TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Ahli Madya Teknik Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau
Oleh : Rani Youlanda Sihombing NIM : 1307035771
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D3 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2017
i
ii
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul :”Perencanaan Struktur Gedung Ruang Belajar Sekolah Menengah Atas 3 Lantai Di Provinsi Riau” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Pekanbaru, 25 Januari 2017
Rani Youlanda Sihombing
iii
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
PRA KATA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Perencanaan Struktur Gedung Ruang Belajar Sekolah Menengah Atas 3 Lantai Di Provinsi Riau”. Tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian tugas akhir dan menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik Sipil Diploma 3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau. Dalam penyusunan Tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II: Joleha, ST., MM dan Andre Novan, ST., MT yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, waktu dan saran kepada penulis dalam pembuatan Tugas Akhir. 2. Dekan Fakultas Teknik Prof. Dr. Andrianto Ahmad, MT 3. Ketua Jurusan Teknik Sipil, Dr. Manyuk Fauzi, ST., MT. 4. Ketua Program Studi Teknik Sipil D 3, Dr. Imam Suprayogi, ST., MT 5. Bapak dan Ibu dosen Teknik Sipil D3 yang telah mengajarkan dan memberi ilmu kepada penulis selama menjalankan pendidikan dibangku kuliah hingga selesai. 6. Orang tua penulis yang dengan mengorbankan keikhlasan hati, kesabaran dan cucuran keringat mendidik dan juga yang mengizinkan penulis untuk menuntut ilmu. 7. Kakanda, Adinda serta Keluarga Besar tercinta yang mendidik, membimbing, dan tidak lupa senantiasa mengiringi setiap derap langkah penulis dengan doa. 8. Sahabat-sahabat penulis dan rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil D3 khususnya angkatan 2013. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangankekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini karena disebabkan oleh iv
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
keterbatasan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki penulis, sehingga penulis sangat berterima kasih dan menerima masukan-masukan yang sifatnya membangun agar Tugas Akhir ini menjadi lebih sempurna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Pekanbaru, 25 Januari 2017
Rani Youlanda Sihombing
v
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Riau, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Rani Youlanda Sihombing
NIM
: 1307035771
Program Studi : Teknik Sipil D3 Departemen
: Pendidikan dan Kebudayaan
Fakultas
: Teknik
Jenis Karya
: Tugas Akhir
demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Riau Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exlusive Royalty-Free Right) atas Tugas Akhir saya yang berjudul : “Perencanaan Struktur Gedung Ruang Belajar Sekolah Menengah Atas 3 Lantai Di Provinsi Riau” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Riau berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Pekanbaru
Pada Tanggal : 25 Januari 2017 Yang menyatakan,
Rani Youlanda Sihombing
vi
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Perencanaan Struktur Gedung Ruang Belajar Sekolah Menengah Atas 3 Lantai Di Provinsi Riau Rani Youlanda Sihombing Program Studi Teknik Sipil D3, Fakultas Teknik Universitas Riau ABSTRAK Struktur yang direncanakan adalah balok, kolom, pelat dan tangga. Sistem struktur adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa dengan sistem metode kuat ultimit. Pembebanan dilakukan meliputi beban gravitasi dan beban gempa statik ekuivalen, yang mana termasuk wilayah gempa 3 dan tanah lunak. Mutu material yang digunakan adalah beton 25 MPa, baja 400 MPa dan 240 MPa. Analisis struktur secara keseluruhan dilakukan dengan 3D menggunakan program ETABS. Software lain yang digunakan ialah Pca Col, SAP 2000, dan SAFE 8.1. Proses perencanaan struktur dan penggambaran detail penampang elemen dan struktur mengikuti SNI 03-1726-2002, SNI 03-2847-2002, dan SNI 1727-1989 menghasilkan elemen struktur balok dan kolom menggunakan tulangan baja berdiameter 22 mm sedangkan pelat dan tangga memakai tulangan baja dengan diameter 10 mm. Kata Kunci : Struktur Bangunan, Beton, Baja Tulangan, Beban, Elemen Struktur
vii
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Structure Design of Classrooms Building on Senior High School Three Floors in Riau Province Rani Youlanda Sihombing Civil Engineering D3 Study Program Faculty of Engineering The University of Riau ABSTRACT The elements of structure that designed are beam, column, slab and stair. Structure’s system is Ordinary Moment Frame with strength design method. Those are loads who give impact to structure are gravity load and earthquake load. Classification of region earthquake that’s on third region with soft soil. Building materials that used are concrete 25 MPa, main steel 400 MPa and second steel 240 MPa. All of elements structure are analysis in 3D by ETABS version 9.6. The other softwares are Pca Col, SAP 2000, and SAFE version 8.1. Design and draw detail section of elements structure are follow SNI 03-1726-2002, SNI 03-28472002, and SNI 1727-1989. The results are beam and column use main steel whose diameter is 22 mm, slab and stair use second steel whose diameter is 10 mm. Keywords : Structure of Building, Concrete, Steel, Load, Element of Structure
viii
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .........................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................iii PRA KATA ........................................................................................................iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...........................vi ABSTRAK .........................................................................................................vii ABSTRACT .......................................................................................................viii DAFTAR ISI .....................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xii DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv DAFTAR NOTASI ............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Perumusan dan Batasan Masalah ........................................................ 2 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Kriteria Minimum Perencanaan Gedung Ruang Belajar SMA ........... 4
2.2
Pembebanan Struktur .......................................................................... 7
2.3
Kombinasi Pembebanan Pada Struktur Portal .................................... 11
2.4
Sistem Struktur Bangunan Gedung ..................................................... 12
2.5 Analisa Statik Ekuivalen ..................................................................... 13 2.6 Pembagian Beban Gempa Pada Struktur ............................................ 15 2.7 Limit States dan Filosofi Desain ......................................................... 15 ix
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
2.8 Kolom .................................................................................................. 17 2.8.1
Ketentuan dan Perencanaan .................................................... 17
2.8.2
Diagram Interaksi Kolom........................................................ 18
2.9 Balok ................................................................................................... 19 2.9.1
Balok Persegi Panjang dengan Tulangan Ganda .................... 20
2.9.2
Tulangan Geser Balok ............................................................. 23
2.10 Pelat ..................................................................................................... 27 2.10.1 Pelat Satu Arah ........................................................................ 27 2.10.2 Pelat Dua Arah ........................................................................ 28 2.10.3 Ketentuan Perencanaan Pelat .................................................. 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Studi Pustaka ....................................................................................... 31
3.2
Pengumpulan Data .............................................................................. 31
3.3
Tahapan Penelitian .............................................................................. 31
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Tinjauan Umum .................................................................................. 34
4.2
Deskripsi Gedung Perencanaan........................................................... 34
4.3
Deskripsi Struktur ............................................................................... 35
4.4
Kriteria Desain .................................................................................... 36
4.5
Analisis Struktur ................................................................................. 37 4.5.1
Pradesain Elemen Struktur ..................................................... 38 4.5.1.1
4.5.1.2
Balok ....................................................................... 38 4.5.1.1.1
Pradesain Balok Anak ............................ 40
4.5.1.1.2
Pradesain Balok Induk ........................... 44
Pelat ......................................................................... 49 4.5.1.2.1
4.5.2 x
Pradesain Pelat Lantai ............................ 50
4.5.1.3
Kolom ...................................................................... 58
4.5.1.4
Tangga ..................................................................... 61
Analisis Gempa ...................................................................... 62
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
4.6
BAB V
Desain Elemen Struktur ...................................................................... 76 4.6.1
Balok ...................................................................................... 76
4.6.2
Pelat ......................................................................................103
4.6.3
Kolom ...................................................................................113
4.6.4
Tangga ..................................................................................118
PENUTUP
5.1 Kesimpulan…....................................................................................129 5.2 Saran ...................................................................................................131
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
: Sistem Struktur Bangunan Gedung ............................................ 13
Gambar 2.2
: Diagram Interaksi Beban Aksial dan Momen ............................ 19
Gambar 2.3
: Pengecekan Interaksi Pada Kolom ............................................. 19
Gambar 2.4
: Distribusi Regangan Pada Penampang Balok ............................ 21
Gambar 2.5
: Skema Hitungan Balok Tulangan Rangkap ............................... 23
Gambar 2.6
: Jenis Retakan Pada Balok .......................................................... 24
Gambar 2.7
: Skema Hitungan Begel Balok .................................................... 26
Gambar 2.8
: Skema Hitungan Penulangan Pelat ............................................ 30
Gambar 3.1
: Flowchart Tahapan Perencanaan Struktur ................................. 32
Gambar 4.1
: Potongan Portal Gedung ............................................................ 36
Gambar 4.2
: Pemodelan Struktur Gedung ...................................................... 36
Gambar 4.3
: Beban Trapesium Menjadi Beban Merata.................................. 40
Gambar 4.4
: Beban Segitiga Menjadi Beban Merata ..................................... 40
Gambar 4.5
: Denah Balok Anak dan Balok Induk yang ditinjau ................... 40
Gambar 4.6
: Distribusi beban Balok Anak dan Balok Induk yang ditinjau.... 41
Gambar 4.7
: Tipe Beban dan Lebar Ekivalen Satu Balok Anak..................... 41
Gambar 4.8
: Distribusi beban Balok Anak dan Balok Induk yang ditinjau.... 44
Gambar 4.9
: Tipe Beban dan Lebar Ekivalen Satu Balok Induk .................... 44
Gambar 4.10 : Momen Balok Induk Hasil Analisis SAP .................................. 45 Gambar 4.11 : Potongan Denah Pelat Lantai yang ditinjau ............................... 50 Gambar 4.12 : Ilustrasi Titik Berat Balok Induk Bentang 8 m .......................... 51 Gambar 4.13 : Ilustrasi Titik Berat Balok Anak Bentang 800 cm ..................... 52 Gambar 4.14 : Ilustrasi Titik Berat Balok Induk Bentang 450 cm .................... 53 Gambar 4.15 : Momen Arah Y Pelat 8m x 4,5m ............................................... 54 Gambar 4.16 : Hasil Pengecekan K1 ................................................................. 60 Gambar 4.17 : Hasil Pengecekkan K2 ............................................................... 60 Gambar 4.18 : Hasil Pengecekkan K3 ............................................................... 61 Gambar 4.19 : Kontur Momen11 dan Momen22 ................................................. 62 xii
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Gambar 4.20 : Diagram Interaksi Kolom Pca col a) Kolom 30x30 b) Kolom 90x90x c) Kolom 70x75 ............................................................ 114
xiii
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung ...................... 7 Tabel 2.2 Beban Hidup Pada Lantai Gedung ........................................................ 8 Tabel 2.3 Koefisien Reduksi Beban Hidup ........................................................... 9 Tabel 2.4 Tebal Minimum Pelat OWS Berdasarkan Peletakan ............................ 27 Tabel 4.1 Ukuran dan Jumlah Ruangan Pada Gedung Perencanaan .................... 35 Tabel 4.2 Uraian Beban Dinding .......................................................................... 39 Tabel 4.3 Perhitungan Momen Pradesain Balok Induk dan Balok Anak ............. 48 Tabel 4.4 Perhitungan Estimasi Dimensi Balok Induk dan Balok Anak .............. 48 Tabel 4.5 Perhitungan Tebal Pelat Dengan Cara Two Way Slab .......................... 57 Tabel 4.6 Perhitungan Tebal Pelat Berdasarkan Momen ...................................... 57 Tabel 4.7 Perhitungan K1 dengan Dimensi 300 mm x 300mm ............................ 58 Tabel 4.8 Perhitungan K2 dengan Dimensi 700 mm x 750 mm ........................... 59 Tabel 4.9 Perhitungan K3 dengan Dimensi 900 mm x 900 mm ........................... 59 Tabel 4.10 Perhitungan Data SPT ......................................................................... 63 Tabel 4.11 Perhitungan Berat Struktur Tiap Lantai .............................................. 65 Tabel 4.12 Modal Participating Mass Ratios Hasil Analisis ETABS .................... 72 Tabel 4.13 Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen ................................................. 73 Tabel 4.14 Perhitungan Gempa Dinamik .............................................................. 73 Tabel 4.15 Perhitungan Eksentrisitas Rencana Gempa Arah X ............................ 74 Tabel 4.16 Perhitungan Eksentrisitas Rencana Gempa Arah Y ............................ 74 Tabel 4.17 Story Drifts Hasil Analisis ETABS ..................................................... 75 Tabel 4.18 Perhitungan Tulangan Pokok dan Tulangan Sengkang ....................102 Tabel 4.19 Perhitungan Tulangan Pokok dan Tulangan Bagi Pelat....................113 Tabel 4.20 Beban Maksimum Kolom .................................................................114 Tabel 4.21 Hasil Analisis Tulangan Kolom ........................................................116 Tabel 5.1 Hasil Desain Tulangan Balok .............................................................129 Tabel 5.2 Hasil Desain Tulangan Pelat ...............................................................130 Tabel 5.3 Hasil Desain Tulangan Kolom ............................................................130 xiv
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
DAFTAR NOTASI
BAB IV
A1
: Luas Bidang 1
A2
: Luas Bidang 2
b
: Lebar Balok
B
: Lebar Bangunan di Arah yang ditinjau
BJTD
: Baja Tulangan Deform (Ulir)
BJTP
: Baja Tulangan Polos
D
: Diameter Tulangan
d
: Jarak antara titik berat tulangan tarik ke batas permukaan beton terjauh
d`
: Jarak antara titik berat tulangan tarik ke ujung permukaan beton terdekat
Ec
: Modulus Elastisitas Beton
Es
: Modulus Elastisitas Tulangan
Ey
: Modulus Elastisitas Tulangan
fc`
: Kuat Tekan Karateristik Beton
fy
: Kuat Leleh Tulangan
h
: Tinggi Balok
H
: Tinggi Bangunan
Ib
: Inersia balok
Is
: Inersia pelat
Leq
: Lebar Ekuivalen
Lx
: Panjang Bentang Terpendek Pelat
Ly
: Panjang Bentang Terpanjang Pelat
Mn
: Momen nominal
Mtot
: Momen Total
N
: Jumlah Blow SPT
n
: Jumlah Tingkatan Bangunan xv
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
P1
: Beban Aksial
P2
: Beban Aksial Lainnya
t
: Kedalaman
tp
: Tebal pelat
X1
: Koordinat titik berat arah x bidang 1
X2
: Koordinat titik berat arah x bidang 2
Y
: Koordinat titik berat arah y gabungan
Y1
: Koordinat titik berat arah y bidang 1
Y2
: Koordinat titik berat arah y bidang 2
xvi
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Lembar Asistensi
Lampiran II
: Gambar Arsitektural
Lampiran III
: Gambar Desain Elemen Struktur
Lampiran IV
: Hasil Uji SPT
Lampiran V
: Perhitungan Pra Desain dan Desain Elemen Struktur Balok
Lampiran VI
: Perhitungan Pra Desain dan Desain Elemen Struktur Pelat
Lampiran VII : Perhitungan Desain Elemen Struktur Kolom Lampiran VIII : Gambar Pemodelan Struktur Bangunan Pada ETABS
xvii
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum, pembelajaran pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar mampu belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belajar untuk memahami dan menghayati, belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aman dan nyaman. Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satunya adalah tersedianya ruang-ruang yang difungsikan untuk kegiatan belajar para siswa. Jenjang pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) masih terpusat pada daerah perkotaan. Daerah perkotaan yang padat mengakibatkan pembangunan gedung berskala luas cenderung ke arah vertikal, karena keterbatasan lahan. Pembangunan gedung bertingkat untuk SMA membutuhkan perencanaan struktur yang aman karena menampung jiwa manusia yang cukup banyak, dan penggunaan gedung bersifat permanen. Penulis merencanakan struktur gedung bertingkat untuk SMA di Provinsi Riau yang dapat memikul beban gravitasi dan beban gempa sesuai dengan wilayah gempa data tanah yang diasumsikan yaitu di Jalan Tuanku Tambusai No.1A. Perencanaan struktur elemen gedung sesuai dengan standar-standar perencanaan struktur gedung yang berlaku, agar menghasilkan kualitas gedung yang aman dan sesuai dengan fungsi yang direncanakan. Perencanaan gedung untuk bagian Sekolah Menengah Atas hanya mencakup satu gedung yaitu gedung ruang belajar siswa, karena keterbatasan waktu yang dimiliki penulis. Sedangkan bangunan-bangunan perlengkapan lainnya seperti laboratorium, kantor, dan lainlain, tidak direncanakan dalam Tugas Akhir. Namun untuk perencanaan lebih lanjut jika gedung-gedung tersebut direncanakan, maka tipe dan modelnya 1
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
disesuaikan dengan bangunan gedung ruang belajar yang direncanakan oleh penulis. Berdasarkan uraian diatas, penulis membuat tugas akhir dengan judul “Perencanaan Struktur Gedung Ruang Belajar Sekolah Menengah Atas 3 Lantai Di Provinsi Riau”.
1.2
Perumusan dan Batasan Masalah Perumusan masalah yang akan dibahas meliputi : 1. Bagaimana merencanakan struktur bangunan gedung ruang belajar SMA 3 lantai yang aman dan nyaman di Provinsi Riau dengan pedoman standar yang berlaku ? 2. Bagaimana gambar desain penampang elemen-elemen struktur yang sesuai dengan kriteria peraturan-peraturan yang berlaku ? Batasan masalah yang akan dibahas meliputi : 1.
Perencanaan struktur beton bertulang (balok, kolom, pelat, atap, dan tangga) mengikuti SNI 03-1726-2002 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung, SNI 1727-1989 Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 tahun 2007, dan Pedoman Standarisasi Bangunan dan Perabot SMA Tahun 2011.
2.
Analisis struktur dilakukan secara 3 dimensional.
3.
Analisis gempa menggunakan analisis statik ekuivalen dengan memakai software ETABS 9.6.0.
4.
Data tanah yang diasumsikan adalah data tanah Proyek Living World Pekanbaru di Jalan Tuanku Tambusai No.1A.
5.
Penggambaran tulangan hanya dibuat untuk masing-masing elemen struktur.
6.
Sistem struktur merupakan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB).
7. 2
Struktur pondasi tidak termasuk dalam perencanaan.
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan struktur beton bertulang dan gambar detail elemen struktur gedung ruang belajar SMA 3 lantai di Provinsi Riau sesuai dengan peraturan-peraturan perencanaan struktur dan standarisasi bangunan yang berlaku.
1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat diharapkan sebagai berikut: 1. Memberikan
tambahan
pengetahuan
dan
pemahaman
dalam
merencanakan struktur gedung dan membuat gambar detail elemen struktur gedung. 2. Dapat dijadikan bahan referensi untuk perencanaan struktur gedung yang lebih lanjut.
3
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Kriteria Minimum Perencanaan Gedung Ruang Belajar SMA Kriteria minimum bangunan dan ruang-ruang yang digunakan dalam
perencanaan struktur gedung ruang belajar SMA 3 lantai di Provinsi Riau, menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum meliputi : a. Satuan Pendidikan Satu SMA memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 kelas. b. Bangunan 1. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan berikut: a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kokoh sampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan kekuatan alam lainnya. b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir. c. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman. 2. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut; a. Bangunan
mampu
meredam
getaran
dan
kebisingan
yang
mengganggu kegiatan pembelajaran. b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik. c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan. 3. Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut; a. Maksimum terdiri dari tiga lantai. b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna.
4
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
c. Ruangan Kriteria minimum ruangan-ruangan dalam Pedoman Standarisasi Bangunan Dan Perabot Sekolah Menengah Atas tahun 2011 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum, meliputi : 1. Ruang Kelas Ruang kelas berukuran 9 x 8 m2. Rasio minimum ruang kelas 2 m2/peserta didik. Dengan kapasitas maksimum untuk 32 peserta didik dan seorang guru. Fungsi dari ruang kelas ini adalah tempat berlangsungnya aktifitas belajar mengajar, dan lebih menekankan pada aktifitas belajar teori. Namun demikian aktifitas belajar praktek juga dimungkinkan dilakukan di ruang kelas. 2. Ruang Perpustakaan Ukuran ruang minimal 12 x 8 m2, dengan fasilitas 15 tempat duduk dan 15 meja baca. Fungsi pokok perpustakaan adalah memberikan pelayanan dan informasi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. 3. Ruang Serbaguna 4. Ruang Sirkulasi a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang dalam bangunan sekolah/madrasah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di halaman sekolah/madrasah. b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan sekolah/madrasah dengan luas minimum 30% dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum 2,5 m. c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan
baik,
beratap,
serta
mendapat
pencahayaan
penghawaan yang cukup. 5
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
dan
d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm. e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga. f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m. g. Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan tinggi 85-90 cm. h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga. i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang cukup. 5. KM/WC, R. Ganti dan Loker a. Ukuran ruang optimal kubikal toilet minimal 1,5 x 1,35 m2. b. Standar untuk guru meliputi 1 urinoir/1-15 guru pria, 1 WC/10 guru pria, dan 1 WC/5 guru wanita. c. Standar untuk siswa meliputi 1 urinoir/20-30 siswa laki-laki, 1 WC/40 siswa laki-laki (1 kelas), dan 1 WC/25 siswa perempuan (0,5 kelas) Persyaratan toilet: 1. Massa bangunan hendaknya tipis untuk memudahkan ventilasi silang sehingga tidak lembab/bau. 2. Kondisi dalam ruang terang, bahkan sangat baik bila memakai atap transparan (fiberglass). 3. Toilet terhubung dengan bangunan lain dengan selasar. 4. Toilet harus berbatasan dengan udara luar untuk kemudahan ventilasi. 5. Toilet sebaiknya dipisahkan berdasarkan gender.
6
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
2.2.
Pembebanan Struktur Struktur adalah bagian-bagian yang membentuk bangunan seperti pondasi,
kolom, balok, kuda-kuda, dan atap. Pada prinsipnya, elemen struktur berfungsi untuk mendukung keberadaan elemen nonstruktur yang meliputi elemen tampak, interior, dan detail arsitektur sehingga membentuk satu kesatuan. Setiap bagian struktur bangunan tersebut juga mempunyai fungsi dan peranannya masingmasing. Kegunaan lain dari struktur bangunan yaitu meneruskan beban bangunan dari bagian bangunan atas menuju bagian bangunan bawah, lalu menyebarkannya ke tanah. Perancangan struktur harus memastikan bahwa bagian-bagian sistem struktur ini sanggup menanggung gaya gravitasi, gaya gempa dan beban bangunan, kemudian menyokong dan menyalurkannya ke tanah dengan aman. Terdapat tiga bagian dari struktur bangunan antara lain : 1. Struktur bawah (substruktur) adalah bagian-bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah. Struktur bawah ini meliputi pondasi dan sloof. 2. Struktur tengah merupakan bagian-bagian bangunan yang terletak di atas permukaan tanah dan di bawah atap, serta layak ditinggali oleh manusia. Yang dimaksud struktur tengah di antaranya dinding, kolom, dan ring. 3. Struktur atas (superstruktur) yaitu bagian-bagian bangunan yang terbentuk memanjang ke atas untuk menopang atap. Struktur atas bangunan antara lain rangka dan kuda-kuda.
a. Beban Mati Beban mati yang digunakan dalam perencanaan Tugas Akhir ini sesuai SNI 03-1727-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung adalah sebagai berikut : Tabel 2.1. Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung Bahan Bangunan Baja 7.850 kg/m3 Beton bertulang (2) 2.400 kg/m3 7
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
Pasir (kering udara sampai lembap) Pasir (jenuh air) Komponen Gedung Adukan, per cm tebal : - dari semen Aspal, termasuk bahan-bahan mineral tambahan, per cm Dinding Pas. Bata merah : - setengah batu - kaca, dengan tebal 3 – 4 mm Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton tanpa adukan, per cm tebal Sumber : SNI 03-1727-1989 bagian 10
1.600 kg/m3 1.800 kg/m3 21 kg/m2 14 kg/m2 250 kg/m2 10 kg/m2 24 kg/m2
b. Beban Hidup Beban hidup adalah beban yang tidak tetap jumlah dan letaknya dalam struktur. Beban hidup masih dapat dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur. Besarnya beban hidup terbagi merata ekuivalen yang harus diperhitungkan pada struktur bangunan gedung, pada umumnya dapat ditentukan berdasarkan standar yang berlaku. Beban hidup untuk bangunan gedung adalah sebagai berikut : Tabel 2.2. Beban Hidup Pada Lantai Gedung a. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran,hotel, asrama dan rumah sakit. 250 kg/m2 b. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam a. 300 kg/m2 c. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam a. 250 kg/m2 d. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum 300 kg/m2 Sumber : SNI 03-1727-1989 bagian 10
Beban hidup pada atap gedung yang dapat dicapai / dibebani oleh orang, harus diambil minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar. Untuk memperhitungkan peluang terjadinya nilai beban hidup yang berubahubah, beban hidup merata dapat dikalikan dengan koefisien reduksi.
8
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
Begitu juga dengan reduksi beban hidup pada perencanaan balok induk dan portal dengan beban horisontal/gempa dan angin dapat dikalikan dengan faktor reduksi.
Tabel 2.3. Koefisien Reduksi Beban Hidup Koefisien Reduksi Beban Hidup Penggunaan Gedung
Peninjauan Beban Gravitasi
Peninjauan Beban Gempa
PERUMAHAN HUNIAN Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit 0,75 PENDIDIKAN Sekolah, ruang kuliah 0,9 Sumber : SNI 03-1727-1989 bagian 10
0,3 0,5
e. Beban Gempa Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan tergantung dari beberapa faktor yaitu, massa dan kekakuan struktur, waktu getar alami dan pengaruh redaman dari struktur, kondisi tanah, dan wilayah kegempaan dimana struktur bangunan tersebut didirikan. Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena beban gempa merupakan gaya inersia yang besarnya sangat tergantung dari besarnya massa dari struktur. Beban gempa yang diperhitungkan pada perencanaan struktur, pada umumnya adalah
gaya-gaya inersia pada
arah horisontal saja.
