1
PROPOSAL PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN STERIL
Sediaan tetes mata polivinil alkohol Disusun oleh: Kelompok
B2
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA 2010
1
2
I. JUDUL PRAKTIKUM Formulasi sediaan tetes mata polivinil alkohol
II. PENDAHULUAN A. DEFINISI
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering dipakai adalah larutan dalam air, akan tetapi juga biasa dipakai suspensi, cairan bukan air, dan salep mata. Dengan definisi resmi larutan untuk mata adalah larutan steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukkan ke dalam mata. Produk untuk diteteskan ke dalam mata, walaupun menurut definisi bukan sediaan parenteral, mempunyai karakteristik yang banyak kesamaannya dan bahkan identik dengan sediaan parenteral. B. PERSYARATAN (Ansel hal 540-541, Lachman hal 1317, Voight hal 522) Formulasi preparat obat mata dengan zat aktif yang stabil secara terapetis membutuhkan : o
Kemurnian bahan yang tinggi
o
Steril atau bebas dari kontaminan kimia, fisika (partikel), dan mikroba.
o
Kejernihan
o
Pengawetan (multiple doses)
o
Tonisitas
o
Stabilitas
o
Selain itu juga penting artinya pengaturan harga pH optimal (pendaparan) dan viskositas.
C. TENTANG SEDIAAN
Sediaan tetes mata yang mengandung polivinil alkohol ini dibuat untuk digunakan pada mata yang kering sehingga membutuhkan lubrikasi.
2
3
Biasanya sediaan yang dibuat diinginkan menyerupai atau meniru fungsi dari air mata, sehingga dibuat senyaman mungkin untuk mata.
III. DATA PREFORMULASI 1. Polivinil Alkohol ( Martindale ed 33 hal 1503; Excipient hal 491-492, BP 2007 hal 1686 ) Pemerian : Serbuk putih, hingga berwarna krem, atau .serbuk granul. Kelarutan : Larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam aseton. Dosis
: Untuk mata yang kering 1,4 % (dengan atau tanpa povidon) (Martindale ed 33 hal 1503) Untuk formulasi tetes mata 0,25-3,00 % (ExciP hal 491)
pH
: 4,5-6,0 (4% w/v aquaeous solution) Ph. Eur 5,0-8,0 (4% w/v aquaeous solution) BP, USP
Stabilitas : Polivinil alkohol stabil pada wadah yang resisten terhadap korosi, dapat ditambahkan pengawet, mengalami degradasi lambat pada 100 °C dan sangat cepat pada 200 °C. Terhidrolisis total pada 228 °C, dan sebagian pada 180-190 °C. Kegunaan : Sebagai stabilizing agent, penambah viskositas. OTT
: dapat bereaksi dengan gugus hidroksi sekunder, seperti reaksi esterifikasi. Terdekomposisi pada asam kuat, dan sedikit pada asam dan basa lemah. Pada konsentrasi tinggi inkompatibel dengan garam anorganik, terutama sulfat dan fosfat, dapat membentuk gel jika larutan mengandung borax.
Sterilisasi
: Larutannya dalam air dapat disterilkan dengan otoklaf
Penyimpanan : pada tempat yang tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering.
2. NaCl ( DI 2003 hal 2498; Excipients hal 439, Martindale 28 hal 635 ) Pemerian
: Berbentuk serbuk kristal, berwarna putih atau tidak berwarna, berasa asin.
Kelarutan
: 1 bag larut dalam 3 bag air, 1 bag larut dalam 250 bag alkohol.
3
4
Konsentrasi : membentuk larutan isotonis hingga 0,9 % pH
: NaCl 4,5-7 (DI 2003 hal 2499), 6,7-7,3 (Excipient hal 672)
Stabilitas
: Larutan
NaCl
pendinginan.
diproteksi
Larutan
terhadap
stabil namun
pembekuan dapat
atau
menyebabkan
pemisahan partikel gelas dari beberapa tipe wadah gelas. Kegunaan
: digunakan pada sediaan parenteral sebagai bahan pengisotonis.
