Teknologi Pencitraan Permukaan Bumi dengan Satelit “SATELIT WORLDVIEW -3” Teknologi satelit yang sudah semakin berkembang dan menunjang berbagai kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aplikasi penggunaan satelit dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk pencitraan permukaan bumi. Kegunaan teknologi satelit ini dapat diuraikan sebagai berikut : Kebutuhan pencitraan permukaan bumi yang kian meningkat memicu perus ahaan satelit untuk menghasilkan pencitraan yang detail dan tajam. Kebutuhan itu kini sudah bisa diakomodasi. Sebab perusahaan satelit swasta global, DigitalGlobe telah meluncurkan satelit pencitraan terbarunya, WorldView-3 ke orbit. Dikabarkan BBC, Jumat 15 Agustus 2014, satelit terbaru DigitalGlobe itu menawarkan potret gambar permukaan bumi dengan resolusi 30 cm, jauh lebih tajam dari satelit milik mili k pemerintah AS yang hanya beresolusi 50 cm. Kemampuan resolusi tajam satelit perusahaan per usahaan yang berbasis di Colorado, AS itu juga makin memperkuat posisi DigitalGlobe dari perusahaan satelit lain, dalam pasar satelit komersil. SATELIT WORLDVIEW-3
“Penting bagi mereka (DigitalGlobe) untuk mengatakan, ‘Kami telah memiliki data yang sangat akurat dan resoluti sangat tinggi,'” ujar Adam Keith, Direktur Luar Angkasa dan Pengamatan Bumi Euroconsult. Namun langkah satelit terbaru DigitalGlobe ini untuk meluncurkan produknya ke pasar tengah mendapat ujian. Sebab ada perhatian soal beberapa keamanan. Dilaporkan Departemen Perdagangan AS meminta DigitalGlone menunggu 6 bulan sebelum mengaplikasikan produk pencitraan dengan resolusi 31 cm. Departemen ini memang sudah menjadi institusi yang memberikan lisensi penyedia satelit pencitraan komersil AS. Diketahui sekitar 60 persen bisnis DigitalGlobe terkait dengan lembaga pemerintah AS, terutama militer dan untuk aplikasi sipil. Permintaan tangguhan AS itu memungkinkan otoritas AS untuk mengakses set iap masalah yang tak terduga atau yang sensitif.
PENCITRAAN KILAT Satelit pencitraan terbaru DigitalGlobe ini memiliki platfrom dengan tinggi 5,6 meter dengan bentang 2,8 meter. Satelit ini beroperasi pada ketinggian 617 Km dari permukaan laut. Satelit ini juga mengangkut teleskop dengan kamera 1,1 meter. WoldView-3 juga memiliki total 20 spektrum pita. Soal kecepatan akses data pencitraan rata-rata 1,2 Gbps, lebih cepat dari kecepatan WiFi di bumi. Pengambilan gambar di daratan bumi juga cukup menjanjikan. Disebutkan WorldView-3 mampu memindai New York hingga Washington hanya dalam waktu kurang satu menit, tepatnya 45 detik. “Kami bahkan bisa menghitung jumlah orang di jembatan Golden Gate (AS), kami dapat menghitung jumlah mobil dan warna mobil,” klaim Rob Mitrevski dari Exelis Geospatial Systems, yang mendesain optik satelit WorldView-3. Fitur kunci pada WorldView-3 yaitu instrumen CAVIS, yang akan memonitor keadaan atmosfer, misalnya dalam keadaan kabur maupun banyaknya aerosol dilangit. Instrumen memastikan pemindaian permukaan bumi tak akan terhenti dalam keadaan tersebut. Dilaporkan dalam sehari, WorldView-3 dapat mengumpulkan 650 ribu Km persegi pencitraan. “Kami akan mengunpulkan 4 juta Km persegi per hari, ini hampir seukuran luas Amerika Serikat,” kata Kumar Navulur, perwakilan DigitalGlobe. Kualitas gambar WorldVIew-3 lebih unggul dibandingkan satelit pencitraan Deimos dan Airbus Defence and Space (Eropa). PEMBUATAN SATELIT WORLDVIEW-3 NASA
Pastinya kita semua sudah cukup kagum dengan fitur satellite view di Bing atau Google Maps. Padahal untuk saat ini resolusi gambar satelit tersebut bisa dibilang masih cukup kecil. Namun semuanya bakal segera berubah seiring dengan akan diluncurkannya Satelit WorldView-3 beberapa hari lagi. WorldView-3 bakal menjadi satelit yang mengambil gambar permukaan bumi dengan resolusi tinggi hingga mampu menampilkan gambar yang lebih bagus, detail, dan jelas. WorldView-3 adalah satelit milik DigitalGlobe, dimana Google dan Bing adalah pelanggan dari perusahaan tersebut. Dengan diluncurkannya WorldView-3 ke luar angkasa, maka pastinya satellite view di Bing dan Google Maps juga bakal diupdate dengan resolusi yang lebih tinggi dalam jangka waktu dekat. Ini artinya sebentar lagi kamu bisa melihat tulisan baliho atau bahkan tiang lampu merah melalui Bing dan Google Maps.
