REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV UNTUK PERBAIKAN PROFIL TEGANGAN DAN SUSUT DAYA LISTRIK
Oleh Hari Prasetijo, ST.,MT. Winasis,ST.
UNIVERSITAS UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN SOEDIRMA N FAKULTAS SAIN DAN TEKNIK PURWOKERTO November, 2009
1
RINGKASAN
Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi profil tegangan dan susut daya listrik penyulang utama (main feeder ) sistem distribusi 20 kV Gardu Induk (GI) Kalibakal.
Evaluasi
mengacu pada standar PT. PLN (Persero) SPLN 72 : 1987 tentang spesifikasi dan desain untuk JTM dan JTR dan SPLN 10-1A: 1996 toleransi prosentase losses adalah ±10% dari daya yang dikirimkan. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar simulasi perbaikan susut tegangan (drop voltage) dan susut daya listrik (losses) dengan metoda rekonfigurasi jaringan. Potensi rekonfigurasi ditentukan dengan melihat profil tegangan dan susut daya pada masing-masing penyulang serta konfigurasi penyulang terdekat di sekitar penyulang yang akan direkonfigurasi. Simulasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu ETAP power station untuk menganalisa aliran daya penyulang utama GI Kalibakal. Simulasi pertama dengan mengasumsikan tegangan GI Kalibakal sebesar 20 kV sesuai rating tegangan system distribusi tegangan menengah. Hasilnya terdapat profil tegangan yang dibawah standar yaitu 92,66 % pada penyulang 5 dan 94,62% pada penyulang 6. Dengan menaikkan tegangan GI Kalibakal menjadi 20,5 kV maka profil tegangan penyulang 5 naik menjadi 95,29% dan penyulang 6 menjadi 97,21%. Maka dengan menaikkan tegangan GI Kalibakal dari 20 kV menjadi 20,5 kV profil tegangan sudah memenuhi standar. Dari simulasi dengan tegangan GI Kalibakal 20,5 kV losses yang terjadi pada semua penyulang berada dibawah 10% yang berarti sesuai standar dengan losses terbesar pada penyulang 5 sebesar 2,81%. Karena losses merupakan pemborosan maka harus ditekan sekecil mungkin dalam hal ini dilakukan dengan rekonfigurasi jaringan karena dapat dilakukan tanpa investasi. Rekonfigurasi dilakukan dengan melibatkan penyulang 2,3 5 dan 6 dengan jumlah total losses sebelum rekonfigurasi sebesar 401 kW. Setelah dilakukan rekonfigurasi dengan langkah : 1. Tiga section dengan nilai tegangan pada daerah marginal (section 5_8, section5_9 dan 5_10) dilimpahkan ke penyulang 6 melalui section 6_8, 2. Section 6_11 dan section 6_12 dilimpahkan ke penyulang 3 melalui section 3_6,
2
3. Section 5_8, 5_9 dan 5_10 beserta section 6_8, 6_9 dan 6_10 dilimpahkan ke penyulang 2 melalui section 2_6,
total losses penyulang 2,3,5 dan 6 menjadi 290 kW sehingga terdapat penurunan losses sebesar 401-290 = 111 kW.
