PERSPEKTIF INSIDER/OUTSIDER DALAM STUDI AGAMA
MAKALAH DIPRESENTASIKAN DALAM DISKUSI MATA KULIAH “METODOLOGI STUDI ISLAM “
DOSEN PENGAMPU: PROF. DR. H. M. AMIN ABDULLAH, MA
DISUSUN OLEH: DELTA YAUMIN NAHRI NIM: FO 3314011
PRODI ILMU AL- QUR’AN DAN TAFSIR PROGRAM PASCASARJANA (S3) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2014
1
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
BAB I PENDAHULUAN
Studi Islam sebagai sebuah disiplin sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Studi ini mempunyai akar yang kokoh di kalangan sarjana Muslim dalam tradisi keilmuan tradisional. Mereka telah mengupayakan penafsiran tentang Islam dan ini terus berlanjut sampai sekarang. Sebagai akibat kontak Kristen dan Muslim, studi Islam mulai memasuki wilayah Kristen Eropa pada masa pertengahan. Pada masa ini, kajian lebih diwarnai oleh tujuan-tujuan polemik yang menyifatkan Islam dengan 1
pemahaman dan pemaknaan yang tidak layak. Sebagai bidang kajian dan penelitian ilmiah, Islamic Studies bekerja dengan data yang mengandung makna-makna keagamaan dalam masyarakat atau individu Muslim. Karena itu Studi Islam membutuhkan bantuan metodologis dari sudut pandang Religionswissenchaft yang mengharuskan para pengkaji memperhatikan secara penuh apa yang dimaksud dengan “beragama” dan “agama” dalam masyarakat Muslim. Ia juga membutuhkan membutuhkan bantuan metodologis dari sudut pandang studi agama untuk melihat makna keagamaan tertentu daru data yang menjadi concern Muslim dan kemudian menentukan bagaimana data tersebut diorganisir ke dalam suatu perangkat strutktr dan sistem yang koheren. Hingga pada akhirnya usaha itu perlu dilanjutkan dengan menyusunnya kembali menjadi pola keagamaan yang bersifat umum, yang berlaku 2
bagi setiap pemeluk agama yang hidup sekarang ini.
Data data keagamaan yang bersifat normatif-teologis ini pada saat yang sama mempunyai muatan historis, sosial, budaya, dan politik. Jadi dalam bentuknya yang historis-empiris, agama selalu menjadi bagian dari setting historis dan sosial dari komunitasnya, namun pada saat yang bersamaan secara fenomenologis ia
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
mempunyai pola umum (general pattern) yang dapat dipahami secara intuitif dan 3
intelektual sekaligus oleh umat manusia di manapun mereka berada.
Persoalan utama insider (pengkaji agama yang merupakan penganut dari agama yang dikaji) dan outsider (pengkaji agama yang bukan penganut agama yang dikaji) adalah persoalan obyektifitas dan subjektifitas. Persoalan ini sangat menarik dalam studi ilmu-ilmu sosial, termasuk dalam studi fenomena keagamaan masyarakat. Karena antara peneliti dan obyek yang diteliti (masyarakat) punya cara pandang dan pengalaman yang berbeda. Yang menjadi persoalan berikutnya adalah, apakah dari kalangan insider maupun maupun outsider benar-benar outsider benar-benar menghasilkan penelitian p enelitian yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan, karena latar belakang dan jerat historis yang melekat erat pada insider dan outsider . Banyak kalangan yang menaruh pandangan negatif pada pendapat outsider yang sarat dengan kepentingan sosial-politik. Sementara analisa yang dihasilkan insider juga dipandang sebelah mata karena subjektifitas yang menjerat insider . Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut hanya 4
akan menimbulkan missunderstanding yang dapat berujung pada konflik dan pada tataran akademik akan melahirkan stagnasi metodologis.
