PROPOSAL PENELITIAN
Hubungan Antara Kesadaran Diri terhadap Tindakan Siswa dalam Menjaga
Kebersihan Sekolah
Mu'azzatul Faridah
2011120009
STKIP Kebangkitan Nasional
Sampoerna School of Education (SSE)
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Saat ini tidak asing bagi kita mengenai isu program Green School.
Green School sendiri menurut Beaver (2009) adalah program sekolah yang
didirikan dan direalisasikan dengan menekankan pada program kebersihan
sekolah. Dalam program Green School program yang diutamakan yaitu upaya
untuk mendapatkan udara dan sinar matahari dengan baik serta menjaga dan
melindungi setiap keamanan dan kenyamanan setiap fasilitas di lingkungan
sekolah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Langdon (2007), Green
School adalah program yang tidak banyak mengeluarkan biaya pembangunan. Hal
ini dikarenakan untuk mewujudkan program ini pemerintah tidak perlu
membangun sekolah baru sehingga biaya yang digunakan untuk melaksanakan
100 sekolah dengan program Green School jauh lebih sedikit dibandingkan
biaya untuk mengelola sekolah konvensional atau non-penghijauan. Selain itu
Green School juga membantu untuk menghemat energi, melestarikan sumber daya
dan mengurangi limbah. Dari penelitian mengenai Green School tersebut dapat
dikatakan bahwa menjaga kebersihan sekolah merupakan hal yang sangat
penting karena mempunyai banyak manfaat untuk berbagai belah pihak. Untuk
membentuk dan mensukseskan program tersebut yang diperlukan adalah
kerjasama dari berbagai komponen di sekolah.
Selain itu, seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, kebersihan
lingkungan hidup merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh
setiap warga negara Indonesia. Hal ini mempunyai tujuan agar lingkungan
hidup di Indonesia dapat tetap menjadi sumber kehidupan dan penunjang hidup
bagi setiap warga serta makhluk hidup lain yang ada di dalamnya. Pasal 1
dalam UU nomor 32 tahun 2009 menjelaskan bahwa lingkungan hidup yang harus
dijaga kebersihannya adalah ekosistem yang ada dalam masyarakat. Ekosistem
yaitu berbagai tempat yang dapat saling mempengaruhi dan dipengaruhi dalam
membentuk stabilitas, kemampuan dan kefektifan dalam lingkungan hidup. Dari
pernyataan di atas, kita tahu bahwa sekolah merupakan salah satu tempat
yang berfungsi untuk memberi dan memperoleh pendidikan. Dengan kata lain
sekolah dapat membentuk stabilitas serta kemampuan seseorang di dalam
sebuah ekosistem sehingga sekolah juga merupakan lingkungan hidup yang
harus dijaga dengan baik oleh seluruh komponen yang ada di dalamnya. Salah
satu komponen tersebut adalah siswa, di sekolah siswa diajarkan untuk
melakukan tindakan dalam menjaga kebersihan seperti membuang sampah pada
tempat yang telah disediakan, melakukan piket kelas dan menjaga fasilitas-
fasilitas yang ada di sekolah.
Nasby (1989) yang dikutip dalam buku karya Neisser dan Joppling
mengungkapkan bahwa individu dengan kesadaran diri tinggi lebih mampu
menanggapi perilaku ke dalam persepsi diri mereka. Salah satu penelitian
dari O'Rourke, J (2009) juga menyatakan bahwa kesadaran diri berhubungan
dengan aspek-aspek penting lain dalam kehidupan. Salah satunya adalah
hubungan kesadaran diri terhadap lingkungan, kesehatan serta kedisiplinan.
Seseorang akan melakukan suatu tindakan apabila mereka sadar bahwa hal
tersebut dianggap penting dan berharga. Dari hasil penelitian-penelitian di
atas peneliti berasumsi bahwa jika kedisiplinan berhubungan dengan
kesadaran diri, maka dalam tindakan menjaga kebersihan lingkungan setiap
individu juga memerlukan kesadaran diri dari setiap masing-masing individu.
