BAB I PROGRAM MANAJEMEN RISIKO RADIOLOGI, IMEJING DAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL
1. PENDAHULUAN
Pengertian dari resiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004). Sedangkan manajemen risiko adalah budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan (AS/NZS 4360:2004) atau kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan dengan reiko berdasarkan ISO 31000:2009 Referensi utama manajemen risiko adalah standar Australia dan New Zealand AS/NZS 4360:2004 yang kemudian diadopsi oleh lembaga ISO denga standar ISO 31000:2009. ISO pun menerbitkan standar pendukungnya, yaitu ISO GUIDE 73:2009. ISO pun menerbitkan standard pendukungnya, yaitu ISO guide 73:2009 dan ISO / IEC 31010:2009. Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang . Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi . pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun accident. 2. LATAR BELAKANG
Sarana pelayanan Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan bergai ancaman an caman bahaya yang dapat d apat menimbulkam men imbulkam dampak kesehatan, tidak hanya han ya terhadap para pelaku langsung lan gsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun maupu n pengunjng pengunjn g RS. Sehingga seharusnya pihak pengelola menerapkan upaya-upaya Manajemen resiko. System manajemen resiko dalam hal keselamtan dan kesehatan kerja dapat diberikan batasan sebagai berikut : manajemen resiko merupakan bagian dari system manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan prosedur , proses an sumbe daya yang dibutuhkan bagi pengembngan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif. Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di tempat pelayanan tersebut, yaitu kecelakaan ( peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan fasilitas , dan sumbersumber cidera lainnya) . radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomic. Semua potensi-potesi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi para karyawan kar yawan rumah sakit., para pasien maupun para pengunjung pen gunjung ang ada ad a di lingkungan rumah sakit. Dari berbagai potensi bahaya tersebut , maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakan , oleh karena itu manajemen resiko di tempat pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan k3 di rumah sakit lebih efektif, efisien dan terpadu di perlukan sebuah manajemen resiko di rumah sakit baik bagi pengelola maupun karyawan kar yawan rumah sakit.
1
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS A Tujuan Umum Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit melalui pendekatan proaktif dan pengendalian resiko yang ada di linkungan kerja pelayanan pela yanan RIR RS. b. Tujuan Khusus 1) Pelayanan RIR RS mampu melakukan identifikasi risiko unit 2) Pelayanan RIR RS mampu melakukan analisis risiko unit. 3) Pelayanan RIR RS mampu melakukan ealuasi risiko unit 4) Pelayanan RIR RS mampu melakukan pelaporan kelola risiko unit 5) pelayanan RIR RS mampu melakukan pelaporan pelaksanaan program manajemen risiko unit ke komite PMKP RS. 1. 2.
Sebagai acuan bagi Instalasi Radiologi RSUD Cilincing untuk menyelenggarakan Pelayanan Radio Diagnostik. Sebagai Pedoman/pedoman dalam upaya pengembangan lebih lanjut yang yang arahannya disesuaikan dengan tingkat pelayanan Radiologi yang telah dicapai dan proyeksi kebutuhan pelayanan di masa depan.
1.3. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1.3.1. Direksi RSUD Cilincing bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mekanisme implementasi, pemantauan dan perbaikan dari Pedoman ini secara keseluruhan berjalan baik dan dilaksanakan, serta dapat diakses dan dipahami oleh seluruh Staf terkait. 1.3.2. Kepala Bidang/Kepala Bidang/Kepala Bagian Bagian bertanggung jawab untuk implementasi Pedoman ini di lapangan dan memastikan bahwa semua Ka. Instalasi /Ka. Unit: 1.3.2.1. Mensosialisasikan Pedoman ini di wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab mereka. 1.3.2.2. Menerapkan Pedoman ini dalam wilayah yang menjadi tanggung jawab mereka. 1.3.2.3. Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang yang tepat untuk terpenuhinya Pedoman ini. 1.3.2.4. Memastikan bahwa semua staf di bawah pengawasan mereka mengetahui isi Pedoman ini dan mengikuti pelatihan untuk menjamin terlaksananya Pedoman ini. 1.3.3. Ka. Instalasi/Ka. Instalasi/ Ka. Unit dan termasuk Komite bertanggung jawab untuk memastikan bahwa audit internal dilaksanakan. 1.3.4. Koordinator yang terlibat dalam ruang lingkup ini bertanggung jawab untuk implementasi Pedoman ini di bagian yang mereka kelola dan harus memastikan bahwa: 1.3.4.1. Semua staf baru dan lama mempunyai akses dan tahu mengenai Pedoman, kebijakan, SPO dan formulir lain yang terkait. 1.3.4.2. Adanya SPO tertulis yang mendukung dan sesuai dengan isi Pedoman ini dan dipantau untuk kepatuhannya. 1.3.5. Semua staf yang terlibat dalam ruang lingkup Pedoman ini bertanggung jawab untuk mengimplementasikan isi dari Pedoman ini dan harus memastikan bahwa: 1.3.5.1. Mereka mengerti dan mematuhi Pedoman ini.
2
1.3.5.2. 1.3.5.3.
Akan menggunakan Pedoman ini dalam hubungannya dengan semua Pedoman pelaksanaan pelayanan dan SPO lainnya. Ketidakpatuhan pada Pedoman ini dapat mengakibatkan tindakan indisiplin.
1.4. RUANG LINGKUP
1. Pelayanan Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Ananda diselenggarakan bagi : a. Pelayanan rutin. b. Pelayanan gawat darurat. 2. Pelayanan Instalasi Radiologi meliputi : a. Pelayanan radiodignostik konvensional. b. Pelayanan USG. 3. Jumlah alat yang dimiliki Instalasi Radiologi diuraikan dalam Logistik dan Perlatan. 1.5. BATASAN OPERASIONAL
1. Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energy pengion dan bentuk energy lainnya ( non pengion ) dalam bidang diagnostic imejing dan terapi, yang meliputi energy pengion lain dihasilkan oleh generator dan bahan radioaktif seperti sinar rontgen ( sinar-x ), sinar gamma, pancaran partikel pengion serta bukan energy pengion seperti antara lain gelombang ultrasonic, gelombang infrared, gelombang magnetic, gelombang mikro dan radiofrekuensi. 2. Radiodiagnostik Imejing adalah cabang ilmu radiologi dalam bidang diagnostic yang menggunakan alat-alat yang memancarkan energy radiasi pengion maupun bukan pengion yang dihasilkan oleh generator dan bahan radioaktif yang menghasilkan citra ( imej ) dari morfologi tubuh manusia dan faal tubuh manusia untuk diagnosis medis yang menggunakan sinar roentgen ( sinar-x ), infra red, radionuklir, ultrasonic. 3. Pesawat sinar-x adalah pesawat atau alat yang memancarkan sinar roentgen ( sinar-x) yang digunakan untuk pemeriksaan radiologi. 4. Ultrasonografi ( USG ) adalah alat pemeriksaan organ tubuh manusia yang menggunakan prinsip gelombang suara frekuensi 1-10 juta Hz. 5. Pemeriksaan radiologi Dasar adalah pemeriksaan foto roentgen tanpa media kontras. 6. Pemeriksaan Radiologi Sedang adalah pemeriksaan foto roentgen dengan Media Kontras. 7. Foto Rontgen adalah gambar yang dihasilkan dari pemeriksaan yang menggunakan pesawat sinar-x. 8. Media kontras adalah bahan ionik dan non-ionik yang digunakan dalam pemeriksaan radiologi tingkat sedang. 9. Barang Habis Pakai adalah barang kebutuhan rutin yang sekali habis pemakaiannnya untuk pelayanan pasien. 1.6. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi.
