BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Globalisasi berpengaruh besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bahkan setiap aspek kehidupan manusia. Untuk menghadapi berbagai perubahan maka diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, antara lain melalui peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dicapai dengan cara meningkatkan keterampilan berkomunikasi serta penguasaan kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik. Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia. Karena itulah pendidikan adalah salah satu ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Negaranegara yang maju seperti Amerika, Jepang , Korea Selatan maupun Singapura telah menjadikan pendidikan sebagai faktor strategis dalam menciptakan kemajuan bangsanya. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Hal tersebut mendorong s uatu negara yang maju dan pesat dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan tersebut. Berbicara tentang pendidikan tentu tidak bisa dipisahkan dari sosok keberadaan guru atau pendidik. Guru juga bisa disebut dengan pendidik karena guru mempunyai arti orang yang memiliki tugas mendidik. Guru merupakan unsur manusiawi yang menempati posisi paling penting dalam pendidikan. Tanpa peran guru, pendidikan tidak akan berjalan s ama sekali karena proses transfer sebuah ilmu dilakukan oleh dua pihak yaitu guru dan murid. Selain itu dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 dijelaskan bahwa
Commented [AJ1]: Dalam latar belakang sampaikan dasar ayat/hadith terkait urgensi ilmu/pendidikan dsb, sesuaikan dengan tema bahasan
pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 1
Tugas seorang pendidik dalam dunia pendidikan Islam pada khususnya tidak hanya terbatas pada transformasi ilmu pengetahuan yang menjurus pada kemampuan intelektual semata “transfer of knowledge”, tetapi juga internalisasi nilai-nilai spiritual religius dan moral etika. 2 Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas peserta didik sedemikian rupa sehingga dalam sikap dan perilaku mereka harus didasarkan dalam nilainilai Islam. Ini berarti dalam pendidikan Islam diperlukan moral yang positif yang bersumber pada agama Islam disamping terikat pula dengan aturan-aturan yang lain.3 KH. Muhammad Hasyim Asy’ari merupakan salah satu dari sekian ulama yang ikut memberikan sumbangan pemikiran yang mengarahkan pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan aktifitas belajarnya agar dapat mencapai tujuan pendidikan Islam. Pemikiran beliau berkaitan dengan etika dalam pendidikan Islam bisa dipahami melalui karyanya yaitu kitab Adabu al ‘Alim Wa al Muta’allim. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-
1
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.32. 2 Suwito Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan (Bandung: Ar- Ruzz Media,2009), hlm.138. 3 Silaban, Pendidikan Indonesia (Jakarta: Dasa Media, 1973), hlm. 179.
pola hubungan antar manusia yang baik dan harmonis, se perti sa ling menghormati, saling menghargai, tolong menolong dan sebagainya. Sedangkan profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.(Sikun Pribadi, 1976) Pada waktu-waktu yang lalu kita sering mendengar ada beberapa etika buruk seorang guru diberitakan di berbagai media. Dalam hal ini ada berbagai macam kasus seperti kekerasan, hujatan, perlakuan seksual dan yang lainnya. Hal ini sangat berbanding terbalik jika disandingan dengan peraturan yang tertuang di dalam UU nomor 14 tahun 2003 dan kitab karangan KH. M uhammad Hasyim Asy’ari yaitu Adabu al ‘Alim Wa al Muta’allim. Dari penjelasan di atas, penulis merasa tertarik untuk menjadikan UU nomor 14 tahun 2003 dan kitab Adabu al ‘Alim Wa al Muta’allim karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari sebagai objek kajian dalam penulisan ini. Karena dalam UU nomor 14 tahun 203 dan kitab Adabu al ‘Alim Wa al Muta’allim karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari samasama berbicara tentang etika seorang guru. Penulis memilih UU nomor 14 tahun 2003 karena undang-undang tersebut memuat segala yang berkaitan dengan guru dan dosen sebagai tenaga pendidik yang ditandatangani langsung oleh Presiden Republik Indonesia. Dan penulis memilih karangan KH. Muhammad Hasyim Asy’ari karena beliau adalah seorang pendidik, ulama besar yang masyhur dan disegani. Beliau juga melahirkan banyak ulama-ulama besar di tanah Jawa yang tidak diragukan lagi kapasitas keilmuannya. Pemikiran-pemikiran beliau banyak dijumpai dalam berbagai bidang keilmuan. Salah satunya dalam bidang pendidikan, KH. Muhammad Hasyim Asy’ari menulis bagaimana
