed gas pada pengolahan LPG di PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Komposisi Feed gas pada PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
"Senyawa Kimia"Persentase "
" "Komposisi "
"CO2 "5.40% "
"N2 "0.00% "
"H2S "0.0000% "
"C1 "82.4100% "
"C2 "6.3000% "
"C3 "3.9300% "
"i-C4 "0.6200% "
"n-C4 "0.7500% "
"i-C5 "0.2900% "
"n-C5 "0.2000% "
"C6 "0.0400% "
"C7 "0.0000% "
"H2O "0.0600% "
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar
dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga
cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam
ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik
campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan
ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya
di udara adalah antara 5% hingga 15%. Ledakan untuk gas alam terkompresi di
kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan,
dan konsentrasi yang diluar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.
3.1.3. Manfaat dan Kegunaan Gas Alam
Hingga saat ini energi minyak bumi masih mendominasi dunia bahan
bakar. Hal ini terlihat pada hampir setiap sektor kehidupan, apakah itu
transportasi, rumah tangga maupun industri, berkaitan erat dengan
penggunaan BBM yang sangat besar sebagai bahan bakar utama. Gas alam
termasuk ke dalam sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Akan tetapi
sebenarnya sumber daya dari pertambangan bukan tidak dapat diperbarui,
tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama yang tidak sesuai dengan
jangkauan umur manusia, yaitu bisa mencapai jutaan tahun, sehingga
katagorinya masuk kedalam sumber daya yang tidak dapat diperbarui (non
renewable resources).
Gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri
anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil disebut biogas. Sumber
biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta
penampungan kotoran manusia dan hewan, ini yang membedakan antara gas bumi
dan gas rawa. Gas alam yang didapat dari dalam sumur di bawah bumi,
biasanya bergabung dengan minyak bumi. Gas ini disebut sebagai associated
gas. Ada juga sumur yang khusus menghasilkan gas, sehingga gas yang
dihasilkan disebut gas non associated. Gas alam yang menjadi feed gas pada
pengolahan LPG di PT. Surya Esa Perkasa, Tbk adalah gas alam non associated
yang berasal dari sumur Lembak. Sehingga gas yang dibawa ke atas permukaan
bumi akan langsung dilakukan pemisahan untuk menghilangkan impurities
seperti air, gas-gas lain, pasir dan senyawa lainnya.
Gas bumi atau gas alam bukan saja merupakan gas bakar yang paling
penting, tetapi juga merupakan bahan baku utama untuk berbagai sintesis
kimia. Produk dari gas bumi yang terutama misalnya berbagai hidrokarbon dan
LPG. Dengan semakin naiknya nilai minyak bumi, maka proses pemulihan hasil
gas makin ditingkatkan.
Gas alam dewasa ini telah menjadi sumber energi alternatif yang banyak
digunakan oleh masyarakat dunia untuk berbagai keperluan, baik untuk
perumahan, komersial maupun industri. Dari tahun ke tahun penggunaan gas
alam selalu meningkat. Hal ini karena banyaknya keuntungan yang didapat
dari penggunaan gas alam dibanding dengan sumber energi lain. Energi yang
dihasilkan gas alam lebih efisien. Tidak seperti halnya dengan minyak bumi
dan batubara, penggunaannya jauh lebih bersih dan sangat ramah lingkungan
sehingga tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan. Disamping itu, gas
alam juga mempunyai beberapa keunggulan lain, seperti tidak berwarna, tidak
berbau, tidak korosif dan tidak beracun. Secara garis besar pemanfaatan gas
alam dibagi atas tiga kelompok yaitu :
1) Gas Alam Sebagai Bahan Bakar
Antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas atau
Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan
bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga, hotel,
restoran dan sebagainya.
Gas alam terkompresi (compressed natural gas, CNG) adalah bahan bakar
alternatif selain bensin atau solar. Di Indonesia, kita mengenal CNG
sebagai bahan bakar gas (BBG). Bahan bakar ini dianggap lebih bersih bila
dibandingkan dengan dua bahan bakar minyak karena emisi gas buangnya yang
ramah lingkungan. CNG dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang
diekstrak dari gas alam.
Liquified Petroleum Gas (LPG) adalah campuran dari berbagai unsur
hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan
menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi
propana (C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon
ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12).
Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:
a) Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar.
b) Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat.
c) Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tanki atau
silinder.
d) Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
e) Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati
daerah yang rendah.
Penggunaan LPG di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat
dapur terutama kompor gas. Selain sebagai bahan bakar alat dapur, LPG juga
cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, walaupun
mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu.
Salah satu resiko penggunaan LPG adalah terjadinya kebocoran pada
tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan
kebakaran. Pada awalnya, LPG tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit
dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Karena itu dilakukan
menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu
sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran pada tabung gas.
2) Gas Alam Sebagai Bahan Baku
Antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku
plastik LDPE (Low Density Polyethylene), LLDPE (Linear Low Density
Polyethylene), HDPE (High Density Polyethylen), PE (Poly Ethylene), PVC
(Poly Vinyl Chloride), C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink,
dry ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan
bahan pemadam api ringan.
1) Gas Alam Sebagai Komoditas Energi Untuk Ekspor
Gas alam yang paling besar digunakan untuk komoditas ekspor di dunia
yaitu LNG (Liquified Natural Gas) atau gas alam cair. Gas alam cair
Liquefied Natural Gas (LNG) adalah gas alam yang telah diproses untuk
menghilangkan ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan kemudian
dikondensasi menjadi cairan pada tekanan atmosfer dengan mendinginkannya
sekitar -160°C. Transportasi LNG menggunakan kendaraan yang dirancang
khusus dan diletakkan dalam tanki yang juga dirancang khusus.
LNG memiliki isi sekitar 1/640 dari gas alam pada suhu dan tekanan
standar, membuatnya lebih hemat untuk ditransportasi jarak jauh dimana
jalur pipa tidak ada. Ketika memindahkan gas alam dengan jalur pipa yang
tidak memungkinkan atau tidak ekonomis, maka dapat ditransportasi oleh
kendaraan LNG. Saat ini teknologi manusia juga telah mampu menggunakan gas
alam untuk air conditioner (AC), seperti yang digunakan di bandara Bangkok,
Thailand dan beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.
3.2. Produk
Gas alam yang dialirkan dari sumur gas dari Pertamina akan diolah dan
dipisahkan dari unsur-unsur kimia pengotor atau impurities. Dengan adanya
bahan-bahan pengotor maka akan mengakibatkan berkurangnya kualitas dari
produk dan mengganggu pengoperasian pada proses pengolahan gas alam.
