PERSPEKTIF TEORI KOMUNIKASI MENURUT LITTLE JOHN, AUBREY FISHER, DAN INFANTE
Disusun Oleh :
Anggit Giniafitri 210110150068
Tanti Rahmawati 210110150062
Noor Dina Camelia 210110150080
Ilmu Komunikasi C
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
DAFTAR ISI
PERSPEKTIF (STEPHEN W. LITTLE JOHN)
Tradisi Semiotik
Tradisi Fenomenologi
Tradisi Sibernetik
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiokultural
Tradisi Kritik
Tradisi Retorika
PERSPEKTIF AUBREY FISHER
Perspektif Mekanistis
Perspektif Psikologis
Perspektif Interaksional
PERSPEKTIF INFANTE
Pendekatan Cakupan Hukum
Pendekatan Aturan
Pendekatan Sistem
PERSPEKTIF STEPHEN W. LITTLE JOHN
Tradisi Semiotik
Semiotika atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.
Konsep dasar yang menyatukan tradisi ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukan beberapa kondisi lain konsepdasar kedua adalah simbol yang biasanya menandakan tanda yang komplek dengan banyak arti termasuk arti yang sangat khusus. Pemikiran semiotik melinabatkan ide dasar treat of meaning yang menjelaskan bahwa arti muncul dari hubungan diantara tiga hal yaitu benda (atau yang dituju), munusia (penafsir) dan tanda.
Benda yang ditunjuk
Benda yang ditunjuk
PemikiranSimbol
Pemikiran
Simbol
Gambar : Segitiga Semantik Ogden dan Richard
Semiotik dibagi dalam tiga wilayah kajian diantaranya :
Semantik, berbicara tentang bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjuknya atau apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda.
Sintaktik, kajian hubungan diantara tanda-tanda dan mengacu pada aturan-aturan yang dengannya orang mengkombinasikan tanda-tanda ke dalam sistem makna yang kompleks.
Pragmatik, memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta akibat dan pengaruh tanda pada kehidupan sosial.
Tradisi Fenomenologis
Teori-teori dalam tradisi fenomenologis berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Pendukung teori ini berpandangan bahwa cerita atau pengalaman individu adalah lebih penting dan memiliki otoritas lebih besar daripada hipotesis penelitian sekalipun. Kata fenomenologi berasal dari phenomenon, yng berarti kemunculan suatu objek,pristiwa, atau kondisi dalam persepsi seorang individu. Fenomenologi (phenomenology) menggunakan pengalaman langsung sebagai cara untuk memahami dunia. Orang mengetahui pengalaman atau peristiwa dengan cara mengujinya secara sadar melalui perasan dan persepsi yang dimiliki orang bersangkutan.
Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologi :
Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar, kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengannya.
Makna benda terdiri atas kekuatan benda menentukan maknanya bagi Anda. Sebagai contoh, Anda akan mengambil kajian teori komunikasi dengan serius sebagai pengalaman di bidang pendidikan ketika Anda mengalaminya sebagai sesuatu yang akan memberikan pengaruh positif pada kehidupan Anda.
Bahasa merupakan kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.
Proses interpretasi merupakan hal yang sangat penting dan sentral dalam fenomenologi. Interpretasi adalah proses aktif pemberian makna dari suatu pengalaman.interpretasi adalah proses aktif dari pikiran yaitu suatu tindakan kreatif dalam memperjelas pengalaman personal seseorang. Menurut pemikiran fenomenologi, orang yang akan melakukan interpretasi menhgalami suatu peristiwa atau situasi dan ia akan memberikan makan kepada setiap peristiwa atau situasi yang dialaminya. Kondisi demikian akan berlangsung terus menerus/(bolak-balik) antara pengalaman dan pemberian makna. Adapun tiga kajian pemikiran umum membuat beberapa tradisi fenomenologis
Fenomenologi klasik
Endmund Husserl, tokoh pendiri fenomenologi modern, adalah salah satu pemikir fenomenologi klasik. Menurunya orang harus berdisiplin alam menerima pengalaman itu. Dengan kata lain, pengalaman sadar individu adalah jalan yang tepat untuk menemukan realitas. Hanya melalui 'perhatian sadar' kebenaran hanya dapat diketahui. Pandangan ini menyatakan bahwa sunia dapat dirasakan atau dialami tanpa harus membawa serta berbagai kategori yang dimiliki orang yang ingin mengetahui pengalaman itu, karena hal itu dapat memengaruhi proses merasakan pengalaman itu.
Fenomenologi persepsi
Tokoh penting dalam fenomena persepsi adalah Maurice Merleau-Ponty. Menurut Ponty manusia adalah makhluk yang memiliki kesatuan fisik dan mental yang menciptakan makna terhadap dunianya. Selain itu, menurut Ponty sesuatu ituada karena diketahui dan dikenali. Dengan demikian suatu objek atau peristiwa itu ada dalam suatu proses yang timbal balik (give and take), yaitu hubungan dialogis dimana suatu objek atau peristiwa memengaruhi objek atau peoistiwa lainnya.
Fenomenologi hermeneutik
Tokoh dalam tradisi ini adalah Martin Heidegger yang dikenal dengan karyanya, philosofikal Hermeneutics. Hal yang paling penting bagi Heidegger adalah pengalaman alami yang terjadi begitu saja keika orang hidup di dunia. Realitas terhadap sesuatu tidak dapat diketahui hanya melalui analisis yang cermat, tetapi oleh pengalaman alami yang terbentuk melalui penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Tradisi Sibernetika
Sibernetika merupakan tradisi sistem-sistem kompleks yang di dalamnya banyak orang saling berinteraksi, memengaruhi satu sama lainnya. Teori-teori dalam tradisi sibernetika menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku bekerja. Dalam siberneika, komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-bagian atau variabel-variabel yang saling memengaruhi satu sama lainnya, membentuk, serta mengontrol karakter keseluruhan sistem, dan layaknya organisme, menerima keseimbangan dan perubahan.
Inti dari pemikiran sibernetika terbentuk dari ide sistem. Sistem merupakan seperangkat komponen-komponen yang saling berinteraksi dan membentuk sesuatu yang lebih dari sekedar sejumlah bagian-bagian. Namun, sistem tidak akan bertahan tanpa mendatangkan asupan-asupan baru dalam bentuk input.Oleh karena itu, sebuah sistem mendapatkan input dari lingkungan, memproses dan menciptakan timbal balik berupa hasil kepada lingkungan. Input dan output terkadang berupa materi-materi nyata atau dapat pula berupa energi dan informasi. Sistem juga dicirikan dengan regulasi. Dengan kata lain monitosr sistem mengatur dan mengontrol keluaran mereka agar stabil serta mencapai tujuan.
