PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DOTS
TB DOTS
2016
KEMENTRIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN RSUD Palabuhanratu Jln.Ahmad Yani No. 2 Palabuhanratu Sukabumi Email
[email protected]
PERATURAN DIREKTUR RSUD Palabuhanratu NOMOR : TENTANG PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORTCOURSE (DOTS) RSUD Palabuhanratu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA RSUD Palabuhanratu
Menimbang:
a. bahwa dalam rangka melaksanakan pelayanan paripurna dan menyeluruh terhadap penderita Tuberkulosis di lingkungan RSUD Palabuhanratu, perlu menyusun Program Kerja Penerapan Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) RSUD Palabuhanratu; b. bahwa sehubungan dengan huruf a diatas, telah disusun Program Kerja Penerapan Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) RSUD Palabuhanratu; c. bahwa sehubungan dengan bhuruf b tersebut di atas, perlu ditetapkan dengan peraturan Direktur Utama RSUD Palabuhanratu.
Mengingant:
1.Undang-Undang Nomor 29 atahun 2004 tentang PraktikKedokteran; 2.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang kesehatan; 3.Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit; 4.Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 5.Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal; 6.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor , tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUD Palabuhanratu; 7.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/MENKES/SK/2009, tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis 8.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/MENKES/Sk/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal di rumah Sakit;
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORTCOURSE (DOTS) RSUD Palabuhanratu.
Pasal 1 Program Kerja Penerapan Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) RSUD Palabuhanratu tercantum dalam lampiran peraturan ini. Pasal 2 Program Kerja Penerapan Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) sebagaimana pada Pasal 1 di atas digunakan sebagai acuan bagi penanggulangan dan penatalaksanaan pasien Tuberkulosis di lingkungan RSUD Palabuhanratu. Pasal 3 Peraturan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di :Palabuhanratu Pada tanggal : 29 Februari 2016 DIREKTUR
dr. H. Asep Rustandi NIP 196106261989031005
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR UTAMA RSUD Palabuhanratu NOMOR .............................
TENTANG
PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DOTS RSUD Palabuhanratu
PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) telah menginfeksi hamper sepertiga penduduk dunia, dan masih merupakan salah satu penyebab kematian utama, dengan insidens yang terus meningkat sejak awal tahun1980. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2009 insidens penyakit TB sebesar 9,4 juta (kisaran 8,9-9,9 juta). Dengan prevalens sebesar 14 juta (kisaran 12-16 juta) serata angka kematian 1,3 juta (kisaran 1,2-1,5 juta). Indonesia saat ini menduduki peringkat kelima di dunia dalam hal jumlah penderita. Insidensnya sebesar 528.063 kasus, prevalens 565.614 kasus, kasus baru dengan BTA (+) sebanyak 236.029, sedangkan angka kematian sebesar 91.369. Penyebab utama meningkatnya masalah tuberculosis antara lain adalah:
Komitmen politik khususnya pendanaan yang tidak memadai Organisasi pelayanan tuberculosis yang belum memadai (kurangnya akses ke pelayanan, OAT ketersediaannya tidak selalu terjamin masalah pengawas menelan obat (PMO), pencatatan dan pelaporan yang belum
standar. Pandemi HIV dan masalah MDR TB.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka pada tahun 1993, WHO mencanangkan tuberculosis sebagai kedaruratan dunia (global emergency) dan bersama IUATLD sekaligus merekomendasikan strategi penanggulangan tuberculosis yang dikenal
sebagai DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) karena telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang efektif. Pada pelaksanaannya digunakan International Standard for Tuberkulosis Care (ISTC) yang dikembangkan oleh hamper semua organisasi profesi international termasuk organisasi professional di Indonesia. Beberapa hal yang perlu dipahami dalam ISTC adalah:
Standar tersebut dibuat dan untuk digunakan oleh semua profesi yang
terliabat dalam penanggulangan tuberculosis di semua tempat. Standar tersebut digunakan untuk menatalaksana semua pasien TB, termasuk didalamnya TB paru BTA (+) dan BTA (-), MDR TB, TB/HIV,
TB ekstra paru, dan TB anak. Semua profesi yang menata laksana TB harus memahami fungsi kesehatan masyarakat dengan tingkat tanggung jawab yang tinggi.