Adapun produk–produk yang dihasilkan oleh PT. Surya Esa Perkasa, Tbk adalah
sebagai berikut :
1) Propana
2) LPG
3) Kondensat
Dari ketiga produk di atas yang dihasilkan, produk utama dari PT.
Surya Esa Perkasa, Tbk adalah LPG, sedangkan produk yang lain adalah produk
sampingan.
3.3. Pengertian LPG
LPG (Liquified Petroleum Gas secara harfiah adalah gas minyak bumi
yang dicairkan), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang
berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas
berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana
(C4H10). LPG juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil,
misalnya etana (C2H6) dan juga mengandung komponen berat seperti pentana
(C5H12) dan lain–lain. Dalam kondisi atmosfer, LPG akan berbentuk gas,
volume LPG dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas
untuk berat yang sama. Karena itu LPG dipasarkan dalam bentuk cair dalam
tabung–tabung logam bertekanan tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-
85% dari kapasitasnya.
Menurut spesifikasinya, LPG dibagi menjadi tiga jenis yaitu LPG
campuran, LPG propana dan LPG butana. Spesifikasi masing–masing LPG
tercantum dalam keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor 25K/
36/ DDJM/ 1990. LPG yang dipasarkan untuk masyarakat adalah LPG campuran.
3.4. Sifat – Sifat Produk, Tri Ethylene Glycol (TEG) dan Methanol
3.4.1. Sifat – Sifat LPG
a. Mudah terbakar (dalam keadaan cair maupun gas).
b. Menghasilkan pembakaran yang sempurna.
c. Bebas kandungan air.
d. Tidak beracun dan tidak berwarna.
e. Tidak berbau (karena demi keselamatan dalam penggunaannya, LPG
ditambah sedikit merkaptan yang baunya sangat menyengat untuk
mendeteksi terjadinya kebocoran).
f. Gas dikirimkan sebagai gas bertekanan didalam tanki atau silinder.
g. Cairan dapat menguap dengan cepat ketika dilepas ke udara.
h. Lebih berat dari udara sehingga lebih cenderung menempati daerah yang
rendah.
3.4.2. Sifat – Sifat Propana
a. Mudah terbakar.
b. Berfase gas.
c. Memiliki RVP (Reid Vapour Pressure) lebih tinggi dibandingkan dengan
LPG.
d. RVP maksimum 210 psig.
e. Bebas kandungan air.
3.4.3. Sifat – Sifat Kondensat
a. Berwarna bening atau tidak berwarna.
b. Mudah menguap dan memiliki RVP 10–12 psi.
c. Memiliki spesific grafity (SG) 0.6750–0.6800.
d. Bebas kandungan air.
3.4.4. Sifat – Sifat Tri Ethylene Glycol (TEG)
a. Tidak berwarna.
b. Tidak berbau.
c. Viskositasnya tinggi.
d. Titik didihya tinggi.
e. Cairan ini larut dengan air, dan pada tekanan 100 kPa.
f. Memiliki titik didih 285 derajat Celcius dan titik leleh -7o C.
g. Larut juga dalam etanol, aseton, asam asetat, gliserin, piridin,
aldehid. Sedikit larut dalam dietil eter, dan larut dalam minyak,
lemak dan hidrokarbon.
h. Volatilitasya rendah.
3.4.5. Sifat – Sifat Methanol
a. Pada kondisi atmosfer berbentuk cairan yang ringan.
b. Mudah menguap.
c. Tidak berwarna.
d. Mudah terbakar.
e. Beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).
f. Dapat diperbaharui (renewable energy).
g. Memiliki karakteristik pembakaran dengan effisiensi yang besar.
h. Emisi gas buang yang relatif kecil sehingga lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan bahan bakar minyak lainnya.
3.5. Peyimpanan dan Transportasi Gas Alam
Metode penyimpanan gas alam dilakukan dengan "Natural Gas Underground
Storage", yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah yang lazim disebut
sebagai "salt dome" yakni kubah-kubah di bawah tanah yang terbentuk dari
reservoir sumber-sumber gas alam yang telah depleted.
Hal ini sangat tepat untuk negeri 4 musim, dimana pada musim panas
saat pemakaian gas untuk pemanas jauh berkurang (low demand), gas alam
diinjeksikan melalui kompresor-kompresor gas kedalam kubah di dalam tanah
tersebut. Pada musim dingin, dimana terjadi kebutuhan yang sangat
signifikan, gas alam yang disimpan di dalam kubah bawah tanah dikeluarkan
untuk disalurkan kepada konsumen yang membutuhkan. Bagi perusahaan penyedia
gas alam, cara ini sangat membantu untuk menjaga stabilitas operasional
pasokan gas alam melalui jaringan pipa gas alam. Pada dasarnya sistem
transportasi gas alam meliputi :
1) Transportasi melalui pipa salur.
2) Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal
tanker LNG untuk pengangkutan jarak jauh.
3) Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di
daratan dengan road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut,
untuk jarak dekat dan menengah (antar pulau).
6. Proses dan Deskripsi Dari Pabrik PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
Secara garis besar LPG plant terdiri dari process system sebagai
berikut:
1) Feed Gas Inlet & Compression System
2) Chilling atau Cold Box and separation System
3) Fractionation
4) Dehydration (Glycol System)
5) Refrigeration System
6) Hot Oil System
7) Storage & Loading
8) Utility
1. Deskripsi Proses Secara Umum
Feed gas 60 MMSCFD yang dialirkan melalui pipa transmisi pertamina
bertekanan 450 Psig dan temperature 78 °F dalam kondisi saturated water
(gas basah atau jenuh oleh kandungan air) terlebih dahulu melalui flow
control valve sebelum masuk ke scrubber (V-004) dimana flow control valve
ini difungsikan untuk mengontrol laju feed gas ke LPG plant. Namun sebelum
masuk ke scrubber (V-004) ada valve yang berfungsi sebagai safety, dimana
valve tersebut akan langsung mengalirkan feed gas ke lean gas ketika
tekanan feed gas yang mengalir itu melibihi dari set point atau terjadi
masalah dari unit prosesnya. Sedangkan gas yang masuk ke scrubber ini
kemudian dipisahkan antara gas dan liquid-liquid yang terkandung
didalamnya.
Dimana liquid-liquid tersebut diantaranya mengandung air, lumpur,
hidrokarbon dan kondensat. Didalam scrubber tekanan gas turun menjadi 432
Psig dan temperature 70 °F. Sedangkan gas keluaran dari scrubber ini
bertekanan 395 Psig dan temperature 27 °F. Selanjutnya gas umpan dari
suction scrubber ini masuk ke feed gascompressor (CD-101 A/B).