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Metodologis
Hingga kini Islamic kini Islamic Studies masih Studies masih dipandang bagian dari orientalisme yang memiliki agenda tersembunyi dari para intelektual Barat non Muslim. Di dalam upaya untuk menggali data penelitian kajian keislaman, beberapa pendekatan ilmiah sudah gulirkan. Pada fase pertama Islamic pertama Islamic Studies, Studie s, orientalis yang berkembang pada abad ke-19 dan masih ttetap kuat memasuki awal abad ke 20 sangat menekankan pada penelitian teks klasik dan keagamaan (filologi). Pendekatan ini berasal dari
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
klasik itu mereka dapat memahami gagasan-gagasan dan konsep-konsep utama yang membentuk dunia Muslim. Pendekatan ini banyak menghasilkan distorsi data sejarah 5
dikarenakan perhatian mereka hanya memberi perhatian ekslusif pada teks. Mereka ingin memahami dunia Muslim melalui cara tidak langsung, tidak dengan melakukan penelitian tentang kehidupan Muslim yang ada dalam masyarakatya, tetapi melalui kajian teks. Walaupun demikian, kita perlu menghargai upaya mereka. Setidaknya para orientalis telah mengkaji bahasa secara serius atau mencoba melakukannya dengan standar akademik terbaik pada masanya. Memasuki abad ke 20, setelah Perang Dunia I tumbuh minat yang sangat kuat dikalangan sarjana (scholar) untuk mengkaji agama secara substansial dan menemukan pendekatan yang memungkinkan agama menunjukan ekspresi otentiknya tanpa intervensi nilai-nilai personal dari para sarjana peneliti agama. Situasi inilah yang mendorong tumbuhnya pendekatan baru dalam studi Islam yaitu pendekatan fenomenologi. Perkembangan baru ini tidak terlepas dari munculnya sebuah disiplin 6
atau pendekatan yang disebut “ phenomenology of religion.” Pendekatan ini didilhami antara lain oleh filsafat fenomenologi yang berkembang pada periode yang sama, khususnya awal abad ke 20. Pendekatan fenomenologi muncul sebagai usaha untuk membangun sebuah metodologi yang koheren untuk studi agama-agama. Jika metode historis-filologis historis-filologis melalui analisis tekstualis mencari „maksud‟ dari penulis teks-teks keagamaan, atau makna asli dari teks tersebut dan struktualisme bertujuan untuk menjelaskan suatu teks atau ritual semata, dan lebih cenderung berorientasi pada
makna
holistis-sinkronis
daripada
makna
historis-diakronisnya,
maka
Fenomenologi lebih memandang proses agama dari segi atau dalam hal pola 7
hubungan stimulus dan respon yang suci /tindakan keagamaan.
Terdapat dua kesulitan ketika menjadikan agama sebagai bahan kajian, objektifitas terhadap kajian dan keyakinan terhadap sakralitas agama. Pertama, menjadikan agama sebagai objek kajian berarti mengharuskan adanya objektivitas
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
antara peneliti dan objek yang dikaji sekaligus terhadap pihak lain. Butuh usaha ekstra untuk benar-benar mampu melakukan objektivasi terhadap kajian, karena setiap manusia akan memiliki keterlibatan subjektifitas dengan aspek keagamaan. Yang kedua, agama secara tradisional dipahami sebagai sesuatu yang suci, sakral dan agung. Ketika hal-hal semacam agama dijadikan sebagai objek netral akan dianggap 8
mereduksi, melecehkan atau bahkan merusak nilai tradisional agama. Sulit membuat garis demarkasi yang jelas antara wilayah agama dan yang tidak, sebagaimana rumit memahami agama antara ia sebagai tradisi (tradition) dan sebagai keimanan (faith). (faith). Stagnasi metodologis dan pendekatan seperti pemaparan diatas merupakan problema yang banyak dihadapi oleh akademisi, praktisi dan univesrsitas baik di Barat maupun di Timur dalam kajian eksploratif keagamaan. Di satu pihak mereka dituntut agar dapat memahami agama dalam orientasi akademik, di pihak lain mereka 9