Akses masalah kesehatan
Akses masalah kesehatan
(+) (-)
Masalah penyakit dalam keluargaPendapatan keluarga
Masalah penyakit dalam keluarga
Pendapatan keluarga
(-)
Kesuksesan anak di sekolah
Kesuksesan anak di sekolah
(+) (-)
(+)
Kehadiran di sekolah dan tempat kerja
Kehadiran di sekolah dan tempat kerja
(-)
Jumlah tayangan televisi
Jumlah tayangan televisi
(-)
Gambar : Hipotesis Jaringan Sibernetika
Dalam sistem yang kompleks, sejumlah putara timbal balik menghubungkan semua bagian. Putaran timbal balik ini disebut network (jaringan). Ilustrasi sederhana yang digambarkan jaringan sibernetika adalah contoh hipotesis seperti pada gambar diatas. Gambar diatas yang diberi tanda plus (+) merepresentasikan hubungan positif, sedangkan tanda minus (-) merepresentasikan hubungan negatif. Dalam hubungan positif, variabel-variabel meningkat dan menurun secara bersamaan. Dalam hubungan negatif, variabel-variabel berbanding terbalik, sehingga satu meningkat, maka yang lainnya akan menurun. Sebagai contoh, ketika pendapatan keluarga meningkat, maka kebutuhan akan kesehatan juga meningat, dengan peningkatan kebutuhan akan kesehatan, menurunlah tingkat penyakit ddalam keluarga, sehingga dapat meningkatkan kehadiran di tempat kerja dan sekolah.
Dalam tradisi cybernetic terdapat beberapa varian, diantaranya:
Teori sistem dasar (Basic System Theory)
Pendekatan ini menggambarkan sistem-sistem sebagai bentuk-bentuk nyata yang dapat dianalisis dengan melihat bagian-bagian dari sistem dan bagaimana semuanya berinteraksi, mengobservasi secara objectif dengan mengukur kekuatan-kekuatan diantara semua bagian dari sistem, mendeteksi input dan output sebuah sistem serta mengoperasikan atau memanipulasi sistem dengan mengubah input sistem tersebut dan mengerjakannya dengan sembarangan dengan mekanisme pemrosesannya.
Sibernetika (Cybernetics)
Sibernetika yang dipopulerkan oleh Norbert Wiener pada tahun 1950-an merupakan cabang dari teori sistem yang memfokuskan diri pada putaran timbal balik pada proses-proses kontrol. Sibernetika menantang pendekatan linier yang menyatakan bahwa satu hal dapat menyebabkan hal lainnya. Konsep ini mengarahkan pada bagaimana sesuatu saling memengaruhi satu sama lainnya.
Teori sistem umum (General System Theory)
Teori sistem umum awalnya diformulasikan oleh ahli biologi Ludwig von Bertalanffy yang menggunakan GST sebagai pendekatan pengetahuan yang luas dan multi disipliner. Tradisi ini menggunakan prinsip-prinsip sistem yang menunjukan bagaimana benda benda dalam banyak kajian yang berbeda serupa satu sama lainnya, memebntuk kosakata umum bagi komunikasi bagi banyak kajian. GST juga menyadari sistem universal pada semua bentuk dan berkaitan dengan kejamakan diantara sistem yeng tampaknya beragam, seperti pertumbuhan ekonomi, perkembangan biologis, dan pergerakan sosial.
Sibernetika tingkat kedua (Second Order Cybernetic)
Konsep ini melihat pada bagaimana sistem bekerja dengan berada diluar sistem itu sendiri. Kapanpun seseorang mengobservasi sistem maka orang tersebut memengaruhi dan dipengaruhi olehnya.
Tradisi Sosiopsikologis
Sosiopsikologi memandang individu sebagai makhluk sosial. Teori-teori tradisi ini berfokus pada perilaku sosial individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian dan sifat, persepsi, serta kognisi. Tradisi ini menjelaskan sistem pemrosesan informasi individu manusia. Tradisi dalam sosipsikologis dapat dibagi dalam tiga cabang besar :
Perilaku
Teori-teori berkonsentrasi pada bagaimana manusia berperilaku dalam situasi-situasi komunikasi. Teori-teori tersebut biasanya melihat hubungan antara perilaku komunikasi dalam kaitannya dengan beberapa variabel, seperti sifat pribadi, perbedaan situasi dan pembelajaran. Penekanan dalam psikologi adalah bagaimana kita mempelajari perilaku dengan menghubungkan antara stimulus dengan respons. Para ahli psikologis menyebutnya "pembelajaran", ketika perilaku tersebut diberi penghargaan, perilaku tersebut akan diulang sebaliknya jika responsnya merupakan hukuman makan perilaku tersebut akan berhenti "unlearned."
Kognitif
Teori ini berkonsentrasi pada bagaimana individu memperoleh, menyimpan, dan memproses informasi dalam cara yang mengarahkan output perilaku. Dengan kata lain, apa yang kita lakukan dalam situasi komunikasi bergantung tidak hanya pada bentuk stimulus respons, melainkan pada operasi mental yang digunakan untuk mengelola informasi.
Biologis
Teori ini berkonsentrasi pada penjelasan perilaku manusia melalui efek-efek fungsi dan struktur orak, neurochemistry, dan faktor genetik. Para ahli disini percaya bahwa banyak dari sifat, cara berpikir, dan perilaku indivisu diikat secara biologis dan bukan hanya dari pembelajaran atau faktor-faktor situasi, melainkan dari pengaruh-pengaruh neurobiologis sejak lahir.
Tradisi Sosiokultural
Pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukkan cara pemahaman kita terhadap makna, norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi. Teori-teori di dalam tradisi sosiokultural mengeksplorasi dunia interaksi manusia, menjelaskan bahwa realitas bukanlah seperangkat susunan diluar kita, tetapi dibentuk melalui proses interaksi di dalam kelompok, komunitas, dan budaya.
Tradisi ini memfokuskan diri pada bentuk-bentuk interaksi antarmanusia daripada karakteristik individu atau model mental. Teori-teori dalam tradisi ini cenderung berhubungan dengan bagaimana makna diciptakan dalam interaksi sosial dalam situasi nyata. Dalam tradisi ini interaksi yang berupa simbol-simbol memiliki makna yang berbeda ketika pelaku komunikasi berpindah dari satu situasi ke situasi lainnya.
Tradisi sosiokultural memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh diantaranya :
Paham interaksi simbolis (symbolic interactionism)
Paham interaksi simbolis berasal dari kajian sosiologi melalui penelitian Herbert Blumer dan George Herbert Mead yang menekankan pentingnya observasi partisipan dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial.
Konstruksionisme (construcsionism)
Menurut hasil penelitian Peter Beger dan Thomas Luckmann, paham ini biasanya dikenal dengan istilah the social construction of reality, sudut pandang ini telah melakukan penyelidikan tentang bagaimana pengetahuan manusia dibentuk melalui interaksi sosial.
Sosiolinguistik
Di dalam tradisi ini dinyatakan bahwa manusia menggunakan bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial yang berbeda.