Di dalam compressor ini gas kemudian di tekan sampai 760 Psig dan
temperature menjadi 113 °F. Tekanan gas di naikkan agar produk kondensasi
semakin banyak. Kemudian gas didinginkan di after cooler (E-101 A/B) hingga
temperaturnya 108 ˚F, dan dilewatkan kedalam filter separator atau
coalising filter (V-200) untuk menghilangkan kotoran padatan seperti
partikel debu, oli yang terikut dari kompresor dan cairan yang masih
terikut didalam gas umpan. Gas bersih suction dari filter separator atau
coalising filter kemudian dialirkan ke cold box.
Di dalam cold box gas didinginkan hingga temperature mencapai 80 °F
dan menuju scrubber contactor (V-120) yang difungsikan untuk menangkap
kandungan air yang sebagian terkonden selama di cold box. Kandungan air
tersebut mengalir kebawah menuju sump tank sedangkan gas yang diharapkan
tidak mengandung air naik keatas menuju contactor (V-100). Di dalam
contactor ini terjadi proses absorbsi, dimana gas yang berasal dari
scrubber contactor,yang di takutkan masih mengandung sedikit air, kemudian
di serap kandungan airnya dengan cara di kontakkan dengan lean TEG dari
dehydration unit (DHU).
Tekanan glycol contactor adalah 710 Psig dan temperature 88 °F. Gas
kering (dry gas) hasil dari proses dehidrasi ini kemudian melewati E-105
sebelum masuk ke dalam cold box. Di dalam E-105 terjadi pertukaran panas
antara lean glycol dan gas kering, dimana temperatur lean glycol sebelum
memasuki E-105 yaitu sebesar 109 °F dan turun menjadi 98 °F, sedangkan
temperatur gas kering naik dari 83 °F menjadi 86 °F. Gas tersebut kemudian
menuju cold box lagi untuk didinginkan kembali atau diturunkan suhunya
hingga -38 °F.
Rich gas (gas yang mengandung banyak air) tersebut kemudian masuk ke
Low Temperature Separator (LTS) (V-250) namun sebelumnya masuk ke Joule-
Thompson Valve yang berfungsi untuk menurunkan tekanan sampai dengan 600
Psig dan temperature menjadi -45 °F. Feed gas tersebut kemudian masuk
menuju Low Temperature Separator. Di dalam Low Temperature Separator
tersebut komponen C1 dan C2+ dari feed gas kemudian dipisahkan.
Komponen C1 dan C2+ menuju ke cold box lagi untuk di manfaatkan
sebagai pendingin sebelum pada akhirnya menuju sales gas. Sedangkan cairan
yang tersisa itu dinamakan NGL (Natural Gas Liquid) keluar dari overhead
LTS dialirkan menuju kolom De-Ethanizer (V-500) yang sebelumnya melewati
cold box untuk menaikkan temperaturnya hingga 34 oF.
Kolom De-Ethanizer berfungsi untuk memisahkan komponen C2 dari C3+
yang banyak mengandung propana, butana dan kondensat dengan cara destilasi
atau berdasarkan perbedaan titik didih. Kolom De-Ethanizer dibagi menjadi 3
bagian atau section, yang paling atas disebut rectification section, yang
bagian bawah disebut stripping section, sedangkan dasar kolom disebut
heating dan product withdrawal section. Tekanan operasi dari kolom De-
Ethanizer yaitu sebesar 480 psig dan temperatur 250 oF.
Didalam De-Ethanizer terdapat dua fase, dimana 70 % berbentuk cairan
dan sisanya berupa uap. Cairan tersebut kemudian di panaskan dengan
menggunakan pemanasan dari reboiler (E-510) yang menggunakan hot oil yang
mengalir di tube reboilernya sedangkan feed berada di shell reboiler.
Setelah melewati serangkaian tray, dengan temperature mencapai 241 °F untuk
memisahkan komponen C2 yang masih terikut didalam De-Ethanizer. Di bagian
atas De-Ethanizer terdapat trim cooler untuk mencegah agar C3 tidak ikut
menguap. Komponen gas C2 yang tidak terkondensasi dari kolom De-Ethanizer
kemudian dialirkan kembali ke cold box dimana temperatur yang awalnya -21
°F naik menjadi 90 °F, selanjutnya komponen ini dialirkan ke recycle
compressor atau booster(C-102) untuk dinaikkan tekanannya menjadi 540 Psig
dan temperature 65 °F sebelum dikirim kembali ke PT. Pertamina gas
transmission sebagai lean gas.
Sedangkan C3 yang sudah bebas dari fraksi-fraksi ringannya kemudian
keluar dari bottom kolom menuju kolom De-propanizer (V-525). Kolom De-
Propanizer ini berfungsi untuk memisahkan komponen C3 (propane) dari C4+
yang kaya kandungan butana dan kondensat dengan cara distilasi berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Tekanan dan temperatur operasi pada kolom De-
Propanizer sebesar 270 Psig dan 240 °F. Umpan yang kaya kandungan C3+ masuk
di bagian atas sebagai campuran dua fase.
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk
kedalam reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir di
tube reboilernya, dengan temperatur reboiler 240 °F. Uap panas ini kemudian
dimasukkan kembali ke dalam kolom De-propanizer dan menuju keatas melalui
serangkaian tray lagi untuk memanasi cairan yang turun kebawah melalui tray
yang sama. Uap propane kemudian dikondensasi melalui kondensor E-535, dan
selanjutnya ditampung dalam reflux drum (V-540) dengan tekanan 268 Psig dan
temperature 128 °F.
Kemudian sebagian propane dipompakan kembali dengan menggunakan pompa
P-545 ke dalam puncak kolom sebagai cairan reflux. Setelah pompa terdapat
Level Control Valve (LCV) yang berfungsi untuk mengatur aliran, jika feed
mencapai 65 gpm maka feed tersebut dialirkan kembali ke dalam De-propanizer
sedangkan sisanya menuju ke kondensor E-550. Sementara itu sebagian lagi
dialirkan untuk kemudian di blending dengan butana menjadi LPG mix, dengan
komposisi sekitar 60% mol C3 dan 38% mol C4.