harus menjaga nilai transendensi agama. Pada tataran inilah Knot mencoba memberi tawaran baru, meretas dan mengeliminir anasir subjektivitas dengan mengurai secara ilmiah persoalan mendasar antara perspektif „emik‟ yang muncul dari kajian orang dalam (insider) dan perspektif „etik‟ yang muncul dari orang luar (outsider). Kontribusi akademik dari penelitian Knott ini, memiliki nila guna yang signifikan dalam memecahkan problem studi agama di institusi akademik, terutama dalam hal pendekatan dan metodologis yang akan a kan dipakai. Selain itu, membantu me mbantu mereka untuk memahami agama baik dalam konteks historis-empiris maupun normatif-teologis. Meski demikian, pembacaan yang ditawarkan oleh Knot tersebut tetap saja memantik respon yang beragam, apalagi kajian religious studies studies ini bersifat multitafsir dan debatable
B. Biografi Intelektual
Kim Knott merupakan sosok peneliti yang memfokuskan penelitiannya pada pengembangan metodologi spasial dalam studi agama guna mencari keterlibatan
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
karyanya, Ia menyatakan bahwa penerapan teori sosio-spasial dalam studi agama 10
mempunyai korelasi positif dalam tataran implementasi ajaran agama. Penelitian lain difokuskan pada lokus agama dan nilai-nilai universal dalam lanskap sosiokultural masyarakat dan hubungannya dengan fenomenologi agama. Ia bekerja pada sebuah perpustakaan induk untuk geografi agama yang berbasis di Universitas Leeds sekaligus merangkap sebagai Direktur Riset Seni dan Humaniora pada program 11
Dewan Diaspora Migrasi dan Identitas Agama dan juga sebagai co-editor dalam sebuah jurnal Diaspora bersama Sean McLoughlin. Di tingkat regional, Knott duduk sebagai Sekretaris Jenderal Asosiasi Eropa untuk Studi Agama. Di dalam insitusi akademik Ia sebagai dosen senior / profesor pada Studi Agama di Universitas Leeds Inggris dan juga Direktur Komunitas Antar Agama. Posisi strategis tersebut membawanya menjadi peneliti garda depan tentang kajian keagamaan sehingga mengantarkannya sebagai penulis produktif pada sejumlah jurnal tentang identitas agama-agama kontemporer dan juga metodologis studi agama. Peran Knott dalam akademiknya termasuk membantu mahasiswa 12
menjadi peneliti yang kompeten dengan mengangkat isu-isu agama yang lebih luas.
C. Kegelisahan Sosial dan Akademik
Istilah insider/outsider muncul
ke
permukaan
dilatarbelakangi
oleh
maraknya perdebatan seputar motivasi motivasi dan kontribusi para sarjana yang mengkaji tentang agama Sikh di India pada pertengahan 1980. Perdebatan yang pada akhirnya memunculkan
pertanyaan
besar
tentang
siapa
yang
lebih
memahami
dan
merepresentasikan agama Sikh. Dan apa sebenarnya yang mendasari pengkaji terhadap agama Sikh, meliputi motivasi personal, kepentingan idiologi dan epistemologi yang digunakan.
10
13
Pada tataran akademisi, istilah insider/outsider lahir
Kim Knott, The Location of Religion, a Spatial Analysis (UK London: Equinox Publishing, 2005), 57.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
karena kegelisahan akademik Kim Knot. Kegelisahan tersebut dapat dipetakan kepada tiga masalah. Pertama, kesulitan menetapkan garis demarkasi yang jelas antara wilayah agama dan yang bukan. Kedua, sulitnya memahami agama antara ia sebagai tradisi (tradition) dan sebagai keimanan (faith). (faith). Dan terakhir, stagnasi metodologis dan pendekatan dikalangan akademisi mengenai agama. Di satu sisi mereka dituntut agar dapat memahami agama dalam orientasi akademik (ilmiah), di sisi lain mereka harus menjaga nilai transendensi agama Kim Knott menyatakan bahwa pengalaman keagamaan yang ada dalam diri insider
ditampilkan
dan
kemudian
direspon
oleh
outsider ,
dengan
mempertimbangkan batas-batas objektivitas dan subjektivitas yang terpancar dalam pengalaman keagamaan kea gamaan yang didasari oleh sikap empati dan analisis kritis. Pada titik ini, insider -outsider saling berbagi keseimbangan perspektif dalam sejarah studi agama. Artinya seorang outsider mampu memahami agama insider . Pendapat ini merupakan antitesa dari pendapat Darshan Singh yang menegaskan bahwa konsep dan ajaran agama tidak mudah diakses oleh orang luar atau non-pemeluknya. Makna substansi dari agama terungkap hanya melalui partisipasi secara intensif, dengan 14
mengikuti ajaran pengamalan keagamaannya.
