USULAN PROGAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTISME UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP OPTIMISME BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh : Ketua
:Febriana Yustianingrum
(L 100120127), angkatan tahun 2012
Anggota 1
:Aqidatussokhikhah
(L 100120052), angkatan tahun 2012
Anggota 2
:Aga Puspita Arga
(L 100130052), angkatan tahun 2013
Anggota 3
: Kartika Sari
(L 100110090), angkatan tahun 2011
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2014/2015
ii
iii
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii RANGKUMAN .................................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... Penelitian Terdahulu ............................................................................... 3 Komunikasi Interpersonal ....................................................................... 4 Orang Tua dan Optimisme Penderita Autis ............................................ 5 BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... Jenis Penelitian ........................................................................................ 6 Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................ 6 Sumber Data Dan Teknik Pemilihan Informan ....................................... 6 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 7 Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 7 Teknik Analisis Data ............................................................................... 7 BAB IV ............................................................................................................... Rancangan Biaya ..................................................................................... 9 Jadwal Kegiatan ...................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10 LAMPIRAN ........................................................................................................ A. Lampiran 1 .............................................................................................. 11 B. Lampiran 2 .............................................................................................. 17 C. Lampiran 3 .............................................................................................. 19 D. Lampiran 4 .............................................................................................. 20
iv
RANGKUMAN Salah satu penderita kelainan mental yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari adalah penderita autisme. Anak penderita autisme rata-rata mengalami kendala dalam berinteraksi sosial, mereka memiliki tingkat sikap optimis yang kurang. Komunikasi interpersonal sangat dibutuhkan antara orang tua dan anak penderita autisme. Komunikasi interpersonal antara orang tua kepada anak autis yang efektif, akan menjadi obat terhadap masalah tersebut. Banyak kisah-kisah orang tua yang sukses dalam mendidik anaknya yang mengalami gangguan autisme. Pastinya semua berjalan berkat dukungan dan didikan yang dia terima terutama dari orang tuanya. Dengan penelitian ini, peneliti bermaksud mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua terhadap anak penderita autis untuk menumbuhkan sikap optimis. Sehingga penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada orang tua yang mempunyai anak mengalami autism dalam menumbuhkan sikap optimism pada buahhati yang mereka sayangi. Metode Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data secara wawancara dan observasi. Oleh karena itu akan diperoleh gambaran mengenai komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak penderita autisme untuk menumbuhkan sikap optimism.
1