Global Plan untuk tahun 2006-2015 WHO merekomendasikan 6 elemen kunci Strategi Stop Tuberkulosis yang terdiri dari: 1. Meningkatkan dan memperluas Ekspansi DOTS yang berkualitas - Komitmen politik - Penemuan kasus menggunakan Ekspansi DOTS yang berkualitas - Pengobatan standard dengan supervisi dan bakteriologi - Pengobatan standard dengan supervisi dan dukungan pasien - Sistem distribusi OAT yang efektif - Sistem monitoring dan evaluasi 2. Memperhatikan masalah TB/HIV dan MDR-TB 3. Berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan 4. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan 5. Memberdayakan pasien tuberculosis dan masyarakat 6. Memberdayakan dan meningkatkan penelitian Di Indonesia Strategi DOTS telah diterapkan secara luas di puskesmas sejak 1997 dan sejak tahun 2000 secara bertahap strategi ini dikembangkan untuk diterapkan diseluruh unit pelayanan kesehatan termasuk dokter praktek swasta dan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. II. LATAR BELAKANG
Di Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu pada bulan Desember tahun 2015 terdapat 27 kunjungan kasus Tuberkulosis yang terdiri dari ....kunjungan di rawat jalan dan 27 kunjungan rawat inap. Untuk penemuan kasus baru pada tahun 2011 , terdapat sebanyak ...penderita TB Paru kasus BTA (+), sementara yang diobati di poliklinik DOTS hanya sekitar … penderita atau sebesar ....%. Angka ini masih jauh dari target proporsi pasien BTA (+) yang diobati di poli DOTS yaitu sebesar 60%. Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) pada tahun 2015 adalah sebesar ......%, masih dibawah target yang ditetapkan oleh program nasional yaitu sebesar 85%. Di samping itu, tingginya angka drop out pengobatan (default) di RSUD Palabuhanratu pada tahun 2015 terutama untuk kasus BTA (+) sebesar 38,80% menjadi permasalahan tersendiri yang membutuhkan perhatian khusus dari pihak –pihak yang terkait dalam penatalaksanaan Tuberkulosis di RSUD Palabuhanratu. Untuk itu diperlukan penyusunan rencana kerja Tim DOTS pada tahun 2012 agar dapat mencapai angka-angka cakupan indicator yang mendekati target ideal. III. TUJUAN 1. Umum Rumah Sakit Umum daerah Palabuhanratu mampu melaksanakan pelayanan paripurna dan menyeluruh terhadap penderita Tuberkulosis berdasarkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) 2. Khusus Tercapainya Proporsi jumlah pasien TB Paru BTA (+) yang tercatat di Unit DOTS Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu dibandingakn dengan seluruh pasien TB Paru BTA (+) yang
berobat di rumah sakit diatas 60%. Tercapainya kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) di Rumah
Sakit Umum daerah Palabuhanratu di atas 85% Tercapainya angka default yaitu jumlah pasien TB BTA (+) yang default di Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu dalam satu triwulan dibandingkan terhadap jumlah pasin TB BTA (+) terhadap jumlah pasien TB dalam triwulan yang sama dibawah 5%.
Tercapainya angka keberhasilan rujukan yaitu presentase pasien TB yang dirujuk dan sampai di UPK rujukan diantara seluruh pasien yang dirujuk sebesar 100%.
IV. SASARAN Sasaran kegiatan program kerja Tim DOTS RSUD Palabuhanratu tahun 2016 adalah seluruh petugas yang terlibat dalam pelayanan Tuberkulosis di RSUD Palabuhanratu, mulai dari pihak manajemen, Klinisi, perawat, petugas pencatatan pelaporan, ptugas laboratorium, farmasi, rekam medic, dll. Uraian kegiatan serta sasaran program kerja Tim DOTS secara lebih terperinci dapat dilihat pada table berikut:
NO Aktvitas 1. Konferensi Klinik TB
SASARAN 1.Residen
Anggaran 100 ribu/
Maupun
pertemuan
Konsulen Dari Berbagai SMF yang Mendapatkan Kasus Sulit TB 2.Komite Medic 3.Bentuk Kegiatan Berupa Konferensi Klinik yang Dapat Dilakukan 2.
On the Job
Tiap bulan 1.Perawat poli
Training
Maupun
RR TB
Ruangan 2.Petugas Administrasi Poli Maupun ruangan
1 juta/ kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov Des
3.
Sosialisasi PPI TB
1.Perawat Ruangan dan
200 ribu/ pertemuan
Poli 2.Bentuk Kegiatan: Workshop 1 hari 3.Penanggung Jawab Tim PPI dan DOTS
NO Aktvitas SASARAN 4. Penyuluhan 1.PMO dan TB
Pasien TB
Anggaran 100 ribu/ pertemuan
2.Bentuk Kegiatan Penyuluhan Berkelompok Yang Diadakan Tiap minggu, Secara Bergiliran Oleh residen Dokter Intern, dan Siswa Keperawatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov Des
5.
Pusat studi TB dan
6.
1.Kasus TB Dan TB HIV
TB HIV Rapat
100 ribu/ pertemuan
1.Tim DOTS
Pembentukan Pokja
RSUDPLR 2.Tim HIV
TB-HIV
RSUDPLR 3.Bentuk Kegiatan: Rapat yang Dapat Diadakan Minimal
7.
Workshop TB-HIV
3 kali 1.Semua SMF Di RSUDPLR 2.Bag Keperawatan 3.Instalasi
8.
On the Job
Rawat jalan 1.Perawat dan
Training
Petugas RR
TB HIV
Di poli DOTS Atau bangsal Tb(khususn Nya mengenai VCT) 2.Perawat poli teratai
V. Langkah-langkah Kegiatan 1. Mengumpilkan data Data yang dibutuhkan adalah data pasien meliputi jumlah pasien baru, angka konversi, angka kesembuhan, angka default, serta indicatorindikator lainnya. Data petugas meliputi jumlah petugas aktif, jumlah petugas yang sudah dilatih, baik medis ataupun paramedic. 2. Membuat analisis
3. Membuat jadwal evaluasi VI. PENUTUP Program kerja tim-DOTS RSUD Palabuhanratu 2016 dibuat untuk dijadikan acuan bagi pelaksanaan kegiatan penanggulangan dan penatalaksanaan pasien Tuberkulosis di rumah sakit. Semoga dapat direalisasikan dalam kegiatan nyata.