Proses Alokasi dan Distribusi Pendapatan dan Demografi Perekonomian Indonesia
Di negara-negara industri maju, penduduk bertambah dengan laju yang lamban dan tersendat-sendat. Sebaliknya di negara-negara berkembang jumlah penduduk merupakan masalah yang besar, baik itu secara absolut maupun secara nisbi mengenai tingkat pertambahannya tiap tahun. Tahun 2000 diperkirakan tidak kurang 80% penduduk dunia akan bermukim di negara-negara sedang berkembang. Tingkat kelahiran, tingkat kematian dan tingka fertilitas adalah merupakan variabelvariabel pokok yang mempengaruhi ola perkembangan penduduk. Perbedaan demografis yag paling mencolok antara negara-negara dengan pendapatan tinggi dan negara-negara dengan penapatan rendah terletak pada tingkat fertilitas. Penduduk yang bertambah dengan pesat menghadapi negara-negara berkembang dengan banyak dan berbagai rupa persoalan yang peka. Proses pembangunan ekonomi biasanya tidak hanya ditandai dengan terjadinya perubahan atau pergeseran pada struktur permintaan dan penawaran barang dan jasa yang di produksi, namun juga ditandai oleh terjadinya perubahan struktur penduduk dan ketenaga kerjaan. Istilah yang diberikan oleh Chenery dan Syrquin untuk perubahan tersebut adalah proses demografi. Proses demografi itu terutama terjadi, sebagai akibat dari perubahan pada struktur permintaan, struktur produksi, dan perbaikan fasilitas kesehatan, gizi serta pendidikan yang timbul seiring dengan pertumbuhan pendapatan per-kapita. Ada tiga aspek yang perlu dilihat: 1. Ketenagakerjaan yang meliputi
lapangan pekerjaan Status pekerjaan Jenis Pekerjaan
2. Pertumbuhan Penduduk (Crude Birth Ratio dan Crude Death Ratio) Dalam demografi, ada istilah transisi demografi, di mana istilah tersebut mengacu pada proses pergeseran dari suatu keadaan tingkat kelahiran dan tingkat kematian tinggi ke keadaan tingkat kelahiran dan tingkat kematian renda. Lebih jelasnya adalah suatu peralihan dari keadaan awal di mana dialami tingkat fertilitas tinggi dengan tingkat mortalitas tinggi pula (penduduk pada tahap ini lebih kurang stabil). Keadaan ini disusul dengan tahap di mana penduduk bertambah dengan laju yang pesat, karena tingkat kematian menurun, akan tetapi tidak disertai dengan menurunnya tingkat kelahiran. Akhirnya pada tahap yang lebih lanjut perkembangan menju pada suatu “keseimbangan” perihal masalah penduduk. Pada
tahap akhir ini tingkat fertilitas sudah sangat menurun sehingga memadai tingkat kematian yang rendah. Dengan semakin meningkatnya pendapatan per-kapita, perubahan pada aspek sosial-ekonomi dan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat kelahiran juga akan turun dengan cepat. Sehingga tingkat pertumbuhan penduduk menurun dan dengan sendirinya jumlah penduduk yang menjadi tanggungan penduduk usia kerja akan menurun. 2. Tempat tinggal Penduduk. Gerak arus penduduk dari masyarakat desa yang secara massal menuju ke kawasan kota-kota adalah merupakan fenomena umum di semua negara berkembang. Banyak di kalangan ahli ekonomi pembangunan yang berpendapat bahwa pokok masalah yang dihadapi negara-negara berkembang di masa yang akan datang adalah berkisar pada migrasi penduduk secara massal dari desa ke kota, dan proses ini terus akan berlanjut. Ciri-cirinya:
Lapangan Pekerjaan Status Pekerjaan Jenis Pekerjaan
I.4. Proses Distribusi Setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang umumnya sangat memperhatikan masalah distribusi pendapatan yang terjadi di negaranya. Distribusi pendapatan dikaji dan diukur secara kuantitatif dengan dua konsep yaitu: (1) tingkat kemiskinan absolute (absolute poverty) yang menunjuk pada jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan dan (2) ketimpangan relative (relative inequality) yang bersangkut paut dengan ketimpangan dalam pembagian pendapatan masyarakat antara golongan-golongan yang berpendapatan rendah, berpendapatan menengah dan berpendapatan tinggi.
