BAB I PENDAHULUAN
Penyakit diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia dan saat ini masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi, terutama di daerah pedesaan. pedesaan. Dalam 20 tahun terakhir, terakhir, sejak 1983, 1983, diare yang dikategorikan dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) rata-rata terjadi 148 kasus per tahun. Separuh dari wilayah Indonesia,terutama desa, tidak luput dari serangan diare. Walau jumlah kasu kasuss cend cenderu erung ng turu turun n dari dari wakt waktu u ke wakt waktu, u, demi demiki kian an pula pula deng dengan an angk angkaa insidennya, masalah ini masih merupakan isu kesehatan dasar. Meskipun angka kesakitan diare yang dilaporkan dari tahun ke tahun menurun, akan tetapi diare masih tetap perlu diwaspadai. Karena angka kesakitan yang sebenarnya dari hasil survei masih tinggi, pada semua golongan umur adalah 183 per 1000 penduduk (18,3%). (18,3%). Ini menunjukk menunjukkan an bahwa masih rendahnya rendahnya
kesadaran kesadaran penduduk penduduk akan
higiene dan sanitasi (Depkes, 2005). Dari hasil survey, survey, baik melalui survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1992 maupun survei kesehatan nasional (Surkesnas) 2001, menunjukkan bahwa peringkat diare diare sebag sebagai ai salah salah satu satu dari dari sepul sepuluh uh peny penyak akit it peny penyeb ebab ab kema kemati tian an umum umum di Indonesia Indonesia terus menurun. menurun. Kedudukanny Kedudukannyaa bergeser bergeser dari semula semula di urutan kelima ke urutan urutan kesembilan. kesembilan. Walau begitu, begitu, seperti disinggung disinggung di atas, bahaya wabah belum teratasi. Untuk bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (balita) penyakit ini masih menjadi momok, dan berada di golongan tiga besar penyebab kematian. Di Indo Indone nesia sia,, menu menuru rutt Surk Surkesn esnas as (200 (2001) 1) diar diaree meru merupa paka kan n salah salah satu satu peny penyeb ebab ab kemati kematian an kedua terbesar terbesar pada balita, balita, serta didapat didapatkan kan
sekitar sekitar 162 ribu balita balita
meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Perpaduan rendahnya status sosial, minimnya air bersih, dan ketiadaan jamban memudahkan berjangkitnya wabah ini. Penduduk dengan penghasilan rendah yang hidup di lingkungan susah air serta punya kebiasaan BAB di sembarang tempat, sangat rentan terhadap penyakit tersebut. Ketersediaan fasilitas kesehatan adalah faktor faktor berikutny berikutnya. a. Jauhnya Jauhnya rumah sakit ataupun ataupun puskesmas puskesmas menyulitk menyulitkan an penderita penderita mendapatkan pertolongan secepatnya. Tidak sedikit rumah penduduk yang jaraknya lebih dari lima kilometer dari rumah sakit maupun puskesmas. Akibatnya, penderita tidak tertolong karena terlambat ditangani. Rendahnya pengetahuan tentang cara 1
penanggulangan turut pula mempengaruhi tingkat keparahan wabah diare. Hal ini diperparah oleh perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kehigienisan dalam menyajikan dan menyantap makanan. Menurut penelitian cara praktis untuk mencegah diare adalah dengan mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan ini akan mengurangi risiko terjadinya diare hingga 47% (Depkes, 2005). Perilaku inilah yang kurang diperhatikan oleh masyarakat, umumnya masyarakat pedesaan.
2
BAB II PERENCANAAN PKM DI PUSKESMAS
2.1. Identifikasi Masalah
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit. Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja, makanan
yang tidak
matang,
bahkan yang disajikan
tanpa
dimasak.
Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi, tangan yang terkontaminasi, atau melalui aktifitas seksual.. Berdasarkan data di Puskesmas Puskesmas Tabanan II pada tahun 2008, penyakit diare menempati 10 urutan penyakit terbanyak dari semua golongan umur, di mana kejadian diare sebagian besar terjadi pada anak usia 1- 9 tahun. Kejadian diare di Kecamatan Tabanan pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
3
Tabel 2.1. Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan II, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Tahun 2009 20-44 45 – 55-69 >70 0-28 1-9 10-19 Bulan <1 tahun 54 tahun tahun hari tahun tahun tahun Januari 4 15 2 4 5 2 5 Februari 3 14 2 6 3 7 4 Maret 1 17 2 7 3 6 5 April 4 17 7 8 3 9 5 Mei 18 2 15 7 7 4 Juni 3 8 9 7 8 5 Juli 1 20 4 13 5 6 2 Agustus 2 16 7 10 3 8 4 September 3 14 3 9 1 1 2
Data sekunder tahun 2009
yang diperoleh dari buku pencatatan dan pelaporan
kegiatan Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular (P2M) menunjukkan bahwa prevalensi anak berumur 1-9 tahun di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II yang mengalami kejadian diare cukup tinggi. Jumlah kasus terbanyak berasal dari Desa Wanasari, diketahui berdasarkan wawancara dengan pemegang program P2M diare Bapak Made Arka Adnyana. Dari hasil wawancara singkat dengan petugas di Puskesmas, peningkatan kejadian diare ini mungkin disebabkan adanya kecenderungan membeli makanan yang tidak higienis dan kurangnya perilaku cuci tangan sebelum memasukkan sesuatu ke dalam mulut dengan tangan. Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh kurangnya penyuluhan yang efektif ke SD-SD mengenai kejadian diare. Upaya-upaya untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti dengan penyuluhan tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dari pihak kesehatan memang masih minim. Menurut teori Blum, terjadinya diare sebagian besar dipengaruhi oleh faktor perilaku dan lingkungan. Oleh karena itu, intervensi pada kedua faktor tersebut sangat penting untuk dilakukan dalam usaha untuk mengurangi kejadian diare khususnya pada anak-anak SD. Selain itu, dalam usaha menurunkan kejadian diare, yang lebih diutamakan adalah upaya pencegahan di mana salah satu upaya pencegahan yang terpenting adalah dengan memperbaiki perilaku berisiko dari siswa-siswa SD tersebut untuk mengalami diare.
4
Penyampaian pesan tentang diare dan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai upaya mencegah diare ini dirasakan perlu karena alasan angka kejadian diare yang tinggi, resiko untuk terjadiya diare pada kelompok umur ini juga besar, disamping itu karena alasan lebih mudahnya merubah perilaku pada kelompok umur ini daripada kelompok umur yang lain. 2.2. Analisa Masalah Hal-hal yang dapat memicu terjadinya diare yang adalah makanan yang mengandung
kuman e. Coli yang memproduksi toksin shiga like dan kurangnya kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan. Kelompok masyarakat yang berisiko untuk mengalami hal tersebut adalah semua lapisan masyarakat dari anak-anak sampai orang tua. Latar belakang perilaku yang mendukung timbulnya kejadian diare adalah : 1. Pemakaian air bersih yang berasal dari mata air yang belum pernah diuji layak pakai (bebas kuman penyakit) untuk keperluan sehari-hari oleh sebagian besar warga. 2. Perilaku mencuci tangan yang benar sebelum makan yang kurang 3. Pengolahan dan penanganan makanan yang kurang higienis 4. Jika terdapat penderita diare tidak segera melapor ke Puskesmas 5. Kotoran dan muntahan penderita hanya dibersihkan sekedarnya Perilaku yang diharapkan sehingga dapat mengurangi timbulnya kejadian diare adalah : 1. Memasak air minum dengan benar 2. Kaporitisasi sumber air minum 3. Mengolah makanan dengan benar 4. Mencuci tangan dengan benar 5. Membuat dan mempergunakan jamban untuk buang air besar 6. Melakukan disinfeksi terhadap kotoran dan muntahan penderita Kelompok masyarakat yang diharapkan berperilaku demikian adalah semua lapisan masyarakat.Hambatan-hambatan yang akan dihadapi oleh kelompok masyarakat yang bersangkutan untuk merubah perilakunya: 1. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk relatif rendah.
