PERNIKAHAN USIA DINI
(SAP)
Disusun Sebagai Tugas pada MataKuliah Promosi Kesehatan Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Malang
Disusun Oleh Arif Budiman 1101100055
JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG 2013
LATAR BELAKANG
Didalam Undang-Undang Perkawinan terdapat beberapa pasal diantaranya pada pasal 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada pasal 2 menyatakan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (YPAN, 2008). Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun. Lutfi Mengatakan Pernikahan dini merupakan intitusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja (belum cukum umur 12-19) dalam satu ikatan keluarga. Sedangkan, menurut Nukman Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan yaitu antara 15-19 tahun. Fenomena pernikahan dini bukanlah hal baru di Indonesia. Ini sudah terjadi sejak zaman dahulu.Dulu banyak yang menikahi gadis di bawah umur. Bahkan, pernikahan di usia matang akan menimbulkan preseden buruk di mata masyarakat. Perempuan yang tidak segera menikah justru akan mendapatkan tanggapan miring atau lazim di sebut perawan tua atau kaseb. Namun seiring perkembangan zaman, image masyarakat jus tru sebaliknya. Arus globalisasi yang melaju kencang mengubah cara pandang masyarakat. Perempuan yang menikah di usia belia dianggap sebagai hal yang sangat tabu. Bahkan lebih jauh lagi, hal itu dapat menghancurkan masa depan perempuan, memberangus kreativitasnya serta mencegah perempuan untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dalam hal apapun yang di kehendaki olehnya.
Fenomena pernikahan dini disinyalir menjadi salah satu penyebab naiknya jumlah penduduk di Indonesia yang tidak terkendali. Meski terhitung masih rendah, hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menjadi pukulan berat pemerintah. Data survei SDKI memperlihatkan tingkat kelahiran (TFR) nasional meningkat dari 2,41 menjadi 2,6, sedangkan di Yogyakarta menunjukkan peningkatan dari 1,93 menjadi 2,1. Agus Hadna memaparkan sebanyak 5,4 persen remaja pernah melakukan hubungan seks pranikah, dan sebanyak 11,2 hubungan pranikah tersebut berakhir dengan kehamilan. Sementara peran BKKBN untuk mensosialisasikan mengembangkan keluarga kecil semenjak tahun 2000 dinilai gagal. Pernikahan usia anak atau lebih dikenal dengan istilah pernikahan di bawah umur merupakan salah satu fenomena sosial yang banyak terjadi diberbagai tempat di tanah air, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Di daerah perkotaan sebanyak 21,75% anak-anak dibawah usia 16 tahun sudah dinikahkan. Di perdesaan, angkanya jauh lebih besar yaitu 47,79 %, yang menampakkan kesederhanaan pola pikir masyarakatnya sehingga mengabaikan banyak aspek yang seharusnya menjadi syarat dari suatu perkawinan. Setelah menikah seorang gadis di desa sudah harus meninggalkan semua aktivitasnya dan hanya mengurusi rumah tangganya, begitu pula suaminya di tuntut lebih memiliki tanggung jawab karena harus mencari nafkah. Padahal menurut (Nugraha, 2002) Pernikahan dini pada remaja pada dasarnya berdampak pada segi fisik maupun biologis remaja yaitu: Remaja yang hamil akan lebih mudah menderita anemia selagi hamil dan melahirkan, Dampak bagi anak: akan melahirkan bayi lahir dengan berat rendah, Pernikahan dini merupakan salah satu faktor penyebab tindakan kekerasan terhadap istri, yang timbul karena tingkat berpikir yang belum matang bagi pasangan muda tersebut, Kesulitan ekonomi dalam rumah tangga, Pengetahuan yang kurang akan lembaga perkawinan, dan Rerelasi yang buruk dengan keluarga.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MATERI
: Dampak Pernikahan Usia Dini
SUBMATERI
: Definisi, faktor penyebab, dan dampak
SASARAN
: Peserta adalah siswa Kelas IX SMP Negeri 12 Malang
HARI/TANGGAL
: Jumat, 17 Mei 2013, 1 x pertemuan (30 menit)
TEMPAT
: Aula SMP Negeri 12 Malang
PEMATERI
: Mahasiswa Tingkat 2A PSKM Poltekkes Kemenkes
Malang 2011
TUJUAN INSTITUSIONAL
Pendidikan ini mencakup pengajaran lebih rinci tentang Pernikahan Dini Pada Remaja serta Dampaknya.