780/Menkes/PER/VIII/2008
Tentang
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1041/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan.
3
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 410/MENKES/SK/III/2010 Tentang Perubahan Standar Pelayanan radiologi diagnostic di Saran Pelayanan Kesehatan. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
BAB II STANDAR KETENAGAAN 2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Standar ketenagaan di tentukan berdasarkan pada beberapa hal yaitu : 1. 2. 3. 4.
Jenis sarana kesehatan Kemampuan / kompetensi Beban kerja Jumlah pesawat
Jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan dalam Instalasi Radiologi RS. Ananda berdasarkan standar pelayanan Radiologi Diagnostik JENIS TENAGA
PERSYARATAN
1. Spesialis Radiologi
Memiliki SIP
4
2. Radiografer
D III Teknik Radiologi memiliki SIKR
3. Petugas Proteksi Radiasi (PPR) Medik
PPR Medik Tingkat II Memiliki SIB
5. Tenaga Administrasi dan kamar gelap
D III
Tugas pokok masing-masing jenis tenaga adalah : 1.
Dokter Spesialis Radiologi
1.1.
1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6.
1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11.
1.12. 1.13. 1.14.
2.
Indicator Beban kerja : a. Hasil Pemeriksaan b. Cakupan Rujukan Luar c. Cakupan Pembinaan d. Cakupan Konsultasi Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan Radio Diagnostik, Imejing Diagnostik Melakukan Tindakan USG Melakukan Tindakan Pemeriksaan dengan Kontras Media Melaksanakan tindak Radio Diagnostik dan Imejing Diagnostik sesuai dengan SPO yang telah ditetapkan Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras bersama dengan Radiografer. Khusus pemeriksaan yang memerlukan penyuntikan intravena, dikerjakan oleh Dokter Spesialis Radiologi atau Dokter lain/Tenaga Kesehatan yang mendapat pendelegasian dari Dokter Spesialis Radiologi. Menjelaskan dan menandatangani informed consent / izin tindakan medik kepada Pasien atau Keluarga Pasien. Memberikan justifikasi pelaksanaan diagnosis dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK Radiologi. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan dilaksanakan Menjamin bahwa paparan Pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra Radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat Pedoman paparan medik. Mengevaluasi secara berkala SPO tindak medik Radio Diagnostik dan Imejing Diagnostik serta mengusulkan revisi bila perlu. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek Proteksi Radiasi terhadap Pasien.
Radiografer
2.1.
Mempersiapkan Pasien, obat-obatan pembuatan foto Radiologi.
2.2.
Memposisikan Pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan.
2.3.
Mengoperasionalkan peralatan Radiologi sesuai SPO. Khusus untuk pemeriksaan dengan kontras pemeriksaan dikerjakan bersama Dokter Spesialis Radiologi.
2.4.
Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work station).
2.5.
Melakukan penjaminan dan kendali mutu.
5
dan peralatan
untuk
pemeriksaan
dan
3.
4.
2.6.
Memberikan proteksi terhadap Pasien, dirinya sendiri dan masyarakat di sekitar ruang pesawat sinar-X.
2.7.
Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang diterima Pasien sesuai kebutuhan.
2.8.
Merawat dan memelihara alat pemeriksaan Radiologi secara rutin.
Tenaga PPR
3.1.
Membuat program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
3.2.
Memantau aspek operasional program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
3.3.
Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi Radiasi, dan memantau pemakaiannya.
3.4.
Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat di mana Pesawat Sinar-X digunakan.
3.5.
Memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
3.6.
Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas Radiologi.
3.7.
Memelihara Rekaman.
3.8.
Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan.
3.9.
Melaksanakan latihan penanggulangan kedaruratan.
3.10.
Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasi yang berpotensi kecelakaan Radiasi.
3.11.
Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program Proteksi dan Keselamatan Radiasi, dan verifikasi keselamatan yang diketahui oleh Pemegang Izin untuk dilaporkan kepada Kepala BAPETEN.
dan pencarian keterangan dalam hal
Fisikawan Medik
4.1.
Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data radiasi untuk penggunaan klinik.
4.2.
Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan Radiasi.
4.3.
Pengadaan prosedur QA dalam Radio Diagnostik, meliputi pelaksanaan diagnosa dan terapi, keamanan radiasi.
4.4.
Melaksanakan Kendali Mutu di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Ananda dan Mereview hasil kontrol mutu Radiologi Luar yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Ananda.
4.4.
Melakukan perhitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis janin pada wanita hamil.
6
4.5.
Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuai dengan keselamatan radiasi.
4.6.
” Acceptance test ” dari Unit yang baru.
4.7.
Supervisi perawatan berkala peralatan Radio Diagnostik.
4.8.
Berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan sumber daya manusia, peralatan, prosedur dan perlengkapan proteksi radiasi.
4.9.
Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi.
4.10.
Meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan IPTEK.
5. Tenaga administrasi
6.
5.1.
Melakukan registrasi Pasien di Radiologi
5.2.
Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang dilakukan di institusi pelayanan.
5.3.
Membuat Laporan kunjungan pasien
5.4.
Mengatur Pengarsipan seluruh dokumen
Pengelolaan Peralatan
6.1.
Melakukan Pengawasan terhadap kebersihan peralatan dan ruangan radiologi
6.2.
Melaporkan kepada koordinator radiologi bila ada kerusakan peralatan
6.3.
Menjaga keutuhan peralatan Radiologi
6.4.
Bertanggung Jawab setiap hari dalam melakukan pemeliharaan harian, mingguan, dan bulanan
2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN No
NAMA
PENDIDIKAN
DISTRIBUSI
1
Dr. Nur Widayat, Sp. Rad
Spesialis radiologi
Ka. Instalasi
2
Rahmat Eko M, Amd.Rad
D-III Radiologi
PJ Radiologi, Pemeriksaan
Pelaksana
3
Hafiz Rizky Amd.Rad
D-III Radiologi
PJ Shift, Pemeriksaan
Pelaksana
4
Ike Amelia, Amd.Rad
D-III Radiologi
Pelaksana Pemeriksaan, PPR, Pelaksana Pemeriksaan
5
Difa Ariestha, Amd.Rad
D-III Radiologi
PJ Administrasi,Pelaksana
Alvian,
7
Pemeriksaan
Tenaga Administrasi dan Pemeriksaan di Instalasi Radiologi RSUD Cilincing masih dilakukan oleh Tenaga Radiografer.
2.3. PENGATURAN JAGA
Pelayanan Instalasi Radiologi dilaksanakan 24 jam. Maka Sumber Daya Manusia yang ada dibagi dalam 3 shift yaitu : 1. Shift Pagi
: Pukul 07.30 - 14.00 dengan petugas Radiografer berjumlah 2 orang
2. Shift Siang
: Pukul 14.00 - 20.30 dengan petugas radiografer berjumlah 2 orang
3. Shift Malam : Pukul 20.30 – 07.30 dengan petugas radiografer brerjumlah 1 orang.
2.4. PENGEMBANGAN TENAGA STAF
Instalasi Radiologi RSUD Cilincing mempunyai system pembinaan dan pengembangan staf sesuai dengan tuntutan masyarakat, serta IPTEK kedokteran didalam maupun diluar bidang radiologi. 1. Peningkatan Jumlah Tenaga Penambahan junlah tenaga dapat dilakukan setelah dilakukan analisa beban kerja dalam unit radiologi diagnostik sesuai dengan standar ketenagaan 2. Peningkatan Kemampuan dan keterampilan Tenaga Dapat dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan (diklat ) dalam bentuk :
Seminar dalam bidang manajemen atau teknis sesuai dengan bidangnya dan ada penambahan alat atau teknologi baru.