Dalam mengkaji persoalan agama, Knott menelaah sejumlah karya peneliti sebelumnya, seperti Kristensen, Van der Leeuw, Rudolf Otto, Mircea Eliade, Wilfred C. Smith, Cornelius Teile, Kenneth Pike dan Ninian Smart. Dari karya-karya itu, Knott membuat pemetaan terhadap pendekatan studi agama. Kontribusi akademik
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Emik dan etik adalah istilah yang digunakan dalam disiplin ilmu Antropologi sosial guna merujuk pada dua pola perilaku manusia. Secara khusus, istilah ini digunakan dalam antropologi budaya untuk merujuk pada jenis lapangan yang dilakukan dan sudut pandang yang diperoleh. Emik merupakan deskripsi tentang perilaku atau keyakinan. Hampir semua hal dari suatu budaya dapat memberikan emik. Sedangkan etik adalah gambaran tentang perilaku atau kepercayaan pengamat, dalam istilah yang dapat diterapkan pada kebudayaan lain, yaitu sebuah ikon etik yang merupakan wujud dari “budaya luar”. Istilah emik-etik ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1954 oleh ahli 16
bahasa Kenneth L. Pike yang berpendapat bahwa alat yang dikembangkan untuk menggambarkan perilaku linguistik dapat disesuaikan dengan uraian tentang perilaku sosial manusia. Emik dan etik berasal dari istilah linguistik fonemik dan fonetik, berasal dari bahasa Yunani. Pike mengusulkan dikotomi emik-etik dalam antropologi sebagai cara mengurai seputar isu-isu filosofis tentang objektivitas. Kenneth L. Pike mengurai dua persoalan mendasar antara perspektif emik yang muncul dari kajian kepribadian seseorang dari insider , sedangkan perspektif etik muncul dari outsider . Ia menyatakan, “The “The etic perspective is the observer‟s subsequent attempt to take the descriptive information they have already gathered and to organize, systematize, compare – compare – in in a word redescribe – redescribe – that that information in terms of a system of their own making .” .”
17
Namun demikian, secara umum beberapa peneliti p eneliti menggunakan “etik” untuk
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
kejadian atau situasi yang dideskripsikan dan dianalisis. Sedangkan konstruksi etik merupakan deskripsi dan analisis yang dilakukan untuk konteks skema dan kategori konseptual yang dianggap bermakna oleh pihak luar sebagai komunitas ilmiah yang kritis. Pada kenyataannya, deskripsi dan eksplanasi antropologi dinamakan etik jika memenuhi hal-hal sebagai berikut. Pertama, deskripsi harus bermakna sesuai dengan komunitas luas pengamat ilmiah. Kedua, deskripsi harus divalidasi oleh pengamat secara independen. Ketiga, deskripsi harus memenuhi persyaratan berupa aturanaturan dalam memperoleh pengetahuan dan bukti ilmiah. Keempat, deskripsi harus dapat diterapkan dalam tataran lintas budaya. Memang, sebagian antropolog mementingkan
eksplanasi
yang
valid
dan
dapat
dipercaya
dalam
upaya
18
merealisasikan etik.
D. Gagasan Kim Knott: Perspektif
I nsider nsider – Outsider dalam
Studi Agama
19
Metode-metode penelitian agama terdahulu yang kemudian disadari melahirkan stagnasi metodologis di tingkat intansi pendidikan dan akademisi, ditambah dengan kegelisahan sosial pada diri Kim Knott mendorong dia untuk menawarkan metode pembaharuan pendahulunya. Knott mengembangkan formulasi „emik‟ dan „etik‟ pada konsep insider dan outsider berdasarkan pada model „partisipan‟ dan „peneliti‟ yang sudah dikembangkan pada ilmu sosial. Istilah „penelitian partisipan‟ (participant observation) sudah lama digunakan oleh keilmuan Antropologi. Istilah ini digunakan untuk menunjukan proses pelaksanaan riset dengan
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
20
pemahaman makna dan struktur yang lahir dari peneltian tersebut. Hal ini nampak dari pernyataan Kim Knot sebagai berikut: “I have developed a diagram to potray inside and outsider positions positions based on a model of participant/observer roles from the social sciences. The term „participant observation‟ has commonly used in antropology to refer to the process of conducting research by living within a community over a period of time, participating in its life and observing its activities and use of symbols in order to develop an understanding its meaning and structure...” Atas dasar pemikiran diatas, Knot mengembangkan apa yang sudah digagas pertama kali oleh sosiolog Junker dan Gold (1950-an), dengan membagi dalam da lam empat elemen: partisipan murni, peneliti sebagai partisipan, partisipan sebagai peneliti dan peneliti murni.
21
Empat kategori tersebut dirancang untuk menjadi satu kesatuan utuh
sebagai berikut: OUTSIDER
INSIDER
Complete Observer as Participant Complete Observer-----------------------participant----------------Observer-----------------------participant------------------as -as observer------------------particip observer------------------participant ant
a.