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini, peserta diharapkan mengetahui dan memahami dengan benar mengenai Pernikahan Dini dan Dampaknya
SASARAN
Peserta adalah Siswa Kelas IX SMP Negeri 12 Malang
ANALISIS PENCAPAIAN TUGAS
Mengetahui: •
Definisi Definisi Pernikahan Dini
•
Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini
•
Dampak Pernikahan Dini
•
Pencegahan Pernikahan Dini
Melakukan: •
Menyampaikan pengertian Pernikahan Dini
•
Menyampaikan penyebab Pernikahan Dini
•
Menyampaikan dampak pernikahan dini
•
Menyampaikan cara mencegah pernikahan dini
Menunjukkan: •
Memperlihatkan
antusiasme
ketika
diminta
partisipasinya
dalam
penyuluhan •
Menyimak materi selama penyuluhan
•
Mendengarkan
dengan
penuh
perhatian
selama
berlangsungnya
penyuluhan
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini, diharapkan para peserta : •
Setelah mengikuti penyuluhan, peserta dapat mengetahui informasi dengan benar tentang Pernikahan anak usia dini serta dampaknya
•
Ketika mengikuti penyuluhan, peserta dapat memperhatikan dengan sungguh- sungguh
•
Ketika mengikuti penyuluhan, peserta menyimak materi yang diberikan
•
Ketika mengikuti penyuluhan, peserta mendengarkan dengan penuh perhatian
POKOK BAHASAN
Pernikahan Usia Dini: Dampak dan Cara mencegahnya
SUB POKOK BAHASAN
A. Definisi B. Prevalensi/kejadian pernikahan dini di Dunia dan di Indonesia C. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini D. Dampak pernikahan dini, untuk kesehatan dan rumah tangga E. Cara mencegah pernikahan dini
MATERI PENYULUHAN (Terlampir)
ALOKASI WAKTU
a. Apersepsi/set
: 5 menit
b. Uraian materi & wawancara
: 15 menit
c. Rangkuman singkat
: 5 menit
d. Penutup
: 5 menit
STRATEGI INTRUKSIONAL : •
Menggunakan
seluruh
media
pengajaran
yang
disediakan
untuk
memperjelas uraian materi yang akan disampaikan dan mempermudah pemahaman pada peserta. •
Menjelaskan materi-materi pengajaran dengan menggunakan bahasa yang ringan, jelas dan mudah dipahami pendengar.
•
Mengadakan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman peserta mengenai materi yang diberikan.
METODE PENGAJARAN •
Ceramah
•
Tanya jawab
•
Ice Breaking
KEGIATAN
TAHAPAN PRA 08.00-08.30
PEMBUKA 08.30-08.45
KEGIATAN PEMATERI •
KEGIATAN PESERTA
METODE
MEDIA
Menyiapkan sarana/perlengkapan
•
Setting ruangan
•
Membagikan Leflet Memberi salam dan
•
Menerima leaflet
Leaflet
Menyimak
Ceramah
Mengutarakan pendapat, ide, persepsi Menyimak
Tanya jawab
White board
Ceramah
White board, Power point
Menyimak
Ceramah
Slide
Menyimak
Ceramah
-
perkenalan kepada peserta oleh penangguang jawab acara •
Melakukan ice breaking/merangsang semangat peserta
URAIAN KEGIATAN 08.45-09.15
•
Melakukan sedikit
•
wawancara Menyampaikan persepsi peserta terhadap mioma uteri
•
Evaluasi sebelum, saat, dan setelah penyuluhan dilaksanakan
a. b. c. d. •
Definisi Penyebab Prevalensi Pencegahan
Melakukan tanya jawab dengan peserta, dilanjutkan dengan penilaian masing-masing persepsi yang disampaikan oleh peserta
•
KEGIATAN PENUTUP
Menjelaskan tentang:
•
Rangkuman Memberi salam dan mengucapkan terima kasih kepada peserta
penyampaian persepsi mengenai apa yang telah diketahui dan belum dipahami
MEDIA •
White Board
•
Power point
•
Leaflet/brosur
SARANA •
Aula SMA Negeri Satu
•
Kursi sebanyak siswa kelas IX