OTT
: Korosif terhadap besi, perak, merkuri. Senyawa pengoksidasi kuat, memisahkan klorida dari larutan NaCl. Mengurangi kelarutan antimikroba metil paraben.
Sterilisasi
: Larutan dengan otoklaf atau filtrasi. (Martindale 28 hal 635)
Ekivalensi
: 1,0
Penyimpanan : wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering
3. Benzalkonium Klorida ( DI 2003 hal 3384, FI IV hal 130, ExciP hal 45-47 ) Pemerian
: Gel kental atau potongan seperti gel putih atau putih kekuningan, juga terdapat dalam bentuk serbuk amorf putih kekuningan. Sifatnya higroskopis, berbau sedikit aromatis, dan rasanya sangat pahit.
Kelarutan
: sangat mudah larut dalam air dan eter, bentuk anhidrat mudah larut dalam benzena..
Konsentrasi : untuk preparasi mata 0,01-0,02 % w/v (HPExc hal 45) Kegunaan
: pengawet (anti mikroba)
PH
: 5-8 (10% aquaeous solution)
OTT
: dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluorescein, hidrogen peroksida, iodida, kaolin, lanolin, nitrat, surfaktan non ionik dengan konsentrasi tinggi, permanganat, protein, salisilat, garam perak, sabun, sulfonamid, tartrat, zink oksida, zink sulfat, dll.
Stabilitas
: menjadi
inaktif
oleh
senyawa
anionik
seperti
sabun.
Higroskopis, dan dipengaruhi oleh cahaya, udara, dan logam. Stabil pada range suhu dan pH yang luas. Sterilisasi
: otoklaf
4
5
Ekivalensi
: 0,16 (Sprowls hal 187)
Penyimpanan : wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan kontak langsung dengan logam, di tempat sejuk dan kering.
4. Disodium Edetat ( DI 2003 hal 2860-2862; Excipients hal 227) Pemerian
: Serbuk kristal atau serbuk kristal putih, tidak berbau, rasa sedikit asam.
Kelarutan
: praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam etanol (95 %). Larut 1 bagian dalam 11 bagian air
Konsentrasi : 0,1 % (HP Excip 227) Kegunaan
: menambah aktivitas antimikroba benzalkonium klorida (untuk strain Pseudomonas )
PH
: 4,3-4,7 (1 % larutan dalam air bebas CO2)
Stabilitas
: terdekomposisi pada suhu 252˚C (dlm bentuk dihidrat).
OTT
: dengan oksidator kuat, basa kuat, ion logam polivalen seperti tembaga, nikel, dan campuran tembaga.
Sterilisasi
: Dengan otoklaf atau filtrasi.
Ekivalensi
: 0,23 (Sprowls hal 187)
Penyimpanan : wadah tertutup baik. Di tempat sejuk dan kering..
IV. FORMULASI Formula Dasar 1: (Martindale ed 28 hal 376) Polivinil alkohol NaCl Thiomersal
1,4 % 0,9 % 0,001 %
(Sterilisasi dengan otoklaf 120° 30 menit)
Formula Dasar 2: (http://www.patentstorm.us/patents/5800807-description.html) Constituent % w/w ______________________________________ Glycerin 1.0 Propylene glycol 0.5
5
6
HPMC 1.0 Boric acid 0.300 Sodium borate 0.035 NaCl 0.096 KCl 0.097 Edetate disodium 0.030 Benzalkonium chloride 0.021 Purified water q.s. to 100% ______________________________________ Catatan: HPMC dapat di ganti Polivinil alkohol (penambah viskositas)