Pengaruh dari gaya-gaya inersia pada arah vertikal biasanya diabaikan, karena struktur sudah dirancang untuk menerima pembebanan vertikal statik akibat pembebanan gravitasi, yang merupakan kombinasi antara beban mati dan beban hidup. Kebiasaan di dalam mengabaikan pengaruh gaya-gaya inersia pada arah vertikal akibat pengaruh beban gempa pada prosedur perencanaan struktur, akhir-akhir ini sedang ditinjau kembali. Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap terpusat pada lantai-lantai dari bangunan, dengan demikian beban gempa akan terdistribusi pada setiap lantai tingkat. Selain tergantung dari massa
9
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
di setiap tingkat, besarnya gaya gempa pada suatu tingkat tergantung juga pada ketinggian tingkat tersebut dari permukaan tanah. Berdasarkan pedoman yang berlaku di Indonesia yaitu Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-2002), besarnya beban gempa horisontal V yang bekerja pada struktur bangunan, dinyatakan sebagai berikut : V = C
C .I Wt R
(2.1)
: Koefisien gempa, yang besarnya tergantung wilayah gempa dan waktu getar struktur.
I
: Faktor keutamaan struktur
R
: Faktor reduksi gempa
Wt
: Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi Waktu yang diperlukan getaran untuk melakukan satu siklus bolak-
balik lengkap disebut waktu getar alami (T), sedangkan frekuensi getaran (f) didefinisikan sebagai banyaknya siklus yang terjadi untuk satu satuan waktu. Hubungan antara waktu getar dan frekuensi getar dinyatakan dalam bentuk persamaan : f=
(2.2)
Besarnya frekuensi getaran yang terjadi pada struktur tergantung pada massa struktur dan kekakuan kolom. Jika kolom pada struktur mempunyai kekakuan yang kecil, maka gaya pemulihan yang diperlukan untuk mengembalikan struktur dari keadaan terdefleksi ke posisi yang semula, juga relatif kecil. Dengan demikian, puncak dari struktur akan bergerak bolak-balik secara relatif lebih lambat sampai getaran berhenti. Struktur dengan kekakuan kolom yang kecil mempunyai waktu getar alami yang panjang. Sebaliknya struktur dengan kolom yang kaku, akan memberikan gaya pemulihan yang besar sehingga getaran yang terjadi akan berhenti dalam waktu yang relatif singkat. Struktur seperti ini mempunyai waktu getar alami yang pendek.
10
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
Selain tergantung pada massa dan kekakuan kolom, panjang atau pendeknya waktu getar dipengaruhi juga oleh mekanisme redaman pada struktur dalam hal menyerap energi getaran. Mekanisme redaman pada struktur dapat juga terjadi, misalnya dengan adanya retakan dari elemenelemen struktur. Jika pondasi atau dasar dari struktur tiba-tiba bertranslasi kearah horisontal, maka masa dari struktur mula-mula akan bereaksi menahan translasi tersebut karena adanya kecenderungan inersia. Dengan demikian struktur akan bergetar. Apabila pondasi dari struktur bergerak bolak-balik terus-menerus ke arah horisontal seperti pada saat terjadi gempa, maka struktur akan terus bergetar selama gerakan tanah terjadi. Getaran yang terjadi pada struktur akan dipengaruhi oleh gerakan tanah yang tidak bergetar secara bebas. Jika frekuensi gerakan tanah akibat gempa sangat berbeda dengan frekuensi getaran bebas dari struktur, maka tidak akan terjadi resonansi. Sebaliknya, jika frekuensi gerakan tanah cukup dekat dengan frekuensi getaran bebas struktur, dapat terjadi efek resonansi yang dapat mengakibatkan bertambah besarnya amplitudo getaran dari struktur.
2.3
Kombinasi Pembebanan Pada Struktur Portal Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung – SNI 03-
2847-2002,
menetapkan
bahwa
kombinasi
pembebanan
yang
harus
diperhitungkan pada perancangan struktur bangunan gedung adalah kombinasi pembebanan tetap dan kombinasi pembebanan sementara yang diperhitungkan bekerja pada struktur. Momen lentur (Mu), momen torsi atau puntir (Tu), gaya geser (Vu), dan gaya normal (Pu) yang terjadi pada elemen-elemen struktur akibat kedua kombinasi pembebanan yang ditinjau, dipilih yang paling besar harganya, untuk selanjutnya digunakan pada proses desain. Pada umumnya, sebagai gaya horisontal yang ditinjau bekerja pada sistem struktur portal adalah beban gempa, karena di Indonesia beban gempa lebih besar 11
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
dibandingkan dengan beban angin. Beban gempa yang bekerja pada sistem struktur dapat berarah bolak-balik, oleh karena itu pengaruh ini perlu ditinjau di dalam perhitungan.
2.4
Sistem Struktur Bangunan Gedung a. Rangka Penahan Momen Sistem struktur yang berbentuk rangka penahan momen merupakan sistem struktur yang paling banyak digunakan. Pada struktur portal beton bertulang, sistem rangka penahan momen dapat berbentuk struktur portal yang dicor di tempat atau struktur portal yang disusun oleh elemen-elemen pracetak. Sistem struktur portal beton yang dicor ditempat, dapat berbentuk sistem portal yang tersusun oleh elemen balok (beam) dan elemen kolom (column), sistem portal yang tersusun oleh elemen pelat (flat slab) dan elemen kolom, dan sistem portal yang tersusun oleh elemen pelat dan dinding pemikul beban (load bearing wall). Pada struktur portal yang dicor ditempat, tidak diperlukan adanya sambungan khusus dari elemen-elemen struktur. Sambungan elemen pada umumnya bersifat kaku dan monolit. b. Rangka Dengan Diafragma Vertikal Jika kekuatan dan kekakuan dari suatu struktur portal tidak mencukupi untuk mendukung beban-beban yang diperkirakan akan bekerja, khususnya beban-beban horisontal akibat gempa, maka perlu dipasang dinding-dinding untuk memikul beban dan/atau rangka pengaku (bracing). Bracing pada umumnya digunakan pada struktur portal baja, tetapi jarang dipasang pada struktur portal beton karena kesulitan di dalam pemasangannya. Dinding geser (shear wall) dan rangka pengaku berguna untuk melindungi elemen-elemen nonstruktural dari keruntuhan akibat berkurangnya kekakuan tingkat. Gambar 2.1b menunjukkan penggunaan dari dinding geser pada suatu struktur rangka (load bearing shear wall), sedangkan Gambar 2.1c menunjukkan penggunaan dari dinding geser yang dikombinasikan dengan
12
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
kolom-kolom dari struktur (shear wall with columns). Gambar 2.1d menunjukkan suatu sistem struktural portal, dimana diantara balok dan kolom struktur dipasang dnding untuk menahan beban (infilled shear walls). Sedangkan Gambar 2.1e menunjukkan sistem rangka struktural dengan rangka pengaku (braced frame).
. Gambar 2.1 Sistem Struktur Bangunan Gedung : (a) Moment Resisting Frame, (b) Shear wall (c) Shear Wall With Column, (d) Infilled Shear Wall, (e) Braced Frame Sumber : Andre, 2008
2.5
Analisa Statik Ekuivalen Analisis statik ekuivalen merupakan salah satu metode menganalisis
struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan beban gempa nominal statik ekuivalen. Menurut Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI – 1726 – 2002), analisis statik ekuivalen cukup dapat dilakukan pada gedung yang memiliki struktur beraturan. Ketentuanketentuan mengenai struktur gedung beraturan disebutkan dalam Pasal 4.2.1 dari SNI – 1726 – 2002. Pada struktur gedung beraturan akan berperilaku sebagai struktur 2D, respons dinamik ragam fundamentalnya adalah sangat dominan, sehingga respons 13
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
dinamik ragam-ragam lainnya dianggap dapat diabaikan. Kemudian, berhubung struktur gedung tidak terlalu tinggi yaitu kurang dari 10 tingkat atau 40 m, maka bentuk ragam fundamental dapat dianggap mengikuti garis lurus. Dengan dua anggapan penyederhanaan ini, respons dinamik dari struktur bangunan gedung beraturan dapat ditampilkan seolah-olah sebagai akibat dari suatu beban gempa statik ekuivalen. Analisis perancangan struktur bangunan terhadap pengaruh beban gempa secara statik, pada prinsipnya adalah menggantikan beban-beban horisontal yang bekerja pada struktur bangunan akibat pengaruh dinamik pergerakan tanah yang diakibatkan gempa, dengan beban-beban statik yang ekuivalen (Iswandi & Fajar, 2010). Besarnya beban gempa nominal statik ekuivalen yang digunakan untuk perencanaan struktur ditentukan oleh tiga hal, yaitu oleh besarnya gempa rencana, oleh tingkat daktilitas yang dimiliki struktur, dan oleh nilai faktor tahanan lebih yang terkandung di dalam struktur. Berdasarkan pedoman gempa yang berlaku di Indonesia yaitu Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-2002), besarnya beban gempa nominal (V) yang bekerja pada struktur bangunan, ditentukan menurut persamaan : V = C .I Wt R
(2.3)
Dimana, I adalah faktor keutamaan struktur, C adalah nilai faktor respon gempa yang didapat dari respon spektrum gempa rencana untuk waktu getar alami fundamental struktur T, dan Wt ditetapkan sebagai jumlah dari beban mati ditambah beban hidup yang direduksi. R adalah faktor reduksi gempa yang besarnya tergantung dari besarnya tingkat daktilitas struktur. Untuk struktur bangunan gedung yang berperilaku elastik penuh harga R=1,6 (Iswandi & Fajar, 2010). Pada struktur bangunan gedung bertingkat, beban gempa horizontal V, untuk selanjutnya didistribusikan pada setiap tingkat dari struktur bangunan gedung. Besarnya gaya gempa yang bekerja pada masing-masing tingkat dari bangunan gedung tergantung dari berat dan ketinggian tingkat (Iswandi & Fajar, 2010). 14
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
Waktu getar alami fundamental dari struktur bangunan gedung ditentukan dengan rumus-rumus empirik atau didapat dari hasil analisis vibrasi bebas 3 dimensi.
2.6
Pembagian Beban Gempa Pada Struktur Beban gempa nominal statik ekuivalen (V) akibat gempa harus di
distribusikan di sepanjang tinggi tingkat gedung menjadi beban-beban horizontal terpusat (Fi), yang bekerja pada masing-masing lantai tingkat, dengan rumus : Fi =
Wi h i n
W i 1
i
V
(2.4)
hi
Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, hi adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, dan sedangkan n adalah nomor lantai tingkat paling atas (SNI 1726-2002 Pasal. 6.1.3) Taraf penjepitan lateral adalah taraf dimana gerakan tanah akibat gempa dipindahkan dari tanah kepada struktur atas bangunan melalui struktur bawahnya. Dalam analisis, struktur atas dapat dianggap terjepit pada taraf penjepitan lateral. Jika terdapat basement, taraf penjepitan lateral dapat dianggap terjadi pada taraf lantai dasar. Jika tidak ada basement, taraf penjepitan lateral dapat dianggap terjadi pada bidang telapak pondasi langsung atau pondasi rakit, dan pada bidang atas pile cap pondasi tiang.
2.7
Limit States (Keadaan Batas) dan Filosofi Desain Limit state merupakan keadaan dimana struktur atau elemen struktur sudah
tidak dapat berfungsi sebagaimana yang direncanakan pada awalnya. Keadaan batas untuk struktur beton bertulang terdiri dari keadaan batas/ultimate, keadaan batas layan/serviceability, dan keadaan batas khusus/special. Ciri-ciri keadaan batas ultimate meliputi ; keruntuhan sebagian atau keseluruhan bangunan melalui penjalaran keruntuhan. Prosesnya berawal dari
15
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
keruntuhan setempat akibat pembebanan yang berlebih dapat menyebabkan keruntuhan pada sekitarnya dan keruntuhan secara keseluruhan pada akhirnya. Ciri-ciri keadaan batas layan/serviceability meliputi ; terganggunya fungsi struktur, tetapi tidak sampai terjadi keruntuhan. Lebih dapat ditoleransi dibandingkan keadaan batas ultimate. Kemudian defleksi yang berlebihan pada tahap layan dapat menyebabkan gangguan pandangan visual, kerusakan elemen nonstruktural, perubahan distribusi gaya, genangan air pada atap, dan runtuhnya atap. Keadaan batas khusus merupakan kerusakan atau kegagalan yang disebabkan kondisi atau pembebanan yang tidak normal seperti gempa bumi yang kuat, tsunami, kebakaran, ledakan, tertabrak kendaraan, lingkungan yang agresif, dan kondisi yang tidak stabil dalam jangka panjang secara fisik maupun kimiawi. Dua filosofi desain yang dikenal yaitu metode beban kerja (working stress method) yang fokus pada kondisi beban layan, dan metode kuat ultimate (strength design method) yang fokus pada pembebanan yang lebih besar daripada beban layan; dimana keruntuhan mungkin terjadi. Tugas Akhir ini menggunakan metode kuat ultimate, kuat rencana diperoleh dari perhitungan sesuai dengan persyaratan yang dicantumkan pada peraturan bangunan yang berlaku (SNI/ACI) dan kuat perlu diperoleh dari analisis struktur dengan menggunakan beban terfaktor/ultimate. Menurut SNI 03-2847-2002, ada beberapa istilah yang menyatakan kekuatan suatu penampang. Kuat nominal (Rn) adalah kekuatan suatu komponen struktur yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi. Sedangkan kuat rencana merupakan kekuatan suatu komponen struktur yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal Rn dan faktor reduksi kekuatan ϕ. Demikian juga dengan kuat perlu (Ru) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi beban. Kuat rencana Rr merupakan kekuatan gaya dalam (berada di dalam struktur), sedangkan kuat perlu Ru merupakan kekuatan gaya luar (di luar struktur) 16
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
yang bekerja pada struktur, maka kuat rencana Rr harus
kuat perlu Ru dengan
Rr = ϕ R n
2.8
(2.5)
Kolom Kolom dapat didefinisikan sebagai struktur yang menahan beban dari pelat
dan balok, berupa beban aksial tekan serta momen lentur. Fungsi kolom adalah sebagai penerima dan penyalur beban dari balok dan pelat lantai bagian atas bangunan ke struktur bangunan bagian bawah yaitu pondasi dan selanjutnya beban tersebut diteruskan ketanah dasar pondasi. (Asroni, 2010b)
2.8.1 Ketentuan Perencanaan Beberapa ketentuan yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan kolom meliputi hal-hal berikut: (Asroni, 2010b) a. Luas Tulangan Total (Ast) Menurut Pasal 12.9.1 SNI 03-2847-2002 luas total (Ast) tulangan longitudinal kolom harus memenuhi syarat sebagai berikut: 0,01A.g ≤ Ast ≤ 0,08A.g
(2.6)
dengan: Ast = luas total tulangan memanjang, mm2 Ag = luas bruto penampang kolom, mm2 b. Persyaratan diameter tulangan lateral (SNI 9.10.5.1) Diameter tulangan lateral longitudinal
mm untuk diameter tulangan
32 mm. Sedangkan diameter tulangan lateral
untuk diameter tulangan longitudinal
mm
36 mm atau tulangan longitudinal
yang dibundel. c. Kolom dengan beban aksial tekan Pasal 11.3.2.2 SNI 03-2847-2002 mencantumkan bahwa untuk semua kolom dengan beban kurang dari nilai terkecil antara nilai 0,10.fc’.Ag atau .Pn,b), Nilai ϕ dapat ditingkatkan menjadi ϕ= 0,80 (hanya
17
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
menahan momen lentur saja). Jika diambil nilai
.Pn kecil
Puφ, maka
Puφ diambil nilai terkecil dari nilai 0,10.fc.Ag atau ϕ.Pn. d. Penempatan tulangan kolom Sb
= lapis lindung beton (pasal 9.7.1) = 50mm, jika berhubungan tanah atau cuaca dan D≥19mm = 40mm, jika tidak berhubungan dgn tanah atau cuaca D< 19mm
Sn
= jarak bersih antar tulangan ≥1,5D dan atau ≥40 mm
ds1
= jarak decking pertama
ds2
(2.7)
= b + ϕ begel + D/2
(2.8)
= Sn + D
(2.9)
e. Jarak tulangan longitudinal dalam satu baris Jumlah tulangan longitudinal maksimal perbaris dirumuskan sebagai berikut:
m
(2.10)
dengan:
2.8.2
m
= jumlah tulangan longitudinal perbaris
b
= lebar penampang kolom, mm
ds1
=Jarak decking pertama
D
= Diameter tulangan longitudinal, mm.
Diagram Interaksi Kolom Diagram interaksi adalah diagram yang menunjukkan hubungan momen
lentur dan gaya aksial tekan yang dapat dipikul elemen tekan pada kondisi batas. Perilaku kolom terhadap kombinasi gaya lentur dan gaya aksial tekan pada momen merupakan perkalian beban aksial dengan eksentrisitas (SNI 03-28472002). Diagram Interaksi Beban Aksial dan Momen (Failure Envelope) di gambarkan sebagai berikut :
18
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
Gambar 2.2 Diagram Interaksi Beban Aksial dan Momen
Software PcaColumn digunakan untuk pradesain pada kolom, dan pengecekkan kolom untuk mengetahui kemampuan kolom tersebut dalam menerima beban yang bekerja. Adapun interaksi diagram antara P dan M dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Dimensi Kolom yang di asumsikan dapat menahan gaya – gaya yang terjadi tumpuan pada kolom Gambar 2.3 Pengecekan Interaksi pada Kolom
2.9
Balok Balok merupakan komponen struktur yang berfungsi untuk meratakan
beban pelat atau dinding dan sebagai pengikat antar kolom. Seluruh beban yang diterima balok akan dilimpahkan ke kolom dan selanjutnya ke pondasi bangunan. Balok mendukung beban-beban yang bekerja tegak lurus (melintang) terhadap
19
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
sumbu longitudinal batang, dimana beban-beban tersebut biasanya arah kebawah (SNI 03-2847-2002). Balok yang memakai bahan beton mempunyai tinggi ± 1/10 sampai dengan 1/12 panjang bentang, dan mempunyai lebar ½ sampai dengan 2/3 dari tinggi balok. Menurut SNI Beton 2002, sistem perencanaan beton bertulang dibatasi dengan 2 kondisi berikut : 1. Pasal 12.5 SNI 03-2847-2002 mensyaratkan As dengan =
dan As
min
As min dan =
(2.11) atau As
min
=
besar).
(dipilih yang (2.12)
2. Pasal 12.3.3 SNI 03-2847-2002 mensyaratkan As
As maks dan
(2.13)
dengan As maks = 0,75 As,b
(2.14)
dimana rasio tulangan maksimal
(2.15)
dan rasio tulangan minimal ; a.
Untuk mutu beton fc’ 31,36 MPa, (2.16)
b.
Untuk mutu beton fc’ 31,36 MPa, (2.17)
2.9.1
Balok Persegi Panjang dengan Tulangan Ganda Balok beton bertulangan rangkap adalah balok beton yang diberi tulangan
pada penampang beton daerah tarik dan tekan. Tambahan tulangan longitudinal tekan ini berfungsi menambah kekuatan balok menerima beban lentur dan memperkuat kedudukan begel balok. Pada praktik lapangan, hampir semua balok selalu dipasang tulangan rangkap. Untuk balok yang menahan momen lentur kecil, cukup dipasang tulangan 20
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
tarik dan tulangan tekan masing-masing 2 batang dan diletakkan pada 4 sudut penampang balok. Sedangkan balok yang menahan momen lentur yang besar tulangan tarik dipasang lebih banyak daripada tulangan tekan. Pada portal bangunan gedung, balok yang menahan momen lentur yang besar terletak di daerah lapangan dan ujung balok. a. Nilai a untuk baja tulangan
Gambar 2.4 Distribusi Regangan pada Penampang Balok dengan Tulangan Tarik dan Tulangan Tekan Lebih dari 1 Baris Sumber : Asroni, 2010a 1. Nilai a pada batas tulangan tarik leleh amaks leleh =
(2.18)
dengan dd adalah jarak tepi serat tekan ke tulangan tarik pada baris paling dalam. Untuk tulangan tarik yang tidak lebih dari 2 baris, praktis diambil dd = d 2. Nilai a pada batas tulangan tekan leleh amin leleh =
(2.19)
dengan dd’ adalah jarak tepi serat tekan ke tulangan tekan pada baris paling dalam. Untuk perhitungan praktis, biasanya dipakai dd’ = ds’
21
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
Pada prinsip perencanaan beton bertulang, semua tulangan tarik diperhitungkan sudah leleh. Asumsi yang dipergunakan dalam perhitungan adalah: 1. Jika nilai a
amaks leleh, berarti semua tulangan tarik sudah leleh.
2. Jika nilai a
amaks leleh, berarti tulangan tarik pada baris paling
dalam belum leleh. Pada perencanaan balok beton bertulang tidak mengharuskan bahwa semua tulangan tekan leleh. Jadi jika terjadi tulangan tekan belum leleh tetap diperbolehkan, meskipun hal ini mengurangi kekuatan balok dalam mendukung beban yang bekerja. Asumsi yang dipergunakan dalam perhitungan adalah : 1.
Jika nilai a
amin
leleh,
berarti semua tulangan tekan sudah
leleh, sehingga nilai tegangan tekan tulangan sama dengan tegangan lelehnya. (fs’=fy). 2.
Jika nilai a
amin leleh, berarti tulangan tekan pada baris paling
dalam belum leleh, sehingga nilai tegangan tekan tulangan masih lebih kecil daripada tegangan lelehnya (fs’ fy). b. Skema hitungan beton bertulangan rangkap Skema hitungan luas tulangan longitudinal balok dapat dilihat pada gambar berikut.
22
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
Gambar 2.5 Skema Hitungan Tulangan Longitudinal Balok Tulangan Rangkap Sumber : Asroni, 2010a
2.9.2
Tulangan Geser Balok Umumnya balok mengalami 2 jenis retakan, yaitu retak yang arahnya
vertikal dan retak yang arahnya miring.
23
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
Gambar 2.6 Jenis retakan pada balok Sumber : Asroni, 2010a
Retak vertikal terjadi akibat kegagalan balok dalam menahan beban lentur, yang biasanya terjadi di daerah lapangan (tengah bentang). Retak miring terjadi akibat kegagalan balok dalam menahan beban geser, biasanya terjadi di daerah ujung (dekat tumpuan) balok. Untuk mengatasi retak miring akibat gaya geser, maka pada lokasi daerah ujung (dekat tumpuan) balok diperlukan tulangan geser. (Asroni, 2010a) Menurut Pasal 13.1.1 SNI 03-2847-2002, perencanaan penampang yang menahan gaya geser harus didasarkan pada kuat geser nominal (Vn) yang ditahan oleh kuat nominal yang disumbangkan oleh beton (Vc) dan kuat nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser (Vs). Jenis begel yang biasa dipakai dibedakan berdasarkan jumlah kakinya, yaitu: begel 2 kaki, begel 3 kaki, dan begel 4 kaki. a. Perencanaan Tulangan Geser / Begel Balok Beberapa rumus yang digunakan untuk perhitungan tulangan geser/begel balok yang tercantum dalam pasal-pasal SNI 03-2847-2002, yaitu sebagai berikut: 1. Gaya geser rencana, gaya geser nominal, gaya geser yang ditahan oleh beton dan begel dirumuskan dalam Pasal 13.1.1 SNI 03-2847-2002 yakni, Vr = .Vn dan Vr
Vu
Vn = Vc+Vs dengan : Vr = gaya geser rencana. Vn = kuat geser nominal. Vc = gaya geser yang ditahan oleh beton. Vs = gaya geser yang ditahan oleh begel. 24
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
(2.20) (2.21)
= faktor reduksi geser = 0,75 2. Pasal 13.3.1, gaya geser yang ditahan oleh beton (Vc) dihitung dengan rumus: Vc = 1/6.
.b.d
(2.22)
3. Pasal 13.5.6.1, gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs) dihitung dengan rumus: Vs=(Vu - .Vc)/ 4. Pasal 13.5.6.6, Vs harus
2/3
(2.23)
.b.d
(2.24)
Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka ukuran balok diperbesar. 5. Luas tulangan geser per meter panjang balok yang diperlukan (Av,u) dihitung dengan memilih nilai terbesar dari rumus berikut : Av,u =
(2.25)
Av,u =
(2.26)
Av,u =
(2.27)
dengan S= panjang balok 1000 mm. 6. Pasal 13.5.4 SNI 03-2847-2002, spasi begel (s) dihitung dengan rumus : a. s =
dengan S = panjang balok 1000 mm
b. Untuk Vs < 1/3.
.b.d, maka s
d/2 dan s
600 mm
(2.29)
c. Untuk Vs 1/3.
.b.d, maka s
d/4 dan s
300 m
(2.30)
dengan : n = jumlah kaki begel (2,3, atau 4 kaki). dp = diameter begel dari tulangan polos, mm. b. Skema perhitungan begel balok :
25
(2.28)
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
Gambar 2.7 Skema Hitungan Begel Balok Sumber : Asroni, 2010a
26
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
2.10
Pelat Pelat atau slab adalah elemen bidang tipis yang menahan beban transversal
melalui aksi lentur ke masing masing tumpuan. Sistem pelat yang digunakan dalam Tugas Akhir ini yakni sistem pelat dan balok atau beam slab. Sistem ini terdiri atas slab menerus yang ditumpu balok-balok monolit. Tebal pelat tersebut ditetapkan berdasarkan pertimbangan struktur yang mencakup aspek keamanan terhadap kebakaran. Sistem ini umum dipakai dan ketinggian balok sering dibatasi keperluan ketinggian plafond (SNI 03-2847-2002).
