BAB I PENDAHULUAN
Neuropati adalah gangguan saraf perifer perif er yang meliputi kelemahan motorik, gangguan sensorik, otonom dan melemahnya refleks tendon, dapat akut atau kronik. Kelainan yang dapat menyebabkan neuropati dapat digolongkan secara umum yaitu yang disebabkan oleh penyakit
defisiensi,
kelainan
metabolisme,
intoksikasi,
alergi,
penyakit
keturunan,
iskemik,dan kompresi. Sist Sistem em saraf saraf peri perife ferr terd terdiri iri dari dari berm bermaca acamm-mac macam am tipe tipe sel sel dan dan eleme elemen n yang yang membentuk saraf motor, saraf sensor, dan saraf autonom. Kelainan saraf tepi adalah kelainan saraf yang ditandai dengan paralysis yang bersifa t flaksid, atrofi, dan hipotoni dan hilang atau menurunnya refleks fisiologis. Salah satu jenis dari kelainan saraf tepi adalah polineuropati. Polineuropati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sindroma yang terjadi dari lesi yang mengenai saraf-saraf, dimana dimanifestasikan sebagai kelemahan, kehilangan kemamp kemampuan uan sensor sensor,, dan disfun disfungsi gsi autono autonom. m. Menuru Menurutt Mattle Mattle et all, all, poline polineuro uropat patii adalah adalah kondisi yang mengenai saraf-saraf perifer. Gambaran klinis dari polineuropati biasa nya terdistribusi secara simetris dan lambat progresif. Gejala aalan dari polineuropati dalam praktek klinis sering dimulai dari kedua kaki. Penyebab dari polineuropati dapat bermacammacam. Polineuropati dapat diderita oleh segala jenis usia tergantung dari penyebab yang mendasariny mendasarinya, a, oleh karena itu penanganan penanganan dari polineurop polineuropati ati itu sendiri sendiri didasarkan didasarkan dari etiologi yang mendasari penyakit tersebut.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA POLINEUROPATI
A. Anatomi Anatomi Sel Saraf Saraf dan Perjala Perjalanan nan Saraf Saraf Sensori Sensori !am"ar #. Struktur sel saraf berdasarkan struktur.!
!am"ar $.
Medu Medull llaa spin spinal alis is deng dengan an jara jarass asen asende den n dan dan kela kelanj njut utan an
perjalanannya ke struktur target di serebrum dan serebelum. "
2
B. Pola Ke%ilan&an Sensori # Kerusakan pada satu saraf perifer dapat mengakibatkan hilangnya sensasi
kutaneus yang dipersarafi saraf tersebut. $kan tetapi jika saraf perifer multiple rusak akibat toksik atau metabolik %polineuropati&, maka keterlibatan aal saraf yang terpanjang akan menyebabkan karakteristik pola gangguan sensorik 'sarung tangan dan kaus kaki( pada ekstremitas. Kerusakan radiks saraf sensorik juga dapat menyebabkan hilangnya sensasi kutaneus pada seluruh area kulit yang dipersarafi %dermatom&. Pada penyakit medulla spinalis, tanda fisik utama adalah gangguan le)el sensorik. *ontohnya, terjadi gangguan sensorik pada semua dermatom di baah +, akan tetapi bukan berarti lesi berada di +, kemungkinan lesi dapat terjadi pada atau 3
di atas le)el +. Sehingga, le)el sensorik umumnya kurang dapat menggambarkan lokalilasi dibandingkan le)el motorik atau refleks. # !am"ar '. Pola kehilangan sensorik #
(. Definisi Polineuropati adalah suatu keadaan yang ditandai gangguan fungsi dan atau
struktur yang mengenai banyak saraf tepi, bersifat simetris dan bilateral. Kelainan fungsional sistem saraf tepi dapat disebabkan kelainan pada sel saraf di sumsum tulang belakang atau kelainan sepanjang saraf tepi sendiri. nti sel saraf adalah tempat
4
