SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN AGUSTUS, 2014 Eva Satya Nugraha, C11109824 dr. Suryani Tawali, MPH STUDI KUALITATIF: FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERNIKAHAN USIA DINI PADA REMAJA DI DESA PANYILI KECAMATAN PALAKKA KABUPAT EN BONE BONE PROVINSI SULAWES SULAWESII SELATAN
LATAR BELAKANG. Salah satu upaya untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk adalah melalui peningkatan usia kawin. Median usia kawin pertama adalah 19,2 tahun dan di pedesaan lebih rendah yaitu 17,9 tahun. Terlalu muda usia hamil atau kurang dari 20 tahun sekitar 10,3% menyebabkan kematian pada ibu secara tidak langsung. Jumlah pernikahan usia muda di p edesaan lebih besar dibandingkan dibandingkan deng den gan di daerah p erkotaan. Pada keny keny ataanny ataanny a masih masih banyak bany ak kita k ita jump jump ai p erkawinan p ada usi a mud a atau dibawah umur, p adahal perkawinan p erkawinan y ang sukses membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga. Adapun tujuan dari p enelitian enelitian ini adalah untuk memp me mperoleh eroleh infor informas masii mengenai faktor-fakt or yang y ang berkaitan den gan p ernikahan ernikahan ini p ada remaja d i Kabupaten Kabup aten Bone. METODE. Pada penelitian ini digunakan teknik wawancara mendalam (indepth (indepth interviews). interviews). Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seorang responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap serta bertatap muka. Jumlah subjek penelitian ini adalah 10 orang, dimana 5 orang subjek merupakan remaja berjenis kelamin perempuan dan 5 orang subjek yang lain merupakan remaja berjenis kelamin laki-laki. HASIL. Faktor utama yang mendorong para remaja untuk melakukan pernikahan usia dini di wilayah Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone adalah perilaku seks pranikah yang dilakukannya terhadap pasangannya. Mayoritas laki-laki dan perempuan yang melakukan p ernikahan ernikahan usia dini dini men gaku meny esali perkawinan mereka. mereka. KESIMPULAN. Faktor lain yang juga mempengaruhi para remaja untuk melakukan pernikahan usia dini yaitu faktor ekonomi, keluarga, pendidikan, moral, psikologi, budaya, lingkungan, sosial, dan pendidikan. Tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah bagi seorang perempuan maupun laki-laki dapat mendorong mereka untuk cepat-cepat menikah. KATA KUNCI. Faktor-faktor yang berkaitan, pernikahan usia dini.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan Pertumbuh an p enduduk relatif relatif tinggi merupakan beban beban dalam p embangunan embangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran. Tingginya angka kelahiran erat kaitannya dengan usia pertama kali kawin. Salah satu upaya untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk adalah melalui peningkatan usia kawin.
1
Median usia kawin pertama adalah 19,2 tahun dan di pedesaan lebih rendah yaitu 17,9 tahun. Terlalu muda usia hamil atau kurang dari 20 tahun sekitar 10,3% menyebabkan kematian p ada ibu secara tidak lan lan gsung. Jumlah p ernikahan ernikahan usia muda di p edesaan lebih besar dibandingkan dengan di daerah perkotaan.
1
Fenomena kawin usia dini (early (early marriage) marriage) masih sering dijumpai pada masyarakat Timur Tengah dan Asia Selatan dan pada beberapa kelompok masyarakat di Sub-Sahara Afrika. Di Asia Selatan terdapat 9,7 juta anak perempuan 48% menikah pada umur dibawah 18 tahun, Afrika sebesar 42% dan Amerika Latin sebesar 29%. Di Negara maju seperti Amerika Serikat 2
p ada tahun 2002 p ernikahan ernikahan usia din din i hanya 2,5% y ang terjadi d ibawah umur 15-19 tahun.
Di negara berkembang salah satu faktor yang menyebabkan orang tua menikahkan anak usia dini karena kemiskinan. Orang tua beranggapan bahwa anak perempuan merupakan beban 3
ekonomi dan dan p erkawinan merupakan usaha untuk mempertahankan kehidup an keluar keluar ga.
Di Indonesia pernikahan usia dini masih ada terutama di daerah pedesaan. Pusat Penelitian Kependudukan UNPAD bekerjasama dengan BKKBN Jawa Barat melaporkan umur kawin muda didaerah pantai masih tinggi yaitu 36,7% kawin pertama antara umur 12-14 tahun,
2
56,7% umur 15-19 tahun, dan 6,6% umur 20-24 tahun, dengan faktor yang melatarbelakangi 4
adalah rendahnya tingkat pendidikan dan budaya.
Berbagai konsekuensi negatif menjadi orangtua pada usia dini (teenage (teenage parenthood ) dibuktikan melalui beberapa penelitian, diantaranya penelitian terhadap masyarakat kulit hitam dan masyarakat kulit putih melaporkan bahwa perkawinan dan kehamilan usia muda signifikan berhubungan deng den gan rendahnya tingkat tingkat p endidikan endidikan wanita, rendahnya tingkat p artisip artisip asi kerja kerja 5
wanita, dan pendapatan keluarga yang rendah.
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun. Lebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Kesiapan seorang perempuan untuk melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/emosi/psikologis, dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 6
tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik.
Namun p ada keny ataannya ataanny a masih b anyak any ak kita jump ai p erkawinan p ada usia muda atau dibawah umur, padahal perkawinan yang sukses membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tan gga. gga. Peranan Per anan oran or ang gtua sangat besar terhadap p sikologi sikologi anak-anakny anak-anakny a. M engingat engingat keluarga adalah tempat pertama bagi tumbuh kembang anak sejak lahir hingga dewasa, maka p ola asuh anak p erlu disebarluaskan disebarluaskan p ada set iap keluarga. keluarga. Hasil p enelitian menunjukkan menunjukk an bahwa ba hwa p eny eny ebab terjadiny terjadiny a perkawi p erkawinan nan di usia muda dip engaruhi engaruhi oleh beberap beb erapaa faktor y ang mendorong 7
mereka untuk melangsungkan perkawinan di usia muda.
3
Oleh karena itu peneliti memandang bahwa perlunya mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan pernikahan usia dini pada remaja di Kabupaten Bone. Dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pernikahan usia dini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk masyarakat serta acuan bagi tenaga medis dan pemerintah khususny a di Desa Pany ili Kecamatan Palakka Kabup aten Bone Provinsi Sulawesi Selatan dalam penyusunan program kesehatan selanjutnya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dap at dibuat rumusan masalah dalam p enelitian ini yaitu : “ Faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan pernikahan usia dini pada remaja di Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor y ang berkaitan den gan pernikahan ini pada remaja di Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. 1.3.1.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui faktor-faktor ut ama yang mempengaruhi terjadinya pernikahan usia dini pada remaja di Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor lain yan g mempengaruhi terjadinya pernikahan usia dini pada remaja di Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabup aten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.
4
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi para penduduk secara umum dan para praktisi kesehatan secara khusus mengenai adanya faktor-faktor yang berkaitan dengan pernikahan usia dini pada remaja di Desa Pany ili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagai referensi untuk perbaikan kualitas hidup remaja di masa yang akan datang. 1.4.1.2. Manfaat Teoritis
1. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan kesehatan khususnya dalam bidang kesehatan dan reproduksi remaja. 2. Bagi peneliti, sebagai tambahan ilmu, kompetensi dan pengalaman berharga serta bermanfaat untuk melatih k emampuan di bidang penelitian sekaligus untuk men getahui faktor-faktor yang berkaitan dengan pernikahan usia dini pada remaja. 3. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan pernikahan usia dini pada remaja. 4. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti lain yang selanjutnya akan melakukan penelitian mengenai pernikahan usia d ini pada remaja.
5
BAB II TINJAUAN P USTAKA
2.1. Definisi 2.1.1. Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai 8
dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda.
Jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia ter golong dewasa bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih bergantung pada orang 8
tua (tidak mandiri), dimasukkan kedalam kate gori remaja. Berikut adalah b eberapa definisi tentang remaja :
a) Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. b) Menurut UU No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. c) Menurut Stanley Hall, usia remaja berada pada rentang usia 12-23 tahun. d) Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 21 tahun. e) Menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
6
f) Dalam tumbuh kembang menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati t ahapan berikut : 1. Masa remaja awal/dini (early adolescence), umur 11-13 tahun. 2. M asa remaja pertengahan (middle adolescence), umur 14-16 tahun. 3. M asa remaja lanjut (late adolescence), umur 17- 20 tahun. Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia sendiri adalah antara usia 11 tahun sampai usia 24 tahun. Hal ini dengan pertimbangan bahwa usia 11 tahun adalah dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak. Batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal individu yang belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara social maupun psikologis. Individu yang sudah menikah dian ggap dan diperlukan sebagai individu dewasa 8
penuh sehingga tidak lagi digolongkan sebagai remaja.
2.1.2. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu, dan apabila berhasil mencapainya akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan selanjutnya, tetapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang bersangkutan dan mengalami kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
9
Adapun yang menjadi sumber daripada tugas-tugas perkembangan tersebut adalah: kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu. Tugas9,10
tugas perkembangan remaja seba gai berikut:
a) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya b) M encapai peranan sosial sebagai p ria atau wanita
7
c) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif d) M encapai kemandirian emosional dari oran gtua dan orang dewasa lainnya. e) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi f) Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan) g) Belajar merencanakan hidup berkeluarga h) Mengembangkan keterampilan intelektual i) M encapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial j) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku k) Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik pribadi maupun sosial. Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat berguna. Pertama, sebagai petunjuk individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Kedua, dalam memberi motivasi kepada tiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan 11
berikutnya.
8
2.2. Faktor Penyebab dan Dampak Pernikahan Usia Dini 2.2.1. Pengertian Pernikahan Usia Dini
Pernikahan atau yang biasa disebut dengan perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena menikah/kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir antara seorang pria dan wan ita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang M aha Esa. Pernikahan dianggap sah bila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercacat 12
oleh lembaga yang berwenang menurut p erundang-undangan yang berlaku.
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh remaja, yang secara fisik, fisiologis dan psikologis belum memiliki kesiapan untuk memikul tanggung jawab 13
perkawinan.