2.10.1 Pelat Satu Arah (One Way Slab) Sistem lantai yang memiliki perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek > 2. Dalam desain atau analisis satu satuan lajur pelat yang membentang diantara 2 tumpuan dapat dianggap sebagai suatu balok dengan lebar satu satuan dengan tinggi h sesuai dengan tebal pelat. Tulangan utama yang terpasang pada OWS membentang dalam arah kedua tumpuan ujungnya, sedangkan yang tegak lurus terhadap tulangan utama tersebut lebih diperuntukkan untuk tulangan susut dan temperatur beton (SNI Beton 1726-2002). Tabel 2.4 Tebal Minimum Pelat OWS Berdasarkan Peletakan
Sumber : SNI Beton 2002 27
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
2.10.2 Pelat Dua Arah (Two Way Slab) Sistem lantai yang memiliki perbandingan bentang panjang dengan bentang pendek ≤ 2 dikategorikan sebagai pelat dua arah. Penempatan tulangan sesuai dengan sifat beban dan kondisi tumpuannya, dengan ketentuan luas tulangan pada masing-masing arah harus dihitung berdasarkan nilai momen pada penampang kritis, tetapi luas tulangan minimum untuk menahan susut dan suhu harus tetap terpenuhi.
2.10.3 Ketentuan Perencanaan Pelat Pada perencanaan pelat beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: a. Panjang bentang (λ) (Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002): 1. Pelat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung: λ= λn=h dan λ ≤ λas-as
(2.31)
2.
Pelat yang menyatu dengan struktur pendukung: λn ≤ 3,0 m, maka λ = λn
(2.32)
λ > 3,0 m, maka λ = λn+ 2x50 mm
(2.33)
b. Tebal minimal pelat (h) (Pasal 11.5 SNI 03-2847-2002) : 1. Untuk pelat satu arah (Pasal 11.5 SNI 03-2847-2002), tebal minimal pelat dapat dilihat pada Tabel 2.4. 2. Untuk pelat dua arah, tebal minimal pelat bergantung pada rata- rata,
m
=
adalah rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap
kekakuan lentur pelat dengan rumus sebagai berikut : (2.34) c. Tebal selimut beton minimal (Pasal 9.7.1 SNI 03-2847-2002): Batang tulangan D 36, tebal selimut beton Batang tulangan D44-D56, tebal selimut beton
20 mm 40 mm
(2.35) (2.36)
d. Jarak bersih antar tulangan s (Pasal 9.6.1 SNI 03-2847-2002): s ≥D dan s≥ 25 mm 28
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
(2.37)
Pasal 5.3.2.3 : s ≥ 4/3 x diameter agregat, atau s ≥ 40 mm
(2.38)
e. Jarak maksimal tulangan (as ke as): Tulangan pokok: Pelat 1 arah : s ≤ 3.h dan s≤ 450 mm
(2.39)
s ≤ 2.h dan s≤ 450 mm
(2.40)
Pelat 2 arah :
Tulangan bagi (Pasal 9.12.2.2): s≤ 5.h dan s≤ 450 mm
(2.41)
f. Luas tulangan minimal pelat : Tulangan Pokok (Pasal 12.5.1 SNI 03-2487-2002) : fc’ ≤ 31,36 MPa, Ast ≥ 1,4/fy. b.d
(2.42)
fc’ > 31,36 MPa, Ast ≥ √fc’/4.fy .b.d
(2.43)
Tulangan bagi (Pasal 9.12.2.1) : Untuk
(2.44)
Untuk
(2.45)
Untuk
(2.46)
Tetapi
0,0014.b.h
(2.47)
Dengan demikian dapat dibuat skema perencanan desain pelat seperti gambar berikut.
29
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
Gambar 2.8 Skema Hitungan Penulangan Pelat Sumber : Asroni, 2010a
30
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU RANI YOULANDA SIHOMBING
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Studi Pustaka Dengan mempelajari dan mengidentifikasi bahan bacaan yang diperlukan yaitu buku handbook, e-book, dan hasil penelitian yang tersedia di perpustakaan maupun di website.
3.2 Pengumpulan Data Mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian yaitu data hasil uji tanah proyek Living World Pekanbaru, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 tahun 2007, Pedoman Standarisasi Bangunan dan Perabot SMA Tahun 2011, SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Gedung, SNI 03-1726-2002 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, dan SNI 1727-1989 Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung.
3.3 Tahapan Penelitian Sedangkan tahapan yang dilakukan penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini meliputi : a. Studi Pustaka b. Pengumpulan Data c. Pra Desain dan Pemodelan Struktur Melakukan penggambaran arsitektural, perancangan konfigurasi struktur, asumsi dimensi awal elemen-elemen struktur dan penentuan bebanbeban yang bekerja. Lalu dilakukan pemodelan struktur. Pada tahapan ini penulis menggunakan program komputer yaitu AUTOCAD 2014, ETABS v9.6.0, Mathcad v14.0, Pca Column v3.63, Microsoft Excel 2010, dan Microsoft Word 2010. Standar-standar yang telah dikumpulkan digunakan sebagai acuan.
31
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
d. Analisis Struktur Analisa struktur dilakukan untuk memperoleh momen perlu, gaya aksial dan lainnya dengan bantuan program ETABS v9.6.0, SAP2000 v2016, SAFE v8, Pca Column v3.63, Microsoft Excel 2010, dan disesuaikan dengan kriteria standar-standar yang telah dikumpulkan. e. Desain Elemen-Elemen Struktur Desain tulangan balok, kolom, pelat, dan tangga. Desain dilakukan dengan bantuan software Mathcad v14.0, dan disesuaikan dengan kriteria aturan-aturan dalam SNI 03-2847-2002. f. Gambar Desain Penggambaran potongan penampang masing-masing elemen balok, pelat, kolom, dan tangga dilakukan dengan bantuan program AUTOCAD 2014. Flowchart tahapan Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Pra Desain dan Pemodelan Struktur a. b. c. d.
Balok Pelat Kolom Tangga
Analisis Struktur Keseluruhan
A
32
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
A
Desain Elemen Struktur a. b. c. d.
Balok Pelat Kolom Tangga
Gambar Desain Elemen Struktur a. b. c. d.
Balok Pelat Kolom Tangga
Gambar 3.1. Flowchart Tahapan Perencanaan Struktur
33
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Tinjauan Umum Analisis
konstruksi
gedung
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
permodelan struktur 3D dengan bantuan software ETABS v9.6.0 untuk portal gedung, SAP2000 untuk elemen tangga, Pca Col untuk elemen kolom, dan SAFE 8 untuk elemen pelat. Kolom dan balok dimodelkan sebagai elemen frame sedangkan pelat lantai dan tangga dimodelkan sebagai elemen shell. Dalam analisis terhadap beban gempa, struktur gedung dimodelkan sebagai struktur bangunan geser, dimana lantai-lantai dianggap sebagai diafragma kaku. Dengan model ini, massa-massa dari setiap bangunan dipusatkan pada titik berat lantai (model massa terpusat/lump mass model). Hasil analisis struktur diperoleh berupa besarnya tegangan dan gaya-gaya dalam yang terjadi pada elemen shell dan elemen frame yang akan digunakan untuk mendesain tulangan pelat lantai, tangga, balok dan kolom. Kemudian disesuaikan dengan ketentuan SNI 03-2847 2002 dan SNI 03-1726-2002.
4.2
Deskripsi Gedung Perencanaan Gedung Ruang Belajar ini direncanakan memiliki sarana dan prasarana
belajar yang dapat disatukan dalam satu gedung dengan memperhatikan fungsi dan kebutuhan masing-masing ruangan. Gedung ini direncanakan dapat melayani 27 kelas dimana jumlah kelas, ukuran ruang dan jumlah ruang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum dan Pedoman Standarisasi Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah Atas tahun 2011. Ukuran dan jumlah ruang diuraikan pada Tabel 4.1 berikut :
34
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tabel 4.1 Ukuran dan Jumlah Ruangan Pada Gedung Perencanaan Nama Ruang
Kegunaan
Ruang Kelas
belajar
Ruang Serbaguna Ruang Perpustakaan
belajar/ pertemuan belajar/ diskusi buang air/ ganti pakaian
KM/WC
Ukuran (m x m) 8x9 12 x 9
Jumlah 16 11
2x 8 x 9
1
12 x 9
1
2,5 x 4,5
12
Bangunan Gedung Ruang Belajar SMA 3 Lantai di Pekanbaru ini memiliki kriteria : a. Ukuran denah : 66m x 20,5m. b. Jumlah Lantai
: 3 Lantai + 1 Lantai dasar
c. Tinggi Bangunan 1. Lantai Dasar
: 0,00 m.
2. Lantai 1
: 4,00 m.
3. Lantai 2
: 8,00 m.
4. Lantai 3
: 12,00 m.
5. Lantai 4
: 14,50 m.
Gambar arsitektural meliputi gambar denah bangunan dan gambar tampak bangunan dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.3
Deskripsi Struktur Sistematika struktur atas dari Gedung Ruang Belajar 3 Lantai di
Pekanbaru ini berupa Sistem Rangka Pemikul Momen / Moment Frame dan termasuk struktur gedung yang beraturan. a. Struktur Pemikul Beban Gravitasi Struktur Pemikul Beban Gravitasi adalah pelat lantai yang disangga oleh balok anak dan balok induk kemudian disalurkan dan ditopang oleh beberapa kolom.
35
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
b. Struktur Pemikul Beban Lateral Struktur utama pemikul gaya lateral adalah sistem struktur balok kolom yang berperilaku elastik ketika menerima beban gempa yang direncanakan. Sistem ini merupakan sistem Ordinary Moment Frame (OMF) dalam SNI gempa 1726-2002.
Gambar 4.1. Potongan Portal Gedung Typical Ordinary Moment Frame (OMF)
Gambar 4.2. Pemodelan Stuktur Gedung Ruang Belajar 3 Lantai Frame Extrude
4.4
Kriteria Desain Untuk perhitungan struktur digunakan kriteria desain untuk material beton
bertulang dengan parameter-parameter perencanaan sebagai berikut : a. Berat jenis beton bertulang
: 24 kN/m3
c. Mutu beton
: K-300 (fc’= 25 MPa) untuk kolom, balok, pelat dan tangga.
d. Modulus elastisitas beton (Ec)
: 4700.
= 23500 MPa
e. Tegangan leleh baja tulangan
: D ≤12 mm : fy = 240 MPa (BJTP) D ≥13 mm : fy = 400 MPa (BJTD)
f. Modulus elastisitas tulangan (Es)
36
: 200000 MPa.
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
4.5
Analisis Struktur Kombinasi pembebanan yang dianalisis adalah kombinasi pembebanan
yang berkaitan dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 11 (kondisi ultimate limit state/ULS). Kondisi Ultimate Limit State (ULS) : a. 1,4DL b. 1,2DL + 1,6LL c. 1,2DL + LL + EQX + 0,3EQY d. 1,2DL + LL + EQX – 0,3EQY e. 1,2DL + LL –EQX + 0,3EQY f. 1,2DL + LL –EQX – 0,3EQY g. 1,2DL + LL + EQY + 0,3EQX h. 1,2DL + LL + EQY – 0,3EQX i. 1,2DL + LL –EQY + 0,3EQX j. 1,2DL + LL – EQY – 0,3EQX k. 1,2DL + EQX + 0,3EQY l. 1,2DL + EQX – 0,3EQY m. 1,2DL –EQX + 0,3EQY n. 1,2DL –EQX – 0,3EQY o. 1,2DL + EQY + 0,3EQX p. 1,2DL + EQY – 0,3EQX q. 1,2DL – EQY + 0,3EQX r. 1,2DL – EQY – 0,3EQX Kondisi Service Limite State (SLS) : a. 1,4DL < R b. DL + 1,6LL < R c. DL + LL + EQX + 0,3EQY < 1,5R d. DL + LL + EQX – 0,3EQY < 1,5R e. DL + LL – EQX + 0,3EQY < 1,5R f. DL + LL – EQX – 0,3EQY < 1,5R g. DL + LL + EQY + 0,3EQX < 1,5R h. DL + LL + EQY – 0,3EQX < 1,5R
37
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
i. DL + LL – EQY + 0,3EQX < 1,5R j. DL + 1LL – EQY – 0,3EQX < 1,5R k. DL + EQX + 0,3EQY < 1,5R l. DL + EQX – 0,3EQY < 1,5R m. DL – EQX + 0,3EQY < 1,5R n. DL – EQX – 0,3EQY < 1,5R o. DL + EQY + 0,3EQX < 1,5R p. DL + EQY – 0,3EQX < 1,5R q. DL – EQY + 0,3EQX < 1,5R r. DL – EQY – 0,3EQX < 1,5R Dimana DL adalah beban mati, LL adalah beban hidup, QX adalah beban gempa x, dan QY adalah beban gempa y.
4.5.1
Pradesain Elemen Struktur
4.5.1.1 Balok a. Pembebanan Balok 1. Beban Mati Berat sendiri balok dihitung otomatis sebagai self weight oleh software Etabs. Beban mati selain berat sendiri balok juga meliputi beban mati tambahan, yaitu beban mati pelat yang ditransfer ke balok dengan metode amplop serta beban dinding pasangan bata setengah batu. Beban mati pada pelat atap : Mechanical / Electrical
:
0,15 kN/m2
Aspal 1 cm+ Spesi 2 cm
:
0,56 kN/m2
Ducting AC
:
0,2 kN/m2
Langit langit + penggantung
:
0,2 kN/m2
Total
:
1,11 kN/m2
Mechanical / Electrical
:
0,15 kN/m2
Keramik 1 cm + Spesi 2 cm
:
0,66 kN/m2
Beban mati pada pelat lantai :
38
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Ducting AC
:
0,2 kN/m2
Langit langit + penggantung
:
0,2 kN/m2
Total
:
1,21 kN/m2
Beban mati pada balok : a.
Beban dinding pasangan bata setengah batu.
Tabel 4.2 Uraian Beban Dinding Dinding
Nama Ruang
h (m)
h balok (m)
1 2 3 4 5 6
R.Belajar R.Belajar KM/WC Lantai 4 Balkon Balkon
4 4 3 2,5 1,3 4
0,6 0,65 0,35 0,7
h real beban beban dinding SNI real (m) (kN/m^2) (kN/m) 3,4 3,35 3 2,15 1,3 3,3
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
b.
Handrail besi pelat atap 0,15 kN/m
c.
Skylight fiberglass/polycarbonate 0,1 kN/m
8,5 8,375 7,5 5,375 3,25 8,25
Beban mati pada tangga dan bordes : Keramik 1 cm + Spesi 2 cm
:
0,66 kN/m2
2. Beban Hidup Beban hidup pelat lantai sesuai dengan fungsi lantai berdasarkan SNI Pembebanan Untuk Bangunan Rumah dan Gedung 1727-1989 yaitu : a. Lantai Ruang Kuliah : 2,5 kN/m2 b. Balkon
: 3 kN/m2
c. Perpus
: 4 kN/m2
d. Tangga
: 3 kN/m2
e. Atap Dak
: 1,5 kN/m2
Beban-beban tersebut dan beban gempa dipikul oleh balok, melalui distribusi metode amplop dimana analisis pembebanan adalah pembebanan segitiga dan dan pembebanan trapesium. a. Tipe I
39
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Gambar 4.3. Beban Trapesium
q tr =
b. Tipe II
Gambar 4.4. Beban Segitiga Menjadi Beban Merata q sgt = ½ q Lx
4.5.1.1.1 Pradesain Balok Anak Berikut adalah perhitungan momen pradesain dan reaksi masing-masing tumpuan balok anak bentang 8 m. B1
B2
B3
B4
B7
B8 B5
Kolom Balok anak B9
B6
Balok Induk
Gambar 4.5 Denah Balok Anak dan Balok Induk yang ditinjau
40
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
B1
B2
B3
B4
B7
B8 B5
B9 B6
Gambar 4.6 Distribusi Beban Balok Anak dan Balok Induk yang ditinjau
Gambar 4.7 Tipe Beban dan Lebar Ekivalen Satu Balok Anak Ly
=8m
Lx
= 4,5 m
Beban superdead
= 1,21 kN/m2
Beban sendiri pelat
= 24 kN/m3 x 0,13 m = 3,12 kN/m2
Beban mati
= Beban superdead + Beban selfweight = 4,33 kN/m2
Beban hidup
= 2,5 kN/m2
qmati
=
qmati
= 8,715 kN/m
qhidup
=
qhidup
= 5,032 kN/m
qkombinasi
= 1,2 qmati + 1,6 qhidup = 18,5092 kN/m
Momen pradesain
41
= 1/10 x qkombinasi x L2
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
= 118.459 kNm. Reaksi tumpuan
= qkombinasi x L/2 = 18,5092 x 8/2 = 74,0368 kN
Setelah momen didapatkan lalu dilakukan perhitungan untuk mendapatkan dimensi pada balok anak sebagai berikut : Panjang bentang balok : Lb 8m
Tebal pelat beton :
tp 13cm Asumsi tinggi balok :
Lb 16
0.5 m
Dimensi balok asumsi :
b 300mm h 550mm
Mu 118.459 kN m II. Estimasi Dimensi Balok
f'c 25MPa fy 400MPa Ey 200000MPa
d' 61mm d h d' 489mm f
0.9 0.85 if f'c 30M Pa 0.65 if f'c 55M Pa
f'c 30 M Pa if 30M Pa f'c 55M Pa 0.85 0.05 7
42
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
0.85
Rasio tulangan minimum :
f'c M Pa 1.4 min max fy fy 4 M Pa MPa
0.0035
Rasio tulangan kondisi balance :
b
f'c 0.85 M Pa fy MPa
600 0.02709 600 fy M Pa
Rasio maksimum tulangan tunggal : max
0.75 b 0.02032
Asumsi tulangan tarik leleh : Asumsi rasio tulangan perlu : as
0.6 max 0.01219
b
as
fy f'c
0.19507
Koefisien Tahanan :
Rb b f'c 1 0.59 b 4.31557 MPa Asumsikan nilai b=0.5d maka : 3
dn
Mu
2
f
Rb
d' 454.64581 mm
bn 0.5 dn 227.32291 mm Maka diambil nilai dimensi balok eksak sebesar :
bd 300mm hd 550mm Pradesain balok anak bentang yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.
43
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
4.5.1.1.2 Pradesain Balok Induk Berikut adalah perhitungan momen pradesain dan reaksi masing-masing tumpuan balok induk bentang 9 m. B10
B11
B12 B16
B13 B17
B18
B14
B15
Gambar 4.8 Distribusi beban Balok Anak dan Balok Induk yang ditinjau
Gambar 4.9 Tipe Beban dan Lebar Ekivalen Satu Balok Induk Ly
=9m
Lx
= 4,5 m
Beban superdead
= 1,21 kN/m2
Beban sendiri pelat
= 24 kN/m3 x 0,13 m = 3.12 kN/m2
Beban partisi
= 0,5 kN/m2
Beban mati
= qsuperdead + qsendiri pelat + qpartisi = 4.83 kN/m2
44
Beban hidup
= 2,5 kN/m2
qmati
=
qmati
= 10,87 kN/m
qhidup
=
qhidup
= 5,63 kN/m
qkombinasi
= 1,2 qmati + 1,6 qhidup
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
= 22,041 kN/m Beban titik P1 dan P2 merupakan reaksi masing-masing tumpuan balok anak bentang 8 m. P1=P2 = 148,070 kN. Beban titik
= P1+P2 = 296,14 kN
Momen pradesain didapatkan dari analisis SAP 2000 yaitu 40,48 kNm.
Gambar 4.10 Momen Balok Induk Hasil Analisis SAP Setelah
momen
didapatkan
lalu
dilakukan
perhitungan
mendapatkan dimensi pada balok induk sebagai berikut : Panjang bentang balok : Lb 9m
Tebal pelat beton : tp 13cm
Asumsi tinggi balok :
Lb 14
0.64286 m
Dimensi balok asumsi :
b 350mm h 650mm Momen pradesain Mu 40.48kN m
II. Estimasi Dimensi Balok f'c 25MPa fy 400MPa
45
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
untuk
Ey 200000MPa
d' 81mm d h d' 569mm 0.9
f
0.85 if f'c 30M Pa
0.85
0.65 if f'c 55M Pa
f'c 30 M Pa if 30M Pa f'c 55M Pa 0.85 0.05 7 Rasio tulangan minimum :
f'c M Pa 1.4 min max fy fy 4 M Pa MPa
0.0035
Rasio tulangan kondisi balance :
b
f'c 0.85 M Pa fy MPa
600 0.02709 600 fy M Pa
Rasio maksimum tulangan tunggal : max
0.75 b 0.02032
Asumsi tulangan tarik leleh : Asumsi rasio tulangan perlu : as
0.5 max 0.01016
b
as
fy f'c
0.16256
Koefisien Tahanan : Rb b f'c 1 0.59 b 3.67427 MPa
Asumsikan nilai b=0.5d maka :
46
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
3
dn
Mu
2
f
Rb
d' 371.37036 mm
bn 0.5 dn 185.68518 mm
Maka diambil nilai dimensi balok eksak sebesar : bd 350mm hd 650mm
Pradesain balok induk bentang yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.
47
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tabel 4.3. Perhitungan Momen Pradesain Balok Induk dan Balok Anak Tipe Balok A B C D E F G H I J
lx (m) 4.5 4 2.5 2.5 10 5 3 8 6 3
L (m) Beban Kombinasi (kN/m) ly (m) trapesium segitiga jumlah Mati Hidup Jumlah 6 1.828 2.250 4.078 23.637 16.313 39.949 4.000 4.000 23.184 16.000 39.184 4.5 1.121 1.250 2.371 13.745 9.486 23.230 2.500 2.500 12.990 10.000 22.990 5.000 5.000 28.980 20.000 48.980 2.500 2.500 14.490 10.000 24.490 1.500 1.500 7.794 6.000 13.794 1.643 5.500 7.143 41.398 28.570 69.968 3.000 3.000 14.364 7.200 21.564 1.500 1.500 7.182 3.600 10.782
Beban Momen Keterangan Titik (kN) (kNm) 80.8973578 Balok Induk 62.6944 Balok Anak 61.225 47.0412083 Balok Anak 14.36875 Balok Anak 133.27352 489.8 Balok Induk 28.7375 61.225 Balok Anak 12.4146 Balok Anak 130.63601 447.794752 Balok Induk 16.173 77.6304 Balok Induk 9.7038 Balok Anak
Tabel 4.4. Perhitungan Estimasi Dimensi Balok Induk dan Balok Anak
Tipe 20x35 25x35 25x40 30x60 35x70 40x70
48
b h (mm) (mm) 200 250 250 300 350 400
350 350 400 600 700 700
Mu (kNm)
Lb (m)
77.6304 47.0412 61.225 447.795 14.369 498
6 4.5 5 8 2.5 10
h asumsi (m)
0.375 0.3214 0.3571 0.5 0.3125 0.625
as
max
min
bn (mm)
bd (mm)
hd (mm)
0.01321 0.01016 0.01219 0.01829 0.01016 0.01016
0.02032 0.02032 0.02032 0.02032 0.02032 0.02032
0.0035 0.0035 0.0035 0.0035 0.0035 0.0035
197.066 182.640 187.953 303.916 132.797 365.160
200 250 250 300 350 400
350 350 400 600 700 700
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Keterangan
tulangan rangkap
4.5.1.2 Pelat Sistem pelat yang digunakan adalah beam slab. Pradesain pelat menghasilkan tebal pelat dua arah dihitung berdasarkan Pasal 11.5.3 SNI 032847-2002. a. Pelat dua arah Tebal pelat minimum dalam SNI 03-2847-2002 Pasal 11.5.3 SNI 032847-2002 : hmin=
atau
hmin = Sedangkan tebal pelat maksimun dalam SNI 03-2847-2002 Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002 : hmax= dimana ; ln = bentang bersih pelat dari tengah tumpuan ke tengah tumpuan berikutnya, m fy = mutu baja, MPa = rasio bentang terpanjang dengan bentang yang pendek. b. Pembebanan Pelat 1.
Beban Mati Berat sendiri pelat dihitung otomatis sebagai self weight oleh
software Etabs. Beban mati selain berat sendiri pelat meliputi : Beban mati pada pelat atap :
49
Mechanical / Electrical
0,15 kN/m2
Aspal 1 cm+ Spesi 2 cm
0,56 kN/m2
Ducting AC
0,2 kN/m2
Langit langit + penggantung
0,2 kN/m2
Total
1,11 kN/m2
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Beban mati pada pelat lantai : Mechanical / Electrical
0,15 kN/m2
Keramik 1 cm + Spesi 2 cm
0,66 kN/m2
Ducting AC
0,2 kN/m2
Langit langit + penggantung
0,2 kN/m2
Total
1,21 kN/m2 Beban mati pada tangga dan Bordes
Keramik 1 cm + Spesi 2 cm 2.
0,66 kN/m2
Beban Hidup Beban hidup pelat lantai sesuai dengan fungsi lantai berdasarkan
SNI Pembebanan Untuk Bangunan Rumah dan Gedung 1727-1989 yaitu : a. Lantai Ruang Kuliah
: 2,5 kN/m2
b. Balkon
: 3 kN/m2
c. Perpus
: 4 kN/m2
d. Tangga
: 3 kN/m2
e. Atap Dak
: 1,5 kN/m2
Beban-beban tersebut dan beban gempa didistribusikan dengan metode finite element dengan bantuan program ETABS v.9.6 dan SAFE 8 sehingga menghasilkan momen perlu (Mu) setiap tumpuan dan lapangan pelat, yang akan dipakai pada estimasi tebal pelat.
