STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. SL
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: Karanganyar
Tgl pemeriksaan : 6 Desember 2013 No. RM
: 00.83.88.96
II. ANAMNESIS A. Keluhan utama
: Pandangan kabur saat membaca dekat
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasa pandangan mata kabur saat membaca dekat. Keluhan dirasakan sejak + 2 bulan yang lalu. Pada awalnya pasien merasa kedua matanya hanya sedikit kabur sejak 6 bulan yang lalu. Namun, akhirakhir ini terasa semakin kabur, terlebih saat membaca huruf yang kecil seperti di buku maupun koran. Bila membaca, pasien merasa lebih nyaman saat buku atau koran dijauhkan. Pada saat awal membaca, keluhan yang dirasakan hanya kabur. Namun bila membaca dalam waktu agak lama, pasien merasa matanya cepat lelah dan nrocos. Setelah selesai membaca, pasien sering merasa pusing. Bila setelah membaca mata diistirahatkan, keluhan mata lelah, nrocos, dan pusing menghilang. Namun, keluhan-keluhan tersebut muncul lagi bila pasien membaca dalam waktu yang agak lama. Mata cepat lelah, nrocos, dan pusing setelah membaca lebih dirasakan memberat jika
penerangan saat membaca kurang. Jika cahaya saat membaca cukup terang, pasien merasa keluhan lebih ringan. Pasein mengaku matanya tidak pernah terkena benturan, tidak pernah tertusuk, tidak kelilipan, tidak terkena bahan kimia, dan tidak sering dikucek. Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter. Pasien mengaku tidak merasa silau, tidak melihat lingkaran pelangi di sekitar bola lampu yang menyala. Pasien tidak merasakan gatal di mata, tidak mblobok, tidak ada rasa mengganjal dan perih di mata. Tidak didapatkan mata merah. Pasien tidak ada keluhan mual dan muntah. Pandangan mata saat melihat jauh tidak ada keluhan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat darah tinggi
: disangkal
-
Riwayat kencing manis
: disangkal
-
Riwayat alergi obat dan makanan
: disangkal
-
Riwayat pakai kacamata
: disangkal
-
Riwayat pakai lensa kontak
: disangkal
-
Riwayat trauma mata
: disangkal
-
Riwayat pemakaian obat-obat mata : disangkal
-
Riwayat operasi mata
: disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat darah tinggi
: disangkal
- Riwayat kencing manis
: disangkal
- Riwayat alergi
: disangkal
- Riwayat penyakit serupa
: disangkal
- Riwayat memakai kacamata
: disangkal
2
E. Kesimpulan Anamnesis
OD
OS
Proses
:
Degeneratif
Degeneratif
Lokalisasi
:
Media refrakta
Media refrakta
Sebab
:
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Perjalanan
:
-
-
Komplikasi
:
-
-
III. PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup T
: 110/80 mmHg
Rr
: 20x/menit
N
: 78x/menit
t
: afebril
B. Pemeriksaan subyektif
Visus Sentralis Jauh
OD
OS
6/6
6/6
Pinhole
:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Koreksi
:
Plano
plano
Autorefraktometer
:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Add +2,00
Add +2,00
Visus Sentralis Dekat
Koreksi
:
Visus Perifer
a.
Konfrontasi test :
dalam batas normal
dalam batas normal
b.
Proyeksi sinar
:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
c.
Persepsi warna
:
Merah
:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Hijau
:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
3
C. Pemeriksaan Obyektif 1.
2.
3.
4.
Sekitar mata
Tanda radang
:
tidak ada
tidak ada
Luka
:
tidak ada
tidak ada
Parut
:
tidak ada
tidak ada
Kelainan warna
:
tidak ada
tidak ada
Kelainan bentuk
:
tidak ada
tidak ada
Warna
:
hitam
hitam
Tumbuhnya
:
normal
normal
Kulit
:
sawo matang
sawo matang
Pasangannya
:
dalam batas normal
dalam batas normal
Geraknya
:
dalam batas normal
dalam batas normal
Supercilium
Pasangan Bola Mata dalam Orbita
Heteroforia
:
tidak ada
tidak ada
Strabismus
:
tidak ada
tidak ada
Pseudostrabismus
:
tidak ada
tidak ada
Exophthalmus
:
tidak ada
tidak ada
Enophthalmus
:
tidak ada
tidak ada
Anophthalmus
:
tidak ada
tidak ada
Mikrophthalmus
:
tidak ada
tidak ada
Makrophthalmus
:
tidak ada
tidak ada
Ptosis bulbi
:
tidak ada
tidak ada
Atrofi bulbi
:
tidak ada
tidak ada
Bufthalmus
:
tidak ada
tidak ada
Megalokornea
:
tidak ada
tidak ada
Mikrokornea
:
tidak ada
tidak ada
Ukuran bola mata
4
5.