terpenting dalam metabolisme neuronal sehingga berbagai proses disini dapat mempengaruhi saraf tepi. #,/ Penghantaran rangsangan dan nutrisi pada saraf tepi sangat bergantung pada keutuhan selubung mielin dan aliran darah pada saraf tepi tersebut. Neuropati dapat primer disebabkan proses demielinisasi atau iskemik lokal pada saraf tepi. Polineuropati atau yang disebut juga neuronopati adalah neuropati dengan lesi utama pada neuron. Merupakan proses umum yang menyebabkan kelainan simetris dan bilateral pada sistem saraf tepi. Kelainan ini dapat berbentuk motorik, sensorik, sensorimotor atau autonomik. 0istribusinya dapat proksimal, distal atau umum. / D. Klasifiasi 1,2,#,3,!,4 Klasifikasi polineuropati dapat dibagi berdasarkan5 . 6nset
5 akut %beberapa hari-#minggu&, subakut %beberapa minggu& atau kronis %beberapa bulan,tahun&
1. Gangguan fungsi
5 motoris, sensoris, otonom, campuran
7entuk ini lebih dikenal dengan polineuropati, merupakan bentuk yang paling sering dijumpai. Keluhan dapat dimulai dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat. Gangguan bersifat simetris pada kedua sisi. +ungkai lebih dulu menderita dibanding lengan. Gangguan sensorik berupa parestesia, anestesia dan perasaan baal pada ujung-ujung jari kaki yang dapat menyebar ke arah proksimal sesuai dengan penyebaran saraf tepi, ini disebut sebagai gangguan sensorik dengan pola kaus kaki. Kadangkadang parestesia dapat berupa perasaan-perasaan yang aneh yang tidak menyenangkan, rasa seperti terbakar. Nyeri pada otot sepanjang perjalanan saraf tepi jarang dijumpai. Nyeri ini dapat mengganggu penderita pada aktu malam hari, terutama pada aktu penderita sedang tidur. Kadang-
5
kadang penderita mengeluh sukar berjinjit dan sulit berdiri dari posisi jongkok. Kelemahan otot pertama-tama dijumpai pada bagian distal kemudian menyebar ke arah proksimal. $trofi otot, hipotoni dan menurunnya refleks tendon terutama tendon $chilles, dapat dijumpai pada fase dini sebelum kelemahan otot dijumpai. Saraf otonom dapat juga terkena sehingga menyebabkan gangguan trofik pada kulit dan hilangnya keringat serta gangguan )askular perifer yang dapat menyebabkan hipotensi postural. 2. Proses patologis 5 aksonal, demyelinisasi a& Neuropati aksonal Neuropati akson mengenai akson dengan efek sekunder pada sarung mielin. $kson yang terbesar terkena lebih dulu. 8enis lain dari neuropati aksonal disebabkan oleh iskemik akibat )askulopati. Sisi dari kerusakan aksonal berhubungan dengan inner)asi )askular dan dapat terkena dimana saja sepanjang saraf tersebut. b& Neuropati demielin 9ang terkena adalah sel schann dari sarung mielin dengan akibat demielinisasi dari saraf tepi dalam bentuk distribusi segmental. c& 7entuk gabungan Kebanyakan neuropati adalah bentuk gabungan dimana mielin lebih terkena dari pada akson atau sebaliknya. #. Penyebab 5 infeksi, karsinoma, diabetes, inflamasi, )ascular Penyebab polineuropati dapat berupa 5 a& :eriditer
$tropi otot peroneal *harcot-Marie-+ooth
Neuropati interstisial hipertrofik heriditer 0ejerine Sottas
Neurofibrimatosis ;ecklinghausen
b& +rauma
5 berupa tekanan,tarikan,trauma lahir,luka bakar,listrik.
6
+oksik
5 obat-obat %streptomysin,N:& dan racun-racun bakteri.
nfeksi dapat menyebabkan poineuropati, kadang karena racun yang dihasilkan oleh beberapa bakteri %misalnya pada difteri& c& ;adang
nfeksi 5 kusta
$llergi 5 )irus,hepatitis, influen=a, Guillain 7arre %autoimun&
d& Metabolik5
Makanan berupa kekurangan gi=i dan )itamin. Kekurangan gi=i dan kelainan
metabolik
juga
bisa
menyebabkan
polineuropati.
Kekurangan )itamin 7 bisa mengenai saraf perifer di seluruh tubuh.
