PROPOSAL KOMPETISI MENELITI MAHASISWA 2016 Judul Penelitian
: Pengaruh Pemberian Senyawa Allelopati Daun Mangga Gadung (Mangifera indica L.) Terhadap Perkecambahan Gulma Jejagoan (Echinochloa crus-galli)
Nama Mahasiswa
: Nurul Baroroh
NIM
: 13620119
Jurusan
: Biologi
Lama Kegiatan
: 1 bulan
Biaya yang Diusulkan
: 2.000.000 (dua juta rupiah) Malang, 11 Mei 2016 Hormat saya,
Nurul Baroroh 13620119
Mengetahui/Menyetujui: Ketua Jurusan
Dosen Pembimbing:
Malang, 11 Mei 2016
Malang, 11 Mei 2016
Dr. Evika Sandi Savitri, M.P
Azizatur Rahmah
NIP. 197410182003122002
NIP. Menyetujui,
Wakil Dekan Kemahasiswaan & Kerjasama
Dr. Ahmad Barizi, M.A NIP. 197312121998031001
Lembar Pernyataan Orisinalitas
Dengan ini, Nama
: Nurul Baroroh
NIM
: 13620119
Jurusan
: Biologi
Angkatan tahun/semester : 2013/6 (enam)
Menyatakan banwa penelitian yang berjudul: Pengaruh Pemberian Senyawa Allelopati Daun Mangga Gadung (Mangifera indica) Terhadap Perkecambahan Gulma Jejagoan (Echinochloa crus-galli). Merupakan karya yang dapat dipertanggung jawabkan orisinalitasnya. Apabila di kemudian hari ditemukan kecurangan maka saya bersedia penilitian ini dibatalkan, mengembalikan dana bantuan penelitian dan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Malang, 11 Mei 2016
Nurul Baroroh 13620119
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas mata pencaharian penduduk Indonesia terutama di daerah pedesaan adalah sebagai petani dan kebanyakan tanaman yang dibudidayakan satu diantaranya adalah padi sawah. Telah diketahui area tanah persawahan di Indonesia milik para petani berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian tahun 2014 bahwa statistika lahan pertanian tahun 2009-2013 seluas 8.112.103.00 Ha (Billah, 2014). Sehingga tidak menutup kemungkinan dengan banyaknya budidaya padi sawah yang ditanam di lahan persawahan yang sangat luas tersebut untuk ditumbuhi tanaman pengganggu atau yang disebut dengan gulma terutama gulma yang paling ganas. Dan menurut penjelasan dari Chaniago (2009) gulma terganas tersebut dapat menurunkan produksi padi sawah sampai 90% adalah dari jenis gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli), hal tersebut bila dibiarkan berasosiasi dengan padi sawah dalam waktu yang lama. Gulma dalam hal ini dapat menyaingi tanaman padi dalam pengambilan unsur hara, air, ruang, CO2 dan cahaya. Pengendalian gulma pada tanaman padi di persawahan masih menggunakan herbisida sintetik karena petani berpendapat menurut Lestari (2011) metode organik, gulma yang tumbuh di lahan lebih banyak dan dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk memberantas gulma tersebut. Selain itu, adanya herbisida organik yang ada yakni olahan pabrik masih belum bisa optimal dalam pengendalian gulma yang ada di lapangan. Sedangkan yang telah diketahui dari penelitian sebelumnya oleh Yulifrianti (2015) bahwa penggunaan herbisida sintetik cenderung menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Penggunaan herbisida sintetik jika dilakukan terus menerus dapat merusak lingkungan, meningkatkan resistensi gulma terhadap herbisida dan mengganggu kesehatan manusia sehingga diperlukan pengendalian alternatif. Oleh karena itu, diperlukan pengoptimalan dan pemberian kesadaran kepada para petani terkait efektivitas herbisida organik ketika diaplikasikan di lapangan. Namun dari herbisida organik yang ada hanya mengendalikan gulma-gulma tertentu saja. Tidak mengendalikan semua jenis dari gulma, maka dilakukan penelitian ini untuk memberikan informasi kepada para petani terkait herbisida organik yang mampu mengendalikan berbagai jenis gulma. Bila diperhatikan lebih lanjut Negara Indonesia memiliki banyak sekali tanaman mangga, baik tanaman tersebut tumbuh dengan proses pembudidayaan maupun tumbuh liar. Berdasarkan penjelasan dari Sutono (2008) Sentra produksi mangga yang paling banyak dintaranya adalah Indramayu, Cirebon, dan Majalengka di Jawa barat, Tegal, Kudus, Pati, Magelang, dan Soyolali di Jawa Tengah, Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk, dan Pamekasan di