Pendidikan atau pelatihan penyegaran kembali dalam bidang keselamatan dan kecelakaan radiasi dan Quality control. 3. Orientasi dan pelatihan Setiap karyawan baru wajib diberikan orientasi, yaitu informasi mengenai latar belakang Rumah Sakit yang bersifat mendasar dan informasi mengenai prosedur pelayanan Radiologi.
BAB III STANDAR FASILITAS DAN PERALATAN 3.1 DENAH RUANG
Lampiran 1. Denah Ruang Radiologi ( Terlampir )
3.2 SARANA DAN PRASARANA Sarana dan prasarana ditujukan bagi terselenggaranya Pelayanan radiologi yang teratut, efisien, nyaman, sesuai dengan standar pelayanan dan peraturan yang berlaku, serta dimungkinkan petugas Instalasi Radiologi bekerja dengan nyaman dan tertib. Letak Instalasi Radiologi harus sedemikian rupa sehingga mudah melayani pasien rujukan rawat jalan, rawat inap, IGD, maupun pasien rujukan dari luar rumah sakit. 8
Ruangan di Instalasi Radiologi terdiri dari :
1. Ruang Tunggu yang Nyaman a. Ukuran Ruang 13 m x 2.4 m b. Kursi yang nyaman sebanyak 10 buah 2. Ruang Administrasi/ Rg. Pendaftaran pasien radiologi a. Ukuran Ruang 3m x 1.5 m b. Satu set meja counter pendaftaran c. Duah buah kursi d. 1 Unit PC e. 1 buah pesawat telepon 3. Ruang Pemeriksaan/ X-Ray I a. Ukuran Ruang 6 m x 4 m x 3.5m b. Ketebalan Pb 2mm c. Kaca Pb 2 mm d. Satu buah Apron e. Satu unit Pesawat X- Ray GMM Chorus f. Satu unit AC 2 PK g. Satu buah meja peralatan Alkes dan accessories pemeriksaan radiologi h. Kamar Ganti pasien i. Satu buah tabung Oksigen j. Satu buah Standar Infus
4. Ruang USG dan Rg. Baca Dokter Radiologi a. Ukuran Ruang 4.5m x 3.5m b. Satu Unit Pesawat USG GE c. Satu buah Meja periksa d. Satu buah standar Infus e. Satu TV monitor f. Dua buah meja g. Satu buah Viewing Box h. Satu Unit PC i. Tiga buah Kursi j. Washtafel 5. Ruang Filming dan Ruang Arsip a. Ukuran Ruang 6 m x 3m b. Satu unit control panel X – Ray pesawat DonKang 300mA c. Kaset X- Ray Box dengan ukuran kaset; 14x 17inc (1 buah), 14 x14inc (1 buah), 10 x 12inc (1 buah), 8 x 10inc (1buah) d. Viewing Box e. Satu Unit PC dan printer HP f. Satu unit DR g. Satu printer DR h. Satu Unit Work station DR i. Satu Lemari arsip 18 pintu j. Satu Lemari pakaian k. Satu White Board 9
6. Ruang Pelengkap Kamar mandi Pasien dan Washtafel 3.3 STANDAR FASILITAS DAN PERALATAN Instalasi radiologi mempunyai beberapa Unit menurut fungsi pelayanan, baik untuk semua jenis pemeriksaan rutin dengan atau tanpa kontras, dan untuk pemeriksaan pasien yang memerlukan pelayanan segera ( gawat darurat ). Semua Ruangan harus memepunyai system ventilasi dan kelembapan yang baik, atau dilengkapi dengan AC, aliran listrik yang bagus dan tersedianya air yang cukup.
1. Unit Utama terdiri dari bangunan sebagai berikut : a. Satu Ruang radiografi/ pemeriksaan sekurang- kurangnya 6m x 4m x 3m b. Satu ruang USG termasuk baca Foto 4.5m x 3.5m x 3m c. Satu ruang Tunggu pasien 13m x 2.4m x 3m d. Satu Kamar mandi Pasien dan washtafel 2. Perlengkapan Ruangan a. Lemari Instrumen b. Linen dan Pakaian Pasien c. Kassa d. Handscoon e. Masker f. Alkohol swabs g. Aquadest/ Otsu water h. Emergency kit i. Media kontras ; iopamiro 370mg/50ml, Omnipaque 350mg/50ml, barium Sulfat j. Alkes 3. Proteksi radiasi ruangan pemeriksaan Sebuah Ruang Pemeriksan Radiodiagnostik, harus mempunyai beberapa persyaratan sebagai berikut ; a. Dinding Ruangan harus dilapisi Timbal/ Pb setebal 2mm b. Ketinggian dari lantai minimal 2 meter c. Mempunyai Lampu Merah, sebagai tanda Bahaya radiasi d. Sign/ Rambu tanda bahaya radiasi, terutama untuk wanita Hamil 4. Alat Perlengkapan Proteksi radiasi a. Lead Apron 3 Buah b. Personal Monitoring TLD c. Lead Gloves 1 buah d. Gonad Shield 1 buah e. Thyroid 1 buah f. Tabir Pelindung 1 buah 5. Peralatan Semua peralatan sudah mempunyai izin dari BAPETEN, dilengkapi pengatur diafragma dan lampu kolimator, dan dilakukan kalibrasi serta pemeliharaan secara berkala.
10
1.
Jenis Peralatan Unit Utama :
Pesawat X-ray general Konvensional 300mA
=
1
=
1
Unit
Pesawat Ultrasonografi ( USG )
GE
Unit 2.
Peralatan Pendukung
Computed Radiography
= 2 Unit
Printer Dry view
= 2 Unit
APRON
= 3 buah
Kaset CR
= 10 Buah berbagai ukuran
Grid
= 2 buah berbagai ukuran
Standar infuse
= 4 buah
Tabung Oksigen
= 2 unit
BAB IV TATA LAKSANA 4.1. PENGELOLAAN INSTALASI RADIOLOGI 1. Pelayanan radiologi dan diagnostik imajing berdasarkan standar nasional, undang-undang dan peraturan yang berlaku. 2. Setiap alat di Instalasi Radiologi yang menggunakan energi pengion dan energi non pengion serta tenaga nuklir harus mendapatkan izin dari BAPETEN. 3. Uji Kesesuaian peralatan di Instalasi Radiologi dilakukan sesuai jadwal uji kesesuaian alat kesehatan di RSUD Cilincing yang dilakukan dua tahun sekali. 4. Instalasi Radiologi dipimpin oleh seorang Dokter Spesialis Radiologi yang bekerja purna waktu, dibantu oleh Dokter Spesialis Radiologi lainnya yang bekerja paruh waktu.
