PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMA NEGERI 9 MANADO
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh: JOKO MANTU NIM: 08 2.3 113
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO 2015
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan, pendidikan, dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. Sedangkan menurut Marimba, pendidikan yang berlangsung di sekolah bersifat sistematis, berjenjang, dan dibagi dalam waktu-waktu tertentu, yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.1 Dalam proses kegiatan belajar di sekolah, guru adalah manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan.2 Dalam mengarahkan proses pembelajaran dan pengajaran di dalam kelas, guru tidak hanya menguasai metode dan teknik mengajar, akan tetapi penting juga kemampuan guru dalam meningkatkan atau menumbuhkan konsentrasi belajar siswa terutama dalam pembelajaran agama Islam. Secara umum dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk menguasai sejumlah pengetahuan.3 Dalam menguasai sejumlah pengetahuan tersebut sangat diperlukan konsentrasi. Tanpa konsentrasi siswa akan kesulitan menerima materi yang diberikan oleh guru. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa konsentrasi adalah faktor penting dalam belajar dan mendapatkan ilmu
1
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 152.
2
Syaiful B Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif; Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Cet.2; jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 1. 3
Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1996), h. 2.
pengetahuan. Dan tentulah tanggung jawab seorang guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa di sekolah merupakan hal yang penting apalagi dalam mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam yang sudah terangkap dalam mata pelajaran Pendidikan agama Islam. Sebagaimana Allah telah memerintahkan manusia untuk berkonsentrasi dan juga diam di saat sedang mendengarkan pembacaan ayat suci Al-Qur‟an, agar dapat memahaminya dengan baik.4 Hal ini tampak dalam surat Al-A‟raaf ayat 204:
Terjemahnya : Dan apabila dibacakan Al-Qur‟an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.(Q.S Al-A‟raaf:204)5 Dari ayat di atas sesungguhnya dapat dipahami jika dikaitkan dalam ranah pendidikan maka apapun yang sedang dilakukan dalam proses pembelajaran agar selalu terkonsentrasi pada apa yang sedang dipelajari. Kemudian, untuk mempermudah konsentrasi dan proses belajar, maka hendaknya dipaparkan terlebih dahulu makna-makna yang ada dalam setiap kalimatnya dengan cara yang sederhana. Selain itu, dapat dibandingkan dengan peristiwa nyata hingga dapat lebih dirasakan dan dipahami maksud dari ayat tersebut.6
4
Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, Penerjemah Sari Narulita & Miftahul Jannah (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 328. 5
Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h. 387. 6
Op.cit,.
Ini mengingat, khususnya dalam sudut pandang Islam, keberadaan anak dan proses pendidikannya merupakan amanat Ilahi.7 Tapi, tidak selamanya anak didik (siswa) fokus di kelas, memperhatikan pelajaran dengan seksama. Adakalanya mereka kehilangan konsentrasi dalam mengikuti pelajaran.8 Disinilah peran seorang guru dalam memahami ketidakkonsentrasian siswa pada mata pelajaran. Mulai dari memahami setiap gejala baik faktor internal yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan dan mental siswa juga faktor eksternal yang berkaitan dengan kondisi lingkungan, ruangan kelas dll. Dengan demikian apa yang menjadi capaian dalam pembelajaran agama Islam akan bermanfaat bagi siswa dan bekalnya untuk kemudian hari. Peran penting seorang guru dalam meningkatkan konsentrasi siswa jika dapat diwujudkan oleh guru, maka kemungkinan besar akan memberikan hasil yang diharapkan. Apalagi dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI), yang merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia. Pendidikan agama Islam berkenaan dengan tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu, usaha sadar dilakukan oleh guru mempengaruhi peserta didik dalam rangka pembentukan manusia beragama dan sebagai salah satu sarana pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan yang maha esa.9 Jadi tujuan pendidikan agama Islam yaitu membina manusia beragama yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik, sehingga tercermin
7
Ibnu Hasan Najafi & Mohammed A. khalfan, Pendidikan dan Psikologi Anak, Penerjemah, M. Anis Maulachena, (Jakarta: Cahaya 2006), h. 5. 8
Ahmad Zuhdi Firdaus, Menjadi Guru Idola, (Yogyakarta: Gen-K Publisher, 2010), h. 72.