Jawa Timur Juga di daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Kebanyakan dari masyarakat sendiri bagian tumbuhan mangga yang paling banyak dimanfaatkan adalah buahnya, sedangkan bagian yang lain seperti daunnya jarang sekali dimanfaatkan. Biasanya daun-daunnya rontok dan mengotori jalanan atau halaman rumah. Hal ini dikarenakan daun mangga sangat asam untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Karena kurang adanya pemanfaatan terkait daun mangga dan dengan adanya penelitian sebelumnya oleh Yulifrianti (2015) bahwa daun mangga mengandung senyawa alelopati golongan fenol antara lain ferulic, coumaric, benzoic, vanelic, chlorogenic, caffeic, hydroxybenzoic, dan cinnamic. Telah terbukti di dalam Alquran Al Karim Surat Al An’am pada potongan ayat ke 59 yakni sebagai berikut:
ُ ُو َما ت َ ْسق... ط ِمن َو َرقَ ٍة ِإ اَّل َي ْعلَ ُم َها َ Artinya: “dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)” Ayat diatas membuktikan bahwa Allah mengetahui ada tidaknya sehelai daun yang gugur. Bila diperhatikan dari lafadz dasarnya adalah
َي ْعلَم
yang arti bahasanya adalah mengetahui dan lafadz
علمyang dapat diartikan pengetahuan. Pengetahuan tidak hanya didasarkan
pada panca indra saja tetapi juga mengadalkan pemikiran dan penilitian dalam menguak atau menyibak sesuatu yang belum jelas diketahui menjadi dapat diketahui. Berarti dalam ayat tersebut Allah mengetahui melalui pengetahuan bahwa dalam sehelai daun terdapat banyak kandungan yang dapat dimanfaatkan untuk manusia. Yakni dalam penelitian bahwa daun mangga dari satu diantara daun dari berbagai tumbuhan memiliki banyak kandungan yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya. Dan kandungan-kandungan tersebut merupakan senyawa alelopati yang mana merupakan senyawa yang bersifat toksik yang dihasilkan oleh suatu tanaman dan senyawa tersebut dikeluarkan oleh tumbuhan berupa metabolit sekunder golongan terpenoid, fenol, alkaloid, asam lemak, steroid dan poliasetilen. Sehingga dalam rangka mendukung gerakan pertanian organik di Indonesia, diperlukan herbisida organik yang efektif berskala komersial yang dapat menekan pertumbuhan gulma terutama pada tanaman padi sawah. Senyawa terpenoid, flavonoid dan fenol adalah alelokimia yang bersifat menghambat pembelahan sel. Senyawa fenol yang terkandung dalam daun mangga gadung akan menghambat tahap metafase pada mitosis pada proses perkecambahan gulma jejagoan. Gangguan pada tahapan metafase menyebabkan proses mitosis pada biji gulma jejagoan
terhambat, sehingga mengakibatkan penghambatan pembelahan dan pemanjangan sel (Yulifrianti, 2015). Pengaruh senyawa alelokimia terjadi pada saat proses pengangkutan air pada biji. Air yang telah bercampur dengan ekstrak yang mengandung alelokimia akan mengganggu kerja hormon asam giberelin (GA) sehingga GA tidak dapat menginduksi enzim α-amilase yang mengakibatkan proses perkecambahan terganggu (Tanor dan Sumayku (2009)
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan penelitian ini sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh pemberian ekstrak daun mangga gadung (Mangifera indica) terhadap
perkecambahan gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli)? 2. Berapakah konsentrasi ekstrak daun mangga gadung (Mangifera indica) yang efektif dalam menghambat perkecambahan gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli)?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian ekstrak daun mangga gadung
(Mangifera indica) terhadap perkecambahan gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli) 2. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun mangga gadung (Mangifera indica) yang efektif dalam menghambat perkecambahan gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli)
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi ilmiah tentang tanaman yang berpotensi sebagai herbisida organik bagi masyarakat luas 2. Digunakan petani untuk diaplikasikan dalam mematikan gulma secara pratumbuh
1.5 Batasan Masalah Tumbuhan yang memiliki senyawa alelopati yang digunakan sebagai herbisida organik dalam penelitian ini dibatasi pada tumbuhan mangga jenis gadung (Mangifera indica L.) dan bagian tumbuhan yang digunakan adalah daunnya. Untuk gulma padi sawah yang dikendalikan dibatasi pada gulma terganas dari jenis gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli) dan bagian yang diambil adalah bijinya.
