BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan
hidup. Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta
jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan
hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2
tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan pada
tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu.
Pembangunan kesehatan di Indonesia telah berhasil menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan angka fertilitas serta menghasilkan perbaikan
gizi masyarakat. Dampak positif dari pembangunan kesehatan adalah
meningkatnya angka harapan hidup yang terlihat dari meningkatnya jumlah
populasi penduduk usia lanjut atau lansia. Umur harapan hidup Indonesia
pada tahun 2000-2005 yaitu 67, 8 tahun dan meningkat menjadi 73,6 tahun
pada periode tahun 2020–2025 (Statistik Indonesia, 2007). Proyeksi Biro
Pusat Statistik di tahun 2010, jumlah usia lanjut mencapai 19 juta
(8,5%) dari jumlah seluruh penduduk sedangkan tahun 2025 mencapai 14,4%
(Depkes RI, 2010). Jumlah yang demikian besar ini sebenarnya tidak
menjadi permasalahan jika diikuti dengan kondisi lansia yang sehat.
Sedangkan kebanyakan lansia mengalami berbagai macam penyakit
degeneratif seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke,
jantung.(Depkes RI, 2010)
Data menurut DepKes RI, mengenai angka kesakitan pada lansia, yaitu
angka kesakitan usia 55 tahun ke atas 25,7%, usia 45-59 tahun 11,6% dan
usia di atas 60 tahun 9,2%. Menurut WHO tahun 2002 dalam kurun waktu 10
tahun penyakit jantung dengan prevalensi 1,1/100 penduduk menjadi
penyebab utama lansia meninggal. (Cengkunek, 2009)
Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas,
kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik. Secara biologis lansia
mengalami kemunduran dalam proses pertumbuhan organ. Secara mental
lansia mengalami kemunduran perkembangan mental seperti penurunan daya
ingat, kecerdasan dan kemampuan berpikir. Secara sosial ekonomi lansia
mengalami kemunduran sumber pendapatan dari hasil kerja karena tidak
mampu melaksanakan pekerjaan seperti ketika masih usia muda (Depkes RI,
2007).
Peran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk membantu lansia.
Disamping keluarga, pemerintah juga perlu memberikan intervensi untuk
membantu lansia tetap mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima.
Pemerintah dalam pembinaan kesehatan usia lanjut perlu tetap melibatkan
berbagai sektor baik Depkes, Depsos, organisasi profesi ataupun lembaga
swadaya masyarakat serta lintas program terkait (Depkes RI, 2007) yang
secara teknis dilaksanakan melalui pembinaan ketenagaan, berupa
peningkatan kemampuan teknis dan manajemen bagi para pengelola dan
pelaksana termasuk kader kesehatan. Hal ini menjadi salah satu strategi
untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut melalui
kegiatan yang di adakan di posyandu lansia diantaranya pendidikan
kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu,
dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada
seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun
praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk.,
2002).
Pendidikan kesehatan memiliki berbagai macam metode dalam
penerapannya, salah satunya adalah metode demonstrasi. Metode
Demonstrasi adalah metode pengajaran dengan cara memperagakan benda,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan. Metode
demonstrasi ini diharapkan dapat memberikan solusi yang efektif dalam
pelaksanaan pendidikan kesehatan terhadap lansia yang secara fungsional
kemampuan nya menurun.
2. Rumusan Masalah
1) Bgaimana konsep promosi kesehatan?
2) Bagaimana model promosi kesehatan dengan demonstrasi pada lansia?
3) Bagaimana menyusun perencanaan promosi kesehatan?
3. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan dan mengetahui promosi kesehatan dengan metode
demonstrasi pada lansia.
4. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep promosi kesehatan.
2) Mahasiswa mengetahui dan memahami promosi kesehatan pada lansia dengan
metode demonstrasi.
3) Mahasiswa mengetahui dan memahami dalam menyusun perencanaan promosi
kesehatan.
4. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan
dan informasi tentang promosi kesehatan dengan metode demonstrasi secara
tepat dan benar, serta mampu mengimplementasikan kepada praktik
keperawatan komunitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Promosi Kesehatan
1. Definisi Promosi kesehatan
Promosi kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni
praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-
program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya
pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan,
kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya perlu
ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan(di Indonesia sering disebut
penyuluhan kesehatan). Hal ini esensial, karena masing-masing program
tersebut mempunyai aspek perilaku masyrakat yang perlu dikondisikan dengan
promosi kesehatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi
pendidikan kesehatan pada masa lalu. Promosi kesehatan bukan hanya proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi
perubahan perilaku.
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok, dan
masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan
iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai
dengan faktor budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui pendekatan ini
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat.( Depkes RI, 2006).
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi
dasar promosi kesehatan, yaitu penggerakan dan pemberdayaan, bina suasana,
dan advokasi (Depkes RI, 2004). Ketiga strategi tersebut diperkuat oleh
kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang tepat. Strategi tersebut
harus dilaksanakan secara lengkap dan berkesinambungan dalam mengubah
perilaku baru masyarakat menjadi lebih baik yang diperlukan oleh program
kesehatan. Lingkup promosi kesehatan mencakup diantaranya sebagai berikut :
a. Strategi promosi kesehatan yaitu advokasi, bina suasana, dan gerakan
(pemberdayaan) masyarakat.
b. Tatanan kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat
bekerja, tempat-tempat umum, dan sarana kesehatan.
c. Prioritas perilaku yang akan dikembangkan berdasarkan program
kesehatan yang dilaksanakan, maka kegiatan dilakukan untuk
mengembangkan aspek perilaku sehat tertentu, misalnya yang berkaitan
dengan kesehatan KIA, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup,
Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan sebagainya
sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan situasi di masing-masing
tatanan.
Secara definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan
masyarakat (health promotion ) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi
kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan
penyakit. Level and Clark, mengatakan ada empat tingkat pencegahan penyakit
dalam perspektif kesehatan masyarakat, yakni :
a. Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan)
b. Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)
c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan
segera)
d. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya
kecacatan)
e. Rehabilitation (pemulihan)
Oleh sebab itu pengertian promosi kesehatan dalam konteks ini adalah
peningkatan kesehatan. Sedangkan pengertian yang kedua, promosi kesehatan
diartikan upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau menjual
kesehatan. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah memasarkan atau
menjual atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya
kesehatan, sehingga masyarakat menerima atau membeli (dalam arti menerima
perilaku kesehatan) dan akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
2. Tujuan Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan harus mempunyai tujuan yang jelas. Yang
dimaksud tujuan dalam konteks ini adalah apa yang diinginkan oleh
promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang
lain. Tujuan umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang
Kesehatan No.23/1992, maupun WHO, yakni meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik
fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun
social. Promosi kesehatan di semua program kesehatan, baik
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya bermuara pada
kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, baik kesehatan
individu, kelompok maupun masyarakat.
3. Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Agar promosi kesehatan
dapat lebih tepat sasaran, maka sasaran tersebut perlu dikenali
secara lebih khusus, rinci, dan jelas melalui pengelompokan sasaran
promosi kesehatan meliputi sasaran utama (primer), sasaran antara
(sekunder), dan sasaran penunjang (tersier).
Sasaran primer adalah mereka yang diharapkan akan menerapkan
perilaku baru. Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung
segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan
permasalahan kesehatan,maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi:
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui
untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk
kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan
terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
Sasaran sekunder adalah mereka yang dapat mempengaruhi sasaran
primer. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya
kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
disekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan social (social
support).
Sasaran tersier adalah mereka yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau
penyandang dana. Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik
di tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran primer tersier promosi
kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan
oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh
masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum
(sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada
sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
4. Strategi Promosi Kesehatan
Untuk mencapai tujuan promosi kesehatan, maka perlu dilakukan
strategi dalam pelaksanaan promosi kesehatan yang bekerja sama
dengan tenaga kesehatan dan sektor terkait. Strategi tersebut adalah
sebagai berikut (Depkes RI, 2006)
1. Advokasi
Yaitu pendekatan pimpinan dengan tujuan untuk mengembangkan
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Hasil yang diharapkan
adalah kebijakan dan peraturan peraturan yang mendukung untuk
memengaruhi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat serta
adanya dukungan dana atau sumber daya lainnya. Kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain pendekatan perorangan melalui lobi, dialog,
negoisasi, debat, petisi, mobilisasi, seminar, dan lain lain.
2. Bina suasana
Yaitu penciptaan situasi yang kondusif untuk memberdayakan
perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat
dapat tercipta dan berkembang jika lingkungan mendukung hal ini.
Dalam hal ini, lingkungan mencakup lingkungan fisik, sosial
budaya, ekonomi dan politik.
3. Gerakan pembedayaan masyarakat
Yaitu gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat mengenali dan
memelihara masalah kesehatan sendiri serta untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya. Tujuan yang ingin
dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.
5. Jenis Metode Promosi Kesehatan
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik
Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran
promosi.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap
muka dengansasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan
rumah, pertemuan diskusi (FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan
di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak
langsung berhadapansecara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia
menyampaikan pesannya denganperantara (media). Umpamanya
publikasi dalam bentuk media cetak, melaluipertunjukan film, dsb
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun
tidak langsungdengan sasaran secara perorangan, antara lain :
kunjungan rumah, hubungantelepon, dan lain-lain
b. Pendekatan kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan
sekolompok sasaran.Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam
ketegori ini antara lain :Pertemuan, Demostrasi, Diskusi
kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain
c. Pendekatan masal
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus
kepadasasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk
dalam golongan iniadalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian,
Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film,
6. Pemilihan Metode Promosi Kesehatan
Notoatmodjo (1989) menyatakan bahwa agar tercapai hasil belajar
(perubahan perilaku) dengan efektif dan efisien, maka pemilihan
metode pendidikan perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan metode hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan.
2. Pemilihan metode tergantung kepada kemampuan guru atau pendidiknya.
3. Pemilihan metode harus mempertimbangkan kemampuan dari sasaran
belajar (pihak yang belajar).
4. Pemilihan metode tergantung pada besarnya kelompok sasaran.
5. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan waktu pemberian atau
penyampaian pesan. Pemilihan metode hendaknya mempertimbangkan
fasilitas-fasilitas yang tersedia
7. Pendekatan Promosi Kesehatan
Beberapa model promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan adalah
alat analisis yang berguna, yang dapat membantu memperjelas tujuan
dan nilai-nilai yang diantu. Menurut Ewles dan Simnett (1994),
terdapat kerangka lima pendekatan yang menunjukkan nilai-nilai yang
melekat pada masing-masing pendekatan tersebut. Pendekatan tersebut
meliputi :
1) Pendekatan medic
Tujuan pendekatan medik adalah membebaskan dari penyakit dan
kecacatan yang didefinisikan secara medik, seperti penyakit
infeksi, kanker, dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan
intervensi kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan,
mungkin dengan menggunakan metode persuasif atau paternalistik
(misal, memberi tahu orang tua agar membawa anak mereka untuk
imunisasi, wanita untuk memanfaatkan KB, dan pria umur pertengahan
untuk melakukan skrining tekanan darah). Pendekatan ini memberikan
arti penting terhadap tindakan pencegahan medik, dan merupakan
tanggung jawab profesi kedokteran membuat kepastian bahwa pasien
patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2) Pendekatan perubahan perilaku
Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan
pendorong dan kekuatan penahan. Pendekatan perubahan perilaku
bertujuan mengubah sikap dan perilaku indvidual masyarakat sehingga
mengadopsi gaya hidup sehat. Orang-orang yang menggunakan
pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup sehat merupakan
hal paling baik bagi klien, dan akan melihatnya sebagai
tanggungjawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang guna
mengadopsi gaya hidup sehat yang mereka anjurkan. Contoh penggunaan
pendekatan perubahan perilaku antara lain mengajari orang bagaimana
menghentikan merokok, pendidikan tentang minum alkohol, mendorong
orang melakukan kegiatan olahraga, memelihara kesehatan gigi, dan
mengonsumsi makanan yang baik.
3) Pendekatan Pendidikan
Pendekatan pendidikan lebih dikenal sebagai pendidikan kesehatan
yang bertujuan memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan
pemahaman tentang perilaku kesehatan, dan membuat keputusan yang
ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Pendekatan ini menyajikan
informasi mengenai kesehatan, dan membantu individu menggali nilai
dan sikap dan membuat keputusan mereka sendiri. Program pendidikan
kesehatan sekolah, misalnya menekankan upaya membantu murid
mempelajari keterampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh
pengetahuan saja. Orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan
memberi arti tinggi proses pendidikan, menghargai hak individu
untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan melihatnya sebagai
tanggung jawab mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan
kesehatan yang mereka anggap menjadi hal paling baik bagi klien
mereka.
4) Pendekatan berpusat pada klien
Tujuan pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat
membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan
lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai
kepentingan dan nilai mereka. Promotor berperan sebagai
fasilitator, membantu individu mengidentifikasi kepedulian-
kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
mereka butuhkan supaya memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan
diri sendiri klien menjadi sentra tujuan ini. Klien dihargai
sebagai individu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan,
kemampuan berkontribusi, dan memiliki hak absolut untuk mengontrol
tujuan kesehatan mereka sendiri.