Filosofi bahasa
Ludwig Wittgeenstein, filsuf asal Australia mencetuhskan sudut padang sosiolinguistik yang menyarankan bahwa makna bahasa bergantung pada penggunaan nyatanya.
Etnografi
Etnografi atau observasi melihat tentang bagaimana kelompok sosial membangun makna melalui perilaku linguistik dan nonlinguistik mereka. Etnografi melihat bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam kelompok sosial tertentu, kata-kata yang mereka gunakan, dan apa maknanya bagi mereka, sebagaimana makna-makna bagi keragaman perilaku, visual, dan respons audio.
Etnometodologi
Etnometodologi atau obserbasi yang cermat akan perilaku-perilaku kecil dalam situasi-situasi nyata. Etnometodologi dihubungkan dengan ahli sosiologi Harold Garfinkel, pendekatan ini melihat bagaimana kita mengelola atau menghubungkan perilaku dalam interaksi sosial pada waktu tertentu.
Tradisi Kritik
Perspektif kritis merupakan salah satu perspektif teoritis yang bersumber pada berbagai pemikiran yang berbeda seperti pemikiran Aristoteles, Paucault, Gadamer, Hegel, Marx, Kant, Wittgenstein, dan pemikiran-pemikiran lain. Pemikiran-pemikiran berbeda tersebut disatukan oleh sebuah orientasi atau semangat teoritis yang sama, yakni semangat untuk melakukan emansipasi. Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan , keadilan, dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengancara mengkritik secara terus-menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan dan persamaan.
Pada dasarnya teori kritis dipengaruhi oleh dua pemikiran utama. Yang pertama adalah teori kritis Frankfut School, yang sumber-sumber pemikirannya bida dilacak dari pemikiran-pemikiran Habermas, Adorno dan Maxhorkhheimer, serta didukung oleh pemikir-pemikir lain seperti Herbert Marcuse, Wolter Penjamin, Erick Fromm, Albrecht Wellmer, Karl-otto Apel, dan Axel, Honnteh. Pengaruh kedua berasal dari karya dan pemikiran Antonio Gramsci.
Keragaman Dalam Tradisi Kritik
Marxisme
adalah suatu paham ekonomi dan sosial berdasarkan ide politik dan ekonomi dari Karl Marx dan Frederich Engels, marxisme juga merupakan cabang dari teori kritik. Marxisme adalah sistem sosialisme dimana kepentingan yang dominan ialah pada kepemilikan publik, yaitu produksi, distribusi, dan tukar-menukar proses jual beli. Ekonomi lebih ditonjolkan dalam paham ini dan politik berada pada posisi kedua karena politik sebagian besar ditentukan oleh konteks sosial-ekonomi, sehingga kelas sosial yang dominan di ekonomi, secara otomatis juga dominan dalam politik. Sifat hubungan ekonominta adalah konfliktual, dimana antar negara dapat saling mencari maksimum profit seluas-luasnya dandiperbolehkan menjatuhkan negara lain.
Dalam masyarakat yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis, profit merupakan faktor yang mendorong proses produksi, dan menekan buruh atauh kelas pekerja. Hanya dengan perlawanan dengan kelas dominan (pemilik kapital) dan menguasai alat-alat produksi, kaum pekerja dapat memperoleh kebebasan. Teori marxis klasik ini dinamakan 'The critique of pilitical economi" (kritik dalam ekonomi politik).
Dalam marxisme, praktik-praktik komunikasi dilihat sebagai hasil dari tekanan antara kreativitas individu dan desakan sosial pada kreativitas itu. Hanya jika individu benar-benar bebas mengekspresikan dirinya dengan kejelasan dan alasan, kebebasan akan terjadi. Akan tetapi, bahasa juga menjadi sebuah desakan kepentingan karena jika kelompok dominan mempunyai bahasa yang berbeda dengan kelompok yang lemah maka akan sulit untuk keompok yang lemah mengekspresikan diri dan mencapai emansipasi.
Frankfurt School
Frankfurt School adalah cabang kedua dari teori kritik dan masih sering digambarkan sebagai persamaan dengan istilah teori ktitik (critical theory). Frankfurt School mengacu kepada kelompok filsuf jerman, sosiolog, ekonom (Marx Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse) dihubungkan dengan Institute for social research yang didirikan di Frankfruit pada tahun 1923. Cara pemikiran Frankfurt School mereka sebut sendirisebagai "Teori Kritik Masyarakat". Maksud teori ini adalah membebaskan manusia dari pemanipulasian para teknokrat modern. Masyarakat mengungkapkan apa yang dirasakan ole kelas-kelas tertindas, sehingga kelas-kelas ini menyadari ketertindasannya dan memberontak.
Post modernisme
Post modernisme adalah paham yang menolak bahwa proyek pencerahan yang dijanjikan modernitas. Menurut penganut postmodernisme, modernitas yabng ditandai dengan munculnya masyarakat industri dan banyaknya informasi telah memanipulasi berbagai hal termasuk pengetahuan. Beberapa tokoh post modernisme adalah :
Jean Fracois Lyotard, berpendapat bahwa post modenisme menolak janji besar modernisme, bahwa modernisme membawa kemauan masyarakat.
Jean Baurillard, berpendapat bahwa dlam modernisme, realitas dan cerita tidak dapat dibedakan.
Postsrukturalis
Adalah salah satu cabang post modernisme secara khusus menolak maknamakna tanda yang sudah terstruktur dalam pola pikir masyarakat.
Postkolonialisme
Merupakan salah satu anak cabang post modernisme yang mempelajari budaya-budaya yang ada saat ini sebagai akibat proses penjajahan masa lalu.
Tradisi Retorika
Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai simbol yang digunakan manusia. Pada awalnya, ilmu ini berhubungan dengan persuasi, sehingga retorika adalah seni penyusunan argumen dan pembuatan naskah pidato. Pusat dari tradisi retorika terdiri dari:
Penemuan
mengacu pada konseptualisasi yaitu proses penentuan makna dari simbol melalui interpretasi, respons terhadap fakta yang tidak mudah ditemukan pada apa yang telah ada, tetapi menciptakannya melalui penafsiran dari kategori-kategori yang digunakan.
Penyusunan
adalah pengaturan simbol-simbol yaknimenyusun informasi dalam hubungannya diantara orang-orang, simbol-simbol, dan konteks yang terkait.
Gaya
gaya berhubungan dengan semua anggapan yang terkait dalam penyajian dari semua simbol tersebut, mulai dari pemilihan simbol sampai makna yang diberikan pada simbol tersebut.
Penyampaian
menjadi perwujuan dari simbolsimbol dalam bentuk fisik, mencakup pilihan non verbal untuk berbicara, menulism dan memediakan pesan.
Daya ingat
mengacu pada pengingatan budaya dengan proses persepsi yang berpengaruh pada bagaimana kita menyimpn dan mengolah informasi.