>ndokrin %diabetes mellitus, struma& 5 Pengendalian kadar gula darah yang buruk pada penderita diabetes bisa menyebabkan beberapa jenis polineuropati. Paling sering ditemukan adalah neuropati diabetikum, yang
merupakan
polineuropati
distalis,
yang
menyebabkan
kesemutan atau rasa terbakar di tangan dan kaki.
?remia
e& Neuropati
pada
tumor
ganas5
Kanker
bisa
menyebabkan
polineuropati dengan menyusup langsung ke dalam saraf atau menekan saraf atau melepaskan bahan racun.
Karsinoma
;etikulosis
f& +umor saraf tepi
Neuroma, neurinoma %jinak& Sarkoma %ganas&
3. Penyebaran 5 simetris-asimetris, proksimal-distal 7
Ta"el #. Klasifikasi Polineuropati menurut onset.
8
Ta"el $. Klasifikasi polineuropati berdasarkan etiologi.
E. E)idemiolo&i Polineuropati muncul sebagai salah satu komponen dari beberapa penyakit
yang sering muncul dan tidak sedikit pula dari penyakit-penyakit yang langka. Polineuropati memiliki etiologi yang heterogen, berbeda-beda dalam patologinya, dan bermacam-macam pula tingkat keparahannya. nsiden kasus dari polineuropati
9
didunia ini juga tergolong tidak sedikit, hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut %tidak termasuk *+S&. #,4 Ta"el '. >pidemiologi Neuropati perifer di dunia.
Pre)alensi neuropati akibat 0M berkisar antara /-3#@ pada 0M tipe dan 2-#!@ pada 0M tipe . Pre)alensi neuropati diabetika %N0& pada pasien diabetes sekitar 2@ dari pasien 0M yang diraat di rumah sakit dan 1@ pada pasien komunitas umum. nsidensi neuropati diabetika mencapai 3@ pada pasien yang mengalami diabetes selama lebih dari 13 tahun. 2 *. Patofisiolo&i 1,3,4,/ 7erbagai macam pencetus dan kondisi dapat mengakibatkan polineuropati dengan
caranya masing-masing. Kerusakan pada neuronal nuclei seperti pada diabetes melitus, mengakibatkan ke degenerasi tipe aAonal retrograde sekunder distal. 0i lain pihak kerusakan langsung pada segmen aAon mengakibatkan degenerasi tipe Ballerian pada segmen aAon bagian distal. 7erbeda pula pada polineuropati karena =at
toksik,
sel
schann
menjadi
target
serangan,
sehingga
menyebabkan
demyelinisasi. Cebih jelasnya diperlihatkan pada gambar dibaah ini. !am"ar +. Patofisiologi kerusakan sel syaraf.
10
!am"ar ,. Gejala klinis polineuropati berdasarkan etiologi. 4
11
!. Perjalanan Pen-ait 2,/ Perjalanan penyakit polineuropati sangat ber)ariasi. Polineuropati akut mencapai
puncak gejala dalam aktu 2 minggu, setelah itu gejala menetap atau berkurang dan berakhir dengan kesembuhan sempurna atau kecacatan menetap. 7ila gejala berkembang dan mencapai puncaknya dalam aktu 2 minggu sampai 2 bulan dikatakan sebagai polineuropati subakut. Sedangkan bila setelah 2 bulan gejala masih berlanjut dikatakan sebagai polineuropati kronik.4 H. !ejala Klinis 1,2,#,/ 12
Kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar dan ketidakmampuan untuk merasakan getaran atau posisi lengan, tungkai dan sendi merupakan gejala utama dari polineuropati kronik. Nyeri seringkali bertambah buruk di malam hari dan bisa timbul jika menyentuh daerah yang peka atau karena perubahan suhu. Penderita tidak bisa merasakan suhu dan nyeri, sehingga mereka sering melukai dirinya sendiri dan terjadilah luka terbuka %ulkus di kulit& akibat penekanan terus menerus atau cedera lainnya. Karena tidak dapat merasakan nyeri, maka sendi sering mengalami cedera %persendian Charcot &. Ketidakmampuan untuk merasakan posisi sendi menyebabkan ketidakstabilan ketika berdiri dan berjalan. Pada akhirnya akan terjadi kelemahan otot dan atrofi %penyusutan otot&. 7anyak penderita yang juga memiliki kelainan pada sistem saraf otonom, yang mengendalikan fungsi otomatis di dalam tubuh, seperti denyut jantung, fungsi pencernaan, kandung kemih dan tekanan darah. 8ika neuropati perifer mengenai saraf otonom, maka bisa terjadi5 -