9
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
h. 172.
pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya yang dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif. Pada setiap kegiatan belajar di sekolah, situasi belajar-mengajar yang efektif dan efisien terkadang belum terlaksana dengan baik. Hal ini terjadi, karena mungkin kurangnya peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Dengan alasan yang telah disebutkan di atas, penulis mengajukan judul tentang “Peran Guru Dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Di SMA Negeri 9 Manado.” Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dalam memperkaya pengetahuan
mengenai
dunia
pendidikan
terutama
mengenai
pentingnya
meningkatkan konsentrasi belajar pada siswa di SMA Negeri 9 Manado khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado? 2. Apa hambatan guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado? 3. Apa solusi guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Setiap aktifitas yang dilaksanakan memiliki target atau tujuan yang ingin dicapai begitu pula dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA 9 Manado. 3. Untuk mengetahui solusi apa saja yang diaplikasikan oleh guru dalam usaha meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Selain tujuan penelitian ini pun disadari oleh suatu kegunaan. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Mengharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang sangat berarti bagi peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PAI. 2. Sebagai sumbangsih peneliti dalam memperkaya khasanah kepustakaan PAI pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.
D. Definisi Operasional Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu “Peran Guru Dalam Meningkatkan Konsentrasi belajar siswa Pada mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado” maka penulis merasa perlu untuk mendefinisikan beberapa istilah penting dalam judul tersebut untuk menghindari kesalahan persepsi.
Guru ialah orang yang mata pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.10 Dalam hal ini yang dimaksud penulis adalah tenaga pengajar PAI yang ada di SMA Negeri 9 Manado. Konsentrasi ialah pemusatan perhatian atau suatu tingkat perhatian yang tinggi.11 Sedangkan dalam kamus KBBI edisi baru konsentrasi merupakan pemusatan pemikiran/perhatian pada suatu hal.12 Yang dimaksudkan penulis yaitu kemampuan guru dalam meningkatkan konsentrasi pada materi pelajaran terutama mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.13 Pendidikan Agama Islam ialah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik (siswa) agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung dalam islam secara keseluruhan. Bekenaan dengan definisi operasional di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa dalam proses peembelajaran pendidikan agama Islam.
10
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi IV (Jakarta: PT. Gramedia Puataka Utama, 2008), h. 469. 11
Sudarsono, Kamus Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 124.
12
Daniel Heryono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi baru. (Jakarta: Tim Pustaka Pheonix, 2013 ), h. 476. 13
Abdul Rahman Saleh & Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar; Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 209.
mengangkat judul tentang “Peran Guru dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Manado”
E. Tinjauan Pustaka Ada beberapa penelitian yang sejenis dan dapat dirujuk untuk merelevansikan penelitian penulis. Penelitian tentang meningkatkan konsentrasi belajar siswa yang penulis temukan, antara lain : Istianah, dalam skripsinya meneliti tentang, Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi. Skripsi ini menjelaskan tentang penelitian yang bertujuan untuk menganalisis dan menelaah pengaruh sarapan terhadap konsentrasi belajar siswa di kelas, serta menjelaskan pentingnya sarapan sebelum melakukan aktivitas di pagi hari, dan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa di kelas.14 Dewi Puspitorini, Pengaruh Perlakuan Orang Tua di Rumah Terhadap Konsentrasi Belajar di Sekolah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui perlakuan orang tua di rumah dan konsentrasi belajar di sekolah pada siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga tahun 2011. Dari penelitian ini dihasilkan rekomendasi bagi orang tua di rumah agar lebih memberikan perlakuan yang baik sehingga siswa dapat mengoptimalkan konsentrasi siswa dalam belajarnya di sekolah karena terbukti terdapat pengaruh yang
14
Lihat Skripsi Istianah, Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008).