2.2.2. Penyebab Pernikahan Usia Dini 14
Ada dua alasan utama terjadinya pernikahan dini (early marriage):
1) Pernikahan dini merupakan sebuah strategi untuk bertahan secara ekonomi (early marriage as a strategy for economic survival ). Kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan timbulnya pernikahan dini. Ketika kemiskinan semakin tinggi, remaja putri yang dianggap menjadi beban ekono mi keluar ga akan dinikahkan dengan pria lebih tua darinya dan
9
bahkan sangat jauh jarak usianya, hal ini adalah strategi bertahan sebuah keluarga. 2) Untuk melindungi wanita ( protecting girls) Pernikahan ini adalah suatu cara untuk memastikan bahwa anak perempuan yang telah menjadi istri benar-benar terlindungi, melahirkan anak yang sah, ikatan perasaan yang kuat dengan pasangan dan sebagainya. Menikahkan anak di usia muda merupakan salah satu cara untuk mencegah anak dari perilaku seks pra-nikah. Kebanyakan masyarakat sangat menghargai nilai keperawanan dan dengan sendirinya hal ini memunculkan sejumlah tindakan untuk melindungi anak perempuan mereka dari perilaku seksual pranikah. 15
Beberapa penyebab pernikahan dini, yaitu:
1) Peran gender dan kurangnya alternatif (Gender roles and a lack of alternatives) Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, merupakan suatu periode ketika anak laki-laki dan anak perempuan menghadapi sejumlah tekanan yang menuntut mereka untuk menyesuaikan diri, menyelidiki, dan mengalami kehidupan seperti yang telah budaya definisikan. Anak laki-laki pada sebagnian besar masy arakat menghadapi tekanan sosial dan budaya selama masa remaja untuk berhasil disekolah, membuktikan seksualitasnya, ikut serta dalam olahraga dan aktivitas fisik, mengembangkan kelompok sosial dengan teman sebayanya, menunjukkan kemampuan mereka dalam menangani ekonomi keluarga dan tanggung jawab finansial. Remaja putri mengalami hal yang berlawanan, pengalaman masa remaja yang dialami
10
banyak remaja putri di banyak negara berkembang lebih difokuskan pada masalah pernikahan, menekankan pada pekerjaan rumah tangga dan kepatuhan, serta sifat yang baik untuk menjadi seorang istri dan ibu. 2) Nilai virginitas dan ketakutan mengenai aktivitas seksual pranikah (value of virginity and fears about premarital sexual activity). Beberapa
budaya
didunia,
wanita
tidak
memiliki
control
terhadap
seksualitasnya, tetapi merupakan properti bagi ayah, suami, keluarga, atau kelompok etnis mereka. Oleh karena itu, keputusan untuk menikah, melakukan aktivitas seksual, biasanya anggota keluarga yang menentukan, karena perawan atau tidaknya seseorang sebelum menikah menentukan harga diri keluarga. Ketika anak perempuan mengalami menstruasi, ketakutan akan aktivitas seksual sebelum menikah dan kehamilan menjadi perhatian utama dalam keluarga. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa terkadang pernikahan di usi a mud a t erjadi seba gai solusi untuk kehamilan yang terjadi diluar pernikahan. 3) Pernikahan sebagai usaha untuk menggabungkan dan transaksi (marriage alliances and transaction). Tekanan menggunakan pernikahan untuk memperkuat keluarga, kasta, atau persaudaraan yang kemudian membentuk p enggabungan politik, ekonomi dan sosial cenderung menurunkan usia untuk menikah pada beberapa budaya. Transaksi ekonomi juga menjadi bagian integral dalam proses p ernikahan.
11
4) Kemiskinan (The role of poverty) Kemiskinan dan tingkat ekonomi lemah juga merupakan alasan yang penting menyebabkan pernikahan dini pada remaja putri. Remaja putrid yang tinggal di keluarga yang sangat miskin, sebisa mungkin secepatnya dinikahkan untuk meringankan beban keluarga. Adapun pernikahan usia dini pada remaja yang disebabkan oleh faktor dari diri 16
sendiri, y aitu sebagai berikut :
1) Pernikahan muda atau pernikahan dini banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual yang membuat mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah sehingga menyebabkan kehamilan, yang kemudian solusi yang diambil adalah dengan menikahkan mereka. 2) Pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah, selain itu faktor penyebab lain terjadinya pernikahan muda adalah perjodohan orang tua, perjodohan ini sering terjadi akibat putus sekolah dan akibat dari permasalahan ekonomi. 3) Selain itu, pernikahan usia remaja juga sering disebabkan oleh rasa ingin coba-coba, perubahan organobiologik yang dialami remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu, dan mempunyai kecenderungan mencoba pada hal-hal baru.
12
2.2.3. Resiko/ Dampak dari Pernikahan Usia Dini
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut dinilai beresiko. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental (emosi/psikologis), dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 17
tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan sebagai pedoman kesiapan fisik.
Pernikahan usia remaja dapat berdampak pada ketidakharmonisan dalam rumah tangga karena secara psikologis pasangan yang menikah di usia remaja tidak memiliki kesiapan emosi/mental. Dan perceraian seba gai salah satu dampak dari p erkawinan y ang dilakukan tanpa 18
kematangan usia dan psikologi.
Sejumlah resiko/ konsekuensi negatif dari pernikahan dini atau menikah di usia muda yang mengakibatkan remaja terutama remaja putri yang menjadi fokus penelitian serta 19
lingkungan di sekitarnya.
1) Akibatny a dengan kesehatan ( Health and reation outcomes) a. M elahirkan anak terlalu dini, kehamilan y ang tidak diinginkan, dan aborsi yang tidak aman mempengaruhi kesehatan remaja put ri. b. Kurangnya pengetahuan, informasi dan akses p elayanan. c. Tingginya tingkat kematian saat melahirkan dan abnormalitas d. Meningkatnya penularan penyakit seksual dan bahkan HIV/AIDS. 2) Akibatnya dengan kehidupan (Life outcomes) a. Berkurangnya kesempatan, keahlian dan dukungan sosial.
13
b. Berkurangnya kekuatan dalam kaitannya dengan hukum karena keahlian, sumber-sumber, pengetahuan, dukungan sosial yang terbatas. 3) Akibatny a dengan anak (Outcomes for children) Kesehatan bayi dan anak yang buruk memiliki kaitan yang cukup kuat dengan usia ibu yang terlalu muda, berkesinambungan dengan ketidakmampuan wanita muda secara fisik dan lemahnya pelayanan kesehatan reproduktif dan sosial terhadap mereka. Anak-anak yang lahir dari ibu yang berusia dibawah 20 tahun memiliki resiko kematian yang cukup tinggi. 4) Akibatny a dengan perkembangan ( Development outcomes) Hal ini berkaitan dengan Millenium Development Goals (MDGs) seperti dukungan terhadap pendidikan dasar, pencegahan penyakit HIV/ AIDS. Ketika dihubungkan dengan usia saat menikah, dengan jelas menunjukkan bahwa menikah di usia yang tepat akan dapat mencapai tujuan perkembangan, yang meliputi menyelesaikan pendidikan, bekerja, dan memperoleh keahlian serta informasi yang berhubungan dengan peran di masyarakat, anggota keluarga, dan konsumen sebagai bagian dari masa dewasa yang berhasil.
2.3. Gambaran Status Kesehatan 2.3.1. Definisi Se hat
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat 20
meningkatkan konsep hidup sehat yang positif:
a. M emperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh b. M emandang sehat den gan mengidentifikasi lin gkungan internal dan eksternal
14
c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup Sehat dalam pengertian yang paling luas adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan kesehatannya. Lingkungan internal terdiri dari beberapa faktor yang psikolo gis, dimensi intelektual dan sp iritual, dan proses penyakit. Lingkungan ekternal terdiri dari beberapa faktor diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan, antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan 21
ekonomi.
2.3.2. Status Kesehatan
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula dengan masalah pemecahan kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat-sakit atau kesehatan tersebut.
22
Empat faktor utama yang berpengaruh terhadap status kesehatan, yaitu keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.
22
keturunan
Pelayanan
Status
Lingkungan :
Kesehatan
Kesehatan
Fisik, sosial, ekonomi, budaya
Perilaku Skem a 2.1. Bagan faktor yang mempengaruhi status kesehatan 15
Keturunan termasuk dalam faktor utama, karena sifat genetik diturunkan oleh orang tua kepada keturunannya. Sifat genetik ini sebagian bertanggung jawab terhadap kapasitas fsik dan mental keturunannya. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan fisik dapat menjadi kekuatan yang buruk merusak kesehatan manusia. Ketidaksetaraan dalam organisasi sosial mendorong terjadinya kemiskinan yang secara langsung memberikan kontribusi terhadap masalah-masalah kesehatan. Bagaimana masalahmasalah kesehatan dipecahkan sangat tergantung pada pengorganisasian dan pelaksanaan pelayanan kesehatan. Perilaku kesehatan (health behavior ) juga menentukan status kesehatan. Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan) disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada d alam ke adaan yang ter ganggu (tidak optimal) maka status kesehatan akan t ergeser kearah dibawah optimal.
22
2.3.3. Status Kesehatan Remaja di Indonesia
Sampai sekarang ini masih cukup rendah kesehatan remaja di Indonesia. Analisis lanjut ini dibuat berdasarkan data Riskesdas 2007 yang digabung dengan Susenas Kor 2007. Analisis ini untuk mengetahui status kesehatan remaja di Indonesia. Kajian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan masukan kepada pengambil kebijakan kesehatan khususnya kesehatan remaja di Indonesia. Prevalensi kesehatan mental remaja ditemukan 23
10,1%.
16
Menurut status perkawinan sebanyak 13,2% remaja sudah kawin dan sebesar 0,6% remaja sudah cerai perkawinan (cerai hidup atau cerai mati), sedangkan menurut tingkat sosial ekonomi lebih banyak remaja yang tingkat sosial ekonomi rendah/miskin. Distribusi frekuensi remaja menurut tingkat pendidikan paling banyak pendidikan tamat sekolah dasar 24
(SD) 31,3%, sedangkan remaja perguruan tinggi sebesar 1,5%.