Hal ini dikarenakan kedisiplinan juga merupakan sebuah tindakan yang perlu
dilakukan seseorang, maka sama halnya dengan menjaga kebersihan yang juga
merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang.
Dalam kenyataan di lapangan, berdasarkan observasi dan wawancara
peneliti ketika melakukan School Experience selama 8 hari, peneliti
menemukan fakta bahwa beberapa siswa dalam sebuah sekolah di bilangan
Jakarta Selatan melakukan tindakan dalam menjaga kebersihan sekolah seperti
membuang sampah dan piket berdasarkan kesadaran dari dirinya sendiri, bukan
karena peraturan yang ada. Sekolah tersebut merupakan sekolah rintisan
Adiwiyata. Menurut Indiarti (2011) sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang
peduli terhadap lingkungan dengan berbagai program untuk mewujudkan sekolah
yang menekankan keunggulan dalam berbagai hal. Dari kasus tersebut peneliti
tertarik untuk membuktikan fakta apakah benar bahwa tindakan siswa dalam
menjaga kebersihan sekolah berhubungan dengan kesadaran diri yang dimiliki
oleh masing-masing siswa.
B. Perumusan masalah
Fokus penelitian ini berkaitan dengan hubungan antara kesadaran diri
dengan tindakan siswa untuk menjaga kebersihan sekolah sehingga tahu apakah
benar kesadaran diri memang berhubungan dengan tindakan mereka dalam
menjaga kebersihan sekolah. Selanjutnya, permasalahan pokok yang mampu
mencakup banyak permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: "Apakah kesadaran diri berhubungan dengan tindakan siswa dalam
menjaga kebersihan sekolah?".
C. Hipotesis
Merujuk dari fakta yang ada dari pengalaman observasi peneliti serta
hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya tentang hubungan kesadaran diri
dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan, maka dugaan sementara untuk hasil
penelitian ini adalah "kesadaran diri siswa berhubungan dengan tindakan
siswa dalam menjaga kebersihan sekolah. Semakin siswa sadar akan pentingnya
menjaga kebersihan maka siswa akan semakin bersedia untuk melakukan
tindakan dalam menjaga kebersihan sekolah".
D. Tujuan penelitian:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tindakan
siswa dalam menjaga kebersihan sekolah ada hubungannya dengan kesadaran
diri yang mereka miliki.
E. Manfaat penelitian:
Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah untuk mengevaluasi sekolah
dalam rangka meningkatkan kebersihan sekolah.
Bagi calon pendidik penelitian ini bermanfaat untuk mengingatkan calon
pendidik tentang pentingnya kesadaran kebersihan diri siswa supaya
terbentuknya tindakan yang tepat dalam menjaga kebersihan sekolah,
sehingga mampu diaplikasikan ketika menjadi pendidik nantinya. Calon
pendidik juga dapat menjadikan hasil penelitian ini untuk menjadi
acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa agar lebih peduli terhadap
kesadaran kebersihan diri apabila memang hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kesadaran kebersihan diri mempengaruhi tindakan
siswa dalam menjaga kebersihan sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sebelum penelitian ini dilakukan, ada beberapa penelitian yang sudah
mengangkat topik dan variabel yang hampir sama dengan penelitian ini, yaitu
hubungan antara kesadaran diri dengan aspek kehidupan lain. Salah satunya
yaitu Nasby (1989) yang menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai
kesadaran diri tinggi akan mampu menanggapi dan menerapkan apa yang mereka
tahu ke dalam tindakan yang akan mereka lakukan. Sebaliknya, orang dengan
kesadaran rendah lebih cenderung mengabaikan setiap tindakan mereka,
sehingga akan mengalami kesulitan dalam setiap pekerjaan mereka. Selain itu
penelitian dari O'Rourke (2009) juga menyatakan bahwa kesadaran diri
berhubungan dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan. Lebih lanjut, ia
menyebutkan bahwa kesadaran diri berhubungan dengan aspek kesehatan,
lingkungan serta kedisiplinan. Seseorang akan melakukan suatu tindakan
apabila mereka sadar bahwa hal tersebut dianggap penting dan berharga untuk
dirinya. Penelitian ini menyatakan jika mereka sadar bahwa menjaga
kedisiplinan dilakukan oleh banyak orang dan hal tersebut berdampak baik
maka mereka akan semakin sadar dan akan mengikuti orang lain untuk
melakukan hal tersebut. Dalam sebuah jurnal penelitian juga disebutkan
bahwa banyak peneliti mempunyai pendapat yang telah diujikan, yaitu:
"self-awareness is an important ability and skill set for
achieving managerial excellence. Thus, better managers should be more
adept at assessing the level of their own behaviors and the impact
those behaviors have on others. Moreover, high performers and high
potentials in organizations should also exhibit greater levels of MSA
because they presumably have already been identified as possessing
promising managerial characteristics such as strong interpersonal,
leadership, and communication skills (Den;Jones, & Toomey, 1988;
Garfield, 1986) and are often given significantly greater
developmental opportunities that serve to enhance their abilities."