VIEW BUMI DARI CITRA SATELIT
NASA mungkin tidak tahu kapan harus berhenti melakukan hal-hal yang menghebohkan dunia. Kali ini, Badan Antariksa milik Amerika itu telah meluncurkan sebuah satelit “mata-mata” terbaru ke orbit bumi. WorldView 3 adalah sebuah satelit dengan berat hampir 3 ton yang akan mengorbit di ketinggian 617 kilometer di atas permukaan bumi. NASA pun telah membekali WorldView 3 dengan sebuah kamera beresolusi tinggi dan sebuah pemindai gambar infra merah. Kekuatan kamera WorldView 3 diklaim mampu menangkap gambar objek di bumi hingga resolusi 31 sentimeter. Bahkan, menurut Mashable (13/08), kamera tersebut bisa dipakai untuk menghitung jumlah ayam di seluruh dunia. Selain itu, NASA bisa membantu rakyat Suriah untuk menangkal bahaya kelaparan menggunakan satelit itu, sebab kamera WorldView 3 mampu memantau pertumbuhan tanaman pangan di negara yang telah ditinggal oleh sebagian besar petaninya itu. Jadi, NASA bisa memberikan informasi waktu kapan tumbuhantumbuhan sumber bahan pangan itu bisa di panen tanpa harus masuk ke wilayah yang tengah di selimuti perang. Dilansir Gizmodo (13/08), satelit WorldView 3 sendiri akan sanggup memberikan kemudahan untuk NASA dalam mengambil 1,2 GB file gambar beresolusi tinggi per detik langsung dari luar angkasa. NASA pastinya bisa dengan mudah menangkap gambar-gambar detail dari kota-kota besar di Amerika atau negara lain di dunia, seperti New York City dan Washington DC hanya dalam waktu 45 detik.
SISTEM WORLDVIEW-3 MENGGUNAKAN REMOTE SENSING (PENGINDERAAN JARAK JAUH) Remote sensing atau yang lebih dikenal dengan penginderaan jauh adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain). Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau
planet dari orbit. Definisi Penginderaan Jauh beraneka ragam yang umumnya akan terkait dengan pemanfaatan alat tersebut untuk membantu aktivitas kerja atau penelitian. SISTEM REMOTE SENSING
Pada umumnya sensor sebagai alat pengindera dipasang pada wahana (platform) berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik, atau wahana lainnya. Obyek yang diindera adalah obyek di permukaan bumi, dirgantara, atau antariksa. Proses penginderaan dilakukan dari jarak jauh sehingga sistem ini disebut sebagai penginderaan jauh. Sensor dipasang pada lokasi yang berada jauh dari obyek yang diindera . Oleh karena itu, agar sistem dapat bekerja diperlukan tenaga yang dipancarkan atau dipantulkan oleh obyek tersebut. Antara tenaga dan obyek yang diindera terjadi interaksi. Masing-masing obyek memiliki karakteristik tersendiri dalam merespon tenaga yang mengenainya, misalnya air menyerap sinar banyak dan hanya memantulkan sinar sedikit. Sebaliknya, batuan karbonat atau salju menyerap sinar sedikit dan memantulkan sinar lebih banyak. Interaksi antara tenaga dengan obyek direkam oleh sensor. Perekaman menggunakan kamera atau alat perekam lainnya. Hasil rekaman ini disebut data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh harus diterjemahkan menjadi informasi tentang obyek, daerah, atau gejala yang diindera. Proses penerjemahan data menjadi i nformasi disebut analisis atau interpretasi data. Penginderaan jauh didefinisikan pula sebagai teknik
yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
Proses Evolusi Bumi Proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode, antara lain sebagai berikut:
1. Arkaekum (Zaman tertua) Zaman arkaekum diperkirakan telah berusia 2500 juta tahun. Zaman arkaekum memiliki ciri-ciri kulit bumi yang masih panas dan belum stabil, hal ini karena masih memiliki temperatur yang sangat tinggi. Pada zaman arkaekum diperkirakan belum adanya tanda-tanda kehidupan. Bumi masih dalam suatu proses pembentukan menjadi padat. 2. Paleozoikum (Zaman kehidupan tertua)
Zaman paleozoikum diperkirakan telah berusia 340 juta tahun. Pada zaman paleozoikum, bumi masih belum stabil serta masih terus menerus berubah-ubah (bumi perlahan berangsur-angsur menjadi dingin), namun sudah mulai adanya tanda-tanda kehidupan. Tanda-tanda kehidupan yaitu adanya makhluk hidup bersel satu atau mikroorganisme. Pada akhir zaman paleozoikm telah muncul berbagai jenis reptil sederhana seperti kura-kura. Tumbuhan yang muncul adalah jenis paku-pakuan. Zaman paleozoikum juga disebut zaman primer atau zaman pertama.
3. Mesozoikum (Zaman kehidupan pertengahan) Zaman mesozoikum diperkirakan berusia sekitar 140 juta tahun dan disebut juga sebagai zaman sekunder atau zaman kedua. Zaman mesozoikum mulai ditandai dengan terbentuknya cekungan laut atau geosinklinal yang terisi oleh endapan yang tebal serta meluasnya tumbuhan berjenis paku-pakuan. Pada zaman mesozoikum, iklim semakin membaik, walaupun suhu terkadang masih berubah-ubah, curah hujan sudah mulai berkurang, sungai besar dan danau banyak yang mengalami kekeringan, muncul pohon-pohon besar dan hewan yang banyak hidup di darat. Munculnya reptil yang sangat besar seperti dinosaurus (12 meter), tiranosaurus (30 meter), serta ada pula yang memiliki sayap dan mampu terbang. Oleh karena itu, zaman mesozoikum disebut juga sebagai zaman reptil. Pada akhir dari zaman mesozoikum, hewan berjenis mamalia sudah ada. 4. Neozoikum (Zaman kehidupan baru) Zaman neozoikum diperkirakan berusia sekitar 60 juta tahun. Pada zaman neozoikum, keadaan bumi sudah semakin membaik serta perubahan cuaca yang tidak begitu besar. Hal ini dapat membuat makhluk hidup untuk berkembang lebih pesat. Zaman neozoikum dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu zaman tersier serta zaman kuarter. 1. Zaman Tersier Zaman tersier sudah ditandai dengan munculnya tenaga endogen yang dahsyat yang dapat melipat dan mematahkan lapisan kulit bumi. Oleh karena akibat tenaga endogen tersebut, mengakibatkan terbentuk suatu rangkaian pegunungan besar di seluruh dunia. Zaman t ersier dibagi menjadi beberapa masa, yaitu zaman paleosen, eosen, oligosen, miosen, dan pliosen. Zaman ini sudah berkembang binatang-binatang yang menyusui, reptil-reptil raksasa lambat laun telah lenyap. 2. Zaman kuarter Zaman kuarter diperkirakan sejak 600.000 tahun yang lalu. Zaman kuarter ini kemudian dibagi menjadi 2 lagi, yaitu kala pleistosen dan kala holosen. 1. Kala pleistosen (Zaman diluvium) Kala pleistosen telah berlangsung 600.000 tahun yang lalu. Kala pleistosen sudah adanya manusia purba. Pada kala pleistosen, keadaan alam masih liar dan labil. Hal tersebut