Partisipan Murni (Complete Participant) Mereka adalah para sarjana yang terlibat secara utuh dalam aktifitas keagamaan sebagai partisipan (pemeluk agama). Mereka menulis tentang agama mereka sendiri sebagai insider dalam
rangka
pengembangangan
keilmuan
dan
transofmasi pengetuahuan. Objektifitas bukanlah orientasi, bukan pula tujuan di dalam karya mereka. Seringkali mempercayai perspektif insider seperti ini
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
mempunyai otoritas, tetapi sebagai salah satu penulis muslim yang bermaksud mendeskripsikan esensi ajaran Islam dengan mengeksplorasi khazanah keislaman untuk memahami hak-hak perempuan, dengan sangat jelas dia memposisikan dirinya sebagai insider. Apalagi insider. Apalagi dia memiliki pendirian kuat bahwa persoalan ini bukan sekedar kepercayaan yang bersifat privat, tetapi lebih bersifat kepada 23
ketentuan hukum dan identitas dalam kehidupan sosial. Dia menegaskan bahwa,:“It bahwa,:“It is time to define what I mean when I say „we Muslims‟. The expression does not refer ti Islam in terms of an individual choice, a personal option. I define being Muslim as belonging to a theoritic state... Being Muslim is a civil matter, a national identity, a pasport, a family code of laws, a code of 24
public rights.”
Dalam kata pengantar bukunya, Mernissi yang dikenal sebagai
pegiat feminisme yang banyak mengkritisi sejumlah hadis misoginis menulis: “Sebagai wanita muslimah kita harus mampu memasuki dunia modern dengan bangga dan kepala tegak, guna mengembalikan harkat, demokrasi dan hak asasi manusia. Untuk berpartisipasi penuh dalam urusan politik dan sosial, kita harus mampu menepikan nilai-nilai Barat dan mengambil yang benar-benar dari tradisi 25
Islam.” Mernissi adalah prototipe sebuah emik, meski dinilai oleh banyak kalangan sebagai sosok yang kurang kritis. Alih-alih menggunakan parameter pendekatan studi agama atau sosiologi, ia hanya menggunakan pengalaman pribadi dengan bahasa Islam, khususnya, sentralitas konsep jilbab untuk memahami kebudayaan Islam yang eksklusif dan meyoroti posisi wanita dalam
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
b.
Partisipan Sebagai Peneliti (Participant as Observer) Yaitu partisipan yang mengambil peran sebagai peneliti di tengah-tengah kehidupan beragama mereka, namun mereka mengutamakan pemikiran ktitis ketimbang sebagai partisipan murni. Mereka menulis dan meneliti agama mereka sendiri seolah-olah sebagai peneliti yang obyektif dan kritis. Knott memberi ilustrasi Samuel Hielman (1980-an) yang merasa memiliki kehidupan ganda (a double life), kondisi sebagai seorang yang menghadapi ambiguitas dalam 27
keberagamaan. Bagi Hielman, ambiguitas yang demikian bisa dipelihara dengan melupakan salah satu aspek disaat menjalani aspek lainnya. Heilman menulis tentang ketegangan yang belum terselesaikan antara dua dunianya baik sebagai seorang Yahudi dan kapasitasnya sebagai sosiolog peneliti. Ia juga berulang kali mencoba mengurai adanya perbatasan, hambatan dan sekat-sekat primordial yang menjadi persoalan krusial dalam dirinya. Ia meneliti keberagamaan masyarakatnya di dalam sinagog. Namun, ia tetap berambisi untuk terlibat dalam lernen (istilah untuk praktik Ortodoks Yahudi yang menafsirkan
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
(non sektarian) dan tidak mau berpura-pura sebagai penganut salah satu sekte. Menurutnya, dalam menyelidiki Moonies, Ia harus mengidentifikasi, membaur dan masuk menjadi penganut Moonies. Untuk kontekstualisasi ilmu-ilmu sosial, ia memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan empati yang sering dipakai oleh peneliti fenomenologi agama sebelumnya semacam Kristensen, van der Leeuw dan Ninian Smart. Bahkan, Smart menggunakan metode agnostisisme yang mengisyaratkan perlunya netralitas dan keluar dari truth claim dalam 30
penelitian agama. Metode tersebut diidentifikasi oleh Smart dan dilanjutkan oleh Barker ini mendominasi studi agama pada era 1970-an dan 1980-an. Menurutnya, cara tersebut untuk mendekatkan adanya gap dikotomi antara insider-outsider menjadi dua sisi yang integral dalam perspektif sehingga menjadi netral. Netralitas yang diinginkan dalam arti tidak mudah terkooptasi untuk mendukung kepentingan tertentu yang bersifat empiris pragmatis. Senada dengan Smart, Cornelius Tiele memberikan polarisasi, meski masih rancu dan cenderung debatable dalam Elements of the Science of Religion (1897). Ia