3
SUMMARY
This study was conducted to evaluate the voltage profile and decrease the electric power, main feeder 20 kV distribution system of Kalibakal Substation (GI Kalibakal). Evaluation refers to the standard PT. PLN (Persero) SPLN 72: 1987 about the specification and design to JTM and JTR and SPLN 10-1A: 1996 percentage losses tolerance is ± 10% of the power delivered. Evaluation results used as the basis for improved simulation voltage drop and power losses with a network reconfiguration method. Potential re-configuration is determined by looking at the voltage profile and power losses in each configuration feeder and around feeder nearest feeder that will be reconfiguration. Simulation is done using the tools ETAP power station to analyze the power flow the main feeder of GI Kalibakal. The first simulation assuming GI Kalibakal voltage of 20 kV as the voltage rating of medium voltage distribution system. The result is that the voltage profile, 92.66% in feeder 5 and 94.62% in feeder 6 under standard. With the GI Kalibakal boost to the 20.5 kV, voltage profile feeder 5 rose to 95.29% and feeder be 97.21% 6. So by increasing the voltage GI Kalibakal from 20 kV to 20.5 kV voltage profile already meet the standards. From the simulation with the GI Kalibakal voltage 20.5 kV, losses that occur in all feeder under 10% which means meet with the standard, the largest losses in feeder 5 for 2.81%. Losses had to be suppressed as small as possible in this case performed by a network reconfiguration that can be done without investment. Reconfiguration is done by involving feeder 2, 3, 5 and 6 with total losses before the reconfiguration is 401 kW. After a reconfiguration of the steps: 1. Three sections with a value of voltage on the marginal area (section 5_8, section5_9 and 5_10) feeder delegated to section 6 through 6_8, 2. Section 6_11 and 6_12 section feeder transferred to section 3 through 3_6, 3. Section 5_8, 5_9 and 5_10 its section 6_8, 6_9 and 6_10 delegated to feeder section 2
4
through 2_6,
total losses feeder 2,3,5 and 6 to 290 kW, so there is a decrease losses of 401-290 = 111 kW.
5
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tenaga listrik merupakan salah satu infrastruktur yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu penyediaan tenaga listrik harus dapat menjamin tersedianya dalam jumlah yang cukup, harga yang wajar dan mutu yang baik. Sebagai upaya untuk menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, Pemerintah menetapkan Kebijakan Energi Nasional melalui PP no.5 tahun 2006. Beberapa langkah kebijakan utama dalam KEN tersebut meliputi: kebijakaan penyediaan energi, kebijakan pemanfaatan energi, kebijakan harga energi dan kebijakan pelestarian dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Termasuk dalam kebijakan pemanfaatan energi yaitu efisiensi pemanfaatan energi dan diversifikasi energi (Kebijakan Energi Nasional, 2006) Selain faktor pemenuhan kapasitas daya, penyediaan tenaga listrik harus memperhatikan kualitas profil tegangan dan efisiensi daya listrik di jaringan distribusi. Kualitas profil tegangan diperlukan bagi pelanggan karena peralatan listrik mengacu pada tegangan nominal suplai listrik. Sementara efisiensi daya listrik di jaringan distribusi yang tinggi akan menguntungkan karena menurunkan susut daya listrik (losses) di jaringan dan juga menguntungkan pelanggan karena semakin banyak calon pelanggan yang akan dapat teraliri daya listrik. Kualitas tegangan dan efisiensi energi listrik pada suatu sistem kelistrikan sangat dipengaruhi oleh adanya rugi-rugi (susut daya listrik) yang terjadi baik disisi pembangkitan, penyaluran ataupun pendistribusian melalui suatu jaringan distribusi. Dalam kenyataannya, adanya susut daya listrik pada penyediaan energi listrik adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Meski demikian susut energi yang terjadi dalam proses penyaluran dan distribusi energi listrik merupakan suatu pemborosan energi apabila tidak dikendalikan secara optimal. Jaringan distribusi Listrik di Wilayah Purwokerto dan Banyumas, sebagian besar dipasok oleh PT. PLN (persero) Area Pelayanan Jaringan (APJ) Purwokerto melalui Gardu Induk (GI) Kalibakal, tidak lepas dari permasalahan tegangan dan susut daya listrik tersebut. Pada tahun 2005 Program Sarjana Teknik Unsoed
6
bekerjasana dengan PT. PLN (Persero) Unit Pendidikan Dan Pelatihan Semarang melakukan survei kepuasan pelanggan PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto dimana 312 responden pelanggan diantaranya merupakan jenis tarif R. Dari responden tersebut terdapat 33 responden (10%) yang dikategorikan perlu perhatian (back check) pelayanan PT. PLN (Persero) termasuk diantaranya mengenai kualitas tegangan.