BAB I PENDAHULUAN Kelainan mental adalah fenomena yang masih lazim ditemui Hal tersebut bisa berupa autis, down syndrome, hiperaktif, cacat fisik, tuna rungu, dan lain-lain. Kelainan mental ini bisa disebabkan karena bawaan sejak lahir atau terjadi pada anak yang sedang tumbuh kembang. Kondisi yang demikian, membuat cara berkomunikasi yang dilakukan pada mereka pun juga berbedabeda. Tidak mungkin komunikasi pada anak penderita tuna rungu sama dengan penderita autis. Karena pada dasarnya kelainan mental yang terjadi pada diri mereka memiliki ciri sendiri-sendiri Salah satu penderita kelainan mental yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari adalah penderita autisme. Anak penderita autisme ratarata mengalami kendala dalam berinteraksi sosial, mereka memiliki tingkat sikap optimis yang kurang. Penderita autisme dalam berinteraksipun memiliki banyak tipe, mulai dari menyendiri, kelompok anak autisme yang pasif, dan anak autisme kelompok aktif tetapi menggunakan cara sendiri. Anak autisme dengan kelompok menyendiri lebih sering menghindari kontak fisik, bermain dengan sebayanya hanya nyaman sebentar saja, lebih sulit dalam merangkai kata-kata, menghabiskan harinya sendiri, ketergantungan pada kegiatan seharihari yang rutin. Namun demikian, anak autisme pada kelompok pasif lebih bisa bertahan pada kontak fisik dan mampu bermain dengan kelompok teman bergaul, mempunyai perbendaharaan yang lebih banyak walaupun agak terlambat bisa berbicara, gangguan pada kelompok pasif tidak seberat kelompok menyendiri. Sedangkan anak autisme pada kelompok aktif tetapi menggunakan caranya sendiri adalah kelompok yang lebih cepat bisa bicara dan memiliki perbendaharaan kata yang banyak, dapat merangkai kata dengan baik walaupun terselip kata-kata yang tidak dimengerti, masih bisa ikut berbagi rasa dengan teman sebayanya. Perbedaan pada tiga kelompok ini terkadang menyulitkan orang tua untuk berkomunikasi, orang tua lebih sering menyerahkan cara pembelajaran kepada psikiater ataupun psikolog yang ditunjuk. Sedangkan seharusnya anakanak tumbuh dan mengenal dunia dengan sebagian besar peran orang tuanya. Komunikasi interpersonal sangat dibutuhkan antara orang tua dan anak penderita autisme. Dengan begitu kekurangan atau masalah yang dialami anak penderita autisme bisa didengar, dimengerti oleh orang tua. Komunikasi interpersonal antara orang tua kepada anak autis yang efektif, akan menjadi obat terhadap masalah tersebut. Banyak kisah-kisah orang tua yang sukses dalam mendidik anaknya yang mengalami gangguan autisme. Kisah anak autis
2
yang bisa bersekolah layaknya anak normal. Mempunyai prestasi dan sikap optimis untuk maju seperti anak lainnya. Pada dasarnya anak autis harus mempunyai sikap optimis yang kuat agar mereka tidak minder. Pastinya semua berjalan berkat dukungan dan didikan yang dia terima terutama dari orang tuanya. Seperti kisah nyata yang dialami oleh Dewi Candraningrum, Dosen Sastra Perempuan di Fakultas Sastra Inggris, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang diliput oleh reporter Arie Sunaryo di merdeka.com pada tanggal 21 Desember 2013. Sebuah Feature yang berjudul ‘Kisah kesabaran ibu rawat anak autis hingga sukses jadi pelukis’ memberikan gambaran tentang kesuksesan ibu yang merawat sendiri anaknya yang menderita autis bahkan menjadi seorang pelukis layaknya anak normal. Terlihat apabila komunikasi interpersonal yang terjalin antara orang tua dan anak berjalan dengan baik akan menghasilkan hasil yang baik juga. Ivan Ufuq Isfahan sang anak kini sukses menjadi pelukis dan sering menggelar pameran hasil karya lukisannya bersama ibunya. Akan tetapi, membangun sikap optimism ditengah keterbatasan yang mereka miliki tentunya bukan pekerjaan yang mudah. Proses komunikasi sehari-hari antara orang tua dan anak penderita autis sudah susah, apalagi komunikasi untuk menumbuhkan sikap optimis mereka. Oleh karena itu muncul suatu rumusan masalah bagaimana komunikasi interpersonal yang dilakukan orang tua terhadap anak penderita autisme untuk menumbuhkan sikap optimisme? Dengan penelitian ini, peneliti bermaksud mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua terhadap anak penderita autis untuk menumbuhkan sikap optimis. Sehingga penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada orang tua yang mempunyai anak mengalami autism dalam menumbuhkan sikap optimism pada buah hati yang mereka sayangi.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dari penelitian terdahulu diantaranya mengenai : 1. Fraudy Yunanto, 2009, Pola Komunikasi Orang tua Terhadap Anak Penderita Autisme (Studi Deskriptif Pada Penerapan Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme). Dalam penelitian ini tema yang diangkat adalah tentang Pola Komunikasi Orangtua Terhadap Anak Penderita Autisme. Metoda penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pengumpulan data secara wawancara. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa, orang tua yang memiliki anak yang menderita autisme banyak mengalami kendala dalam menangani kehidupan anaknya yang menderita autism Orang tua mengalami kesulitan dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal, dan juga komunikasi antarpribadi. 2. Desi Dwi Prianti, 2011, Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Komunikasi antar Pribadi Orang Tua-Anak Terhadap pemahaman Anak Pada Norma-Norma Perilaku (Kasus Pada Anak Penyandang Autisme). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Relasi dengan waktu sangat mempengaruhi kualitas hubungan antar pribadi antaraorang tua dan anak penyandang autisme.Semakin sering orang tua mendampingi anak autis, orang tua akan semakin mengenal karakter anaknya. Pengalaman orang tua dalam berkomunikasi dengan anak autis juga dipengaruhi oleh relasi dengan diri sendiri. Sifat empati, positif dan suportif yang ditunjukkan orangtua sangat berpengaruh pada kemajuan anak. Seperti keberanian orang tua untuk mengakui bahwa anaknya menyandang autisme, pujian, usaha mencari informasidan selalu bersikap pantang menyerah dalam menghadapi penyakit anak akan sangat mendukung dalam perkembangananak autis. 3. Ida Wiendijarti, 2011, Penelitian terdahulu selanjutnya mengenai Penerapan Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan Anak Dalam Pendidikan Seksual. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola asuh dan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dalam pendidikan seks remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif interpretatif, yang menggabungkan penggunaan metode penelitian survai, in-depth-interview dan metode focus group discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya perbedaan perlakuan antara remaja perempuan dan remaja laki-laki dalam
4
memperoleh perlakuan dalam hal pemberian pendidikan seks. Pada remaja perempuan orang tua masih terus memberikan pendampingan dan memberikan penjelasan. Remaja laki-laki cenderung lebih banyak memperoleh pengetahuan seksual dari teman ataupun media massa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian lain jelas sangat berbeda. Penelitian ini mengangkat tema tentang komunikasi interpersonal orang tua terhadap anak penderita autisme untuk menumbuhkan sikap optimis. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal orang tua yang memiliki anak penderita autisme. Dikarenakan peran orang tua sangat penting terhadap perkembangan anaknya, sehingga menjadikan alasan utama peneliti menjadikan orang tua sebagai obyek utama. Demikian juga peran orang tua yang memiliki anak penderita autisme sangat dibutuhkan komunikasi yang efektif yang mampu menumbuhkan sikap optimis terhadap anak penderita autis agar berkembang dengan baik. B. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjalin atau berlangsung antara dua orang atau sekelompok kecil orang. Dengan pengertian lain, komunikasi antar pribadi yaitu proses pengiriman pesan dari seseorang yang diterima oleh seseorang dengan efek dan timbal balik yang langsung (Liliweri, 1997:12). Komunikasi antarpribadi berbeda dengan komunikasi biasa. Komunikasi antarpribadi ini termasuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang memiliki hubungan khusus dalam suatu peristiwa tertentu. Misalnya komunikasi antara orang tua dan anaknya yang membahas tentang apa lomba yang akan diselenggarakan esok hari dan bagaimana persiapanpersiapan yang diperlukan, selain itu komunikasi antara ibu dan anak dan masih banyak lainnya. Dalam buku Hidayat (2012:56) terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan relasi antarpribadi yang baik, yaitu : 1. Percaya (trust) secara ilmiah didefinisikan sebagai upaya perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. 2. Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi. Defensive artinya tidak menerima, tidak jujur, tidak empati. 3. Sikap terbuka, yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Komunikasi antarpribadi itu mempunyai keunikan karena selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis, dan proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan.