1.6 Hipotesis Ada pengaruh pemberian ekstrak daun mangga gadung (Mangifera indica) terhadap perkecambahan gulma jejagoan (Echinochloa crus-galli).
BAB II STUDI PUSTAKA
2.1 Mangga Gadung (Mangifera indica L.) Klasifikasi tanaman mangga gadung Mangifera indica L.: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnolipsida Sub kelas : Magnoliidae Ordo : Sapindales Famili :Anacardiacea Genus : Mangifera Spesies :Mangifera indica L. (Undang, 1991)
Gambar 1. Mangga Gadung (Mangifera indica) Tanaman mangga ialah tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Tanaman mangga berasal dari famili Anarcadiaceae, genus Mangifera, species Mangifera indica (Oktavianto, 2015). Genus dari keluarga Anacardiaceae yang berasal dari Asia Tenggara tercatat ada 62 spesies enam belas spesies diantaranya memiliki buah yang dapat dimakan, tetapi hanya spesies Mangifera caesia, Jack., Mangifera foetida, Lous., Mangifera odorata, Grift., dan Mangifera indica, L. yang biasa dimakan. Diantara keempat spesies mangga yang dapat dimakan tersebut, yang memiliki jenis paling banyak adalah Mangifera indica, L. sebagian dari mangga tersebut terpenting memiliki aroma yang cukup kuat (Oktavianto, 2015). Pohon bisa mencapai 100 tahun lebih. Morfologi pohon mangga terdiri atas akar, batang, daun, dan bunga. Bunga menghasilkan buah dan biji (plok) yang secara generatife
dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Akar tunggang pohon mangga sangat panjang, dapat mencapai 6 m dalamnya. Pemanjangan akar tunggang akan berhenti kalau ujung akar telah mencapai permukaan air tanah. Sesudah fase perpanjangan akar tunggang berhenti, lalu bebentuk akar cabang dibawah makin sedikit. Paling banyak akar cabang terdapat pada kedalaman 30-60 cm dibawah permukaan tanah. Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya (Oktavianto, 2015). Aturan letak daun pada batang (phylloyaxy) biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran. Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Beberapa variasi bentuk daun mangga yaitu: lonjong dan ujungnya seperti mata tombak; berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak; berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing; berbentuk segi empat, ujungnya membulat (Oktavianto, 2015). Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih (Oktavianto, 2015).