5) Perubahan sosial
Ruang lingkup perubahan sosial menurut William F. Ogburn (1922),
meliputi pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap
unsur-unsur imaterial. Kecenderungan terjadi perubahan-perubahan
sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup
manusia. Tujuan pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan
pada lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi dalam upaya membautnya
lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Pendekatan ini pada
prinsipnya mengubah masyarakat, bukan perilaku seiap individu.
Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting
bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, memiliki komitmen
pada penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat
dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada
pembentukan kehidupan sehari-hari individual yang tinggal di tempat
itu.
8. Media dan Alat Peraga Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan masyarakat dapat diberikan kepada sasaran baik
secara langsung maupun melalui media tertentu. Dalam situasi di mana
pendidik (sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran, media
pendidikan sangat diperlukan. Media promosi kesehatan adalah saluran
komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media yang
dapata dipergunakan adalah sebagai berikut (Efendi & Makhfudli, 2009)
:
- Media elektronik : radio, televisi, internet, telepon, handphone,
teleconference
- Media cetak : majalah koran, selebaran (leaflet dan flyer),
booklet, papan besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph,
bulletin board
- Media lain : surat
Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya
sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya
pendukung. Contohnya, di daerah terpencil yang hanya dapat dicapai
dengan pesawat terbang khusus dan pendidikan kesehatan yang
diinginkan adalah yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka media
yang dipilih adalah flyer atau media elektronik jika sumber dayanya
memungkinkan.
Beberapa media promosi kesehatan dapat juga dipergunakan sebagai
alat peraga jika pendidik kesehatan bertemu langsung dengan
partisipan dalam proses promosi kesehatan. Media poster dapat
dianggap sebagai alat peraga berupa gambar, demikian juga dengan
billboard dan sebagainya. Berikut adalah media dan alat peraga yang
dapat dipergunakan dalam promosi kesehatan :
1. Leaflet dan pamflet
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu
maslaah khsusu untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri
atas 200-400 kata dan kadang-kadang berseling dengan gambar.
Leaflet berukuran 20 x 30 cm, dan biasanya disajikan dalam bentuk
terlipat. Biasanya leaflet diberikan setelah sasaran selesai kuliah
atau ceramah agar dapat dipergunakan sebagai pengingat pesan atau
dapat juga diberikan sewaktu ceramah untuk memperkuat pesan yang
sedang disampaikan.
2. Booklet
Media ini berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau
keduanya. Sasaran booklet adalah masayarakat yang dapat membaca
3. Flyer
Selebaran berbentuk seperti leaflet, tetapi tidak terlipat.
Biasanya disebarkan melalui udara (pesawat udara)
4. Billboard
Berbentuk papan besar berukuran 2 x 2 m yang berisi tulisan
dan/atau gambar yang ditempatkan di pinggir jalan besar yang dapat
dibaca atau dilihat oleh pemakai jalan. Tulisan dalam billboard
harus cukup besar agar dapat dibaca oleh pengendara yang
berkecepatan tinggi tanpa mengganggu konsentrasinya dalam
berkendara. Billboard juga dapat berupa gambar besar yang
ditempelkan pada kendaraan umum sehingga dapat meraih lebih banyak
sasaran.
5. Poster
Merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar. Ukuran poster biasanya
sekitar 50 x 60 cm. Karena ukurannya yang terbatas, maka tema dalam
poster tidak terlalu banyak, sedapat-dapatnya hanya ada satu tema
dalam satu poster. Tata letak kata dan warna dalam poster hendaknya
menarik. Kata-kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata dan
hurufnya dapat dibaca oleh orang yang lewat dari jarak 6
meter.Tujuan poster adalah untuk mengingatkan kembali dan
mengarahkan pembaca ke arah tindakan tertentu atau sebagai bahan
diskusi kelompok.
6. Flannelgraph
Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang di
belakangnya diberi kertas amril (ampelas). Guntingan gambar
tersebut kemudian ditempekan pada papan berlapis kain flanel atau
kain berbulu yang lain. Keuntungan menggunakan flannelgraph adalah
peserta dapat mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata yang
diinginkannya untuk ditempelkan di tempat yang ia inginkan. Dengan
cara ini, para peserta menunjukkan gagasannya sendiri tentang
masalah yang sedang didiskusikan. Flannelgraph yang telah
dipergunakan dalam suatu pendidikan juga dapat dipergunakan kembali
untuk pendidikan kesehatan dengan topik yang berbeda.
7. Bulletin board
Berupa papan berukuran 90 x 120 cm yang biasanya dipasang di
dinding fasilitas umum (puskesmas, rumah sakit, balai desa, dan
kantor kecamatan). Pada papan ini ditempelkan gambar-gambar,
leaflet, poster, atau media massa lain yang mengandung informasi
penting yang secara berkala diganti dengan topik-topik lain.
8. Lembar balik
Merupakan alat peraga yang menyerupai kalender balik bergambar.
Lembar balik (flip chart) mempunyai dua ukuran. Ukuran besar
terdiri atas lembaran-lembaran yang berukuran ± 50 x 75 cm,
sedangkan ukuran kecil ± 38 x 50 cm. Lembar balik yang berukuran
lebih kecil (21 x 28 cm) disebut flip book atau flip chart meja.
Lembaran-lembaran ini disusun dalam urutan tertentu dan dibundel
pada salah satu sisinya. Di bawah gambar, dituliskan pesan-pesan
yang dpaat dibaca oleh komunikan. Lembar balik digunakan dengan
cara membalik lembaran-lembaran bergambar tersebut satu per satu.
Lembar balik digunakan untuk pertemuan kelompok dengan jumlah
maksimal peserta 30 orang. Flip book biasa dipergunakan untuk
pendidikan individu atau kelompok yang lebih kecil (kurang dari 5
orang).
9. Flashcard
Merupakan sejumlah kartu bergambar berukuran 25 x 30 cm. Gambar-
gambarnya dapat dibuat dengan tangan atau dicetak dari foto dan
diberi nomor urut. Keterangan tentang gambar tercantum di belakang
setiap kartu. Flashcard dipergunakan untuk sasaran berjumlah kurang
dari 30 orang. Apabila pendidik kesehatan ingin membuat sendiri
media yang akan dipergunakannya, maka langkah-langkah berikut ini
perlu diterapkan :
- Membuat konsep pesan yang berisi materi pendidikan kesehatan
- Melakukan pretest terhadap konsep pesan
- Memperbaiki konsep pesan.