Formula Pilihan: Polivinil alkohol
1,4 %
Benzalkonium Cl
0,013 %
Disodium Edetat
0,1 %
NaCl
0,872659 %
Aqua pi
ad 10 ml
V. ALAT DAN BAHAN a. Alat
Beaker glass
Corong
Erlenmeyer
Pipet tetes
Botol tetes mata
Gelas ukur
Batang pengaduk
Spatula
Pinset
Kaca arloji
Mortir dan stamper
b. Bahan
Polivinil alkohol
6
7
Benzalkonium klorida
Disodium Edetat
NaCl
Aqua p.i
VI. PERHITUNGAN A.
Tonisitas
E NaCl PVA = 17 . L = 17. 1,9 M
=
1,165 . 10 -3
20.000
1. Polivinil alkohol
1,4 % x 1,615.10 -3
= 2,261.10-3
%
2. Benzalkonium Cl
0,013 % x 0,23
= 0,023
%
3. Disodium Edetat
0,1 % x 0,16
= 2,08.10 -3
%+
= 0,02734
%
NaCl yang dibutuhkan supaya isotonik = 0,9 % – 0,02734 % = 0,872659 %
B. Penimbangan
untuk 3 botol tetes mata + 10 % volume {( 3 x 10 ml + ( 10 % x 10 ml )} = 33 ml 1. Polivinil alkohol
1,4 % x 33 ml = 0,462 g
2. Benzalkonium Cl
0,013 % x 33 ml = 4,29.10 -3 g
3. Disodium Edetat
0,1 % x 33 ml = 0,033 g
4. NaCl
0,872659 % x 33 ml = 0,287977 g
5. Aqua pi
ad 33 ml
C. Cara Kerja
a. Sterilisasi Alat dan bahan
7
8
No
Alat dan Bahan
Cara Sterilisasi
Literatur
Waktu dan Paraf
1
Aqua p.i
2
Beaker,
Didihkan 30 menit
FI III hal 14
corong, Oven 150°C, 1 jam
FI III hal 18
botol tetes mata, Oven 250°C, 15 menit 3
erlenmeyer, pipet Gelas ukur, kertas Otoklaf 115-116°C, 30 menit
4
saring Batang pengaduk, spatula,
FI III hal 18
Otoklaf 121°C, 15 menit Rendam dalam alkohol selama
pinset, 30 menit
kaca
arloji,
5
penjepit besi. Karet p ipet, karet Rebus
6
tutup botol selama 30 menit Sterilisasi sediaan Otoklaf 115-116°C, 30 menit
Martindale
tetes mata
edisi 28
dalam
air
mendidih
Otoklaf 121°C, 15 menit
b. Cara Pembuatan Prinsip : sterilisasi akhir dengan pemanasan menggunakan Otoklaf
1.
Buat aqua pi (aquades panaskan sampai mendidih, biarkan
mendidih selama 30 menit). 2.
Kalibrasi botol tetes mata sampai tanda (10 ml).
3.
Sterilkan semua alat yang digunakan dengan cara sterilisasi
yang sesuai. 4.
Timbang bahan-bahan.
5.
Larutkan masing-masing bahan dengan sebagian aqua pi.
6.
Cek PH sebelum di adkan, lalu tambahkan aqua pi ad 33 ml.
7.
Campur ad homogen.
8.
Saring dengan kertas saring dua lapis atau sampai jernih.
9.
Masukkan dalam wadah botol ad tanda (10 mL).
10.
Sterilkan dalam otoklaf pada suhu 121° C, 15 menit.
11.
Beri etikel dan label, kemas dalam dus dan serahkan.
8
9
VII. EVALUASI a. In Process Control 1. Uji Kejernihan ( Lachman III, hal 1356 ) Produk dalam wadah diperiksa dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleks dari mata, berlatar belakang hitam dan putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar. Syarat
:
Semua wadah diperiksa secara visual dan tia partikel yang terlihat dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10 µm dan lebih besar, serta 5 partikel ≥ 25 µm/ml.
2. Uji pH Menggunakan pH universal. 3. Uji Keseragaman Volume ( FI IV hal 1044 ) Cara I :
Pilih 1 atau lebih wadah bila volume ≥ 10 ml. Ambil isi tiap
wadah dengan alat suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik No.21, panjang tidak kurang dari 2,5µm.
Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik.
Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian
jarum kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurangkurangnya 40 %volume dari kapasitas tertera. Cara II :
Isi alat suntik dapat dipindahkan kedalam gelas piala yang telah
ditara, volume dalam ml diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam gram dibagi bobot jenis cairan. Isi dari 2/3 wadah 1 ml/ 2 ml dapat digabungkanuntuk pengukuran dengan menggunakan jarum suntik kering terpisah untuk mengambil isi tiap wadah.
