USULAN TUGAS AKHIR TIPE 1
GEOLOGI DAERAH MAJENANG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN MAJENANG, KABUPATEN CILACAP, PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh : MUHAMMAD HIDAYAT 410012219
Diajukan Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Izin dan Pembuatan SK Pembimbingan Tugas Akhir di Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Geologi Daerah Majenang dan Sekitarnya, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah
Nama
: Muhammad Hidayat
No. Mahasiswa
: 410012219
Diajukan Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Izin dan Pembuatan SK Pembimbingan Tugas Akhir di Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Hari
:
Tanggal :
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Setyo Pambudi, M.T. NIK. 1973 0058
Dr. Hita Pandita, S.T., M.T. NIK. 1973 0099
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Geologi
Winarti, S.T., M.T. NIK. 1973 0134
ii
A. Judul
“ GEOLOGI
DAERAH
MAJENANG
DAN
SEKITARNYA,
KECAMATAN MAJENANG, KABUPATEN CILACAP, PROVINSI JAWA TENGAH. ”
B. Latar Belakang
Secara tidak disadari pengetahuan geologi sudah diterapkan dari sejak zaman prasejarah. Kata 'geologi' pertama kali dipergunakan pada tahun 1473 oleh Ricardh de Bury untuk hukum atau ilmu kebumian. Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu terdiri atas dua kata “geo” berarti bumi dan “logos” berarti ilmu pengetahuan. Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan, karena bumi tersusun oleh batuan, maka pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan, dan sejarahnya merupakan hal yang utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain batuan merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi. Daerah Majenang dan sekitarnya di pilih oleh penulis sebagai daerah penelitian, karena memiliki tatanan geologi yang cukup menarik untuk dilakukan pengkajian agar dapat diketahui sejarah geologinya. Berdasarkan Kastowo (1975) dalam Peta Geologi Lembar Majenang, daerah penelitian terdiri dari Formasi Halang, Formasi Kumbang, Kipas Aluvium, dan Endapan Aluvium. Selain itu, daerah penelitian juga terdapat pola kelurusan yang berarah relatif timur laut-barat daya, sesar geser dekstral yang berarah barat laut-tenggara pada bagian timur laut dari lokasi penelitian, dan sesar naik yang
1
berarah barat laut-tenggara, sesar pada bagian tenggara dari lokasi penelitian ini menunjukkan bahwa blok bagian barat daya yang tersusun oleh Formasi Kumbang relatif naik dari pada blok bagian timur laut yang tersusun oleh Formasi Halang.
C. Maksud dan Tujuan
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pemetaan geologi permukaan dan pengamatan lapangan berupa pengamatan geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi yang terdapat di Daerah Majenang dan sekitarnya, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari tatanan geologi Daerah Majenang dan sekitar nya yang mencakup bentukan morfologi, variasi satuan batuan dan kaitannya dengan susunan stratigrafi daerah penelitian serta struktur geologi yang mengontrol daerah tersebut guna mengungkap sejarah geologi pada daerah penelitian.
D.
Batasan Masalah
Berdasarkan judul yang diajukan sebagai topik penelitian, yaitu “Geologi Daerah Majenang dan Sekitarnya, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah ”. Maka peneliti memberikan
batasan pada wilayah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian, yaitu hanya pada Daerah Majenang dan Sekitarnya, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.
2
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan agar objek penelitian lebih fokus, maka dapat penulis kemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Kondisi geologi berupa proses geomorfologi yang membentuk daerah penelitian, variasi dan kedudukan satuan batuan, struktur geologi yang mengontrol daerah penelitian yang kemudian dapat mengungkap sejarah geologi di daerah penelitian.
2. Potensi yang terdapat pada daerah penelitian, baik potensi positif berupa kekayaan dan sumber daya alam ataupun potensi negatif berupa bencana geologi.
F.
Manfaat Penelitian
Penulis mengambil judul penelitian dengan judul tersebut diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis ataupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis : a. Memperluas wawasan ilmu pengetahuan tentang geologi Daerah Majenang dan sekitarnya.
b. Menjadi referensi dan acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Daerah Majenang dan sekitarnya.
3
2. Manfaat Praktis : a. Penulis dapat melatih dan menerapkan semua ilmu yang telah dipelajari selama berada di bangku kuliah secara aplikatif di lapangan.
b. Dapat bermanfaat bagi mahasiswa Jurusan Teknik Geologi STTNAS, untuk menambah wawasan pengetahuan geologi di Daerah Majenang dan sekitarnya.
c. Dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah ataupun pusat untuk menggali potensi sumber daya alam di Daerah Majenang dan sekitarnya.
G. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara administratif, lokasi penelitian berada di Kecamatan Majenang dan Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Posisi geografis lokasi penelitian berada pada koordinat X : 250,500,00 - 256,500,00 dan Y : 9,191,700,00 - 9,200,800,00 berdasarkan angka grid Universal Transverse Mercator (UTM). Daerah penelitian termasuk dalam empat Peta Rupa Bumi Indonesia, yaitu Lembar Palugon (1308-532), Lembar Salem (1308-541), Lembar Wanareja (1308-514), dan Lembar Majenang (1308-523) dengan skala 1:25.000 yang sumbernya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).
4
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Daerah penelitian memiliki luas 54 km 2 (9 km x 6 km) yang meliputi sebagian kecil wilayah Desa Cijati, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kemudian, sebagian besar daerah penelitian berada di Desa Sadahayu – Desa Sadabumi – Desa Pangadegan – Desa Ujungbarang – Desa Sepatnunggal – Desa Salebu – Desa Bener – Desa Cibeunying – Desa Jenang – Desa Sindangsari – Desa Padangjaya – Desa Cilopadang – Desa Pahonjean – Desa Mulyasari – Desa Mulyadadi, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Daerah penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor baik kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua. Jarak 5
tempuh dari kota Yogyakarta menuju lokasi penelitian kurang lebih 254 km membutuhkan waktu sekitar 7 jam. Sebagian besar lokasi penelitian dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda dua, kecuali di beberapa tempat yang hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki, hal ini dikarenakan pada bagian utara lokasi penelitian banyak terdapat tinggian-tinggian yang cukup terjal dan kurangnya akses menuju tinggian tersebut.
H. Tahapan Penelitian
Penelitian Pendahuluan (Studi pustaka, ijin penelitian, dan pembuatan proposal), Penelitian lapangan, Tahap Pra-Mapping (survey awal dan “recognize” , observasi, perijinan tempat tinggal dan persiapan peta-peta),
Tahap Mapping (Pengamatan geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi), Pengolahan Data (Laboratorium dan Studio), Analisa data, Pembuatan laporan dan Presentasi hasil laporan.
I.
Geologi Regional
1. Fisiografi Regional Secara umum fisiografi Jawa Tengah telah dibagi oleh van Bemmelen (1949) menjadi enam zona fisiografi dari utara sampai selatan, yaitu : a. Zona Gunung Api Kuarter b. Zona Dataran Aluvial Pantai Utara c. Zona Antiklinorium Bogor, Serayu Utara, dan Kendeng d. Zona Pegunungan Serayu Selatan
6
e. Zona Depresi Jawa Tengah f. Zona Pegunugan Selatan Jawa Barat dan Timur
Gambar 2. Peta Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur (modifikasi dari van Bemmelen, 1949)
Berdasarkan pembagian tersebut, daerah penelitian berada di perbatasan antara Zona Bogor dan Zona Depresi Jawa Tengah, tepatnya berada di bagian selatan Zona Bogor. Daerah penelitian dibatasi oleh Zona Dataran Aluvial Pantai Utara pada sebelah utara, Zona Pegunungan Serayu Selatan pada sebelah selatan, dan Zona Gunung Api Kuarter, yakni Gunung Slamet pada sebelah timur.