2.4. Gambaran Status Kesehatan dan Faktor Penyebab 2.4.1. Pernikahan Usia Dini pada Remaja
Pernikahan usia dini remaja dapat berdampak pada kesehatan remaja itu sendiri, baik secara fisi fisik k maupun secara psikis. Seperti y ang telah dikatakan oleh beber apa ap a ahli bahwa dari d ari usia pernikahan yang terlalu muda, dapat beresiko terhadap kesehatan. Penyebab pernikahan usia remaja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu faktor yang timbul dari dalam diri sendiri dan juga dari luar dirinya. Pernikahan muda atau pernikahan usia dini banyak terjadi pada p ada masa p ubertas, ini terj t erjadi adi karena remaja sang san gat rentan terhadap p erilaku erilaku seksual y ang membuat mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah sehingga menyebabkan 25
kehamilan yang k emudian solusi yang diambil adalah dengan menikahkan mereka.
Perkawinan usia remaja sering terjadi karena remaja berpikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berpikir bahwa telah saling mencintai dan siap untuk menikah, menikah, se lain lain itu faktor p eny eny ebab lain lain terjadinya terjadiny a perni p ernikahan kahan usia remaja adalah perjodohan orangtua, perjodohan ini sering terjadi akibat putus sekolah dan akibat dari permasalahan ekonomi. Pernikahan usia remaja sering terjadi karena disebabkan rasa ingin tahu dan cobacoba, perubahan organobiologik yang dialami remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu, dan mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru. UNICEF mengemukakan, bahwa
17
pernikaha p ernikahan n usia remaja remaja ju ga merup akan salah satu cara untuk melindungi melindungi remaja p erempuan 26
dari seks pranikah dan juga karena faktor ekonomi.
27
Terdapat juga faktor-faktor penyebab pernikahan usia dini yaitu sebagai berikut :
1. Rasa ingin coba-coba. Hal ini dikarenakan remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu, dan mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru yang salah satunya adalah aktivitas seks pranikah. 2. Kehamilan diluar nikah/pranikah. Kehamilan yang tidak direncanakan dalam hal ini terjadi sebelum menikah, mengharuskan remaja untuk melakukan pernikahan di usia dini yang dianggap sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. 3. Remaja mer mer asa saling mencintai dan merasa telah siap untuk menikah. menikah. 4. Putus sekolah dan faktor ekonomi. Tingkat ekonomi lemah juga merupakan alasan yang p enting menyebabkan p ernikahan ernikahan usia dini p ada remaja p utri. Remaja Remaja p utri y ang tinggal tinggal di keluarga yang tingkat ekonomi rendah, sebisa mungkin secepatnya dinikahkan untuk meringankan beban keluarga, begitu juga halnya dengan remaja yang putus sekolah. 5. Faktor orang tua, dimana orang tua juga mendorong anak untuk segera menikah demi melindungi anak dari seks dan kehamilan pranikah. Pernikahan yang dilakukan pada usia remaja memiliki dampak atau resiko negatif dalam kehidupan seseorang termasuk juga terhadap status kesehatannya, baik itu kesehatan secara fisik maupun kesehatan secara p sikologis. Secara fisik pernikahan usia dini dapat mengakibatkan kelahiran secara prematur, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), child abuse, abuse, penelantaran anak yang dikarenakan seseorang yang menikah di usia remaja belum mampu merawat anaknya, dan bahkan kematian anak. Sedangkan secara psikologis, pernikahan usia remaja juga beresiko terhadap harga diri
18
rendah. Pernikahan usia remaja dapat berdampak pada ketidakharomisan dalam berumah tangga karena secara psikologis pasangan yang menikah di usia remaja tidak memiliki kesiapan emosi/mental. Perceraian sebagai salah satu dampak dari perkawinan yang 27
dilakukan tanpa kematangan usia dan psikologi.
2.5. Kerangka Teori
Emosional
Perilaku: seks p ranikah
Ekonomi: kemiskinan
Lingkungan Sosial: rasa cinta pada pasangan
Agama : Islam, Kristen (Katolik, Protestan), Hindu, Buddha
Psikologi: rasa ingin tahu
Pernikahan
Internal
Eksternal Pendidikan : putus put us sekolah
Usia Dini
Moral: sakralnya keperawanan
Keluarga :
Budaya
Perjodohan Kesamaan nasib dalam keluarga Memperkuat kasta
Skema kem a 3 .2. Kerangka T eori
19
BAB III KERANGKA KONS EP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Dasar Pemikiran
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan pernikahan usia dini pada remaja di Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan, maka peneliti ingin meneliti tentang remaja yang cenderung menikah pada usia muda. 3.2.Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan dan ditelaah dari berbagai sumber, maka kerangka konsep yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Emosional
Faktor-faktor yang berkaitan
Perilaku
Ekonomi Sosial
Eksternal
Internal Agama
Budaya
Moral
Pernikahan Usia Dini
Keluarga
Lingkungan
Psikologi Pendidikan
Akibat yang ditimbulkan
Kesehatan:
Kehidupan :
Anak :
Perkembangan :
Aborsi, kematian, penularan penyakit seksual
Kurangnya kesempatan untuk interaksi sosial
Abnormalitas, kematian
Kurangnya kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
20
3.3.Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 3.3.1.
Usia
1. Definisi : Seseorang yang dikategorikan sebagai remaja di Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan 2. Cara ukur : Dengan cara mengumpulkan data kemudian menyaring yang mana merupakan remaja yang menikah dengan usia dini. 3. Hasil Ukur: Remaja yang telah menikah dengan rentang usia 11-18 tahun. 3.3.2.
Jenis Kelamin
1. Definisi : Perbedaan seksual yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. 2. Cara ukur : Dengan mengambil data berdasarkan jenis kelamin 3. Hasil ukur : a. laki-laki 3.3.3.
b. perempuan
Faktor yang Berpengaruh
1. Definisi : Hal-hal yang paling berpengaruh dalam menentukan alasan mengapa seorang remaja mengambil langkah untuk melakukan pernikahan usia dini 2. Cara ukur : dengan melakukan wawancara yang disertai dengan alasan mengapa seorang remaja mengambil langkah untuk melakukan pernikahan usia dini 3. Hasil ukur : a. Perilaku seks pranikah b. Agama c. Merasa telah mantap untuk menikah d. Rasa ingin tahu atau hanya ingin mencoba e. Merasa karena nilai keperawanan adalah hal yang sakral f.
Kemiskinan
21
g. Lingkungan h. Sangat mencintai pasangan i.
Perjodohan
j.
Anggota keluarga mengalami hal yang serupa (menikah di usia muda)
k. Memperkuat kasta keluarga l.
Putus sekolah
22
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi, yaitu strategi interaktif seperti observasi langsung, observasi partisipasif, wawancara mendalam, dokumendokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman dll. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Penelitian kualitatif diarahkan lebih dari sekedar memahami fenomena tetapi juga mengembangkan teori. 4.2.Langkah dan Proses Penelitian 4.2.1. Persiapan
a. Melakukan wawancara awal dengan subjek penelitian. Peneliti melakukan wawancara awal dengan tujuan untuk mengetahui gambaran umum alasan mengapa para remaja cenderung menikah pada usia dini di Desa Panyili Kecamatan
Palakka
Kabupaten
Bone
Provinsi
Sulawesi
Selatan.
Wawancara awal ini dilakukan pada hari Senin, 14 Juli 2014. b. Menentukan fokus penelitian. Peneliti merumuskan fokus penelitian setelah melakukan wawancara awal. Dengan adanya fokus penelitian, peneliti akan lebih terarah dan mudah membuat laporan hasil penelitian. c. Merumuskan asumsi atau anggapan sementara yang pada akhir penelitian akan dinilai kesesuaiannya dengan hasil penelitian.
23
d. Memilih paradigma penelitian sebagai acuan dalam teknik penelitian. Penelitian ini menggunakan paradigm kualitatif, sehingga dari awal sampai akhir penelitian peneliti akan berada dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh hasil penelitian. 4.2.2. Pelaksanaan
a. Mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara mendalam (indepth interview) d engan beberapa responden, sesuai dengan acuan p ada metode penelitian. Terlebih dahulu subjek dijelaskan tentang tujuan penelitian dan diminta kesediaannya untuk diwawancarai, kemudian mencari waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan wawancara. b. Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti kemudian menganalisis data tersebut untuk dijadikan laporan pada akhir penelitian dan disusun secara sistematis untuk memudahkan tahap penulisan laporan penelitian. Analisis data dilakukan peneliti setiap saat, terutama setelah memperoleh data baru. 4.2.3. Penyusunan Laporan Penelitian
a. Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan, peneliti membuat laporan berupa hasil yang sebenarnya y ang diperoleh dari lapan gan, seperti catatan hasil wawancara dan rekaman yang kemudian digambarkan atau dideskripsikan ke dalam tulisan. b. Menarik kesimpulan atas hasil penelitian yang telah diperoleh.
24
4.3. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan teknik wawancara mendalam (indepth interviews). Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seorang responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap serta bertatap muka. Dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara, interview dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspekaspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list ) apakah aspek-aspek relevan tersebut t elah dibahas atau ditany akan. Dengan pedoman demikian interviewer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara langsung. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam kepada subjek penelitian yang berisi data pribadi dan pertanyaan tentang alasan mengapa lebih memilih menikah pada usia dini. Untuk menjamin jawaban responden mendekati nilai validitas dan reabilitas dilakukan upaya berupa: 1. Jaminan kerahasiaan identitas subjek penelitian dengan tidak menuliskan nama lengkap (hanya inisial) dan alamat subjek p enelitian. 2. Memberikan penjelasan sebelum wawancara kepada subjek penelitian. 3. Memberikan waktu yang cukup untuk menjawab dengan jelas setiap pertanyaan yang diberikan.