Isi dari wadah ≥ 10 ml dapat ditentukan dengan membuka
wadah, memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur/ gelas piala yang telah ditara.
9
10
b. Quality Control 1.
Uji Kejernihan ( Lachman III, hal 1356 )
Produk dalam wadah diperiksa dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang efek dari mata, berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan aksi memutar. Syarat
:
Semua wadah diperiksa secara visual dan tia partikel yang terlihat dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10 µm dan lebih besar, serta 5 partikel ≥ 25 µm/ml.
2. Uji Sterilitas Menggunakan teknik penyaringan membran •
Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan
dekontaminasi yang sesuai, ambil isi secara aseptik. •
Pindahkan secara aseptic seluruh isi tidak kurang dari 10
wadah melalui tiap penyaring dari 2 rakitan penyaring, lewatkan segera tiap spesimen mealui penyaring dengan bantuan pompa vakum/ tekanan. •
Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang,
potong menjadi setengah bagian ( jika hanya menggunakan satu ). Celupkan membran atau setengah bagian membran kedalam 100 ml media inkubasi selama tidak kurang dari 7 hari. •
Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.
3. Uji Keseragaman Volume ( FI IV hal 1044 ) •
Pilih 1 atau lebih wadah bila volume ≥ 10 ml. Ambil
isi tiap wadah dengan alat suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik No.21 panjang tidak kurang dari 2,5 µm. •
Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat
suntik. •
Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan
bagian jarum ke dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah
10
11
dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurangkurangnya 40 % volume dari kapasitas tertera.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1) The United States Pharmacopeial Convention. USP. 30th edition. Vol I. Rockville: Port City Press; 2007. hal 786 2) The United States Pharmacopeial Convention. USP. 30th edition. Vol III. Rockville: Port City Press; 2007. hal 2971 3) Sprowls JB. Prescription Pharmacy. Second edition. Philadelphia: J.B. Lippincott Company;1970. hal 187-188 4) Departemen kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1979. hal 14-18 5) Departemen kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1995. hal 130-131 6) Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ketiga. Jakarta: UI-press; 1994. hal 1317 7) Reynolds JEF. Martindale The Extra Pharmacopoeia. 28th edition. London: The Pharmaceutical Press; 1982. hal 376 8) Sweetman SC. Martindale The Extra Pharmacopoeia. 33rd edition. London: The Pharmaceutical Press; 1982. hal 1503 9) Evory MC, Gerald K. Drug Information. USA: American Society of Health-System Pharmacist; 2003. hal 2860, 3384 10) Rowe RC, Sheskey PJ, Weller PJ. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Fourth edition. London: Pharmaceutical Press; 2003. hal 45-7, 227, 491-2.
11
12
11) Ansel
HC.
Pengantar
Bentuk
Sediaan
Farmasi.
Edisi
keempat.
Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI-press; 1989. hal 540-1. 12) Voigt R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani dan Mathilda. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1995. hal 52244. 13) http://www.patentstorm.us/patents/5800807-
description.html. 2 halaman. diakses: Jumat, 4 April 2008 (09:46)
®
Tetes Mata
Komposisi:
Tiap botol (10 ml) mengandung: Polivinil alkohol
1,4 %
Benzalkonium Cl
0,013 %
Disodium EDTA
0,1 %
NaCl
0,872659 %
Aqua pi
ad 10 ml
Farmakologi:
Berfungsi sama seperti air mata (air mata buatan)
Indikasi:
Untuk mata yang kering dan membutuhkan lubrikasi
Penggunaan:
Teteskan pada saat mata terasa kering
Kemasan:
Botol tetes mata 10 ml
Penyimpanan:
12
13
Simpan di tempat sejuk, kering, terlindung dari cahaya. No Batch
: 123456
No Reg
: DBL 2007210045
Exp. Date
: oktober 2013
Diproduksi oleh:
drop farma Jakarta-Indonesia
13