Secara
umum
ke-33
responden
tersebut
terletak
di
daerah
Bancarkembar (16 responden = 48,5%), Bantar Soka (11 responden=33,3%) dan Kranji (6 responden=18,2%). Susut tegangan dan daya yang terjadi pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor seperti : panjang jaringan, penampang kabel yang digunakan, arus beban yang mengalir, dan sebaginya. Dengan meningkatnya permintaan energi listrik (Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik di daerah Purwokerto mencapai 8,35% per tahun) jaringan listrik mengalami perluasan dan menjadi lebih kompleks. Bertambahnya beban juga akan menaikkan susut tegangan dan daya pada jaringan jika tidak direncanakan atau diantisipasi dengan baik. selain karena saluran menjadi lebih panjang, arus beban yang mengalir menjadi lebih besar. Berdasar Data PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto menunjukkan bahwa transformator 2 x 20 MVA dan 1 x 60 MVA di GI Kalibakal dibagi menjadi 8 penyulang (feeder) menuju pelanggan. Penyulang tersebut menyuplai energi listrik pada tegangan menengah 20 kV ke suatu area atau daerah tertentu. Data panjang penyulang dan beban yang terhubung pada masing-masing penyulang diperlihatkan pada tabel 1. Tabel 1.
Panjang feeder dan kebutuhan daya masing-masing feeder
Kalibakal
7
No.
Feeder
Panjang saluran (m)
Kapasitas Daya Beban (kVA)
1
Kalibakal 1
5941
1406
2
Kalibakal 2
11736
4596
3
Kalibakal 3
9862
4303
4
Kalibakal 4
23470
5555
5
Kalibakal 5
35631
6142
6
Kalibakal 6
28701
8339
7
Kalibakal 7
14812
2019
8
Kalibakal 8
11528
2007
Terdapat beberapa penyulang panjang yang menyuplai daya besar yang berpotensi menyebabkan susut tegangan dan daya yang besar. Penelitian yang dilakukan Fiqi Alawiyah (2009) tentang perencanaan jaringan distribusi 20 kV PT PLN APJ Purwokerto pada penyulang 2 dan penyulang 5 mendapatkan hasil beberapa bus pada penyulang 5 berada pada tegangan marginal (mendekati nilai kritis 10%) dengan drop tegangan mencapai 9,65%. Sedangkan perkiraan untuk 10 tahun dengan tingkat pertumbuhan 8% tegangan pada ujung penyulang 5 sangat rendah dibawah nilai tegangan kritis dengan drop tegangan 20,24%. Kondisi ini juga berpotensi terjadi pada penyulang Kalibakal yang lain, terutama penyulang panjang dengan suplai daya besar . Dari kondisi tersebut, upaya penekanan susut tegangan dan susut daya adalah sangat penting untuk dilakukan. Nilai tegangan yang berada diluar nilai kritis tidak bisa ditoleransi karena tidak sesuai dengan standar yang berlaku juga menyebabkan peralatan listrik tidak bekerja secara optimal sesuai dengan spesifikasi dan rating peralatan. Jatuh tegangan yang besar di sisi tegangan menengah 20 kV yang besar juga akan menyebabkan tegangan pemakaian di sisi tegangan rendah 220 V menjadi rendah. Susut daya yang besar adalah menyebabkan pemborosan energi karena besarnya daya listrik yang terbuang pada jaringan. Rekonfigurasi jaringan merupakan salah satu upaya yang sangat potensial dilakukan guna menekan susut tegangan dan daya yang terjadi. Hal ini mengingat terdapat beberapa penyulang yang lebih pendek yang menyuplai daya relatif lebih kecil. 1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
uraian
pada
pendahuluan,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana profil tegangan dan susut daya pada penyulang Kalibakal dengan kapasitas daya beban saat ini, apakah memenuhi standar yang berlaku? 2. Bagaimana potensi rekonfigurasi penyulang-penyulang Kalibakal guna mengurangi rugi tegangan dan daya yang terjadi? 3. Berapa besar pengaruh rekonfigurasi yang dilakukan dalam peningkatan profil tegangan dan penurunan susut daya listrik?