25
4. Menciptakan suasana yang aman dan nyaman agar subjek penelitian dapat bekerja sama dengan baik. Selanjutnya setiap jawaban yang direkam dan dicatat diperiksa dan dicocokkan dengan seksama secara manual. Data yang diperoleh kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk naskah. 4.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan untuk menggali faktor-faktor yang berkaitan dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Bone. Adapun alat yang digunakan antara lain: 1. Alat perekam 2. Alat t ulis 3. Buku catatan 4.5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14-26 Juli 2014 di Kabupaten Bone. 4.6. Subjek Penelitian
Subjek p enelitian dipilih berdasarkan criteria berikut: 1. Seseorang yang dikategorikan sebagai remaja yang telah menikah. 2. Seseorang yang berjenis kelamin laki-laki dan p erempuan. 3. Remaja yang berusia 18 tahun kebawah. 4. Berdomisili Kabupaten Bone. 5. Seseorang yang dalam keadaan sadar, mental sehat, dan bersedia untuk diwawancarai, dan mampu berkomunikasi aktif. 26
4.7. Anali sis Data
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh dan selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah asumsi. Asumsi awal yang telah dirumuskan selanjutnya dicarikan data-data secara berulang dengan teknik triangulasi sehingga pada akhirnya dapat diketahui perkembangan asumsi tersebut. Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan dan selama di lapangan. Setelah dilapangan, dapat dipahami oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang, dan terus-menerus. Ada dua tahap analisis data, yaitu: a. Reduksi data. Proses reduksi data b erarti merangkum, memilih h al-hal y ang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. b. Penyajian data. Penyajian data diikuti oleh proses mengumpulkan data-data yang saling berhubungan satu sama lain melalui wawancara mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil reduksi data untuk diolah lebih lanjut sehingga pada akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan. 4.8. Pemeriksaan Keabsahan Data
Triangulasi merupakan sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode y ang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling berkaitan dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep ini dip akai oleh p ara peneliti ku alitatif d i berbagai bid ang. Triangulasi meliputi empat hal; yaitu triangulasi metode, triangulasi antar peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), t riangulasi sumber data, dan trian gulasi teori.
27
Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data adalah triangulasi sumber data dan triangulasi teori. 4.8.1. Triangulasi S umber Data
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat ( participant observation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan p ribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran yan g handal. 4.8.2. Triangulasi Teori
Hasil akhir dari penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement . Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan unt uk menghindari b ias ind ividual p eneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoritik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui pada tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut untuk memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan h asil y ang jauh berbeda.
28
4.9. Etika Penelitian
1. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian. 2. Menyediakan lembar berisi persetujuan dan penjelasan prosedur penelitian. Lembar ini ditandatangani oleh subjek penelitian. Pada lembar tersebut juga dijelaskan tentang kerahasiaan informasi subjek. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan manfaat kepada semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang disebutkan sebelumnya.
29
BAB V HAS IL D AN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian yang peneliti peroleh dari hasil proses penelusuran yang dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam (indepth interview). Sebelumnya telah didapatkan sebanyak 13 subjek penelitian, namun terdapat 3 subjek penelitian yang tidak koop eratif dalam wawan cara sehingga ketiga subjek penelitian tersebut disingkirkan dan pada akhirnya sebanyak 10 subjek penelitian dimasukkan dalam wawancara. Penjelasan pada bab ini antara lain terdiri dari deskripsi hasil penelitian, analisis hasil penelitian, pembahasan teoritis, dan keterbatasan p enelitian. 5.1.Identi tas S ubjek Penelitian
Identitas subjek penelitian ditampilkan pada tabel dibawah ini: No.
N A M A
1
Ny . I
Jenis Kelamin Perempuan
Umur
Pekerjaan
2
Ny . E
Perempuan
15 tahun
Ibu Rumah Tangga
3
Ny . C
Perempuan
19 tahun
Wiraswasta
4
Ny . O
Perempuan
19 tahun
Ibu Rumah Tangga
5
Ny . U
Perempuan
19 tahun
Ibu Rumah Tangga
6
Tn. M
Laki-laki
19 tahun
Pegawai Negeri Sipil
7
Tn. Z
Laki-laki
20 tahun
Buruh Bangunan
8
Tn. D
Laki-laki
20 tahun
Pegawai Negeri Sipil
9
Tn. R
Laki-laki
18 tahun
Buruh Bangunan
10
Tn. T
Laki-laki
20 tahun
Pekerja Sawah
17 tahun
Ibu Rumah Tangga
Tabel 5.1. Identitas Subjek Penelitian 30
5.2.Deskripsi Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dideskripsikan data hasil penelitian yang telah peneliti peroleh selama penelitian dengan menggunakan metode wawancara. Proses pendeksripsian data hasil penelitian dengan metode rediskusi, yaitu memilah dan mengelompokkan data hasil penelitian berdasarkan relevansinya dengan tema penelitian, yaitu “Faktor-faktor yang berkaitan dengan pernikahan usia dini p ada remaja di Desa Pany ili Kecamatan Palakka Kabup aten Bone Provinsi Sulawesi Selatan”. Tema penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi perilaku, psikologi, agama dan moral. Sementara faktor eksternal meliputi ekonomi, lingkungan, sosial, p endidikan, buday a, dan keluarga. Deskripsi hasil penelitian antara lain sebagai berikut: 5.2.1.Faktor Internal a. Perilaku
Berdasarkan hasil wawancara, tampak bahwa masalah terbesar remaja adalah seksualitas. M ulai dari masa pacaran, perilaku seks, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Sebagian besar dari subjek penelitian menyatakan bahwa pernikahan yang dilakukan disebabkan karena perilaku seks p ra-nikah. Hal itu dianggap sebagai hal yang wajar pada masa muda. Beberapa subjek penelitian menyatakan bahwa perilaku seks pranikah dilakukan bersama pasangannya sendiri atau dengan atas dasar suka sama suka, sek edar untuk membuktikan bahwa dengan
melakukan
perilaku
seks,
pasangan
benar-benar
mencintainya.
Tanpa
mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan, remaja dengan sukarela melakukan perilaku seks pranikah di kalangannya.
31
“ Hamilka 2 bulan. Pacarku sendiri yang hamilika. Diajakka kawin (bersetubuh) karena dia minta bukti kalau saya sayangki atau tidak. Akhirnya saya ikuti semua maunya” (Ny. I, 17 tahun) Pergaulan dikalangan remaja tidak dapat dihindari. Perilaku dari remaja itu sendiri mempengaruhi perilaku-perilaku mereka. Dapat dibuktikan dari pernyataan dari subjek penelitian dibawah ini bahwa adanya pergaulan yang bebas yang dia alami. Sehingga mempengaruhi pasangannya yang juga karena rasa sayangnya kepada pasangan untuk melakukan perilaku seks pranikah. “Istriku hamil karena saya. Terus dia minta tanggung jawab jadi akhirnya saya nikahi dia. Dia pacarku waktu SMA. Saya akui memang pergaulanku waktu itu bebas sekali. Namanya juga anak m uda. Istriku juga tidak keberatan waktu saya lakuk an itu sama dia, dia bilang sayangka. (Tn. M, 18 tahun)” Bagi remaja, ketampan atau kecantikan serta ketenaran menjadi hal yang sangat diidamkan. Banyak dari remaja bahkan masyarakat pada umumnya mendambakan pasangan yang menarik. Mereka terkecoh dengan ketampanan atau kecantikan yang dimiliki dari seseorang sehingga berani melakukan apa saja untuk memperoleh pasangan yang seperti itu termasuk salah satunya adalah dengan melakukan perilaku seks pranikah. Karena dipengaruhi pula oleh nafsu sehingga mereka tidak menyadari bahwa terdap at hal yang fatal saat mereka melakukan seks pranikah. Salah satu akibatnya adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Dibuktikan dari pernyataan subjek penelitian sebagai berikut. “Istriku hamil gara-gara saya. Padahal dia bukan pacarku. Dulu pekerjaanku sebagai penyiar radio terkenal disini, kata orang saya juga ganteng jadi banyak yang mau 32
dengan saya. Istriku dulunya juga begitu, dia kejar-kejarka. Padahal saya tidak mauji dengan dia. Tapi karena dia bisa kasih semua kebutuhanku akhirnya saya manfaatkan, sampai begini kejadiannya. (Tn. Z, 20 tahun)” Remaja melakukan perilaku seks pranikah semata-mata hanya untuk kesenangan. Karena kehamilan yang tidak diinginkan memaksa mereka untuk segera melakukan pernikahan di usia mereka yang masih muda. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya memilih untuk bercerai di kemudian hari karena mengaku belum siap untuk berumah tangga. “Dulu istriku hamil karena saya. Tapi sekarang sudah cerai karena sebenarnya belum siap berkeluarga. Intinya karena dia yang mau juga. Saya dulu bekerja sebagai DJ (Disc Jokey) disini, sering dipanggil di acara-acara anak muda. Disitu saya ketemu mantan istriku. Lama-kelamaan pacaran terus kita berbuat begitu. Akhirnya dia hamil, karena tidak mau malu jadi kita menikah. (Tn. D, 21 tahun)” Dari sini dapat disimpulkan bahwa perilaku seks pranikah merupakan sumbangsih yang paling besar dari hasil penelitian ini. Dari sepuluh jumlah sampel yang diwawancari, terdapat empat subjek penelitian yang menikah di usia muda karena kehamilan diluar pernikahan akibat perilaku seks pranikah yang mereka lakukan. b. Psikologi
Faktor psikologi remaja, berperan secara langsung dan tidak langsung terhadap pernikahan usia dini. Sebagian besar melakukan p acaran tanp a batas sehingga t erjadi hubun gan seksual yang menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan.
33
Dari penelitian yang dilakukan, terdapat hasil yang bermakna dari faktor psikologi yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini. Ada pengakuan dari subjek penelitian yang menyatakan bahwa adanya rasa ingin tahu dari hasil pernikahan itu. Rasa ingin tahu merupakan sifat yang sangat mendasar dari manusia, dan karena adanya rasa ingin tahu inilah sehingga dapat membuat seseorang membuktikan dengan tindak an-tindakan tertent u. Subjek penelitian mengakui bahwa karena rasa ingin tahu inilah pada usia belianya yang mengantarkan dia untuk melakukan pernikahan usia dini. Karena dulunya tidak tahu apa-apa jadinya juga muncul ras a mau tahu bagaimana itu
“
menikah, kawin, punya anak, punya keluarga” (Ny. O, 19 tahun) Dari
pernyataan
subjek
penelitian
inilah
bahwa
faktor
psikologi
juga
dapat
mempengaruhi angka kejadian pernikahan usia dini pada remaja di Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone. c. Agama dan Moral
Agama dan moral merupakan hal yang paling mutlak dan tidak dapat dihindari dari masing-masing individu karena dianut dan diyakini oleh tiap manusia. Didalamnya terdapat keyakinan-keyakinan yang sukar untuk dihindari . Terlebih lagi pada lokasi Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan mayoritas penduduknya beragama Islam
yang sangat
men gharamkan perbuatan maksiat.