Setelah tehnik, media, serta alat peraga pendidikan siap, maka
dilaksanakan pelatihan bagi pendidik kesehatan (health educator)
yang akan bertugas dalam pendidikan kesehatan. Pelatihan dimulai
dengan melalui rekrutmen tenaga. Setelah itu, diteruskan dengan
penjelasan mengenai tujuan, sasaran, dan metode yang dipergunakan
dalam pendidikan kesehatan. Tenaga pendidik juga dibekali dengan
pengetahuan struktur dan proses kelompok serta keterampilan dalam
menangani problem kelompok. Bekal ini berguna untuk menghadapi
masalah masalah yang sering kali timbul dari dalam atau dari luar
kelompok sasaran penyuluhan (Efendi & Makhfudli, 2009).
Metode promosi kesehatan pada tiap tahap perkembangan (Efendi &
Makhfudli, 2009) :
"Pra sekolah "Bahasa sederhana, permainan, musik dan "
" "demonstrasi "
"Usia sekolah "Bahasa beragam dengan tingkat kemampuan "
" "dan kemampuan kognitif, menggunakan "
" "permainan interaktif, teka teki, "
" "mencocokkan, dan role play "
"Remaja "Pembelajaran kooperatif, problem based "
" "learning, diskusi, demonstrasi, dan role "
" "play "
"Dewasa "Kuliah klasikal, diskusi, demonstrasi dan "
" "role play yang menekankan pada tingkat "
" "emosional "
1. Metode Demonstrasi
1. Definisi Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan cara penyajian suatu pengertian atau
ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana
cara menjalankan suatu tindakan, adegan, atau memperlihatkan bagaimana
menggunakan suatu prosedur. Sasaran pendidikan kesehatan dapat mencoba
sendiri prosedur yang telah diperlihatkan oleh komunikator. Contohnya
yaitu menyajikan larutan oralit langkah demi langkah (Efendy &
Makhfudli, 2009).
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik
secara langsung maupun menggunakan media yang relevan dengan pokok
bahasan atau dengan materi yang sedang disajikan. Metode ini sangat
efektif diterapkan pada materi yang membutuhkan banyak praktek untuk
menunjukkan suatu proses atau kegiatan, biasanya digabungkan dengan
metode dan tanya (Sumartini, 2014).
Metode demonstrasi memperlihatkan dan memperagakan sesuatu secara
nyata yang disertai dengan penjelasan verbal. Pemberian pendidikan
kesehatan melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan pengetahuan,
memperbaiki sikap, dan kemampuan tindakan menjadi lebih baik dan
efektif. Metode demonstrasi dapat membuat tingkat partisipasi belajar
dari responden menjadi lebih tinggi ( Magfiroh, 2012).
Metode demonstrasi sering digunakan untuk mengajarkan keterampilan
psikomotorik disertai dengan penjelasan dan diskusi oleh demonstator.
Hal ini dapat memberikan gambaran sensorik yang jelas tentang
bagaimana melakukan sesuatu. Metode demonstrasi harus berada dalam
jangkauan mudah antara visual dan auditori peserta sehingga harus
diperagakan di depan kelompok kecil atau klien tunggal. Saat metode
demonstrasi berlangsung, demonstrator dan klien/peserta harus
menggunakan jenis peralatan yang sama. Demonstrator memperagakan
dengan baik bagaimana cara melakukan sesuatu dengan benar sesuai
prosedur, dan memberikan kesempatan untuk berlatih secara mandiri
kepada klien/peserta (Allender, et al., 2010).
2. Tujuan Metode Demonstrasi
Tujuan metode demonstrasi yaitu untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu,
proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan
atau menggunakannnya, harapan yang membentuk sesuatu, membangun suatu
cara lain, serta untuk mengetahui dan melihat kebenaran sesuatu
langkah (Efendy & Makhfudli, 2009), atau untuk memperjelas pengertian
konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses
terjadinya sesuatu (Syah, 2000).
Menurut Rochman (2007) mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode
demonstrasi adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan
memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadiny sesuatu
seperti :
1. Mengajarkan klien/peserta tentang suatu tindakan, proses atau
prosedur keterampilan fisik dan motorik.
2. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan
klien/peserta secara bersama-sama.
3. Mengkonkritkan informasi yang disajikan pada klien/peserta.
Ditinjau dari sudut tujuan penggunaannya dapat dikatakan bahwa
metode demonstrasi bukan metode yang dapat diimplementasikan dalam
proses belajar mengajar secara independen karena metode demonstrasi
merupakan alat bantu untuk memperjelas apa yang diuraikan, baik secara
verbal maupun tekstual. Metode demonstrasi bertujuan untuk menghindari
atau menghilangkan verbalisme sehingga membantu klien/peserta agar
dapat memahami dengan jelas, mengerti dan mampu mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Manfaat Metode Demonstrasi
Menurut Simamora (2009), manfaat metode demonstrasi :
1. Perhatian peserta atau responden dapat lebih terpusatkan.
2. Proses pendidikan kesehatan dapat lebih terarah pada materi yang
sedang diberikan atau dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat pada
peserta atau responden.
4. Prinsip Metode Demonstrasi
Menurut Sumartini (2014), beberapa prinsip metode demonstrasi
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan hubungan yang baik dengan peserta/klien serta menarik
perhatian sehingga ada keinginan dan kemauan dari klien/peserta
untuk menyaksikan apa yang didemonstrasikan.
2. Memberikan penjelasan yang baik untuk peserta/klien sehingga dapat
memahami suatu prosedur yang sebelumnya belum dipahami.
3. Menetapkan inti pokok atau garis besar langkah-langkah yang
dilakukan pada saat demonstrasi agar peserta/klien dapat benar-
benar memahami.
4. Menyiapkan alat yang sesuai dan dapat diamati dengan jelas oleh
klien/peserta.
5. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok
bahasan atau topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan
ditemui klien/peserta sambil memikirkan dan mencari cara untuk
mengatasinya.
5. Pedoman Metode Demonstrasi
a. Persiapan
1) Identifikasi bacaan atau kegiatan yang perlu dilakukan peserta
didik sebelum demonstrasi.
2) Untuk demonstrasi yang rumit, berikan petunjuk tertulis untuk
mengarahkan observasi selama demonstrasi.
3) Latihan sebelum melakukan demonstrasi agar teampil dalam
menampilkan prosedur.
4) Ukur waktu yang diperlukan termasuk persiapan, dmeonstrasi,
diskusi setelah demonstrasi, demonstrasi ulang oleh peserta didik,
dan menerapkan kembali alat-alat yang digunakan.
b. Sebelum demonstrasi
1) Siapkan materi dan alat sebelum peserta didik tiba dan uji coba
tiap alat (cek kesiapan alat).