Penelitian-penelitian di atas secara jelas menyebutkan bahwa kesadaran
diri berhubungan dengan tindakan atau aspek kehidupan lain. Beberapa
penelitian diatas menggunakan metode kualitatif dengan melakukan observasi
dan interview. Hasil penelitian mereka tidak hanya dilakukan untuk sekedar
mengetahui apakah kesadaran diri berhubungan dengan sebuah tindakan. Namun,
penelitian mereka cenderung bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesadaran
diri dapat berhubungan dan mempengaruhi sebuah tindakan.
Kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional atau Emotional Intellegence, sehingga kesadaran diri
berkaitan erat dengan kecerdasan emosional. Ada dua faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosional (Goleman, 1995) dimana hal ini berkaitan
dengan aspek yang ada di dalamnya. Faktor yang pertama datang dari internal
yang merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi
oleh keadaan otak emosional seseorang. Serta faktor eksternal yang
merupakan faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi atau
mengubah sikap pengaruh luar yang bersifat individu. Pengaruh tersebut
dapat secara perorangan, secara kelompok, antara individu dengan kelompok
atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui
perantara misalnya media massa baik cetak maupun elektronik serta informasi
yang canggih melalui internet.
Beberapa kemampuan menurut Mackin (2006) yang berhubungan dengan
kesadaran diri meliputi emotional awareness (mengenal emosi dan
pengaruhnya), accurate self-awareness (mengetahui kelemahan dan kekuatan
diri) serta self confidence. Emotional awareness berarti mengetahui emosi
apa yang tengah dirasakan dan mengapa hal tersebut dirasakan, menyadari
hubungan antara perasaan dengan apa yang dilakukan, ucapkan dan pikirkan
serta menyadari dan mengakui bagaimana perasaan mempengaruhi emosi.
Accurate self-assessment berarti sadar akan kekurangan dan kelebihan,
introspeksi dan mampu belajar dari pengalaman, terbuka untuk mendapatkan
feedback, saran dan pengembangan diri serta mampu menunjukkan perasaan
humor dan persepsi tentang sebuah diri. Yang terakhir yaitu Self-Confidence
berarti mampu untuk menunjukkan apa saja yang ada pada dirinya dan
mengambil keputusan untuk segala sesuatu terhadap dirinya.
Tindakan dalam menjaga kebersihan sekolah
Menurut Benjamin Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) ada 3
domain yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu perilaku, sikap dan
tindakan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketiga hal tersebut antara
lain pengalaman pribadi. Pengalaman yang sulit untuk dilupakan menjadi
dasar pembentukan tindakan. Oleh karena itu, tindakan akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional
yang dapat merekat lama dalam otak. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama terrekam
sehingga hal tersebut mampu membentuk sebuah tindakan dengan baik.