Beberapa ekonom berpendapat bahwa perbedaan pendapat timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumberdaya dan faktor produksi, terutama kepemilikan barang modal (capital stock) Perbedaan pendapat karena perbedaan kepemilikan awal faktor produksi menurut teori Neo-Klasik akan dapat dihilangkan
atau dikurangi melalui suatu proses penyesuaian otomatis. Dengan proses tersebut, hasil pembangunan akan menetes kebawah (Trickle down) dan menyebar sehingga menimbulkan keseimbangan baru. Apabila setelah proses tersebut masih ada perbedaan pendapatan cukup timpang, maka dapat dilakukan pendekatan Keynesian yaitu melalui sistem perpajakan dan subsidi yang mana dapat dipergunakan untuk alat redistribusi pendapatan dan mengurangi kemiskinan Pendapat lain mengatakan adanya ketidak merataan pendapatan sebagai akibat dari ketidak sempurnaan pasar, karena gangguan yang mengakibatkan persaingan dalam pasar tidak dapat bekerja secara sempurna. Di bidang ekonomi pembangunan masalah distribusi pendapatan menyangkut pola pembagian pendapatan nasional diantara golongan-golongan masyarakat. Sejak beberapa dasawarsa berselang, masalah ini semakin menonjol sebagai salah satu cirri pokok dalam proses pembangunan. Dalam onteks ini masalah distribusi pendapatan menyangkut kemiskinan dalam arti kemiskinan absolute maupun dalam arti ketimpangan relative. Distribusi pendapatan dan kemiskinan hendaknya dilihat dalam kerangka acuan suatu analisis, bersamaan dan berkaitan dengan proses akumulasi dan alokasi. Distribusi pendapatan harus dilhat dalam saling keterkaitan serta dalam kerangka acuan mencakup dinamika dalam proses transformasi secara menyeluruh.
Oleh Bank Dunia melali karya-karya tim ahlinya sejak pertengahan dasawarsa tujuhpuluhan telah dirintis beberapa pedoman yang berfaedah sebagai tolok ukur kuantitatif untuk menelaah persoalan kemiskinan dalam kaitannya dengan kesenjangan antara taraf hidup berbagai golongan masyarakat. Dalam hal pembagian pendapatan nasional diantara golongan masyarakat, kriteria Bank Dunia (World Bank) membedakan tiga (3) golongan masyarakat sebagai berikut:
• apabila 40% dari jumlah penduduk berpendapatan menerima kurang dari 12% dari pendapatan nasional, dalam keadaan demikian terdapat ketimpangan yang mencolok (gross inequality) pada pembagian pendapatan masyarakat. • Apabila golongan penduduk yang berpendapatan rendah itu menerima antara 12% sampai dengan 17% dari pendapatan nasional, maka ketimpangan pada pembagian pendapatan masyarakat bersifat sedang (moderate inequality). • Sedangkan apabila penerimaannya lebih besar dari 17% dari pendapatan nasional, maka ketimpangannya bersifat relative kecil (low inequality).
Cara lain untuk mengukur derajat ketimpangan pada pembagian pendapatan nasional adalah dengan penghitungan Gini Ratio ataupun indeks Gini. Oleh sebab itu berkenaan dengan ini, maka penduduk digolongkan dalam 10 kelompok setelah diurutkan menurut tingkat pendapatannya.
Distribusi pendapatan dianggap merata apabila 10% penduduk termiskin menerima 10% dari pendapatan nasional
40% penduduk termiskin menerima 40% dari pendapatan nasional, dan seterusnya.
Sebaliknya distribusi pendapatan menjadi timpang, apabila misalnya 99% dari pendapatan nasional, diterima oleh hanya 1 persen dari penduduk.
Nilai Indeks Gini bergerak antara 0 sampai 1
Semakin kecil indeks Gininya akan menggambarkan bahwa ketimpangannya juga akan semakin kecil.
kriteria indeks GINI tersebut lebih jauh dapat diklasifikasikan sebagai berikut; apabila X < 0,4 dikategorikan merata 0,4 < x 0,5 diindikaskan tidak merata
Secara umum dapat diamati bahwa pola pembagian pendapatan di Negara-negara sedang berkembang menunjukkan kesejangan yang lebih besar antara golongan yang ber berpendapatan rendah dan golongan yang berpendapatan tinggi, dibandingkan dengan kondisi keadaan Negara-negara maju.