Agama
merupakan
pertimbangan yang sangat penting dan sangat berpengaruh pada pernikahan khususny a pernikahan pada usia dini. Berdasarkan subjek penelitian menyatakan bahwa pihak orang tua yang memiliki ikatan agama yang kuat, sehingga sangat malu rasanya bila anaknya hamil diluar nikah. Namun subjek 34
penelitian yang terkanjur hamil diluar nikah, karena kepercayaan terhadap adanya ancaman neraka terpaksa harus menikahkan anak mereka, selain itu berguna juga untuk menghindari aib dan ancaman nama baik dari sebuah keluarga. “…malu sekali bapakku apalagi karena dia kepala dusun disini dan dikenal sama orangorang sebagai ustad dan suka sembahyang di mesjid dekat rumah” (Ny. I, 17 tahun) Bukan hanya takut dosa karena telah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, ternyata masih ada keluarga yang memperdulikan akan timbulnya dosa-dosa dalam berpacaran. Sehingga untuk menghindari masalah tersebut beberapa orang tua memilih untuk menikahkan anak mereka. Agar selain untuk menghindari dosa, juga untuk menjaga nama baik keluarga. “…takutnya nanti kita berbuat yang haram apalagi etta (bapak) selalu jadi imam di mesjid jadi dia suruhki berdua menikah” (Ny. E, 15 tahun) Kesalahan dari remaja yang berpacaran diluar batas akan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan sebagai salah satu contohnya adalah kehamilan yang tidak diinginkan akibat perilaku seks pranikah yang mereka lakukan. Tidak sedikit remaja yang memilih untuk menggugurkan kandungannya karena berbagai macam alasan. Tetapi adapula remaja yang masih takut akan dosa berdasarkan agama dan keyakinan mereka yang menganggap membunuh bayi merupakan hal yang sangat berdosa. Sekalipun sebelumnya mereka telah melakukan dosa karena perilaku seks pranikahnya. Tetap i untuk tidak menambah dosa yang diperbuat maka mereka memilih untuk menikah saja dan mengurung niatnya untuk menggugurkan kandungan. “…pertama saya minta gugurkan karena kita masih sekolah tapi dia tidak mau takut berdosa katanya” (Tn. M, 18 tahun)
35
Dari beberapa subjek penelitian menyatakan bahwa sekalipun pernikahan tidak dilakukan secara sukarela namun karena prinsip agama dan moral y ang sangat hakiki membuat pernikahan usia dini ini harus berlangsung. 5.2.2. Faktor Eksternal a. Ekonomi
Pentingnya masalah ekonomi pada masyarakat ternyata juga berdampak pada angka kejadian pernikahan usia dini pada remaja di Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Memang sebagian besar masyarakat di Desa Panyili mempunyai pekerjaan yang tidak tetap seperti buruh bangunan, petani dan lainnya yang menuntut masyarakatnya untuk mencari sumber keuangan yang lebih. Menurut mereka, lebih penting untuk mencari nafkah dibandingkan untuk meneruskan sekolah. Terlebih lagi untuk anak perempuan, lebih baik mengurus rumah tangga dengan baik. Cukup untuk pihak suami saja yang meneruskan sekolah. “Etta juga bilang biarmi berhenti sekolah karena tidak ada juga uang sekolah. Nanti katanya suamiku yang sekolah” (Ny. E, 15 tahun) Adapula subjek penelitian yang beranggapan bahwa dengan jalan menikah dan menikahkan anak-anak mereka merupakan upaya untuk mencari sumber keuangan lainnya selain bekerja. Sehingga dalam berkeluarga, mereka dapat membentuk tim yang baik untuk bekerja bersama-sama dalam men ghidupi kehidupan. “…Kita kekurangan uang…. Jadi saya kira kalau kita menikah kita bisa bekerja sama sama” (T n. T, 20 tahun)
36
b. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah karena adanya persamaan yang terjadi pada antar individu di sekitar wilayah Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu kesamaan dalam menikah pada usia muda. Sehingga menikah di usia muda dianggap hal yang lumrah dalam masyarakat tersebut. Subjek penelitian menyatakan bahwa karena sebelumnya saudaranya juga telah menikah sehingga dia juga memilih untuk menikah. Selain karena faktor ekonomi yang sedikit, juga karena menikah dengan sesama keluarga dianggap hal yang sangat baik. “Semua saudaraku juga sudah menikah, jadi mamaku bilang lebih baik saya menikah juga apalagi sama keluarga ji.” (Tn. R, 18 tahun)
c. Sosial
Adanya faktor sosial berupa rasa cinta kepada pasangan merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan pernikahan pada usia dini. Masa remaja yang merupakan masa labil adalah masa dimana puncak emosional seorang remaja dianggap tidak stabil. Merasa cinta kepada pasangan akan menjadi hal yang akan dirasakan pada remaja. Disebutkan oleh beberapa subjek penelitian bahwa rasa cinta kepada pasangan mengantarkan mengantarkan mereka pada gerban g pernikahan. “Saya sayang sekali suamiku, kita juga sudah berjanji dari dulu kalau tamat SMA menikah” (Ny. U, 19 tahun)
37
Adapula subjek penelitian yang menikah dengan pasangannya dikarenakan rasa cintanya sekalipun mereka bukan sepasang remaja yang sebelumnya berpacaran. Rasa cinta yang timbul terhadap pasangannya inilah y ang mereka alami sehingga melakukan pernikahan. “Akhirnya saya sendiri bersedia untuk nikahi, karena sebenarnya saya juga suka dengan dia” (Tn. R, 18 tahun) d. Pendidikan
Faktor pendidikan berupa putus sekolah sebenarnya ada kaitannya dengan faktor ekonomi yang sebelumnya telah dijabarkan. Beberapa subjek penelitian menyatakan bahwa karena putus sekolah mereka memilih untuk menikah dan mencari pekerjaan untuk kehidupan keluarganya. “Akhirnya waktu naik SMP saya berhenti sekolah dan menikah dengan suamiku” (Ny. E, 15 tahun) Dan ada pula subjek penelitian memilih putus sekolah saat mereka memutuskan untuk melakukan pernikahan usia dini. M enurutnya, karena adanya kehamilan y ang tidak diinginkan memaksa subjek penelitian terpaksa untuk berhenti melanjutkan pendidikan dan hanya mengurus rumah tangga mereka. “Akhirnya istriku berhenti sekolah cuma urus anak dirumah, terus saya lanjutkan sekolahku sampai tamat.” (Tn. M, 18 tahun) Sangat erat kaitannya antara faktor ekonomi dan faktor pendidikan. Rata-rata pernyataan dari subjek penelitian memilih untuk berhenti bersekolah dan menikah d i usia muda akibat faktor ekonomi mereka yang lemah. 38
“Kita kekurangan uang, saya putus sekolah istriku juga” (Tn. T, 20 tahun) Selain itu, terdapat sebuah pernyataan yang unik dari subjek penelitian yang menikah pada saat di bangku Sekolah Dasar (SD). Karena t idak mengerti dar i keadaan sekitar, tanp a dia sadari, ia dinikahkan dengan seorang pria yang juga merupakan guru dari subjek penelitian tersebut. Waktu itu saya belum tau apa-apa. Yang jelas saya menikah waktu SD terus suamiku itu guru honor di sekolahku. … Sekolahku tidak lanjut, tamat SD terus dirumahmi urus suami. (Ny. O, 19 tahun) Dari penyataan subjek penelitian ini, dapat dikatakan bahwa faktor pendidikan dinyatakan mampu mempengaruhi pernikahan di usia dini pada remaja. Semakin rendahnya tingkat pendidikan, semakin rentan pula terjadinya pernikahan usia dini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang dampak atau ancaman dari pernikahan di usia muda di Desa Pany ili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan e. Budaya
Adanya kebiasaan pada etnik tertentu menjadi pertimbangan yang penting dalam hubungannya dengan pernikahan usia dini. Khusus pada wilayah Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone menganut kebiasaan untuk memasangkan antar keturunan bangsawan. Dipercayai untuk memperkuat kasta dari keturunan bangsawan tersebut. Dibuktikan dari pernyataan responden bahwa pernikahan yang dilakukan sem ata-mata dengan se garis keturunan bangsawan. Den gan usia y ang masih belia y aitu 10 tahun, orang tua responden menikahkannya dengan sesama keturunannya.