2) Alat penerapan alat danmateri agar dapat dilihat peserta didik.
3) Jelaskan tujuan demonstrasi dan jelaskan gambaran prosedur.
4) Jelaskan tiap materi dan alat.
5) Diskusikan prinsip penting dalam demonstrasi.
6) Identifikasi hal-hal penting yang perlu diobservasi selama
demonstrasi.
7) Cek apakah semua peserta didik dapat melihat demonstrasi.
c. Pelaksanaan demonstrasi
1) Demonstrasikan tiap langkah prosedur secara teratur agar dapat
diikuti.
2) Uraikan prosedur sambil memberikan demonstrasi dan tekankan butir-
butir penting.
3) Hindari hal detail yang tidak penting.
4) Tekankan cara melaksanakan prosedur, bukan cara yang tidak perlu
dilakukan.
5) Pantau tiap langkah demonstrasi.
d. Setelah demonstrasi
1) Ulangi demonstrasi atau tiap langkah jika peserta didik perlu
melakukan observasi lanjutan di klinik (redemonstrasi).
2) Diskusikan prosedur segera setelah demonstrasi dan mengulang hal-
hal yang penting.
3) Berikesempatan mengamati praktik sesuai dengan perbedaan peserta
didik, tentang lama praktik, umpan balik, dan reinforcement.
4) Perhatikan peserta didik yang kidal.
5) Evaluasi hasil demonstrasi dan identifikasi area yang perlu
dimodfikasi.
Menurut Agus Suprijono (2009:130) adapun langkah-langkah dalam penerapan
metode demonstrasi adalah :
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai setelah proses demonstrasi
berakhir
2. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam demonstrasi
3. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan
4. Menjelaskan topik yang akan didemonstrasikan
5. Melakukan demonstrasi yang akan dilihat dan ditirukan
6. Penguatan melalui diskusi, tanya jawab, dan latihan
7. Kesimpulan dari demonstrasi yang telah dilakukan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama demonstrasi berlansung adalah :
1. Keterangan-keterangan dapat didengar jelas
2. Jika ada alat, alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik
dan mudah dijangkau
3. Disarankan untuk membuat catatan-catatan seperlunya
Sebelum demonstrasi dilakukan, sebaiknya dilakukan uji coba terlebih
dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan
tercapai tujuan yang telah ditentukan, sehingga dengan uji coba dapat
diketahui kekurangan dan kesalahannya. Setelah diuji coba dalah
dilakukan realisasinya, yaitu memperagakan atau mempertunjukkan
sesuatu yang akan diajarkan atau telah diajarkan dari teori. Kemudian
peserta diminta untuk mempertunjukkan kembali apa yang telah
didemonstrasikan. Dengan demikian unsur-unsur manusiawi dapat
dilibatkan baik emosi, intelegensi, tingkah laku, serta indera mereka,
penga;aman langsung akan memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan
memperkuat daya ingatnya. Setelah itu baru dilakukan evaluasi sejauh
mana hasil hyang dicapai dari penggunaan metode demonstrasi tersebut.
6. Proses Pembimbingan pada Metode Demonstrasi
a. Menyiapkan pengaturan tempat yang memungkinkan demonstrasi dapat
dilihat dengan jelas oleh peserta didik.
b. Menjelaskan tujuan demonstrasi.
c. Mejelaskan serta menunjukkan bahan dan alat yang digunakan.
d. Mendiskusikan prinsip penting dalam demonstrasi.
e. Mengidenstifikasi hal-hal yang perlu diobservasi selama demonstrasi
berlangsung.
f. Mendemosntrasikan setiap prosedur dan menekankan pada bagian yang
penting.
g. Memantau setiap langkah demonstrasi.
h. Menginstruksikan untuk melakuakn redomenstrasi.
i. Member kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi
dirimaupun kelompok tentang lamanya waktu demonstrasi dankesulitan
yang dihadapi.
j. Memberikanumpan balik dna reinforcement.
k. Mengevaluasi proses dan mengidentifikasi kemugkinan modifikasi.
7. Kelebihan Metode Demonstrasi
Menurut Agus Suprijono (2009), kelebihan metode demonstrasi adalah :
1. Menarik dan menahan perhatian
2. Mengahdirkan subjek dengan cara mudah dipahami
3. Menyajikan hal-hal yang meragukan apakah dapat atau tidak dapat
dikerjakan
4. Lebih objektif dan nyata
5. Menunjukkan pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contoh
6. Mempercepat penyerapan langsung dari sumbernya
7. Dapat membantu mengembangkan kepemimpinan lokal
8. Dapat memberikan bukti praktik yang dianjurkan
9. Dapat melihat sebelum melakukannya sendiri
Adapun menurut Djamarah, S. B. (2000)
a. Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas danlebih
konkret, dengan demikian dapat menghindari terlalu banyaknya
penggunaan bahasa verbal.
b. Peserta didik diharapkan lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
c. Proses pengajaran akan lebih menarik.
d. Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
e. Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses
atau kerja suatu benda.
f. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
g. Kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya
8. Kekurangan Metode Demonstrasi
Menurut Agus Suprijono (2009), kelemahan metode demonstrasi adalah :
1. Keterampilan yang memadai diperlukan untuk melaksanakan demonstrasi
yang baik
2. Demonstrasi terbatas hanya untuk pengajaran tertentu
3. Memerlukan waktu yang banyak dan agak mahal
4. Memerlukan banyak persiapan awal
5. Dapat dipengaruhi oleh kondisi tertentu
6. Dapat mengurangi kepercayaan jika tidak berhasil sempurna
3. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh dari
periode terdahulu yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh
manfaat (Hurllock, 1999).
2. Batasan Lansia
Negara – negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur lansia
adalah 65 tahun dengan pertimbangan bahwa usia tersebut orang aakan
pensiun. Tapi akhir-akhir ini telah dicapai konsensus yang ditetapkan oleh
Badan Kesehatann Dunia (WHO) bahwa batasan umur lansia adalah 60 tahun.
3. Perubahan Pada Lansia Pada Semua Sistem dan Implikasi Klinik
1. Perubahan pada Sistem Sensoris
Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau
membentuk hubungan baru, berespon terhadap bahaya, dan
menginterprestasikan masukan sensoris dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Pada lansia yang mengalami penurunan
persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi
karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki.
Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan kesatuan
integrasi dari persepsi sensori.