2. Tektonik Regional Pulau Jawa secara tektonik dipengaruhi oleh dua lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia di bagian utara dan Lempeng Indo-Australia di bagian selatan. Pergerakan dinamis dari lempeng-lempeng ini menghasilkan perubahan tatanan tektonik Jawa dari waktu ke waktu. Secara berurutan,
7
rejim tektonik Jawa mengalami perubahan yang dimulai dengan kompresi, kemudian mengalami regangan dan kembali mengalami kompresi. Pulunggono dan Martodjojo (1994) menjelaskan bahwa tektonik kompresi terjadi pada Kapur Akhir-Eosen (80-52 juta tahun yang lalu), yang diakibatkan oleh penunjaman berarah timurlaut-baratdaya dari Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Tektonik regangan terjadi pada kala Oligosen-Miosen Awal, akibat terbentuknya jalur penunjaman baru di selatan Jawa. Selama zaman Tersier di Pulau Jawa telah terjadi tiga periode tektonik yang telah membentuk lipatan dan zona-zona ses ar yang umumnya mencerminkan gaya kompresi regional berarah utara-selatan (van Bemmelen, 1949). Ketiga periode tektonik tersebut adalah : a. Periode Tektonik Miosen Atas (Mio-Pliosen) Periode Tektonik Miosen Atas (Mio-Pliosen) dimulai dengan pengangkatan dan perlipatan sampai tersesarkannya batuan sedimen Paleogen dan Neogen. Perlipatan yang terjadi berarah relatif barattimur, sedangkan yang berarah timurlaut-baratdaya dan baratlauttenggara hanya sebagian. Sedangkan sesar yang terjadi adalah sesar naik, sesar sesar geser-jurus, dan sesar normal. Sesar naik di temukan di daerah barat dan timur daerah ini, dan berarah hampir barat-timur, dengan bagian selatan relatif naik. Kedua-duanya terpotong oleh sesar geser. Sesar geser-jurus yang terdapat di daerah
8
ini berarah hampir baratlaut-tenggara, timurlaut-baratdaya, dan utara-selatan. Jenis sesar ini ada yang menganan dan ada pula yang mengiri. Sesar geser-jurus ini memotong struktur lipatan dan diduga terjadi sesudah perlipatan. Sesar normal yang terjadi di daerah ini berarah barat-timur dan hampir utara-selatan, dan terjadi setelah perlipatan. Di daerah selatan Pegunungan Serayu terjadi suatu periode transgresi yang diikuti oleh revolusi tektogenetik sekunder. Periode tektonik ini berkembang hingga Pliosen, dan menyebabkan penurunan di beberapa tempat yang disertai aktivitas vulkanik.
b. Periode Tektonik Pliosen Atas (Plio-Plistosen) Periode Tektonik Pliosen Atas (Plio-Plistosen) merupakan kelanjutan dari periode tektonik sebelumnya, yang juga disertai dengan aktivitas vulkanik yang penyebaran endapan-endapannya cukup luas, dan umumnya disebut Endapan Vulkanik Kuarter.
c. Periode Tektonik Holosen Periode Tektonik Holosen disebut juga dengan Tektonik Gravitasi, yang menghasilkan adanya gaya kompresi ke bawah akibat beban yang sangat besar, yang dihasilkan oleh endapan vulkanik selama Kala Plio-Plistosen. Hal tersebut menyebabkan berlangsungnya keseimbangan isostasi secara lebih aktif terhadap blok sesar yang telah terbentuk sebelumnya, bahkan sesar-sesar
9
normal tipe horst dan graben ataupun sesar bongkah atau sesar menangga dapat saja terjadi. Sesar-sesar menangga yang terjadi pada periode inidapat dikenal sebagai gawir-gawir sesar yang mempunyai ketinggian ratusan meter dan menoreh kawah atau kaldera gunung api muda, seperti gawir sesar di Gunung Beser, dan gawir sesar pada kaldera Gunung Watubela. Situmorang, dkk (1976), menafsirkan bahwa struktur geologi di Pulau Jawa umumnya mempunyai arah baratlaut-tenggara ,sesuai dengan konsep Wrench Fault Tectonics Moody and Hill (1956) yang didasarkan pada model shear murni.
3. Stratigrafi Regional Secara umum stratigrafi di daerah penelitian menunjukan urutan stratigrafi dari tua ke muda adalah Formasi Halang (Tmh), Formasi Kumbang (Tpk), Kipas Aluvium (Qf), dan Endapan Aluvium (Qa).
a. Formasi Halang (Tmh) Formasi ini pertama kali dikemukakan oleh (Sumarso, 1974; op.cit. Kartanegara dkk, 1987), sedangkan Ter Haar (Ter Haar , 1934; op.cit. Marks, 1957) menyebutnya Halang Serie. Formasi ini tersusun atas dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian atas. Bagian atas terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, napal, dan batulempung yang berselang-seling serta berlapis baik. Struktur sedimen terlihat cukup jelas, antara lain graded bedding, convolute lamination, dan flute cast. Batupasir umumnya bersifat wacke
10
dengan fragmen batuan andesitik. Bagian bawah terdiri dari breksi bersusunan andesit (Ter Haar, 1934; op.cit. Marks, 1957). Formasi ini banyak mengandung foraminifera yang menunjukkan umur Miosen Atas pada Daerah Bantarkawung, sedangkan pada Daerah Majenang menunjukkan umur Miosen Tengah (Marks, 1957). Tebal satuan berkisar 390 – 2600 meter (Kertanegara dkk, 1987).