disebabkan karena silih bergantinya 2 zaman, yaitu zaman glasial dan interglasial. 2. Kala holosen (Zaman aluvium) Kala holosen telah berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada kala holosen telah muncul spesies Homo sapiens. Adanya sebuah perkembangan global telah banyak memengaruhi perkembangan fisik alam Indonesia. Ketika lapisan es yang terdapat di kutub utara mencair, wilayah Indonesia barat masih menyatu dengan Benua Asia serta wilayah Indonesia timur masih menyatu dengan benua Australia. Pada waktu suhu bumi mulai memanas serta lapisan es yang terdapat di kutub utara mulai mencair, terbentuklah lautan yang terdapat di berbagai wilayah Indonesia serta memunculkan banyak pulau. Wi layah yang sebelumnya mnyatu dengan benua Asia dan sekarang menjadi dasar lautan yang disebut dengan Paparan Sunda. Sedangkan wilayah Indonesia timur yang menghubungkan dengan Benua Australia disebut Paparan Sahul. Kepulauan Indonesia Kepuauan Indonesia terletak pada posisi silang , terletak diantara dua benua, Benua Asia dan Australia; dan diantara dua samudera, Samudera Hindia dan Indonesia. Kesadaran itu telah ditanamkan sejak awal ketika duduk di bangku sekolah. Biasanya, setelah itu diterangkan makna dari posisi si lang itu. Makna geopolitik posisi silang Indonesia itu dijelaskan oleh Fajar seperti di bawah ini:
1. Politik : Indonesia berada diantara dua sistem politik yang berbeda, yaitu demokrasi Australia dan demokrasi Asia Selatan; 2. Ekonomi: Indonesia berada di antara sistem ekonomi liberal Australia dan sistem ekonomi sentral Asia; 3. Ideologis: Indonesia berada diantara ideologi kapitalisme di Selatan dan komunis di sebelah utara; 4. Sistem Pertahanan: Indonesia berada diantara sistem pertahanan maritim di selatan, dan sistem pertahanan kontinental di utara. Di dalam situs e-dukasi.net, terkait posisi silang Keulauan Indonesia, dijelaskan secara singkat bahwa posisi itu memiliki arti penting terkait dengan iklim dan perekonomian. Setelah itu, secara singkat juga dijelaskan letak geologis Kepulauan Indonesia. Sayangnya penjelasannya sangat minimal.
Di dalam blog ini, kita akan mencoba melihat sisi l ain makna dari posisi silang Kepulauan Indonesia yang dilihat dari aspek kelautan, baik potensinya sebagai sumberdaya maupun sebagai sumber bencana serta berbagai proses alam lainnya yang berkaitan dengan posisi silang tersebut. Secara garis besar dapat kita sebutkan hal-hal berikut: 1. Berkaitan dengan posisi Kepulauan Indonesia yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, maka: Kita mengenal adanya Arus Lintas Indonesia (Arlindo, o Indonesian Through Flow). Kita mengenal adanya Coral Triangle yang pusatnya di kawasan o timur Indonesia. 2. Berkaitan dengan posisi Kepulauan Indonesia yang terletak di antara Benua Australia dan Benua Asia, maka kita mengalami perubahan musim: Berkaitan dengan angin, secara umum di Indonesia kita mengenal o Musim Angin Barat dan Musim Angin Timur . Berkaitan dengan hujan, secara umum di Indonesia kita mengenal o adanya Musim Hujan dan Musim Kemarau . Berkaitan dengan keanekaragaman sumberdaya hayati di darat, kita o mengenal adanya Garis Wallace. Berbagai macam bencana alam di Indonesia berkaitan dengan o posisi yang diapit dua benua ini. Seperti: Bencana alam karena pukulan gelombang laut ke pantai atau gelombang tinggi berkaitan dengan musim angin. Bencana alam banjir dan tanah longsor berkaitan dengan kehadiran Musim Hujan. Bencana alam kekeringan dan kebakaran hutan serta kebakaran di perkotaan berkaitan dengan kehadiran Musim kemarau.