Sementara itu C4 yang sudah terbebas dari fraksi-fraksi ringannya
kemudian di alirkan kedalam kolom De-Butanizer dengan tekanan 300 Psig
sebagai campuran 2 fase. Umpan yang berbentuk cairan selanjutnya turun
kebagian bawah melalui sejumlah tray, kemudian cairan ini dipanaskan
didalam reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil, dengan
temperatur reboiler 305 °F. Uap yang kaya kandungan butana hasil pemanasan
dari reboiler ini selanjutnya dimasukkan kembali kedalam kolom De-Butanizer
dan mengalir keatas melalui sejumlah tray, selanjutnya menuju butanizer
condenser E-570. Butana yang terkondensasi, kemudian ditampung dalam reflux
drum (V-575).
Sebagian butana dipompakan ke puncak kolom sebagai cairan reflux dan
sebagiannya lagi dialirkan ke cooler (E-590) sebelum di blending dengan
propana menjadi LPG mix, dengan komposisi sekitar 60% mol C3 dan 38% mol
C4, selanjutnya dialirkan ke dalam tanki LPG (V-008) pada temperatur 100 °F
dengan tekanan operasi tanki 130 Psig. Kondensat yang telah stabil, yang
banyak mengandung komponen C5 dan C6, selanjutnya mengalir dan keluar
melalui level control menuju condensate cooler (E-580) untuk didinginkan
mencapai suhu 120 oF sebelum dialirkan kedalam tanki condensate (V-009)
pada kondisi atmosferik.
3.6.2. Dehydration Unit (Glycol System)
Feed gas dari proses penyaringan dengan menggunakan scrubber,
coalising filter dan srubber contactor atau filer sparator, masih
mengandung air dan harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam
proses LPG plant karena air tidak diharapkan untuk masuk ke LPG plant
karena bisa menyebabkan iching pada saat proses pemisahannya oleh karena
itu air harus benar-benar dihilang dari feed gas. Pengeringan dilakukan
didalam glycol system dimana gas yang jenuh atau masih mengandung air
(saturated water) setelah keluar dari filter separator, mula-mula
didinginkan terlebih dahulu didalam cold box, kemudian di masukkan kedalam
kolom glycol contactor V-100 untuk mengabsorbsi atau menyerap kandungan air
nya dengan mengontakkan feed gas dengan lean TEG (Three Ethilen Glicol).
Lean TEG yang dikontakkan dengan feed gas akan menyerap air yang masih
terkandung pada feed gas karena air larut dalam TEG sehingga feed gas
keluaran contactor diharapkan sudah tidak mengandung air atau mengandung
air dengan jumlah yang sangat sedikit agar tidak mempengaruhi proses
pemisahan ges pada column fraksinasi. Gas kering hasil dari process
dehydrasi ini kemudian dilewatkan kembali kedalam cold box untuk
didinginkan lebih lanjut dengan menggunakan propane refrigerant atau
chilling. Tekanan serta temperatur di dalam glycol contactor yaitu sebesar
710 Psig dan 78 oF. Selain itu temperatur dari masing-masing komponen yang
akan dikontakkan di dalam glycol contactor (lean glycol dan lean gas) dapat
dilihat berdasarkan temperatur kedua komponen sebelum dan setelah melewati
E-105.
Temperatur lean glycol sebelum memasuki E-105 yaitu sebesar 141 oF dan
turun menjadi 98 oF setelah melewati E-105 (sebelum masuk kedalam glycol
contactor). Demikian halnya dengan lean gas yang telah dikontakkan dengan
lean glycol didalam V-100, sebelum melewati E-105 temperatur lean gas
tersebut sebesar 83oF dan naik menjadi 86oF setelah melewati E-105.
Besarnya kandungan air yang diserap oleh TEG di dalam kolom glycol
contactor berkisar antara 2,6 – 2,8 %wt dari TEG yang keluar dari kolom
glycol contactor.
Setelah melakukan proses pengeringan (drying process), cairan glycol
(TEG) akan menjadi jenuh karena terjadi penyerapan air kedalam cairan
glycol. Glycol ini harus di-regenerasi dengan cara mengalirkan dan
memanaskannya kedalam regeneration reboiler (H-150) pada temperatur 400 oF
untuk menguapkan kandungan air yang ada pada Glikol. TEG yang keluaran
contactor (V-100) yang sudah jenuh dengan air (TEG jenuh atau rich TEG)
melewati LCV-100 dimana level dari V-100 di setting 30%. Jika level dari V-
100 lebih dari setting maka LCV-100 akan terbuka otomatis mengalirkan rich
TEG ke dalam still column.
Selanjutnya air di stripping didalam stripping column pada temperatur
400oF sehingga kandungan air di dalam TEG turun menjadi 0,02 %wt. Namun,
sebelum dialirkan menuju regeneration reboiler, rich TEG dari V-100
terlebih dahulu dipanaskan (pre-heating) pada bagian atas still culomn
dengan suhu 168 oF. Aliran rich TEG pada bagian atas still column ini juga
berfungsi untuk menjaga agar tidak ada TEG yang ikut menguap bersama
komponen air yang teruapkan sehingga dapat meminimalisasi adanya losses
pada glycol akibat penguapan. Setelah melewati bagian atas still column,
rich TEG kemudian dialirkan menuju flash tank (V-110) untuk memisahkan gas
dari liquid (TEG) yang terikut dari contactor serta di dalam flash tank
tersebut diharapkan pula agar liquid hidrokarbon yang terkandung di dalam
rich TEG dapat terlepas dan akan dibuang ke flearing. Dari flash tank, rich
TEG kemudian melewati serangkaian filter untuk menghilangkan pengotor yang
terkandung di dalam rich TEG.
Filter yang dilewati oleh rich TEG sebelum masuk ke dalam exchanger
(E-131) meliputi glycol particulate filter (F-120/121) yang berfungsi
menghilangkan pengotor padat ( dust particulat ) pada TEG, glycol carchoal
filter (F-125/126) yang berfungsi menghilangkan hidrokarbon (cracking
hidrokarbon) yang masih lolos dari flash tank dan filter nowata (F-127)
untuk memisahkan particulat halus yang masih lolos dari F-
120/121/125/126/127. Rich TEG yang telah difilter kemudian dipanaskan
kembali di dalam exchanger (E-130) dengan menyerap panas dari lean TEG yang
akan dialirkan menuju V-100 hingga mencapai suhu 184 oF.
Kemudian Rich TEG masuk ke dalam Still column, dan dipanaskan oleh
reboiler H-150 dengan temperatur 400 oF. Karena jika temperatur diatas 400
oF maka TEG yang losses aka banyak karena terdegradasi. Di reboiler
dimasukkan stripping gas untuk mempercepat pemanasan di reboiler sehingga
air dapat cepat teruapkan dan terpisah. Selai itu sripping gas yang menguap
dapat mengikat uap air juga untuk dikeluarkan ke cerobong. Diharapkan
setelah pemanasan di reboiler uap air tidak terikut lagi pada TEG tetapi di
reboiler efisiensi penyerapannya sebesar 95,5 %. Itulah sebabnya masuk ke
stripping column.