Yang kedua yaitu kebudayaan. Pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan)
adalah salah satu hal yang membentuk kepribadian seseorang. Pengaruh dari
orang lain dianggap penting untuk membentuk sebuah tindakan. Pada umumnya,
individu melakukan hal yang sesuai dengan tindakan orang-orang yang
dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dikarenakan individu
tersebut enggan mendapatkan konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
Media massa juga mampu mempengaruhi sebuah tindakan dari individu.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio,
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan ide setiap orang.
Adanya informasi baru mengenai suatu hal menjadikan individu berfikir
sehingga tindakan akan terbentuk dari hasil pemikiran-pemikiran tersebut.
Begitu pula dengan lembaga pendidikan dan agama. Sebagai suatu sistem
dalam masyarakat, lembaga pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat
dalam membentuk tindakan dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian
dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman oleh individu akan baik dan
buruknya suatu hal, antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajaran di
dalamnya.
Faktor yang terakhir yaitu emosi diri. Terkadang suatu bentuk tindakan
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran emosi. Tindakan demikian bersifat sementara dan segera
berlalu begitu masalah telah hilang, akan tetapi dapat pula menjadi
kebiasaan sehingga tindakan tersebut akan bertahan lama.
Lebih lanjut, Notoatmodjo mengungkapkan beberapa tingkatan dalam
sebuah tindakan, yaitu: (a). Persepsi (perception) yaitu mengenal dan
memilih berbagai objek yang akan dilakukan. (b). Respon terpimpin yaitu
melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang terstruktur. (c).
Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis dan (d).
Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah berkembang dan
dilakukan dengan baik.
Selain itu, ada juga kriteria yang menjadi acuan peneliti dalam
menjaga kebersihan sekolah yaitu sesuai dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) di Sekolah: Mencuci tangan dan menggosok gigi dengan bersih
setiap akan atau sesudah melakukan pekerajan. Mengkonsumsi makanan yang
bergizi, tidak jajan sembarangan dan makan sesuai dengan kriteria 4 sehat 5
sempurna. Menjaga kebersihan setiap tempat yang ada di sekolah, seperti
membuang sampah pada tempatnya, mengelola sampah sesuai dengan tipenya dan
atau melaksanakan piket kelas. Melakukan olahraga secara teratur, seperti
senam secara rutin. Serta mengatur waktu istirahat dengan baik.
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu
didukung sarana dan prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan
lingkungan hidup (Indiarti, 2011) antara lain meliputi: Pengembangan fungsi
sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan hidup.
Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan
sekolah. Penghematan sumberdaya alam (listrik, air, dan ATK). Peningkatan
kualitas pelayanan makanan sehat. Serta pengembangan sistem pengelolaan
sampah.
Hubungan antar variabel
Berdasarkan kajian teori di atas maka peneliti mengambil persepsi
bahwa variabel satu sama lain saling berhubungan atau terdapat korelasi di
dalamnya. Korelasi tersebut yakni hubungan antara kesadaran diri terhadap
tindakan siswa dalam menjaga kebersihan sekolah.
Teori Mayer (2005) yang dikutip dari buku Goleman menyebutkan bahwa
ada 3 tindakan yang orang lakukan dalam menangani kesadaran diri, dalam
penelitian ini tindakan yang dimaksud disini yaitu tindakan dalam menjaga
kebersihan sekolah. Pertama, sadar diri. Dalam menjaga kebersihan, mereka
peka akan suasana hati mereka ketika mengalaminya. Tahu tindakan yang tepat
untuk mereka lakukan sesuai dengan kondisi yang mereka hadapi. Ketika
mereka sadar bahwa menjaga kebersihan seperti membuang sampah, piket dan
mencuci tangan adalah tindakan yang tepat atau tahu hal yang perlu
dilakukan maka mereka akan melakukan tindakan-tindakan tersebut sesuai
dengan kondisi disekitarnya.