Bagaimana bila Kepulauan Indonesia kita lihat dari sudut pandang Tektonik Dunia? Dari sudut pandang tektonik dunia, Kepulauan Indonesia merupakan hasil interaksi dari tiga lempeng kerak Bumi yang utama, yaitu Lempeng Asia, Lempeng Samudera Hindia-Australia dan Lempeng Samudera Pasifik. Kondisi tersebut memberikan Kepulauan Indonesia sumberdaya alam yang beraneka ragam, dan demikian pula dengan sumber bencananya, tidak kalah variasinya. Interaksi subduksi antar lempeng menyebabkan Kepulauan Indonesia kaya akan gunungapi dan sering mengalami guncangan gempa. Interaksi antar lempeng kerak bumi menyebabkan di Kepulauan Indonesia banyak cekungan sedimentasi yang di dalamnya banyak terbentuk batubara, minyak dan gas bumi. Selain itu, aktifitas magmatis yang berasosiasi dengan sistem subduksi
antar lempeng menyebabkan di Kepulauan Indonesia banyak terjadi mineralisasi (pembentukan endapan mineral). Tambang-tambang tembaga, nikel, dan emas di Kepulauan Indonesia merupakan konsekuensi logis dari hadirnya sis tem subduksi kerak bumi di Kepulauan Indonesia.
Garis Wallace
Garis yang satunya mendampingi garis Weber adalah Garis Wallace. Garis Wallace ini adalah garis yang membagi Indonesia menjadi wiayah tengah dan Indonesia wilayah barat. maka dari itu letak garis ini berada di tengah Indonesia bagian barat dan juga Indonesia bagian tengah. Garis ini digambar pada peta dengan posisi berada di antara pulau Kalimantan dan juga Sulawesi. Nah, itulah kedua garis yang membagi Indonesia menjadi tiga wilayah menurut persebaran flora dan faunanya. Kedua garis tersebut tidak digambar lurus dari utara ke selatan, namun ada perbengkokan garis. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas menganai salah satu dari kedua garis te rsebut. Garis yang akan kita bahas lebih lanjut adalah Garis Wallace. Pengertian Garis Wallace
Garis Wallace merupakan garis hipotesis atau garis khayal yang memisahkan Indonesia bagian Tengah dan juga Indonesia bagian Timur. Mengapa garis ini dibuat? Karena terdapat perbedaan karakteristik flora dan f auna yang ada di daerah tersebut. Garis ini diberi nama sesuai dengan penemunya yakni Alfred Russel Wallace yang menyadari adanya perbedaan di antara flora dan fauna di daerah- daerah tersebut pada saat berkunjung ke Hindia Timur pada abad ke- 19. Alfred Russel Wallace ini mempelopori penyelidikan secara modern tentang Geografi hewan terlepas dari teori Darwin. Penelitian yang dilakukan oleh Wallace ini menunjukkan bahwa ada perbedaan hewan di Indonesia bagian Barat dengan hewan di Indonesia bagian timur. Garis Wallace ini digambar melalui Kepulauan Melayu yakni antara Pulau Borneo atau Kalimantan dan Pulau Sulawesi, dan juga antara Pulau Bali dan Pulau Lombok. Keberadaan Garis Wallace ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta mengenai perbedaan biologis antara Filipina dan juga Kepulauan Maluku. Hal ini tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magelland pada tahun 1512. Setelah itu ada perbaikan garis ini yang dilakukan oleh Weber, yakni di geser ke arah timur (daratan Pulau Sulawesi). Letak Garis Wallace
Sudah disebitkan sebelumnya mengenai letak garis Wallace. Secara umum garis Wallace ini melintas melalui Kepulauan Melayu, yakni antara Pulau Kalimantan dan juga Pulau Sulawesi dan juga diantara Pulau Bali dan Lombok. Kawasan
garis Wallace ini wesi dan sebagain Nusa Tenggarameliputi beberapa wilayah, diantara nya sebagai berikut:
Pulau Sulawesi Kepulauan Maluku Sumba Sumbawa Lombok Timor