39
“Mungkin karena suamiku keturunan Andi (bangsawan) terus saya juga ada Andi ku. Jadi orang tua tudang sipulung (b erkumpul) untuk k asi kawin kita.” (Ny. O, 19 tahun) f. Hubungan Keluarga
Sampai sekarang masalah perjodohan masih melekat erat dan besar pengaruhnya dalam pernikahan usia dini. Dari beberap a pernyataan subjek penelitian bahwa pernikahan yang dilakukan semata-mata karena perjodohan yang dilakukan oleh orang tua mereka. Suka atau tidak suka, pernikahan tetap dilakukan tanpa memandang akibat yang dapat ditimbulkan oleh remaja yang melakukan pernikahan tersebut. Salah satu akibatnya adalah perceraian. Karena pernikahan yang tidak mereka inginkan, sehingga dalam kehidupan tidak didapatkan keharmonisan dalam berkeluarga karena tidak adanya rasa saling mencintai. “Tapi saya sudah bercerai sekarang. Orang tua yang jodohkan, mantan suamiku sebenarnya ada hubungan keluarga juga.” (Ny. C, 19 tahun) Keluarga menjadi bagian yang terpenting dalam kehidupan. Juga dapat mempengaruhi jodoh. Dalam artian ke luarga juga dapat menentukan jodoh. Dari pernyataan subjek penelitian sebagai berikut menerangkan bahwa ia menikah karena perjodohan antar keluar ga. “Kita dikasi menikah, istriku juga sebenarnya sepupuku” (Tn. R, 18 tahun) 5.3. Pembahasan Te oritis
Faktor utama yang mendorong para remaja untuk melakukan pernikahan usia dini di wilayah Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone adalah perilaku seks pranikah yang dilakukannya terhadap pasangannya. Mayoritas laki-laki dan perempuan yang melakukan pernikahan usia dini mengaku menyesali p erkawinan mereka. Pernikahan pada usia dini terjadi 40
akibat kurangnya pemantauan dari orang tua yang mana mengakibatkan remaja tersebut melakukan hal yang tidak pantas. Masa-masa seumuran remaja yang pertumbuhan seksualnya memuncak dan dimana para remaja menuju masa kedewasaan. Jadi, bisa saja dalam hubungan mereka memiliki daya nafsu seksual yang tinggi dan tak terkendali lagi sehingga mereka berani untuk melakukan hubun gan seksual hanya demi p enunjukan rasa cinta sesuai dengan p ernyataan dari beberapa subjek p enelitian. Faktor lain yang juga mempengaruhi para remaja untuk melakukan pernikahan usia dini yaitu faktor ekonomi, keluarga, pendidikan, moral, psikologi, budaya, lingkungan, sosial, dan pendidikan. Tingkat ekonomi dan pendidikan y ang rendah bagi seorang perempuan maupun lakilaki dapat mendorong mereka untuk cepat-cepat menikah. Permasalahan yang terjadi karena mereka kurang mengetahui seluk-beluk perkawinan sehingga cenderung untuk cepat berkeluarga dan melahirkan anak. Selain itu tingkat pendidikan dalam keluarga juga dapat mempengaruhi terjadinya pernikahan usia dini. Pernikahan pada usia dini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masy arakat secara keseluruh an. Suatu masyarakat yang tingkat ekonomi dan pendidikannya rendah ak an c enderung unt uk menikahkan anak mereka d alam usia yang masih muda. Pernikahan usia muda terjadi karena adanya faktor adat dan budaya. Di beberapa belahan Indonesia, masih terdapat pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah dijodohkan dan dinikahkan oleh orang tuanya. Pada hal umumnya anak-anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan bila anak tersebut dinikahkan pada usia tersebut , jauh dibawah usia minimum untuk melakukan perkawinan.
41
Tapi ada pandangan dari beberapa remaja bahwa mereka menikah muda agar terhindar dari perbuatan dosa, seperti seks sebelum menikah. Hal ini didasari dengan keimanan dan keagamaan mereka serta pengetahuan mereka mengenai hukum adat dan aturan agama. 5.4. Keterbatasan Penelitian
Dalam proses penelitian ini, peneliti masih banyak menemukan kendala yang berpengaruh pada hasil penelitian. Hal ini dikarenakan keterbatasan p eneliti dalam melaksanakan penelitian, mengolah data, dan menyajikannya dalam bentuk hasil penelitian. Subjek yang ditetapkan sepuluh orang, hanya tujuh orang yang ingin menjawab secara detail saat diwawancarai secara mendalam. Awalnya, peneliti menemukan empat subjek untuk diadakan wawancara awal, tetapi dua dari empat subjek tersebut kemudian menolak untuk diwawancarai secara mendalam pada tahap penelitian. Selain itu, peneliti merasa kesulitan untuk men gumpulkan subjek penelitian yang dicari secara mandiri melalui orang-orang disekitar peneliti yang memenuhi kriteria subjek penelitian. Peneliti memilih subjek y ang berada disekitar peneliti agar dapat diwawancarai dan digali secara mendalam, berbeda dengan subjek penelitian yang belum pernah dikenal sebelumnya. Adapun keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah sulitnya menentukan pertanyaan baku dan seragam untuk semua objek. Oleh karena itu peneliti hanya membuat beberapa pertanyaan secara garis besar dan pertany aan-pertanyaan khusus selanjutny a baru muncul p ada proses wawancara yang dipicu oleh jawaban-jawaban subjek penelitian.
42
BAB VI KESI MPULAN DAN SARAN
6.1. KESIM PULAN
Adapun kesimpulan dari penelitian yang berjudul “Studi Kualitatif: Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Pernikahan Usia Dini pada Remaja di Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone” antara lain sebagai berikut: 1. Faktor utama yang diduga berkaitan dengan pernikahan usia dini pada remaja di Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten Bone adalah perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja sehingga berdampak pada kehamilan yang tidak diinginkan yang memaksa keadaan remaja untuk harus se gera melakukan pernikahan. 2. Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi terjadinya pernikahan usia dini pada remaja di Desa Panyili Kecamatan Palakka Kabupaten bone adalah mulai dari faktor-faktor internal berupa agama, psikologi, moral dan faktor-faktor eksternal berupa ekonomi, lingkungan, sosial, pendidikan, budaya, dan keluarga. 6.2. SARAN Adapun saran-saran yang muncul setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, hendaknya menggali lebih jauh lagi ketika menggunakan teknik indepth interview pada penelitian kualitatif
43
2. Bagi para remaja yang telah melakukan pernikahan usia dini, hendaknya lebih menyadari akan dampak yang ditimbulkan akibat pernikahan dini yang mereka lakukan 3. Bagi institusi kesehatan seperti Dinas Pendidikan, Puskesmas, dan lembaga masyarakat lainnya yang ikut berperan serta dalam meningkatkan kualitas kehidupan remaja, hendaknya meningkatkan sosialisasi tentang dampak dari pernikahan usia dini yang dilakukan oleh remaja yang terjadi di masyarakat.
44
DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Laporan Perkembangan Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Jakarta. 2005. 2. The National Campaign to Prevent Teen Pregnancy, The Relationship between Teenage Motherhood
and
Marriage.
Putting
What
Works
to
Works
Project,
2004.
Children’s
Fund
http://teenpregnancy.org 3. UNICEF.
Early
Marriage,
Factsheet,
The
United
Nations
(UNICEF).2000. 4. Nurwati N, Review: Hasil Studi Tentang Perkawinan dan Perceraian pada M asyarakat Jawa Barat. Jurnal Kependudukan Padjajaran, Bandung. 2003;5(2):59-67. 5. Grogger, J and Stephen B. The Socioeconomics Consequences of Teenage Childbearing: Findings from a Natural Experiment. Family Planning Perspective, 1993;25(4);156-61 & 174. 6. BKKBN. Kesiapan Kehamilan, Hindari Kawin Muda Agar Hidup Bahagia. 2005. http://www.BKKBN.co.id 7. Sarlito, Sarwono. Teori-Teori Psikologi Sosial. C V. Rajawali. 2007. 8. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; Jakarta:2006.h.21 9. Palu B. Menyelamatkan Generasi Muda.2008. http://www.bappenas.go.id 10. Lenteraim. Pernikahan Usia Muda. 2010. http://www.lenteraim.com 11. Notoatmodjo, S. Kesehatan M asyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 2003. 12. Hanum SH. Perkawinan Usia Belia, Kerjasama Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada dengan Ford Foundation Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 1997. 45
13. Luthfiyah, D. Pernikahan Dini pada Kalangan Remaja (15-19 Tahun). 2008. http://www.nyna0626.com 14. UNICEF. Early M arriage, A Harmfull Traditional Practice; A Statistical Exploration, The United Children’s Fund (UN ICEF).2005. 15. UNICEF. Early Marriage,Factsheet,The United Children’s Fund (UNICEF).2000. 16. Nurwati N. Review: Hasil Studi Tentang Perkawinan dan Perceraian pada M asyarakat Jawa Barat. Jurnal Kependudukan Padjajaran. Bandung.2003, 5(2):59-67. 17. Zulkifli, Ahmad. Dampak Sosial Perkawinan Usia Dini Studi Kasus di Desa Gunung Sindur-Bogor. Skripsi. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas UIN Syarif Hidayatullah. 2013. http://repository.uinjkt.ac.id/space/handle/123456789/21872. 18. Rosihan.
Hindari
Kawin
Muda
Agar
Hidup
Bahagia.
2012.
http://media.hariantabengan.com/index/detailopiniberitaphoto/id/13935. 19. The National Campaign to Prevent Teen Pregnancy, The Relationship Between Teenage Motherhood
and
Marriage.
Putting
What
Work
to
Works
Project.2004.
http://teenpregnancy.org. 20. Departemen Kesehatan RI. Panduan, Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi. 2006. 21. Widyaningsih, Atun. Konsep Sehat dan Sakit, Paradigma Keperawatan dan Caring. 2011. http://atoenwidyaningsih.wordpress.com/2011/09/30/konsep-sehat-dan-sakit-paradigmakeperawatan-dan-caring/ 22. Depkes RI. Profil Kesehatan Penduduk Indonesia. Jakarta. 2009.
46
23. Burhani,R,BKKBN.
Nikah
Usia
Muda
Penyebab
Kanker
Serviks.
2009.
http://www.antaranews.com. 24. Dlori. Jeratan Nikah Dini, Wabah Pergaulan. Media Abadi.2005. 25. Alfyah. Sebab-sebab Pernikahan Dini. Jakarta;ECG.2005. 26. Shawky S, Milaat W. Early Teenage Marriage and Subsequent Pregnancy Outcome, East Mediterr Health. 2000. 27. Shappiro, Frank. Mencegah Perkawinan yang Tidak Bahagia. Jakarta;Restu Agung. 2000.
47
HASIL WAWANCARA
1. Ny. I, 17 tahun, Ibu Rumah Tangga
a. Pada usia berapa menikah ? Usia 17 tahun b. Hal apa yang melatarbelakangi pernikahan? Disuruhka menikah sama pacarku. Hamilka 2 bulan. Pacarku sendiri yang hamilika. Diajakka kawin (bersetubuh) karena dia minta bukti kalau saya sayangki atau tidak. Akhirnya saya ikuti semua maunya. Tidak kutauki pertamanya kalau hamilka tapi mulai curiga mamaku kenapa tidak haid-haidka sudah 2 bulan lebih. Baru muntah-muntahka terus. Disitumi ditauka sama mamaku kalau hamilka. Baru ditanyaka siapa yang kasi hamilka. Jadinya saya kasi taumi sama mamaku daripada dipukulka. c. Apakah pernikahan dilakukan secara sukarela atau tidak? Yaa.. mau tidak mau haruska jalani. Sebenarnya belum siap menikah secepat ini apalagi karena terpaksa begini harus dijalani. Cuma daripada tidak ada bapaknya nanti anakku terus karena setelah kejadian begini diusirka dari rumah sama bapakku, malu sekali bapakku apalagi karena dia kepala dusun disini dan dikenal sama orang-orang sebagai ustad dan suka sembahyang di mesjid dekat rumah jadi dia bilang tidak pantas punya anak seperti saya. Dia bilang tidak mau kasi nikahkanka karena bukan maunya. Yang kasi menikahka cuma mamaku dan saudaranya bapakku. Karena tidak tauka mesti tinggal dimana akhirnya saya putuskan menikah saja dengan suamiku dan ikut tinggal dirumahnya.