Kemajuan tradisi retorika teangkum dalam beberapa periode diantaranya :
Klasik
Asal retorika di zaman klasik, dari abad ke 5 sampai abad ke1 sebelum masehi didominasi oleh usaha-usaha untuk mendefinisikan dan menyusun peraturan dari seni retorika. Dalam periode ini, sophist mengajarkan seni berdebat di kedua sisi pada sebuah kasus (Yunani), namun Plato tidak menyukai pendekatan relativistik Sophist. Oleh karena itu, Aristoteles (murid Plato) mengambil pendekatan yang lebih prgmatis terhadap seni dan menyusunnya menjadi Rhetorika.
Pertengahan (400-1400 M)
Memandang kajian retorika yang berfokus pada permasalahan penyusunan dan gaya. Permasalahan tentang gaya ditekankan dalam pengajaran mengadaptasi pelapisan, bahasa, hormat untuk audiens khusus. Orientasi pragmatis terhadap retorik pertengahan juga bukti lain kegunaan dari retorika jaman pertengahan (untuk penulisan surat).
Renaissance (sekitar 1300-1600 M)
Disokong oleh zaman pertengahan, memandang sebuah kelahiran kembali dari retorika sebagai filosofi seni. Para penganut humanisme yang tertarik dan berhubungan dengan semua aspek dari manusia, bisa menemukan kembali eks retorika klasik dalam sebuah usaha untuk mengenal dunia manusia.
Pencerahan (1600-1800 M)
Rene Descartes mencoba untuk menentukan apa yang dapat diketahui secara absolut dan objektif oleh pikiran manusia. Francis Bacon, mencari persepsi petunjuk dengan penelitian empiris, berpendapat bahwa kewajiban retorika adalah untuk "lebih baik mengaplikasikan alasan dengan imajinasi supaya sesuai dengan keinginan"
Kontemporer
Ditunjukkan oleh kemajuan retorika ketika jumlah, jenis, dan pengaruh simbol-simbol meningkat. Retorika bergeser fokusnya dari pidato ke semua jenis penggunaan simbol. Selama masa dua perang dunia, lembaga-lembaga media massa dibangun untuk meneliti propaganda, mulai meneliti periklanan dan pesan-pesan sudut pandang retorika yang disampaikan melalui media massa. Periode kontemporer nampaknya juga telah kembali pada sebuah pemahaman mengenai retorika sebagai espistemika yaitu sebagai sebuah cara untuk mengetahui dunia bukan hahya sebuah cara untuk menyampaikan sesuatu tentang dunia.
Post Modern (akhir abad 20 dan awal abad 21)
Teori retorika post modern mengistimewakan pendirian akan ras, kelas, gender, dan seksualitas. Penganut paham feminis dan praktik-praktik retorika gender seringkali masuk ke dalam bidang post modern sama seperi teori queer (ganjil).
PERSPEKTIF AUBREY FISHER
Perspektif mekanistis
Perspektif ini mengacu pada panduan teoritis dan metodologi dari ilmu fisika. Fisika yang dominan pada beberapa abad merupakan perspektif mekanistis yang umunya di kenal dengan zaman "fisika klasik". Para penganut paham meknistis akan berpegang pada asumsi epistimologis dan aksiologis. Mereka melihat realitas dalam artian dapat diamatinya fenomena yang sebenarnya. Karena itu, tujuan pengkajian ilmiah adalah untuk menentukan sejauh mana konseptualisasi ideal mendekati realitas dan sebaliknya. Mekanisme adalah sesuatu tipe ideal itu sendiri, sekumpulan asumsi dan doktrin untuk membimbing penelitian ilmiah dan perkembangan teori.
Kuasi-Kausalitas
Para ahli teori dan filsuf (misalnya Bergmann 1957) sering mengasosiasikan mekanisme dengan kausalitas, sebuah sebab akibat, perspektig mekanisme harus mengharuskan "A menyebabkan B", suatu karakteristik yang kasar semacam itu tentang idealisme mekanistis barangkali tidak sepenuhnya cermat. Determinisme mekanistis beranggapan bahwa bila ada suatu peristiwa/kondisi pendahulu/kombinasi dari keduanya, maka ramalan tentang peristiwa/kondisi masa depan menjadi mungkin. Dalam idealism mekanistis, mengetahui masa kini berarti meramalkan masa yang akan datang.
Transitivasi Fungsi
Mekanisme dapat mencakup juga pertimbangan fungsional daro hubungan fenomenal. Relevansi dari fungsionalisme dengan mekanisme tidak begitu banyak berbeda dari kausalitas. Namun hal ini terletak pada perilaku khasnya dimana komponen atau konsep saling di hubungkan antara yang satu dengan yang lainnya, yakni di gambarkan fungsi A, B, dan C saling berhubungan secara transitif.
Ada 2 prinsip dari transitivasi fungsi, pertama fungsionalisasi mekanistis bersifat linier. Tiap komponen mengalihkan fungsinya kepada komponen berikutnya dalam urutan yang sama. Proses linier ini berlangsung secara searah (unindirectional) ia tidak dapat bekerja sebaliknya dan juga tidak dapat melampaui yang lainnya. Tetapi komponen berfungsi sebagai mata rantai (penghubung) dalam suatu rangkaian. Prinsip yang kedua adalah transitivitas tersebut berkaitan dengan idealitas fungsional dari setiap komponen submekanisme itu sendiri. Setiap submekanisme adalah independen dari komponen yang lainnya. Setiap komponen menjalankan fungsi yang dapat di identifikasikan kedalam kerangka kerja transitif.
Eksistensi material dari komponen
Mekanisme berpendapat bahwa alam terbentuk dari wujud material dan unsure yang struksurnya dapat di tentukan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Mekanisme juga menunjukan suatu pembatasan pada konsep waktu dalam artian bahwa waktu itu bergerak ke saru arah dan tidak dapat diulang.
Reduksionisme
Reduksionisme mengasumsikan bahwa apa yang ada dalam realitas dapat dianalisis kedalam unit yang semakin kecil. Wujud dapat di reduksi sampai komponen structural sehingga sampai pada komponen individual yang terkecil. Mereduksikan wujud ke dalam bagian-bagian komponennya memudahkan ilmuan untuk menyederhanakan hubungan tertentu untuk menemukan dampak interkstif dari berbagai komponen yang amat esensial bagi penelitian eksperimental. Lawan reduksionisme adalah holisme. Jika reduksionisme menunjukan pada hubungan satu arah pada komponen maka holisme menunjukan hubungan tidak mempunyai arah (nonlinier).
Model mekanistis komunikasi manusia.
Titik sentral dari model komunikasi mekanistis adalah unsur penyampaian atau saluran yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Para komunikator saling dihubungkan oleh saluran, tanoa adanya saluran maka komponen-komponen lain akan terkatung-katung secara konseptual dalam ruang.
Model mekanistis ini jelas menunjukan hubungan linier antar para komunikator. Saluran yang bertindak menghubungkan mempunyai arah yang di analogikan sebagai arah jarum jam. Kelinieran saluran ini mendorong penyimpulan kuasi-kausalitas, yakni bahwa suatu sumber/pengirim mempengaruhi atau berbuat sesuatu pada si penerima/responden yang akhirnya akan menimbulkan efek.