4.5.1.2.1 Pradesain Pelat Lantai Pelat lantai yang ditinjau adalah pelat lantai 8 m x 4,5 m.
Zona Pelat Selebar 1 m yang ditinjau
Gambar 4.11 Potongan Denah Pelat Lantai yang ditinjau
50
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
a. Balok Induk Bentang 8 m
Gambar 4.12 Ilustrasi Titik Berat Balok Induk Bentang 8 m
Lebar manfaat (be)
= ¼ x 800 cm = 200cm
Penentuan Titik Berat A1
= 200 cm x 13 cm = 2.600 cm2
A2
= 30 cm x 47 cm = 1.410 cm2
Atotal
= 4010 cm2
X1
= 100 cm
X2
= 100 cm
Y1
= 53,5 cm
Y2
= 23,5 cm
Y
=
Y
= 42,95 cm
Jadi, titik pusat berat (100 cm dan 42,95 cm) Momen Inersia terhadap sumbu I b = [1/12 x (200 x 133) + 2600 x (53,5-42,95)2] + [1/12 x (30 x 473) + 1410 x(42,95 -23,5)2] I b = 1.118.967 cm4 I s = 1/12 (800 x (13)3 )
I s = 146.466,7 cm4
51
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
b. Balok Anak Bentang 800 cm
Gambar 4.13 Ilustrasi Titik Berat Balok Anak Bentang 800 cm Lebar manfaat (be)
= ¼ x 800 cm = 200cm
Penentuan Titik Berat A1
= 200 cm x 13 cm = 2.600 cm2
A2
= 30 cm x 42 cm = 1.260 cm2
Atotal
= 3860 cm2
X1
= 100 cm
X2
= 100 cm
Y1
= 48,5 cm
Y2
= 21 cm
Y
=
Y
= 39,52 cm
Jadi, titik pusat berat (100 cm dan 39,52 cm) Momen Inersia terhadap sumbu I b = [1/12 x (200 x 133) + 2600 x (48,5-39,52)2] + [1/12 x (30 x 423) + 1260 x(39,52 -21)2] I b = 863.669,6 cm4 I s = 1/12 (800 x (13)3 )
I s = 146.466,7 cm4
52
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
c. Balok Induk Bentang 450 cm
Gambar 4.14 Ilustrasi Titik Berat Balok Induk Bentang 450 cm Lebar manfaat (be)
= ¼ x 450 cm = 112,5 cm
Penentuan Titik Berat A1
= 112,5 cm x 13 cm = 1.462,5 cm2
A2
= 30 cm x 52 cm = 1.560 cm2
Atotal
= 3022,5 cm2
X1
= 56,25 cm
X2
= 56,25 cm
Y1
= 58,5 cm
Y2
= 26 cm
Y
=
Y
= 41,73 cm
Jadi, titik pusat berat (56,25 cm dan 41,73 cm) Momen Inersia terhadap sumbu I b = [1/12 x (112,5 x 133) + 1462,5 x (58,5-41,73)2] + [1/12 x (30 x 523) + 1560 x(41,73 -26)2] I b = 1.169.415 cm4 I s = 1/12 (450 x (13)3 )
I s = 82.387,5 cm4
53
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
αm=
= 9,25
αm>2 maka tebal pelat harus ≥ 90 mm. d. Kontrol Tebal Pelat yang diambil hmin = hmin = 7,047 cm hmax= hmax = 22,8 cm Maka tebal pelat lantai 13 cm telah memenuhi syarat berdasarkan dengan cara two way slab. e. Perhitungan Tebal Pelat Berdasarkan Momen Pada perhitungan tebal pelat berdasarkan momen dilakukan dengan program bantu SAFE 12. Momen terbesar dipakai untuk perhitungan ketebalan pelat lantai sebagai berikut :
Gambar 4.15 Momen Arah Y Pelat 8m x 4,5m Momen digunakan dalam perhitungan tebal pelat sebagai berikut.
54
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Bentang pelat
Ly 8m Bentang pelat
Lx 4.5m Tebal pelat beton : tp 13cm
Pembebanan : Berat sendiri pelat
qSWP tp 24
kN m
3
LyLx 112.32 kN
Beban hidup
qLL 2.5
kN m
2
Beban mati lantai
qDL 1.21
kN m
2
Momen desain ultimate terbesar hasil analisis Safe Mu 54.3715kN m
Estimasi Tebal Pelat f'c 25MPa fy 240MPa
d' 25mm d tp d' 105 mm
0.85 if f'c 30M Pa 0.65 if f'c 55M Pa
f'c 30 M Pa if 30M Pa f'c 55M Pa 0.85 0.05 7
55
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
0.85
Rasio tulangan minimum : min
1.4
fy
max 0.0020
MPa
0.00583
Rasio tulangan kondisi balance :
b
f'c 0.85 M Pa fy MPa
600 0.05376 600 fy M Pa
Rasio maksimum tulangan tunggal : max
0.75 b 0.04032
Asumsikan Tulangan tarik leleh. Asumsi rasio tulangan perlu : as
0.5 max 0.02016
b
as
fy f'c
0.19353
Koefisien Tahanan : Rb b f'c 1 0.59 b 4.28574 MPa
t
Mu f Rb 1000mm
11.87275 cm
Maka tebal pelat lantai 13 cm telah memenuhi syarat berdasarkan dengan perhitungan dengan momen terbesar. Perhitungan tebal pelat lainnya dengan cara two way slab dapat dilihat pada Tabel 4.5, dan perhitungan tebal pelat lainnya berdasarkan momen terbesar dapat dilihat pada Tabel 4.6.
56
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tabel 4.5 Perhitungan Tebal Pelat Dengan Cara Two Way Slab Bentang Pelat (mm)
Dimensi Balok Induk (mm) h
b
Rasio Bentang Pelat
6000 4500
650
300
1,33
4500 2500
700
350
1,80
4000 2500
700
400
1,60
6000 4000
650
300
1,50
4000 4000
650
300
1,00
2500 2500
700
350
1,00
5000 4500
650
300
1,11
3000 3000
650
300
1,00
350
200
1
Ly
Lx
3000 3000
Hitungan Pelat Dua Arah (mm) h h ln h maks min real
Jenis Pelat dua arah dua arah dua arah dua arah dua arah dua arah dua arah dua arah dua arah
5700
127
169
130
4150
85
123
130
3600
76
107
130
5700
123
169
130
3700
88
110
130
2150
51
64
130
4700
109
139
130
2700
64
80
130
2800
66
83
120
Tabel 4.6 Perhitungan Tebal Pelat Berdasarkan Momen Tipe
Ly (m)
Lx (m)
tp (cm)
Mu (kNm)
d' (mm)
min
max
as
t (cm)
A B C D E F G H I J
3 4 2,5 4 5 6 6 8 3 4,5
3 2,5 2,5 4 4,5 4 4,5 4,5 3 2,5
12 13 13 13 13 13 13 13 13 13
3,6862 6,8352 2,2841 11,0586 19,0601 28,6577 29,3825 54,3715 3,6308 8,6492
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
0,00583 0,00583 0,00583 0,00583 0,00583 0,00583 0,00583 0,00583 0,00583 0,00583
0,04032 0,04032 0,04032 0,04032 0,04032 0,04032 0,04032 0,04032 0,04032 0,04032
0,02016 0,01814 0,01613 0,01613 0,01613 0,01613 0,01613 0,02016 0,01613 0,01613
3,0914 4,4089 2,6863 5,9107 7,7599 9,5151 9,6347 11,873 3,3868 5,2274
57
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
4.5.1.3 Kolom Pada pradesain kolom digunakan data-data yang dapat dilihat dibawah ini, dan pada Nilai e min pada kolom digunakan Rumus SNI Gempa 2002 Pasal 8.1.2 yaitu: 1. Tinggi Lantai
= 4 m (Lantai 1,2, dan3) = 2,5 m (Lantai 4)
2. e min
= 0,03 x Tinggi Lantai
3. e min drift
= 0,03/R x Tinggi Lantai
a. Perhitungan Beban Kolom Pada perhitungan kolom, tahap pradesain menggunakan dimensi balok dan tebal pelat lantai. Pradesain kolom tersebut diasumsikan kedalam perhitungan ditunjukkan pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.7 Perhitungan K1 dengan Dimensi 300 mm x 300 mm Dimensi
No.
Keterangan
1 2 3 4 5 6
Berat Sendiri Pelat Beban Hidup Beban Superdead Berat Dinding Berat Sendiri Balok Beban Sendiri Kolom
Luas Volume Beban BJ Beban Kombinasi P L T (m) n (m2) (m3) (kN/m2) (kN/m3) (kN) (m) (m) 3 3 0.12 1 1.08 3 3 - 1 9 3 3 - 1 9 12 - 1.075 - 12.9 3 0.2 0.35 4 0.84 0 0.3 1.25 4 0.45 Jumlah P 1 lantai
1.5 1.11 2.5 -
24 24 24
P e M M1 = e min x P 105.87 0.075 7.94 M2 = e drift x P 105.87 0.021 2.269
58
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
1 0.5 1 1 1 1
25.92 6.75 9.99 32.25 20.16 10.80 105.87
Tabel 4.8 Perhitungan K2 dengan Dimensi 650 mm x 650 mm No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan
P (m) Berat Sendiri Pelat 8 Beban Hidup 8 Beban Mati Superdead 8 Berat Dinding 34 Berat Sendiri Balok Induk 34 Berat Sendiri Balok Anak 8 Beban Sendiri Kolom 0.65 Beban Lantai 4
Dimensi L T (m) (m) 4.5 0.13 4.5 4.5 - 3.4 0.35 0.65 0.3 0.55 0.65 4
n
Luas Volume Beban BJ Beban Kombinasi (m2) (m3) (kN/m2) (kN/m3) (kN)
1 4.68 1 36 1 36 - 115.6 - 7.735 1.32 4 6.76
2.5 1.21 2.5 -
24 24 24 24
1 0.5 1 1 1 1 1
Jumlah P untuk 3 lantai
112.32 45 43.56 289 185.64 31.68 162.24 116.67 1693.31
P e M M1 = e min x P 1,693.31 0.12 203.2 M2 = e drift x P 1,693.31 0.0343 58.081
Tabel 4.9 Perhitungan K3 dengan Dimensi 800 mm x 800 mm No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan
P(m) Berat Sendiri Pelat 8 Beban Hidup 8 Beban Mati Superdead 8 Berat Dinding 34 Berat Sendiri Balok Induk 34 Berat Sendiri Balok Anak 8 Beban Sendiri Kolom 0.8 Beban Lantai 4 sampai Lantai 2
Dimensi L(m) T (m) 4.5 0.13 4.5 4.5 - 3.4 0.35 0.65 0.3 0.55 0.8 2
Luas (m2) 36 36 115.6 -
Volume Beban BJ Beban Kombinasi n (m3) (kN/m2) (kN/m3) (kN) 1 4.68 24 1 112.32 1 2.5 0.5 45 1 1.21 1 43.56 2.5 1 289 7.735 24 1 185.64 1.32 24 1 31.68 4 5.12 24 1 122.88 1855.55 Jumlah P untuk 4 Lantai 2,685.63
P e M M1 = e min x P 2,685.63 0.12 322.28 M2 = e drift x P 2,685.63 0.0343 92.117
Setelah perhitungan dilanjutkan dengan pengecekan kolom dengan bantuan Program Pca Col. Berikut adalah hasil dari pengecekan kolom yaitu pengecekan
59
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
K1 (30 x 30 cm), K2 (65 x 65 cm), dan K3 (80 x 80 cm) dapat dilihat pada Gambar 4.16 dan Gambar 4.17 dan Gambar 4.18. Dimensi kolom yang di asumsikan dapat menahan gaya – gaya yang terjadi tumpuan pada kolom
Gambar 4.16 Hasil Pengecekan K1 Dimensi kolom yang di asumsikan dapat menahan gaya – gaya yang terjadi tumpuan pada kolom
Gambar 4.17 Hasil Pengecekkan K2
60
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Dimensi kolom yang di asumsikan dapat menahan gaya – gaya yang terjadi tumpuan pada kolom
Gambar 4.18 Hasil Pengecekkan K3
4.5.1.4 Tangga Data-data tangga : a. Tebal pelat tangga
: 12 cm
b. Tebal bordes tangga
: 12 cm
c. Lebar antrede
: 30 cm
d. Jumlah antrede
: 300/30 = 10 buah
e. Jumlah optrade
: 11 buah
f. Tinggi optrade
: 200/11 = 18 cm
g. Kemiringan tangga
: α = arc.tg (18/30) = 31
Pembebanan pada elemen pelat tangga dan pelat bordes meliputi beban berat sendiri yang otomatis dihitung oleh SAP2000, beban hidup 3 kN/m2, dan beban mati selan berat sendiri berupa tegel keramik 1 cm, spesi 2 cm sejumlah 0,66 kN/m2. Pembebanan dilakukan dengan kombinasi ULS. Perhitungan analisa struktur tangga menggunakan program SAP2000 tumpuan diasumsikan sendi pada balok bordes, balok atas, dan balok bawah. Pada gambar berikut menunjukkan terjadi momen lentur 2 arah. Kemudian Dengan momen yang maksimum dilakukan desain tulangan.
61
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Gambar 4.19 Kontur Momen11 dan Momen22
4.5.2
Analisis Gempa Analisis struktur terhadap beban gempa dilakukan dengan cara statik
ekuivalen. Nilai-nilai yang dibutuhkan diambil dari SNI 03-1726-2002. wilayah gempa tergolong wilayah 3, dimana taraf kinerja struktur gedung termasuk daktail parsial. a. Penentuan Jenis Tanah Jenis tanah ditentukan dengan menghitung nilai hasil tes penetrasi standar rata-rata. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.10. b. Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen Dengan
melakukan
analisis
vibrasi
bebas
3D
dapat
dilihat
kecenderungan perilaku struktur terhadap gempa. Sebelumnya dilakukan perhitungan berat struktur untuk analisis beban gempa, dapat dilihat pada Tabel 4.11. Dalam Tabel 4.12 Modal Participating Mass Ratios hasil analisis ETABS berikut dapat dilihat gerak ragam pertama dan kedua dominan dalam translasi. Hal ini menunjukkan perilaku struktur yang baik bagi penghuni ketika terjadi gempa.
62
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tabel 4.10 Perhitungan Data SPT Data perhitungan Bore Hole 1 Lapis kedalaman Ke(m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
63
0,0-1,0 1,0-3,0 3,0-5,0 5,0-7,0 7,0-9,0 9,0-11,0 11,0-13,0 13,0-15,0 15,0-17,0 17,0-19,0 19,0-21,0 21,0-23,0 23,0-25,0 25,0-27,0 27,0-30,0 Jumlah
t (m)
Data perhitungan Bore Hole 2
N
t/N
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 30
1 7 6 7 7 11 13 8 30 43 43 50 50 50 50
1,00 0,29 0,33 0,29 0,29 0,18 0,15 0,25 0,07 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,06 3,12
=
9,6
Lapis Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
kedalaman t (m) (m) 0,0-1,0 1,0-3,0 3,0-5,0 5,0-7,0 7,0-9,0 9,0-11,0 11,0-13,0 13,0-15,0 15,0-17,0 17,0-19,0 19,0-21,0 21,0-23,0 23,0-25,0 25,0-27,0 27,0-30,0 Jumlah
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Data perhitungan Bore Hole 3
N
t/N
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 30
2 20 8 25 45 36 40 5 7 8 15 50 50 50 50
0,500 0,100 0,250 0,080 0,044 0,056 0,050 0,400 0,286 0,250 0,133 0,040 0,040 0,040 0,060 2,329
=
12,9
Lapis Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
kedalaman t (m) (m) 0,0-1,0 1,0-3,0 3,0-5,0 5,0-7,0 7,0-9,0 9,0-11,0 11,0-13,0 13,0-15,0 15,0-17,0 17,0-19,0 19,0-21,0 21,0-23,0 23,0-25,0 25,0-27,0 27,0-30,0 Jumlah
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 30
=
N
t/N
4 5 5 5 7 10 7 17 27 9 27 50 50 50 50
0,250 0,400 0,400 0,400 0,286 0,200 0,286 0,118 0,074 0,222 0,074 0,040 0,040 0,040 0,060 2,889
10,4
Data perhitungan Bore Hole 4 Lapis kedalaman t N Ke(m) (m) 1 0,0-1,0 1 5 2 1,0-3,0 2 31 3 3,0-5,0 2 5 4 5,0-7,0 2 8 5 7,0-9,0 2 17 6 9,0-11,0 2 24 7 11,0-13,0 2 29 8 13,0-15,0 2 18 9 15,0-17,0 2 39 10 17,0-19,0 2 43 11 19,0-21,0 2 46 12 21,0-23,0 2 40 13 23,0-25,0 2 50 14 25,0-27,0 2 50 15 27,0-30,0 3 50 Jumlah 30
=
+
64
+
+
t/N 0,200 0,065 0,400 0,250 0,118 0,083 0,069 0,111 0,051 0,047 0,043 0,050 0,040 0,040 0,060 1,627
18,44
Data perhitungan Bore Hole 5 Lapis kedalaman t N Ke(m) (m) 1 0,0-1,0 1 1 2 1,0-3,0 2 20 3 3,0-5,0 2 4 4 5,0-7,0 2 8 5 7,0-9,0 2 17 6 9,0-11,0 2 5 7 11,0-13,0 2 8 8 13,0-15,0 2 5 9 15,0-17,0 2 14 10 17,0-19,0 2 31 11 19,0-21,0 2 18 12 21,0-23,0 2 45 13 23,0-25,0 2 50 14 25,0-27,0 2 50 15 27,0-30,0 3 50 Jumlah 30
=
t/N 1,000 0,100 0,500 0,250 0,118 0,400 0,250 0,400 0,143 0,065 0,111 0,044 0,040 0,040 0,060 3,521
8,52
= 11,97 sehingga tanah tergolong tanah lunak, maka nilai C=0,75/T. I=1,5, R=3,5, µ=2,1,
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
=1,6.
Tabel 4.11. Perhitungan Berat Struktur Tiap Lantai Lantai 1
65
No.
Keterangan
1
Berat Pelat
2
Beban Hidup
3
Beban
Dimensi T P(m) L(m) (m) 8 4.5 0.13 5 4.5 0.13 4 4 0.13 6 4 0.13 6 4.5 0.13 2.5 4 0.13 2.5 4.5 0.13 2.5 2.5 0.13 3 3 0.13 8 4.5 5 4.5 4 4 6 4 6 4.5 2.5 4 2.5 4.5 2.5 2.5 3 3 8 4.5 -
n
Luas (m2)
12 4 8 4 16 2 8 4 2 12 4 8 4 16 2 8 4 2 12
432 90 128 96 432 20 90 25 18 432
Beban Volume Beban BJ Kombinasi (m3) (kN/m2) (kN/m) (kN/m3)
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
56.16 11.7 16.64 12.48 56.16 2.6 11.7 3.25 2.34 -
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 3 3 3 2.5 1.21
24 24 24 24 24 24 24 24 24 -
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1
Beban (kN) 1,347.84 280.80 399.36 299.52 1,347.84 62.40 280.80 78.00 56.16 540.00 112.50 160.00 120.00 540.00 30.00 135.00 37.50 22.50 522.72
Superdead
6
Berat Dinding
7
Berat Balok
8
Beban Kolom
5 4 6 6 2.5 2.5 2.5 3 44 208 170 20 20 230 254 28 10 44 5 106 0.7 0.8
4.5 4 4 4.5 4 4.5 2.5 3 0.3 0.35 0.35 0.4 0.25 0.25 0.3 0.65 0.8
4 90 8 128 4 96 16 432 2 20 8 90 4 25 2 18 1.3 - 57.2 3.4 - 707.2 3.35 - 569.5 3 60 3.3 66 0.6 0.65 0.7 0.7 0.35 0.4 0.55 2 40 2 40 -
41.4 57.785 6.7375 2.8 3.85 0.5 17.49 33.8 51.2
Jumlah P =
66
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 16,283.98
-
24 24 24 24 24 24 24 24 24
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
108.90 154.88 116.16 522.72 24.20 108.90 30.25 21.78 143.00 1,768.00 1,423.75 150.00 165.00 993.60 1,386.84 161.70 67.20 92.40 12.00 419.76 811.20 1,228.80
Lantai 2
67
No.
Keterangan
1
Berat Pelat
2
Beban Hidup
3
Beban Superdead
Dimensi T P(m) L(m) (m) 8 4.5 0.13 5 4.5 0.13 4 4 0.13 6 4 0.13 6 4.5 0.13 2.5 4 0.13 2.5 4.5 0.13 2.5 2.5 0.13 3 3 0.13 8 4.5 5 4.5 4 4 6 4 6 4.5 2.5 4 2.5 4.5 2.5 2.5 3 3 -
Beban Volume Beban BJ Kombinasi (m3) (kN/m2) (kN/m) (kN/m3)
n
Luas (m2)
Beban (kN)
12 4 8 4 16 2 8 4 2 12 4 8 4 16 2 8 4 2
432 90 128 96 432 20 90 25 18
56.16 11.7 16.64 12.48 56.16 2.6 11.7 3.25 2.34 -
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 3 3 3 2.5
24 24 24 24 24 24 24 24 24 -
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
1,347.84 280.80 399.36 299.52 1,347.84 62.40 280.80 78.00 56.16 540.00 112.50 160.00 120.00 540.00 30.00 135.00 37.50 22.50
8
4.5
-
12
432
-
1.21
-
1
522.72
5
4.5
-
4
90
-
1.21
-
1
108.90
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
6
Berat Dinding
7
Berat Balok
8
68
Beban Kolom Jumlah P =
4 6 6 2.5 2.5 2.5 3 49 208 170 20 20 230 254 28 10 44 5 106 0.7
4 4 4.5 4 4.5 2.5 3 0.3 0.35 0.35 0.4 0.25 0.25 0.3 0.65
8 128 4 96 16 432 2 20 8 90 4 25 2 18 1.3 - 63.7 3.4 - 707.2 3.35 - 569.5 3 60 3.3 66 0.6 0.65 0.7 0.7 0.35 0.4 0.55 4 40 -
41.4 57.785 6.7375 2.8 3.85 0.5 17.49 67.6
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 15,882.63
-
24 24 24 24 24 24 24 24
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
154.88 116.16 522.72 24.20 108.90 30.25 21.78 159.25 1,768.00 1,423.75 150.00 165.00 993.60 1,386.84 161.70 67.20 92.40 12.00 419.76 1,622.40
Lantai 3
69
No
Keterangan
1
Berat Pelat
2
Beban Hidup
3
Beban Superdead
Dimensi L T (m) (m) 4.5 0.13 4.5 0.13 4 0.13 4 0.13 4.5 0.13 4 0.13 4.5 0.13 2.5 0.13 3 0.13 4.5 4.5 4 4 4.5 4 4.5 2.5 3 -
n
Luas (m2)
12 4 8 4 16 2 8 4 2 12 4 8 4 16 2 8 4 2
432 90 128 96 432 20 90 25 18
56.16 11.7 16.64 12.48 56.16 2.6 11.7 3.25 2.34 -
1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
24 24 24 24 24 24 24 24 24 -
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
1,347.84 280.80 399.36 299.52 1,347.84 62.40 280.80 78.00 56.16 324.00 67.50 96.00 72.00 324.00 15.00 67.50 18.75 13.50
8
4.5
-
12
432
-
1.11
-
1
479.52
5
4.5
-
4
90
-
1.11
-
1
99.90
P (m) 8 5 4 6 6 2.5 2.5 2.5 3 8 5 4 6 6 2.5 2.5 2.5 3
Beban Volume Beban BJ Kombinasi (m3) (kN/m2) (kN/m) (kN/m3)
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Beban (kN)
6
Berat Dinding
7
Berat Balok
8
Beban Kolom
4 6 6 2.5 2.5 2.5 3 170 34 36 208 170 20 10 230 254 30 15 44 10 106 0.7 0.3
4 4 4.5 4 4.5 2.5 3 0.3 0.35 0.35 0.4 0.25 0.25 0.3 0.65 0.3
8 128 4 96 16 432 2 20 8 90 4 25 2 18 1.08 - 38.7 1.7 - 353.6 1.68 - 284.8 1 20 1.65 - 16.5 0.6 0.65 0.7 0.7 0.35 0.4 0.55 2 40 1.25 12 -
41.4 57.785 7.35 4.2 3.85 1 17.49 0.845 0.1125
Jumlah P =
70
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
1.11 1.11 1.11 1.11 1.11 1.11 1.11 0.15 0.1 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 12,478.56
24 24 24 24 24 24 24 24 24
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
142.08 106.56 479.52 22.20 99.90 27.75 19.98 25.50 3.40 96.75 884.00 711.88 50.00 41.25 993.60 1,386.84 176.40 100.80 92.40 24.00 419.76 811.20 32.40
Lantai 4 No.
Keterangan
1 2
Berat Pelat Beban Hidup Beban Superdead Berat Dinding Berat Balok Beban Kolom Jumlah P =
3 4 5 6
71
Dimensi T P(m) L(m) (m) 3 3 0.12 3 3 3
3
36 3 0.3
0.2 0.3
-
n
Luas (m2)
4 4
36
4.32 -
1.5
24 -
1 0.5
103.68 27.00
4
36
-
1.11
-
1
39.96
38.7 -
2.94 1.35
24 24
1 1 1
96.75 70.56 32.40
1.08 0.35 14 1.25 12
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Volume Beban BJ Kombinasi (m3) (kN/m2) (kN/m3)
2.5 370.35
Beban (kN)
Tabel 4.12 Modal Participating Mass Ratios Hasil Analisis ETABS Mode Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0.5559 0.5243 0.5001 0.1668 0.1602 0.1535 0.1252 0.1086 0.1081 0.0875 0.087 0.0836
UX
UY
77.446 0 0.0253 14.4 0 0.0617 0.519 0 0.0022 7.5404 0.0001 0.0049
0 78.041 0.0088 0 14.184 0.0021 0 0.3326 0 0.0001 7.4296 0.0016
UZ SumUX SumUY SumUZ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77.446 77.446 77.4712 91.8716 91.8717 91.9334 92.4524 92.4524 92.4546 99.995 99.9951 100
0 78.0411 78.0499 78.0499 92.2341 92.2362 92.2362 92.5688 92.5688 92.5689 99.9984 100
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RX
RY
RZ
0 98.985 0.0113 0 0.2453 0 0 0.0989 0 0 0.6591 0.0001
98.898 0 0.0205 0.3194 0 0.003 0.0901 0 0.0005 0.6686 0 0.0003
0.0251 0.0089 77.9758 0.0397 0.002 14.0678 0.0902 0 0.2962 0.0078 0.0016 7.4849
SumRX SumRY SumRZ 0 98.985 98.997 98.997 99.242 99.242 99.242 99.341 99.341 99.341 100 100
98.898 98.898 98.918 99.237 99.237 99.24 99.331 99.331 99.331 100 100 100
0.0251 0.034 78.01 78.05 78.052 92.119 92.21 92.21 92.506 92.514 92.515 100
Dengan didapatkan T (Periode) mode pertama dan mode kedua maka dilakukan perhitungan selanjutnya untuk memperoleh gaya gempa arah x (Fx) dan gaya gempa arah y (Fy).