Yang kedua, tenggelam dalam permasalahan. Dalam menjaga kebersihan,
mereka adalah orang-orang yang dikuasai oleh emosi dan tak kuasa untuk
melepaskan diri, seolah-olah suasana hati mereka telah mengambil alih
kekusaan. Misalnya, ketika mereka melihat sampah mereka tahu dan sadar
bahwa mereka harus membuangnya. Namun ketika mereka merasa malas atau tidak
ingin membuangnya maka mereka akan membiarkan sampah tersebut tanpa ada
tindakan apa pun. Hal ini dikarenakan mereka adalah orang-orang yang telah
dikuasai oleh emosi mereka sehingga akan kesulitan dalam mengambil sebuah
tindakan.
Yang terakhir yaitu Pasrah. Dalam menjaga kebersihan sekolah, mereka
peka akan apa yang mereka lihat disekitarnya, seperti ketika mereka melihat
sampah yang berserakan mereka sebenarnya tahu bahwa sampah tersebut harus
dibuang namun mereka justru cenderung membiarkan sampah tersebut begitu
saja tanpa ada usaha untuk mengambil tindakan yang tepat dalam
menanggapinya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada sub-bab penelitian
sebelumnya, penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat kemauan tindakan siswa dalam menjaga kebersihan sekolah dengan
tingkat kesadaran diri yang mereka miliki. Peneliti tidak akan menguraikan
secara mendalam tentang hubungan antar dua variabel dan keberagaman
tindakan sebagai hasil dari atribut penelitian, namun peneliti hanya ingin
melihat tinggi rendahnya kesadaran diri berhubungan dengan kemauan siswa
dalam melakukan tindakan sebagai atributnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan pendekatan penelitian:
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan metode pendekatan korelasi. Metode penelitian
kuantitatif dengan metode pendekatan korelasi adalah metode yang
menghubungkan adanya hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini peneliti
ingin mengetahui adanya hubungan antara variabel pertama dan variabel kedua
yaitu hubungan antara kesadaran diri dengan tindakan siswa dalam menjaga
kebersihan sekolah. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini peneliti hanya
ingin mengetahui kebenaran hubungan antar variabel maka hasil penelitian
dapat digeneralisasikan. Peneliti tidak akan mencari tahu secara mendalam
tentang hasil dari variabel seperti alasan dan proses di dalamnya. Di dalam
penelitian ini pengumpulan data untuk menentukan pada tingkatan apa
terdapat hubungan antara kesadaran diri dan tindakan siswa dalam menjaga
kebersihan sekolah. Dari beberapa indikator di atas maka metode yang paling
tepat digunakan untuk penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif
dengan pendekatan korelasi.
B. Variabel:
- Kesadaran diri sebagai variabel X.
- Tindakan siswa dalam menjaga kebersihan sekolah sebagai variabel Y.
C. Definisi operasional
Kesadaran diri memiliki beberapa definisi dari para ahli. Menurut
Bradberry & Greaves (2005) kesadaran diri adalah kemampuan untuk memahami
emosi diri sendiri secara tepat dan akurat dalam berbagai situasi secara
valid dan reliable. Bagaimana reaksi emosi diri di saat menghadapi suatu
peristiwa yang memancing emosi, sehingga seseorang dapat memahami respon
emosi dirinya sendiri dari segi positif maupun segi negatif. Orang yang
memiliki kesadaran diri yang tinggi memiliki sikap positif di dalam
menjalani kehidupan. Dia memiliki pikiran positif (positive thinking) di
dalam menilai sebuah fenomena kehidupan betapapun buruknya fenomena
tersebut di mata orang lain.
Menurut Goleman (1997) Self awareness atau kesadaran diri, artinya
mengetahui keadaan dalam diri dan hal-hal yang lebih disukai. Kompentensi
yang pertama adalah mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan dan
keterbatasan diri, dan keyakinan akan kemampuan sendiri. Goleman
mengungkapkan bahwa kesadaran emosional lebih mempengaruhi kesuksesan
seseorang dibanding dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan
emosional.
Sedangkan tindakan juga memiliki beberapa definisi yang telah
diungkapkan oleh beberapa tokoh. Tindakan menurut Notoatmodjo (2007) adalah
sebuah sistem dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi kemudian
terdapat respon untuk mewujudkannya ke dalam suatu bentuk objek. Selain
itu, Susanto mengungkapkan bahwa tindakan adalah suatu rangkaian kegiatan
yang dilakukan secara teratur dan mempunyai tujuan dalam melakukannya.