6.
Gerakan Bola Mata
Temporal Superior
:
dalam batas normal
dalam batas normal
Temporal Inferior
:
dalam batas normal
dalam batas normal
Temporal
:
dalam batas normal
dalam batas normal
Nasal Superior
:
dalam batas normal
dalam batas normal
Nasal Inferior
:
dalam batas normal
dalam batas normal
Nasal
:
dalam batas normal
dalam batas normal
Gerakan
:
dalam batas normal
dalam batas normal
Oedem
:
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
:
tidak ada
tidak ada
Lebar Rima
:
10 mm
10 mm
Oedem
:
tidak ada
tidak ada
Hiperemi
:
tidak ada
tidak ada
Entropion
:
tidak ada
tidak ada
Ekstropion
:
tidak ada
tidak ada
Kelopak Mata
Tepi Kelopak Mata
7.
8.
9.
Sekitar saccus lakrimalis
Oedem
:
tidak ada
tidak ada
Hiperemi
:
tidak ada
tidak ada
Sekitar Glandula lakrimalis
Oedem
:
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
:
tidak ada
tidak ada
kesan normal
Tekanan Intra Okuler
Palpasi
:
kesan normal
Tonometer Schiotz
:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
5
10.
Konjungtiva Konjungtiva palpebra superior
Oedem
:
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
:
tidak ada
tidak ada
Sekret
:
tidak ada
tidak ada
Konjungtiva palpebra inferior
Oedem
:
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
:
tidak ada
tidak ada
Sikatrik
:
tidak ada
tidak ada
Oedem
:
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
:
tidak ada
tidak ada
Sekret
:
tidak ada
tidak ada
Oedem
:
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
:
tidak ada
tidak ada
Sekret
:
tidak ada
tidak ada
Injeksi Konjungtiva
:
tidak ada
tidak ada
Injeksi Siliar
:
tidak ada
tidak ada
:
tidak ada
tidak ada
Warna
:
putih
putih
Penonjolan
:
tidak ada
tidak ada
Ukuran
:
12 mm
12 mm
Limbus
:
normal
normal
Permukaan
:
rata
rata
Konjungtiva Fornix
Konjungtiva Bulbi
Subkonjungtiva
Hematom
11.
12.
Sklera
Kornea
6
13.
14.
15.
Sensibilitas
:
normal
normal
Keratoskop
:
tidak dilakukan
tidak dlakukan
Flourescin Test
:
tidak dilakukan
tidak dlakukan
Arcus Senilis
:
ada
ada
Kamera Okuli Anterior
Isi
:
jernih
jernih
Kedalaman
:
dalam
dalam
Warna
:
cokelat
cokelat
Bentuk
:
bulat
bulat
Sinekia anterior
:
tidak ada
tidak ada
Sinekia posterior
:
tidak ada
tidak ada
Ukuran
:
3 mm
3 mm
Letak
:
sentral
sentral
Bentuk
:
bulat
bulat
:
(+)
(+)
Cahaya tak langsung :
(+)
(+)
Konvergensi
:
(+)
(+)
Ada/tidak
:
ada
ada
Kejernihan
:
jernih
jernih
Letak
:
sentral
sentral
Shadow test
:
tidak didapat
tidak didapat
Iris
Pupil
Reaksi terhadap Cahaya langsung
16.
Lensa
7
17.