5
2. Pekerjaan sebagian besar penduduk adalah petani, sehingga perhatian dan waktu terhadap perilaku yang memungkinkan tindakan pencegahan agak kurang. 3. Pengaruh kebiasaan yang sudah melekat bertahun-tahun dalam hal pengolahan makanan, air minum, perilaku mencuci tangan dan buang air besar. Hal-hal yang mendorong ke arah terjadinya perubahan perilaku: 1.Bimbingan dan penyuluhan tentang diare. 2.Penyampaian informasi tentang diare. 3.Demonstrasi cara mencuci tangan yang benar
2.3. Penduduk Sasaran Yang menjadi penduduk sasaran kegiatan PKM kami adalah siswa-siswi kelas IV dan V SD 2 Wanasari yang berjumlah 30 orang. Dipilihnya SD ini sebagai sasaran karena berdasarkan data yang diperoleh, kejadian diare paling banyak ditemukan di Wanasari. Sedangkan kelas IV dan V dipilih karena siswa-siswi kelas IV dan V dianggap sudah cukup mampu untuk menerima dan mengerti informasi tentang diare, sehingga manfaat dari penyuluhan ini akan lebih nyata dan bermanfaat pada siswa SD tingkat tersebut. Dan diharapkan mereka-mereka ini dapat menyampaikan informasi yang telah diterimanya kepada teman-temannya yang lain, atau bahkan masyarakat sekitarnya.
2.4. Tujuan Penyuluhan
Pada akhir kegiatan, siswa diharapkan ; 1. Mengetahui penyebab diare. 2. Mengetahui dan mengerti cara penyebaran diare. 3. Mengetahui proses terjadinya diare. 4. Dapat menyebutkan tanda bahaya diare. 5. Mengetahui dan mengerti pertolongan pertama diare di rumah. 6. Menyebutkan cara penanggulangan diare 7. Memahami dan menerapkan perilaku yang termasuk perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah, sekolah dan tempat umum 2.5. Strategi Penyuluhan Sebelum kegiatan PKM, penulis selaku pelaksana kegiatan penyuluhan mempersiapkan diri dalam hal penguasaan materi penyuluhan, penguasaan cara-cara penyampaian pesan, dan penggunaan alat peraga. Penguasaan materi penyuluhan dilakukan dengan
6
cara membaca buku tentang diare. Penguasaan penyampaian pesan dan cara penggunaan alat peraga dilakukan dengan membaca pedoman tentang tata cara penyuluhan, bertanya pada petugas PKM, serta latihan di hadapan teman. Persiapan tempat, waktu, dan peserta dilakukan dengan menginformasikan, meminta izin, dan kerja sama dari pihak Puskesmas Tabanan II dan pihak SD 2 Wanasari yaitu Kepala Sekolah SD 2 Wansari, agar kegiatan penyuluhan dapat terlaksana dengan baik.