etika seorang guru dan murid dalam karangan beliau yang berjudul Adabu al ‘Alim Wa al Muta’allim. B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana etika profesi guru dalam UU RI nomor 14 tahun 2005? 2. Bagaimana etika profesi guru dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim? 3. Bagaimana relevansi etika profesi guru dalam UU RI nomor 14 tahun 2005 dengan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim? C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui etika profesi guru dalam UU RI nomor 14 tahun 2005. 2. Untuk mengetahui etika profesi guru dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim. 3. Untuk mengetahui relevansi etika profesi guru dalam UU RI nomor 14 tahun 2005 dengan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim. D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap karya ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. Adapun manfaat yang diharapkan penulis adalah: 1. Manfaat Umum Secara umum, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan lebih luas tentang etika profesi guru kepada pembaca. Selain itu juga diharapkan dapat berkontribusi dalam keilmuan, khususnya dalam bidang pendidikan di Indonesia. 2. Manfaat Khusus a. Teoritis Manfaat teoritis adalah untuk memperkaya dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan. Dengan ini penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi
siapa saja yang membahas tentang etika profesi guru. Penelitian ini juga diharapkan menambah khazanah ilmu pengetahuan sekaligus bahan literatur pendidikan di Indonesia. b. Praktis Untuk memperluas pengetahuan masyarakat terhadap etika profesi guru yang ada di dalam UU RI nomor 14 tahun 2005 dan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim. Karena banyak masyarakat yang belum mengetahui relevansi yang terkandung di dalamnya terkait etika profesi guru. E. Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul, diperlunakan adanya definisi istilah dalam skripsi yang berjudul “ETIKA PROFESI GURU (STUDI KOMPARASI ANTARA UU RI NOMOR 14 TAHUN 2005 DAN KITAB ADABU AL’ALIM WA AL MUTA’ALLIM)”, maka sangat perlu untuk dijelaskan beberapa kata penting dalam judul skripsi ini sebagai berikut: Etika
: Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat.4 Profesi
: Kata profesi berasal dari kata profesion dari bahasa Latin yang berarti mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan.5
4 5
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm.428. Ibid, 27
Guru
: Guru merupakan jabatan profesional dengan tugas utama
mengajar,
mendidik,
membimbing,
mengarahkan, melatih, dan menilai peserta didik pada jalur formal pendidikan formal.6 UU RI nomor 14 tahun 2005
: Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 adalah sebuah peraturan perundangundangan yang mengatur segala sesuatu tentang guru dan dosen.
Adabu Al ‘Alim wa Al Muta’alim
: Merupakan salah satu karya terpopuler tang dimiliki Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam bidang pendidikan. Secara umum kitab ini menjelaskan tentang adab atau etika dalam menuntut dan menyampaikan ilmu.
F. Sistematika Pembahasan
Hasil penelitian ini ditulisa dalam tiga bab dan masing-masing bab dibahas ke dalam beberapa sub bab, susunan sistematika adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini mengawali seluruh rangkaian pembahasan yang dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian ini dilakukan. Yang meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan. BAB II: KAJIAN PUSTAKA 6
Amirulloh Syarbini, Guru Hebat Indonesia, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2015), hlm. 32.
Commented [AJ2]: Sistematika sampai bab ahir itu lebih baik
Kajian pustaka di sini adalah peneliti mencoba melakukan suatu studi teoritis tentang etika profesi guru. Pada bab ini membahas antara lain pengertian etika profesi dan profesionalisme guru serta perbandingan yang menyertakan review penelitian terdahulu dan kerangka berpikir. BAB III: METODE PENELITIAN Dalam bab ini menerangkan tentang metode penelitian diantaranya adalah pendekatan dan jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoritik 1. Pengertian Etika Profesi
Secara bahasa, etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak, kesusilaan, atau adat. Dalam Encyclopedia Britanica dijelaskan bahwa etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti karakter dan studi yang sistematis tentang pengertian dan hakikat nilai baik dan buruk, benar dan salah, seharusnya dan tidak sepantasnya, serta prinsip umum yang membenarkan kita melakukan atau menggunakan sesuatu. Dalam bahasa belanda “eticha” berarti ilmu moral atau etika, “ethisch” berarti sesuatu yang berhubungan dengan moral, sedangkan “étiquette” adalah tata tertib dalam pergaulan.7 Menurut Hamzah Ya’qub, etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.8 Profesi berasal dari bahasa Latin “proffesio” yang mempunyai dua pengertian, yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Dalam arti sempit, profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus diruntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Arti lebih luas dari profesi adalah kegiatan apa saja dan siapa saja untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.9
7
Depag, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik, (jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al- Qur’an, 2009), hlm. 6. 8 Amirullah Syarbini, Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga , (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 34. 9 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional , (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2016), hlm. 45.
