A. Prinsip Tauhid Perkataan tauhid tidak asing bagi setiap pemeluk islam. Sebagai istilah teknis yang diciptakan oleh para mutakallimin, kata tauhid dimaksudkan sebagai faham “meMaha Esa-kan tuhan”, secar lebih sederhana , paham “Ketuhanan Yang Maha Esa” atau monotheisme menurut persepsi islam. Prinsip tauhid merupakan prinsip dalam pendidikan Islam dan setiap sesuatu yang disebut Islami. Bahkan prinsip ini yang telah ikut mewarnai dan memberikan inspirasi munculnya prinsip-prinsip pendidikan Islam lain seperti prinsip bahwa Allah adalah Allah. Allah adalah pencipta semua wujud yang lahir dan batin, dan Dia telah menciptakan manusia sebagai puncak ciptaan untuk diangkat menjadi wakil-Nya di bumi. Karena itu manusia harus berbuat sesuatu yang dapat dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya, baik didunia maupun khususnya kelak dalam pengadilan di akhirat. Prinsip ini akan melahirkan tata nilai berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, yakni tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup ini berasal dari-Nya dan menuju kepada-Nya. Tuhan adalah asal dan tujuan hidup manusia, bahkan seluruh makhluk-Nya.
B. Prinsip Integrasi Suatu prinsip integrasi yang seharusnya dianut bahwa dunia merupakan jembata menuju kampung akhirat. Karena itu mempersiapkan manusia secara utuh merupakan hal yang tidak dapat dielakkan, agar masa kehidupan duniawi benar-benar bermanfaat sebagai bekal kehidupan akhirat . Dalam surat Al-Qashash, Allah berfirman : Artinya : “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan ) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan dunia”. (QS. Al-Qashash: 77).
Ayat tersebut menunjukkan kepada prinsip integrasi , dimana diri dan segala yang ada padanyaahrus dikembangkan pada satu muara, yakni kebajikan dalam rangka pengabdian kepada Tuhan. Keselamatan hanya dapat dicapai dengan menumbuhkan diri sesuai dengan fitrah yang baik. Sebaliknya, kegagalan akan dialami diselewengkan
kearah
yang
negative.
“Demi
dari
dan
jika fitrahnya
Tuhan
yang
telah
menyempurnakannya, lalu Dia ilhamkan jalan durhaka dan jalan takwanya maka keselamatan siapa yang mensucikannya dan gagallah siapa yang mengotorinya “ (QS. As-Syam: 7-10) Dalam kaitan ini terdapat ayat-ayat yang menggariskan agar manusia tidak mengembangkan diri secara persial dan setengah-setengah. Pengembangan diri harus terintegrasi dalam rangka mencapai hasil yang diinginkan. C. Prinsip Keseimbangan Prinsip dasar berikut adalah prinsip keseimbangan. Karena ada prinsip tauhid dan integrasi,
maka
prinsip
keseinmbangan
merupakan
kemestian,
hingga
dalam
pengembangan dan pembinaan manusia tidak muncul kepincangan dan kesenjangan. Pertama-tama adalah eseimbangan antara material dan spiritual, unsur jasmani dan rohani. Pada banyak ayat dalam al-qur’an Allah menyebutkan iman dan amal secara bersamaan. Iman adalah unsur yang berkaitan dengan hal yang spiritual, sementara amal atau karya adalah yang berkaitan dengan yang material. Dalam hadist riwayat Imam Bukhori sabda Nabi sebagai berikut:
Artinya: “sesungguhnya dirimu mempunyai hak, dan keluargamu mempunyai ha katas dirimu, maka puasalah dan berbukalah, bangunlah dan tidurlah “. (HR. Bukhori) Karena
itu,
pencapaian
pengalaman
spiritual
dan
pemeliharaan
serta
pengembangan unsur material haruslah seimbang. Seorang muslim wajib mencari ilmu sebagai bekal untuk berbuat (praktek). Beriman dan berpraktek harus dimulai sedini mungkin, seperti juga pengetahuan yang diberikan melalui keteladanan dari pendidik dan seluruh keluarga di lingkungannya.
Aspek lain dari keseimbangan ini adalah prinsip pengembangan dan pembinaan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. Sebagai individu manusia harus menyelamatkan dirinya sendiri dan keluarganya dari kesesatan atau kejahatan yang bias menjerumuskannya kedalam siksa dan kesengsaraan.
D. Prinsip Persamaan Prinsip ini berasal dari prinsip yang pertama dan prinsip dasar tentang manusia yang mempunyai kesatuan asal, tidak ada diskriminasi jenis kelamin, kedudukan social dan bangsa, maupun antara suku, warna kulit dan ras, sehingga budak sekalipun mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan. Nabi Muhammad SAW dengan tegas menyatakan :
Artinya: “jadi siapapun diantara seseorang laki-laki yang mempunyai seorang budak perempuan, lalu diajarrkan dan di didiknya dengan ilmu dan pendidikan yang baik, kemudian di merdekakanya dan di kawinkannya, maka (laki-laki) itu mendapatkan dua pahala”. (HR. Bukhori) Seperti di ketahui, bahwa budak perempuan merupakan status manusia yang paling rendah dikalangan masyarakat pra-Islam. Dengan hadist tersebut, Rasulullah SAW mengangkat derajatnya menjadi sama dengan manusia lain. Dari prinsip persamaan pula muncul konsep-konsep yang lebih rinci mengenai kebebasan dan demokrasi. Menurut catatan ahli sejarah, karena prinsip persamaan yang di isyaratkan dalam ajaran Islam antara lain, yang melapangkan jalan cepatnya dakwah Islam, khususnya di kalangan masyarakat bawah di anak benua India dulu, yang kini menjadi Negara Pakistan, Bangladesh dan India sendiri.
E. Prinsip Keutamaan Prinsip keutamaan merupakan inti segala kegiatan pendidikan. Keutamaan ibarat ruh bagi upaya pendidikan. Dengan prinsip ini di tegaskan bahwa pendidikan bukanlah sekedar proses mekanik, melainkan merupakan suatu proses yang dimiliki ruh dimana segala kegiatannya diwarnai dan ditunjukkan kepada keutamaan-keutamaan. Hubungan antara berbagai komponen dalam pendidikan terikat dalam suatu ikatan bathin seperti hubungan antara pendidik dengan peserta didik dan lingkungannya. Keutamaankeutamaan tersebut terdiri dari nilai-nilai moral. Nilai-nilai yang paling tinggi adalah Tauhid, yang meyakinkan tentang keesaan Tuhan, sementara nilai moral yang paling buruk dan rendah adalah syirik. Karena itu, prinsip keutamaan yang menjadi ruh bagi segala kegiatan pendidikan tentunya mencakup segala bidang kehidupan dalam kawasan pendidikan. Hal tersebut menimbulkan pemahaman bahwa prinsip keutamaan sebagai landasan penerapan konsepkonsep pendidikan, sekaligus menjadi tujuan pendidikan itu sendiri, yakni merupakan suatu yang di harapkan terbentuk dan tertanam pada diri hasil didik.