48
d. Bagaimana perbedaan kehidupan antara sebelum menikah dan setelah menikah? Banyak sekali p erbedaannya. Pertama karena sudah ada anakku j adi sudah pasti semakin banyak pekerjaanku bertump uk, padahal dulunya biasa cuma bantu saja mama masak nasi dibelakang rumah habis itu bisama keluar rumah sama temanku. Kedua suamiku larangka keluar-keluar rumah lagi, mungkin karena malu juga sama tetangga gara-gara perkawinanku yang terp aksa. Sebenarnya saya ji juga malu keluar rumah karena pasti tetangga ceritaika kalau dia lihatka. Jadi kalau dia pergi bekerja saya cuma tinggal saja dirumah jagai anakku sambil memasak supaya kalau pulang suamiku tinggal makan saja karena biasa marah juga kalau pulang capek baru tidak ada makanan. Teman-temanku juga sudah tidak pernahmi ketemu, Cuma adaji sedikit teman akrabku yang biasa datan g kerumah bawakan anakku pembeli susu. Ketiga tidak adami lagi orang dirumahku yang anggapka keluarganya apalagi bapakku dia sudah benci sekalimi sama saya, biar mamaku sudah tidak pernahmi ketemu mungkin dilarang sama bapakku untuk datangika padahal rindu sekalika sama semuanya. Kalau saya ingat itu semua seperti mau pecah kepalaku saja gara-gara pikirkan itu semua masalahku. Menyesal sekalika sebenarnya kenapa bisa begini hidupku tap i yah.. beginimi jalanny a mungkin. e. Tahukah dampak dari pernikahan usia dini, baik dari segi fisik maupun psikis? Tidak tahu. Cuma sekarang adami saya rasa sedikit stress. Apalagi kalau anakku sudah menangis. Kalau itu yang kita maksud bu dokter akibat dari psikisnya hehe.
49
2. Ny. E, 15 tahun, Ibu Rumah Tangga
a. Pada usia berapa menikah? Baru-baru ini bu dok, umur 15 tahun. b. Hal apa yang melatarbelakangi pernikahan? Tidak adaji bu dok, mau saja memang menikah karena memang saya mauji. Suamiku ini pacarku yang dulu waktu saya tamat SD dan sudah bertahun-tahun pacaran. Keluarga juga sudah setuju. Akhirnya waktu naik SMP saya berhenti sekolah dan menikah dengan suamiku. Banyak pertimbangan, selain karena sudah lama pacaran, orang tua juga saling kenal dan takutnya nanti kita berbuat yang tidak-tidak apalagi kalau sampai perawanku hilang apalagi etta (bapak) selalu jadi imam di mesjid jadi dia suruhki berdua menikah nanti malu katanya. Etta juga bilang biarmi berhenti sekolah karena tidak ada juga uang sekolah. Nanti katany a suamiku yang sekolah. c. Apakah pernikahan dilakukan secara sukarela atau tidak? Iya, sukarela ji. d. Bagaimana perbedaan kehidupan antara sebelum menikah dan setelah menikah? Bedanya yang dulu yaa bisa main-main sama teman-teman, kalau sekarang suami jadi nelayan saya tinggal saja dirumah urus anak. Apalagi sekarang anakku sakit-sakitan jadi harus selalu dirumah. Suamiku larang ke mana-mana harus dirumah saja karena sudah punya keluarga. Jadi saya kalau dirumah cuma memasak, kadang juga bantu suami kalau dapat banyak ikan dikerja-kerja terus dijual. e. Tahukah dampak dari pernikahan usia dini, baik dari segi kesehatan fisik maupun psikis? Tidak tau bu dok. Yang penting punya anak sehat-sehat saja.
50
3. Ny. C, 19 tahun, Wiraswasta
a. Pada usia berapa menikah? Waktu umur 17 tahun, 2 tahun lalu dengan suamiku yang pertama. b. Hal apa yang melatarbelakangi pernikahan? Tapi saya sudah bercerai sekarang. Orang tua yang jodohkan, mantan suamiku sebenarnya ada hubungan keluarga juga. Awal mulanya mantan suamiku ada kumpul diacara keluarga, Terus dia sampaikan niatnya untuk cari jodoh. Tiba-tiba mamaku panggilka dan akhirnya dikenalkan sama dia. Lama-kelamaan dia datang melamar dan akhirnya orang tuaku terima lamarannya. Belum cukup setahun kita berdua cerai. Alasannya karena saya tidak bisa hidup bahagia dengan dia, saya tidak suka. Bersentuhan saja susah sekali. Dia juga mungkin sudah bosan dikasi begini akhirnya dia terima tawaranku untuk bercerai daripada terus dipertahankan hubungan tapi tetap seperti begini. Tidak ada yang beres. Baru sekarang say a sudah menikah la gi den gan orang l ain dan punya anak satu. Tapi suami yang sekarang beda, saya sendiri yang tentukan pilihan. Orangnya baik, bertanggung jawab juga. Keluargaku terima ji dia juga, mungkin karena mamaku sudah sad ar kalau saya tidak suka sebenarnya dijodoh-jodohkan. c. Apakah pernikahan dilakukan secara sukarela atau tidak? Tidak sama sekali. Andaikan bukan karena orang tuaku sudah pasti tidak menikahka dengan mantan suamiku. d. Bagaimana perbedaan kehidupan antara sebelum menikah dan setelah menikah? Tidak enak sekali rasanya. Susah sekali hidupku waktu itu. Orang-orang bilang waktu sebelum menikah saya suka bergaul dengan teman-temanku, suka kumpul di acara keluarga ikut sama mama. Setelah menikah, mungkin karena malu-malu juga jadinya
51
jarangmi ikut di acara keluarga. Temanku juga kalau panggil jalan rasanya tidak enak kalau tidak bawa suami, karena dia biasa bawa suaminya juga makanya selalu kucarikan alasan supaya tidak ikut jalan. Pokoknya tidak harmonis sekali kehidupanku waktu sama mantan suamiku. Sampai turun itu berat badanku gara-gara stress mungkin dokter. e. Tahukah dampak daru pernikahan usia dini, baik dari segi kesehatan fisik maupun psikis? Iya tauji, saya kebetulan waktu SMA anak OSIS. Jadi sering dipanggil untuk ikut pelatihan-pelatihan kalau ada di seko lah. Waktu itu dapat informasi dari anak kampus datang ke sekolah untuk penyuluhan tentang remaja. Jadi tau akibatnya, salah satunya itu kalau kita belum siap menikah makanya bisa tidak bahagia kehidupanta. Persis dengan yang saya rasa waktu itu.
4. Ny. O, 19 tahun, Ibu Rumah Tangga.
a. Pada usia berapa menikah? Umur 10 tahun kalau tidak salah itu. b. Hal apa yang melatarbelakangi pernikahan? Waktu itu saya belum tau apa-apa. Yang jelas saya menikah waktu SD terus suamiku itu guru honor di sekolahku. Saya dengan suamiku beda 17 tahun. Orang tua yang nikahkan. M ungkin karena suamiku keturunan Andi (bangsawan) t erus saya juga ada Andi ku. Jadi orang tua tudang sipulung (berkumpul) untuk kasi kawin kita. Padahal waktu itu belum ka haid, Payudaraku saja belum tumbuh. Jadi kalau ke sekolah saya diantar baku boncengan dengan suamiku terus dia antarka ke kelas sementara dia mengajar di kelas lain. Pulang sekolah sama-sama lagi pulang. Waktu itu masih ada almarhumah mama jadi dia yang dirumah memasak sama apa-apa yang biasa dikerja. 52
Nanti umur 15 tahun baruka mengerti, belajar-belajar memasak, mencuci, sama semua pekerjaan yang biasa dikerjakan istri. Sekolahku tidak lanjut, tamat SD terus dirumahmi urus suami. Nanti umur 16 baru bisa hamil karena baru menstruasi, anakku sekarang ada dua. Kalau d itanya say ang sama suami atau tidak ya disayangji. Karena mungkin sudah lama sama-sama, dia juga orangnya baik tidak suka marah padahal saya itu anaknya marere (rewel). Tap i sekarang sudah bisami urus semua. Urus suami dan anak-anak. Saya juga tidak menyesalji dengan keadaanku sekarang, mau lanjut sekolah atau tidak juga tidak adaji bedanya. c. Apakah pernikahan dilakukan secara sukarela atau tidak? Ya namanya kita anak kecil dulu, terima-terima saja apa maunya orang tua. Karena dulunya tidak tahu apa-apa jadinya juga muncul rasa mau tahu bagaimana itu menikah, kawin, punya anak, punya keluarga. Tapi tidak apa-apaji, saya ikhlasji karena akhirnya bagusji kehidupanku yang sekarang. d. Bagaimana perbedaan kehidupan antara sebelum menikah dan setelah menikah? Sama saja, tidak ada bedanya. Orang-orang juga mengertiji. Apalagi sama puang Aji. Just ru orang mungkin iri karena menikahka sesame bangsawan. e. Tahukah dampak dari pernikahan usia dini, baik dari segi kesehatan fisik maupun psikis? Tidak tau, tapi Alhamdulillah tidak adaji yang terganggu sama kehidupan rumah tanggaku.