2. Perubahan pada Sistem Integumen
Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas
diatas tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki
bawah dan permukaandorsalistangandankaki. Penipisan ini
menyebabkan vena- vena tampak lebih menonjol. Poliferasi
abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik
pigmentasi pada area tubuh yang terpajan sinar mata hari,
biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah. Sedikit
kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat
penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang
lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar
eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokrin
dan kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan
penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan
penurunan turgor kulit. Massa lemak bebas berkurang 6,3%
BB per dekade dengan penambahan massa lemak 2% per dekade.
Massa air berkurang sebesar 2,5% perdekade.
3. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya
aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan
bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat.
Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen pada wanita,
vitamin D, dan beberapa hormonlain. Tulang-tulang trabekulae
menjadi lebih berongga, mikro- arsitektur berubah dan seiring
patah baik akibat benturan ringan maupun spontan.
4. Perubahan pada Sistem Neurologis
Berat otak menurun 10–20%. Beratotak 350 gram pada saat
kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20
tahun,berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun. Penurunan
ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan
volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90
tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel
neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan
saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron /
tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada sel lain dengan
kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atrofi cerebral (berat
otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur-
angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya
batang dendrite dan batang sel. Secara progresif terjadi
fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit
lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk disitoplasma,
kemungkinanberasal dari lisosomatau mitokondria.
5. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular
Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural
maupun fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur
sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat
aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan
darahyangteroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada
orang tua yang sehat tidak ada perubahan, namun detak jantung
maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada
dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200
x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160
x/menit.
6. Perubahan pada Sistem Pulmonal
Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding
dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar
20% pada usia 60 tahun. Penurunan laju ekspirasi paksa satu
detik sebesar 0,2 liter/dekade.
7. Perubahan pada Sistem Endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar
gula puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi
glukosa ini adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga,
dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak
25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan
sebagian menunjukkan "apatheicthyrotoxicosis".
8. Perubahan pada Sistem Renal
Pada usia dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1
juta nefron dan memiliki banyak ketidaknormalan. Penurunan
nefron terjadi sebesar 5-7% setiap dekade, mulai usia 25 tahun.
Bersihan kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun. Nefron bertugas
sebagai penyaring darah, perubahan aliran vaskuler akan
mempengaruhi kerja nefron dan akhirnya mempebgaruhi fungsi
pengaturan, ekskresi, dan matabolik
sistem renal.
9. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia
berkaitan dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi
perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi
pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan.
10. Perubahan pada Sistem Reproduksi
1) Pria
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
reproduksi pria akibat proses menua :
a. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Atrofi asini prostat otot dengan area fokus
hiperplasia. Hiperplasia noduler benigna terdapat pada 75%
pria > 90 tahun.
2) Wanita
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
reproduksi wanita akibat proses menua:
a. Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal
ini adalah atrofi jaringan payudara dan genital.
b. Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal
ini adalah penurunan massa tulang dengan risiko
osteoporosis dan fraktur, peningkatan kecepatan
aterosklerosis.
3. Senam Lansia
1. Pengertian Senam Lansia
Senam adalah suatu bentuk latihan fisik yang teratur yangmerupakan
representasi dari ciri kehidupan. Senam merupakan suatubentuk latihan fisik
yang dikemas secara sistimatis yang tersusundalam suatu program yang
bertujuan untuk meningkatkan kesegarantubuh. Memberikan pengaruh baik
(positif ) terhadap kemampuanfisik seseorang, apabila dilakukan secara baik
dan benar. Hasilsurvey pembuatan norma kesegaran jasmani pada usia lanjut
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1992-1993menemukan
bahwa sekitar 90% usia lanjut memiliki tingkatkesegaran jasmani yang
rendah, terutama pada komponen daya tahankardio- respiratori dan kekuatan
otot. Hal tersebut dapat dicegahdengan melakukan latihan fisik yang baik
dan benar. Manfaat latihanfisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya
promotif, preventif,kuratif, dan rehabilitatif. Manfaat tersebut ditinjau
secara fisiologis,psikologis dan sosial (Nugroho, 2008).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkanyang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agartetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap
kuat, memdorong jantungbekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal
bebas yang berkeliaran didalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian
gerak nada yang teratur danterarah serta terencana yang diikuti oleh orang
lanjut usia yang dilakukan denganmaksud meningkatkan kemampuan fungsional
raga untuk mencapai tujuan tersebut. Senam lansia yang dibuat oleh Menteri
Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran
jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia
sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha,
posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).
2. Fisiologi Senam Lansia
Selama melakukan senam lansia terjadi kontraksi otot skletal (rangka)
yang akan menyebakan respons mekanik dan kimiawi. Menurut Ronny (2009),
respons mekanik pada saat otot berkontraksi dan berelaksasi menyebabkan
kerja katup vena menjadi optimal sehingga darah yang balik ke ventrikel
kanan menjadi meningkat. Aliran balik jantung yang meningkat mempengaruhi
peningkatan regangan pada ventrikel kiri jantung sehingga curah jantung
meningkat sampai mencapai 4-5 kali dibandingkan curah jantung saat
istirahat (Latief, 2002).
Respons kimiawi menghasilkan penurunan pH dan kadar PO2,
terakumulasinya asam laktat, adenosin dan K+ oleh metabolisme selama otot
aktif berkontraksi (Ronny, 2009). Akumulasi zat metabolik ini menyebabkan
pembuluh darah mengalami dilatasi yang akan menurunkan tekanan arteri,
namun berlangsung sementara karena adanya respon arterial baroreseptor
dengan meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup sehingga tekanan darah
meningkat (Latief, 2002).
Tekanan darah yang meningkat akan meningkatkan stimulus impuls pada
pusat baroresptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju pusat
pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron sensorik
yang akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan NE
(norepinephrin dan epinephrin), dan 31 saraf parasimpatis yang akan
melepaskan lebih banyak ACH yang mempengaruhi SA node yang akan menurunkan
tekanan darah (Guyton, 2001).
3. Manfaat Senam Lansia
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat
bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini
sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn)
dan usia lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam secara teratur
akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur
kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan,
cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan
meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di
otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon
norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang,
adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti
senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia,
senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan
imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat
kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu
istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu10istirahat. Jadi supaya
lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.
Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast
dan osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast
berkurang sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat
pada pengeroposan tulang.
Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek
otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls
saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka
muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-
menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan
stretching akan menambah cairan sinovalsehingga persendian akan licin
dan mencegah cedera (Suroto, 2004).
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-
usaha yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis.
Faktor fisiologi dan metabolic yang di kalkulasi termasuk penambahan
sel-sel darah merah dan enzimfosforilase (proses masuknya gugus fosfat
kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan,
bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria
serta meningkatnya enzim-enzim untukproses oksigenasi jaringan
(Kusmana, 2006).
Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi beberapa
manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot,
dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat
membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan
bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan
kulit, merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan berat
badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.
Manfaat senam lansia secara khusus :
1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan
(adaptasi)
3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya
terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.
4. Sebagai Rehabilitas
Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju
denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan
terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga
seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan
fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan
bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi
berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus,
penyakit arteri koroner dan kecelakaan.
5. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas
dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran
dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu
istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi
supaya lebih bugar, kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus
menurun.
6. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran
tetap segar.
4. Prinsip Senam Lansia
Program senam mempunyai prinsip antara lain :
a. Membantu tubuh agar tetap bergerak/ berfungsi.
b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.
c. Memberi kontak psikologis dengan sesama, sehingga tidak merasa
tersaing.
d. Mencegah terjadinya cedera.
e. Mengurangi / menghambat proses penuaan.
f. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)
g. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
h. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
i. Lama latihan berlangsung 15-60 menit
j. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5kali
Ketentuan- ketentuan senam :
Dosis latihan senam adalah; Lama latihan minimum ; 30 - 40 menit (termasuk
pemanasan dan pendinginan).
1. Pada awal senam lakukan dahulu pemanasan, peregangan, kemudian
latihan inti dan pada akhir latihan lakukan pendinginan dan
peregangan lagi.
2. Sebelum senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk menggantikan
keringat yang hilang. Selalu diingat untuk minum air sebelum ,
selama dan sesudah berlatih.
3. Makan sebagian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar tidak
mengganggu pencernaan. Kalau latihan pada pagi hari tidak perlu
makan sebelumnya.
4. Senam diawasi oleh para pelatih, agar tidak terjadi cedera.
5. Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan dan gerakan
tidak boleh menyentak dan memilir ( memutar ) terutama untuk tulang
belakang.
6. Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis, jangan
memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti training
spak lengkap dan tebal.
7. Jenis sepatu yang dianjurkan adalah sepatu lari atau sepatu untuk
berjalan kaki yang mempunyai sol/ bantalan yang tebal pada daerah
tumit.
8. Waktu senam sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari,
bila latihan diluar gedung.
9. Tempat senam sebaiknya berupa lapangan atau taman.
10. Landasan tempat senam sebaiknya tidak terlalu keras dan dianjurkan
berlatih diatas tanah atau rumput dan bukan diatas lantai ubin
atau semen yang keras, hal ini untuk mengurangi cedera kaki dan
tungkai (Menpora, 2008).
5. Hal – hal yang Harus Diperhatikan Demi Keselamatan Lansia
a. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih selama senam
meliputi; Ketahanan kardio pulmonal, kelentukan, kekuatan otot,
komposisi tubuh, keseimbangan, kelincahan gerak.
b. Selalu memperhatikan keselamatan/menghindari cedera.
c. Senam dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat,sesuai dengan
kemampuan.
d. Senam dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit
demi sedikit.
e. Hindari kompetensi dalam bentuk apapun.
f. Perhatikan kontraindikasi senam dan sebaiknya dikonsultasikan ke
dokter terlatih dahulu. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani
diperlukan untuk penjaringan kesehatan dan merupakan tahap persiapan
senam.
6. Gerakan Senam Lansia
Latihan senam yang dilakukan dalam tiga segmen
a. Pemanasan (warming up)
Gerakan umum (yang dilibatkan sebanyak-banyaknya otot dan sendi) di
lakukan secara lambat dan hati-hati. Dilakukan bersama dengan
peregangan (stretching). Lamanya kira-kira 8-10 menit. Pada 5
(lima) menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. 34.
Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan mempersiapkan sel-
sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses metabolisme yang
meningkat (Menpora, 2008).
b. Latihan inti
Tergantung pada komponen/faktor yang dilatih maka bentuk latihan
tergantung pada faktor fisik yang paling buruk. Gerakan senam
dilakukan berurutan seperti contoh dalam buku ini dapat diiringi
dengan musik yang disesuaikan dengan gerakan. Untuk usia lanjut
biasanya dilatih :
1. Daya tahan (endurance)
2. Kardio–pulmonal dengan latihan latihan yang bersifat aerobik
3. Fleksibilitas dengan peregangan
4. Kekuatan otot dengan latihan beban
5. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan,
latihan aerobik, kombinasi dengan latihan beban kekuatan.
c. Pendinginan (cooling down)
Dilakukan secara aktif artinya sehabis latihan shit-up perlu
dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali normal
yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya keringat.
Pendinginan dilakukan seperti pada pemanasan yaitu selama 8-10
menit.
BAB III
PERENCANAAN DAN EVALUASI
1. Masalah
Menurut Maryam dkk (2008), gangguan fisik yang sering terjadi pada
lansia diantaranya adalah arthritis (46%), hipertensi (38%), gangguan
pendengaran (28%) , kelainan Jantung (28%), sinusitis kronis (18%),
penurunan visus (14%), dan gangguan pada tulang (13%).
Prioritas Masalah
Menurut Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan fisik pada lansia yang
dapat menjadi suatu kondisi lansia terserang penyakit, seperti perubahan
kardiovaskuler yaitu menurunnya elastisitas pembuluh darah, perubahan
pada respirasi yaitu menurunnya kekuatan otot-otot pernafasan, serta
perubahan pada pendengaran dan perubahan pada penglihatan. Terdapat
beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia antara lain
hipertensi, diabetes mellitus, jatung koroner, stroke, katarak, dan lain
sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Margiyati (2010) menunjukkan
bahwa senam yang dilakukan oleh lansia dapat memberi pengaruh pada
penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Penelitian
oleh Sukartini (2010) tentang manfaat senam terhadap kebugaran lansia
juga menunjukkan bahwa senam dapat mempengaruhi tidak hanya stabilitas
nadi, namun juga stabilitas tekanan darah sistolik dan diastolik,
pernafasan dan kadar immunoglobulin. Diharapkan promosi kesehatan senam
lansia dengan metode demonstrasi ini dapat mencegah keberlanjutan atau
komplikasi penyakit pada lansia.