2.2 Senyawa Alelopati Daun Mangga Daun mangga dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma karena menghasilkan senyawa alelokimia yang dapat menghambat pertumbuhan gulma. Senyawa alelokimia merupakan senyawa yang dikeluarkan oleh tumbuhan berupa metabolit sekunder golongan terpenoid, fenol, alkaloid, asam lemak, steroid dan poliasetilen (Yulifrianti, 2015). Berdasarkan hasil penelitian El-Rokiek et al, 2010, ekstrak daun mangga dapat mengahambat pertumbuhan rumput teki (Cyperus rotundus L.) pada konsentrasi 25% karena ekstrak daun mangga mengandung senyawa alelopati golongan fenol antara lain ferulic, coumaric, benzoic, vanelic, chlorogenic, caffeic, hydroxybenzoic, dan cinnamic. Daun mangga mengandung senyawa metabolit sekunder golongan fenol yaitu ferulik 5,98%, koumarik 15,49%, benzoik 10,32%, vanelik 11,82%, khlorogenik 7,85%, caffeik 36,74%, gallik 3,78%, hidrobenzoik 2,87%, dan cinamik 5,15%. Senyawa fenol merupakan salah satu senyawa alelopati yang bersifat menghambat perkecambahan. Senyawa alelokimia yang terdapat di dalam ekstrak serasah daun mangga diduga menghambat proses fotosintesis melalui penghambatan aktivitas enzim-enzim
yang diperlukan dalam fotosintesis sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan berat kering tanaman menjadi berkurang. Hasil penelitian Saleem, et al., (2013) bahwa ekstrak daun mangga dapat menekan berat kering gulma rumput kenari (Phalaris minor Retz.). Senyawa alelokimia pada ekstrak serasah daun mangga sudah mampu memberikan pengaruh dalam menurunkan berat basah gulma rumput grinting pada konsentrasi yang tinggi. Senyawa fenol yang terdapat pada ekstrak serasah daun mangga dapat menghambat pertumbuhan rumput grinting. Penurunan berat basah menunjukkan bahwa proses pertumbuhan mengalami penghambatan. Hal ini terjadi karena terganggunya proses penyerapan air dan terhambatnya proses fotosintesis (Yulifrianti, 2015). Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perkecambahan adalah adanya senyawa alelopati yang bersifat menghambat pertumbuhan. Menurut Trenggono (1990) pengaruh senyawa alelokimia terjadi pada saat proses pengangkutan air pada biji. Air yang telah bercampur dengan ekstrak yang mengandung alelokimia akan mengganggu kerja hormon asam giberelin (GA) sehingga GA tidak dapat menginduksi enzim α-amilase yang mengakibatkan proses perkecambahan terganggu (Tanor dan Sumayku (2009). Senyawa terpenoid, flavonoid dan fenol adalah alelokimia yang bersifat menghambat pembelahan sel. Senyawa fenol menghambat tahap metafase pada mitosis. Gangguan pada tahapan metafase menyebabkan proses mitosis terhambat, sehingga mengakibatkan penghambatan pembelahan dan pemanjangan sel. Hambatan ini menyebakan tidak bertambahnya jumlah dan ukuran sel, sehingga pertumbuhan memanjang atau pertumbuhan tinggi tanaman terhambat (Yulifrianti, 2015).
2.3 Gulma Jejagoan (Echinochloa crus-galli) Klasifikasi gulma rumput jejagoan (Echinochloa crus-galli): Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Anak kelas : Liliidae Bangsa : Cyperales Suku : Graminae Genus : Echinochloa Spesies : Echinochloa crus-galli (Undang, 1991)
(a)
(b)
(c)
Gambar 2. (a) Biji Gulma jajagoan Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv, (b) Rumput jajagoan Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv, (c) bunga jajagoan Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv, Gulma jajagoan Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv. adalah gulma utama dan paling merugikan pada pertanaman padi. Bila gulma ini dibiarkan berasosiasi dengan tanaman padi untuk waktu yang cukup lama, dapat menyebabkan penurunan hasil sampai 90% (Kwesi et al., 1991). Gulma E. cruss-galli menghasilkan banyak sekali biji per tanaman yang berguna untuk penyebaran dan penjamin keberadaan gulma ini pada pertanaman padi (Kim dan Park, 1996). Biji gulma E. cruss-galli mampu bertahan sampai 3 tahun di lahan (Chaniago, 2009). Jejagoan
berkembang
biak
secara
generatif
maupun
secara
vegetatif.
Perkembangbiakan secara generatif jajagoan ini mampu menghasilkan biji mencapai 40.000 biji dalam semusim (Djazuli, 2011). Dalam hal ini mengakibatkan penyebaran gulma jajagoan sangat cepat. Akar dari E. crus-galli ditemukan mengandung 15 senyawa phytotoxic yang dianggap allelokimia terhadap pertumbuhan spesies tanaman lain. Allelokimia yang dihasilkan oleh tunas muda atau tumbuhan yang masih muda dapat menghambat pertumbuhan padi dan tanaman lain yang tumbuh di dekatnya (Xuan et al., 2006) Pengendalian gulma pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mengubah keseimbangan ekologis yang bertujuan menekan pertumbuhan gulma, tetapi tidak berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya. Dengan demikian diharapkan dengan adanya pengolahan tanah, waktu tanam, pemupukan, jarak tanam dan varietas yang tepat, dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga persaingan antara tanaman dengan gulma tidak dapat terjadi. Biasanya tanaman sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur sepertiga sampai setengah umur tanaman. Maka pada saat itulah waktu yang tepat untuk dilakukan pengendalian gulma (Djazuli, 2011).