0,219 0,707 Karena hasil perbandingan tinggi bangunan dan lebar bangunan arah x dan y kurang dari 3, maka rumus gempa nominal dirumuskan sebagai berikut ; Fi=
.V
Selanjutnya perhitungan Fy dan Fx ditampilkan dalam Tabel 4.13 berikut:
72
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tabel 4.13 Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen
Story LT1 LT2 LT3 LT4 Jumlah
Berat (W) kN 16,283.980 15,882.630 12,478.555 370.35 45,015.52
z W xz Fx = Fy Parameter Nilai Parameter (m) kNm (kN) 4.0 65,135.92 4,881.77 g 10.000 I 8.0 127,061.04 9,522.89 V (kN) 26,029.958 R 12.0 149,742.66 11,222.82 T (s) 0.556 µ 14.5 5,370.08 402.47 C 1.349 f1 347,309.70
Nilai 1.500 3.500 2.100 1.600
dengan dilakukan pengecekan terhadap nilai story shear dari analisis gempa dinamik pada software, maka nilai perhitungan gempa statik setiap lantai dapat dibenarkan jika nilai keduanya mendekati atau serupa.
Tabel 4.14 Perhitungan Gempa Dinamik
Story
Load
STORY4 STORY3 STORY2 STORY1
EQX EQX EQX EQX
Loc
VX
Bottom -402.47 Bottom -11625.29 Bottom -21148.18 Bottom -26029.95
VY
FX
FY
0 0 0 0
-402.47 -11222.82 -9522.89 -4881.77
0 0 0 0
Story Load STORY4 EQY
Loc Bottom
VX 0
VY -402.47
FX 0
FY -402.47
STORY3 EQY STORY2 EQY STORY1 EQY
Bottom Bottom Bottom
0 0 0
-11625.29 -21148.18 -26029.95
0 0 0
-11222.82 -9522.89 -4881.77
Maka dapat disimpulkan nilai gempa statik ekuivalen setiap lantai sudah benar. c. Pembatasan waktu getar alami fundamental Ti < ς n T = 0.18 x 3 =0.54 detik. Dari hasil analisis statik diperoleh mode 1 mempunyai nilai periode alami sebesar T =0.5559 detik. Meskipun belum memenuhi persyaratan waktu getar alami fundamental, tetapi akan dilakukan pendetailan tulangan yang sesuai.
73
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
d. Eksentrisitas Rencana Menurut ketentuan SNI 03-1726-2002 Pasal 5.4.3, eksentrisitas rencana ed dapat ditentukan sebagai berikut: a) Untuk 0 < e ≤ 0.3b ed = 1.5 ∗ e + 0.05 ∗ b d atau ed = e − 0.05 ∗ b b) Untuk e > 0.3b ed = 1.33∗ e + 0.1∗ b d atau ed = 1.17e − 0.1∗ b Dimana e adalah eksentrisitas antara pusat kekakuan dan pusat massa, b adalah ukuran horisontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu. Nilai XCM, YCM, XCR, dan YCR merupakan output analisis dari ETABS. Adapun hasil perhitungan terhadap eksentrisitas disain adalah sebagai berikut :
Tabel 4.15 Perhitungan Eksentrisitas Rencana Gempa Arah X Story Diaphragm LT1 LT2 LT3 LT4
D1 D2 D3 D4
XCM (m) 33.025 33.029 33.018 33
YCM (m) 10.962 10.961 11.102 19
XCR (m) 33 33 33 33
YCR (m) 11.047 11.08 11.098 17.609
ey (m) -0.085 -0.119 0.004 1.391
by (m) 20.500 20.500 20.500 7.000
0,3by (m) 6.150 6.150 6.150 2.100
ed1y (m) 0.897 0.847 1.031 2.437
ed2y (m) -1.110 -1.144 -1.021 1.041
eyd (m) -1.110 -1.144 1.031 2.437
X (m) 33.03 33.03 33.02 33
Y (m) 9.852 9.817 12.133 21.437
X (m) 36.363 36.373 36.345 33.150
Y (m) 10.96 10.96 11.1 19
Tabel 4.16 Perhitungan Eksentrisitas Rencana Gempa Arah Y Story Diaphragm LT1 LT2 LT3 LT4
D1 D2 D3 D4
XCM (m) 33.025 33.029 33.018 33
YCM (m) 10.962 10.961 11.102 19
XCR (m) 33 33 33 33
YCR (m) 11.047 11.08 11.098 17.609
ex (m) 0.025 0.029 0.018 0.000
bx (m) 66.000 66.000 66.000 3.000
0,3bx (m) 19.800 19.800 19.800 0.900
ed1x (m) 3.338 3.344 3.327 0.150
ed2x (m) -3.275 -3.271 -3.282 -0.150
exd (m) 3.338 3.344 3.327 0.150
Dengan didapatkan eksentrisitas rencana gempa arah x dan arah y, selanjutnya bersama dengan nilai Fx dan Fy, nilai kordinat X dan Y masing-masing gempa diinput kembali ke ETABS untuk dianalisis kembali sampai nilai yang diinput sama hasilnya dengan nilai output analisis.
74
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
e. Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimate 1. Kinerja Batas Layan
30mm
Maka diambil nilai 30mm sebagai persyaratan untuk mengevaluasi drift tabel berikut.
Tabel 4.17 Story Drifts Hasil Analisis ETABS Story
Item
Load
Point
X
Y
Z
DriftX
STORY4 STORY4 STORY4 STORY4 STORY3 STORY3 STORY3 STORY3 STORY2 STORY2 STORY2 STORY2 STORY1 STORY1 STORY1 STORY1
Max Drift X Max Drift Y Max Drift X Max Drift Y Max Drift X Max Drift Y Max Drift X Max Drift Y Max Drift X Max Drift Y Max Drift X Max Drift Y Max Drift X Max Drift Y Max Drift X Max Drift Y
EQX EQX EQY EQY EQX EQX EQY EQY EQX EQX EQY EQY EQX EQX EQY EQY
51 104 51 104 122 75 136 75 122 75 136 75 53 53 41 53
53 53 53 53 33 66 33 66 33 66 33 66 66 66 66 66
22 16 22 16 22 17.5 0 17.5 22 17.5 0 17.5 22 22 0 22
14.5 14.5 14.5 14.5 12 12 12 12 8 8 8 8 4 4 4 4
0.003189
DriftY 0.000264
0.000036 0.001951 0.00693 0.000332 0.000434 0.007158 0.00885 0.000157 0.000583 0.009575 0.00433 0.000019 0.000292 0.004798
Nilai maksimum drift yang diperoleh dari analisis ETABS adalah 0,009575 m = 9,58 mm. Maka struktur gedung telah memenuhi persyaratan kinerja batas layan. 2. Kinerja Batas Ultimate
Maka struktur gedung ruang belajar ini mempunyai batasan maksimum drift kondisi ultimate sejumlah ;
75
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Nilai drift maksimum yang terjadi sebesar
= 0,009575 m x 0,7 x
3,5 = 0,023459 = 23.459 mm. Lebih kecil dari batasan maksimum. 4.6 Desain Elemen Struktur 4.6.1 Balok a. Perhitungan Tulangan Balok 30x55 1. Tulangan Lentur Lapangan Data perencanaan :
b 300mm h 550mm Mtot 186.93kN m Ey 200000MPa 2
b h 165000 mm
fy 400MPa fc 25MPa
d' 61mm d h d' d 489mm Mn
Mtot 0.8
Mn 233.6625 kN m
0.85 if fc 30M Pa 0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
76
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
0.85
Ratio tulangan tarik dan tekan = 0 Mn
Rn
b d
2
Rn 3.25724
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan: 2
A
fy ( 1 )
2
2 0.85 fc
B fy (1 )
d
fy (d d')
C Rn B
1
1
0.00889
2
B 4 A C 2 A
B
2
2
0.09736
'
1
'
0
2
B 4 A C 2 A
Luas tulangan perlu :
As 1b d 2
As 1303.62336 mm
A's ' b d
77
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
2
A's 0 mm
Tinggi area regangan tekan :
yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 96.23056 mm Check regangan tulangan tarik : Regangan leleh baja :
fy
y
y
0.002
s
s
0.01224
Ey
d yc 0.003 y c
Keterangan1
"Tulangan tarik leleh !"if s y "Maaf Tulangan tarik tidak leleh, ulangi!"otherwise
Check regangan tulangan tekan :
yc d' 0.003 yc
' s
' s
0.0011
Keterangan2
"Tulangan tekan leleh !"if ' s y "Tulangan tekan tidak leleh !"otherwise
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tulangan tekan tidak leleh !" Rasio tulangan minimum :
78
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
fc M Pa 1.4 min max fy fy 4 M Pa MPa min
0.0035
Keterangan3
"p > p min Ok !" if 1 min "Pakai tulangan minimum !"otherwise
Keterangan3 "p > p min Ok !" Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
b
0.02709
600 600 fy M Pa
syarat rasio maksimum tulangan tunggal : max
0.75 b
max
0.02032
syarat max ratio tulangan ganda :
Syarat "Tidak ada tulangan tekan, maka abaikan rumus dalam tanda kurung"
79
fy ' M Pa if ' s y 0.75 b fy MP a Ey ' s ' M Pa otherwise 0.75 b fy MP a
maxganda
maxganda
0.02032
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Keterangan4
if 0 "Balok brittle tidak daktail, ulangi !"if 1 maxganda "Balok Daktail Ok!" otherwise "Balok brittle tidak daktail, ulangi !"if 1 max "Balok Daktail Ok!" otherwise
Asb
minb d 1 b d
if 1 min
otherwise
Keterangan4 "Balok Daktail Ok!" Luas Tulangan butuh : ( Tulangan tarik ) 2
Asb 1303.62336 mm
A'sb ' b d 2
A'sb 0 mm
( Tulangan tekan ) Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik tr
22mm
Astultr 0.25 tr
2 2
Astultr 380.13271 mm
jumlah tulangan pakai :
Asb Astultr
ntr ceil
ntr 4
batang
pakai : 4 batang D22
80
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
pakai
4 Astultr
b d
0.01036
Tulangan Tekan tk
22mm
Astultk 0.25 tk
2 2
Astultk 380.13271 mm
jumlah tulangan pakai :
A'sb Astultk
ntk ceil
ntk 0
batang
pakai : 2 batang D 22 Tumpuan
b 30 cm h 55 cm fc 250
kg / cm2
fy 4000
kg /cm2
d' 8.1 cm d h d' d 46.9 cm
0.85
Ey 2000000
kg /cm2
Mtot 2424990
81
kgcm
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Mtot
Mn
0.8
Mn 3031237.5 kg cm
0.85 fc 6000 fy 6000 fy
b
b
0.02709
max
0.75 b
max
0.02032
Ratio tulangan tarik dan tekan = 0 Disusun persamaan kuadrat : A 0.425 fc b fy fy 2
B 0.85 fc b d fy fy fy (d d') C Mn fy fy y1
B
2
B 4 A C 2 A
y1 96.74825 y2
B
2
B 4 A C 2.A
y2 13.6047 Check regangan tulangan tarik :
d y2 0.003 y 2
s
s
0.00734
Check regangan tulangan tekan :
82
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
y2 d' 0.003 y 2
' s
' s
0.00121
Regangan leleh baja :
fy
y
y
0.002
s
0.00734
s
y
Ey
Tulangan tarik leleh....... Ok! ' s
0.00121
' s
y
Tulangan tekan tak leleh
As
y20.85 fc b fy ( 1 )
As 18.43011
cm2
( Tulangan tarik )
As' As As' 0
cm2
( Tulangan tekan ) Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik :
As 18.43011 cm2 tulangan pakai :
83
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
tr
2.2 cm
Astultr 0.25 tr
2
Astultr 3.80133 cm2 jumlah tulangan pakai :
n
As Astultr
n 4.84834 batang pakai : 5 batang D 22 2
Aspakai 5 0.25 tr 19.00664 cm2
Check ratio tulangan total :
Aspakai
0.01351
b d
As'
'
'
0
min
b d
1.4 fy 10
min
0.0035
min........ .Ok
Tulangan Tekan :
As' 0
cm2
tulangan pakai : tk
84
2.2 cm
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Astultk 0.25 tk
2
Astultk 3.80133 cm2 jumlah tulangan pakai :
n
As' Astultk
n 0 batang pakai : 2 batang D22 2. Tulangan Geser Daerah I (Dekat Tumpuan-1/6 Bagian) : Diketahui :
b 300mm h 550mm Ey 200000MPa V1 157.81kN
0.7
Vn1
V1
Vn1 225442.85714 N
fc 25MPa fy 240MPa
d' 45mm
d h d' d 505mm
1 Vc fc MPab d 6
85
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Vc 126250 N Vsmax
2 3
b d fc MPa
Vsmax 505000 N V c
88375N
Vmin 0.5 Vc Vmin 44187.5N Vs1 Vn1 Vc Vs1 99192.85714 N Gunakan diameter sengkang : seng
10mm 2
Aseng 4 0.25 seng
2
Aseng 314.15927 mm Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs1 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa otherwise min 0.5 d 600 mm b fc b M Pa
Spmax 252.5 mm Jarak sengkang butuh : Spasi Pakai :
Spa1
Aseng fy d Vs1
Spa1 383.85932 mm
86
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Suse
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 252.5 mm Pakai sengkang : 4 10- 250 mm Daerah II (2/6 Bagian) :
b 300mm
h 550mm Ey 200000MPa V2 93.58kN
0.7
Vn2
V2
Vn2 133685.71429 N fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d' d 505mm
1 Vc fc MPab d 6 Vc 126250 N Vsmax
2 3
b d fc MPa
Vsmax 505000 N V c
87
Vc
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
V c
88375 N
Vmin 0.5 Vc Vmin 44187.5N Vs2 Vn2 Vc Vs2 7435.71429 N Gunakan diameter sengkang : seng
10mm 2
Aseng 4 0.25 seng
2
Aseng 314.15927 mm Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs2 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa otherwise min 0.5 d 600 mm b fc b M Pa
Spmax 252.5 mm Jarak sengkang butuh : Spasi Pakai :
Spa2
Aseng fy d Vs2
Spa2 5120.70549 mm Suse
Spmax if Spa2 0 mm min SpmaxSpa2 otherwise
Suse 252.5 mm
Pakai sengkang : 4 10- 250 mm
88
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
b. Perhitungan Tulangan Balok 40x70 1. Tulangan Lentur Lapangan Data perencanaan :
b 400mm h 700mm Mtot 549kN m Ey 200000MPa 2
b h 280000 mm
fy 400MPa fc 25MPa
d' 81mm d h d'
d 619mm Mn
Mtot 0.8
Mn 686.25 kN m
0.85 if fc 30M Pa 0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
0.85
Ratio tulangan tarik dan tekan 0.4
89
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Rn
Mn b d
2
N
Rn 4.47756
2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan 2
A
fy ( 1 )
2
2 0.85 fc
B fy (1 )
d
fy (d d')
C Rn B
1
1
0.01236
2
B 4 A C 2 A
B
2
2
0.26733
'
1
'
0.00494
2
B 4 A C 2 A
Luas tulangan perlu :
As 1b d 2
As 3059.89565 mm
A's ' b d 2
A's 1223.95826 mm
Tinggi area regangan tekan :
90
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 101.64359 mm Check regangan tulangan tarik : Regangan leleh baja :
fy
y
y
0.002
s
s
0.01527
Ey
d yc 0.003 yc
Keterangan1
"Tulangan tarik leleh !"if s y "Maaf Tulangan tarik tidak leleh, ulangi!" otherwise
Check regangan tulangan tekan :
yc d' 0.003 y c
' s
' s
0.00061
Keterangan2
"Tulangan tekan leleh !"if ' s y "Tulangan tekan tidak leleh !"otherwise
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tulangan tekan tidak leleh !" Rasio tulangan minimum :
fc M Pa 1.4 min max fy fy 4 M Pa MPa
91
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
min
0.0035
Keterangan3
"p.1 > p min Ok !" if 1 min "Pakai tulangan minimum !"otherwise
Keterangan3 "p.1 > p min Ok !" Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
b
0.02709
600 600 fy M Pa
syarat rasio maksimum tulangan tunggal : max
0.75 b
max
0.02032
syarat max ratio tulangan ganda : Syarat
"Karena tulangan tekan leleh maka tegangan fs' = fy"if
' s
y
"Tidak ada tulangan tekan, maka abaikan rumus dalam tanda kurung" if "Karena tulangan tekan tak leleh maka tegangan fs' "otherwise
Syarat "Karena tulangan tekan tak leleh maka tegangan fs' "
92
fy ' M Pa if ' s y 0.75 b fy MP a Ey ' s ' M Pa otherwise 0.75 b fy MP a
maxganda
maxganda
0.02145
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
0
Keterangan4
if 0 "Balok brittle bos tidak daktail, ulangi !"if 1 maxganda "Balok Daktail bos Ok!" otherwise "Balok brittle bos tidak daktail, ulangi !"if 1 max "Balok Daktail bos Ok!" otherwise
Keterangan4 "Balok Daktail bos Ok!" Asb
minb d 1 b d
if 1 min
otherwise
Keterangan4 "Balok Daktail Ok!" Luas Tulangan butuh : ( Tulangan tarik ) 2
Asb 3059.89565 mm
A'sb ' b d 2
A'sb 1223.95826 mm
( Tulangan tekan ) Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik Tulangan pakai : tr
22mm
Astultr 0.25 tr
2 2
Astultr 380.13271 mm
jumlah tulangan pakai :
Asb Astultr
ntr ceil
ntr 9
93
batang
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
pakai : 9 batang D22 Tulangan Tekan Tulangan pakai : tk
22mm
Astultk 0.25 tk
2 2
Astultk 380.13271 mm
jumlah tulangan pakai :
A'sb Astultk
ntk ceil
ntk 4
batang
pakai : 4 batang D 22 Tumpuan
b 40 cm
h 70 cm fc 250
kg / cm2
fy 4000
kg /cm2
d' 8.1 cm d h d' d 61.9 cm
0.85
Ey 2000000
kg /cm2
Mtot 6690220
94
kgcm
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Mtot
Mn
0.8
Mn 8362775 kg cm
0.85 fc 6000 fy 6000 fy
b
b
0.02709
max max
0.75 b 0.02032
Ratio tulangan tarik dan tekan 0.35 Disusun persamaan kuadrat : A 0.425 fc b fy fy 2
B 0.85 fc b d fy fy fy (d d') C Mn fy fy y1
B
2
B 4 A C 2 A
y1 200.20663 y2
B
2
B 4 A C 2.A
y2 13.60333 Check regangan tulangan tarik :
d y2 0.003 y 2
s
s
0.01065
Check regangan tulangan tekan :
95
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
y2 d' 0.003 y 2
' s
' s
0.00121
Regangan leleh baja :
fy
y
y
0.002
Ey
karena s
0.01065
s
y
Tulangan tarik leleh ....... Ok!
karena ' s 0.00121 ' s
y
Tulangan tekan tak leleh
As
y20.85 fc b fy ( 1 )
As 37.80156
cm2
( Tulangan tarik )
As' As As' 13.23054
cm2
( Tulangan tekan ) Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik :
As 37.80156
96
cm2
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
tulangan pakai : tr
2.2 cm
Astultr 0.25 tr
2
Astultr 3.80133 cm2 jumlah tulangan pakai :
n
As Astultr
n 9.94431 batang pakai : 10 batang D 22
Astrpakai 10 Astultr 38.01327 cm2 Tulangan Tekan :
As' 13.23054
cm2
tulangan pakai : tk
2.2 cm
Astultk 0.25 tk
Astultk 3.80133
2
cm2
jumlah tulangan pakai :
n
As' Astultk
n 3.48051 batang pakai : 4 batang D22 2
Astkpakai 4 0.25 tr 15.20531 cm2
Check ratio tulangan total :
97
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Astrpakai Astkpakai
0.00921
b d
2. Tulangan Geser Daerah I (Dekat Tumpuan-1/6 Bagian) : Diketahui :
b 400mm h 700mm Ey 200000MPa V1 325kN
0.7
Vn1
V1
Vn1 464.28571 kN
fc 25MPa fy 240MPa
d' 45mm d h d'
d 655mm
1 Vc fc MPab d 6 Vc 218333.33333 N Vsmax
2 3
b d fc MPa
Vsmax 873333.33333N
98
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
V c
Vc
V c
152833.33333N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 76416.66667 N Vs1 Vn1 Vc
Vs1 245952.38095 N Gunakan diameter sengkang : seng
10mm 2
Aseng 4 0.25 seng
2
Aseng 314.15927 mm Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs1 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa otherwise min 0.5 d 600 mm b fc b M Pa
Spmax 327.5 mm Jarak sengkang butuh : Spasi Pakai :
Spa1
Aseng fy d Vs1
Spa1 200.7943 mm Suse
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 200.7943 mm
99
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Pakai sengkang : 4 10- 200 mm Daerah III (3/6 Bagian) :
b 400mm h 700mm Ey 200000MPa V2 270.9kN
0.7
Vn2
V2
Vn2 387000N
fc 25MPa fy 240MPa
d' 45mm d h d' d 655mm
1 Vc fc MPab d 6 Vc 218333.33333 N Vsmax
2 3
b d fc MPa
Vsmax 873333.33333N V c
Vc
V c
152833.33333N
Vmin 0.5 Vc
100
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Vmin 76416.66667 N Vs2 Vn2 Vc
Vs2 168666.66667 N Gunakan diameter sengkang : seng
10mm 2
Aseng 4 0.25 seng
2
Aseng 314.15927 mm Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs2 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa otherwise min 0.5 d 600 mm b fc b M Pa
Spmax 327.5 mm Jarak sengkang butuh : Spasi Pakai :
Spa2
Aseng fy d Vs2
Spa2 292.8014 mm Suse
Spmax if Spa2 0 mm min SpmaxSpa2 otherwise
Suse 292.8014 mm
Pakai sengkang : 4 10- 250 mm Hasil perhitungan tulangan lentur dan tulangan geser pada penampang balok yang lain dapat dilihat pada Tabel 4.18, detail perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5, dan gambar struktur balok dapat dilihat pada Lampiran 3.
101
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tabel 4.18 Perhitungan Tulangan Pokok (Lentur) dan Tulangan Sengkang (Geser) Lentur
b h (mm) (mm) 200
350
250
400
300
600
300
650
250
350
350
700
102
Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan
Mtot d` d Tulangan Tulangan V1 min maks (kNm) (mm) (mm) tarik tekan (kN) 2D22 35.180 43.055 61 289 0.01315 0.0035 0.02032 2D22 2D22 55.460 59.680 61 289 0.01315 0.0035 0.02032 2D22 2D22 22.540 54.730 61 339 0.00897 0.0035 0.02032 2D22 2D22 37.480 23.010 61 339 0.00897 0.0035 0.02032 2D22 4D22 289.000 352.000 81 519 0.00732 0.0035 0.02032 7D22 4D22 362.000 410.310 81 519 0.00977 0.0035 0.02032 8D22 4D22 327.960 525.000 81 569 0.00573 0.0035 0.02032 8D22 558.310 81 569 0.00954 0.0035 0.02032 10D22 5D22 410.720 2D22 42.090 67.800 61 289 0.00526 0.0035 0.02032 3D22 2D22 62.010 80.900 61 289 0.00526 0.0035 0.02032 3D22 2D22 63.600 192.000 61 639 0.0051 0.0035 0.02032 3D22 2D22 114.930 227.793 61 639 0.0068 0.0035 0.02032 4D22
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Geser Diameter d` (mm) (mm) 10 45 10 45 10 45 10 45 10 45 10 45 10 45 10 45 10 45 10 45 10 45 10 45
d Sengkang (mm) 305 10-150 305 10-150 355 10-175 355 10-175 555 10-150 555 10-100 605 10-150 605 10-100 305 10-150 305 10-150 655 10-250 655 10-250
4.6.2 Pelat a. Pelat 6 m x 4,5 m Tumpuan/Lapangan Strip Melintang (Myy) : Diketahui :
b 2250mm h 130mm Ey 200000MPa Mtot 27.12kN m
Mn
Mtot 0.9
Mn 30.13333 kN m fc 25MPa fy 240MPa
d' 25mm
d h d' d 105mm
0.85 if fc 30M Pa 0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
0.85
Ratio tulangan tarik dan tekan 0 Rn
Mn b d
2
Rn 1.21475
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan :
103
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
2
A
fy ( 1 )
2
2 0.85 fc
B fy (1 )
d
fy (d d')
C Rn 2
B
B 4 A C
1
1
0.00522
2 A
2
B
B 4 A C
2
2
0.17187
'
1
'
0
2 A
Luas tulangan perlu : As 1b d 2
As 1232.05056 mm
A's ' b d 2
A's 0 mm
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 7.27578 mm
Check regangan tulangan tarik : Regangan leleh baja : fy
y
y
0.0012
104
Ey
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
d yc 0.003 y c
s
s
0.04029
Keterangan1
"Tulangan tarik leleh !"if s y "Maaf Tulangan tarik tidak leleh, ulangi !"otherwise
Check regangan tulangan tekan :
yc d' 0.003 yc
' s
' s
0.00731
Keterangan2
"Tulangan tekan leleh !"if ' s y "Tidak ada tulangan tekan" if
0
"Tulangan tekan tidak leleh"otherwise Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan"
Rasio tulangan minimum : min
1.4 fy
0.00583
MPa
Keterangan3
"p > p min Ok !" if 1 min "Pakai tulangan minimum !"otherwise
Keterangan3 "Pakai tulangan minimum !"