diare atau sembelit
-
ketidakmampuan untuk mengendalikan saluran pencernaan atau kandung kemih
-
impotensi
-
tekanan darah tinggi atau rendah
-
tekanan darah rendah ketika dalam posisi berdiri
-
kulit tampak lebih pucat dan lebih kering
-
keringat berlebihan
I. Dia&nosa #,3,/ 0iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Elektromiografi dan uji kecepatan penghantaran saraf dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Pemeriksaan darah dilakukan jika diduga penyebabnya adalah kelainan 13
metabolik %anemia pernisiosa karena kekurangan )itamin 71&, diabetes %kadar gula darah meningkat& dan gagal ginjal %kadar kreatinin meningkat&. Pemeriksaan air kemih bisa menunjukkan adanya keracunan logam berat atau mieloma multipel . Pada pemeriksaan neurologi dapat ditemukan keadaan 5 - Sistem motorik5 kelumpuhan bersifat simetris bilateral, flaksid, atrofi - Sistem sensorik5 bersifat simetris bilateral %glo)e dan stocking& - Sistem otonom5 hipertensi, hipotensi, hiperhidrosis, takikardi - ;efleks fisiologis5 hilang atau menurun J. Be"era)a ti)e Polinero)ati #. Sindroma !illain Barre /Polineritis At Postinfesiosa0 Polineritis Ati0 Polineritis *e"rile0 Poliradilonero)ati1
#,/
Definisi2 kelumpuhan otot ekstremitas yang akut biasanya timbul sesudah
suatu penyakit infeksi. Etiolo&i2 gangguan pada saraf tepi dan akar-akarnya. Insidensi2 9ang diserang biasanya pria deasa muda sekitar 1-3 tahun,
akan tetapi dapat juga terjadi pada anita, anak, dan orang tua. Kelumpuhan dapat terjadi secara spontan tetapi biasanya sesudah suatu stress, baik rohani, maupun jasmani. Misalnya sesudah menderita penyakit nfluen=a atau sesudah pembedahan. Kadang-kadang keadaan timbul sesudah diberi pengobatan antibiotik atau khemoterapeutik. Secara histopatologik ditemukan tanda peradangan dan degenerasi pada seluruh satuan neuron saraf tepi,%loer motor neuron&, yaitu baik pada akson, maupun pada radiks dan sel neuronnya sehingga lebih tepat dinamakan polineuronitis daripada polineuritis. Simtomatolo&i2 gambaran umum seperti influen=a. Pertama-tama terdapat demam
akut, penderita merasakan nyeri kepala dan nyeri seluruh badan. Kadang-kadang disertai muntah-muntah. 7aru setelah beberapa hari penderita sadar baha ia
14
menderita kelumpuhan otot. 7erbeda dengan polineuritis biasa, kelumpuhan pada penderita Guillain-7arre sangat beraneka ragam. Kadang-kadang gambaran semetrik seperti pola polineuritis, namun sering juga kelumpuhannya asimetrik dengan paresis otot proksimal lebih nyata daripada paresis otot yang distal. Gangguan
sensibilitas pada umumnya hanya sedikit atau tidak jelas, sehingga
dalam beberapa kasus keadaan sangat menyerupai panyakit polimyelitis. +idak jarang saraf otak ikut diserang sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot kuduk, leher dan muka. Kadang-kadang otot bola mata terganggu sehingga terjadi oftalmoplenia eksterna. Kelumpuhan otot laring faring menyebabkan disfagia dan disfonia. Gangguan serebral dapat menimbulkan sembab papil, neuritis optika bahkan kadang-kadang gejala psikosis. Paresis otot pernafasan memerlukan pertolongan
pernafasan
buatan
berupa
trakheotomi
kelumpuhan otot bersifat lemas %flaccid&
sedangkan
atau
intubasi.