Commented [AJ3]: Landasan teori terdiri dari: A. Etika / moral B. Etika profesi C.Etika profesi guru D.Etika guru dalam Islam
Sehubungan dengan kata “profesi” ada beberapa istilah yang berkaitan dengan itu, yaitu profesionalisme. Profesionalisme mengacu kepada komitmen para anggota suatu profesi
untuk
meningkatkan
kemampuan
profesionalnya
dan
terus
menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Dari beberapa pengertian dai atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa etika profesi adalah suatu tata tertib pergaulan dalam suatu pekerjaan atau keahlian yang menyangkut penilaian baik dan benar ditinjau dari sisi moralitas. Dalam segala profesi pasti ada etika, tak terkecuali dengan profesi seorang guru. 2. Profesionalisme Guru
Guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim.
10
Artinya, guru adalah seorang yang
memberikan ilmu. Orang yang disebut guru adalah orang yang mempunyai kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.11 Guru profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Pengertian terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal, melainkan pula harus menguasai berbagai strategi dan teknik pembelajaran, menguasai landasan-landasan kependidikan, dan menguasai bidang studi yang akan diajarkan.12
10
Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional , (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media: 2016), hlm. 23. Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional , hlm. 24. 12 Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional , hlm. 70. 11
Commented [AJ4]: Penulisan footnote usahakan maksimal 2 kali saja, ketiganya bisa nyari refrens yang lain
Guru yang profesional harus memiliki beberapa kompetensi dipersyaratkan sebagai seorang guru. Kompetensi tersebut ditunjukkan dalam bentuk unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya mencapai s uatu tujuan . kompetensi tersebut disebut juga kompetensi keguruan.13 Menurut Surya (2005), guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas dan ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragaman yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral. Etika profesi seorang guru akan sangat terlihat implementasinya dalam kehidupan sehari-hari seorang guru tersebut. Baik dan buruk seorang guru akan langsung mendapat sorotan dari murid dan masyarakat. Etika seseorang yang berprofesi sebagai guru tidak 13
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm. 53.
hanya dilihat saat ia mengajar di kelas atau sekolah, guru akan terus dituntut supaya berkelakuan baik terutama ditinjau dari a khlaknya. Karena guru adalah seorang publik figure yang akan dicontoh oleh muridnya. Tentu ini bukan hal yang mudah mengingat guru adalah manusia biasa yang sa ngat wajar jika ia berbuat kesalahan. B. Kajian Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
No Identitas Karya Ilmiah 1.
2.