Di dalam stipping column terdapat spiral untuk menahan TEG losses dan
memisahkan uap air yang masih terikut pada TEG dan membuangnya ke
cerobong.Setelah melewati stripping column, efisiensi penyaerapan air
menjadi 99,8 %. TEG keluaran dari stripping column dinamakan lean TEG pada
suhu 265 oF. Sebelum disirkulasi kembali ke dalam kolom glycol contactor,
TEG yang telah terbebas dari kandungan air (lean TEG) diturunkan
temperaturya terlebih dahulu dengan cara dikontakkan dengan rich TEG dari
glycol contactor di dalam heat exchanger (E-130).
Lean TEG berada di shell dan rich TEG berada di tube. Sehingga suhu
keluaran lean TEG nantinya berkurang menjadi 184 oF setelah mengalami
pertukaran panas denag Rich TEG. Setelah melewati E-130, lean TEG masuk ke
tangki penampungan T-155. Proses penurunan temperatur TEG juga dilakukan
dengan melewatkannya dalam cooler E-145 sebelum dipompakan oleh P 170 A/B
kembali ke dalam kolom glycol contactor. Terdapat FM-100 sebelum lean TEG
masuk ke V-100, dimana FM-100 di setting sebesar 10% feed + 0,2. Jika lean
TEG yang mau dialirkan berlebih dari setting FM-100 maka kelebihan TEG akan
dialirkan kembali ke tangki accumulator (T-155).
3. Refrigeration System
Refrigration system merupakan unit system pendingin pada plant LPG
yang menggunakan propane sebagai pendingin. Refrigeration package
menggunakan propane sebagai refrigerant (98% mol C3), yang terdiri dari 2 x
50% train screw compressor dengan tenaga penggerak Gas Engine. Secara
keseluruhan refrigerant package terdiri dari gas chiller, compressor, oil
separator, propane condensor, oil pump, oil cooler, dan liquid receiver.
System ini merupakan closed loop system yang dilengkapi dengan propane make-
up connection untuk menggantikan atau menambah propane refrigerant yang
hilang (lost) selama pemakaian. Refrigerant system dilengkapi dengan
control panel tersendiri berbasis PLC yang terpasang secara terpisah dan di
design khusus untuk menjalankan unit tersebut. Namun demikian disediakan
output "common alarm" yang terkoneksi ke plant main control room.
Propane yang sudah dikondensasi di tampung pada tangki accumulator (V-
400). Sebelum masuk ke economizer (V-330), propane dialirkan ke filter F-
420 untuk menyaring kotoran/ impuritis dan juga oli yang masih terikut pada
propane. Economizer digunakan untuk mengekonomiskan nilai propane dimana
disana propane dipisahkan antara propane liquid dan propane vapor.Tekanan
dan temperatur operasi economizer sebesar 50 Psig dan 30 oF.
Propane vapor pada bagian atas economizer langsung dialirkan ke
compressor C-310 A/B sebagai secound suction sedangkan aliran bottom
economizer yaitu propane liquid dibagi menjadi 2 aliran. Aliran pertama,
propane liquid dialirkan ke trim cooler E-505 yang digunakan untuk
pendinginan pada trim cooler di de-ethanizer untuk mengkondensasi C3 yang
ikut teruapkan pada column fraksinasi de-ethanizer. Setelah propane liquid
digunakan untuk kondensasi, propane berubah fase menjadi vapor. Vapor
propane kemudian dialirkan ke tangki expansi V-230. Sedangkan aliran
liquid propane yang ke dua langsung dialirkan ke tangki expansi V-230.
Tekanan dan temperatur operasi expantion vessel sebesar 6 Psig dan -28oF.
Tangki expansi ini terjadi penurunan tekanan sampai 6 psi karena
ditangki ekspansi vapor propane yang ada pada tangki dialirkan ke scrubber
V-300 untuk memisahkan terlebih dahulu liquid yang propane yang terikut
sebelum masuk ke compressor C-310 A/B karena di compressor tidak boleh ada
liquid. Sedangkan bagian bottom (liquid propane) dialirkan ke cold box E-
220 untuk pendinginan di cold box. Setelah liquid propane digunakan
sebagai pendingin, propane vapor kemudian dialirkan kembali ke tangki
expansion V-230.
Vapor propane yang sudah dipisahkan liquid propanenya pada srubber
kemudial masuk ke compressor C-310 A/B dan bergabung dengan propane vapor
dari secound suction. Pada compressor mycomp tekanan propane ditingkatkan
dari 6 Psig menjadi 185 Psig. Tekanan dinaikan supaya semakin banyak
propane yang terliquid kan nantinya. Propane yang telah dinaikkan
tekanannya kemudian dialirkan menuju lube oil separator (V-320 A/B) dan
compressor lube oil separator 2nd stage (V-321 A/B) untuk menangkap oil CPI
yang tercampur ke dalam propane saat mlewati C-310 A/B. Selanjutnya propane
dialirkan melalui kondensor (E-410 A/B/C) untuk dikondensasi dan menurunkan
temperaturnya dari 168 oF menjadi 104 oF, kemudian ditampung di dalam
accumulator (V-400).
3.6.4. Hot Oil System
Sistem hot oil menggunakan lube oil mobiletherm 603 sebagai oil untuk
pemanasan pada reboiler fraksinasi. Hot oil system merupakan closed system,
yang terdiri dari peralatan sebagai berikut;
1) Hot Oil Heater
2) Hot Oil Expansion Tank
3) Hot Oil Recirculation Pumps
Hot Oil Heater merupakan dual furnace atau tungku tipe konveksi
(pemanas tak langsung) yang berfungsi untuk memanaskan hot oil dengan bahan
bakar lean gas pada saat operasi normal atau memakai bahan bakar feed gas
pada saat star-up plant pada burner (B-610). Hot oil mula-mula dipanasi
didalam heater kemudian disirkulasi ke LPG plant dengan pompa untuk
memanasi regenation gas heater, LEF reboiler dan LPG reboiler. Hot oil
disirkulasikan oleh 2 x 100% hot oil recirculation pump. Sementara itu, hot
oil yang telah digunakan akan di kembalikan ke expansion tank sebelum
sirkulasi ulang setelah dipanasi kembali didalam heater.