11
5. Pelayanan Instalasi Radiologi berada di bawah tanggung jawab Koordinator Radiologi yang bertugas purna waktu yang dalam pelaksanaan dibantu oleh Radiografer, serta Petugas Administrasi yang berkualitas dan memenuhi kriteria yang berlaku untuk menjamin standar pelayanan yang telah ditentukan. 6. Sebagai pedoman Dokter dan Staf dalam penyelenggara administrasi dan pengelola Instalasi Radiologi digunakan Pedoman dan SPO. Pedoman tindakan Radiologi dan prosedur pelaksanaan Administrasi Radiologi yang be rlaku di RSUD Cilincing. 7. Menyelenggarakan Administrasi dan Pelayanan di Instalasi Radiologi dilaporkan tiap bulan kepada Kepala Instalasi Penunjang dan Kabid Penunjang Medis 4.2. PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI A. Pendaftaran Radiologi 1. Pelayanan Radiologi rutin dan gawat darurat di RSUD Cilincing dilaksanakan selama 24 jam oleh Petugas on site. 2. Instalasi Radiologi menerima pemeriksaan Radiologi rujukan dari dalam maupun luar Rumah Sakit. 3. Administrasi Radiologi meliputi : Pendaftaran pasien, Pemeriksaan Radiodiagnostik dan Imaging Diagnostik, Filming, Penyerahan Hasil Pemeriksaan dan Pengarsipan. 4. Pelayanan Radiologi dilakukan kepada mereka yang membawa surat pengantar/rujukan dari Dokter dengan mencantumkan diagnosa klinis. 5. Registrasi pemeriksaan radiologi dilakukan oleh Petugas Radiologi yang dicatat kedalam buku registrasi pasien Radiologi dan ditransaksi dikomputer RSUD Cilincing. 6. Pendaftaran Pasien dilakukan di bagian pendaftaran radiologi yang akan melakukan pencacatan pendaftaran untuk Pasien rawat jalan, rawat inap dan kasus gawat darurat. Pelayanan pendaftaran terselenggara pada 24 jam. 7. Transaksi keuangan dilakukan oleh Kasir. - Untuk Pasien Perusahaan atau jaminan, menggunakan struk merah rangkap. - Untuk Pasien Umum, menggunakan label pasien dengan cetak kuitansi. B.
Persiapan Pemeriksaan 1. Pasien diberitahukan tentang pemeriksaan yang membutuhkan persiapan khusus. 2. Persiapan untuk pemeriksaan khusus dilakukan sesuai prosedur tetap yang sudah ditentukan. 3. Instruksi yang terkait dengan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan dengan jelas terutama untuk pemeriksaan yang menggunakan media kontras. Dan dijanjikan kapan pasien akan melakukan pemeriksaan radiologi. 4. Benda aksessoris seperti gigi paslu, rambut palsu, anting – anting, Perhiasan, penjepit rambut dan alat bantu pendengar harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan karena akan menyebabkan artefak.
C. Jenis Pemeriksaan
Kegiatan Pelayanan Radiologi mencakup pelayanan spesialistik dan subspesialistik terbatas, yaitu : 1. Pemeriksaan dengan dan tanpa media kontras meliputi pemeriksaan : 1. Tractus gastrointenstinal (oesophagus, gaster, duodenum, jejunum, ileum, colon, sigmoid, rectum) 2. Tractus billiaris 12
3. Tractus urinarius 4. Tractus respiratorius 5. System muscolosceletal (cranium, collumna vertebralis, ekstremitas, articulations, pelvis) 2. Pemeriksaan USG yang mendeteksi kelainan-kelainan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Hepar Vesica fellea (Gall Bladder/ kandung empedu) Ginjal Pancreas Lien Vesica urinaria Organ genitalia interna Kelenjar tiroid Mammae
D. Pelaksanaan Pemeriksaan 1.Pelayanan dan tindakan radiodiagnostik dilakukan hanya berdasarkan permintaan dokter secara tertulis dan mencantumkan diagnosa klinis dan hasil pemeriksaan medis lain yang terkait. 2.Pemeriksaan Radiodiagnostik dan Imaging Diagnostik dilakukan sesuai dengan Standar prosedur Opersional. 3.Pasien diberitahukan pemeriksaan apa yang akan dilakukan 4.Pasien diberitahukan mengenai posisi dan persiapan yang akan dilakukan sesuai prosedur 5.Untuk Tindakan yang ditetapkan memerlukan “informed conscent” atau “surat persetujuan tindakan”, pemeriksaan akan dilakukan setelah Pasien menandatangani formulir yang telah disediakan. 6.Pemberian informasi dan edukasi tentang pemahaman tindakan kontras, mengikuti Panduan Pmeberian Informasi dan Edukasi SK. Dir. RSUD CIlincing. 7. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras media dilakukan oleh Dokter Spesialis Radiologi . Sedangkan pemeriksaan Radiologi tanpa kontras dikerjakan oleh Radiografer dengan mengacu pada prosedur pemeriksaan serta bertanggung jawab atas kualitas dan pembuatan foto Radiografi. 8.Sebelum tindakan pemberian kontras IV, Petugas Radiologi akan berkoordinasi dengan Instalasi Gawat Darurat sebagai antisipasi apabila terjadi reaksi alergi sehingga memudahkan tindakan penanganan reaksi alergi. a. Tindakan penyelamatan dalam keadaan “gawat darurat” bagi Pasien yang menderita syok anafilaktik atau alergi terhadap bahan kontras akan segara di koordinasikan dengan Petugas IGD yang bertugas. Untuk membantu memberikan pertolongan kepada pasien. b. Observasi Pasien post tindakan “gawat darurat” dilakukan di Instalasi Gawat Darurat. 9. Penyuntikan Media kontras dilakukan oleh dokter radiologi atau perawat IGD 10. Pemeriksaan Radiologi bagi wanita : Setiap Pasien wanita usia produktif (15-50 th) yang akan dilakukan tindakan pemeriksaan Radiologi dipastikan tidak dalam keadaan hamil, dengan menandatangani pernyataan tidak hamil. 11. Pemeriksaan Radiologi pada Pasien hamil : Pada wanita hamil yang oleh Dokter pengirim dimintakan pemeriksaan Radiologi, Pasien diminta untuk menandatangani pernyataan bahwa sedang hamil. 13
12. Pemeriksaan yang dilakukan pada wanita hamil sebelum dilakukan X-ray Harus dipasang pelindung berupa double apron Pb dibagian perut. 13. Penundaan / Perubahan Jadwal tindakan radiologi untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap mengikuti Panduan Penundaan Pelayanan dan Pengobatan Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing. E.
Hasil Pemeriksaan 1. Hasil pemeriksaan dan tindakan radiodiagnostik dalam tanggung jawab Dokter Spesialis Radiologi. 2. Semua foto harus dibaca/diekspertise dengan jelas dan ditanda tangani oleh Dokter Spesialis Radiologi. 3. Hasil pemeriksaan Radiodiagnostik di nyatakan secara tertulis, jelas dan bersifat rahasia ditujukan kepada Dokter yang merujuk. 4. Waktu tunggu ekspertise radiologi di sesuaikan dengan jadwal praktek Dokter Radiologi. a. Didalam jam kerja Dokter Radiologi ( 08.00 – 14.00 )
Waktu tunggu hasil untuk pemeriksaaan Thorax, konvensional dan Tanpa Kontras dapat diperoleh tidak lebih dari 1 jam.