8
Pembahasan pada penelitian ini dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut : Pembahasan pemerataan beban ini dilakukan pada
1.
penyulang Kalibakal jaringan distribusi 20 kV PT. PLN APJ Purwokerto Sistem diasumsikan
2.
sebagai
sistem tiga phasa
setimbang Profil tegangan dan susut daya yang diamati adalah
3.
pada jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV. Tidak membahas profil tegangan dan susut daya pada jaringan tegangan rendah Representasi Jaringan Tegangan Menengah dibatasi
4.
pada penyulang utama jaringan. Beban direpresentasikan sebagai
5.
beban
terpusat
(lumped load ) pada tiap section penyulang Toleransi untuk tegangan kritis berdasar SPLN 72 :
6.
1987, Sedangkan toleransi susut daya berdasar SPLN 10-1A:1996
1.3.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengevaluasi profil tegangan dan susut daya listrik penyulang Kalibakal jaringan sistem distribusi 20 kV.
2.
Menganalisis
rekonfigurasi
penyulang
Kalibakal
sebagai upaya memperbaiki profil tegangan dan mengurangi susut daya jaringan distribusi 20 kV 3.
Menganalisis
kontribusi
rekonfigurasi
penyulang
kalibakal terhadap perbaikan profil tegangan dan susut daya jaringan
1.4.
Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah: 1.
Memberikan evaluasi dan prediksi solusi peningkatan profil tegangan dan penurunan susut daya listrik di jaringan distribusi 20 kV secara efektif sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas daya listrik. Solusi yang diberikan berupa analisis rekonfigurasi jaringan karena
9
penentuan rekonsfigurasi yang baik tidak mungkin dilakukan dengan cobacoba pada jaringan tersebut karena belum tentu tepat dan menyebabkan bertambahnya waktu pemadaman listrik. 2.
Penurunan susut daya yang dihasilkan pada dasarnya merupakan
penghematan
penggunaan energi listrik akan menambah
ketersediaan cadangan energy listrik. hal ini secara tidak langsung akan mengurangi permasalahan ketersediaan (krisis) energi listrik di Indonesia. 3.
Pendekatan rekonfigurasi jaringan dapat digunakan sebagai alternatif untuk perbaikan profil tegangan dan susut daya pada jaringan distribusi. Rekonfigurasi cukup strategis untuk dilakukan dibanding pendekatan atau metode lain mengingat biaya yang dibutuhkan relatif lebih rendah.
10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan sistem distribusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu jaringan sistem distribusi primer dan jaringan sistem distribusi sekunder. Kedua sistem tersebut dibedakan berdasarkan tegangan kerjanya. Pada umumnya tegangan kerja pada sistem jaringan distribusi primer adalah 20 kV, sedangkan tegangan kerja pada sistem jaringan distribusi sekunder adalah 220/380 V. (Satriya Utama,N.P.) Sistem distribusi disuplai dari Gardu Induk (GI) yang terbagi menjadi beberapa penyulang/ feeder menuju pelanggan listrik. Umumnya tipe penyulang yang digunakan adalah radial dimana antara penyulang yang satu dengan yang lainnya
dapat
dihubungkan
dengan
mengoperasikan
sectionalizing
switches /ABSW. Sectionalizing switches dengan posisi terbuka pada kondisi normal ini sangat berperan untuk proses rekonfigurasi iaringan sistem sehingga profil tegangan naik dan losses dapat dikurangi. Jika suatu penyulang mengalami gangguan, daerah yang padam sementara dapat disuplai kembali secara cepat dengan membuat konfigurasi jaring baru dengan mengoperasikan beberapa
sectionalizing switches. Dalam jarring distribusi tenaga listrik, mengubah status sectionalizing switches dari normaly open (NO) ke normaly closed (NC) atau sebaliknya merupakan perubahan struktur topologi dari jaring distribusi. Dalam operasi sistem tenaga listrik rekonfigurasi bertujuan untuk mengurangi losses, sehingga kualitas tegangan listrik menjadi lebih baik.( Indra Partha,C.G .) Rekonfigurasi
jaringan
merupakan
proses
pembentukan
struktur
topological dari penyulang distribusi dengan mengubah status dari switch. Selama kondisi operasi normal. Rekonfigurasi jaringan bertujuan untuk mengurangi susut daya listrik (losses) dan menyeimbangkan beban-beban dalam jaringan (Civanlar,S., Grainger, J.J.).