Expansion tank didesign memiliki ruang yang cukup untuk meyimpan
sementara hot oil dan juga memberikan ruang untuk expansi hot oil akibat
pemanasan. Untuk mengganti sebagian hot oil yang hilang selama pemakaian
maka disediakan connection untuk hot oil make-up yang dilengkapi dengan
pompa feeding dan stroge tank. Hot oil system dilengkapi dengan control
panel tersendiri berbasis PLC yang terpasang secara terpisah dan di design
khusus untuk menjalankan unit tersebut. Namun demikian disediakan output
"common alarm" yang terkoneksi ke Plant Main Control room.
Hot Oil yang telah dipanaskan di dalam heater (H-600) kemudian
dipompakan dengan pompa P-630 A atau B ke dalam De-Ethanizer Reboiler (E-
510), De-Butanizer Reboiler (E-565) dan De-Propanizer Reboiler (E-530).
Aliran hot oil ke reboiler dibagi menjadi 2 aliran yaitu aliran pertama
langsung ke De-Ethanizer reboiler (E-510) dan aliran yang ke dua menuju ke
De-Butanizer reboiler (E-565) dan De-Propanizer reboiler (E-530).
Tetapi aliran ke De-Ethanizer reboiler (E-510) ditutup terlebih dahulu
dengan valve karena De-Ethanizer reboiler (E-510) terlebih dahulu
menggunakan panas hot oil keluaran dari De-Butanizer reboiler (E-565) dan
De-Propanizer reboiler (E-530). Setelah digunakan sebagai pemanas di dalam
E-565 dan E-530, hot oil kemudian dialirkan kedalam De-Ethanizer reboiler
(E-510) sebelum dipanaskan kembali di dalam heater. Jika panas hot oil
keluaran De-Butanizer reboiler (E-565) dan De-Propanizer reboiler (E-530)
sudah mencukupi untuk memanaskan Ethanizer reboiler (E-510), valve yang ke
Ethanizer reboiler tidak dibuka tetapi jika panasnya belum mencukupi maka
valve dibuka untuk memenuhi kebutuhan panas di Ethanizer reboiler. Kondisi
operasi untuk reboiler yaitu untuk temperatur Ethanizer reboiler (E-510)241
oF, De-Butanizer reboiler (E-565) 240 oF dan De-Propanizer reboiler (E-530)
305 oF.
5. Fractionation
Fractionation system terdiri dari 3 buah kolom, yang merupakan unit-
unit utama dari LPG plant yang berfungsi menghasilkan product dengan cara
distilasi berdasarkan perbedaan titik didih dari masing-masing komponen gas
umpan, yaitu:
1. De-Ethanizer
2. De-Propanizer
3. De-Butanizer
Berikut uraiannya :
1. De-Ethanizer kolom
Column De-Ethanizer memisahkan komponen ringan (C1 dan C2) dari C3+
yang kaya kandungan propane, LPG dan condensate dengan cara distilasi
berdasarkan perbedaan titik didihnya. Column De-Ethizer di bagi menjadi 3
bagian atau section, yang paling atas disebut rectification section, yang
bagian bawah disebut stripping section, sedangkan dasar kolom disebut
heating dan product withdrawal section. Umpan yang kaya kandungan C3+ masuk
di bagian atas stripping section sebagai campuran 2 phase (kira-kira 70%
mol berbentuk cairan, sisanya berupa uap).
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk
kedalam reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir di
shell-side reboilernya. Uap panas ini kemudian di masukkan kembali ke dalam
kolom dan mengalir keatas melalui serangkaian tray untuk memanasi cairan
yang turun kebawah melalui tray yang sama.C3+ yang sudah bebas dari fraksi
ringan selanjutnya mengalir melewati weir ke dalam product withdrawal
section, dan keluar dari kolom diatur oleh control valve menuju De-
Propanizer column. Sementara itu umpan yang berbentuk uap yang kaya akan
komponen C1 dan C2 pada saat masuk ke column akan tercampur dengan uap
panas yang berasal dari Reboiler, dan mengalir keatas kolommelalui
rectification section, selanjutnya dipuncak kolom didinginkan dengan trim
cooler, component berat yang terdapat didalam uap akan di kondensasi atau
diembunkan dan akan jatuh kebawah kolom sebagai cairan reflux, yang
selanjutnya akan terpanasi oleh uap yang mengalir keatas di dalam
rectification section. C1& C2 yang tidak mengembun di top kolom selanjutnya
di alirkan ke recycle compressor untuk dinaikkan tekanannya sebelum dikirim
kembali ke Pertamina gas transmission.
2. De-Propanizer kolom
Column De-Proannizer memisahkan komponen C3 (propane) dari C4+ yang
kaya kandungan LPG dan condensate dengan cara distilasi berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Column De-Propanizer di bagi menjadi 3 bagian
atau section, yang paling atas disebut rectification section, yang bagian
bawah disebut stripping section, sedangkan dasar kolom disebut heating dan
product withdrawal section. Umpan yang kaya kandungan C3+ masuk di bagian
atas stripping section sebagai campuran dua phase.
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
Serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk
kedalam reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir
di shell-side reboilernya. Uap panas ini kemudian di masukkan kembali ke
dalam kolom dan mengalir keatas melalui serangkaian tray untuk memanasi
cairan yang turun kebawah melalui tray yang sama.C4+ yang sudah bebas dari
fraksi ringan (C3) selanjutnya mengalir melewati weir ke dalam product
withdrawal section, dan keluar dari kolom diatur oleh control valve menuju
De-Butanizer Column.
Sementara itu umpan yang berbentuk uap yang kaya akan komponen C3 dan
pada saat masuk ke column akan tercampur dengan uap panas yang berasal
dari reboiler, dan mengalir keatas kolom melalui rectification section,
selanjutnya menuju propane condenser . Component berat yang terdapat
didalam uap akan di kondensasi atau diembunkan didalam condenser, dan
selanjutnya dipisahkan didalam reflux drum sebelum di pompa kembali ke
dalam puncak column sebagai cairan reflux. Cairan reflux ini selanjutnya
akan mengalir kebawah dan akan terpanasi oleh uap yang mengalir keatas di
dalam rectification section. Sementara itu sebagian dari cairan ini
dialirkan kedalam tangki penyimpan sebagai product propane.
3. LPG Column atau De-Butanizer
LPG Column atau De-Butanizer akan memisahkan komponen C3 dan C4 dalam
jumlah tertentu dari condensate umpan yang yang didapat dari bottom product
De-propanizer column. LPG dalam bentuk uap selanjutnya di distilasi didalam
kolom untuk mengambil cairan C5+ yang mana juga teruapkan dalam jumlah
kecil. LPG column terdiri dari 3 bagian, bagian atas disebut rectification
section, bagian bawah disebut stripping section, dan bagian dasar column
disebut heating dan product withdrawal section.