Waktu Tunggu hasil untuk pemeriksaan konvensional dan dengan Kontras, dapat diperoleh dengan 3 jam b. Pencapaian waktu tunggu hasil pemeriksaan radiologi diluar jam kerja dokter
radiologi, tidak lebih dari 1 hari 5. Waktu tunggu hasil untuk pasien cito a. Waktu tunggu hasil untuk untuk pemeriksaan konvensional rutin cito didalam jam kerja dokter (08.00 – 14.00), dapat diambil dalam waktu tidak lebih ≤ 30 menit b. Waktu tunggu hasil untuk pemeriksaan rutin diluar jam kerja dokter ( 14.00 – 08.00 ) dapat diperoleh tidak lebih dari 4 jam. 6. Hasil kritis merupakan hasil pemeriksaan yang terdapat ketidaknormalan pada hasil ekspertisenya dan dapat memberi indikasi resiko atau kondisi yang mengancam kehidupan pasien. 7. Radiologi melaporkan kepada Instalasi terkait mengenai pelaporan hasil kritis. 8. Dokter/Perawat yang menerima hasil kritis menggunakan teknik komunikasi verbal TULIS (write back ) BACA ( Read Back ) KONFIRMASI ( Confirmation ). Proses pelaporan ini ditulis didalam Rekam Medis F.
Penyerahan Hasil 1. Hasil Radiologi dapat diambil oleh pasien setelah hasil foto dibaca/diekspertise oleh Dokter Spesialis Radiologi. 2. Hasil Radiologi untuk pasien rawat jalan Petugas Radiologi memanggil nama pasien Pasien atau keluarga pasien datang membawa Kwitansi pembayaran Petugas Radiologi mencocokan identias pasien dan kwitansi dengan melakukan identifikasi positif kepada pasien atau keluarga pasien. Sebelum diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien. Petugas Radiologi melakukan verifikasi ulang didepan pasien atau keluarga pasien dengan menunjukkan foto beserta hasil expertise, sebagai bukti bahwa foto dan expertise lengkap dan tepat.
14
Pasien atau keluarga pasien mencatat dibuku expedisi hasil, dengan mencantumkan paraf dan nama jelas. Petugas radiologi membubuhkan Cap “SUDAH ADA HASIL” dibelakang kwitansi pembayaran dan menyerahklan hasil pemeriksaan kepada pasien atau keluarga pasien. 3. Hasil Radiologi untuk pasien rawat inap Perawat Rawat Inap datang membawa buku expedisi pengambilan hasil Radiologi Petugas radiologi mencocokkan identitas pasien dibuku expedisi pengambilan Ruangan dengan hasil pemeriksaan yang sudah dipilah berdasarkan ruangan pasien dirawat. Petugas radiologi menceklis hasil dengan identitas pasien, dan memparaf dengan nama jelas di buku expedisi pengambilan hasil Radiologi milik Ruangan Sebelum diserahkan kepada perawat ruangan. Petugas Radiologi melakukan verifikasi ulang perawat dengan menunjukkan foto beserta hasil expertise, sebagai bukti bahwa foto dan expertise lengkap dan tepat. Perawat Rawat Inap mencatat identitas pasien dibuku ekspedisi pengambilan hasil pemeriksaan Rawat Inap dan memberikan paraf serta nama jelas. 4. Sebelum penyerahan hasil radiologi petugas harus melakukan identifikasi positif terhadap pasien untuk menghindari kesalahan pemberian hasil radiologi. G. Pengarsipan 1. Data Analog radiologi disimpan dalam lemari arsip radiologi 2. Lama penyimpanan arsip radiologi maksimal penyimpanan minimal 3 tahun 3. Semua data radiologi digital harus disimpan ke dalam Radiologi Viewer 4. Hasil ekspertise radiologi berbentuk softcopy 5. Pengarsipan di instalasi radiologi berupa surat permintaan pemeriksaan, laporanlaporan radiologi. 6. Hasil foto yang tidak diambil setelah 1 (satu) Tahun pemeriksaan tidak menjadi tanggung jawab Instalasi Radiologi, serta menjadi hak milik RSUD Cilincing. H. Penanganan Limbah Untuk penanganan limbah bahan berbahaya & beracun di Instalasi Radiologi mengikuti Panduan Limbah bahan berbahaya dan beracun di RSUD Cilincing
I.
Pemeriksaan Rujukan Luar 1. Pemeriksaan Radiologi yang tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing di Rujuk ke Radiologi luar yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing, berdasarkan rekomendasi dokter radiologi dan memiliki kinerja yang baik. 2. Pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing akan dirujuk ke radiologi luar yang telah bekerjasama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing dan memiliki kualitas yang baik. (lampiran 3. Jenis pemeriksaan Rujukan/ Terlampir ) 3. Apabila terjadi kerusakan alat dan membutuhkan waktu yang lama untuk memperbaiki, maka pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit Radiologi luar yang
15
bekerjasama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing dan memiliki kinerja yang baik. 4. Kontrol Mutu terhadap Radiologi Luar yang bekerjasama dengan Rumah Sakit dilakukan oleh Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing. Dengan menunjuk staf yang berkompeten untuk menilai hasil kontrol Mutu dari RS Luar 5. Pelaksanaan Kontrol Mutu terhadap Radiologi Luar yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing dilaporkan dan didokumentasikan sebagai bahan pertimbangan untuk kerjasama selanjutnya. 6. Pasien diedukasi di ruangan mengenai pemeriksaan Rujukan sebelum dilakukan pemeriksaan. Dengan menginformasikan ke pasien, bahwa pemeriksaan tidak dapat dilakukan di Radiologi RSUD Cilincing dengan keterbatasan fasilitas. H. Penundaan Pelayanan dan Pengobatan 1. Berdasarkan Kebijakan Penundaan Pelayanan dan Pengobatan di Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing. 2. Setiap terjadi penundaan atau perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan pada pasien harus ada penjelasan tentang penundaan perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan akibat dari : a. Masalah medis dilakukan oleh dokter yang akan melakukan pelayanan atau pengobatan b. Pada kondisi dimana dokter penanggung jawab pasien tidak dapat memberikan penjelasan alsan penundaan tindakan, maka dapat diwakilkan kepada dokter jaga c. Masalah unit dilakukan oleh petugas unit terkait d. Masalah kerusakan alat dilakukan oleh penanggung jawab unit 3. Informasi yang diberikan ke pasien berkaitan dengan penundaan/ perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan paling sedikit meliputi; alas an penundaan, alternative tindakan bila ada, rencana jadwal berikutnya. 4. Untuk pasien dengan indikasi CITO dan mengalami penundaan tindakan/ pelayanan atau pengobatan yang diakibatkan baik masalah administrasi maupun masalah kerusakan alat, maka pasien tersebut harus dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai pelayanan atau pengobatan sejenis.
BAB V LOGISTIK 5.1. PENGENDALIAN ALAT DI INSTALASI RADIOLOGI 5.1.1.
1.
Pengendalian Perencanaan
Usulan kebutuhan alat di Instalasi Radiologi berdasarkan :
Pemenuhan standar, pengembangan, Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Jumlah dan jenis kompetensi SDM
Kesiapan sarana dan prasarana
Kajian ekonomi 16
Anggaran Rumah Sakit Usulan kebutuhan alat di Instalasi Radiologi dibuat pada rencana kerja Instalasi Radiologi
2.
5.1.2. 1.