Dari berbagai teori tentang kesadaran diri dan tindakan menjaga
kebersihan sekolah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri
dalam mengambil tindakan untuk menjaga kebersihan sekolah adalah kemampuan
untuk mengetahui dan memahami emosi diri dalam mengambil suatu perbuatan
atau gerakan dalam menjaga kebersihan sekolah dengan perasaan tertentu di
dalam menanggapi keadaan di lingkungan sekitarnya.
D. Populasi dan sampel penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi di Sekolah Dasar
Standar Nasional 12 Benhil, Jakarta Pusat. Populasinya adalah seluruh siswa
dan siswi dari kelas 1 sampai kelas 6, yang dipilih secara acak dengan
menggunakan metode Random Sampling. Yang terpenting adalah setiap kelas ada
yang mewakili untuk menjadi partisipan. Emzir (2008) menyatakan bahwa
random sampling merupakan sampel yang paling umum dan paling sering
digunakan pada pendekatan penelitian korelasi. Tidak ada karakteristik
khusus dalam mengambil subjek penelitian, peneliti akan mengambil secara
acak dengan minimal subjek sebanyak 30 subjek. Hal ini penting karena
berpengaruh terhadap pengembangan pengukuran yang valid dan reliabel
terhadap variabel yang akan diteliti. Jika subjek tidak memenuhi kriteria
jumlah dari random sampling maka koefisien korelasi yang dihasilkan tidak
akurat.
E. Instrumen dan teknik pengumpulan data
Salah satu karakteristik yang digunakan dalam penelitian kuantitatif
adalah dengan menggunakan kuesioner yang jawabannya dapat digeneralisasikan
oleh peneliti. Kuesioner yang diberikan oleh peneliti berisi 15
pertanyaan singkat dengan model pilihan ganda tanpa ada jawaban benar atau
salah. Semua jawaban berdasarkan apa yang dialami oleh partisipan.
Kuesioner tersebut berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada
apa yang telah dijelaskan di dalam kajian pustaka. Hasil kuesioner tersebut
digunakan sebagai data bagi peneliti untuk mengetahui adanya hubungan antar
variabel. Peneliti menggunakan metode pilihan ganda dimaksudkan untuk
membuat para partisipan yang usianya masih sekitar 7 sampai 11 tahun dapat
dengan mudah memahami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat
dalam kuesioner.
F. Prosedur penelitian
Hal pertama yang dilakukan peneliti adalah meneliti keadaan sekitar
dengan melakukan observasi ke sekolah selama 8 hari untuk melihat masalah
apa saja yang muncul di lapangan. Kemudian mengambil satu masalah yang
menurut peneliti menarik dan layak untuk diteliti, yaitu kesadaran diri
siswa dengan tindakan dalam menjaga kebersihan sekolah. Selanjutnya,
peneliti memahami isu masalah yang telah ditemukannya dan menjadikannya
sebagai perumusan masalah dan merumuskan hiphotesis.
Untuk berikutnya, peneliti membuat kerangka konsep hal apa saja yang
akan peneliti lakukan untuk penelitiannya, membuat proposal merupakan
bentuk dari kerangka konsep penelitian. Dalam membuat kerangka konsep
peneliti tidak hanya mengacu pada asumsi dirinya sendiri melainkan
berdasarkan teori-teori dan penelitian sebelumnya yang mendukung
penelitiannya. Setelah kerangka konsep selesai dibuat, maka peneliti telah
selesai menentukan desain serta subjek penelitian dimana dalam penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasi. Serta
memilih 30% siswa dari masing-masing kelas yang diambil secara acak atau
random sampling.