Untuk menyampaikan pesan dari penyuluhan yang dilakukan agar efektif dan dapat dimengerti oleh kelompok sasaran maka teknik penyampaiannya disesuaikan dengan tingkat pendidikan, umur, budaya dan bahasa setempat. Kelompok sasaran yang merupakan siswa SD kelas IV dan V dikumpulkan dalam suatu ruangan besar atau aula. Sebelum penyampaian materi terlebih dahulu dilakuakn pre test guna mengetahui tingkat pengetahuan awal kemudian disebarkan pamflet yang berisi materi diare dan perilaku hidup bersih dan sehat secara umum dalam bahasa yang ringkas dan mudah dimengerti serta gambargambar yang menarik perhatian. Materi disampaikan dalam bentuk power point presentation/slide yang diterangkan di depan kelas. Presentasi yang akan disampaikan berisi slide bergambar atau video yang menarik dengan tidak mengesampingkan tujuan dari peyuluhan ini. Agar siswa tidak jenuh atau merasa bosan maka dalam rangkaian acara tersebut diselipkan kuis-kuis yang berhadiah. Selain itu juga akan dilakukan demonstrasi mencuci tangan yang benar yang akan dicontohkan oleh kami dan diikuti oleh beberapa siswa. Sebelum akhir acara akan diadakan post test untuk mengetahui
penguasaan materi atau pemahaman pesan yang disampaikan
dalam kegiatan PKM ini. Pada akhir acara akan dibagikan bingkisan kecil berupa sabun dengan harapan mereka dapat menyampaikan pesan dari penyuluhan ini ke anggota keluarga yang lain. Pada hari penyuluhan, penyuluhan dimulai dengan pre-test , 15 menit. Kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan selama kurang lebih 120 menit, lalu diadakan post-test
yang berlangsung selama
15 menit. Selama acara
penyuluhan diselipkan kuis-kuis yang berhadiah bingkisan. 2.6. Isi Penyuluhan Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:
1. Pengetahuan tentang penyebab diare. 7
2. Pengetahuan tentang cara penyebaran diare. 3. Pengetahuan tentang proses terjadinya diare. 4. Pengetahuan tentang tanda bahaya diare. 5. Pengetahuan tentang pertolongan pertama diare di rumah. 6. Pengetahuan tentang cara penanggulangan diare 7. Pengetahuan tentang perilaku yang termasuk perilaku hidup bersih dan sehat 2.7. Metode Penyuluhan
Penyuluhan ini dilakukan di satu ruang kelas SD 2 Wanasari. Metode yang dilakukan pada penyuluhan ini adalah penyuluhan yang disertai tanya jawab diakhir presentasi. Kepada peserta dibagikan pamflett . Media penyuluhan yang akan digunakan adalah poster pinjaman dari puskesmas yang berisi tentang diare dan perilaku hidup bersih dan sehat. Setelah penyuluhan kemudian dilanjutkan dengan post-test . 2.8. Media Penyuluhan
Dalam penyuluhan kami menggunakan beberapa media guna mempermudah dan memperlancar penyampaian materi, diantaranya: 1. LCD, layar presentasi, sound system, pamflet yang berisi materi penyuluhan. 2. Gambar peraga untuk memudahkan pemahaman materi penyuluhan. 3. Materi pre dan post test . 2.9. Rencana Penilaian Evaluasi 2.9.1. Penilaian proses
1. Indikator penilaian - Dukungan dari pihak Puskesmas Tabanan II dan pihak SD 2 Wanasari - Ketepatan waktu pelaksanaan - Sarana yang dipergunakan untuk penyuluhan - Jumlah cakupan peserta yang datang 2. Waktu penilaian - Penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan 3. Cara pelaksanaan - Dengan mengamati pelaksanaan. 4. Penilai - Mahasiswa FK Unud. 8
2.9.2. Penilaian hasil
1. Indikator penilaian - Keseriusan peserta dalam mengikuti ceramah melalui jumlah peserta yang
berbicara
memperhatikan
dengan jalannya
temannya
sendiri
penyuluhan,
sehingga
tidak
peserta
yang
jumlah
mengantuk/menguap selama jalannya penyuluhan, dan jumlah peserta yang keluar dari tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung. - Pertanyaan
dari peserta
yang
diajukan
selama
tanya
jawab