Pengendalian Penerimaan Uji Fisik a. Mencocokkan alat dengan kontrak atau brosur : merk, tipe/model, jumlah b. Dilakukan oleh Petugas Proteksi Radiasi beserta Teknisi Medis, dibantu oleh Teknisi Alat tersebut dan diketahui oleh direktur Uji Fungsi a. Uji fungsi adalah pengujian alat secara keseluruhan melalui uji bagian-bagian alat dengan kemampuan maksimum, tanpa beban sebenarnya sehingga dapat diketahui apakah secara keseluruhan suatu alat dapat digunakan dengan baik. b. Uji Fungsi pertama kali dilakukan ketika alat baru dan direncanakan oleh Vendor dari alat tersebut c. Uji fungsi untuk perencanaan selanjutnya dilakukan oleh pemilik dan perencanaan selanjutnya dari Teknisi Medis. Uji Coba
2.
3.
Uji coba alat di Instalasi Radiologi dilakukan oleh Petugas Radiologi yang telah mengikuti training mengoperasikan pengoperasian alat dengan pasien/ beban sesuai kebbutuhan Semua Uji dan Pelatihan di dokumentasikan dengan baik, pelebelan alat dan rancangan pemeliharaan preventif dilakukan oleh Petugas Radiologi bersama Petugas IPSRS Medis. 5.1.3.
Pengendalian Pemeliharaan
Pemeliharaan Alat di Instalasi Radiologi di lakukan untuk :
Mempertahankan usia pakai peralatan
Mempertahankan mutu peralatan
Memperkecil resiko tingkat bahaya peralatan
Efisiensi biaya operasional dan investasi
1. Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan dan Perawatan peralatan Radiologi mengacu pada buku Pedoman atau pedoman dari pabrikan yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Perawatan dilakukan oleh Petugas Radiologi bersama Petugas IPSRS Medis. Uji Kesesuaian peralatan di Instalasi Radiologi dilakukan sesuai jadwal uji kesesuaian alat kesehatan di RSUD Cilincing yang dilakukan dua tahun sekali.
2. Perizinan Peralatan
Setiap alat di Instalasi Radiologi yang menggunakan energi pengion dan energi non pengion serta tenaga nuklir harus mendapatkan izin dari BAPETEN.
5.2. KEBUTUHAN BARANG-BARANG LOGISTIK RADIOLOGI
1. Jenis kebutuhan barang radiologi terdiri atas: 1. Kebutuhan Rutin 17
Kebutuhan rutin adalah sejumlah barang habis pakai yang digunakan untuk pelayanan pasien terdiri atas a. Obat-obatan dan Bahan Habis Pakai (BHP) b. Barang rumah tangga dan alat tulis kantor (ATK) 2. Kebutuhan Tidak Rutin Kebutuhan tidak rutin adalah sejumlah barang selain barang rutin, seperti : Peralatan, elektronik, linen, dan lainnya 2. Farmasi menyediakan daftar perbekalan penting Radiologi seperti X-ray film, dan reagensia 3. Melakukan pemantauan stock inventori mingguan dan bulanan terhadap alkes, obatobatan dan barang habis pakai 4. Seluruh perbekalan farmasi ( obat dan alkes) disimpan dalam lemari obat dan disusun berdasarkan masa kadaluarsa ( FEFO ) 5. Membuat jadwal control suhu dan masa kadaluarsa obat dan alkes 6. Melakukan pengawasan terhadap suhu dan kelembapan setiap hari yang dilaksanakan oleh PJ. Logistik dibawah tanggung jawab Koord. Radiologi dan Ka.Inst Radiologi 7. Semua perbekalan penting yang terpisah dalam kemasan, diberi label, penanggalan dan masa kadaluarsa. 8. Pengadaan Barang dan Alkes yang bersifat rutin. Untuk permintaan obat-obatan dan bahan habis pakai ditujukan ke logistik farmasi, untuk permintaan alat rumah tangga dan alat tulis kan tor ditujukan ke logistik umum. 9. Pengadaan Alat kesehatan yang bersifat Cost Tinggi. Berdasarkan Rencana kerja tahunan dan analisa kebutuhan sebagai investasi alat. Instalasi Radiologi membuat pengajuan yang ditujukan ke Direktur untuk selanjutnya disetujui, kemudian diteruskan ke PT untuk pembelian. 10. Semua administrasi logistik di Instalasi Radiologi meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan dan pemakaian. 11. Bukti penerimaan barang dan pemakaian barang di arsipkan di bagian radiologi. 12. Pengecekan obat-obatan dan bahan habis pakai di lakukan sebulan sekali melalui stok opname. 13. Evaluasi logistik di Instalasi Radiologi dilakukan setiap bulan dan di laporkan ke Kepala Bidang penunjang Medik.
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
TEKNIK PROTEKSI PASIEN
Ketentuan yang harus dipatuhi dalam teknik proteksi pasien, antara lain: 1. Persyaratan Pemeriksaan Setiap pemeriksaan dengan pesawat sinar-x hanya diberikan setelah memperhatikan kondisi Pasien, untuk menghindari paparan radiasi yang tidak perlu. Apabila terjadi keraguan, hendaknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Dokter Spesialis Radiologi. 18
Indikasi klinis, diagnose sementara, dan informasi yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan sinar-x harus ditetapkan oleh Dokter Spesialis Radiologi. 2. Pemindahan Catatan Pemindahan pelaksanaan Radiografi dari Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain harus dikurangi untuk menghindari terjadinya pemeriksaan ulang. 3. Pengurangan Dosis Pasien Semua upaya pembatasan dosis perlu dilakukan untuk mempertahankan dosis Pasien sekecil mungkin yang dapat dicapai secara teknis, seperti penggunaan kombinasi layar-film dengan efisiensi tinggi, ukuran medan radiasi minimum, waktu dan arus minimum. 4. Pemilihan Pemeriksaan Radiologi Bagi Wanita Pemilihan pemeriksaan Radiologi pada perut bagian bawah dan pelvis Wanita dalam usia reproduksi disarankan untuk dilakukan dalam jangka waktu 10 hari pertama permulaan menstruasi. Pemeriksaan dapat dilakukan jika kondisi klinis Pasien memerlukan pemeriksaan sinar-x yang segera. Bagi pasien wanita yang usia reproduktif, mengisi pernyataan tidak hamil. 5. Proteksi Janin Pemeriksaan radiologi pada perut bagian bawah dan pelvis Wanita hamil dapat diberikan hanya jika dianggap sangat diperlukan, dalam hal ini harus diusahakan agar janin menerima dosis radiasi sesedikit mungkin. Dalam hal pemberian penyinaran jenis lain pada Wanita hamil, maka perut bagian bawah dan janin harus dilindungi dengan pelindung. 6. Pelindung Organ Pelindung gonad dan ovari harus diberikan untuk melindungi organ reproduksi pasien sepanjang tidak mengurangi informasi yang diperlukan. Pelindung tiroid hendaknya digunakan sepanjang diperlukan. 7. Pemeriksaan paru-paru Foto Radiografi paru-paru (chest) harus dilakukan dengan jarak fokus dengan film (receptor) sekurang-kurangnya 120 cm.
BAB VII KESELAMATAN KERJA 7.1. KESELAMATAN KERJA
Pemanfaatan sinar-X diagnostik meliputi desain ruangan, pemasangan dan pengoperasian setiap pesawat Sinar-X sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat, perlengkapan proteksi radiasi, keselamatan operasional, proteksi pasien, dan uji kepatuhan (compliance test ). Keselamatan kerja yang diterapkan antara lain :
19
1.
Instalasi Radiologi RSUD Cilincing mempunyai organisasi proteksi Radiasi dimana Petugas Proteksi radiasi tersebut telah memiliki surat ijin sebagai petugas radiasi dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
2.