Rasio tulangan kondisi balance : syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
b
0.05376
max
105
600 600 fy M Pa
0.75 b PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
max
0.04032
Keterangan4
"Pelat brittle tidak daktail, ulangi dan tebalkan p elat !" if 1 max "Pelat Daktail Ok!" otherwise
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh : Asp
minb d 1 b d
if 1 min
2
1378.125 mm
otherwise
( Tulangan pokok ) Tulangan yang digunakan : Tulangan Pokok : Tulangan pakai : tr
10mm
Astultr 0.25 tr
2 2
Astultr 78.53982 mm
jumlah tulangan pakai : Asp
ntr
Astultr
ntr 17.55
batang
dipakai 18 batang ntr 18
Spasi :
Sp
b ntr 1
Sp 132.35294 mm
pakai : 10 - 125 Tulangan Bagi 2
Asb 0.002 b h 585 mm
106
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tulangan pakai : b
10mm
Astulb 0.25 b
2 2
Astulb 78.53982 mm
jumlah tulangan pakai : Asb
nb
Astulb
nb 7.45
dipakai 8 batang Spasi :
b
Spb
nb 1
Spb 321.42857 mm
pakai : pakai : 10 - 200
Asss l
b Astulb 200mm
Asss
b d
2
883.57293 mm
0.00374
Tumpuan/Lapangan Strip Memanjang (Mxx) : Diketahui :
b 3000mm
h 130mm Ey 200000MPa Mtot 17kN m
Mn
Mtot 0.9
Mn 18.88889 kN m fc 25MPa
107
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
fy 240MPa
d' 25mm
d h d' d 105mm
0.85 if fc 30M Pa 0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
0.85
Ratio tulangan tarik dan tekan 0 Rn
Mn b d
2
Rn 0.57109
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
fy ( 1 )
2
2 0.85 fc
B fy (1 )
d
fy (d d')
C Rn B
1
1
0.00241
2 A
B
2
2
0.17467
108
2
B 4 A C
2
B 4 A C 2 A
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
'
1
'
0
Luas tulangan perlu : As 1b d 2
As 759.9114 mm
A's ' b d 2
A's 0 mm
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 3.3657 mm
Check regangan tulangan tarik : Regangan leleh baja : fy
y
y
0.0012
s
s
0.09059
Ey
d yc 0.003 yc
Keterangan1
"Tulangan tarik leleh !"if s y "Maaf Tulangan tarik tidak leleh, ulangi !"otherwise
Check regangan tulangan tekan :
yc d' 0.003 yc
' s
' s
0.01928
109
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Keterangan2
"Tulangan tekan leleh !"if ' s y "Tidak ada tulangan tekan" if
0
"Tulangan tekan tidak leleh"otherwise Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan"
Rasio tulangan minimum : min
1.4 fy
0.00583
MPa
Keterangan3
"p > p min Ok !" if 1 min "Pakai tulangan minimum !"otherwise
Keterangan3 "Pakai tulangan minimum !"
Rasio tulangan kondisi balance : syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
b
0.05376
max
0.75 b
max
0.04032
Keterangan4
600 600 fy M Pa
"Pelat brittle tidak daktail, ulangi dan tebalkan p elat !" if 1 max "Pelat Daktail Ok!" otherwise
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh : Asb
minb d 1 b d
110
if 1 min
2
1837.5 mm
otherwise
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
( Tulangan pokok ) Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik : Tulangan pakai : 10mm
tr
Astultr 0.25 tr
2 2
Astultr 78.53982 mm
jumlah tulangan pakai : Asb
ntr
Astultr
ntr 23.4
dipakai 24 batang ntr 24
Spasi :
b
Sp
ntr 1
Sp 130.43478 mm
Pakai : 10 - 125
Ass
b Astultr 100mm
2
2356.19449 mm
ntr 10
Ass l
111
b Astultr 100mm
Ass b d
2
2356.19449 mm
0.00748
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tulangan Bagi 2
Asb. 0.002 b h 780 mm
Tulangan pakai : b
10mm
Astulb 0.25 b
2 2
Astulb 78.53982 mm
jumlah tulangan pakai : Asb.
nb
Astulb
nb 9.93
dipakai 10 batang Spasi :
b
Spb
nb 1
Spb 333.33333 mm
pakai : 10 - 200
Asss
b Astulb 200mm
2
1178.09725 mm
nb 10 l
Asss b d
0.00374
Hasil perhitungan tulangan pokok dan tulangan bagi pada pelat yang lain dapat dilihat pada Tabel 4.19, detail perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6, dan gambar struktur pelat potongan arah Ly dapat dilihat pada Lampiran 3.
112
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tabel 4.19 Perhitungan Tulangan Pokok dan Tulangan Bagi Pelat Tipe Pelat
h (mm)
A 3000 mm x 3000 mm
120
B 3000 mm x 3000 mm
130
C 4000 mm x 4000 mm
130
D 5000 mm x 4500 mm
130
E 6000 mm x 4000 mm
130
F 6000 mm x 4500 mm
130
G 8000 mm x 4500 mm
130
H 2500 mm x 4000 mm
130
I
2500 mm x 2500 mm
130
J
2500 mm x 4500 mm
130
Arah Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x
Tulangan Tulangan pokok Bagi 10-150 10-150 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-80 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125
10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200
4.6.3 Kolom Pembebanan kolom meliputi seluruh kombinasi pembebanan ULS. Melalui hasil analisis ETABS diambil gaya aksial maksimum dan momen maksimum antara bagian pembebanan gravitasi (kombinasi pembebanan a dan b), bagian pembebanan gempa x (kombinasi pembebanan c sampai k), dan bagian pembebanan gempa y (kombinasi pembebanan l sampai r). Momen dan gaya aksial tersebut diinput ke dalam Pca col untuk mendapatkan diagram interaksi kolom dan desain tulangan kolom. Berikut adalah dimensi masing-masing kolom beserta beban aksial dan momen maksimumnya :
113
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tabel 4.20 Beban Maksimum Kolom Jenis Kolom
Dimensi (cm)
K30x30
b=30 h=30
K65x65
b=65 h=65
K80x80
b=80 h=80
Pmax (kN) Gravitasi Gempa X Gempa Y Gravitasi Gempa X Gempa Y Gravitasi Gempa X Gempa Y
59 93 86 1022 1081 948 1638 1759 1544
Mmax (kNm) Gravitasi Gempa X Gempa Y Gravitasi Gempa X Gempa Y Gravitasi Gempa X Gempa Y
42 81 77 318 984 978 245 2455 2444
a. Penulangan Lentur Berikut adalah gambar diagram interaksi kolom dengan letak masing-masing beban dan tulangannya hasil analisis dari Pca col dimana beban berada dalam daerah kapasitas kolom, berarti kolom dapat memikul beban tersebut dengan dimensi dan tulangan yang tersedia.
a)
114
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
b)
c) Gambar 4.20. Diagram Interaksi Kolom Pca col a) Kolom 30x30 b) Kolom 65x65 c) Kolom 80x80 Masing-masing tulangan pada ketiga jenis kolom dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut.
115
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Tabel 4.21 Hasil Analisis Tulangan Kolom Jenis No Kolom 1 2 3
K1 K2 K3
Dimensi (mm) b h 300 300 650 650 800 800
Rasio Tulangan Tulangan Pokok % 6D22 2,53 32D22 2,88 50D22 2,97
b. Penulangan Geser Kolom Kolom 650 x 650
b 650mm
h 650mm Ey 200000MPa Vx 343kN
0.7
Vy 84kN Vgab Vx Vy 427 kN
Vn
Vgab
Vn 610 kN fc 25MPa fy 240MPa
d' 45mm d h d'
d 605mm Gaya Aksial (P) Ptot 1081kN
Sumbangan kuat geser beton
Vc 1
116
1 1 fc MPab d 14 b h MPa 6 Ptot
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Vc 387.5989 kN Vcmax 0.3 fc MPab d 1
0.3 Ptot b h
1 MPa
Vcmax 784.23964 kN Vcdis
Vc if Vc Vcmax Vcmax otherwise
Vcdis 387.5989 kN Vsmax 0.67 b d fc MPa 1317.3875 kN
Vcdis 271.31923 kN
Vmin 0.5 Vcdis 135.65962 kN Vs Vn Vcdis 222.4011 kN Catatan1 "Penamp ang cukup untuk menahan gaya geser"
Gunakan diameter sengkang : seng
10mm
Aseng 2 0.25 seng
2 2
Aseng 157.07963 mm
Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs fc M Pab d 3 fy 3 Aseng M Pa min 0.5 d 600 mm otherwise b
Spmax 173.9959 mm
Jarak sengkang butuh : Spasi Pakai : Spa1
Aseng fy d Vs
Spa1 102.55328 mm
117
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Suse
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 102.55328 mm
Pakai sengkang :
2 - 100 mm
Perhitungan sengkang kolom yang lainnya dapat dilihat pada Lampiran 7 sedangkan gambar struktur kolom dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.6.4 Tangga Tumpuan/Lapangan Strip Melintang (Myy) : Diketahui :
b 1000mm
h 120mm Ey 200000MPa Mtot 15.846kN m
Mn
Mtot 0.9
Mn 17.60667 kN m fc 25MPa fy 240MPa
d' 25mm d h d' d 95mm
0.85 if fc 30M Pa 0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
118
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
0.85
Ratio tulangan tarik dan tekan : 0 Mn
Rn
b d
2
Rn 1.95088
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan: 2
A
fy ( 1 )
2
2 0.85 fc
B fy (1 )
d
fy (d d')
C Rn B
1
1
0.00854
2
B 4 A C 2 A
B
2
2
0.16854
'
1
'
0
2
B 4 A C 2 A
Luas tulangan perlu :
As 1b d 2
As 811.35299 mm
119
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
A's ' b d 2
A's 0 mm
Tinggi area regangan tekan :
yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 10.78061 mm Check regangan tulangan tarik : Regangan leleh baja :
fy
y
y
0.0012
s
s
0.02344
Ey
d yc 0.003 yc
Keterangan1
"Tulangan tarik leleh !"if s y "Maaf Tulangan tarik tidak leleh, ulangi !"otherwise
Check regangan tulangan tekan :
yc d' 0.003 yc
' s
' s
0.00396
Keterangan2
"Tulangan tekan leleh !"if ' s y "Tidak ada tulangan tekan" if
0
"Tulangan tekan tidak leleh"otherwise
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !"
120
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan"
min
1.4 fy
0.00583
MPa
Keterangan3
"p > p min Ok !" if 1 min "Pakai tulangan minimum !"otherwise
Keterangan3 "p > p min Ok !" Rasio tulangan kondisi balance : syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
b
0.05376
max
0.75 b
max
0.04032
Keterangan4
600 600 fy M Pa
"Pelat brittle tidak daktail, ulangi dan tebalkan p elat !" if 1 max "Pelat Daktail Ok!" otherwise
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!" Luas Tulangan butuh : Asp
minb d 1 b d
if 1 min
2
811.35299 mm
otherwise
Tulangan Pokok : tr
121
10mm
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Astultr 0.25 tr
2 2
Astultr 78.53982 mm
jumlah tulangan pakai :
Asp
ntr
Astultr
ntr 10.33
batang
dipakai 11 batang
ntr 11 Spasi :
Sp
b ntr 1
Sp 100 mm pakai : 10 - 100 Tulangan Bagi 2
Asb 0.002 b h 240 mm
Tulangan pakai : b
10mm
Astulb 0.25 b
2 2
Astulb 78.53982 mm
jumlah tulangan pakai :
nb
122
Asb Astulb PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
nb 3.06 batang dipakai 4 batang
nb 4 Spasi :
b
Spb
nb 1
Spb 333.33333 mm pakai : 10 - 200
Asss
b Astulb 200mm
2
392.69908 mm
Tumpuan/Lapangan Strip Memanjang (Mxx) : l
Asss
b d
0.00413
Diketahui :
b 1000mm h 120mm Ey 200000MPa Mtot 4.484kN m Mn
Mtot 0.9
Mn 4.98222 kN m
fc 25MPa fy 240MPa
123
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
d' 25mm d h d'
d 95mm
0.85 if fc 30M Pa 0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
0.85
Ratio tulangan tarik dan tekan : 0 Rn
Mn b d
2
Rn 0.55205
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
fy ( 1 )
2
2 0.85 fc
B fy (1 )
d
fy (d d')
C Rn B
1
1
0.00233
124
2
B 4 A C 2 A
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
2
B
B 4 A C
2
2
0.17475
'
1
'
0
2 A
Luas tulangan perlu :
As 1b d 2
As 221.43315 mm
A's ' b d 2
A's 0 mm
Tinggi area regangan tekan :
yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 2.94223 mm Check regangan tulangan tarik : Regangan leleh baja :
fy
y
y
0.0012
s
s
0.09387
Ey
d yc 0.003 y c
125
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
Keterangan1
"Tulangan tarik leleh !"if s y "Maaf Tulangan tarik tidak leleh, ulangi !"otherwise
Check regangan tulangan tekan :
yc d' 0.003 yc
' s
' s
0.02249
Keterangan2
"Tulangan tekan leleh !"if ' s y "Tidak ada tulangan tekan" if
0
"Tulangan tekan tidak leleh"otherwise
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !"
Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan" min
1.4 fy
0.00583
MPa
Keterangan3
"p > p min Ok !" if 1 min "Pakai tulangan minimum !"otherwise
Keterangan3 "Pakai tulangan minimum !" Rasio tulangan kondisi balance : syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
b
0.05376
max
126
600 f 600 y M Pa
0.75 b PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
0.04032
max
Keterangan4
"Pelat brittle tidak daktail, ulangi dan tebalkan p elat !" if 1 max "Pelat Daktail Ok!" otherwise
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!" Luas Tulangan butuh : Asb
minb d 1 b d
if 1 min
2
554.16667 mm
otherwise
( Tulangan pokok ) tr
10mm
Astultr 0.25 tr
2 2
Astultr 78.53982 mm
jumlah tulangan pakai :
Asb
ntr
Astultr
ntr 7.06
batang
dipakai 10 batang
ntr 10 Spasi :
Sp
b ntr 1
Sp 111.11111 mm pakai : 10 - 100
127
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
b Astultr
Ass
90mm
2
872.66463 mm
Tulangan Bagi 2
Asb. 0.002 b h 240 mm
Tulangan pakai : b
10mm
Astulb 0.25 b
2 2
Astulb 78.53982 mm
jumlah tulangan pakai :
Asb.
nb
Astulb
nb 3.06 batang dipakai 4 batang
nb 4 Spasi :
Spb
b nb 1
Spb 333.33333 mm pakai : 10 - 200
Asss
b Astulb 200mm
2
392.69908 mm
Gambar struktur tangga dapat dilihat pada Lampiran 3.
128
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan Perencanaan Struktur Gedung Ruang Belajar Sekolah Menengah Atas 3 Lantai di Provinsi Riau, penulis menyampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Proses perencanaan struktur beton bertulang meliputi tahap pradesain, pemodelan, pembebanan, analisis dan desain elemen struktur sesuai dengan SNI 03-1726-2002, SNI 03-2847-2002, dan SNI 1727-1989. Mutu beton yang digunakan adalah 25 MPa sedangkan mutu baja 400 MPa dan 240 MPa. Hasil desain masing-masing elemen struktur dapat dilihat pada Tabel 5.1, Tabel 5.2, dan Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.1 Hasil Desain Tulangan Balok Tipe
b (mm)
h (mm)
A
200
350
B
250
400
C
300
550
D
300
600
E
300
650
F
250
350
G
350
700
H
400
700
129
Daerah Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan
Tulangan Tulangan Sengkang tarik tekan 2D22 2D22 2D22 2D22 4D22 5D22 7D22 8D22 8D22 10D22 3D22 3D22 3D22 4D22 9D22 10D22
2D22 2D22 2D22 2D22 2D22 2D22 4D22 4D22 4D22 5D22 2D22 2D22 2D22 2D22 4D22 4D22
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
10-150 10-150 10-175 10-175 10-250 10-250 10-250 10-100 10-150 10-100 10-150 10-150 10-250 10-250 10-250 10-200
Tabel 5.2 Hasil Desain Tulangan Pelat Tipe Pelat
Tebal (mm)
A
3000 mm x 3000 mm
120
B
3000 mm x 3000 mm
130
C
4000 mm x 4000 mm
130
D
5000 mm x 4500 mm
130
E
6000 mm x 4000 mm
130
F
6000 mm x 4500 mm
130
G
8000 mm x 4500 mm
130
H
2500 mm x 4000 mm
130
I
2500 mm x 2500 mm
130
J
2500 mm x 4500 mm
130
Arah Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x
Tulangan Tulangan pokok Bagi 10-150 10-150 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-80 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125 10-125
10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200
Tabel 5.3 Hasil Desain Tulangan Kolom
No
Jenis Kolom
1 2 3
K1 K2 K3
Dimensi (mm) B H 300 300 650 650 800 800
Rasio Tulangan Tulangan Sengkang Pokok % 10-125 6D22 2,53 10-100 32D22 2,88 10-100 50D22 2,97
Tulangan tangga pada daerah tumpuan dan daerah lapangan arah x dan arah y yaitu tulangan pokok 10-100 dan tulangan bagi yaitu 10-200.
130
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
5.2 Saran a. Proses
perencanaan
dengan
memakai
bantuan
sofware
memang
mempercepat proses perencanaan struktur. Maka diperlukan penguasaan terhadap penggunaan software dengan fasih agar tidak merepotkan bila sudah memulai perencanaan. b. Untuk perencanaan lebih lanjut sebaiknya direncanakan bangunanbangunan lainnya yang termasuk ke dalam SMA yaitu bangunan kantor, bangunan laboratorium, dan lain sebagainya.
131
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A., 2010a. Balok Dan Pelat Beton Bertulang. Graha Ilmu. Yogyakarta. Asroni, A., 2010b. Kolom, Fondasi dan Balok T Beton Bertulang. Graha Ilmu. Yogyakarta. Iswandi & Fajar., 2010. Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa. Penerbit ITB. Bandung. Novan, Andre. 2008. Struktur Beton Bertulang. Diktat. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. 2007. Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/ Madrasah Pendidikan Umum. Pedoman Standarisasi Bangunan Dan Perabot Sekolah Menengah Atas. 2011. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Struktur Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. SNI 03-1726-2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. SNI 03-1727-1989. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
132
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUANG BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS 3 LANTAI DI PROVINSI RIAU OLEH RANI YOULANDA SIHOMBING
4500
II-1
TEKNIK SIPIL DIII
4500
UNIVERSITAS RIAU
4000
NAMA GAMBAR
9000
DENAH LANTAI 1
1075
DIGAMBAR
8000
2500
2500
3000
6000
6000
10000
6000
6000
3000
2500
2500
8000
1075
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA
N
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:250
II-2
4500 4500 4000
UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
DENAH LANTAI 2
DIGAMBAR
2500
9000
2500
TEKNIK SIPIL DIII
RANI YOULANDA S 1307035771 8000
2500
2500
3000
6000
6000
2500
5000
2500
6000
6000
3000
2500
2500
8000
DIPERIKSA
N
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:250
4500
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
4500
2500
II-3
4000
NAMA GAMBAR
9000
DENAH LANTAI 3
2500
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771 8000
2500
2500
3000
6000
6000
2500
5000
2500
6000
6000
3000
2500
2500
8000
DIPERIKSA
N
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:250
II-4
TEKNIK SIPIL DIII
6000
UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
17000
DENAH LANTAI 4
2050
DIGAMBAR
1300
11775
3000
14500
5000
14500
3000
11775
RANI YOULANDA S 1307035771
1300
DIPERIKSA
N
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:250
II-5
6150
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
16000
NAMA GAMBAR
DENAH LANTAI 5
DIGAMBAR
13000
3150
33850
3150
13000
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA
N
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:250
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
TAMPAK DEPAN TUT WURI HANDAYANI
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:250
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
TAMPAK BELAKANG
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:250
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
TAMPAK SAMPING KANAN
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:250
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
TAMPAK SAMPING KIRI
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:250
III-1
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
DETAIL BALOK
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:10
III-2
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
DETAIL BALOK
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:10
300
300
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
K1
Skala: 1:10
NAMA GAMBAR
DETAIL KOLOM
800
650
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA
650 800 K2
Skala: 1:10 K3
Skala: 1:10
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:10
III-4
TEKNIK SIPIL DIII PELAT A
UNIVERSITAS RIAU
Skala: 1:25
NAMA GAMBAR
DETAIL PELAT
DIGAMBAR
PELAT B
RANI YOULANDA S 1307035771
Skala: 1:25
DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
PELAT C Skala: 1:25
SKALA Pada Gambar
III-5
PELAT D Skala: 1:25
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
DETAIL PELAT
PELAT E Skala: 1:25
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA PELAT F Skala: 1:25
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA PELAT G Skala: 1:25
Pada Gambar
III-6
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU PELAT H Skala: 1:25
NAMA GAMBAR
DETAIL PELAT
DIGAMBAR
PELAT I Skala: 1:25
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
PELAT J Skala: 1:25
SKALA Pada Gambar
III-7
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
DENAH TANGGA
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:25
III-8
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
DENAH TANGGA
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:25
III-9
TEKNIK SIPIL DIII UNIVERSITAS RIAU
NAMA GAMBAR
DENAH TANGGA
DIGAMBAR
RANI YOULANDA S 1307035771
DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING 1 JOLEHA, ST., MM DOSEN PEMBIMBING 2 ANDRE NOVAN , ST., MT
SKALA 1:25
V-1 a. Perhitungan Tulangan Balok 20x35 1. Tulangan Lentur Lapangan Data perencanaan :
b 200mm
h 350mm
Mtot 43.0549kN m
Ey 200000MPa
2
b h 70000 mm
fy 400MPa
fc 25MPa
d' 61mm
d h d'
d 289mm
Mtot
Mn
Mn 53.81862 kN m
0.8
0.85 if fc 30M Pa
0.85
0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7 Ratio tulangan tarik dan tekan Rn
Mn b d
2
Rn 3.22186
:
0
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
fy ( 1 ) 2 0.85 fc
B
2
B fy (1 )
2
B 4 A C 2 A
1
0.00878
d
fy (d d')
C Rn
V-2 B
2
'
1
2
B 4 A C 2 A '
2
0.09747
0
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 507.49733 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 56.19348 mm
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 y c
s
Regangan leleh baja :
0.01243
Check regangan tulangan tekan :
' s
yc d' 0.003 y c
' s
0.00026
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tulangan tekan tidak leleh !"
Rasio tulangan minimum :
fc M Pa 1.4 min max fy fy 4 M Pa MPa
min
Keterangan3 "p.1 > pmin Ok !"