Dalam perspektif mekanistis, hambatan atau gangguan lebih banyak timbul sebagai konsekuensi kemampuan manusia yang terbatas untuk merespon unit informasi yang diterima.
Kesimpulan :
Fokus perspektif mekanistis : saluran.
Implikasi : bertitik berat pada efek, hambatan dan kegagalan komunikasi, fungsi jaga gerbang (gate keeping), komunikasi media.
Contoh bidang penelitian : persuasi, efek media, jaringan komunikasi, difusi.
Perspektif psikologis
Perspektif psikologis barangkali merupakan perspektif komunikasi yang paling popular dewasa ini. semakin banyak orang yang menyatakan diri peneliti komunikasi sebagai disiplin untuk empiris juga akan menemukan perspektif ini paling sama dengan sudut tinjauan mereka sendiri. Pada bahasan sebelumnya mengenai perspektif mekanistis kita kenal istilah doktrin, maka pada psikologis istilah yang di gunakan adalah karakteristik. Titik beratnya ada dalam bentuk faham behaviorisme, yakni tentang stimulus dan respon.
Konsep stimulus sebenarnya lebih kompleks dari yang dilihat. Contohnya dalam pertemuan tatap muka dua orang, seseorang dari mereka tersenyum lalu berkata "hai apa kabar?". Maka stimulus itu merupakan pengaruh lingkungan dan daapt berbentuk seseorang, pesan, gangguan warna, dengan kata lain objek yang mempengaruhi. Biasanya hubungan stimulus dan respon diwarnai oleh hubungan sebab akibat. Oleh karena itu penjelasan S-R akan mengemukakan bahwa organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya keadaan internal organism bergungsi menghasilkan respon tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula.
Peramalan respon
Tujuan penjelelasan S-R berpusat pada peramalan, dan peramalan berpusat pada respon. Respon dianggal sebagai perilaku yang langsung diamati. Ketika kita berusaha meramalkan respon, kita tidak hanya harus memperhitungkan sejarah respon, tetapi juga harus mencakup prinsip-prinsip yang menerangkan sebab-sebab akumulasi dan degradasi pengalaman S-R di masa lalu. Suatu produk dari pengalaman dinamakan "set". Set psikologis ini berisi unsur-unsur baik stimuli ataupun respon dan terletak dalam organism sebagai keadaan antara internal.
Peneguhan (reinforcement) respon
Istilah peneguhan respon digunakan dalam konsep komunikasi untuk mengartikan respon pada respon organisme. Tidak hanya situasi stimulus yang mempengaruhi keadaan internal organism, tetapi juga peneguhan/penguatan itu juga mempengaruhi keadaan internal organism dalam keadaan kebalikannya. Maksudnya organism tidak hanya di pengaruhi oleh oeristiwa masa lampau tetapi juga di pengaruhi oleh masa yang akan datang.
Model psikologis komunikasi manusia
Orientasi S-R cukup menonjol dalam perspektif psikologis tentang komunikasi manusia. Model dalam perkspektif ini menganggap bahwa manusia berada dalam medan stimulus, yang secara bebas disebut sebagai suatu lingkungan (Environment Influence) yang di dalamnya terdapat arus stimuli yang tidak terbatas jumlahnya. Semuanya diproses melalui alat indra manusia. Manusia yang berkomunikasi tidak hanya menerima stimuli tetapi juga menghasilkan stimuli. Sama seperti konsep sumber/penerima dalam model mekanistis.
Fokus dalam model perspektif psikologis adalah filter konseptual. Perspektif psikologis sendiri mempunyai fokus terhadap manusia sebagai tempat yang utama untuk menemukan terjadinya komunikasi. Filter konseptual tidak digunakan untuk mengidentifikasikan hakikat keadaan internal akan tetapi sebagai suatu"kata petunjuk" yang ditunjukan untuk mencakup semua kontrak yang beragam yang telah di pakai untuk melukiskan secara teoritis kegiatan internal dalam diri manusia. Konstruk dalam bahasa sederhananya adalah sintesis intelektual tentang sebuah data, digunakan untuk menjelaskan data itu sendiri.
Dalam perspektif psikologis individu merupakan wujud "kotak hitam" dalam arti individu yang memperoleh informasi sedang "berperilaku" dengan cara yang benar-benar terselubung dan tidak dapat di dekati oleh pengamatan langsung. konsep kotak hitan atau black box tersebut menimbulkan berdebatan para ilmuan mengenai hubungan sikap dan perilaku. Sampai batas tertentu, debat tentang hubungan sikap dan perilaku mencerminkan pembantahan teoritis terhadap dalam psikologi antara psikologi kognitif dan S-R. Pada akhirnya hubungan antara yang tersembunyi (convert) dan yang tampak (overt) adalah multidimensional. Begitu pula dengan sikap dan perilaku yang di bahas dalam perspektif ini merupakan suatu hubungan yang saling tergantung dan sangat kompleksyang sulity untuk di terangkanm secara jelas. Namun baik secara implisit atau eksplisit hal ini penting dalam perspektif psikologis tentang komunikasi manusia.
Kesimpulan :
Fokus perspektif psikologis : filter konseptual
Implikasi : orientasi penerima, tingkat interpersonal, hubungan sikap dan perilaku, kuasi-kausalitas, pengembangan alat ukur, selektivitas informasi.
Contoh bidang penelitian : persuasi dan perubahan sikap, komunikasi organisasional, komunikasi kelompok.
Perspektif interaksional
Istilah perspektif interakasional digunakan untuk menunjukan pandangan komunikasi menusia yang telah berkembang secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang dikenal sebagai interaksi simbolik. George Herbert Mead dipandang sebagai tokoh utama di kalangan penganut interakasionalisme terdahulu. Mead lah meninggalkan warisan filosofis yang sifatnya lebih komperhensif dan sistematis.
Karakteristik interaksionisme
Hakikat diri
Dari semua perspektif sejauh ini yang paling bersifat "manusiawi" adalah yang beraliran interaksionalisme simbolis. Perspektif ini menonjolkan keagungan dan nilai individu diatas segala pengaruh yang lainnya. Manusia di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, saling berhubungan, masyarakat dan buah pikiran. Tiap bentuk interasi sosial itu di mulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri manusia. Karena itu konsep diri dari Mead merupakan proses reeflektif yang amat berbeda psikologi perilaku. Individu tidak menyaring pengalaman melalui konsep yang di perolehnya dan bersifat semi permanen tersebut, tetapi ia bertoindak atas pengalaman dan pengorganisasian tindakan di masa silam, masa sekarang dan masa yang akan datang atas dasar penafsirannya pada pengalaman itu. perilaku sebenarnya bukanlah sekedar respon tetapi proses penafsiran pada petunjuk diri. Dalam hal ini interksionisme tidak memandang individu sebagai wujud unik dan terintegrasi yang memiliki kognisi dan keyakinan yang terinternalisasikan, akan tetapi sebagai mahluk sosial. Manusia tidak hanya berada dalam medan stimulus sebagai penerima selektif, tetapi bertindak terhadap fenomena lingkungan secara kreatif dan refleksif.