berlangsung. - Peningkatan pengetahuan tentang diare yang dilihat dari hasil penilaian pre-test dan post-test. 2. Waktu penilaian - Waktu penilaian dilakukan selama dan sesudah penyuluhan. 3. Cara penilaian - Menggunakan pertanyaan lisan dan pengamatan langsung. 4. Penilai - Mahasiswa FK Unud
9
10
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat Penyuluhan
Hari/ tanggal
: Sabtu, 10 Oktober 2009
Pukul
: 09.00-10.30
Tempat
: Ruang Kelas V SD 2 Wanasari
3.2 Peserta
Peserta yang hadir adalah seluruh siswa-siswi kelas IV dan V SD 2 Wanasari yang berjumlah 60 orang. 3.3 Pelaksana Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan oleh dua orang dokter muda, yang bergiliran membawakan materi penyuluhan yang berbeda sedangkan dari pihak sekolah diwakili oleh kepala sekolah dan 1 orang guru. 3.4 Proses Penyuluhan
Empat hari sebelum melaksanakan kegiatan penyuluhan tepatnya pada hari Selasa tanggal 6 Oktober 2009, kami meminta izin kepada Kepala Puskesmas Tabanan II dr. Wayan Panca dan bapak Made Arka Adnyana selaku pemegang program P2M Puskesmas Tabanan II untuk melaksanakan penyuluhan mengenai diare pada anak kelas IV dan V di SD 2 Wanasari. Pihak puskesmas bersedia membantu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut. Sebagai persiapan kami membuat pamflet yang nantinya akan dibagikan kepada peserta penyuluhan, poster mengenai diare dari puskesmas serta LCD dan layar LCD. Kami juga membuat slide powerpoint untuk mempermudah pemberian materi penyuluhan dengan alat LCD. Pada hari Rabu tanggal 7 Oktober 2009, kami m eminta izin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan tersebut. Pada hari itu kami diterima oleh Kepala Sekolah SD 2 Wanasari. Beliau mengharapkan dengan diadakannya penyuluhan ini, pengetahuan para siswa tentang kesehatan akan semakin meningkat dan kami sepakat bahwa penyuluhan dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2009 sebelum murid-murid libur Galungan dan Kuningan. Pada hari pelaksanaan penyuluhan, kami datang sekitar pukul 08.00 WITA dan diterima oleh pihak SD 2 Wanasari yang diwakili oleh kepala sekolah. Setelah berbincang-bincang
sejenak,
kami
dipersilahkan
untuk
memulai
penyuluhan.
11
Sebelumnya, kami mempersiapkan alat dan bahan untuk penyuluhan di tempat yang telah disediakan oleh pihak sekolah, dan penyuluhan akhirnya dimulai pada pukul 09.00 WITA. Pertama-tama, kami mengadakan perkenalan terlebih dahulu kepada para siswa kemudian diadakan pre-test . Pre-test dilaksanakan kurang lebih selama 5 menit, kemudian dilanjutkan pemberian materi. Materi diberikan tidak hanya dengan mengggunakan slide dan poster, tapi juga demonstrasi dengan mencuci tangan yang baik dan pertolongan pertama diare yaitu pembuatan larutan gula garam. Pemberian materi berlangsung kurang lebih selama tiga puluh menit diikuti dengan sesi tanya jawab. Sesi tanya jawab berlangsung kurang lebih selama 15 menit. Siswa tampak malu untuk bertanya dan diperlukan beberapa waktu agar anak-anak tersebut mau bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di antaranya adalah: 1. Mengapa makanan bisa menyebabkan diare? 2. Bagaimana cara membuat oralit/larutan gula garam? Setelah acara ceramah dan tanya jawab usai, kami melaksanakan post-test di mana isinya menanyakan kembali pertanyaan yang sama dengan pre-test . Hampir seluruh peserta sudah mengerti dan dapat menjawab dengan benar karena sudah mendapat penjelasan sewaktu penyuluhan. Setelah post-test kami memberikan hadiah kepada siswa sebanyak lima orang yang dapat menjawab pertanyaan dari kami seputar diare. Di akhir kegiatan, kami memberi pesan kepada seluruh siswa yang mengikuti penyuluhan agar memasak makanan sampai matang, mencuci tangan s ebelum makan dan tidak sembarangan membeli makanan.