2.4 Lingkungan Pertumbuhan Gulma Lingkungan merupakan kesatuan dari segala factor-faktor baik yang hidup (biotis) maupun yang mati (abiotis) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangbiakan, atau
penyebaran
dari
segala
jenis
tumbuhan.
Secara
umum, lingkungan dapat
dikelompokkan menjadi dua komponen utama yaitu lingkungan makro Lingkungan makro adalah
dan
mikro.
keadaan lingkungan yang meliputi skala daerah yang luas,
termasuk di dalamnya adalah segala aspek iklim dan tanah seperti
intensitas
cahaya,
kelembaban, kecepatan angin dan suhu. Lingkungan yang mikro meliputi skala daerah yang kecil dan sempit dimana lingkungan ini dapat dipengaruhi oleh adanya objek (batuan,pohon dan lain sebagainya), zat kimia (hara, bahan organik, atau an organik) dan tofografi (Sastroutomo, 1990). Echinochloa crus-galli mampu mengurangi dan membersihkan kelebihan garam dari tanah. Gulma ini juga dapat menghapus kadmium, tembaga, dan mendominasi tanah; kemampuan ini meningkat ketika asam sitrat ditambahkan ke tanah (Kim dan Lee 2010). Rumput jejagoan ini juga mampu mengumpulkan seng dari air limbah (Liu et al. 2007). Perkecambahan dari E. crus-galli tidak terpengaruh ketika terpapar limbah dari tanaman coke, limbah pabrik bubur kayu dan fasilitas pengolahan air limbah. Pertumbuhan bibit rumput jejagoan meningkat setelah terkena beberapa polutan dari sebuah pabrik pengolahan air limbah (Adamus et al. 2001). Kemampuan untuk menahan polutan yang tidak diketahui, bahkan berkembang dalam beberapa kondisi, menunjukkan potensi untuk menggunakan E. crus-galli di lahan basah untuk pengolahan air limbah. Ekologi gulma Echinochloa crus-galli var. crus-galli akan tumbuh baik dalam kondisi yang menguntungkan pertumbuhan tanaman padi. Lebih suka pada tanah basah dan akan tumbuh bila sebagian batangnya terendam air. Gulma muda yang mirip dengan bibit padi dan sering ikut ditanam tanpa disengaja. Pengurangan hasil padi paling gawat jika gulma tumbuh dalam 60 hari setelah padi berkecambah. Tak satupun metode dapat mengedalikan gulma secara tuntas di pertanaman. Suatu metode mungkin menekan species tertentu tetapi bebrapa species lain mendapat pengaruh meguntungkan secara langsung atau tidak langsung. Bila suatu metode dipraktekkan secara terus menerus pada beberapa musim maka pengaruh yang menguntungkan itu cenderung mendominasi di musim selanjutnya. Hal inilah yang memungkinkan timbulnya gulma-gulma utama (major seeds species) yang mendominasi suatu pertanaman (Djazuli, 2011).
2.5 Ekstraksi Perlakuan ekstrak serasah daun mangga dalam konsentrasi rendah yaitu konsentrasi 25% dan 35% yang masuk ke dalam jaringan daun telah dapat menghambat aktivitas fisiologis. Namun pada konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 45% dan 55%, penghambatan berat basah menjadi lebih tinggi. Rice (1974) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi juga pengaruh penghambatannya terhadap aktivitas fisiologis tanaman. Konsentrasi ekstrak 35% merupakan konsentrasi terendah yang mampu menghambat perkecambahan gulma yang ditunjukkan dengan menurunnya rerata panjang kecambah menjadi 1,29 cm (Yulifrianti, 2015).
BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi 0%, 25%, 35%, 45% dan 55%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 25 unit percobaan.