b. Formasi Kumbang (Tpk) Formasi ini diendapkan secara menjemari dengan Formasi Halang. Formasi ini tersusun atas dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian atas. Bagian bawah terdiri dari breksi dengan komponen yang menyudut, ditemukan lapisan lava andesit, sedangkan bagian atasnya terdiri dari tuf yang berseling-seling dengan breksi dan berstruktur tufan. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen TengahPliosen Awal (Kastowo dan Suwarna, 1996). Ketebalannya mencapai 750 meter. Formasi ini setara dengan Bodas Series (Facies Vulkanik) yang terdiri dari breksi andesit, napal bersisipan dengan batupasir tufan, konglomerat polimik yang ketebalannya mencapai 800 meter (van Bemmelen, 1949; op.cit. Marks, 1957).
c. Kipas Aluvium (Qf) Merupakan campuran antara kerakal andesit, kerikil, beberapa bongkah dan pasir tufaan serta tanah laterit. Tersingkap pada lereng-lereng bukit.
11
d. Endapan Aluvium (Qa) Merupakan endapan yang tersusun dari material berukuran kerikil, pasir dan lempung berwarna abu-abu sepanjang dataran banjir sungai-sungai besar, dan endapan lempung berbau busuk berwarna hitam di daerah berawa.
J.
Rencana Penelitian
Pemetaan geologi permukaan dan penulisan laporan penelitian hingga tahap akhirnya dilakukan selama 6 bulan, terhitung sejak Maret 2016 hingga akhir Juni 2016 untuk TA 1 dan Juni 2016 hingga September 2016 untuk TA 2. Penelitian ini bersifat mandiri yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengolahan data serta analisis data dan pembuatan laporan penelitian sebagai sistematika selama kegiatan penelitian berlangsung.
K. Peneliti Terdahulu
1. van Bammelen (1949) 2. Kastowo (1975) 3. Rengganis (2011) 4. Destyanto (2014)
12
L. Daftar Pustaka
BAKOSURTANAL, 1999. Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Majenang No. 1308-523, skala 1:25.000, Edisi : 1 - 1999 . Badan Koordinasi dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Cibinong. BAKOSURTANAL, 1999. Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Palugon No. 1308-532, skala 1:25.000, Edisi : 1 - 1999 . Badan Koordinasi dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Cibinong. BAKOSURTANAL, 1999. Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Salem No. 1308-541, skala 1:25.000, Edisi : 1 - 1999 . Badan Koordinasi dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Cibinong. BAKOSURTANAL, 1999. Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Wanareja No. 1308-514, skala 1:25.000, Edisi : 1 - 1999 . Badan Koordinasi dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Cibinong. Budiman, A., 2011. Geologi dan Struktur Geologi Daerah Bantarmanggu dan Sekitarnya,
Kabupaten
Cilacap,
Jawa
Tengah.
Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Indarto, S., 2014. Batuan pembawa Emas Pada Mineralisasi Sulfida Berdasarkan Data Petrografi dan Kimia Daerah Cihonje, Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, Vol. 24, No. 2, pp. 115-130. Kastowo, 1975. Peta Geologi Lembar Majenang, Jawa, skala 1:100.000. Direktorat Geologi, Bandung. Permana, H. dkk., 2011. Perkembangan Cekungan Antar-Busur di Daerah Majalengka-Banyumas: Sejarah Tektonik Kompleks di Wilayah Batas Konvergensi. Jurnal Sumber Daya Geologi, Vol. 21, No. 2, pp. 77-90.
13
Rengganis, H., 2011. Geologi Daerah Cimanggu dan Sekitarnya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Tampubolon, A. S. O., 2014. Geologi dan Studi Fasies Formasi Halang Dae rah Darmakradenan dan Sekitarnya, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Van Bemmelen, R. W., 1949. The Geologi of Indonesia, Vol. 1 A: General Geology of Indonesia and Adjecent Archipelagoes . Government Printing Office, Nijholf, The Hague 732 p.