Hakikat lambang
Mead membedakan dua tingkat interaksi, isyarat dan lambang. Blumer mengartikan tingkat-tingkat ini sebagai interaksi yang nonsimbolis dan interksi yang simbolis. Suatu isyarakt atau yang bukan lambang merupakan tindakan implusif bersifat spontan, dalam arti respon refleks. Inti dari interaksi non simbolik adalah ketiadaan prosos interpretative. Interaksi simbolis atau lambang di lain pihak menuntut adanya proses sosial internal dalam diri seseorang yang berupa petunjuk diri atas penafsiran. Mead (1922; 160-161) menambahkan konsep "arti" pada lambang sehingga ia memperluas konteks sosial lambang. Arti lambang sepenuhnya tergantung pada kemampuan individu dalam menempatkan diri nya dalam peranan orang lain. berarti hal ini membutuhkan pengambilan peran (role taking). Proses penafsiran lambang telah memberikan gambaran yang lebih jelas tentangapa yang dipandang Mead sebagai "jiwa" (mind). Konsep interkaksional tentang mind adalah antitesis dari filter konseptual psikologi S-O-R-R yang di internalisasikan.tetapi pada tahap ini kita hanya dapat berkata bahwa istilah "makna yang dimiliki bersama" (shared meaning) mempunyai makna yang berbeda tergantung apakah orang memakainya menurut persepsi psikologis atau interaksional.
Hakikat tindakan manusia
Karena adanya proses sosial internal penunjukan diri, perpeksif interaksional memungkinkan individu untuk melihat dirinya sendiri sebagimana orang lain melihat padanya.dalam proses pengambilan peran ini indovidu dapat mengambil peran orang lain yang tertentu. Misalnya mahasiswa melihat dirinya sendiri dari sudut pandang dosen. Bentuk pengambilan peran yang paling informative adalah peran generalized other. The generalized other ini mencerminkan warga masyarakat atau kultur di tempat individu itu mengidentifikasikan dirinya. Pada derajat tertentu manusia di pandang oleh aliran interaksional sebagai penguasa yang menentukan nasibnya sendiri.
Hakikat tindakan sosial
Proses sosial dari penunjukan diri dan pengambilan peran itu memunginkan manusia untuk saling berinterkasi dan bertindak yang dilakukan oleh para anggota yang dapat ditentukan dari wujud kelompok. Pada waktu tertentu individu mengambil perannya ia dapat mengizinkan orang lain untuk mengarahkan tindakan individualnya, individu pengambil peran menyelaraskan tindakannya dengan tindakan orang lain sehingga sebagai hasilnya, tindakan beberapa orang atau lebih menjadi terstruktur dan akan membentuk tindakan kelompok. Akan tetapi ciri yang paling penting dari tindakan sosial adalah penjelasan mengapa tindakan kolektif itu terbentuk. Menurut McHugh (1968) tindakan ini merupakan penjelasannya yang terbaik. Selama individu-individu itu berusahan mendefinisikan situasi, mereka cenderung menemukan kesamaan dengan orang lain dan kemudian menyerasikan tindakan mereka ke dalam suatu pola yang homogen.
Model interaksional
Komunikator interkasional merupakan penggabungan yang kompleks dari individualisme sosial, yakni seorang individu yang imengembangkan potensi kemanusiaannya melaui interaksi sosial. Dalam model interaksional, komunikator digambarkan sedang melaksanakan atau melakukan peran. Dari perspektif ini, komunikator memandang dirinya dari perspektif orang lain dan memandang orang lain dari perspektif dirinya. Karena itu komunikator dapat menyesuaikan perilaku dengan orang lain. komponen tambahan lainnya dalam perspektif interaksional adalah kesearahan (congruence). Dalam model tersebut mengemukakan adanya kesearahan dalam bidang-bidang yang saling tumpah tindih dari garis putus-putus, diri/orang lain, orang lain/diri, dan objek. Komponen terakhir dari intekaksionisme adalah arti lambang. Ingat bahwa lambang itu berarti lebih dari satu orang dalam situasi yang sama dapat mengambil peran yang sama. Satu unsur terakhir yang merupakan gejala perspektif interaksional adalah yang menyangkut adaptasi (penyesuaian diri). Komunikator menyesuaikan dirinya dengan yang lain, dengan diri, dengan objek, dengan situasi dan dengan perannya.
Kesimpulan :
Fokus perspektif interaksional : pengambilan peran
Implikasi : mencari pengertian diri, berperan bagi peneliti dan penelitian, kebersamaan (sharedness), bertitik berat pada tindakan .
Contoh bidang penelitian : self-disclosure (pengungkapan diri), dan persuasi
Perpektif pragmatis
Perspektif pragmatis berawal dari studi semiotic dan istilah pragmatika yang merupakan studi tentang bagaimana lambang-lambang berhubungan dengan orang (pemakai lambang). Aspek pragmatis komunikasi berpusat pada perilaku komunikator sebagai komponen fundamental komunikasi. Pragmatika berpandangan bahwa komunikasi dan perilaku sesungguhnya sama. Pragmatika digunakan untuki pengkajian proses komunikasi manusia. Perspektif ini masih baru daripada perspektif yang sebelumnya, masih dalam proses pengenbangan.
Prinsip-prinsip pragmatika
Prinsip-prinsip pragmatika banyak diambil dari teori sistem umum. Teori sistem merupakan seperangkat prinsip yang terorganisasikan secara longgar dan bersifat abtrak, berfungsi mengarahkan jalan pikiran kita namun yang tergantung pada berbagai penafsiran.
Pokok-pokok teori sistem
Tingkat abraksi yang tinggi dari teori sistem umum memungkinkan keanekaragaman penafsiran dalam kerangka parameternya. Rapport mendefinisikan sistem sebagai totalitas yang berfungsi sebagai keseluruhan karena adanya ketergantungan dari bagian-bagiannya. Hubungan yang sifatnya saling tergantung antar komponen-komponnen dapat dilukiskan menurut tiga unsur yang saling berhubungan : struktur, fungsi dan evolusi. Hubungan struktural menunjukan adanya hubungan spasial antara komponen dalam artian samping atas bawah depan dan seterusnya. Hubungan fungsional mengandung arti adanya hubungan yang berorientasi pada waktu diantara komponen-komponen. Dalam sistem sosial hubungan yang fungsional dikaitkan dengan tindakan sehingga seseorang dapat diidentifikasikan hubungannya dengan orang lain. hubungan evolusioner melacak seluruh sejarah sistem itu sepanjang waktu. Evolisi suatu sistem mengandung di dalamnya hubungan structural dan fungsional.