Nah, itulah beberapa kawasan yang berada di dalam atau yang dilalui oleh garis Wallace ini. Jadi, wilayah- wilayah tersebut merupakan wilayah yang masuk ke dalam tipe Asiatis ataupun tipe Peralihan. Garis Wallace ini mencakup beberapa wilayah khusus yang mempunyai hewan- hewan yang khas. Dan di antara wilayahwilayah yang telah daerah disebutkan diatas, wilayah yang mempunyai binatang paling khas adalah Pulau Sulawesi. Beberapa binatang khas Sulawesi ini antara lain adalah Anoa atau sapi hutan, dan lain sebagainya. Kawasan- kawasan yang Berhubungan dengan Garis Wallace
Garis Wallace yang merupakan garis pemisah antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian tengah menurut persebaran flora dan fauna, ternyata mempunyai beberapa kawasan penting yang berhubungan dengan garis tersebut. Kawasan- kawasan penting ini berupa paparan benua. Landas benua sendiri merupakan bagian dari lempeng benua (baca: lempeng tektonik) yang panjangnya menjulur hingga ke bawah laut. Dengan demikian, kawasan ini ditutupi oleh air laut. Beberapa paparan benua yang berhubungan dengan garis Wallace antara lain sebagai berikut: Kawasan Paparan Sunda Kawasan paparan Sunda ini berada di sebelah barat dari garis Wallace. Paparan Sunda sendiri merupakan lempeng Bumi yang bergerak dari kawasan Oriental atau benua Asia yang letaknya di sebelah barat Garis Wallace. Garis Wallace sendiri merupakan garis yang digambar membujur di kawasan yang memisahkan antara Indonesia bagian barat dengan bagian tengah. Garis Wallace ini bergerak dari utara ke selatan antara pulau Kalimantan dan juga Sulawesi, serta antara Bali dan juga Lombok. Menurut keberadaan garis ini, maka kawasan yang merupakan zona Asiatis adalah adalah Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan juga pulau Bali. Kawasan Paparan Sahul Di Indonesia, ditemukan lebih dari satu jenis paparan benua. Jika sebelumnya kita mengenal paparan Sunda, maka yang selanjutnya adalah paparan Sahul. Paparan Sahul merupakan paparan benua yang berada di sisi timur dari Garis khayal Wallace. Dengan kata lain, paparan Sahul ini berada di sisi lain dari paparan Sunda. Paparan Sahul merupakan lempeng bumi yang bergerak dari kawasan Australesia atau Benua Australia. Kawasan Wallacea atau Laut Dalam
Kawasan Wallacea merupakan lempeng Bumi dari pinggiran Asia Timur yang bergerak di sela- sela garis Wallace dan juga Garis Weber. Kawasan Wallace aini mencakup pulau Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil at au Nusa Tenggara dan juga Kepulauan Maluku. Di kawasan Wallace ini, ditemukan banyak flora serta fauna endemik (yakni flora dan fauna yang hanya ditemukan di satu tempat yang bersangkuran dan tidak ditemukan di wilayah lain manapun di dunia). Jadi, di kawasan Wallcea ini memiliki kedua unsur baik dari kawasan Oriental maupun Australis. Kawasan Wallace ini juga disebut sebagai zona peralihan. Alfred Wallace mengemukakan pendapat bahwa laut tertutup es pada zaman es (baca: hujan es), sehingga tumbuhan serta satwa atau flora dan fauna dar i kawasan Asia dan Australia dapat menyeberang dan berkumpul menjadi satu di Indonesia. Jika jenis Asia tetap lebih banyak ditemukan di bagian barat dan jenis Australia di bagian timur Indonesia, hal ini karena kawasan Wallacea sebenarnya dahulu merupakan sebuah palung laut yang sangat dalam, sehingga fauna kesulitan untuk melintasinya dan flora berhenti menyebar. Nah, itulah beberapa pembagian daerah atau kawasan yang ada hubungannya dengan garis Wallace ini. Salah satu dari tiga kawasan tersebut juga berhubungan dengan garis satunya, yakni garis Weber.