53
5. Ny. U, 19 tahun, Ibu Rumah Tangga.
a. Pada usia berapa menikah? 17 tahun. b. Hal apa yang melatarbelakangi pernikahan? Kita berdua dari dulu sudah pacaran semenjak dari SMA. Saya sayang sekali suamiku, kita juga sudah berjanji dari dulu kalau tamat SM A menikah. Akhirny a kesampaian. Sebenarnya masing-masing oran g tua belum mau kalau kita m enikah, t api daripada nanti terjadi hal-hal yang tidak kita mau akhirnya dua belah pihak setuju kasi kawin ki. Alhamdulillah sampai sekarang keluargaku baik-baikji. Suamiku kerja di bank swasta, saya juga sebelumnya kerja di bank yang sama tapi akhirnya saya yang keluar karena berhubung saya istri yang harus memang mengalah sama suami. Dari awal sebelum menikah memang saya siapmi untuk berhenti bekerja. c. Apakah pernikahan dilakukan secara sukarela atau tidak? Iya, sukarela. Apalagi kalau sudah disayang sekalimi. d. Bagaimana perbedaan kehidupan antara sebelum menikah dan setelah menikah? Tidak terlalu banyak perubahan, mungkin cuma sekarang saya dirumah sudah tidak bekerja lagi. Anak juga sudah lahir dan masih kecil jadi fokus saja sa ma urusan rumah tangga. Yang lain juga seperti keluarga atau teman tidak adaji yang keberatan dengan kondisiku yang sekarang. e. Tahukah dampak dari pernikahan usia dini, baik dari segi kesehatan fisik maup un p sikis? Tidak tau, tapi menurutku umurku sudah cukup. Saya juga dengan suami saling pengertian, tidak ada yang harus di khawatirkan.
54
6. Tn. M, 18 tahun, Pegawai Negeri Sipil.
a. Pada usia berapa menikah? 17 tahun, dok. b. Hal apa yang melatarbelakangi pernikahan? Istriku hamil karena saya. Terus dia minta tanggung jawab jadi akhirnya saya nikahi dia. Dia pacarku waktu SMA. Saya akui memang p ergaulanku waktu itu bebas sekali. Namany a juga anak muda. Istriku juga tidak keberatan waktu saya lakukan itu sama dia, dia bilang sayangka. Dua bulan kemudian dia hamil, pertama saya minta gugurkan karena kita masih sekolah tapi dia tidak mau takut berdosa katanya. Tapi karena saya yang lakukan itu jadi saya yang bertanggung jawab. Kita dikasi kawin satu minggu sesudah itu. Akhirnya istriku berhenti sekolah cuma urus anak dirumah, terus saya lanjutkan sekolahku sampai tamat . Sebenarnya tidak boleh sekolah karena sudah kawin, tapi saya dengan teman-temanku sepakat untuk tidak bocorkan statusku sama guru-guru terutama kepala sekolah. Karena sudah pasti saya dikeluarkan dari sekolah kalau sampai ketahuan. Lepas SMA saya langsung mendaftar PNS, Alhamdulillah diterima. Akhirnya saya ditugaskan di Lapas Sengkang. c. Apakah pernikahan dilakukan secara sukarela atau tidak? Iya, sukarela. Karena ini memang salahku jadi harus bertanggung jawab. d. Bagaimana perbedaan kehidupan antara sebelum menikah dan setelah menikah? Bedanya karena waktu sebelum menikah saya bebas, mau kemana bisa. Tidak susah karena ada orang tua yang tanggung semua kehidupanku. Tapi sekarang harus kerja lebih berat padahal dulu t idak terbiasa begitu. Cari uang lebih banyak untuk hidupi ist ri den gan anak, biasa sampai lembur sup aya bisa dapat bonus. Sebenarnya dulu saya mau lanjut kuliah di Makassar tapi karena begini akhirnya mau tidak mau harus bekerja karena sudah tidak
55
mungkin orang tuaku biayai lagi apalagi ditambah anak dengan istriku. Biasa juga cemburu kalau lihat teman-teman geng ku kumpul di basecamp tapi sayang sudah tidak bisa begitu lagi. Saya sadar bukan lagi anak muda seperti biasanya yang bisa senang-senang. Karena sekarang sudah jadi bapak jadi suami juga. e. Tahukah dampak dari pernikahan usia dini, baik dari segi kesehatan fisik maupun p sikis? Awalnya tidak tahu, tapi karena merasakan sendiri (segi psikis) akhirnya jadi tahu. Kalau masalah kesehatan fisik tidak terlalu mengerti, dok.
7. Tn. Z, 20 Tahun, Buruh Bangunan.
a. Pada usia berapa menikah? Usia 18 tahun. b. Hal apa yang melatarbelakangi pernikahan? Istriku hamil gara-gara saya. Padahal dia bukan pacarku. Dulu pekerjaanku sebagai penyiar radio terkenal disini, kata oran g saya juga ganten g jadi banyak yang mau dengan saya. Istriku dulunya juga begitu, dia kejar-kejarka. Padahal saya tidak mauji dengan d ia. Tapi karena dia bisa kasih semua kebutuhanku akhirnya saya manfaatkan, sampai begini kejadiannya. Dia hamil, datang kerumah untuk minta tanggung jawab sambil bawa polisi karena kalau tidak bertanggung jawabka p asti say a ditahan. Daripada saya ditangkap jadi lebih baik say a nikahi. c. Apakah pernikahan dilakukan secara sukarela atau tidak? Tidak, sebenarnya saya tidak mau begini, tidak mau sekali ada begini. d. Bagaimana perbedaan kehidupan antara sebelum menikah dan setelah menikah? Pergaulan jadi terbatas, saya juga berhenti jadi penyiar. Sekarang saya ikut-ikut sama tetangga kalau ada pekerjaan bangunan. Lumayan untuk biaya hidup daripada tidak ada sama 56
sekali. Mending begitu juga daripada kerja haram. Pertamanya saya malu kerja begitu karena kalau dipikir dulu saya orang terkenal disini. Tapi mau tidak mau harus begini. Saya juga tidak mau tinggalkan istriku, kasian sama anakku. e. Tahukah dampak dari pernikahan usia dini, baik dari segi kesehatan fisik maupun p sikis? Tidak tahu, saya juga putus sekolah. Sedikit sekali pendidikanku.
8. Tn. D, 21 Tahun, Pegawai Negeri Sipil.
a. Pada usia berapa menikah? Umur 19 b. Hal apa yang melatarbelakangi pernikahan? Dulu istriku hamil karena saya. Tapi sekarang sudah cerai karena sebenarnya belum siap untuk berkeluarga. Intinya karena dia yang mau juga. Saya dulu bekerja sebagai DJ (Disc Jokey) disini, sering dipanggil di acara-acara anak muda. Disitu saya ketemu mantan istriku. Lama-kelamaan pacaran terus kita berbuat begitu. Akhirnya dia hamil, karena tidak mau malu jadi kita menikah. Cuma pernikahanku sama dia terhitung cepat, cuma 9 bulan habis itu kita cerai. Tidak tahu kenapa saya merasa tidak cocok hampir tiap hari bertengkar sembarang gara-gara apa. Yang jelas dalam seminggu mungkin cuma 2 hari baikan habis itu bertengkar lagi. Sampai mamaku saja sakit gara-gara stress juga lihat hubungan suami istriku. Akhirnya saya ceraikan, dia kembali dengan orang tuanya. Anakku ikut juga dengan dia. c. Apakah pernikahan dilakukan secara sukarela atau tidak? Tidak, saya tidak mau tapi keadaan yang paksa jadi begini d. Bagaimana perbedaan kehidupan antara sebelum menikah dan setelah menikah?
57
Sebelumnya saya jadi DJ (Disc Jokey) tapi waktu saya habis menikah kebetulan ada pendaftaran PN S akhirnya say a ikut dan Alhamdulillah lulus, itu keberuntun ganku. Karena saya pikir sudah harus biayai keluarga, mantanku tidak sekolah lagi. Dia putus sekolah setelah hamil 3 bulan, tidak bekerja juga karena saya y ang suruh unt uk tinggal saja dirumah. e. Tahukah dampak dari pernikahan usia dini, baik dari segi kesehatan fisik maupun p sikis? Tidak tahu, tapi sudah banyak yang bilang sih kalau tidak bagus itu menikah muda cuma tidak tahu kalau apa-apanya.
9. Tn. R, 18 Tahun, Buruh Bangunan.
a. Pada usia berapa menikah? 17 tahun. b. Hal apa yang melatarbelakangi pernikahan? Kita dikasi menikah, istriku juga sebenarnya sepupuku. Dia hamil karena diperkosa dengan pacarnya yang dulu, terus pacarnya hilang tinggalkan Bone tidak tahu kemana mungkin karena takut kita kejar. Orang tuanya juga sudah tidak tahu mau bikin apa. Akhirnya saya sendiri bersedia untuk nikahi, karena sebenarnya saya juga suka dengan dia. Semua saudaraku juga sudah menikah, jadi mamaku bilang lebih baik saya menikah juga apalagi sama keluarga ji. c. Apakah pernikahan dilakukan secara sukarela atau tidak? Iya sukarela, saya yang mau.
58
d. Bagaimana perbedaan kehidupan antara sebelum menikah dan setelah menikah? Menurutku tidak ada perubahan, mau dulu sampai sekarang kita baik-baik saja. Walaupun saya hanya buruh bangunan, penghasilan juga tidak banyak tapi kita bahagia saja. Tidak ada yang harus ditakutkan. e. Tahukah dampak dari pernikahan usia dini, baik dari segi kesehatan fisik maupun p sikis? Tidak tahu, apalah kita ini hanya buruh bangunan, kasihan.
10. Tn. T, 20 Tahun , Pekerja Sawah.
a. Pada usia berapa menikah? Waktu 19 tahun mungkin b. Hal apa yang melatarbelakangi pernikahan? Kita kekurangan uang, saya putus sekolah istriku juga. Jadi saya kira kalau kita menikah kita bisa bekerja sama-sama. Istriku sebagai tukang ukur-ukur beras. Jadi kalau panen tiba saya dengan istriku ke sawah sama-sama untuk bekerja. c. Apakah pernikahan dilakukan secara sukarela atau tidak? Sukarela, karena tidak ada lagi yang bisa kita bikin. Sekolah sudah tidak mampu, tidak lulus sekolah juga cuma bisa kerja apa, tidak ada. Yang ada hanya kerja-kerja kasar begini saja. d. Bagaimana perbedaan kehidupan antara sebelum menikah dan setelah menikah? Sama saja, tidak ada perbedaan. e. Tahukah dampak dari pernikahan usia dini, baik dari segi kesehatan fisik maup un p sikis? Tidak tahu, dok.
59