Persamaan
Perbedaan
Edi Hariyanto. Membahas etika Tidak Skripsi: Etika Guru guru dalam dikomparasikan dalam Proses Belajar perspektif kitab dengan UU Mengajar Agama Adabu al ‘Alim nomor 14 tahun Islam Menurut KH. wa al Muta’alim 2005 Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim. 2011 Ani Ladi Arias Sama-sama Penelitian Solehah. Skripsi: mengkaji kitab terdahulu Analisis Nilai-nilai Adabu al ‘Alim mengkaji Pendidikan Karakter wa al Muta’alim analisis nilaiDalam Kitab Adabul karya nilai pendidikan ‘Alim Walmuta’alim Hadratussyaikh karakter. karya KH. KH. Hasyim Sedangkan Muhammad Hasyim Asy’ari penelitian ini Asy’ari. 2017 mengkaji etika profesi guru
Kesimpulan
Commented [AJ5]: Kesimulannya blm di isi: Isi dengan kebaharuan penelitian kita bisal dalam penelitian ini bahasannya menekankan pada etika profesi guru perspektif adabul alim…misal begitu
C. Kerangka Berpikir
UU RI No. 14 Th. 2005
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Guru harus sehat secara jasmani dan rohani Memiliki sertifikat pendidik Guru wajib memiliki kualifikasi akademik Wajib memiliki beberapa kompetensi Berakhlak mulia Menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat
ETIKA PROFESI GURU
ADAB AL ‘ALIM WA
AL MUTA’ALIM
1. Guru harus menjalankan tugas utamanya yaitu mendidik 2. Dilarang memiliki sifat sombong dan harus menghiasi dirinya dengan sifat tawadhu 3. Memiliki sifat terpuji dan menjauhi sifat tercela 4. Guru harus memiliki etos kerja yang tinggi 5. Mampu membentuk dan mengarahkan pendidik memiliki karakter serta kepribadian serta perilaku mulia 6. Tidak berorientasi kepada keduniawian
HASIL
1. Dalam kitab Adabu al 'Alim wa al Muta’alim guru tidak boleh menuntut sesuatu yang bersifat keduniaan sedangkan di dalam undang-undang 2. Baik dalam undang-undang maupun kitab, sama-sama mewajibkan guru supaya memiliki macam-macam kompetensi 3. Pada intinya seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan sebuah metode guna menyelesaikan masalah yang timbul. Dalam upaya pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penyususnan skripsi ini digunakan beberapa langkah sebagai berikut: 1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. 2. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan di dalam skripsi ini merupakan penelitian pustaka ( library research) yang bersifat deskriptif analitis. Karena sumber-sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah data literatur. Tujuan dari desain penelitian ini adalah untuk melatih penulis untuk membaca secara ktiris segala literatur yang ada. Penulis menganalisis isi UU RI nomor 14 tahun 2005 dan pemikiran tokoh, dalam hal ini adalah Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari tentang etika profesi guru, didukung dengan pendapat dan pemikiran tokoh lain, kemudian diambil kesimpulan. B. Data dan Sumber Data
Pola penelitian dari skripsi ini mengacu pada kajian kepustakaan (library research). Data yang diserap melalui referensi kitab kuning, buku-buku dan karya ilmiah lain nya yang ada kaitannya dengan penelitian ini, adapun sumber data tersebut memiliki dua sifat: 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.14 Adapun sumber primer dalam penelitian tersebut yaitu: a. Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 b. Adab al ‘Alim wa al Muta’alim, karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari c. Terjemah Adabu al ‘Alim wa al Muta’alim, katya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. 15 Pada umumnya, data sekunder ini sebagai penunjang data primer. Dalam hal ini seluruh karya, artikel yang berkaitan dengan pokok penelitian serta interpretasi pihak lain terhadap isi UU RI nomor 14 tahun 2005 dan konsep pemikiran dan pendidikan. C. Teknik Pengumpulan Data
Unruk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode penelitian studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data, fakta dan informasi berupa tulisan-tulisan
dengan
bantuan
bermacam-macam
material
yang
terdapat
di
perpustakaan,16 misalnya berupa buku-buku, naskah, catatan kisah sejarah, dan sumber lain yang berhubungan dengan etika profesi guru.
14
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 91. Ibid,91. 16 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D , (Bandung: PT Alfabeta, 2008), hlm.329. 15
D. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi (conten analysis) dalam bentuk deskriptif yaitu berupa catatan informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan mencakup penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi yang terkait dengan semua aspek yang diteliti. Maka, di sini penulis menggambarkan permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.17 Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis data yang berhasil dihimpun. Karena penelitian dalam skripsi ini bersifat kualitatif literer murni, maka analisi yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Dimana data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara non statistik.
17
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya , (cet. 3; Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 155-159
Commented [AJ6]: Ditambahi refrensi ya biar lebih kuat
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2008. Depag. Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik. Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, 2009. Fauzan, Suwito. Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Bandung: Ar- Ruzz Media,2009. Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013. Silaban, Pendidikan Indonesia. Jakarta: Dasa Media, 1973. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabeta, 2008. Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional . Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2016. Syarbini, Amirullah. Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016 Syarbini, Amirulloh. Guru Hebat Indonesia. Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2015. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.