Setiap Petugas Radiologi menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala setiap tahun dengan Medical Chek Up.
3.
Dilakukan Uji kesesuaian pada seluruh alat Radiodiagnostik disesuaikan dengan jadwal perizinan alat.
4.
Alat Proteksi/ Alat pelindung Diri harus di uji kebocoran radiasi yang dilaksanakan setahun sekali.
5.
Pesawat Sinar-X dalam kondisi yang baik dan dirawat dengan program jaminan kualitas.
6.
Ruangan Sinar-X harus dibangun dengan cukup kuat untuk menahan beban perlatan yang ada di dalamnya dan dibangun sedemikian, sehingga memberikan proteksi yang cukup terhadap operator (petugas) dan orang lain yang berada di sekitar ruangan pesawat Sinar-X.
7.
Ruang operator terdapat tabir Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb sehingga dapat melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan..
8.
Pintu ruang pesawat Sinar-X terdapat penahan radiasi yang cukup sehingga terproteksi dengan baik.
9.
Lampu merah sebagai tanda radiasi harus terpasang di atas pintu, yang dapat menyala pada saat pesawat Sinar-X digunakan dan terdapat tanda peringatan radiasi seperti berikut : ”AWAS SINAR -X”
10. Apron pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 0,25 mm Pb dengan ukuran yang cukup pada bagian badan dan gonad untuk pemakai dari radiasi langsung. 11. Sarung tangan pelindung harus mempunyai ketebalan yang setara dengan 0,25 mm Pb dengan ukuran yang cukup dari radiasi langsung yang mengenai tangan dan pergelangan tangan. 12. Tersedia peralatan untuk mencegah atau mengendalikan bahaya konvensional seperti kebakaran. 13. Arah berkas utama dari pesawat Sinar-X tidak diarahkan ke panel kontrol. 14. Orang yang membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah pada saat penyinaran dilakukan oleh orang dewasa / keluarga dengan menggunakan apron, tidak dilakukan oleh petugas. 20
15. Usaha yang dilakukan dalam melaksanakan penyinaran Sinar-X sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang baik dengan paparan minimum pada pasien atau petugas. 16. Apabila terjadi kerusakan pesawat, perbaikan peralatan Sinar-X dilakukan oleh IPSRS Medis dan Petugas Teknisi Alat dari Prinsipal alat tersebut . Teknisi tersebut mempunyai keahlian dan latar belakang proteksi radiasi untuk mengerjakan pekerjaannya dengan aman. 17. Terdapat peralatan monitoring personil yaitu TLD untuk memantau paparan radiasi yang diterima. TLD dipakai oleh petugas radiologi setiap memulai pekerjaannya setiap hari dan di kenakan pada
pakaian kerja pada daerah yang diperkirakan
paling banyak menerima radiasi atau daerah yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh seperti dada bagian depan atau panggul bagian depan. 18. Seluruh pekerja radiasi wajib mengetahui prosedure intervensi kedaruratan apabila terjadi kecelakaan radiasi/ kebocoran radiasi.
7.2. PROSEDUR KERJA 7.2.1. Prosedur Kerja di ruang radiasi
1.
Menghidupkan lampu merah yang berada diatas pintu ruangan.
2.
Berkas sinar langsung tidak boleh mengena orang lain selain pasien yang sedang diperiksa.
3.
Pada waktu penyinaran berlangsung semua yang tidak berkepentingan berada di luar ruangan pemeriksaan sedangkan petugas berada di ruangan operator.
4.
Waktu pemeriksaan di buat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
5.
Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
6.
Apabila perlu pada pasien digunakan Gonad Shield.
7.
Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diagframa sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang di perlukan.
8.
Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.
9.
Pemeriksaan radiologi tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari Dokter.
7.2.2. Prosedur Kerja di Ruang ICU/ HCU dan Perinatologi dengan menggunakan Mobile Unit X-Ray
1.
Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain Pasien yang sedang diperiksa.
21
2.
Pada waktu penyinaran berlangsung, semua Petugas harus berada sejauh mungkin dari pasien dan memakai pakaian proteksi radiasi.
3.
Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
4.
Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
5.
Apabila perlu pada pasien dipasang Gonad Shield.
6.
Pada saat pemeriksaan, daerah sekitar harus dibatasi dengan tabir radiasi. Untuk menghindari paparan radiasi pada pasien disebelahnya.
7.
Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan.
8.
Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri di samping berkas utama.
13.3.
PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI / ALAT PELINDUNG DIRI
NAMA
FUNGSI
1
TLD/monitoring radiation
2 3 4 5
APRON PB Sarung Tangan PB Thyroid Pb Tanda Radiasi
6 7
Gonad Shield Hand Scoon
8
Masker
BANYAKN YA Untuk mengetahui besarnya paparan radiasi yang diterima pekerja 10 buah radiasi dalam satu periode waktu. Untuk melindungi pekerja radiasi atau pasien dari paparan radiasi Untuk memproteksi atau pelindung Tangan dari paparan Radiasi
3 buah 1 buah
Untuk memproteksi daerah sekitar tiroid dan leher dari paparan radiasi 1 buah Seperti lampu merah di atas pintu masuk pasien dan tanda sinar-X ( 3 buah tanda bahaya radiasi warna kuning ) Sebagai pelindung diri pada daerah gonad/ genetalia 1 buah Sebagai pelindung diri kontak infeksi nosokomial Sesuai kebutuhan Sebagai pelindung diri dari kontak langsung pasien Sesuai kebutuhan
BAB VIII PROTEKSI RADIASI
Proteksi radiasi merupakan cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian perlindungan pada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat adanya paparan radiasi.
8.1 Tujuan Proteksi Radiasi :
22
1.
Untuk mencegah terjadinya efek deterministic yang membahayakan dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.
2.
Melindungi para pekerja radiasi serta masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat radioaktif atau sumber radiasi lain.
8.2 Upaya Proteksi Radiasi Terhadap Pasien, Petugas dan Masyarakat Umum di Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing :
a.
Bangunan ruang pemeriksaan harus didesian sesuai standar untuk pengamanan bagi petugas, pasien, dan lingkungan sekitar dari bahaya radiasi
b.
Pemeriksaan dengan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter.
c.
Pemakaian perisai maksimum pada sinar primer.
d.
Pemakaian teknik kV tinggi.
e.
Jarak fokus ke pasien tidak boleh terlalu dekat.
f.
Daerah yang disinari harus sekecil mungkin,
g.
Organ reproduksi dilindungi sebisanya.
h.
Pasien yang hamil, terutama trimester pertama tidak boleh diperiksa secara radiologis.
i.
Selama penyinaran berlangsung, petugas berdiri di belakang penahan radiasi.
j.
Lampu merah dinyalakan saat pemeriksaan berlangsung, sebagai tanda peringatan agar orang tidak masuk
k.
Sedapat mungkin petugas tidak berada dalam kamar pesawat sinar-X pada waktu dilaksanakan radiografi.
l.
Pintu berpenahan radiasi timbal selalu ditutup selama dilakukan penyinaran.
m. Selama penyinaran berlangsung, setiap orang termasuk perawat yang menyertainya harus berlindung di balik penahan radiasi. n.
Petugas wajib memakai TLD sebagai personal monitoring, saat bekerja.