signifikan antara perlakuan orang tua di rumah terhadap konsentrasi belajar di sekolah.15 Nia Nurul Qomariyah, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X-5 (Atlet) Dalam Memahami Mata Pelajaran Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa SMA NU Al Ma’ruf Tahun 2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan kondisi siswa sebelum dan sesudah diberikan treatment layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X-5 (atlet) SMA NU Al Ma‟ruf Kudus Tahun 2012/2013, dan memperoleh peningkatan konsentrasi belajar melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X-5 (atlet) SMA NU Al Ma‟ruf Kudus Tahun 2012/2013.16 Kemudian penelitian skripsi yang dilakukan oleh Amalia Cahya Setiani, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya dan keberhasilan dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Manfaat penelitian ini memperkaya kajian tentang peningkatan konsentrasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Peningkatan konsentrasi belajar siswa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi belajar siswa sebelum diberi layanan pada kriteria rendah (47,33%), dan setelah diberi layanan
15
Dewi Puspitorini, Pengaruh Perlakuan Orang Tua di Rumah Terhadap Konsentrasi Belajar di Sekolah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga Tahun 2011, (Salatiga: STAIN Salatiga, 2011). 16
Nia Nurul Qomariyah, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X-5 (Atlet) dalam Memahami Mata Pelajaran Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa SMA NU Al Ma’ruf Tahun 2012/2013, (Kudus: Universitas Muria Kudus, 2013).
bimbingan kelompok termasuk dalam kategori sedang (70,41%). Hasil Observasi meunjukkan adanya peningkatan sebesar 27,19%. Artinya konsentrasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.17 Berdasarkan beberapa hasil penelitian skripsi di atas yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu, menelaah pengaruh sarapan terhadap konsentrasi belajar siswa dikelas, dan pengaruh perlakuan orang tua di rumah terhadap konsentrasi belajar, dan kemudian dua penelitian yang sama tapi beda objek penelitian mengenai meningkatkan konsentrasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Maka pada kesempatan kali ini penulis menganggap penting mengangkat judul yang berkaitan dengan konsentrasi belajar dengan fokus penelitian tentang “Peran Guru dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 9 Manado”. Penelitian kali ini berupa upaya untuk melihat bagaimana guru mampu berperan dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 9 Manado.
17
Amalia Cahya Setiani, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2013/2014, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2014).
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsentrasi Belajar 1. Pengertian Konsentrasi Belajar Konsentrasi berarti pemusatan sepenuhnya perhatian dan kesadaran terhadap bahan yang sedang dipelajari dengan mengesampingkan semua hal yang sama sekali tidak berhubungan.18 Sementara konsentrasi dalam bahasa Inggris disebut Concentrate berarti memusatkan atau mengarahkan.19 Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konsentrasi merupakan pemusatan pemikiran/perhatian pada suatu hal.20 Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan21 karena dalam belajar, konsentrasi memiliki peran yang sangat penting, bila siswa tidak berkonsentrasi dalam belajar maka siswa akan mengalami kesulitan menyerap setiap meteri atau informasi yang disampaikan guru. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Fadilah Suralaga dkk., bahwa konsentrasi merupakan syarat mutlak dalam
18
Lobby Loekmono, Belajar Bagaimana Belajar, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1994), h.
66. 19
Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Media Eka Pustaka, 2005), h. 440. 20
Daniel Heryono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi baru. (Jakarta: Tim Pustaka Pheonix, 2013 ), h. 476. 21
Hasbullah Thabrani, Rahasia Sukses Belajar, (Cet. 2; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1997), h.
36.
proses belajar. Manusia tidak akan mampu mempelajari sesuatu kalau ia tidak berkonsentrasi untuk mendapatkannya.22 Secara Psikologis, jika memusatkan perhatiannya pada sesuatu, maka segala stimulus lainnya tidak diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya. Stimulus yang menjadi perhatiannya kemudian menjadi mudah masuk kedalam ingatan, juga akan menimbulkan tanggapan yang terang, kokoh dan tidak mudah hilang begitu saja bahkan dengan mudah untuk direproduksikan.23 Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberpa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: a. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. b. Harold spears memberikan batasan: Learning is observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. c. Geoch, mengatakan: Learning is change in performance as a result of practice. Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.24
22
Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 101. 23
Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajar (cet. 2; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 20.
Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak. Seperti dikemukakan oleh Slameto bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.25 Selain itu belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.26 Di samping itu belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita.27 Dari beberapa pengertian terpisah tersebut The Liang Gie mendefinisikan konsentrasi belajar dalam bukunya yang berjudul Cara Belajar Yang Efisien, bahwa konsentrasi dalam belajar berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.28 Kemudian menurut Dimyati dan Mudjiono Konsentrasi belajar
24
A. M. Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Cet. 12; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 20. 25
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Cet. 6; Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 2. 26
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 36.
27
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 20.
merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.29 Kemudian dari keseluruhan pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa konsentrasi belajar merupakan kegiatan pemusatan (fokus) perhatian atau kesadaran pada apa yang sedang dilakukan secara mendalam yang berkaitan dengan pelajaran kemudian menghasilkan perubahan pada tingkat kemampuan menyerap pengetahuan seseorang.
2. Faktor-faktor Gangguan Konsentrasi Belajar Berdasarkan penelaahan para ahli pendidikan, penyebab rendahnya kualitas dan prestasi belajar seseorang, sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan orang tersebut untuk dapat melakukan konsentrasi belajar. Padahal, bermutu atau tidaknya suatu kegiatan belajar atau optimalnya hasil belajar seseorang sangat bergantung pada intensitas kemampuan konsentrasi belajar dirinya.30 Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan konsentrasi belajar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu berkaitan dengan ganguan eksternal (ganguan dari luar) dan internal (ganguan akibat dari kondisi dalam, diri dan jiwa).
28
Skripsi Istianah, Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), th. 29
Amalia Cahya Setiani, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2013/2014, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2014), h. 17. 30
Hendra Surya, Cara Belajar Orang Genius, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013),
h. 69-70.
a. Gangguan Eksternal Gangguan belajar dari luar ini yang berkaitan dengan gangguan indra, seperti penglihatan, pendengaran dan penciuman. Faktor penyebab gangguan dari luar ini berkaitan dengan kondisi suasana lingkungan tempat belajar. Seperti suasana hirukpikuk kendaraan, suara musik yang keras, suara TV, suara orang yang sedang bertengkar, hilir mudiknya orang disekitar tempat belajar, dan lain-lain dapat mempengaruhi perhatian dan kemampuan seseorang untuk konsentrasi belajar. Hal lainnya, kondisi tempat belajar yang berantakan, tata ruang yang sumpek, kurang penerangan, aksesoris ruang yang menyolok dapat mempengaruhi perhatian dan menimbulkan rasa tak nyaman untuk belajar. Begitu juga, adanya bau yang menyengat dan mendatangkan cita rasa yang tak mengenakkan juga dapat menyebabkan gangguan konsentrasi belajar.31 Hasbullah Thabrany dalam bukunya mengatakan, teman dan orang-orang disekitar kita bisa jadi sumber gangguan konsentrasi. Kalau kita sedang asik menekuni sesuatu kemudian kerap kali ada orang bertanya atau mengajak berbicara kepada kita; tentu saja konsentrasi kita akan terganggu. Atau misalnya kita belajar menghadap jendela atau di jalan dimana kita bisa melihat orang berlalu-lalang. Setiap gerak orang akan mengganggu konsentrasi kita. Tidak tersedianya alat-alat yang diperlukan di meja belajar, juga dapat mengganggu konsentrasi.32
31
Ibid, h. 72.
32
Hasbullah Thabrany, op. cit., h. 38.