2. Komponen Promkes
a) Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman lansia mengenai senam lansia
2. Meningkatkan pemahaman lansia mengenai prinsip senam lansia
3. Meningkatkan pemahaman lansia mengenai manfaat senam lansia
4. Melatih lansia melakukan gerakan senam lansia
5. Menjadikan lansia mampu mengaplikasikan senam lansia secara mandiri
dengan tepat
b) Sasaran
Primer : lansia
Sekunder : keluarga lansia
Tersier : ketua posyandu lansia
c) Isi
1. Pengertian senam lansia
2. Tujuan dan manfaat senam lansia
3. Prinsip senam lansia
4. Gerakan senam lansia
d) Metode
Sasaran primer : video
Sasaran sekunder : penyuluhan dan pemberian leaflet
Sasaran tersier : penyuluhan dan pemberian leaflet
e) Media
1. LCD
2. Leptop
3. Power point
4. Video
5. Kursi audience
6. Mic
f) Rencana Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada sasaran primer yakni lansia di balai desa
sesudah demonstrasi. Yang melakukan evaluasi adalah mahasiswa berkolaborasi
dengan kader. Selain itu, evaluasi pada sasaran sekunder dan tersier yakni
keluarga dan ketua posyandu lansia dilakukan dengan metode pretest dan
posttest. Saat di rumah, keluarga juga berperan untuk mengevaluasi lansia
dengan cara menandai lembar observasi yang telah diberikan oleh penyuluh.
g) Jadwal Pelaksanaan
Promosi kesehatan dilakukan pada tanggal 9 Desember 2015, pukul 08.00
WIB, di Balai Desa Mulyorejo dan evaluasi dilakukan pukul 09.30 WIB
pada hari yang sama.
MATERI SENAM LANSIA
1. Pengertian Senam Lansia
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur danterarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan denganmaksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA)
merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang
jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan
diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan
puskesmas. (Suroto, 2004).
2. Manfaat Senam Lansia
1) Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
1) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan
(adaptasi)
2) Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya
terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.
3) Sebagai Rehabilitas
Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju
denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan
terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga
seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan
fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan
bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi
berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus,
penyakit arteri koroner dan kecelakaan.
4) Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas
dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran
dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu
istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi
supaya lebih bugar, kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus
menurun.
5) Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran
tetap segar.
3. Prinsip Senam Lansia
Program senam mempunyai prinsip antara lain :
a. Membantu tubuh agar tetap bergerak/ berfungsi.
b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.
c. Memberi kontak psikologis dengan sesama, sehingga tidak merasa
tersaing.
d. Mencegah terjadinya cedera.
e. Mengurangi / menghambat proses penuaan.
f. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)
g. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
h. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
i. Lama latihan berlangsung 15-60 menit
j. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5kali
Ketentuan- ketentuan senam :
Dosis latihan senam adalah; Lama latihan minimum ; 30 - 40 menit (termasuk
pemanasan dan pendinginan).
1) Pada awal senam lakukan dahulu pemanasan, peregangan, kemudian
latihan inti dan pada akhir latihan lakukan pendinginan dan
peregangan lagi.
2) Sebelum senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk
menggantikan keringat yang hilang. Selalu diingat untuk minum air
sebelum , selama dan sesudah berlatih.
3) Makan sebagian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar tidak
mengganggu pencernaan. Kalau latihan pada pagi hari tidak perlu
makan sebelumnya.
4) Senam diawasi oleh para pelatih, agar tidak terjadi cedera.
5) Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan dan gerakan
tidak boleh menyentak dan memilir ( memutar ) terutama untuk tulang
belakang.
6) Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis, jangan
memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti training
spak lengkap dan tebal.
7) Jenis sepatu yang dianjurkan adalah sepatu lari atau sepatu untuk
berjalan kaki yang mempunyai sol/ bantalan yang tebal pada daerah
tumit.
8) Waktu senam sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari,
bila latihan diluar gedung.
9) Tempat senam sebaiknya berupa lapangan atau taman.
10) Landasan tempat senam sebaiknya tidak terlalu keras dan dianjurkan
berlatih diatas tanah atau rumput dan bukan diatas lantai ubin
atau semen yang keras, hal ini untuk mengurangi cedera kaki dan
tungkai (Menpora, 2008).
4. Gerakan Senam Lansia (VIDEO)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok dan
masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan
iklim yang mendukung, dilakukandari, oleh dan untuk masyarakat sesuai
denagn faktor budaya setempa. Tujuan dari promosi kesehatan ini adalah
tujuan pendidikan, tujuan saran, dan tujuan perilaku. Sasaran dari promosi
kesehatan adalah sasaran primer, sekunder dan tersier. Stretegi dalam
promosi kesehatan adalah advokasi, bina usaha, dan gerakan pemberdayaan
masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan medic, pendekata
perilaku, pendekatan edukasional, perubahan pada klien, pendekatan social.
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh dari
periode terdahulu yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh
manfaat (Hurllock, 1999). Batasan umur lansia adalah 60 tahun berdasarkan
WHO. Promosi kesehatan pada lansia dengan metode demonstrasi diberikan agar
lansia mudah memahami apa yang disampaikan penyuluh serhubungan dengan
penurunan fungsi organnya.
4.2 Saran
Dengan pemaparan dalam makalah ini diharapkan mahasiswa dan tenaga
kesehatan ainnya mampu menerapkan promosi kesehatan pada lansia dengan
metode demonstrasi. Perawat dan tenaga kesehatan harus bekerja sama
dengan keluarga dan masyarakat demi terjadinya keberhasilan acara
promosi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Allender J.A, Cherie Rector, Kristine D. Warner. 2010. Community Health
Nursing : Promoting & Protecting the Public Health, 7th edition.
Lippincott : Philadelphia
Darmojo, B. 2006. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Lanjut Usia, Edisi 3,
Jakarta: Bala Penerbit FKUI
Dilman, Vladimir et. al.Theories OfAging. http://www.antiaging-
systems.com/ARTICLE-613/theories-of-aging.htm. Diaskes pada tanggal 10
November2015
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Latif, N, 2002. Sosialisasikan Senam Lansia, Available from :
http://www.epsikologi.com , (Cited 2013 Mar 16)
Maghfiroh S.D., Ninuk D.K, Kristiawati. 2012. Pendidikan Kesehatan Metode
Demonstrasi dan Ceramah Meningkatkan Kemampuan Latihan Batuk Efektif
pada Anak Usia Sekolah
Menpora. 2008. Senam Lanjut Usia. Jakarta, Kementrian Pendidikan dan
Olahraga.
Miller, Carol A. 1999. Nursing Careof Older Adults: Theory and Practice.
Philadepia: Lippincott
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
Nugroho . 2008 Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3, Jakarta: EGC
Simamora, Roymond. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta :
EGC
Sumartini, Yosephine. 2014. Pencapaian Prestasi Belajar Siswa Melalui
Metode Demonstrasi. Volume 7 Nomor 1.
Syah, M. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Stanley, Mickey,and Patricia GauntlettBeare. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, ed 2. Jakarta: EGC
Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Gerakan Senam Lansia
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mialidiawa-6616-
3-babii.pdf
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud91514203818final%20thesis%20
isi%20bu%20gong.pdf