Semakin teratur suatu sistem semakin dapat diramalkan perilaku sistem itu, namun jelas sistem sosial tidak seluruhnya dapat diramalkan. Di dalam sistem terdapat prisnip keterbukaan dimana semua sistem diklarifikasikan berdasarkan keterbukaannya. Sayangnya beberapa penelaah teori sistem cenderung memandang prinsip keterbukaan secara ganda, yakni sistem itu terbuka atau tertutup. Sistem sosial tidak pernah tertutup namun harus di pandang sisitem yang hampir terbuka.
Pokok-pokok teori informasi
Apabila komunikasi terjadi dalam sistem sosial maka individu terlibat dalam pengolahan informasi. Prasayat bagi pembahasan komunikasi secara pragmatis adalah adanya pemahaman menyeluruh tentang hakikat informasi itu. teori informasi memberikan salah satu cara untuk memperoleh pemahaman itu. Informasi, menurut prinsip teori informasi hanya ada dalam bentuk jumlah. Informasi diukur dalam artian "berapa banyak". Teori informasi mengasumsikan beberapa persyaratan sebelum ukuran statistiknya dapat di terapkan. Proses mencari dan menggunakan informasi untuk mengurangi ketidakpastian merupakan karakteristik komunikasi manusia yang alamiah.
Redundansi dan kendala. Sifat informasi dalam pengertian sistem sosial yang mengolah informasi, mengemukakan sistem lebih menangani peristiwa daripada objek material. Teori informasi menentukan bahwa penyesuaian yang lampau suatu sistem mempengaruhi masa kini sehingga perilaku pengolahan informasi cenderung berulang sepanjang waktu dalam pola uji coba.
Penerapan komunikasi manusia
Sistem sosial. Untuk memandang komunikasi manusia sebagai sistem memerlukan eksistensi sistem sosial yang ada di dalamnya.
Perilaku. Apabila individu menjadi subsistem dalam fokus sistem sosial maka organisasi hierarki sistem memainkan perannya, dalam hal ini perilaku manusianya. Perilaku yang mereka jalankan merupakan pembatas interaksi mereka sendiri dalam sistem sosial. Sistem sosial tidak menuntut lebih dari individu selain bagian dari perilakunya dan individu tidak melibatkan dirinya lebih banyak lagi kepada sistem itu selain perilaku yang ia laksanakan dalam sistem komunikatif.
Fokus perilaku sebagai satuan dari fundamental dari sistem komunikasi tidak dimaksudkan untuk mengingkari relevansi atau arti komponen individu yang sifatnya bukan perilaku, akan tetapi relevansi atau arti dari unsur-unsur ini bagi sistem sosial secara keseluruhannya juga tidak diasumsikan.
Pola-pola interaksi yang berurutan. Pola berututan disini semata-mata menunjukan pengelompokan unsur-unsur kedalam pola yang telah dikenal. Tanpa adanya pengelompokan itu, pola atau struktur informasi tidak dapat di kenali, hanya berupa rangakain kontinu dari tindakan yang mengikuti tindakan yang lain. Contohnya tanpa ada pengelompokan huruf yang terpolakan dalam kata, kata ke dalam kalimat, kalimat ke dalam paragraph, maka halaman dari sebuah buku yang tercetak akan sangat sulit untuk ditafsirkan.
Ringkasnya aplikasi teori sistem pada perspektif pragmatis berfokus pada perilaku individual yang melalui pola-pola yang dapat diamati secara empiris yang berdasarkan redundensi, menandai sistem sosial yang dinamakan komunikasi. Perspektif pragmatis komunikasi manusia didasarkan pada asumsi pokok dari teori sistem dan teori informasi. Perspektif pragmatis merupakan aplikasi yang sesuai dari teori sistem pada komunikasi manusia dan jelas merupakan perkembangan baru yang berbeda untuk penelitian ilmiah di kalangan para anggota masyarakat ilmiah komunikasi manusia.
Model pragmatis komunikasi manusia
Perspektif pragmatis jelas sulit untuk di lukiskan dalam model komunikasi yang berbentuk gambar. Namun setelah betul-betul mengetahui kompliksitas waktu yang lebih relevan bagi perspektif pragmatis maka terbentuklah model seperti gambar berikut :
…………………….
Dalam gambar tersebut dimasukan panah-panah berbentuk garis putus-putus yang menghubungkan fase-fase berbentuk lingkaran yang garisnya putus-putus. Panah itu dimaksudkan untuk menyatakan perkembangan waktu dari satu fase ke fase yang lain. kenyataan bahwa keseluruhan panah yang berbentuk garis putus-putus yang menghubungkan fase dalam waktu itu membentuk lingkaran yang dimaksudkan untuk mengemukakan bahwa tatanan waktu secara kronologisnya berbentuk lingkaran, dan urutan fase itu berulang kembali.
Komunikasi dalam perspektif pragmatis dimulai dengan perilaku orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Oleh karena itu saluran yang paling fundamental bagi perspektif pragmatis adalah tindak perilaku atau tindakan yang dijalankan baik verbal maupun nonverbal yang dilakukan oleh perserta dalam peristiwa komunikasi.
Kesimpulan :
Fokus perspektif pragmatis : perilaku yang berurutan
Implikasi : eksternalisasi, probabilitas stokastis, analisis kuantitatif, memperluas kompleksitas konsep waktu, komunikasi interpersonal, komunukasi massa.
Contoh bidang penelitian : kategori perilaku, setting sosial, fase perkembangan kelompok.
PERSPEKTIF INFANTE
Pendekatan Cakupan Hukum
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh William Dray (1957), seorang sejarahwan yang mendefinisikan cakupan hukum sebagai "penjelasan diperoleh, dan hanya diperoleh, dengan memasukkan apa yang akan dijelaskan di bawah hukum yang bersifat umum." Beberapa penjelasan cakupan hukum merujuk pada hukum yang bersifat universal yang menyatakan bahwa semua x adalah y. Hukum ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Namun, ketika informasi baru muncul, hukum harus dimodifikasi. Carl Hempel (1952) menyatakan bahwa jika kebenaran dari sebuah hukum dipertanyakan, maka istilah "seperti hukum" harus digunakan.
Penjelasan cakupan hukum tidak harus berupa sebab akibat. Cakupan hukum juga dapat menunjukkan hubungan yang ada pada saat bersamaan (koeksistensi). Menurut perspektif ini, perilaku komunikasi manusia dapat kita pahami apabila kita mampu faktor antesenden (faktor pendahulu) yang nantinya akan menyebabkan konsekuensi-konsekuensi tertentu sebagai efeknya.
Secara keseluruhan, pendekatan cakupan hukum memberikan arahan kepada peneliti untuk mencari generalisasi yang bersifat seperti hukum dan keseragaman dalam komunikasi antarmanusia. Generalisasi yang bersifat seperti hukum ini mungkin terikat secara budaya atau mungkin mempunyai hubungan yang komplks dengan budaya. Cakupa hukum menawarkan sebuah pilihan yang membentuk teori yang bertujuan untuk memberikan penjelasan yang lengkap mengenai sebuah fenomena. Hukum, sebagai akibatnya, mengatur hubungan antarfenomena.