b. Gangguan Internal Gangguan belajar yang datang dari dalam diri sendiri ini bisa berasal dari gangguan fisik dan psikis. Ganguan tersebut, antara lain: 1) Gangguan kesehatan jasmani. Seperti sakit, kurang tidur, keletihan sehabis bekerja dan begitu juga orang yang sedang dalam kondisi lapar dan kurang gizi
sangat
berpengaruh
sekali
pada
kemampuan
seseorang untuk
berkonsentrasi. 2) Timbulnya perasaan negatif, seperti gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci dan dendam. Perasaan tidak enak yang ditimbulkan oleh adanya konflik dengan pihak lain atau rasa khawatir karena suatu hal, sehingga menyita sebagian besar perhatian. Dengan kata lain, kamu mudah sekali kehilangan konsentrasi belajar. 3) Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran. Kurangnya minat dan motifasi untuk belajar, maka mudah terpengaruh pada hal-hal lain yang lebih menarik perhatian ketika proses belajar berlangsung. Hal lain tersebut, tentunya masalah yang tidak ada hubungannya dengan apa yang dipelajari, pada akhirnya tidak mengerti isi pelajaran yang seharusnya diperhatikan secara intensif. 4) Bersifat pasif dalam belajar. Pada umumnya, orang mudah sekali terjebak dalam pola belajar pasif, ketika melakukan proses belajar. Pola belajar pasif ini dapat terjadi karena kurang disadarinya. Terutama pada praktik belajar di kelas, yang cenderung menerima begitu saja apa yang diberikan atau dijejalkan guru.
5) Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik. Untuk melakukan proses belajar, tentunya membutuhkan strategi pengaktifan pikiran agar tetap fokus pada pelajaran. Baik itu belajar dalam situasi mengikuti pelajaran dari guru maupun situasi belajar sendiri. Tanpa memiliki strategi cara belajar yang baik akan menimbulkan kejemuan dalam berpikir terutama menghadapi bagian-bagian yang sulit dari pokok pelajaran.33 Kemudian gangguan-ganguan internal juga merupakan gangguan yang datang dari diri kita sendiri, misalnya tekad kita yang kurang kuat untuk belajar. Hal lain yang merupakan gangguan dari dalam adalah sifat emosi dan reaksi terhadap lingkungan dapat mengganggu konsentrasi.34 c. Faktor ADD dan ADHD Selain kedua faktor di atas, ada juga gangguan yang dapat berpengaruh pada tingkat konsentrasi siswa pada saat proses pembelajaran yaitu ADD (Attention Deficit Disorder). Menurut Seifert, Attention Deficit Disorder (ADD) adalah masalah sukar memberi tumpuan dan mengawal desakan diri. Menurutnya lagi, Attention Deficit Disorder (ADD) merangkumi hyperactivity yaitu keaktifan melampau. Keaktifan melampau
ini
dikenali
sebagai
Attention
Deficit
Hyperactivity
Disorder
(ADHD). Menurut Kasmini Kassim, sindrom hiperkinesis yaitu Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) digunakan untuk menerangkan tingkah laku kanakkanak yang tidak boleh duduk diam, kurang tumpuan perhatian, terlalu lasak, impulsif, resah, suka merosakkan harta benda, dan mudah mengalihkan perhatian
33
Hendra Surya, op. cit., h. 73-75.
34
Hasbullah Thabrany, op.cit., h. 37.
terhadap sesuatu perkara. Berdasarkan definisi yang diberikan, maka dapat merumuskan Attention Deficit Disorder (ADD) ialah satu tingkah laku kanak-kanak yang menunjukkan kurang daya tumpuan terhadap sesuatu perkara.35 Gangguan yang dapat berpengaruh pada tingkat konsentrasi siswa pada saat proses pembelajaran juga dijelaskan dalam jurnal Iqra‟ yang menunjukkan laporan beberapa pendidik mengeluh akan perilaku anak didiknya yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan tenang di kelas. Anak didiknya kurang perhatian disebabkan lebih banyak lari kesana-kemari, berbicara dan kadang disertai teriakan yang mengganggu anak didik lainnya. Hasil diagnosa psikolog dan psikiater menunjukkan anak tersebut mengalami Attention Deficit Hyperactivity disorder (ADHD).36 ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity disorder) dianggap sebagai kelainan sistem saraf pusat, ditandai oleh problem dalam wilayah perhatian, impulsitivitas dan terkadang hiperaktif. Berikut adalah tanda-tanda seorang anak atau dewasa didiagnosa sebagai ADHD: 37 1) Kurang mampu memperhatikan a) Sering mendapat kesulitan untuk tetap memperhatikan dalam kegiatan tugas atau permainan.