Segala
refleA tendon yang
berhubungan menghilang. 0arah memperlihatkan tanda radang akut berupa leukositosis sedangkan cairan likuor pada suatu aktu mengandung kadar protein yang sangat tinggi. Keadaan ini disebut disosiasi antara sel dan albumin. 0iagnosis didasarkan atas permulaan dan perjalanan penyakit yang akut, disusul oleh paresis flaksid lengan dan tungkai, simetrik atau tidak, sedangkan sensibilitas tidak atau hanya sedikit terganggu. 0arah dan likuor biasanya menunjukkan gangguan cukup jelas. Pemeriksaan elektromiografik memperlihatkan kerusakan pada sel neuron, radiks, dan akson. Sebagai diagnosis diferensialis perlu dipertimbangkan penyakit polineuritis biasa, penyakit polimyelitis akut dan kadang-kadang penyakit mielitis. Penatalaksanaan pada G7S dapat dengan berbagai kondisi. Pada fase progresif tanda )ital dan >KG harus selalu diukur. 8ika ada gangguan sulit menelan, pemasangan pipa nasogastrik dapat diberikan untuk pemberian nutrisi. 7ila ada
15
gangguan jalan napas, dapat dibantu dengan )entilasi buatan.
$. 4iastenia !ra5is
#,/
Definisi2 suatu penyakit menahun dengan kelelahan otot yang luar biasa cepatnya
bila bekerja, yang pulih kembali bila istirahat dan memberi response baik atas obat antikholinesterase. Keadaan miasthenia juga terdapat pada beberapa penyakit dan keadaan lain seperti misalnya pada penyakit polimiositis dan dermatomiositis, penyakit lupus sistemik dan pada keadaan karsinoma yang lanjut. 9ang penting ialah baha pada semua keadaan ini dengan reaksi miastenik, response terhadap obat antikholinesterase tidak atau kurang memuaskan, berbeda dengan penyakit miastenia gra)is.
16
Penyakit miastenia gra)is terdapat pada semua bangsa, baik pada kaum pria maupun pada kaum anita dengan perbandingan pria 5 anita D 5 1.
dengan miastenia gra)is rata-rata 54 bayi sehat.
Keadaan miastenia neonatal ini cukup berat dan memerlukan pengaasan serta peraatan khusus. Keadaan si bayi sangat lemah, tidak menangis, pernafasan dangkal serta tidak kuat menetek sendiri, angka kematian pun sangat tingi yaitu kira-kira 3@. 7ila masa gaat ini yang berlangsung selama lebih kurang 2 bulan dapat diatasi, maka si bayi selanjutnya akan selamat dan biasanya akan bebas dari serangan. Simtomatologi5 6tot yang pertama-tama diserang ialah biasanya otot bola mata dan otot faring laring di samping otot muka, otot kuduk dan otot gelang bahu. 7ila keadaan meluas, maka otot seluruh badan akan ikut terganggu. Gejala pertama ialah pitosis, dan strabismus yang kadang kadang meluas sampai suatu oftalmoplagia total pada satu atau kedua mata, sedangkan keluhan diplopia hampir selalu terdapat. Gangguan otot laring faring menyebabkan suara menjadi parau dan lemah, disertai
17
disfoni dan disfag. Penderita cepat lelah bila mengunyah makanan keras atau banyak bicara. Kelemahan otot kuduk menyebabkan posisi kepala penderita menjadi kurang tegak sehingga terjatuh ke samping ke depan atau ke belakang. Pada stadium ringan semua parasis otot masih re)ersibel namun bila keadaan makin progresif, maka parasis otot menetap dan atrofi mulai terlihat. 9ang menarik perhatian ialah baha refleks tendon tetap bertahan alaupun otot sudah paretik dan atrofik. 7ila terjadi gangguan pernafasan, maka pengobatan dan keaspadaan harus ditingkatkan karena penderita dapat meninggal secara tiba-tiba. Penatalaksanaan dapat diberikan antikolinesterase untuk perbaikan gejala seperti piridostigmin. Peningkatan dosis dapat menimbulkan efek samping kolinergik, seperti sali)asi, muntah nyeri abdomen dan diare. Kortikosteroid pada kasus sedang hingga berat seperti prednisolon yang tidak responsif terhadap terapi lain. :arus ditingkatkan dan bertahap dari dosis rendah dan disesuaikan dengan perburukan gejala. Pemberian dengan jeda satu hari. munosupresi diberikan dalam keadaan berat dikombinasikan dengan kortikosteroid. +imektomi jika ditemukan timoma. '. Polinero)ati Dia"etim 2,#,/
Polineuropati diabetes jarang terjadi pada anak-anak, lebih sering terjadi pada penderita diabetes mellitus yang berusia di atas 3 tahun, dengan perjalanan penyakit menetap atau dapat sembuh spontan. Kerusakan saraf tepi berhubungan dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Cebih sering terjadi pada penderita nsulin 0ependent 0iabetes Mellitus %0M tipe &. Mekanisme kerusakan saraf terjadi karena gangguan metabolisme dimana akumulasi sorbitol dan fruktosa di akson dan sel Schann atau terjadi oklusi pembulah darah yang menyediakan nutrisi pada saraf tersebut terhambat %)asa )asorum&.