S
K1
P1
H1
K2
P2
H2
K3
P3
H3
K4
P4
H4
K5
P5
H5
Keterangan: S
: Sampel
K
: Kelompok Gulma Jejagoan (Echinochloa crus-galli) masing-masing diisi 20 biji
gulma P : Perlakuan dari konsentrasi P1: 0% (100% air), P2: 25% (25% ekstrak daun mangga gadung dan 75% air), P3: 35% (35% ekstrak daun mangga gadung dan 65% air), P4: 45% (45% ekstrak daun mangga gadung dan P5: 55% air) dan 55% (55% ekstrak daun mangga gadung dan 45% air) H
: Hasil
2.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus sampai 23 September 2016. Untuk ekstaksi dilaksanakan di laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Genetika Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Untuk Uji Perkecambahan Biji Gulma Jejagoan dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2.3 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah menggunakan Pisau untuk memisahkan helai daun dari tulang daun dan memotong daun menjadi kecil-kecil. Kemudian menggunakan Dry Blender untuk menghancurkan daun-daun mangga yang sudah dipotongpotong kecil dan dikeringkan. Alat yang lainnya adalah beaker glass 500 mL, gelas ukur, Rotary evaporator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan biasanya ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan bantuan penangas, dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver flask). Kecepatan alat ini dalam melakukan evaporasi sangat cepat, terutama bila dibantu oleh vakum. Terjadinya bumping dan pembentukan busa juga dapat dihindari. Kelebihan lainnya dari alat ini adalah diperolehnya kembali pelarut yang diuapkan. Prinsip kerja alat ini didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut terkumpul di atas, serta adanya kondensor (suhu dingin) yang menyebabkan uap ini mengembun dan akhirnya jatuh ke tabung penerima (receiver flask). Setelah pelarutnya diuapkan, akan dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan (solid) atau cairan (liquid) (Nugroho, et al. 1999). Biasanya ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi awal ini (ekstraksi dari bahan tumbuhan) disebut sebagai ekstrak kasar (crude extract). Polybag ukuran 10x15 cm sebanyak 25 buah, botol spray, erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, corong gelas dan kertas saring. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun mangga (M. indica) yang masih hijau 2 Kg, benih biji gulma 20 biji, Metanol p.a (CH3OH) 70% 200 mL, tanah, dan akuades.
2.4 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ada 3 yakni: Variabel Bebas
: Pemberian ekstrak daun mangga gadung (Mangifera indica L.)
Variabel Terikat
: Pertumbuhan biji gulma Jejagoan (panjang kecambah gulma Jejagoan)
Variabel Kontrol
: Tanah, Intensitas cahaya, kelembapan udara, dan suhu
2.5 Sampel Penelitian Sampel penelitian ini, untuk daun mangga gadung (Mangifera indica L.) diambil dari perkebunan mangga gadung di Desa Tambahmulyo Jakenan Pati. Untuk biji gulma Jejagoan diambil dari persawahan di Desa Tambahmulyo Jakenan Pati.
2.6 Prosedur Penelitian Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan Daun Mangga, dan Biji Rumput Jejagoan (Echinochloa crus-galli) Daun mangga yang digunakan sebanyak 2 kg berat basah. Biji gulma rumput jejagoan (Echinochloa crus-galli) yang digunakan yaitu berwarna hijau. Biji dikeluarkan dari buah dan direndam dalam air. Biji yang tenggelam diambil dan digunakan pada penelitian. Daun mangga dan biji rumput rumput jejagoan (Echinochloa crus-galli) diambil dari lingkungan di persawahan Desa Tambahmulyo Jakenan Pati Jawa Tengah. 2. Preparasi Sampel Daun mangga dicuci dengan air hingga bersih, kemudian dipotong kecil-kecil dan dikeringanginkan tanpa terkena cahaya matahari secara langsung selama ± 2 minggu. Sampel yang sudah kering di dry blender sampai menjadi bubuk sehingga diperoleh berat kering (Nursal et al., 2006). 3. Ekstraksi Sampel Ekstraksi sampel daun mangga dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 1 kg serbuk daun mangga direndam dengan metanol p.a selama 4x24 jam dan dilakukan pengadukan setiap hari. Semua meserat dari hasil penyaringan dikumpulkan menjadi satu dan diuapkan dengan Rotary evaporator pada suhu 48 0C dengan kecepatan 90 rpm sampai semua metanol menguap sehingga diperoleh ekstrak kental (Olayele, 2007). 4. Uji Perkecambahan Biji Gulma Rumput Jejagoan (Echinochloa crus-galli) Penelitian dilakukan pada saat gulma rumput jejagoan (Echinochloa crus-galli) belum tumbuh (pra-tumbuh). Media tanam berupa tanah gambut dimasukkan ke dalam polibag ukuran 10x15 cm. Polibag yang telah berisi tanah disiram hingga kapasitas lapang, kemudian biji gulma rumput jejagoan (Echinochloa crus-galli) disebarkan merata diatas permukaan tanah, masing-masing 20 biji dalam polibag. Pemberian ekstrak daun mangga dengan cara penyemprotan dilakukan pada jam 10 pagi dimulai pada saat penanaman. Penyemprotan pada biji sebanyak 5 mL larutan yang disesuaikan
dengan perlakuan dilakukan sampai biji gulma dan tanah di sekitar biji lembab. Penelitian diakhiri pada hari ke-10 setelah tanam.