0.0035
y
fy Ey
y
0.002
V-3 Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
600 600 fy M Pa
b
0.02709
syarat rasio maksimum tulangan tunggal : max
0.75 b
0.02032
max
syarat max ratio tulangan ganda : Syarat "Tidak ada tulangan tekan, maka abaikan rumus dalam tanda kurung" maxganda
fy ' M Pa if ' s y 0.75 b fy MP a Ey ' s ' M Pa otherwise 0.75 b fy MP a
maxganda
0.02032
Keterangan4 "Balok Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh : ( Tulangan tarik )
2
Asb 507.49733 mm
A'sb ' b d
2
A'sb 0 mm
( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik Tulangan pakai :
tr
Astultr 0.25 tr
22mm
Asb Astultr
jumlah tulangan pakai : ntr ceil pakai : 2 batang D ntr Astultr pakai 0.01315 b d
2
ntr 2 batang
2
Astultr 380.13271 mm
V-4
Tulangan Tekan Tulangan pakai :
tk
Astultk 0.25 tk
22mm
A'sb Astultk
jumlah tulangan pakai : ntk ceil
2
ntk 0 batang
pakai : 2 batang D 22 Tumpuan
b 20 cm
h 35 cm
fc 250 kg / cm2
fy 4000 kg /cm2
d' 6.1 cm
d h d'
0.85
d 28.9 cm
Ey 2000000 kg /cm2
Mtot 596800 kgcm
Mn
b
Mtot
Mn 746000
0.8
0.85 fc 6000 f y 6000 fy
max
0.75 b
max
kg cm
b
0.02709
0.02032
Ratio tulangan tarik dan tekan
0
Disusun persamaan kuadrat : A 0.425 fc b fy fy 2
B 0.85 fc b d fy fy fy (d d')
C Mn fy fy
2
Astultk 380.13271 mm
V-5 y1 y2
2
B
B 4 A C
y1 59.88639
2 A 2
B
B 4 A C
y2 8.11361
2.A
Check regangan tulangan tarik : s
d y2 0.003 y 2
s
0.00769
' s
0.00074
y
0.002
Check regangan tulangan tekan : ' s
y2 d' 0.003 y2
Regangan leleh baja : y
fy Ey
karena
s
0.00769
s
y
Tulangan tarik leleh ....... Ok!
karena
' s
0.00074
' s
y
Tulangan tekan tak leleh
As
y20.85 fc b fy ( 1 )
As' As
As 7.3276
As' 0 cm2
cm2
( Tulangan tarik ) ( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik : As 7.3276
cm2
tulangan pakai : tr 2.2 cm
Astultr 0.25 tr
2
Astultr 3.80133 cm2
V-6
n 1.92764 pakai :
batang
2 batang D 22 2
Aspakai 2 0.25 tr 7.60265
Check ratio tulangan total :
'
min
Aspakai b d As' b d
1.4 fy
0.01315
'
0
min
0.0035
min........ .Ok
10
Tulangan Tekan : As' 0 cm2
tulangan pakai : tk 2.2 cm
Astultk 0.25 tk
2
Astultk 3.80133 cm2
jumlah tulangan pakai : pakai :
2 batang D22
n
As' Astultk
n 0 batang
V-7 b. Perhitungan Tulangan Balok 25x40 1. Tulangan Lentur Lapangan Data perencanaan :
b 250mm
h 400mm
Mtot 54.73kN m
Ey 200000MPa
b h 100000 mm
2
fy 400MPa
fc 25MPa
d' 61mm
d h d'
d 339 mm
Mtot
Mn
Mn 68.4125 kN m
0.8
0.85 if fc 30MPa
0.85
0.65 if fc 55MPa
fc 30 MPa if 30MPa fc 55MPa 0.85 0.05 7
Rn
Mn b d
2
Rn 2.3812
0
Ratio tulangan tarik dan tekan
N mm
2
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
fy ( 1 ) 2 0.85 fc
B
2
B fy ( 1 )
d
2
B 4 A C 2 A
1
0.00633
fy ( d d')
C Rn
V-8
B
2
'
1
2
B 4 A C 2 A '
2
0.09992
0
Luas tulangan perlu : As 1b d
As 536.4792 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 47.52203 mm
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 y c
s
Regangan leleh baja :
0.0184
Check regangan tulangan tekan :
' s
yc d' 0.003 y c
' s
0.00085
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tulangan tekan tidak leleh !" Rasio tulangan minimum :
min
fc MPa 1.4 max fy fy 4 MPa MPa
Keterangan3 " .1 > min Ok !"
min
0.0035
y
fy Ey
y
0.002
V-9 Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 MPa fy MPa
600 600 fy MPa
b
0.02709
syarat rasio maksimum tulangan tunggal : max
0.75 b
max
0.02032
syarat max ratio tulangan ganda : Syarat "Tidak ada tulangan tekan, maka abaikan rumus dalam tanda kurung"
maxganda
fy ' MPa if ' s y 0.75 b fy MPa Ey ' s ' MPa otherwise 0.75 b fy MPa
maxganda
0.02032
Keterangan4 "Balok Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh :
Asb 536.4792 mm A'sb ' b d
( Tulangan tarik )
2
A'sb 0 mm
2
( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik Tulangan pakai :
tr
Astultr 0.25 tr
22mm
Asb Astultr
jumlah tulangan pakai : ntr ceil pakai : 2 batang D pakai
2 Astultr b d
0.00897
2
ntr 2 batang
Astultr 380.13271 mm
2
V-10
Tulangan Tekan Tulangan pakai :
tk
Astultk 0.25 tk
22mm
A'sb Astultk
jumlah tulangan pakai : ntk ceil
2
ntk 0 batang
pakai : 2 batang D 22 Tumpuan
b 25 cm
h 40 cm
fc 250 kg / cm2
fy 4000 kg /cm2
d' 6.1 cm
d h d'
0.85
d 33.9 cm
Ey 2000000 kg /cm2
Mtot 230100 kgcm
Mn
b
Mtot
Mn 287625
0.8
0.85 fc 6000 fy 6000 fy
max
0.75 b
max
kg cm
b
0.02709
0.02032
Ratio tulangan tarik dan tekan
0
Disusun persamaan kuadrat :
A 0.425 fc b fy fy 2
B 0.85 fc b d fy fy fy ( d d')
Astultk 380.13271 mm
2
V-11 C Mn fy fy
y1 y2
2
B
B 4 A C 2 A
B
B 4 A C 2.A
y1 77.83931
2
y2 1.9254
Check regangan tulangan tarik : s
d y2 0.003 y2
s
0.04982
' s
0.0065
y
0.002
Check regangan tulangan tekan : ' s
y2 d' 0.003 y2
Regangan leleh baja : y
fy Ey
karena
s
0.04982
s
y
Tulangan tarik leleh ....... Ok!
karena
' s
0.0065
' s
y
Tulangan tekan tak leleh
As
y20.85 fc b fy ( 1 )
As' As
As 2.1736
cm2
As' 0 cm2
( Tulangan tarik ) ( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik : As 2.1736
cm2
Astultr 0.25 tr
tulangan pakai : tr 2.2 cm
2
Astultr 3.80133 cm2
jumlah tulangan pakai :
n
As Astultr
n 0.5718
batang
V-12 pakai :
2 batang D 22 2
Aspakai 2 0.25 tr 7.60265
2
cm
Check ratio tulangan total :
'
min
Aspakai b d As' b d
1.4 fy
0.00897
'
0
min
0.0035
min.........Ok
10
Tulangan Tekan : A 0 cm2 s'
tulangan pakai : tk 2.2 cm
Astultk 0.25 tk
2
Astultk 3.80133 cm2
jumlah tulangan pakai : pakai :
2 batang D22
n
As' Astultk
n 0 batang
V-13
c. Perhitungan Tulangan Balok 30x60 1. Tulangan Lentur Lapangan Data perencanaan :
b 300mm
h 600mm
Mtot 352kN m
Ey 200000MPa
b h 180000 mm
2
fy 400MPa
fc 25MPa
d' 81mm
d h d'
d 519 mm
Mtot
Mn
Mn 440 kN m
0.8
0.85 if fc 30MPa
0.85
0.65 if fc 55MPa
fc 30 MPa if 30MPa fc 55MPa 0.85 0.05 7
Rn
Mn b d
2
0.5
Ratio tulangan tarik dan tekan
Rn 5.44499
N mm
2
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
fy ( 1 ) 2 0.85 fc
B
2
B fy ( 1 )
d
2
B 4 A C 2 A
1
0.01537
fy ( d d')
C Rn
V-14
B
2
'
1
2
B 4 A C 2 A '
2
0.37647
0.00768
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 2392.68892 mm
A's ' b d
A's 1196.34446 mm
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 88.31147 mm
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 y c
s
Regangan leleh baja :
0.01463
Check regangan tulangan tekan :
' s
yc d' 0.003 y c
' s
0.00025
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tulangan tekan tidak leleh !"
Rasio tulangan minimum :
min
fc MPa 1.4 max fy fy 4 MPa MPa
Keterangan3 "p.1 > pmin Ok !"
min
0.0035
y
fy Ey
y
0.002
V-15
Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 MPa fy MPa
600 600 fy MPa
b
0.02709
syarat rasio maksimum tulangan tunggal : max
0.75 b
max
0.02032
syarat max ratio tulangan ganda :
Syarat "Karena tulangan tekan tak leleh maka tegangan fs' "
maxganda
fy ' MPa if ' s y 0.75 b fy MPa Ey ' s ' MPa otherwise 0.75 b fy MPa
maxganda
0.02104
Keterangan4 "Balok Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh :
Asb 2392.68892 mm A'sb ' b d
( Tulangan tarik )
2
A'sb 1196.34446 mm
2
( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik Tulangan pakai :
tr
Astultr 0.25 tr
22mm
Asb Astultr
jumlah tulangan pakai : ntr ceil pakai : 7 batang D
ntr 7
2
batang
Astultr 380.13271 mm
2
V-16 Tulangan Tekan Tulangan pakai :
tk
Astultk 0.25 tk
22mm
A'sb Astultk
jumlah tulangan pakai : ntk ceil
2
ntk 4 batang
pakai : 4 batang D 22
pakai
7 Astultr 4 Astultk b d
0.00732
Tumpuan
b 30 cm
h 60 cm
fc 250 kg / cm2
fy 4000 kg /cm2
d' 8.1
d h d'
cm
Ey 2000000 kg /cm2
0.85
Mtot 4103100
Mn
b
kgcm
Mtot
Mn 5128875
0.8
0.85 fc 6000 fy 6000 fy
max
d 51.9 cm
0.75 b
max
b
kg cm
0.02709
0.02032
Ratio tulangan tarik dan tekan
0.35
Disusun persamaan kuadrat :
A 0.425 fc b fy fy 2
B 0.85 fc b d fy fy fy ( d d')
Astultk 380.13271 mm
2
V-17 C Mn fy fy
y1 y2
2
B
B 4 A C 2 A
B
B 4 A C 2.A
y1 164.03397
2
y2 13.57689
Check regangan tulangan tarik : s
d y2 0.003 y2
s
0.00847
' s
0.00121
y
0.002
Check regangan tulangan tekan : ' s
y2 d' 0.003 y2
Regangan leleh baja : y
fy Ey
karena
s
0.00847
s
y
Tulangan tarik leleh ....... Ok!
karena
' s
0.00121
' s
y
Tulangan tekan tak leleh
As
y20.85 fc b fy ( 1 )
As' As
As 28.29606 cm2
As' 9.90362
cm2
( Tulangan tarik ) ( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik : As 28.29606 cm2
tulangan pakai : tr 2.2 cm
Astultr 0.25 tr
2
Astultr 3.80133 cm2
V-18
n 7.44373 pakai :
batang
8 batang D 22 2
2
Aspakai 8 0.25 tr 30.41062
cm
Tulangan Tekan : As' 9.90362
Astultk 0.25 tk
tulangan pakai : tk 2.2 cm
cm2
2
Astultk 3.80133 cm2 n
jumlah tulangan pakai : pakai :
4 batang D22
Astkpakai 4 0.25 tk
2
Check ratio tulangan total :
Aspakai Astkpakai 0.00977 b d
As' Astultk
n 2.60531
batang
V-19 d. Perhitungan Tulangan Balok 25x35 1. Tulangan Lentur Lapangan Data perencanaan :
b 250mm
h 350mm
Mtot 67.8kN m
Ey 200000MPa
b h 87500 mm
2
fy 400MPa
fc 25MPa
d' 61mm
d h d'
d 289 mm
Mtot
Mn
Mn 84.75 kN m
0.8
0.85 if fc 30MPa
0.85
0.65 if fc 55MPa
fc 30 MPa if 30MPa fc 55MPa 0.85 0.05 7 Ratio tulangan tarik dan tekan
Rn
Mn b d
2
0.2
Rn 4.05886
N mm
2
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
fy ( 1 ) 2 0.85 fc
B
2
B fy ( 1 )
d
2
B 4 A C 2 A
1
0.01141
fy ( d d')
C Rn
V-20
B
2
'
1
2
B 4 A C 2 A '
2
0.14759
0.00228
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 824.63746 mm
A's ' b d
A's 164.92749 mm
2
Tinggi area regangan tekan :
yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 58.43798 mm
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 y c
s
Regangan leleh baja :
0.01184
Check regangan tulangan tekan :
' s
yc d' 0.003 y c
' s
0.00013
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tulangan tekan tidak leleh !" Rasio tulangan minimum :
min
fc MPa 1.4 max fy fy 4 MPa MPa
Keterangan3 "p.1 > pmin Ok !"
min
0.0035
y
fy Ey
y
0.002
V-21 Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 MPa fy MPa
600 600 fy MPa
b
0.02709
syarat rasio maksimum tulangan tunggal : max 0.02032 max 0.75 b syarat max ratio tulangan ganda :
Syarat "Karena tulangan tekan tak leleh maka tegangan fs' " fy ' MPa if ' s y maxganda 0.75 b fy MPa Ey ' s ' MPa otherwise 0.75 b fy MPa Keterangan4 "Balok Daktail Ok!"
maxganda
0.02021
Luas Tulangan butuh :
Asb 824.63746 mm A'sb ' b d
( Tulangan tarik )
2
A'sb 164.92749 mm
2
( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik Tulangan pakai :
tr
Astultr 0.25 tr
22mm
Asb ntr 3 Astultr
jumlah tulangan pakai : ntr ceil
2
batang
Astultr 380.13271 mm
2
V-22 pakai : 3 batang D 22 Tulangan Tekan Tulangan pakai :
tk
Astultk 0.25 tk
22mm
A'sb Astultk
jumlah tulangan pakai : ntk ceil
2
ntk 1 batang
pakai : 2 batang D 22
pakai
3 Astultr 2 Astultk b d
0.00526
Tumpuan
b 25 cm
h 35 cm
fc 250 kg / cm2
fy 4000 kg /cm2
d' 6.1
d h d'
cm
Ey 2000000 kg /cm2
0.85
Mtot 809000
Mn
b
kgcm
Mtot
Mn 1011250
0.8
0.85 fc 6000 f y 6000 fy
max
d 28.9 cm
0.75 b
max
b
kg cm
0.02709
0.02032
Ratio tulangan tarik dan tekan
0.2
Disusun persamaan kuadrat :
A 0.425 fc b fy fy 2
B 0.85 fc b d fy fy fy (d d')
Astultk 380.13271 mm
2
V-23
C Mn fy fy
y1 y2
2
B
B 4 A C 2 A
B
B 4 A C 2.A
y1 74.32195
2
y2 7.08981
Check regangan tulangan tarik : s
d y2 0.003 y2
s
0.00923
' s
0.00042
y
0.002
Check regangan tulangan tekan : ' s
y2 d' 0.003 y2
Regangan leleh baja : y
fy Ey
karena
s
0.00923
s
y
Tulangan tarik leleh ....... Ok!
karena
' s
0.00042
' s
y
Tulangan tekan tak leleh
As
y20.85 fc b fy ( 1 )
As' As
As 10.00466 cm2
As' 2.00093
cm2
( Tulangan tarik ) ( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik :
As 10.00466 cm2
Astultr 0.25 tr
tulangan pakai : tr 2.2 cm
2
Astultr 3.80133 cm2 jumlah tulangan pakai :
n
As Astultr
n 2.63189
batang
V-24 pakai :
3 batang D 22 2
2
Aspakai 3 0.25 tr 11.40398
cm
Tulangan Tekan :
As' 2.00093
n
2 batang D22
Astkpakai 2 0.25 tk
2
Check ratio tulangan total :
Aspakai Astkpakai b d
2
Astultk 3.80133 cm2
jumlah tulangan pakai : pakai :
Astultk 0.25 tk
tulangan pakai : tk 2.2 cm
cm2
0.00526
As' Astultk
n 0.52638
batang
V-25 e. Perhitungan Tulangan Balok 35x65 1. Tulangan Lentur Lapangan Data perencanaan :
b 350mm
h 650mm
Mtot 525kN m
Ey 200000MPa 2
b h 227500 mm
fy 400MPa
fc 25MPa
d' 81mm
d h d'
d 569mm
Mtot
Mn
Mn 583.33333 kN m
0.9
0.85 if fc 30M Pa
0.85
0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
Ratio tulangan tarik dan tekan Rn
Mn b d
2
Rn 5.14783
0.5
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
fy ( 1 ) 2 0.85 fc
B
2
B fy (1 )
d
2
B 4 A C 2 A
1
0.01438
fy (d d')
C Rn
V-26 B
2
'
1
2
B 4 A C
'
0.38037
2
2 A
0.00719
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 2863.69829 mm
A's ' b d
A's 1431.84914 mm
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 90.59649 mm
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 y c
s
Regangan leleh baja :
0.01584
Check regangan tulangan tekan :
' s
yc d' 0.003 y c
' s
0.00032
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tulangan tekan tidak leleh !"
Rasio tulangan minimum :
fc M Pa 1.4 min max fy fy 4 M Pa MPa
min
Keterangan3 "p.1 > pmin Ok !"
0.0035
y
fy Ey
y
0.002
V-27 Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
600 600 fy M Pa
b
0.02709
syarat rasio maksimum tulangan tunggal : max
0.75 b
max
0.02032
syarat max ratio tulangan ganda :
Syarat "Karena tulangan tekan tak leleh maka tegangan fs' " maxganda
fy ' M Pa if ' s y 0.75 b fy MP a Ey ' s ' M Pa otherwise 0.75 b fy MP a
maxganda
0.02118
Keterangan4 "Balok Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh : ( Tulangan tarik )
2
Asb 2863.69829 mm
A'sb ' b d
2
A'sb 1431.84914 mm
( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik Tulangan pakai :
tr
Astultr 0.25 tr
22mm
Asb Astultr
jumlah tulangan pakai : ntr ceil pakai : 8 batang D
ntr 8
2
batang
2
Astultr 380.13271 mm
V-28 Tulangan Tekan Tulangan pakai :
tk
Astultk 0.25 tk
22mm
A'sb Astultk
jumlah tulangan pakai : ntk ceil
ntk 4
2
batang
pakai : 4 batang D 22
pakai
7 Astultr 4 Astultk b d
0.00573
Tumpuan
b 35 cm
h 65 cm
fc 250 kg / cm2
fy 4000 kg /cm2
d' 8.1
d h d'
cm
0.85 Mtot 5583100
Mn
b
Ey 2000000 kg /cm2 kgcm
Mtot
Mn 6978875
0.8
0.85 fc 6000 f y 6000 fy
max
d 56.9 cm
0.75 b
max
b
kg cm
0.02709
0.02032
Ratio tulangan tarik dan tekan
0.5
Disusun persamaan kuadrat : A 0.425 fc b fy fy 2
B 0.85 fc b d fy fy fy (d d')
2
Astultk 380.13271 mm
V-29
C Mn fy fy y1 y2
B
2
B 4 A C
y1 237.78214
2 A B
2
B 4 A C
y2 10.92374
2.A
Check regangan tulangan tarik : s
d y2 0.003 y 2
s
0.01263
' s
0.00078
y
0.002
Check regangan tulangan tekan : ' s
y2 d' 0.003 y 2
Regangan leleh baja : y
fy Ey
karena
s
0.01263
s
y
Tulangan tarik leleh ....... Ok!
karena
' s
0.00078
' s
y
Tulangan tekan tak leleh
As
y20.85 fc b fy ( 1 )
As' As
As 34.52926 cm2
As' 17.26463 cm2
( Tulangan tarik ) ( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik : As 34.52926 cm2
Astultr 0.25 tr
tulangan pakai : tr 2.2 cm
2
Astultr 3.80133 cm2
jumlah tulangan pakai :
n
As Astultr
n 9.08347
batang
V-30 pakai :
10 batang D 22 2
Aspakai 10 0.25 tr 38.01327
2
cm
Tulangan Tekan : Astultk 0.25 tk
tulangan pakai : tk 2.2 cm
As' 17.26463 cm2
2
Astultk 3.80133 cm2 n
jumlah tulangan pakai : pakai :
5 batang D22
Astkpakai 5 0.25 tk
2
Check ratio tulangan total :
Aspakai Astkpakai b d
0.00954
As' Astultk
n 4.54174
batang
V-31 f. Perhitungan Tulangan Balok 35x70 1. Tulangan Lentur Lapangan Data perencanaan :
b 350mm
h 700mm
Mtot 192kN m
Ey 200000MPa
b h 245000 mm
2
fy 400MPa
fc 25MPa
d' 61mm
d h d'
d 639 mm
Mtot
Mn
Mn 240 kN m
0.8
0.85 if fc 30MPa
0.85
0.65 if fc 55MPa
fc 30 MPa if 30MPa fc 55MPa 0.85 0.05 7
Rn
Mn b d
2
0
Ratio tulangan tarik dan tekan
Rn 1.67935
N mm
2
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan () : 2
A
1
fy ( 1 ) 2 0.85 fc
B
2
B fy ( 1 )
d
2
B 4 A C 2 A
1
0.00438
fy ( d d')
C Rn
V-32
B
2
'
1
2
B 4 A C 2 A '
2
0.10187
0
Luas tulangan perlu :
As 1b d
As 979.3278 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 61.96439 mm
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 y c
s
Regangan leleh baja :
0.02794
Check regangan tulangan tekan :
' s
yc d' 0.003 y c
' s
0.00005
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tulangan tekan tidak leleh !" Rasio tulangan minimum :
min
fc MPa 1.4 max fy fy 4 MPa MPa
Keterangan3 "p.1 > pmin Ok !"
min
0.0035
y
fy Ey
y
0.002
V-33 Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 MPa fy MPa
600 600 fy MPa
b
0.02709
syarat rasio maksimum tulangan tunggal : max
0.75 b
max
0.02032
syarat max ratio tulangan ganda :
Syarat "Tidak ada tulangan tekan, maka abaikan rumus dalam tanda kurung"
maxganda
fy ' MPa if ' s y 0.75 b fy MPa Ey ' s ' MPa otherwise 0.75 b fy MPa
maxganda
0.02032
Keterangan4 "Balok Daktail Ok!" Luas Tulangan butuh :
Asb 979.3278 mm A'sb ' b d
( Tulangan tarik )
2
A'sb 0 mm
2
( Tulangan tekan )
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik Tulangan pakai :
tr
Astultr 0.25 tr
22mm
Asb Astultr
jumlah tulangan pakai : ntr ceil
2
ntr 3 batang
Astultr 380.13271 mm
2
V-34 pakai : 3 batang D
pakai
3 0.25 tr
2
0.0051
b d
Tulangan Tekan Tulangan pakai :
tk
Astultk 0.25 tk
22mm
A'sb Astultk
jumlah tulangan pakai : ntk ceil
2
ntk 0 batang
pakai : 2 batang D 22 Tumpuan
b 35 cm
h 70 cm
fc 250 kg / cm2
fy 4000 kg /cm2
d' 6.1 cm
d h d'
Ey 2000000 kg /cm2
0.85
Mtot 2277930
Mn
b
kgcm
Mtot
Mn 2847412.5 kg cm
0.8
0.85 fc 6000 f y 6000 fy
max
d 63.9 cm
0.75 b
max
b
0.02709
0.02032
Ratio tulangan tarik dan tekan
0
Disusun persamaan kuadrat :
A 0.425 fc b fy fy 2
B 0.85 fc b d fy fy fy ( d d')
Astultk 380.13271 mm
2
V-35
C Mn fy fy
y1 y2
2
B
B 4 A C 2 A
B
B 4 A C 2.A
y1 142.93872
2
y2 7.41422
Check regangan tulangan tarik : s
d y2 0.003 y2
s
0.02286
' s
0.00053
y
0.002
Check regangan tulangan tekan : ' s
y2 d' 0.003 y2
Regangan leleh baja : y
fy Ey
karena
s
0.02286
s
y
Tulangan tarik leleh ....... Ok!