11
Gambar 1. Jaringan distribusi tipe radial
Semakin panjang suatu jaringan, maka konduktor yang digunakan untuk menghubungkan sumber listrik dengan beban (konsumen) juga akan semakin panjang. Suatu konduktor, memiliki nilai resistansi, yang akan mengakibatkan nilai rugi daya pada saluran akan bertambah besar. Karena nilai rugi daya bergantung kepada hasil perkalian antara kuadrat arus (I2) yang mengalir pada penghantar, dengan nilai resistansi penghantar (R). Minimalisasi rugi daya dapat dilakukan merubah konfigurasi jaringan yang telah ada. Panjang jaring listrik juga mengakibatkan perbedaan tegangan antara sisi kirim dan sisi terima menjadi berbeda, makin panjang jaring, maka perbedaan tegangan semakin besar demikian juga susut daya listrik ( losses ) pada jaring tersebut. Turunnya tegangan sering terjadi pada sistem didtribusi 20 kV yang kapasitasnya terbatas, sehingga pada jam-jam tertentu (pada beban puncak) tegangan pada ujung sisi terima semakin rendah, bahkan melampaui batasbatas toleransi, sedangkan pada jam-jam dimana beban listriknya berkurang, tegangan listriknya akan kembali normal.(William H. Kersting). Untuk saluran udara yang kapasitansinya dapat diabaikan saluran direpresentasikan sebagai saluran pendek yang secara umum diterapkan pada sistem yang tegangannya sampai 66 kV dan panjangnya mencapai 50 miles ( 80,5
12
km). Rangkaian ekivalen saluran pendek terdiri dari tahanan dan reaktansi yang terhubung seri seperti pada Gambar berikut.
Gambar 2. Representasi saluran pendek Penurunan tegangan (voltage drop) merupakan selisih antara tegangan ujung kirim dan tegangan ujung terima (Syukri, 2005) VD = |Vk | - |Vt| Dimana : |Vk | = nilai mutlak tegangan ujung kirim |Vt| = nilai mutlak tegangan ujung terima
Penurunan tegangan ( Voltage Drop ) pada penyulang, atau pada saluran transmisi yang pendek dengan faktor daya lagging dapat dihitung sebagai berikut (T.A. Short) :
VD = I R R + I X X L volt Dengan R = resistansi total pada penyulang (ohm) XL= reaktansi induktif total pada penyulang (ohm) IR = komponen daya nyata dari arus (A) IX = komponen reaktif arus tertinggal (A) Penurunan tegangan maksimum yang dibolehkan dibeberapa titik pada jaringan system distribusi 20 kV adalah 5 % dari tegangan kerja bagi sistem radial (SPLN 72 :1987).
13
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1.
Materi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi profil tegangan dan susut daya pada 8 penyulang kalibakal jaringan distribusi 20 kV PT PLN APJ Purwokerto serta menganalisis potensi rekonfigurasi dan pengaruh rekonfigurasi jaringan terhadap perbaikan profil tegangan dan susut daya jaringan distribusi. 3.2.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut : 1.
Tahap persiapan meliputi perijinan dan penelusuran pustaka
2.
Pengambilan data yang diperlukan berupa
data penyulang
Kalibakal serta spesifikasi teknis peralatan yang terpasang 3.
Evaluasi profil tegangan dan susut daya pada penyulang Kalibakal.
Evaluasi ini dilakukan melalui analisis aliran daya dengan menggunakan software ETAP Power Station 4.0. 4.
Menganalisis potensi rekonfigurasi jaringan. Potensi rekonfigurasi
ditentukan dengan melihat profil tegangan dan susut daya pada masingmasing penyulang serta konfigurasi penyulang terdekat di sekitar penyulang yang akan direkonfigurasi. 5.
Rekonfigurasi penyulang dengan melimpahkan seksi pada satu
feeder yang berpotensi direkonfigurasi ke penyulang terdekat atau dengan metode rekonfigurasi lain. 6.
Simulasi penyulang yang telah direkonfigurasi pada program ETAP
Power Station 4.0 dan menganalisis aliran daya pada penyulang yang telah direkonfigurasi 7.