Corpus vitreum
Kejernihan
:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Visus sentralis jauh
OD
OS
6/6
6/6
Pinhole
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Koreksi
E (Add +2,00)
E (Add +2,00)
Autorefraktometer
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Sekitar mata
dalam batas normal
dalam batas normal
Supercilium
dalam batas normal
dalam batas normal
Pasangan bola mata
dalam batas normal
dalam batas normal
Ukuran bola mata
dalam batas normal
dalam batas normal
Gerakan bola mata
dalam batas normal
dalam batas normal
Kelopak mata
dalam batas normal
dalam batas normal
Sekitar saccus lakrimalis
dalam batas normal
dalam batas normal
Sekitar glandula lakrimalis
dalam batas normal
dalam batas normal
Tekanan intraokuler
kesan normal
kesan normal
Konjungtiva bulbi
dalam batas normal
dalam batas normal
Konjungtiva palpebra
dalam batas normal
dalam batas normal
Konjungtiva forniks
dalam batas normal
dalam batas normal
Sub konjungtiva
dalam batas normal
dalam batas normal
Sklera
putih
putih
Kornea
arcus senilis
arcus senilis
Camera oculi anterior
kesan normal
kesan normal
Iris
bulat cokelat
bulat cokelat
Pupil
bulat sentral 3 mm
bulat sentral 3 mm
Lensa
jernih
jernih
Corpus vitreum
tidak dievaluasi
tidak dievaluasi
dalam orbita
8
V. DIAGNOSIS BANDING
1. ODS Hipermetropi fakultatif 2. Glaukoma
VI. DIAGNOSIS
ODS Presbiopi
VIII.
PLANNING PEMERIKSAAN
TAMBAHAN
1. Funduskopi 2. Tonometri
VII. TERAPI Koreksi kacamata untuk membaca menggunakan lensa S +2,00 KANAN Vitrum
Vitrim
spheris
cylind
jauh
Plano
-
dekat
+2,00
-
Axis
KIRI Prisma
Vitrum
Vitrim
basis
spheris
cylind
-
-
Plano
-
-
-
+2,00
-
Axis
Prisma
Distand
basis
vitror
-
-
65
-
-
63
VIII. PROGNOSIS
OD
OS
Ad vitam
Bonam
Bonam
Ad sanam
Bonam
Bonam
Ad fungsionam
Bonam
Bonam
Ad cosmeticum
Bonam
Bonam
9
TINJAUAN PUSTAKA
PRESBIOPIA 1 Definisi
Presbiopia merupakan keadaan dimana semakin berkurangnya kemampuan akomodasi mata seiring dengan bertambahnya usia. 1 Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi. 2 Berikut ini gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita presbiopia.
Pada presbiopia terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya usia, sehingga kemampuan lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal tersebut menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat.
2
2 Etiologi
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat: a. Kelemahan otot akomodasi b. Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis 2
lensa.
3 Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan
10
meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras (sklerotik) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang. 2
4 Gejala Klinis
a. Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa pedas. b. Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh dan pada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil. c. Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga mencapai titik dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas. d. Presbiopia umumnya muncul pada umur 45 tahun untuk ras Kaukasia dan 35 tahun untuk ras lainnya. 2
5 Pemeriksaan a. Alat o
Kartu Snellen
o
Kartu baca dekat
o
Seuah set lensa coba
o
Bingkai percobaan
3
b. Teknik o
Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun astigmatismat)
o
Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jar ak baca)
o
Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat
11
o
Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan
o
Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu
3
c. Nilai
Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna merupakan ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca. Hubungan lensa adisi dan umur biasanya:2,3 40 sampai 45 tahun – 1.0 dioptri 45 sampai 50 tahun – 1.5 dioptri 50 sampai 55 tahun – 2.0 dioptri 55 sampai 60 tahun – 2.5 dioptri 60 tahun ke atas – 3.0 dioptri
6 Penatalaksanaan
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur 40 tahun (umur rata – rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50 Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara: 1. kacamata baca untuk melihat dekat saja 2. kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang lain 3. kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah 4. kacamata progressive mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.2,3,4
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana A K. 2007. Chapter 3 Optics and Refraction,Comprehensive Ophtamology, fourth edition. New Age international, New Delhi 2. Ilyas, Sidarta, 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Ilyas, Sidarta. 2003. Uji Presbiopia dalam Dasar – Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Penerbit FKUI. hal: 38-39 4. James, Bruce,Chris C., Anthony B..2005. Lecture Notes Ofta lmologi. Jakarta: Erlangga. Hal: 35.
13