Umpan dari De-pronanizer column yang kaya kandungan C3 dan C4 masuk
kedalam LPG De-Butanizercolumn sebagai campuran 2 phase melalui bagian atas
stripping section. Umpan yang berbentuk cairan selanjutnya turun kebagian
bawah melalui sejumlah tray ke heating section dimana selanjutnya cairan
ini dipanaskan didalam reboiler untuk diuapkan dengan menggunakanh hot oil.
Uap yang kaya akan kandungan LPG hasil pemanasan dari reboiler selanjutnya
dimasukkan kembali kedalam column dan mengalir keatas melalui sejumlah
tray, yang akan memanasi cairan yang turun lewat tray-tray tersebut.
condensate yang telah stabil, yang banyak mengandung komponen C5 dan C6.
Selanjutnya mengalir melewati weir kedalam product withdrawal
section, dan keluar lewat level control menuju condensate cooler untuk
didinginkan sebelum di alirkan kedalam tangki-tangki condensate. Sementara
itu umpan yang berbentuk uap yang kaya akan komponen C3 dan C4 pada saat
masuk ke LPG column akan tercampur dengan uap panas yang berasal dari
reboiler, dan mengalir keatas kolom melalui rectification section,
selanjutnya menuju LPG condenser atau fin-fan cooler. LPG yang
terkondensasi, yang mengandung komponen sekitar 60% mol C3 dan 38% mol C4
dipisahkan dari komoponen ringan yang tidak terkondensasi didalam LPG
reflux drum dan dipompa ke LPG storage tank, sementara fraksi ringan yang
tersisa di buang ke flare system. LPG dalam jumlah tertentu akan dipisahkan
dalam LPG reflux drum untuk dipompakan kembali sebagai reflux kedalam
kolom. Cairan refluk ini selanjutnya mengalir turun kebawah sambil dipanasi
oleh uap yang mengalir keatas didalam rectification section didalam kolom
melalui serangkaian tray column.
3.6.6. Flare dan Disposal System
LPG plant Lembak, simpang Y tidak dilengkapi dengan flare system,
sehingga semua keperluan flaring dilakukan dengan menggunakan flare stack
milik Pertamina yang memang sudah ter-installed di dekat plant area. LPG
plant Lembak, simpang Y hanya menyediakan koneksi dari flare header ke
existing flare stack milik PT. Pertamina. Disposal system untuk buangan
yang berbentuk cairan tetap disediakan sebagai alat buangan proses sebelum
dilepas ke lingkungan.
Gas buangan yang berasal dari venting atau gas blowdown pada saat
emergency akan di alirkan ke flare system milik Pertamina untuk dibakar
terlebih dahulu sebelum dilepas ke atmosphere.
Terdapat 2 buah disposal system untuk menampung buangan cairan, yaitu
closed drain system yang berfungsi menampung sisa cairan yang masih banyak
mengandung condensate seperti cairan dari filter dan separator. Untuk
cairan yang banyak mengandung air dan buangan yang tidak bertekanan,
dialirkan ke oil catcher yang terbuat dari penampungan bak terbuka yang
dilengkapi dengan weird untuk memisahkan sisa-sisa condensate dan air.
Condensate yang telah dipisahkan kemudian dipompakan kembali ke closed
drain system, sementara airnya dialirkan ke balong sebelum di buang ke
lingkungan.
3.6.7. Storage and Loading System
LPG tank Lembak, simpang Y dilengkapi dengan 4 buah LPG tank berbentuk
vessel horizontal dengan kapasitas per tank 150 tons. Tank ini dilengkapi
dengan water cooling system yang berfungsi untuk memdinginkan tank apabila
suhu cairan didalam tanki melebihi titik aman temperature penyimpanan.
System loading LPG produk dilakukan dengan loading truck menggunakan
weighing bridge station.
LPG dialirkan dari tangki penyimpan dengan LPG pump yang masing-masing
berkapasitas 88 Gpm. Plant ini juga dilengkapi dengan 1 buah LPG offspec
tank berkapasitas 150 ton yang berfungsi untuk menampung hasil LPG yang
tidak memenuhi specifikasi sebelum di re-cycle kembali ke process plant
dengan menggunakan LPG off spec pump yang berkapasitas Gpm. Terdapat 1 buah
propane tank untuk menampung produk propane dengan kapasitas 50 tons.
Terdapat 1 buah condensate tank untuk menampung produk condensate
dengan kapasitas 125 tons. Loading propane dan condensate produk dilakukan
dengan dispenser menggunakan filling station. Condensate dialirkan dari
tanki penyimpan dengan 2 buah propane pump yang masing-masing berkapasitas
22 Gpm, dan 2 buah condensate pump yang masing-masing berkapasitas 22 Gpm.
3.6.8. Control and ESD System
Untuk mengendalikan plant dan mengatasi keadaan bahaya, LPG plant
Lembak, simpang Y dilengkapi dengan Control dan ESD system yang berfungsi
untuk mengontrol parameter proses dan sebagai emergency shutdown system.
Menurut penempatannya (topography) system kontrol ini dibagi menjadi 2
bagian yaitu system control yang diletakkan didalam control room dan local
control panel untuk unit-unit tertentu.
Semua parameter proses dikendalikan dari control room, yang
didalamnya terdapat panel-panel sebagai berikut :
1) Main control panel & ESD system (PLC system)
2) Gas chromatograph panel (Status)
3) MCC panel
4) Propane refrigerant panel
5) Hot oil panel
PLC yang berada di control room menangkap sinyal atau info yang
dikirim dari local panel atau site, yaitu dari transmitter, control valve,
SOV (BDV/SDV/DV), dan dew point. Terdapat 3 system di site yang tidak
terhubung dengan DCS system, yaitu loading system, gas chromatography
system dan metering lean gas system.
Pengontrolan loading system dilakukan langsung di lapangan, sedangkan
status dari metering lean gas di display di control room melalui flow
computer yang dilengkapi dengan printer sendiri. Data dari local panel cas
chromatography juga di display di PC3 yang berada di control room. PC3 juga
dilengkapi dengan printer. System yang berada di lapangan selain instrument
yang juga terhubung PLC adalah refrigeration system dan hot oil packages.
Man Machine Interface (MMI) dari PLC system dilakukan di dua buah
computer (PC1 dan PC2), serta terhubung ke dua buah printer. PC1 berfungsi
sebagai programming dan station, artinya semua penambahan ataupun
pemprograman PLC system hanya bisa dilakukan melalui PC1. PC2 berfungsi
sebagai station dan dapat digunakan untuk merubah set-point dari
instrument. Di control room juga terdapat MCC, yang berfungsi sebagai
control terhadap semua equipment motor. Khusus untuk motor-motor yang
bekerja di main proses, MCC mengirim sinyal Run atau Stop Permit Status ke
DCS system.