Peneliti akan mengumpulkan data berupa kuesioner sebagai langkah
selanjutnya. Dalam mengumpulkan kuesioner peneliti harus mendampingi
partisipan dan menjelaskannya terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan supaya
memudahkan partisipan dalam menjawab kuesioner. Tahap terakhir dalam
penelitian ini adalah membuat analisis dan kesimpulan berdasarkan data yang
telah ada serta mengaplikasikan konsep yang telah dibuat sebelumnya oleh
peneliti.
F. Analisis data:
Hasil dari penelitian ini yaitu berupa data statistik yang nantinya
akan dianalisis menggunakan Ms. Excel untuk mengetahui koefisien korelasi
antar variabelnya. Apabila terdapat hubungan antara kesadaran diri dan
tindakan siswa dalam menjaga kebersihan sekolah, maka itu berarti ada
rentangan skor pada suatu pengukuran yaitu kesadaran diri berkaitan dengan
rentangan skor pada pengukuran yang lain yaitu tindakan dalam menjaga
kebersihan sekolah.
Seperti yang dijelaskan Gay (1981) yang dikutip dalam bukunya Emzir
bahwa jika dua variabel mempunyai hubungan yang tinggi, maka akan diperoleh
koefisian korelasi mendekati +1,00 (atau -1,00) dan sebaliknya, koefisien
korelasi mendekati 0,00 apabila tidak adanya atau rendahnya hubungan antar
kedua variabel.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UU 32 thn 2009). Diakses pada tanggal 27 Mei dari situs:
http://carapedia.com/perlindungan_pengelolaan_lingkungan_hidup_thn_2009
_info1821.html.
Beaver, R. (2009). Green School Primer: Lessons in sustainability.
Mulgrave: The Graphic Image Studio Pty Ltd.
Bradberry, T. & Greaves, J. (2005). Emotional Intelligence. San Diego:
Talent Smart.
Cameron, Mark, Sheppard & Sandra, M.(2006) Children & Schools. School
Discipline and
Social Work Practice: Application of Research and Theory to
Intervention, 28.
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan
kualitatif. Jakarta Utara: PT Rajagrafindo Persada.
Fletcher, C., & Bailey, C. (2003). Assessing self-awareness: Some issues
and methods. Journal of Managerial Psychology, 18(5), 395-404.
Goleman, D.(1995). Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting
daripada IQ. Jakarta:
PT Gramedia Utama.
Indiarti, W.S. (2011). Pengertian Sekolah Adiwiyata. Ganesa. Diambil pada
tanggal 26 Mei dari situs:
http://gerakanpramukaganesa.blogspot.com/2011/02/adiwiyata-adalah-
program-terhadap.html.
Langdon, D. (2007). Cost of Green Revisited: Reexamining the feasibility
and cost impact of sustainable design in the light of increased market
adoption. United Technologies. Diakses tanggal 30 Mei dari situs
http://www.centerforgreenschools.org/myths.aspx.
Mackin, D. (2006). Emotional Intelligence. New Directions Consulting, Inc.
Diakses pada tanggal 11 April dari situs
http://pdfcast.org/pdf/emotional-intelligence.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
O'Rourke. (2009). Understanding self-awareness: A heuristic study of
the
relationship with self and other, 3330526.
Sotedjo. (2005). Langkah-Langkah Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga.
Jakarta: Azka Press.
Susanto, B.A. (1994). Teologi dan Praksis Komunitas Post Modern.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Wenke, D., Waszak, F., & Haggard, P. (2009). Action selection and action
awareness.
Psychological Research, 73(4), 602-12. doi:10.1007/s00426-009-0240-4.
LAMPIRAN
Contoh pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner:
1. Apa yang akan kamu lakukan jika melihat sampah di lingkungan sekolah?
a. Membuangnya.
b. Membiarkannya.
c. Memberikan kepada teman.
2. Apakah kamu selalu melaksanakan piket atau tugas kamu setiap waktu?
a. Ya.
b. Tidak.
c. Kadang-kadang.
3. Apakah jika kamu tahu bahwa menjaga kebersihan itu penting, maka kamu
akan melakukan tindakan dalam menjaga kebersihan sekolah?
a. Ya.
b. Tidak.
c. Kalau mau saja.