Pendekatan Aturan
Pendekatan ini berasumsi bahwa manusia terlibat dalam perilaku yang di sengaja dan di tuntun oleh tujuan dan mampu untuk melakukan tindakan dari pada hanya sekedar terkena tindakan. Kita dapat di batasi oleh pilihan yang pernah kita buat sebelumnya, oleh pilihan orang lain dan oleh kondisi sosial serta budaya. Tetapi manusia merupakan pembuat pilihan yang aktif dan memiliki kesadaran. Selain itu pilihan manusia dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori :
Aktifitas yang merupakan perilaku stimulus-respon diistilahkan sebagai gerakan (movement).
Aktivitas yang merupakan respon pilihan yang di sengaja, diistilahkan sebagai tindakan (action).
Menurut Cushman & Cahn (1985) aturan tidak menuntut manusia untuk bertindak dengan suatu cara tertentu, tetapi sebaliknya aturan menunjuk pada suatu standar atau kriteria yang digunakan manusia ketika bertindak dalam konteks tertentu. Misalnya ketika dua orang bertemu, mereka biasanya tidak akan memulai dengan tatapan pertukaran yang intim, tetapi terdapat titik awal yang disepakati dan hubungan mereka berdua akan semakin menuju keintiman jika keduanya melihat hubungan tersebut mempunyai masa depan. Proses bertemunya dua orang juga ditentukan oleh aturan, meskipun aturan ini jarang dinyatakan secara verbal.jika sebuah hubungan berkembang, aturan yang menuntun perubahan interkasi juga ikut berubah. Oleh karena itu aturan menjadi tolok ukur menuntun pertemuan awal seseorang bertemu dengan orang lain.
James Lull (1982) mengidentifikasikan tiga tipe aturan yang mengatur kegiatan program televisi suatu keluarga. Pertama adalah aturan kebiasaan, yaitu aturan yang tidak bisa dinegosiasikan dan biasanya di tentukan oleh figur yang memiliki otoritas dalam keluarga. Kedua adalah aturan parametik. Aturan ini juga di bentuk oleh figur yang memiliki otoritas, tetapi aturan ini lebih bisa dinegosiasikan disbanding dengan aturan kebiasaan. Ketiga adalah aturan taktis atau aturan yang dipahami sebagai alat untuk mencapai tujuan personal atau interpersonal, tetapi tidak pernah dinyatakan.
Secara keseluruhan pendekatan aturan menuntun peneliti untuk menemukan aturan yang mengatur konteks komunikasi tertentu dan menyusun pernyataan-pernyataan teoritis seputar aturan-aturan tersebut. cara pandang aturan menawarkan pilihan yang membentuk teori yang bertujuan untuk memberikan penjelasan yang memuaskan mengenai situasi komunikasi yang khusus.
Pendekatan Sistem
Pemikiran sistem, mampu mengubah fokus dari individual kepada keluarga secara keseluruhan, kelompok kecil, atau sebuah organisasi. Pemikiran sistem mensyaratkan suatu generalisasi nonuniversal yang sistemik, tidak tergantung pada pemikiran induktif, memisahkan yang bersifat logika dan yang bersifat empiris, memungkinkan penjelasan alternatif untuk fenomena yang sama, dan memperbolehkan penjelasan yang parsial (Monge, 1973).
Elemen-elemen dasar dari pemikiran sistem :
1) Keutuhan (wholeness)
Sebuah sistem tidak dapat secara penuh dipahami hanya dengan mengkaji bagian-bagian tersendiri yang terpisah satu dengan lainnya, maka dari itu sistem harus dilihat sebagai suatu yang utuh.
2) Saling Ketergantungan
Perilaku-perilaku dari anggota sistem saling membentuk sistem, dan semua anggota dipengaruhi oleh pergeseran dan perubahan dalam sistem. Contohnya, dapat kita duga apa yang terjadi pada keluarga Hirsch, ketika apapun yang diputuskan oleh Emile dan Irene Hirsch mengenai kepindahan, perubahan mereka akan memengaruhi semua anak mereka.
3) Hierarki
Semua sistem memiliki tingkatan atau subsistem (subsystem), dan semua sistem melekat pada sistem lainnya atau suprasistem (suprasystem). sistem adalah sebuah hierarki (hierarchy), organisasi yang kompleks. Tiap subsistem dapat berfungsi secara mandiri dari sistem yang utuh, tetapi tiap bagian tersebut adalah bagian yang integral dan keseluruhan. Subsistem biasanya akan bergeser dan berubah sejalan dengan waktu, tetapi berpotensi untuk menjadi lebih dekat dan berubah menjadi aliansi atau koalisi yang menyingkirkan lainnya.
4) Batasan
Sistem mengembangkan batasan (boundary) di sekitarnya dan subsistem yang berada di dalamnya. Karena sistem manusia adalah sistem terbuka (sehingga tidak memungkinkan untuk mengontrol secara penuh segala sesuatu yang datang ke dalam atau ke luar dari sistem), batasan ini secara relatif dapat ditembus.
5) Kalibrasi/Umpan Balik
Kalibrasi (calibration), atau pengecekan skala dan umpan balik (feedback) yang mengikutinya untuk mengubah atau menstabilkan sistem memungkinkan untuk mengendalikan jangkauan tersebut. Ketika sistem berubah hal ini disebut sebagai morfogenik (morphogenic), dan ketika sistem itu tetap disebut sebagai homeostatik (homeostatic).
Lingkunagn
Penelitian dan PengembanganDireksi
Penelitian dan Pengembangan
Direksi
Manajemen
Manajemen
vDepartemen SDMDepartemen Humas
v
Departemen SDM
Departemen Humas
v
v
Departemen Periklanan
Departemen Periklanan
Output dari LingkunganInput dari LingkunganDepartemen Penjualan
Output dari Lingkungan
Input dari Lingkungan
Departemen Penjualan
6) Ekuifinalitas
Sistem yang terbuka dicirikan oleh kemampuan untuk mencapai tujuan yang sama melalui alat atau cara yang berbeda, atau disebut sebagai ekufinalitas(equifinality) (von Bertalanffy, 1968). Prinsip ini dapat diterapkan untuk kelompok-kelompok manusia dengan dua cara. Misalnya, Dell Computers akan mencapai keuntungan dengan mengadopsi budaya organisasi yang kasual, sementara Gateway mungkin mencapai keuntungan dengan menuntut suasana kerja yang lebih formal.
DAFTAR PUSTAKA
Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.
John, Little, Karen Foss.2009.Teori Komunikasi.Jakarta:Salemba Humanika
Richard West Lynn H. Turner.2013.Pengantar Teori Komunikasi Analisis Dan Aplikasi Edisi 3.Jakarta:Salemba Humaniora