5
Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik secara langsung (Liliweri, 1997:12). Komunikasi antarpribadi berbeda dengan komunikasi biasa. Komunikasi antarpribadi ini termasuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang memiliki hubungan khusus dalam suatu peristiwa tertentu. Misalnya komunikasi antara orang tua dan anaknya yang membahas tentang apa lomba yang akan diselenggarakan esok hari dan bagaimana persiapanpersiapan yang diperlukan, selain itu komunikasi antara ibu dan anak dan masih banyak lainnya. C. Orang Tua Dan Optimisme Penderita Autis Orang tua sangat berperan penting dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Orang tua berlaku sebagai pengambil keputusan, seperti memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi anak. Dengan kata lain orang tua harus bisa membangun sikap optimisme kepada anak-anak berkebutuhan khusus seperti hal nya anak autis. Orang tua harus selalu melihat kesempatan dalam masalah yang terjadi kepada anaknya. Sikap optimis mendorong anak autis untuk tidak mudah kecewa sekalipun harapan yang mereka dapatkan tidak menjadi kenyataan. Sebagian besar dari anak autis cenderung susah untuk mengatur emosi, jadi orang tua harus mampu memberikan semangat kepada anak penderita autis. Seligman (1991) mendeflnisikan sikap optimis sebagai suatu sikap yang mengharapkan hasil yang positif dalam menghadapi masalah, dan berharap untuk mengatasi stress dan tantangan sehari-hari secara efektif. Seligman (1991) menjelaskan terbentuknya pola pikir optimis tergantung juga pada cara pandang seseorang pada perasaan dirinya bernilai atau tidak. Perasaan bernilai dan berarti biasanya tumbuh dari pengakuan oleh lingkungan. Optimisme yang tinggi yang berasal dari dalam diri individu dan dukungan yang berupa penghargaan dari orang-orang tertentu membuat individu merasa dihargai dan berarti. Kebiasaan berpikir optimis itu bisa dipclajari oleh siapa saja, sebab tidak ada seorang pun yang ingin menjadi pesimis. Dalam kasus ini orang tua bertindak sebagai agen sosialisasi dimana orang tua memberi komunikasi kepada anaknya baik komunikasi secara verbal maupun non verbal sejak anak masih kecil. Anak-anak akan belajar berkomunikasi melalui panca indera. Proses itu akan gagal apabila terlambat dilakukan atau terlalu dini dilakukan. Melalui interaksi dalam keluarga, anak mempelajari pola perilaku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai dalam keluarga dan masyarakat.
6
BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif bertuuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, dari kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam (Sutopo, 2002:7). 2. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat dan waktu Penelitian Tempat penelitian ini adalah daerah Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah yang akan dilakasanakan selama 3 bulan. b. Subyek Penelitian Subyek Peneltian ini adalah Orang Tua yang memiliki anak penderita autis yang merawat anaknya dengan sendiri dan psikolog anak autis yang berada di daerah Solo, Jawa Tengah. 3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Informan a. Sumber Data 1. Data primer yaitu data yang didapat dan dikumpulkan langsung dari sumber di lokasi penelitian melalui metode wawancara dan observasi terhadap informan yang dianggap dapat memberikan informasi dalam kebutuhan penelitian. 2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek yang diteliti yang berupa catatan, agenda, literatur, laporan, artikel di internet, dan lain-lain mengenai informasi yang terkait dengan penelitian. b. Teknik Pemilihan Informan Dalam penarikan informan atau narasumber menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu dalam arti, orang yang dipilih sebagai informan yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2010:218). Ada 2 informan dari penelitian ini, yaitu : 1. Orang Tua dari anak penderita autisme Ibu : Dewi Candraningrum Alamat : Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah
7
Mempunyai anak autis yang bernama Ivan Ufuq Isfahan dengan usia 13 tahun. Alasan peneliti memilih informan 1 karena Ibu Dewi dirasa cukup sukses merawat sang anak dengan sendiri dan mampu membuktikan bakat yang dimilkinya sebagai pelukis. 2. Dosen Psikologi Nama : Khotimatun Naimah Sebagai Dosen Klinis di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Alasan peneliti memilih informan 2 karena Ibu Khatimatun dirasa mengetahui psikis dari seorang anak autis yang dapat membantu memberikan informasi. 4. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan teknik wawancara mendalam (Indept interview), observasi dan telaah dokumen. 1. Wawancara mendalam yakni proses tanya jawab langsung kepada responden yang dituju, sehingga dapat membantu dan memberikan informasi yang dibutuhkan. Wawancara dalam penelitian ini pada orang tua dari anak penderita autisme langsung guna mendapatkan informasi tentang komunikasi interpersonal untuk menumbuhkan sikap optimis. 2. Teknik observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lapangan, untuk mengetahui secara rinci apa saja kejadian atau kegiatan yang dilakukan di tempat. Disini dibutuhkan kepekaan di lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini peneliti akan mengamati bagaimana interaksi antara orang tua terhadap anak dalam menumbuhkan sikap optimisme. 3. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya (Arikunto, 1998:236) 5. Teknik Keabsahan Data Pada penelitian ini, peneliti menggunakan cara peningkatan validitas data melalui triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar saat itu untuk keperluan pengecekan data (Moleong, 2006: 24). Jenis triangulasi yang peneliti gunakan Triangulasi sumber yang berarti mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber, dimana data-data dari berbeda sumber tersebut dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik sumbersumber data tersebut. 6. Teknik Analisis Data Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
8
yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006: 248). Analisis data penelitian kualitatif menurut Miles dan Hubermen ada tiga tahap, yaitu : a. Tahap reduksi data Reduksi data merupakan suatu bentuk analsis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data. b. Tahap penyajian data Dengan penyajian data, peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman tentang enyajian data. c. Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data Kesimpulan yang diambil akan ditangani secara longgar dan tetap terbuka sehingga kesimpulan yang semula belum jelas, kemudian akan meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan ini juga diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan maksudmaksud menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.