karena
' s
0.00053
' s
y
Tulangan tekan tak leleh
As
y20.85 fc b fy ( 1 )
As 11.71795 cm2
As' As As' 0 cm2 Tulangan yang digunakan :
( Tulangan tarik ) ( Tulangan tekan )
Tulangan Tarik :
As 11.71795 cm2 jumlah tulangan pakai : pakai :
4 batang D 22
Astultr 0.25 tr
tulangan pakai : tr 2.2 cm n
As Astultr
2
Astultr 3.80133 cm2
n 3.08259
batang
V-36 2
2
Aspakai 4 0.25 tr 15.20531
cm
Check ratio tulangan total :
'
min
Aspakai b d As' b d
1.4 fy
0.0068
'
0
min
0.0035
min.........Ok
10
Tulangan Tekan :
As' 0 cm2
tulangan pakai : tk 2.2 cm
Astultk 0.25 tk
2
Astultk 3.80133 cm2 jumlah tulangan pakai : pakai :
2 batang D22
n
As' Astultk
n 0 batang
V-37 g. Tulangan Geser Balok 20x35 Daerah I (Dekat Tumpuan-1/6 Bagian) : Diketahui :
b 200mm
h 350mm
V1 55.46kN
Vn1
Ey 200000MPa
0.7
V1
Vn1 79.22857 kN
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 50833.33333 N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 305mm
Vsmax 203333.33333N V c
35583.33333N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 17791.66667 N
Vs1 Vn1 Vc
Vs1 28395.2381N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 2 0.25 seng Aseng 157.07963 mm
Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs1 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa otherwise min 0.5 d 600 mm b fc b M Pa
Spmax 152.5 mm
V-38
Jarak sengkang butuh : Aseng fy d
Spa1
Vs1
Pakai sengkang :
Spasi Pakai : Suse
Spa1 404.93512 mm
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 152.5 mm
2 10- 150 mm
Daerah III (3/6 Bagian) :
b 200mm
h 350mm
V2 35.18kN
Vn2
Ey 200000MPa
0.7
V2
Vn2 50257.14286N
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 50833.33333 N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 305mm
Vsmax 203333.33333N V c
35583.33333N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 17791.66667 N
Vs2 Vn2 Vc
Vs2 576.19048 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 2 0.25 seng Aseng 157.07963 mm
V-39 Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs2 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa min 0.5 d 600 mm otherwise b fc b M Pa
Spmax 152.5 mm
Jarak sengkang butuh : Spa2
Aseng fy d Vs2
Spa2 19955.60424 mm
Pakai sengkang : 2- 150 mm
Spasi Pakai : Suse
Spmax if Spa2 0 mm min SpmaxSpa2 otherwise
Suse 152.5 mm
V-40 h. Tulangan Geser Balok 25 x 40 Daerah I (Dekat Tumpuan-1/6 Bagian) : Diketahui :
b 250mm
h 400mm
V1 37.48kN
Vn1
Ey 200000MPa
0.7
V1
Vn1 53.54286 kN
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 73958.33333 N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 355mm
Vsmax 295833.33333N V c
51770.83333N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 25885.41667 N
Vs1 Vn1 Vc
Vs1 20415.47619 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 2 0.25 seng Aseng 157.07963 mm
Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs1 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa otherwise min 0.5 d 600 mm b fc b M Pa
V-41 Spmax 177.5 mm
Jarak sengkang butuh : Aseng fy d
Spa1
Vs1
Pakai sengkang :
Spasi Pakai : Suse
Spa1 655.54115 mm
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 177.5 mm
2 10- 175 mm
Daerah III (3/6 Bagian) :
b 250mm
h 400mm
V2 22.54kN
Vn2
Ey 200000MPa
0.7
V2
Vn2 32200N
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 73958.33333 N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 355mm
Vsmax 295833.33333N V c
51770.83333N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 25885.41667 N
Vs2 Vn2 Vc
Vs2 41758.33333 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 2 0.25 seng Aseng 157.07963 mm
V-42 Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs2 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa min 0.5 d 600 mm otherwise b fc b M Pa
Spmax 177.5 mm
Jarak sengkang butuh : Spa2
Aseng fy d Vs2
Spa2 320.49135 mm
Pakai sengkang : 2 10- 175 mm
Spasi Pakai : Suse
Spmax if Spa2 0 mm min SpmaxSpa2 otherwise
Suse 177.5 mm
V-43 i. Tulangan Geser Balok 30 x 60 Daerah I (Dekat Tumpuan-1/6 Bagian) : Diketahui :
b 300mm
h 600mm
V1 362kN
Vn1
Ey 200000MPa
0.7
V1
Vn1 517.14286 kN
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 138750N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 555mm
Vsmax 555000 N V c
97125N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 48562.5N
Vs1 Vn1 Vc
Vs1 378392.85714 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 4 0.25 seng Aseng 314.15927 mm
Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs1 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa min 0.5 d 600 mm otherwise b fc b M Pa
V-44 Spmax 138.75 mm
Jarak sengkang butuh : Aseng fy d
Spa1
Vs1
Spasi Pakai : Suse
Spa1 110.58881 mm
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 110.58881 mm
Pakai sengkang : 4 10- 100 mm Daerah III (3/6 Bagian) :
b 300mm
h 600mm
V2 289kN
Vn2
Ey 200000MPa
0.7
V2
Vn2 412857.14286 N
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 138750N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 555mm
Vsmax 555000 N V c
97125N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 48562.5N
Vs2 Vn2 Vc
Vs2 274107.14286 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 4 0.25 seng Aseng 314.15927 mm
V-45 Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs2 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa min 0.5 d 600 mm otherwise b fc b M Pa
Spmax 277.5 mm
Jarak sengkang butuh : Spa2
Aseng fy d Vs2
Spa2 152.66298 mm
Pakai sengkang : 4 10- 150 mm
Spasi Pakai : Suse
Spmax if Spa2 0 mm min SpmaxSpa2 otherwise
Suse 152.66298 mm
V-46 j. Tulangan Geser Balok 35 x 65 Daerah I (Dekat Tumpuan-1/6 Bagian) : Diketahui :
b 350mm
h 650mm
V1 420.7204kN
Vn1
Ey 200000MPa
0.7
V1
Vn1 601.02914 kN
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 176458.33333 N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 605mm
Vsmax 705833.33333N V c
123520.83333 N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 61760.41667 N
Vs1 Vn1 Vc
Vs1 424570.80952 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm Aseng 4 0.25 seng
Spmax
2
2
Aseng 314.15927 mm
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs1 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa otherwise min 0.5 d 600 mm b fc b M Pa
V-47 Spmax 151.25 mm
Jarak sengkang butuh : Aseng fy d
Spa1
Vs1
Pakai sengkang :
Spasi Pakai : Suse
Spa1 107.44009 mm
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 107.44009 mm
4 - 100 mm
Daerah III (3/6 Bagian) :
b 350mm
h 650mm
V2 327.96kN
Vn2
Ey 200000MPa
0.7
V2
Vn2 468514.28571 N
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 176458.33333 N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 605mm
Vsmax 705833.33333N V c
123520.83333 N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 61760.41667 N
Vs2 Vn2 Vc
Vs2 292055.95238 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 4 0.25 seng Aseng 314.15927 mm
V-48 Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs2 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa min 0.5 d 600 mm otherwise b fc b M Pa
Spmax 302.5 mm
Jarak sengkang butuh : Spa2
Aseng fy d Vs2
Pakai sengkang :
Spa2 156.18899 mm
Spasi Pakai : Suse
Spmax if Spa2 0 mm min SpmaxSpa2 otherwise
4- 150 mm
Suse 156.18899 mm
V-49 e. Tulangan Geser Balok 25 x 35 Daerah I (Dekat Tumpuan-1/6 Bagian) : Diketahui :
b 250mm
h 350mm
V1 62.01kN
Vn1
Ey 200000MPa
0.7
V1
Vn1 88.58571 kN
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 63541.66667 N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 305mm
Vsmax 254166.66667N V c
44479.16667N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 22239.58333 N
Vs1 Vn1 Vc
Vs1 25044.04762 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 4 0.25 seng Aseng 314.15927 mm
Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs1 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa otherwise min 0.5 d 600 mm b fc b M Pa
V-50 Spmax 152.5 mm
Jarak sengkang butuh : Aseng fy d
Spa1
Vs1
Pakai sengkang :
Spasi Pakai : Suse
Spa1 918.24048 mm
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 152.5 mm
4 - 150 mm
Daerah III (3/6 Bagian) :
b 250mm
h 350mm
V2 42.09kN
Vn2
Ey 200000MPa
0.7
V2
Vn2 60128.57143N
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 63541.66667 N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 305mm
Vsmax 254166.66667N V c
44479.16667N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 22239.58333 N
Vs2 Vn2 Vc
Vs2 3413.09524 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 4 0.25 seng Aseng 314.15927 mm
V-51 Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs2 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa min 0.5 d 600 mm otherwise b fc b M Pa
Spmax 152.5 mm
Jarak sengkang butuh : Spa2
Aseng fy d Vs2
Spa2 6737.71361 mm
Pakai sengkang : 4 10- 150 mm
Spasi Pakai : Suse
Spmax if Spa2 0 mm min SpmaxSpa2 otherwise
Suse 152.5 mm
V-52 f. Tulangan Geser Balok 35 x 70 Daerah I (Dekat Tumpuan-1/6 Bagian) : Diketahui :
b 350mm
h 700mm
V1 114.93kN
Vn1
Ey 200000MPa
0.7
V1
Vn1 164.18571 kN
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 191041.66667 N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 655mm
Vsmax 764166.66667N V c
133729.16667 N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 66864.58333 N
Vs1 Vn1 Vc
Vs1 26855.95238 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 4 0.25 seng Aseng 314.15927 mm
Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs1 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa otherwise min 0.5 d 600 mm b fc b M Pa
V-53 Spmax 327.5 mm
Jarak sengkang butuh : Aseng fy d
Spa1
Vs1
Pakai sengkang :
Spasi Pakai : Suse
Spa1 1838.91585 mm
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 327.5 mm
4 10- 250 mm
Daerah III (3/6 Bagian) :
b 350mm
h 700mm
V2 63.60kN
Vn2
Ey 200000MPa
0.7
V2
Vn2 90857.14286N
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 45mm
d h d'
1 Vc fc MPab d 6
Vc 191041.66667 N
Vsmax V c
2 3
b d fc MPa
Vc
d 655mm
Vsmax 764166.66667N V c
133729.16667 N
Vmin 0.5 Vc
Vmin 66864.58333 N
Vs2 Vn2 Vc
Vs2 100184.52381 N
Gunakan diameter sengkang : seng 10mm 2
2
Aseng 4 0.25 seng Aseng 314.15927 mm
V-54 Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs2 fc M Pab d 3 fy fy 3 Aseng 16 Aseng M Pa M Pa otherwise min 0.5 d 600 mm b fc b M Pa
Spmax 327.5 mm
Jarak sengkang butuh : Spa2
Aseng fy d Vs2
Spa2 492.94876 mm
Pakai sengkang : 4- 250 mm
Spasi Pakai : Suse
Spmax if Spa2 0 mm min SpmaxSpa2 otherwise
Suse 327.5 mm
VI-1 a.Pelat 3000mm x3000mm h=120mm Tumpuan/Lapangan Strip Melintang (Myy) : Diketahui :
b 1500mm
h 120mm
Ey 200000MPa
Mtot 1.8329kN m Mtot
Mn
0.9
Mn 2.03656 kN m
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 25mm
d h d'
d 95mm
0.85 if fc 30M Pa
0.85
0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
Ratio tulangan tarik dan tekan Rn
Mn b d
2
Rn 0.15044
0
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
fy ( 1 ) 2 0.85 fc
B
2
B fy (1 )
d
fy (d d')
2
B 4 A C 2 A
1
0.00063
C Rn
VI-2 B
2
'
1
2
B 4 A C
2
2 A '
0.17645
0
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 89.64105 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 0.79405 mm
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 yc
s
0.35592
Regangan leleh baja : y
Check regangan tulangan tekan : ' s
yc d' 0.003 yc
' s
0.09145
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan" Rasio tulangan minimum : 1.4 min 0.00583 fy
MPa
Keterangan3 "Pakai tulangan minimum !"
fy Ey
y
0.0012
VI-3 Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
600 600 fy M Pa
b
0.05376
max
0.75 b
max
0.04032
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!" Luas Tulangan butuh :
Asp
minb d 1 b d
2
if 1 min
831.25 mm
otherwise
Tulangan yang digunakan : Tulangan Pokok : tr
Tulangan pakai :
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Sp
b ntr 1
10mm ntr
Astultr 0.25 tr
Asp Astultr
Sp 150 mm
2
2
Astultr 78.53982 mm
ntr 10.58 batang dipakai 11 batang pakai :
Tulangan Bagi 2
Asb 0.002 b h 360 mm
Tulangan pakai :
b
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Spb
b nb 1
10mm nb
Astulb 0.25 b
Asb Astulb
Spb 375 mm
2
2
Astulb 78.53982 mm
nb 4.58 batang pakai :
dipakai 5 batang
VI-4 Tumpuan/Lapangan Strip Memanjang (Mxx) : Diketahui :
b 1500mm
h 120mm
Ey 200000MPa
Mtot 1.8329kN m Mtot
Mn
0.9
Mn 2.03656 kN m
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 25mm
d h d'
d 95mm
0.85 if fc 30M Pa
0.85
0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
Ratio tulangan tarik dan tekan Rn
Mn b d
2
Rn 0.15044
0
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
2
fy ( 1 )
2
2 0.85 fc
B
d
fy (d d')
2
B 4 A C 2 A
B
B fy (1 )
1
0.00063
2
0.17645
2
B 4 A C 2 A
C Rn
VI-5 '
1
0
'
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 89.64105 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
yc 0.79405 mm
0.85 fc
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 yc
s
Regangan leleh baja : y
0.35592
fy Ey
y
0.0012
Check regangan tulangan tekan : ' s
yc d' 0.003 yc
' s
0.09145
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan" Rasio tulangan minimum : 1.4 min 0.00583 fy
MPa
Keterangan3 "Pakai tulangan minimum !" Rasio tulangan kondisi balance :
0.85 M Pa fy MPa fc
b
600 600 fy M Pa
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!"
syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
b
0.05376
max
0.75 b
max
0.04032
VI-6 Luas Tulangan butuh :
Asb
minb d 1 b d
2
if 1 min
831.25 mm
otherwise
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik : tr
Tulangan pakai :
jumlah tulangan pakai :
Spasi :
Sp
b ntr 1
10mm ntr
Astultr 0.25 tr
Asb Astultr
Sp 150 mm
2
2
Astultr 78.53982 mm
ntr 10.58 batang dipakai 11 batang pakai :
Tulangan Bagi 2
Asb. 0.002 b h 360 mm
Tulangan pakai :
b
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Spb
b nb 1
10mm nb
Astulb 0.25 b
Asb. Astulb
Spb 375 mm
2
2
Astulb 78.53982 mm
nb 4.58 batang pakai :
dipakai 5 batang
VI-7 b. Pelat 3000 mm x 3000 mm h=130mm Tumpuan/Lapangan Strip Melintang (Myy) : Diketahui :
b 1500mm
h 130mm
Ey 200000MPa
Mtot 1.7456kN m
Mtot
Mn
0.9
Mn 1.93956 kN m
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 25mm
d h d'
d 105mm
0.85 if fc 30M Pa
0.85
0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
Ratio tulangan tarik dan tekan Rn
Mn b d
2
Rn 0.11728
0
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
fy ( 1 ) 2 0.85 fc
B
2
B fy (1 )
d
fy (d d')
2
B 4 A C 2 A
1
0.00049
C Rn
VI-8 B
2
'
1
2
B 4 A C
2
2 A '
0.17659
0
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 77.18007 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 0.68367 mm
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 yc
s
0.45775
Regangan leleh baja : y
Check regangan tulangan tekan : ' s
yc d' 0.003 y c
' s
0.1067
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan"
Rasio tulangan minimum : 1.4 min 0.00583 fy
MPa
Keterangan3 "Pakai tulangan minimum !"
fy Ey
y
0.0012
VI-9 Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
600 600 fy M Pa
b
0.05376
max
0.75 b
max
0.04032
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh :
Asp
minb d 1 b d
2
if 1 min
918.75 mm
otherwise
Tulangan yang digunakan : Tulangan Pokok : tr
Tulangan pakai :
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Sp
b ntr 1
10mm ntr
Astultr 0.25 tr
Asp
2
2
Astultr 78.53982 mm
ntr 11.7 batang
Astultr
Sp 136.36364 mm
dipakai 12 batang
pakai :
Tulangan Bagi 2
Asb 0.002 b h 390 mm b
Tulangan pakai :
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Spb
b nb 1
10mm nb
Astulb 0.25 b
Asb
2
nb 4.97 batang
Astulb
pakai :
Spb 375 mm
Tumpuan/Lapangan Strip Memanjang (Mxx) : Diketahui :
b 1500mm Mtot 3.53kN m
h 130mm
Ey 200000MPa
2
Astulb 78.53982 mm
dipakai 5 batang
VI-10
Mtot
Mn
0.9
Mn 3.92222 kN m
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 25mm
d h d'
d 105mm
0.85 if fc 30M Pa
0.85
0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
Ratio tulangan tarik dan tekan Rn
Mn b d
2
Rn 0.23717
0
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
fy ( 1 )
2
B fy (1 )
2 0.85 fc
B
1
2
'
1
d
fy (d d')
2
B 4 A C 2 A
B
1
0.00099
2
0.17609
2
B 4 A C 2 A '
0
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 156.52214 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
C Rn
VI-11 Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
yc 1.38649 mm
0.85 fc
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 y c
s
Regangan leleh baja : y
0.22419
fy
y
Ey
0.0012
Check regangan tulangan tekan : ' s
yc d' 0.003 y c
' s
0.05109
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan"
Rasio tulangan minimum : 1.4 min 0.00583 fy
MPa
Keterangan3 "Pakai tulangan minimum !"
Rasio tulangan kondisi balance :
0.85 M Pa fy MPa fc
b
syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
600 600 fy M Pa
b
0.05376
max
0.75 b
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh :
Asb
minb d 1 b d
if 1 min
otherwise
2
918.75 mm
max
0.04032
VI-12 Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik : tr
Tulangan pakai :
jumlah tulangan pakai :
Spasi :
Sp
b ntr 1
10mm ntr
Astultr 0.25 tr
Asb Astultr
Sp 136.36364 mm
2
2
Astultr 78.53982 mm
ntr 11.7 batang
dipakai 12 batang
pakai :
Tulangan Bagi 2
Asb. 0.002 b h 390 mm
Tulangan pakai :
b
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Spb
b nb 1
10mm nb
Astulb 0.25 b
Asb. Astulb
Spb 375 mm
2
2
Astulb 78.53982 mm
nb 4.97 batang
pakai :
dipakai 5 batang
VI-13 c.Pelat 4000 mm x 4000 mm Tumpuan/Lapangan Strip Melintang (Myy) : Diketahui :
b 2000mm
h 130mm
Ey 200000MPa
Mtot 10.08kN m
Mtot
Mn
0.9
Mn 11.2 kN m
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 25mm
d h d'
d 105mm
0.85 if fc 30M Pa
0.85
0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
Ratio tulangan tarik dan tekan Rn
Mn b d
2
Rn 0.50794
0
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
fy ( 1 ) 2 0.85 fc
B
2
B fy (1 )
d
fy (d d')
2
B 4 A C 2 A
1
0.00214
C Rn
VI-14 B
2
'
1
2
B 4 A C
'
0.17494
2
2 A
0
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 449.88709 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 2.98887 mm
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 yc
s
0.10239
Regangan leleh baja : y
Check regangan tulangan tekan : ' s
yc d' 0.003 yc
' s
0.02209
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan"
Rasio tulangan minimum : 1.4 min 0.00583 fy
MPa
Keterangan3 "Pakai tulangan minimum !"
fy Ey
y
0.0012
VI-15 Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
600 600 fy M Pa
b
0.05376
max
0.75 b
max
0.04032
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh :
Asp
minb d 1 b d
2
if 1 min
1225 mm
otherwise
Tulangan yang digunakan : Tulangan Pokok : tr
Tulangan pakai :
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Sp
b ntr 1
10mm ntr
Astultr 0.25 tr
Asp
2
2
Astultr 78.53982 mm
ntr 15.6 batang
Astultr
Sp 133.33333 mm
dipakai 16 batang
pakai :
Tulangan Bagi 2
Asb 0.002 b h 520 mm
Tulangan pakai :
b
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Spb
b nb 1
10mm nb
Astulb 0.25 b
Asb
2
nb 6.62 batang
Astulb
Spb 333.33333 mm
pakai :
Tumpuan/Lapangan Strip Memanjang (Mxx) : Diketahui :
b 2000mm
h 130mm
Ey 200000MPa
2
Astulb 78.53982 mm
dipakai 7 batang
VI-16 Mtot 9kN m
Mtot
Mn
0.9
Mn 10 kN m
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 25mm
d h d'
d 105mm
0.85 if fc 30M Pa
0.85
0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
Ratio tulangan tarik dan tekan Rn
Mn b d
2
Rn 0.45351
0
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
fy ( 1 )
2
B fy (1 )
2 0.85 fc
B
1
2
'
1
d
fy (d d')
2
B 4 A C 2 A
B
1
0.00191
2
0.17517
2
B 4 A C 2 A '
0
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 401.15275 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
C Rn
VI-17 Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
yc 2.6651 mm
0.85 fc
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 y c
s
Regangan leleh baja : y
0.11519
fy
y
Ey
0.0012
Check regangan tulangan tekan : ' s
yc d' 0.003 y c
' s
0.02514
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan"
Rasio tulangan minimum : 1.4 min 0.00583 fy
MPa
Keterangan3 "Pakai tulangan minimum !"
Rasio tulangan kondisi balance :
0.85 M Pa fy MPa fc
b
syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
600 600 fy M Pa
b
0.05376
max
0.75 b
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh :
Asb
minb d 1 b d
if 1 min
otherwise
2
1225 mm
max
0.04032
VI-18 Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik : tr
Tulangan pakai :
jumlah tulangan pakai :
Spasi :
Sp
b ntr 1
10mm ntr
Astultr 0.25 tr
Asb Astultr
Sp 133.33333 mm
2
2
Astultr 78.53982 mm
ntr 15.6 batang
dipakai 16 batang
pakai :
Tulangan Bagi 2
Asb. 0.002 b h 520 mm
Tulangan pakai :
b
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Spb
b nb 1
10mm nb
Astulb 0.25 b
Asb. Astulb
Spb 333.33333 mm
2
2
Astulb 78.53982 mm
nb 6.62 batang
pakai :
dipakai 7 batang
VI-19 d. Pelat 8000 mm x 4500 mm Tumpuan/Lapangan Strip Melintang (Myy) : Diketahui :
b 2250mm
h 130mm
Ey 200000MPa
Mtot 44.3715kN m
Mtot
Mn
0.9
Mn 49.30167 kN m
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 25mm
d h d'
d 105mm
0.85 if fc 30M Pa
0.85
0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
Ratio tulangan tarik dan tekan Rn
Mn b d
2
Rn 1.98747
0
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
fy ( 1 ) 2 0.85 fc
B
2
B fy (1 )
d
fy (d d')
2
B 4 A C 2 A
1
0.00871
C Rn
VI-20 B
2
'
1
2
B 4 A C
2
2 A '
0.16837
0
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 2057.61492 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
0.85 fc
yc 12.15108 mm
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 yc
s
0.02292
Regangan leleh baja : y
Check regangan tulangan tekan : ' s
yc d' 0.003 yc
' s
0.00317
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan"
Rasio tulangan minimum : 1.4 min 0.00583 fy
MPa
Keterangan3 "p > pmin Ok !"
fy Ey
y
0.0012
VI-21 Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
600 600 fy M Pa
b
0.05376
max
0.75 b
max
0.04032
Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh :
Asp
minb d 1 b d
2
if 1 min
2057.61492 mm
otherwise
Tulangan yang digunakan : Tulangan Pokok : tr
Tulangan pakai :
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Sp
b ntr 1
10mm ntr
Astultr 0.25 tr
Asp Astultr
Sp 86.53846 mm
2
ntr 26.2
2
Astultr 78.53982 mm
batang dipakai 27 batang
pakai :
Tulangan Bagi 2
Asb 0.002 b h 585 mm
Tulangan pakai :
b
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Spb
b nb 1
10mm nb
Astulb 0.25 b
Asb Astulb
Spb 321.42857 mm
2
2
Astulb 78.53982 mm
nb 7.45 batang
pakai :
dipakai 8 batang
VI-22 Tumpuan/Lapangan Strip Memanjang (Mxx) : Diketahui :
h 130mm
b 4000mm
Ey 200000MPa
Mtot 28.128kN m
Mtot
Mn
0.9
Mn 31.25333 kN m
fc 25MPa
fy 240MPa
d' 25mm
d h d'
d 105mm
0.85 if fc 30M Pa
0.85
0.65 if fc 55M Pa
fc 30 M Pa if 30M Pa fc 55M Pa 0.85 0.05 7
Ratio tulangan tarik dan tekan Rn
Mn b d
2
Rn 0.70869
0
N 2
mm
Disusun persamaan kuadrat untuk mencari rasio tulangan : 2
A
1
2
fy ( 1 )
2
2 0.85 fc
B
d
fy (d d')
2
B 4 A C 2 A
B
B fy (1 )
1
0.003
2
0.17408
2
B 4 A C 2 A
C Rn
VI-23 '
1
'
0
Luas tulangan perlu : 2
As 1b d
As 1261.61218 mm
A's ' b d
A's 0 mm
2
Tinggi area regangan tekan : yc
1 fy d ( 1
)
yc 4.19082 mm
0.85 fc
Check regangan tulangan tarik : s
d yc 0.003 yc
s
Regangan leleh baja : y
0.07216
fy Ey
y
0.0012
Check regangan tulangan tekan : ' s
yc d' 0.003 yc
' s
0.0149
Keterangan1 "Tulangan tarik leleh !" Keterangan2 "Tidak ada tulangan tekan"
Rasio tulangan minimum : 1.4 min 0.00583 fy
MPa
Keterangan3 "Pakai tulangan minimum !"
Rasio tulangan kondisi balance :
b
fc 0.85 M Pa fy MPa
600 600 fy M Pa
syarat rasio maksimum tulangan tunggal :
b
0.05376
max
0.75 b
max
0.04032
VI-24 Keterangan4 "Pelat Daktail Ok!"
Luas Tulangan butuh :
Asb
minb d 1 b d
2
if 1 min
2450 mm
otherwise
Tulangan yang digunakan : Tulangan Tarik : tr
Tulangan pakai :
jumlah tulangan pakai :
Spasi :
Sp
b ntr 1
10mm ntr
Astultr 0.25 tr
Asb Astultr
Sp 129.03226 mm
2
2
Astultr 78.53982 mm
ntr 31.19 batang dipakai 32 batang
pakai :
Tulangan Bagi 2
Asb. 0.002 b h 1040 mm
Tulangan pakai :
b
jumlah tulangan pakai : Spasi :
Spb
b nb 1
10mm nb
Astulb 0.25 b
Asb. Astulb
Spb 307.69231 mm
2
2
Astulb 78.53982 mm
nb 13.24 batang dipakai 14 batang
pakai :
VII-1 Penulangan Geser Kolom Penulangan Geser Kolom 1. Kolom 800 x 800
b 800mm h 800mm Ey 200000MPa Vx 459kN
0.7
Vy 129kN Vgab Vx Vy 588 kN
Vn
Vgab
Vn 840 kN fc 25MPa fy 240MPa
d' 45mm d h d' d 755mm Gaya Aksial (P) Ptot 1759kN
Sumbangan kuat geser beton
Vc 1
1 1 fc MPab d 14 b h MPa 6 Ptot
VII-2 Vc 602.14621 kN Vcmax 0.3 fc MPab d 1
0.3 Ptot b h
1 MPa
Vcmax 1223.78141 kN Vcdis
Vc if Vc Vcmax Vcmax otherwise
Vcdis 602.14621 kN Vsmax 0.67 b d fc MPa 2023.4 kN
Vcdis 421.50234 kN
Vmin 0.5 Vcdis 210.75117 kN Vs Vn Vcdis 237.85379kN
Catatan1
"Perbesar p enampang, gaya geser terlalu besar"if Vs Vsmax "Penamp ang cukup untuk menahan gaya geser"otherwise
Catatan1 "Penamp ang cukup untuk menahan gaya geser"
Gunakan diameter sengkang : seng
10mm
Aseng 2 0.25 seng
2
2
Aseng 157.07963 mm
Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs fc M Pab d 3 fy 3 Aseng M Pa min 0.5 d 600 mm otherwise b
VII-3 Spmax 141.37167 mm
Jarak sengkang butuh : Spasi Pakai : Aseng fy d
Spa1
Vs
Spa1 119.66523 mm Suse
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 119.66523 mm
Pakai sengkang :
2 10- 100 mm
2. Kolom 300 x 300
b 300mm h 300mm Ey 200000MPa Vx 54kN
0.7
Vy 22kN Vgab Vx Vy 76 kN
Vn
Vgab
Vn 108.57143 kN fc 25MPa
VII-4 fy 240MPa
d' 45mm d h d' d 255mm Gaya Aksial (P) Ptot 93kN
Sumbangan kuat geser beton
1 1 fc MPab d 14 b h MPa 6 Ptot
Vc 1
Vc 68.45536 kN Vcmax 0.3 fc MPab d 1
0.3 Ptot b h
1 MPa
Vcmax 131.33738 kN Vcdis
Vc if Vc Vcmax Vcmax otherwise
Vcdis 68.45536 kN Vsmax 0.67 b d fc MPa 256.275 kN
Vcdis 47.91875 kN
Vmin 0.5 Vcdis 23.95937 kN Vs Vn Vcdis 40.11607 kN
Catatan1
"Perbesar p enampang, gaya geser terlalu besar"if Vs Vsmax "Penamp ang cukup untuk menahan gaya geser"otherwise
Catatan1 "Penamp ang cukup untuk menahan gaya geser"
VII-5 Gunakan diameter sengkang : seng
10mm
Aseng 2 0.25 seng
2
2
Aseng 157.07963 mm
Spmax
1 min( 0.25 d 300 mm) if Vs fc M Pab d 3 fy 3 Aseng M Pa min 0.5 d 600 mm otherwise b
Spmax 127.5 mm
Jarak sengkang butuh : Spasi Pakai : Spa1
Aseng fy d Vs
Spa1 239.63646 mm Suse
Spmax if Spa1 0 mm min SpmaxSpa1 otherwise
Suse 127.5 mm
Pakai sengkang :
2 10- 125 mm
VIII-1
VIII-2
VIII-3
VIII-4
VIII-5
VIII-6