Menganalisis kontribusi rekonfigurasi pada jaringan. Hal ini
dilakukan dengan menganalisis perbaikan profil tegangan dan susut daya pada setiap penyulang setelah rekonfigurasi jaringan dibandingkan dengan kondisi sebelum rekonfigurasi
14
Gambar 3. Diagram alur penelitian
3.3.
Data Penelitian
Data penelitian merupakan data sekunder yang didapatkan dari PT. PLN APJ Purwokerto berupa : - single-line diagram Jaringan Distribusi 20 kV Gardu Induk Kalibakal PT. PLN (Persero) APJ Purwokerto - Kapasitas dan impedansi transformator tenaga. - Kapasitas dan impedansi power grid. - Tegangan nominal busbar. - Panjang, jenis, dan impedansi kabel dan konduktor yang digunakan. - Konfigurasi status dari ABSW dan LBS. - Kapasitas dan pembebanan trafo distribusi yang terukur pada setiap seksi penyulang kalibakal 3.4.
Variabel yang diamati
Variable yang diamati pada penelitian ini adalah : - Profil tegangan pada penyulang Kalibakal - Aliran daya dan susut daya pada penyulang Kalibakal - Konfigurasi dan rekonfigurasi penyulang Kalibakal 3.5.
Analisis Data
Analisis yang dilakukan meliputi analisis profil tegangan, analisis susut daya, rekonfigurasi jaringan serta perbaikan tegangan dan susut daya setelah rekonfigurasi. (1). Analisis profil tegangan
Analisis profil tegangan dilakukan melalui simulasi aliran daya yang dilakukan dengan melihat hasil tegangan pada setiap bus dan menghitung drop tegangan yang terjadi. Nilai drop tegangan merupakan selisih antara tegangan pada ujung sisi pengirim dan tegangan pada ujung sisi penerima
VD = I R R + I X X L volt
15
Dengan R = resistansi total pada penyulang (ohm) XL= reaktansi induktif total pada penyulang (ohm) IR = komponen daya nyata dari arus (A) IX = komponen reaktif arus tertinggal (A) (2). Analisis susut daya
Susut daya adalah selisih antara jumlah energi yang masuk ke ja ringan (input ) dan energi yang keluar dari jaringan ( output ). Energi output adalah energi yang diambil dari jaringan tegangan menengah yang merupakan energi yang termanfaatkan. Adanya selisih daya input dan output jaringan adalah akibat rugi daya pada konduktor yang sebanding dengan nilai arus dan hambatan penghantar Ploss=I2R
Dengan Ploss : rugi daya saluran (Watt) I
: arus saluran (A)
R
: Tahanan saluran (Ohm)
Secara matematis, rugi daya yang terjadi di jaringan, dapat ditulis dengan:
Dimana : Ps = daya yang disalurkan (kW) Pi = daya yang terpakai (kW) (3). Rekonfigurasi
Rekonfigurasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: a. Reconductor ,
mengganti
luas
penampang
konduktor
yang
digunakan dengan luas penampang konduktor yang lebih besar. b. Mengubah jalur beban atau pelimpahan beban. Hal ini, dapat dilakukan dengan mengubah konfigurasi status ABSW dan LBS,
16
baik dari Normally Open menjadi Normally Close, maupun sebaliknya. c. Membangun jaringan yang baru 3.6.
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Elektro Unsoed, sedangkan pengambilan data lapangan dilakukan di PT PLN APJ Purwokerto Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 4 bulan. Jadwal Kegiatan N
Bulan
o 1 2
Minggu
3 4
6
7
9
Periapan dan Perijinan Pengambilan data jaringan Evaluasi profil tegangan dan susut daya penyulang kalibakal eksisting Analisis rekonfigurasi penyulang kalibakal Analisis profil tegangan dan susut daya penyulang setelah rekonfigurasi Analisis kontribusi rekonfigurasi pada jaringan Laporan Penelitian , pembuatan Artikel Ilmiah dan penyusunan draf usulan penelitian lanjutan
17
I 1
2
II 3
4
1
2
III 3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
18