BAB IX PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan radiologi dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelayanan radiologi, meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan serta sebagai bahan acuan dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan radiologi. Untuk meningkatkan mutu pelayanan Radiologi perlu adanya evaluasi sistem dan prosedur pelayanan, fasilitas dan penyelenggaraan pelayanan, penyelenggaraan pelayanan radiologi, hasil penyelenggaraan pelayanan dan perbaikan sarana yang dilaksanakan secara intern dan rutin melalui rapat intern radiologi.
23
Program Peningkatan Mutu adalah cakupan keseluruhan Program manajemen yang di terapkan untuk menjamin keprimaan mutu pelayanan kesehatan melalui suatu kegiatan secara sistematis yang bertujuan untuk menjamin terlaksananya pelayanan radiologi yang prima sesuai standar, seluruh komponen peralatan yang baik, dapat memberikan informasi diagnostik yang tepat, dengan dosis radiasi yang serendah-rendahnya dan biaya yang sekecil-kecilnya. 1.
Penanggung jawab dalam program mutu adalah Ka. Instalasi yaitu seorang Dokter Radiologi. Dimana setiap harinya bertanggung jawab melakukan pengawasan harian terhadap hasil pemeriksaan, sehingga pelayanan radiologi dapat terlaksana secara tepat, informatif dan aman bagi pasien dan klinisi.
2.
Pelaksana dari program peningkatan mutu adalah seluruh staf radiografer dimana setiap hari melaksanaka suatu kegiatan yang tertata dengan baik oleh untuk memastikan citra diagnostik yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi sehingga dapat memberikan informasi diagnostik yang memadai secara konsisten, yang didapat dengan biaya dan paparan radiasi pasien seminimal mungkin.
3.
Pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu mencakup : a. Program peningkatan mutu berfokus pada standar input (SDM, peralatan, ruangan, bahan habis pakai dan lain-lain). b. Program peningkatan mutu berfokus pada proses, yaitu pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan. c. Program peningkatan mutu berfokus pada output, yaitu evaluasi terhadap hasilhasil yang sudah dilaksanakan (hasil radiograf, hasil bacaan, reject analisis, kepuasan pasien dan lain-lain). 4. Hasil Pemantapan Mutu dilaporkan pada Wadir pelayanan untuk selanjutnya dimonitoring dan di evaluasi setiap bulan, untuk peningkatan mutu Pelayanan Instalasi Radiologi
BAB X KEPATUHAN DAN MONITORING
1. Semua Staf yang terkait didalam Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi harus menerima orientasi tentang Pedoman pelayanan ini. 2. Pemahaman semua staf yang terkait pedoman ini, hendaknya dikaji ulang dan dikonfirmasi setiap tahunnya
24
3. Manajement Rumah Sakit Ananda akan menyebarkan Pedoman Pelayan radiologi untuk Kepala Instalasi Radiologi, Keperawatan dan Instalasi-Instalasi yang terkait dalam Pelayanan Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Cilincing. 4. Seluruh Kepala Instalasi harus mendistribusikan Pedoman ini untuk semua staf di Instalasi mereka. 5. Hasil audit akan dikirimkan ke wadir pelayanan.
REFERENSI 1. Peraturan menteri kesehatan Nomor 269/Menkes/PER/2008 tentang Radiologi 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1041/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 410/MENKES/SK/III/2010 Tentang Perubahan Standar Pelayan Radiologi Diagnostik di sarana pelayanan Kesehatan 4. Keputusan Menteri Kesehatan No.129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
BAB XI PENUTUP
Pelayanan Radiologi Diagnostik merupakan bagian integral dari Pelayanan Medik yang perlu mendapat perhatian khusus karena selain bermanfaat dalam menegakkan diagnosa, juga sangat berbahaya baik bagi Pasien , Petugas maupun lingkungan sekitarnya bila tidak di 25
selenggarakan secara benar. Dalam upaya mencapai Pelayanan Radiologi yang bermutu dan aman, diperlukan pengelolaan manajemen dan teknis yang prima yang didukung oleh Sarana dan Prasarana, Sumber Daya Manusia dan peralatan yang baik pula. Karena semua itu sudah tertulis di dalam undang – undang. Bahkan jika tenaga kesehatan tetap melakukan tindakan medis dimana telah bertolak belakang dengan keputusan yang telah diambil oleh pasien maka tenaga kesehatan berhak mendapatkan tindakan pidana. Dengan adanya panduan ini diharapkan segala unit terkait dapat melakukan prosedur tersebut dengan benar. Sehingga dapat melindungi tenaga kesehatan serta menghormati keputusan pasein yang telah diambil.
26
Lampiran 1. Denah Ruang Radiologi
27
Lampiran 2. Inventarisasi Radiologi
Daftar Inventaris Radiologi RSUD Cilincing No
Nama
Jumlah
KONDISI
LETAK
1
Pesawat X-Ray GMM Chorus
1 unit
BAIK
Rad
2
Pesawat X-Ray PEriapical Trident
1 unit
BAIK
Rad
3
USG GE
1 unit
BAIK
Rad
4
Pesawat USG, Phillips
4 unit
BAIK
Rad
12
Sarung Tangan Pb
1 Pasang
BAIK
Rad
13
Gonad Shield
1 Unit
BAIK
Rad
14
Shielding Pb
1 Unit
BAIK
ICU
15
Apron
2 buah
BAIK
Rad
16
Thyroid Shield
1 buah
BAIK
Rad
20
Kaset 35 x 35 Agfa
2 buah
BAIK
Rad
21
Kaset 24 x 30 Agfa
1 Unit
BAIK
Rad
22
Kaset 30 x 40 Agfa
2 unit
BAIK
Rad
Daftar inventaris barang-barang umum Unit
: Radiologi
No
Nama
Jumlah
KONDISI
1
Tangga pasien
1 unit
BAIK
2
Komputer
1 unit
BAIK
3
Light View
2 unit
BAIK
4
Printer PC, Epson L380
1 unit
BAIK
5
Printer PC
1 unit
BAIK
6
Kursi
4 unit
BAIK
28
7
Pesawat Telepon
1 unit
BAIK
8
AC Split
1 Unit
BAIK
9
AC Split 2 pk Eskimo
1 unit
BAIK
10
AC Split 1 pk
10 Unit
BAIK
11
Jam dinding
1 Pasang
BAIK
12
Set Lemari Rak foto Rontgen dan Arsip
1 Unit
BAIK
13
Bed Pasien
1 unit
BAIK
14
APAR
1 unit
BAIK
15
Lampu sorot
1 unit
BAIK
16
Ember plastic
2 unit
BAIK
17
Lemari Loker Pasien dan Linen
1 unit
BAIK
18
Tempat sampah medis
2 unit
BAIK
19
Tempat sampah non medis
2 unit
BAIK
20
Troli Obat
1 unit
BAIK
29
Lampiran 3. Daftar Pemeriksaan yang tidak ada di Radiologi RSUD Cilincing
PEMERIKSAAN RADIOLOGI YANG TIDAK ADA DI RADIOLOGI RSUD Cilincing
RADIOLOGI DENGAN KONTRAS 1.
Colon In Loop
2.
Oseophagus Maag Duodenum ( OMD )
3.
Esophagografy
MAMMOGRAPHY
DENTAL 1.
Cephalometri
2.
Dental Occlusal
MRI
CT SCAN CARDIAC
BMD / BONE DENSITOMETRI
KEDOKTERAN NUKLIR/ BONE SCAN
RADIOTERAPI
PJ Radiologi RSUD Cilincing
Rahmat Eko Mulyadi,Amd.Rad
30