2.7 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analysis Of Variance (ANOVA). Apabila hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata, uji lanjutan dilakukan menggunakan Duncan’s Multi Range Test (DMRT) pada taraf 5 % (Sihombing, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Adamus, P., T.J. Danielson, and A. Gonyaw. 2001. Indicators for Monitoring Biological Integrity of Inland, Freshwater Wetlands: A survey of North American Technical Literature (1990-2000). U.S. Environmental Protection Agency, Office of Water, Office of Wetlands, Oceans, and Watersheds. Washington, DC. 219 pp Bilah, Tassim. 2014. Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Chaniago, Irawati. 2009. Respon Pertumbuhan Awal Dan Aktivitas Enzim Peroksidase Gulma Jajagoan (Echinochloa cruss-galli (L.) Beauv.) Yang Berasosiasi Dengan Padi Genotipe Lokal Sumatera Barat. Jurnal Jerami. Vol. 2. No. 3 Djazuli, Muhammad. 2011. Potensi Senyawa Alelopati Sebagai Herbisida Nabati Alternatif Pada Budidaya Lada Organik. Semnas Pesnab. Vol. 4 El-Rokiek, G, Kowthar, R, El-Masry, Rafet & K. Nadia, Messiha. 2010.The Allelopathic Effect of Mango Leaves on the Growth & Propagative Capacity of Purple Nutsedge (Cyperus rotundus L.). Journal American Research. Vol. 6. No. 3. hal 151-159 Kim, S-H., and I-S. Lee. 2010. Comparison of the ability of organic acids and EDTA to enhance the phytoextraction of metals from a multi-metal contaminated soil. Bulletin of Environmental Contamination and Toxicology 84: 255—259 Kim, K. U., and K. H. Park. 1996. ‘Biology of paddy weeds’. In: Weed management in rice. FAO. Rome. 139 pp. Kwesi, A., A. N. Nyarko and S. K. de Datta. 1991. Hand Book of Weed Control in Rice. IRRI. Los Banos. the Philippines. 100 pp. Lestari, Dia Fitri Novita dkk. 2011. Gulma Di Pertanaman Padi (Oryza Sativa L.) Konvensional, Transisi, Dan Organik. Fakultas Pertanian Gadjah Mada Yogyakarta Liu, J., Y. Dong, H. Xu, D. Wong, and J. Xu. 2007. Accumulations of Cd, Pb and Zn by 19 wetland species in constructed wetland. Journal of Hazardous Materials. 147(3): 947— 95 Nugroho, B. W., Dadang, & Prijono, D. 1999. Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu. Bogor: IPB Nursal, WS & Juwita, WS. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roxb.) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escheria coli dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis. Vol. 2. No. 2. hal. 64-66
Oktavianto, Yoga. 2015. Karakterisasi Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) Cantek, Ireng, Empok, Jempol Di Desa Tiron, Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 3. No. 2 Olayele, MT. 2007. Cytotoxicity and Antibacterial Activity of Methanolic Ekstract of Hisbiscus sabdariffa. Journal of Medicinal Plants Research. Vol. 1. No. 1. hal 9-13 Rice, E. L. 1974. Allelopathy 2nd ed. Orlando Florida: Academic Press Saleem. K, Perveen. S, Latif. F, Akhtar.KP & Arhsad.HMI. 2013. Identification of phenolics in mango leaves extact and their allelopathic effect on canary grass and wheat. Journal. Botani. Vol. 25. No.5. hal. 1527-1535 Sastroutomo. 