12
BAB IV EVALUASI KEGIATAN
4.1 Evaluasi Kegiatan
Evaluasi diskusi pemahaman tentang pengetahuan mengenai diare didasarkan pada beberapa aspek, yaitu dari segi peserta, proses kegiatan itu sendiri, maupun dari perbandingan antara hasil pre-test sebelum penyuluhan dengan hasil post-test setelah dilakukan penyuluhan. Dari segi peserta, jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan telah sesuai dengan jumlah siswa yang direncanakan yaitu seluruh siswa kelas IV dan V SD 2 Wanasari. Perhatian dan respon peserta penyuluhan secara umum juga sangat baik di mana hal ini dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan pertanyaan pertanyaan tersebut juga cukup berbobot dan kritis. Dari segi proses penyuluhan (ceramah dan diskusi) yang telah berlangsung, dapat dilaporkan bahwa ceramah dan diskusi berlangsung dengan baik dan terlihat bahwa adanya komunikasi yang timbal balik antara peserta dengan pembicara. Bagi peserta yang bertanya akan mendapatkan bingkisan dari dokter muda sekaligus sebagai pendorong semangat untuk bertanya dan sebagai kenang-kenangan. Keberhasilan penyuluhan yang dinilai dengan adanya peningkatan pengetahuan siswa mengenai diare dapat dilihat dari perbandingan jawaban-jawaban pre-test sebelum dilakukan penyuluhan dengan post-test dengan cara yang diadakan setelah dilakukan penyuluhan dengan memberikan beberapa pertanyaan secara lisan. Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan antara lain: 1. Apa yang dimaksud dengan diare? 2. Apa saja yang menyebabkan diare? 3. Bagaimana pertolongan pertama diare? 4. Bagaimana pencegahan diare? 5. Apa syarat makanan dan minuman yang sehat dan bersih? Dari pengamatan langsung terhadap jawaban
para peserta, didapatkan
peningkatan kemampuan menjawab pada post-test dibandingkan dengan pre-test. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan pengetahuan mengenai diare pada anak kelas IV dan V di SD 2 Wanasari. Sebelum dilakukan penyuluhan, pengetahuan para peserta tentang diare masih tergolong rendah, hal ini tampak saat diajukannya beberapa pertanyaan hanya beberapa peserta saja yang mampu menjawab dan dari jawaban
13
tersebut beberapa masih ada yang salah. Sedangkan setelah dilakukan penyuluhan, seluruh pertanyaan serupa yang telah diajukan sebelumnya dapat dijawab dengan serempak oleh seluruh peserta dengan benar. Pendapat peserta secara lisan tentang penyuluhan adalah sangat bagus dan mereka berharap di kemudian hari ada penyuluhan seperti ini dengan tema yang berbeda dan tentunya lebih menarik. 4.2 Hambatan PKM
Dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut kami merasakan tidak ada hambatan karena acara berlangsung dengan lancar sebagaimana yang telah dirancang dan direncanakan. 4.3 Manfaat PKM
Manfaat yang kami rasakan sebagai penyuluh dari pelaksanaan PKM ini adalah sebagai latihan untuk menjadi penyuluh yang baik di masyarakat, mulai dari perencanaan, persiapan materi (pengumpulan materi dan penguasaan materi), persiapan alat dan sarana penunjang, dan keterampilan berkomunikasi di depan orang banyak agar menarik dan dapat dimengerti oleh pendengar. Sedangkan manfaat bagi peserta adalah diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang diare sehingga pada akhirnya mereka mampu secara mandiri menjaga diri sendiri dan juga agar mereka dapat mensosialisasikan pengetahuan yang mereka dapat kepada orang lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T, Hendra. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 3th ed. Jakarta: Gaya Baru. h.417-26 Depkes RI. (1999), Buku Ajar Diare, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal
Pemberantasan
Penyakit Menular
dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Ditjen PPM & PLP) Desrizal, Hari Kusnanto (2006, November), Peran Serta Masyarakat dalam Program Water and Sanitation For Low Income Communities 2 di Pasaman, KMPK Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Sutarga, Hand-out Epidemiologi Penyakit-penyakit Infeksi, Denpasar: Lab. Epidemiologi Jurusan IKM FK Unud, h. 1-9
15