3.6.9. Fire Safety System
Untuk mengatasi keadaan darurat bahaya kebakaran, plant dilengkapi
dengan fire water system yang didesain untuk melindungi plant jika terjadi
kebakaran besar di tanki LPG dan di semua area plant. Fire water system
terdiri dari:
1) Fire water pump station
2) Fire water pond
3) Fire water main ring dan accessories
Fire water pump station terdapat 1 buah diesel engine fire water pump
berkapasitas 1250 gpm dengan tekanan discharge 150 psig maximum. Pompa ini
dilengkapi dengan diesel tank yang memiliki kapasitas bahan bakar solar
mampu mensuplai engine secara terus menerus selama 4 jam. Pompa ini running
secara otomatis (starter active) jika tekanan di main ring berkurang pada
tekanan tertentu.
Jockey pump dipasang untuk menjaga pressure main ring pada tekanan 125
psig. Jika hydrant atau monitor dibuka karena terjadi kebakaran, maka
tekanan main ring akan menurun yang akan mengaktifkan fire water pump.
Water pond atau balong dibangun dengan kapasitas air yang cukup untuk
mengatasi bahaya kebakaran, dimensi balong 95 M x 50 M dan kedalam 4 meter,
memiliki kapasitas penampungan air nominal 13.300 M3.
Main ring terbuat dari pipa berdiameter 8 inci yang dibangun
mengelilingi plant, yang juga dilengkapi dengan 10 hydrant dengan kapasitas
hydrant masing 85 GPM (125 Psig) untuk menghadapi kebakaran. Selain itu
pada propane, LPG dan condensate tank juga dilengkapi dengan water spray
system yang berguna untuk mendinginkan tanki pada saat kebakaran atau jika
suhu didalam tanki naik dan terjadi penguapan yang signifikan. Water spray
system ini dihubungkan dengan deluge valve yang akan membuka secara
otomatis jika tekanan di dalam tanki naik akibat terjadinya penguapan yang
berlebihan.
3.6.10. Utility
Terdapat 4 macam utility system untuk menjalankan plant, yaitu:
1) Air Instrument System
2) Genset
3) UPS
4) Water Treatment Package
Berikut penjelasannya keempat sistem utilitas yang ada di plant :
1. Instrument Air System
Instrument air system berguna untuk menyuplai seluruh keperluan udara
untuk alat-alat instrumen. Dalam sistem ini terdapat dua buah air
compressor yang berguna untuk mengkompres udara. Compressor ini digerakkan
melalui tenaga listrik yang berasal dari generator. Compressor juga
dilengkapi dengan air dryer yang berfungsi untuk menyaring kandungan air
yang terdapat di udara dengan cara mengkondensasikannya. Udara kering yang
keluar dari air dryer kemudian ditampung didalam tabung penampung atau
receiver sebelum dialirkan kebagian instrument yang membutuhkan seperti
control valve. Udara kering tersebut disalurkan dengan tekanan sekitar 125
psig.
2. Genset atau Generator
Generator adalah mesin listrik yang berfungsi untuk merubah tenaga
mekanik yang berupa tenaga putar poros (rotor) menjadi tenaga listrik.
Prinsip kerjanya adalah bila sebuah penghantar (konduktor) digerakkan
(mekanik) dalam medan magnet, maka pada penghantar itu akan timbul arus
listrik.
Terdapat tiga buah generator yang ada didalam plant PT. Surya Esa Perkasa,
Tbk yaitu:
1. Dua buah genset yang berkapasitas masing-masing 900 KVA yang
digerakkan oleh mesin berbahan bakar gas .
2. Satu buah genset berkapasitas 250 KVA yang digerakkan oleh mesin
diesel.
Pada dasarnya hanya satu buah genset yang bekerja pada kondisi normal,
sedangkan yang satunya lagi stand by dan satu buah genset diesel sebagai
persiapan ketika emergency.
3. UPS ( Un – interupted Power Supply )
UPS digunakan sebagai sistem power back-up untuk tetap menyuplai power
jika terjadi pemadaman arus listrik secara tiba-tiba. UPS ini dirancang
untuk mampu melindungi semua operasi –operasi kritikal selama dua jam
secara terus menerus sebelum pembangkit listrik aktif kembali. UPS mampu
menyuplai DC power sekitar 20 KVA.
4. Plant Water atau Water Treatment Package
Plant water adalah unit yang berfungsi untuk menjernihkan air baku
menjadi air bersih melalui proses klarifikasi. Air permukaan yang berasal
dari alam mengandung kotoran-kotoran ini tidak dihilangkan maka akan
mengganggu pada proses selanjutnya.
Impurities - impurities ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu sebagai
berikut:
1. Impurities yang tidak larut (suspended solid) yaitu partikel –
partikel atau kotoran yang masih dapat dilihat secara kasat mata.
Seperti, partikel-partikel yang menyebabkan air keruh.
2. Impurities yang terlarut (dissolved solid). Seperti, calsium
bikarbonat, garam-garam silika dan lain-lain.
Pada dasarnya kedua impurities di atas harus dihilangkan agar
diperoleh air dengan kualitas yang bagus. Namun, plant PT. Surya Esa
Perkasa, Tbk hanya menghilangkan kandungan air suspended solid karena air
yang digunakan hanya untuk menyuplai keperluan kantor, pendingin untuk fin
fan cooler dan fire hydrant. Proses deskripsinya adalah sebagai berikut:
Air diambil dari sumur bor dengan menggunakan pompa deep well pump yang
kemudian ditampung dibak settling untuk mengendapkan suspended solid yang
ada sebelum dialirkan ke proses selanjutnya. Dari bak penampung air
dialirkan ke sand filter guna menghilangkan impurities – impurities seperti
pasir, tanah dan lain-lain. Dari sand filter air ditransfer ke bak
penampungan kemudian dialirkan ke aerator dengan menggunakan bantuan
transfer pump dan kemudian ke filter pump. Sebelum air dialirkan untuk
keperluan plant dan kantor, air terlebih dahulu dimasukan ke karbon filter
guna menyaring impurities-impurities yang mungkin masih terkandung.
-----------------------
PERTAMINA
SEP
SPPBE
AGENT LPG
KIOS PENJUALAN LPG
MASYARAKAT
Sumber : Lembak Gas Operating Manual
-----------------------
51
1