18
Pre)alensi dari neuropati pada diabetes melitus ber)ariasi antara 2-4@, umumnya berbentuk polineuropati atau mononeuropati multipleks, tapi juga dapat berupa campuran dari polineuropati dan mononeuropati. Polineuropati simetris distal merupakan bentuk neuropati diabetika yang paling sering dijumpai, aitannya biasanya tidak jelas. Gejala Klinis yang terdapat pada neuropati diabetikum adalah 5 Motoris
5 P enurunan daerah distal
Sensoris
5 Penurunan daerah distal
Neuropati serabut saraf besar mengakibatkan atraksia, sedangkan serabut saraf kecil menyebabkan allodynia. 6tonom
5 $bnormalitas pupil, pengeluaran keringat terganggu, hipotensi
orthostatik, takikardi saat istirahat, gastroparese dan diare, kandung kemih yang berdilatasi, dan impotensi. Saraf spinal yang terkena terutama ner)us femoralis, kadang-kadang juga ner)us obturatorius dan ner)us ischiadicus. 0iagnosa ditegakkan dari gejala klinik dan pemeriksaan elektromiografi, serta menyingkirkan neuropati kronis oleh penyebab lain. Pasien diabetes melitus juga dapat mengalami neuropati karena defisiensi atau kompresi. Sampai saat ini belum ada terapi yang memuaskan untuk pengobatan polineuropati diabetes. Namun secara umum, penatalaksanaannya dapat berupa 5
Kontrol penyakit diabetes
Pengendalian nyeri dengan penggunaan *arbama=epin, gabapentin, antidepresan atau -adrenergik blocker, seperti phenoAyben=ene.
19
Penggunaan obat yang mengurangi en=im aldose reductase dan
menghambat pengumpulan sorbitol dan fruktosa di saraf masih dalam tahap penelitian Manajemen neuropati otonom
+. Polinero)ati Karsinomatosa 1,#,4,/ Neuropati sensoris atau sensorimotoris yang diakibatkan oleh penyakit
keganasan, umumnya berasal dari small cell carcinoma paru, atau limfoma dan hodgkin(s disease. Neuropati ditandai dengan adanya antibodi %anti :u& pada serum. $nti bodi ini selain menyerang antigen pada tumor, tetapi juga mengikat neuron di sistem saraf perifer. Gejala Klinis dari Polineuropati Karsinomatosa adalah 5
Neuropati sensoris 5 hilangnya sensoris secara progresif, biasanya dirasakan pada alat gerak bagian atas, dengan gejala paraesthesia, dysesthesia berupa rasa terbakar dan ataksia sensoris.
Neuropati sensorimotor 5 berlangsung secara gradual, disertai menurunnya sensoris bagian distal dan kelemahan motoris ringan.
Penatalaksanaan dari Polineuropati Karsinomatosa adalah 5
0eteksi dan terapi penyakit keganasan yang mendasarinya.
Penggunaan imunosupressan.
Gammaglobulin i.).