35
http://notapendidikankhasku.blogspot.co.id/2013/01/1.html september 2015 pukul 20:15 36
diakses
pada
tanggal
01
Musdalifah Dachrud, Studi Kasus Program Modifikasi Perilaku Kognitif Terhadap Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dalam Jurnal Iqra‟ (Vol. 11, No. 2; Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Manado, 2012), h. 92. 37
Ibid., h. 94-95.
b) Sering seakan tidak mendengarkan kalau diajak bicara secara langsung. c) Sering tidak memahami semua instruksi dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan sehari-hari, atau tugas kantor (bukan disebabkan perilaku menentang atau gagal memahai instruksi). d) Sering mendapat kesulitan mengatur tugas atau kegiatan. e) Sering menghindari, tidak suka atau enggan terlalu tekun dalam tugas yang menuntut upaya mental terus-menerus (misalnya pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah). f) Sering kehilangan benda-benda yang perlu untuk tugas atau kegiatan (misalnya, mainan, karangan, pensil, buku atau peralatan). g) Sering gampang terganggu oleh rangsangan yang berlebihan. h) Sering alpa dalam kegiatan sehari-hari. 2) Hiperaktivitas a) Tangan dan kaki sering tidak bisa diam atau duduk dengan resah. b) Sering meninggalkan kursi di kelas atau dalam situasi lainnya ketika diharapkan tetap duduk manis. c) Sering lari kesana kemari atau banyak memanjat-manjat dalam situasi ketika diharapkan tetap duduk manis. d) Sering tidak bisa diam ketika bermain atau melakukan kegiatan waktu luang e) Sering “bergerak terus” atau sering bertindak seakan “didorong sebuah motor”. f) Sering omong terus-menerus.
3) Impulsivitas a) Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. b) Sering tidak sabar menunggu giliran. c) Sering menyela orang lain (misalnya menyela pembicaraan atau permainan). Dari penjelasan di atas yang dalam hal ini faktor penghambat konsentrasi belajar dapat menimbulkan masalah yang serius; seperti pasif dalam belajar sehingga berakibat kurangnya pemahaman (pengetahuan) seseorang terhadap sesuatu.
3. Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar Cara membangun atau meningkatkan kemampuan dalam konsentrasi belajar, antara lain: a. Lingkungan belajar harus kondusif Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar secara optimal. Kemudian harus dapat memilih tempat belajar yang tenang. Juga, harus mengupayakan tempat dan ruangan belajar yang apik, teratur, bersih dan bebas dari bau yang menyengat. Suasana pun harus nyaman untuk belajar, bila perlu dapat mempergunakan iringan musik instrumental yang lembut. b. Kesiapan belajar Sebelum melakukan aktivitas belajar, harus benar-benar dalam kondisi fresh (segar) untuk belajar. Untuk siap melakukan aktivitas belajar ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik harus bebas dari gangguan penyakit, kurang gizi dan rasa lapar. Kondisi psikis harus steril dari gangguan konflik kejiwaan, tekanan masalah atau ketegangan emosional, seperti gelisah, takut, cemas,
kecawa, dan lain-lain. Pikiran harus benar-benar jernih, jika hendak melakukan kegiatan belajar. c. Menanamkan minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan “Imajinasi Berpikir” dan “Aktif Bertanya” Untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar, maka perlu diketahui: 1) Apa yang dipelajari 2) Untuk apa mempelajari materi pelajaran yang hendak dipelajari 3) Apa hubungan materi pelajaran tersebut dengan kehidupan sehari-hari 4) Bagaimana cara mempelajarinya Dengan mengetahui keempat hal tersebut, belajar akan terarah atau lebih terfokus pada materi pelajaran. Selanjutnya, untuk membangkitkan faktor intelektualemosional belajar, maka perlu mengembangkan dan membiasakan berimajinasi dalam berpikir. Maksudnya, membiasakan untuk berpikir menjelajah dengan berusaha mambayangkan gambaran bentuk yang dipelajari. Dengan kata lain, harus berusaha untuk menyusun atau membuat jalan pikiran pemahaman tentang apa yang dipelajari, sehingga terbentuk kerangka berpikir cara memahami yang membentuk pengetahuan. Kemudian kembangkan hasrat ingin tahu lebih lanjut secara terfokus dan mendalam atau mendetail setiap apa yang dipelajari tersebut dengan aktif bertanya. Pertanyaan itu antara lain: Mengapa, apa, bagaimana, siapa, kapan dan dimana. d. Cara belajar yang baik Untuk