14
M. Lampiran
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Daerah Penelitian 2. Peta Topografi Daerah Penelitian 3. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian 4. Stratigrafi Regional Daerah Penelitian
15
Lampiran 1 251.000
253.000
252.000
254.000
255.000
256.000
0 0 0 . 0 0 2 . 9
0 0 0 . 0 0 2 . 9
0 0 0 . 9 9 1 . 9
0 0 0 . 9 9 1 . 9
0 0 0 . 8 9 1 . 9
0 0 0 . 8 9 1 . 9
0 0 0 . 7 9 1 . 9
0 0 0 . 7 9 1 . 9
0 0 0 . 6 9 1 . 9
0 0 0 . 6 9 1 . 9
0 0 0 . 5 9 1 . 9
0 0 0 . 5 9 1 . 9
0 0 0 . 4 9 1 . 9
0 0 0 . 4 9 1 . 9
0 0 0 . 3 9 1 . 9
0 0 0 . 3 9 1 . 9
0 0 0 . 2 9 1 . 9
0 0 0 . 2 9 1 . 9
251.000
252.000
253.000
0
0,25
0,5
1
2 KM
0
1
2
4
8 CM
254.000
255.000
256.000
Lampiran 2 251.000
437,5
Desa Sadahayu 0 0 0 . 0 0 2 . 9
253.000
4 1 2 , 5
3 7 5
3 6 2 , 5
252.000
254.000
255.000
256.000
4 5 0
Desa Ujungbarang
5 2 4
3 3 7 , 5
4 0 0
Desa Sadabumi 4 6 2 , 5
0 0 0 . 0 0 2 . 9
4 8
Desa Pengadegan ,7
3 8 7 ,5
5 4 7
5
3 5 0
0 0 0 . 9 9 1 . 9
0 0 0 . 9 9 1 . 9
Desa Sepatnunggal
5 , 7 3 2
0 0 0 . 8 9 1 . 9
5 2 2
3 0 0
2 1 2 ,5
2 7 5
0 0 0 . 8 9 1 . 9
2 5 0
3 2 5
Kabupaten Cilacap 0 0 0 . 7 9 1 . 9
125
1 3 7 , 5
0 2 0
Kecamatan Majenang
1 8 7 , 5
0 0 0 . 6 9 1 . 9
0 0 0 . 6 9 1 . 9
0 0 1
1 6 2 , 5 1 7 5
3 1 2 , 5
Desa Bener 8 7 , 5
Kecamatan Cimanggu
6 2 , 5 0 5 1
2 6 2,5
Desa Cibeunying 0 0 0 . 4 9 1 . 9
0 0 0 . 7 9 1 . 9
Desa Boja
Desa Salebu
0 0 0 . 5 9 1 . 9
5 , 7 8 2
5 0
5 0 0
Desa Cijati
, 2 5 1 1
0 0 0 . 5 9 1 . 9
0 0 0 . 4 9 1 . 9
7 5
Desa Padangjaya
0 0 0 . 3 9 1 . 9
0 0 0 . 3 9 1 . 9
3 7 ,5
Desa Sindangsari Desa Jenang Desa Cilopadang
5 2
0 0 0 . 2 9 1 . 9
Desa Mulyadadi Desa Mulyasari Desa Pahonjean 251.000
252.000
253.000
0
0,25
0,5
1
2 KM
0
1
2
4
8 CM
254.000
255.000
256.000
0 0 0 . 2 9 1 . 9
Lampiran 3 251.000
253.000
252.000
254.000
255.000
256.000
0 0 0 . 0 0 2 . 9
0 0 0 . 0 0 2 . 9
0 0 0 . 9 9 1 . 9
0 0 0 . 9 9 1 . 9
0 0 0 . 8 9 1 . 9
0 0 0 . 8 9 1 . 9
0 0 0 . 7 9 1 . 9
0 0 0 . 7 9 1 . 9
0 0 0 . 6 9 1 . 9
0 0 0 . 6 9 1 . 9
0 0 0 . 5 9 1 . 9
0 0 0 . 5 9 1 . 9
0 0 0 . 4 9 1 . 9
0 0 0 . 4 9 1 . 9
0 0 0 . 3 9 1 . 9
0 0 0 . 3 9 1 . 9
0 0 0 . 2 9 1 . 9
0 0 0 . 2 9 1 . 9
251.000
252.000
253.000
0
0,25
0,5
1
2 KM
0
1
2
4
8 CM
254.000
255.000
256.000
Lampiran 4
Pemerian Satuan Peta