K. Pen&o"atan 2,#,3,/
20
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. 8ika penyebabnya adalah diabetes, maka pengendalian kadar gula darah bisa menghentikan perkembangan penyakit dan menghilangkan gejala, tetapi penyembuhannya lambat. Mengobati gagal ginjal dan mieloma multipel bisa mempercepat penyembuhan polineuropati. Pembedahan dilakukan pada penderita yang mengalami cedera atau penekanan saraf. +erapi fisik kadang bisa mengurangi beratnya kejang otot atau kelemahan otot. Pengobatan dasar sampai sekarang masih tetap tablet prostigmin % 3 mg & dan tablet mestinon % ! mg& secara terpisah atau dalam kombinasi. 0osis sehari sangat berbeda dan bergantung kepada keadaan paien, biasanya diberi tiga sampai empat kali sehari. $khir-akhir ini ternyata baha obat kortikosteroid dalam dosis tinggi juga mempunyai khasiat baik terhadap miastenia gra)is. Balaupun demikian perlu diingatkan baha dalam setiap keadaan gangguan pernafasan bantuan respirasi buatan harus segera dilakukan. 0i samping segala usaha di atas, bimbingan mental berupa fisikal terapi merupakan faktor penting bagi setiap pederita. L. Pro&nosa /
$kut 5 43@ penyembuhan spontan, -4@ penyembuhan dengan inter)ensi, /@ berulang, 3@ meninggal, Kronis5 tergantung etiologi.
BAB III 21
PENUTUP
Kesim)lan
Polineuropati adalah suatu keadaan yang ditandai gangguan fungsi dan atau struktur yang mengenai banyak saraf tepi, bersifat simetris dan bilateral. Klasifikasi polineuropati dibagi berdasarkan onset %akut, subakut, kronik& dan etiologinya %infeksi, herediter, metabolik, toksik, pengaruh obat, tumor&. Patofisiologi polineuropati dapat berupa degenerasi allerian, kerusakan segmental, dan degenerasi akson distal. Patofisiologi polineuropati bergantung pada etiologi yang mendasarinya dan menghasilkan ketiga tipe patofisiologi tersebut. 0iagnosa berdasarkan gejala dan pemeriksaan neurologi dasar pada pasien. Elektromiografi dan uji kecepatan penghantaran saraf dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Pemeriksaan darah dilakukan jika diduga penyebabnya adalah kelainan metabolik %anemia pernisiosa karena kekurangan )itamin 71&, diabetes %kadar gula darah meningkat& dan gagal ginjal %kadar kreatinin meningkat&. Pemeriksaan air kemih bisa menunjukkan adanya keracunan logam berat atau mieloma multipel . Pada pemeriksaan neurologi dapat ditemukan keadaan 5 - Sistem motorik5 kelumpuhan bersifat simetris bilateral, flaksid, atrofi - Sistem sensorik5 bersifat simetris bilateral %glo)e dan stocking& - Sistem otonom5 hipertensi, hipotensi, hiperhidrosis, takikardi - ;efleks fisiologis5 hilang atau menurun
7eberapa penyakit yang memiliki gejala polineuropati antara lain Guillain 7are Syndrome, Myastenia Gra)is, Polineuropati 0iabetik, dan Polineuropati 22
karsinomatosa yang cukup sering ditemukan di beberapa ;S. +ata laksana polineuropati berdasarkan etiologi yang mendasari polineuropati. Prognosa dari polineuropati antara lain 5 $kut 5 43@ penyembuhan spontan, -4@ penyembuhan dengan inter)ensi, /@ berulang, 3@ meninggal, Kronis5 tergantung etiologi.
DA*TAR PUSTAKA
23
. Kenneth B. Cindsay, an 7one, ;obin *allander. Neurology $nd Neurosurgery llustrated. dition. *huchill Ci)ingstone. Condon 5 1# 1. Polineuropati. .medicastore.com, di akses tanggal 1/ $pril 13 2. Polineuropati 0iabetik. .libraryusu.com, di akses tanggal 1" $pril 13 #. Ginsberg, Cionel. 14. Lectures Note Neurologi. 8akarta 5 >MS 3. Priguna Sidharta, M.0., Ph.0. Neurologi Klinis dalam Praktek ?mum. 0ian ;akyat. 8akarta. """ !. http5FF.scribd.comFdocF24"#3422F>tiologi-Klasifikasi-Polineuropati,
di
akses
tanggal 1/ $pril 13 4. https5FF.scribd.comFdocF!"2/2"FPolineuropati-G*.
24