9
BAB IV Anggaran Biaya No
Jenis pengeluaran
Biaya (Rp)
1
Peralatan penunjang
Rp 2.700.000
2
Bahan habis pakai
Rp 3.150.000
3
Perjalanan
Rp 2.000.000
4
Lain- lain
Rp 2.100.000 Total Biaya
Rp 9.950.000
Jadwal Kegiatan No
Jenis Kegiatan
1
Studi pustaka Konsultasi dosen pendamping Pencarian narasumber Wawancara dan observasi Pengolahan data Konsultasi dosen pendamping Penyusunan laporan Cadangan
2 3 4 5 6 7 8
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
10
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Christie, Phil., Newson, Elizabeth., dan Wendi Prevezer. (2009). Langkah awal berinteraksi dengan anak autis. Gramedia: Jakarta Dr. Melly Budhiman, Sp. K. J., Paul Shattock Ph D, Endang Ariani. (2002). Langkah Awal Menanggulangi Autisme Dengan Memperbaiki Metabolisme Tubuh. Majalah Nirmala: Jakarta Hidayat, D. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Fakta Penelitian Fenomenplogi Orang Tua Karir dan Anak Remaja), Cetakan ke-1, Yogyakarta:Graha Ilmu. Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 2 no. 1, Pebruari 2011 Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. PT Citra Adtya Bakti: Bandung Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2006. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis Moeleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi revisi. PT Remaja Rosdakarya: Bandung Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. (2009). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya: Bandung Seligman, M.E.P. (1991). Learned Optimism. How To Change Your Mind And Your Life. New York : Simon and Schuster Inc. Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Sebelas Maret University Press: Surakarta Wiendijarti, Ida. 2011. Pola Komunikasi Antara terapis Dengan Anak Autis di Pelangi School and Treatment Center Surabaya (Studi Kualitatif Pola Komunikasi Antara Terapis dengan Anak Autis ADHD di Pelangi School and Treatment Center Surabaya). Yogyakarta: Universitar Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta Yatim, Faisal. 2002. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak. Pustaka Populer: Jakarta Yunanto, Fraudy. 2013. Pola Komunikasi terhadap Anak Penderita Autisme (Studi Deskriptif Pada Penerapan Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
11
12
13
14
15
BIODATA DOSEN PENDAMPING A. IdentitasDiri 1 Nama Lengkap (dengan gelar) AgusTriyono, S.Sos, M.Si 2 JenisKelamin L 3 JabatanFungsional TenagaPengajar 4 NIP/NIK/IdentitasLainnya 100.1105 5 NIDN 0617088401 6 TempatdanTanggalLahir Surakarta, 17 Agustus 1984 7 E-mail
[email protected] 8 Nomor Telepon/HP 0857.3043.2461 9 Alamat Kantor Fakultas Komunikasi dan Informatika Gedung J Kampus II UniversitasMuhammadiyah Surakarta B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 TahunTerakhir Pendanaan No
Tahun
1.
2013
2.
2013
3.