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
32
menjelaskan aspek psikologis dan perilaku keyakinan agama. Pada saat mereka melakukan studi agama, maka yang dimunculkan adalah prinsip-prinsip kunci penelitian ilmiah sosial: objektivitas, netralitas dan mutual konsultasi untuk membuktikan kebenaran hasil dari generalisasi mereka. Festinger memutuskan bahwa pendekatan semacam itu tidak dapat digunakan untuk mengkaji perilaku keberagamaan seseorang. tanda-tanda dari kegiatan kelompok keberagamaan 33
sesorang. Pada kenyataannya, apa yang mereka lakukan adalah menunggu kemudian mengamati perilaku komunitasnya dari dalam. Mereka mengadopsi peran insider untuk observasi sebagai pencari realitas tak langsung, sehingga akan didapat hasil yang lebih akurat. Dengan demikian, mereka menyadari adanya kebutuhan untuk memenuhi kondisi sosial, meskipun mereka menemukan diri mereka berangkat dari 'ortodoksi ilmu sosial dalam beberapa hal, khususnya ketika tidak mampu tampil sebagai subjek anggota kelompok dengan menggunakan alat ukur yang standar. Penggunaan beberapa istilah internal, semisal persoalan yang bersifat rahasia, stigmatisasi, anasir detektif peneliti,
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
melakukan kajian agama, baik sebagai insider maupun outsider . Konsep yang 34
ditawarkan oleh Kim Knott adalah dengan pendekatan rapprochment , sebuah metode yang bisa kita lihat dalam hubungan skema triadik berikut:
Pendekatan rapprochment merupakan upaya solutif intersubjektif guna memposisikan peneliti pada margin of appreciation sebagai tapal batas (border (border line) line) antara insider-outsider . Dalam pendekatan tersebut, tidak ada tuntutan untuk
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Tawaran Knott, yang diadopsi dari Richard J. Bernstein, di atas menawarkan alternatif pendekatan dalam studi agama. Ia menempatkan ketiga unsur tersebut sebagai tautan reflektif sirkuler yang saling mengisi dan bukan merupakan eksistensi yang berdiri sendiri, apalagi sebagai hubungan subordinat. Spirit yang ingin dimunculkan dalam konteks studi agama adalah adanya titik temu dan bukan pembauran apalagi peleburan antar ajaran agama. Dalam aspek inter-subjektif itulah Knott menyebut rapprochment sebagai instrumen dialogis akomodatif. Meski demikian, tetap saja menyisakan persoalan pelik dalam mengurai jelaga objektivitas. Sebagaimana dapat disimak dalam pandangan Muhammad Abdul Rauf bahwa cara pandang subjektif sering membawa seseorang untuk memilih cara beragama dengan truth-claim, truth-claim, sebagai konsekuensi adanya keimanan. Rauf mencoba untuk mengelaborasi batasan outsider dalam bingkai metodologi kritisisme objektif. Dalam konteks Islam, kajian outsider berkaitan erat dengan pengalaman Barat dan sarjana Muslim sendiri dalam menafsirkan dan memahami Islam. Insider adalah para pengkaji Islam dari kalangan muslim,
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
suci yang untuk dapat memahaminnya diperlukan keyakinan, karena hal ini tidak dimiliki oleh para outsider .
BAB III PENUTUP
Banyak ilmuwan yang menawarkan komparasi antara subjektivitas dan objektivitas dalam studi agama. Polarisasi yang digagas oleh Kenneth Pike yang mengusulkan dikotomi emik-etik dalam antropologi sebagai cara mengurai seputar
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
The world's largest digital library
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Richard C (Ed). Approaches to Islam in Religion Studies terj. Zakiyuddin Baidhawy, Kajian Islam dalam Studi Agama. Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001. Fanani, Muhyar. Metode Muhyar. Metode Studi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Fuad, Ahmad Nur. “Pendekatan Fenomenologi dalam Studi Islam. Islam.” Akademika, Vol. 18, No, 2, Maret 2006. Permata, Ahmad Norma. Metodologi Studi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.