1990. Ekologi gulma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sihombing, Apriyana dkk. 2012. Pengaruh Alelopati Calopogonium mucunoides Desv. Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Anakan Gulma Asystasia gangetica (L.) T. Anderson. Jurnal Biospecies. Vol. 5. No. 2 Sutono. 2008. Budidaya Tanaman Mangga (Mangifera indica). Bogor: Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tanor, MN, & Sumayku, BRA. 2009. Potensi Eugenol Tanaman Cengkeh terhadap Perkecambahan Benih Jagung. Soil Environment. Vol. 1. No. 7. hal. 35-44 Trenggono, RM. 1990. Biologi Benih. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press Undang, Ahmad Dasuki. 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB Xuan, T.D., M. Chung III, T.D. Khanh, and S. Tawata. 2006. Identification of phytotoxic substances from early growth of barnyard grass (Echinochloa crusgalli) root exudates. Journal of Chemical Ecology. 32: 895—906 Yulifrianti, Elvrina. 2015. Potensi Alelopati Ekstrak Serasah Daun Mangga (Mangifera indica (L.)) Terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Grinting (Cynodon dactylon (L.)) Press. Jurnal Protobiont. Vol. 4. No. 1
Lampiran 1 1. Rincian Pembiayaan
No. 1
JENIS ANGGARAN Belanja Bahan
HARGA
JUMLAH
SATUAN
(Rp)
a. Pisau
1 buah 10.000
10.000
b. Beaker glass 500 Ml
1 buah 30.000
30.000
c. Gelas Ukur 5 Ml
2 buah 35.000
70.000
d. Poly bag
30
15.000
500
buah e. Botol Spray
1 buah 13.000
13.000
f. Erlenmeyer
2 buah 25.000
50.000
g. Beaker glass 250 mL
1 buah 25.000
25.000
h. Kertas
saring 1 pack
200.000
200.000
Whathman no.1 i. Methanol p.a
2,5 L
120.800
302.000
j. Aquadest
3L
7.000
21.000
k. Corong gelas
2 buah 70.000
140.000
l. Kertas label
1 pack
4.000
4.000
Jumlah 2.
880.000
Biaya Transport Lapangan a. Bensin
50.000
50.000
b. ATK
150.000
150.000
Jumlah
200.000
Jumlah Total
Rp. 2.000.000
KETERANGA N
Lampiran 2. 1. Rincian dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian (time schedule) No. Uraian
Juni
Juli
Agustus
September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1.
Pembelian Bahan
2.
Pelaksanaan Penelitian
3.
Penulisan dan Pengumpulan Laporan
Lampiran 3 CURRICULUM VITAE IDENTITAS DIRI Nama NIM Tempat dan Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Angkatan tahun/Semester Jurusan Alamat Rumah Telp./Hp. Alamat e-mail
: Nurul Baroroh : 13620119 : Pati, 06 April 1991 : Perempuan : Islam : 2013/VI (enam) : Biologi : Ds. Tambahmulyo Rt 01/Rw 03 Kec. Jakenan Kab, Pati : 085600676044 :
[email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun Lulus
Jenjang Pendidikan
1996/1997
RA Tarbiyatul Islamiyah Jakenan Pati
2003
MI Tarbiyatul Islamiyah Jakenan Pati
2006
MTs Tarbiyatul Islamiyah Jakenan Pati
2009
MA Nurul Qur’an Pucakwangi
2013
Muhadloroh Al-Anwar Sarang Rembang
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun
Nama/Jenis Organisasi
Jabatan/Jenjang Keanggotaan
2009
Pondok Nurul Hidayah
Ketua Pondok
2012
Pondok Al-Anwar
Kebersihan
2015
El Zawa
Kader
Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum vitae ini adalah benar dan apabila terdapat kesalahan, saya bersedia mempertanggungjawabkannya.
Malang, 12 Mei 2016 Yang menyatakan,
Nurul Baroroh 13620119