2014
Judul Penelitian Sumber Media Massa dan Citra PerguruanTinggi (Konstruksi dan Pengaruh Pemberitaan Plagias ioleh Guru Besar UMS Terhadap Citra UMS) Strategi KomunikasiKomunitas Blusukan Solo (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Komunitas Blusukan Solo ) Pemberdayaan Masyarakat Melalui Community Development POSDAYA PT Holcim Indonesia
Jml (JutaRp)
UMS
6,5
UMS
3
UMS
6,7
C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir Pendanaan Judul Pengabdian Masyarakat No Tahun Sumber Jml (JutaRp) 1. 2013 PAKOM Kerajinan Batik Mahkota LPPM 3 Laweyan dan Kerajinan Batik Cipta Asri di UMS Laweyan, Surakarta 2. 2013 IbM Kerajinan Batik Mahkota Laweyan dan DIKTI 45 Kerajinan Batik Puspa Kencana di Laweyan, Surakarta
16
17
Lampiran 2. Justifikasi anggaran kegiatan
1. Peralatan penunjang Material Sewa kamera digital Alat rekam Flash disk Paket internet
Justifikasi pemakaian Digunakan untuk mendokumentasikan observasi Untuk merekam selama wawancara Untuk Menyimpan file Untuk mencari sumber dan data melalui internet Sub total
Kuantitas
Harga satuan (Rp)
Jumlah
2 Set
Rp 500.000
Rp 1.000.000
2 Set
Rp 500.000
Rp 1.000.000
2 Set
Rp 100.000
Rp.200.000
6 GB
Rp 200.000
Rp 200.000 Rp 2.700.000
2. Bahan habis pakai Material Kertas laporan (A4) Tinta printer
ATK (buku catatan, pulpen, dll) Komunikasi (telp, sms, dll) Konsumsi
Justifikasi pemakaian Untuk membuat proposal dan laporan Untuk membuat proposal dan laporan Untuk mencatat selama penelitian dan proses pembuatan dokumen Untuk mencari narasumber Untuk makan selama penelitian
Kuantitas
Harga satuan (Rp)
Jumlah
5 rim
Rp 50.000
Rp 250.000
4 pack
Rp 50.000
Rp 200.000
5 paket
Rp 200.000
Rp 1.000.000
3 kali isi pulsa
Rp 100.000
Rp 300.000
4 orang x 10 kali makan
Rp 35.000
Rp 1.400.000
18
Sub total
Rp 3.150.000
3. Perjalanan Justifikasi pemakaian
Material Solo-Colomadu Solo-Colomadu
Kuantitas
4 orang x 5 kali/Hari Wawancara 4 orang x dan observasi 5 kali/Hari survei
Harga satuan (Rp)
Jumlah
Rp 50.000
Rp 1.000.000
Rp 50.000
Rp 1.000.000
Sub total
Rp 2.000.000
4. Lain – lain Material Bingkisan Informan Dokumentasi Pembuatan laporan Penggandaan laporan Publikasi pada jurnal ilmiah Seminar pada konferensi ilmiah
Justifikasi Harga satuan Kuantitas pemakaian (Rp) Untuk diberikan 2 Paket Rp 200.000 informan Untuk bukti 20 Foto Rp 5.000 dokumentasi 4R Untuk meporkan 1 Rp 200.000 hasil penelitian Eksemplar Untuk dokumen 10 Rp 50.000 hasil penelitian Eksemplar Untuk 1 Rp 200.000 mempublikasikan Eksemplar Untuk membagi hasil penelitian Sub total
1 kali
Rp 700.000
Jumlah Rp 400.000 Rp 100.000 Rp 200.000 Rp 500.000 Rp 200.000 Rp 700.000 Rp 2.100.000
19
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas
N o
Nama / NIM
Program studi
Bidang ilmu
Alokasi waktu (jam/minggu )
1.
Febriana Yustianingrum/ L100120127
Ilmu komunikas i
Public relation
20 jam/minggu
2.
Aqidatusokhikha h / L100120052
Ilmu komunikas i
Public relation
20 jam/minggu
3.
Aga Puspita Arga / L100130052
Ilmu komunikas i
4.
Kartika Sari / L100110090
Ilmu komunikas i
20 jam/minggu
broadcas t
20 jam/minggu
Uraian tugas Penyusunan laporan Survei lapangan Mencari narasumber Mewawancarai narasumber Penyusunan laporan Survei lapangan Mewawancarai narasumber Penyusunan laporan Survei lapangan Merekam proses wawancara Penyusunan laporan Survei lapangan Merekam proses wawancara
20