memudahkan
konsentrasi
belajar
dibutuhkan
panduan
untuk
pengaktifan fokus masalah dan pengarahan rasa ingin tahu. Cara belajar yang baik tentu harus memuat tujuan yang hendak dicapai dengan cara-cara menghidupkan dan
mengembangkan rasa ingin tahu hingga tuntas terhadap apa yang dipelajari. Dengan demikian, diharapkan dapat merekonstruksi pengetahuan yang diperoleh secara utuh, mampu mengoperasionalkan pengetahuan tersebut dan mampu mengembangkan konsep baru. e. Belajar aktif Intensitas konsentrasi belajar akan semakin menjadi optimal karena belajar aktif akan membuat seseorang menjadi subjek belajar. Sebagai subjek belajar mampu menyusun kerangka berpikir, sikap maupun perbuatan secara taktis, metodis dan sistematis dalam belajar. f. Perlu disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (refreshing) saat menghadapi kejemuan belajar Kesulitan
(jalan
buntu)
mempelajari
materi
pelajaran,
kadangkala
menimbulkan rasa jemu dan bosan. Jika hal ini terjadi, jangan paksakan untuk terus melanjutkan belajar. Jika dipaksakan akan menimbulkan kepenatan dan kelelahan, sehingga akan menimbulkan antipati untuk belajar. Jalan keluarnya harus menyediakan waktu 5-10 menit untuk beristirahat sejenak dengan mengalihkan perhatian pada hal lain yang bersifat menyenagkan atau melakukan relaksasi. Jika kepenatan dan kelelahan daya pikir atau daya kerja otak hilang dan pikiran kembali fresh, maka dapat melanjutkan pelajaran yang tertunda tersebut.38
38
Hendra Surya, op.cit., h. 76-84.
B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Penggunaan istilah pendidikan dalam Islam sering diungkapkan dalam bentuk al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib dan al-riyadlah. Setiap term tersebut memiliki arti yang berbeda, karena disebabkan perbedaan konteks kalimatnya (al-syiaq al-kalam), walaupun dalam hal-hal tertentu term-term tersebut memiliki makna yang sama. a. Al-Tarbiyah Walaupun dalam Al-Qur‟an tidak ditemukan secara khusus istilah al-tarbiyah, akan tetapi, terdapat kata yang senada dengan term tersebut, seperti kata al-rab, rabayani, nurrabbi, ribbiyun, dan rabbani. Dari bentuk ini kemudian membentuk satu kata, bentuk masdar (Infinitife), yakni al-tabiyah. Kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kata dasar yang semuanya memiliki arti yang hampir sama, yaitu39: 1) Rabba-yarbu-tarbiyatan yang memiliki arti tambah dan berkembang. 2) Rabbi-yurabbi-tarbiyatan yang memiliki arti tumbuh dan menjadi besar, dan; 3) Rabba-yurabbi-tarbiyatan yang memiliki arti memperbaiki, memelihara, merawat, menunaikan, memperindah, mengasuh, memiliki, mengatur dan menjaga. Mushtafa al-Maraghiy dalam Ramayulis, membagi kegiatan al-tarbiyah dengan dua macam. Pertama, tarbiyah khalqiyah, yaitu penciptaan, pembinaan dan pengembangan jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan jiwanya. Kedua, tarbiyah diniyah tahzibiyah, yaitu pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu Ilahi. Berdasarkan
39
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 198.
pembagian tersebut, maka ruang lingkup al-tarbiyah mencakup berbagai kebutuhan manusia, baik jasmani dan rohani, kebutuhan dunia dan akhirat, serta kebutuhan terhadap kelestarian diri sendiri, sesamanya, alam lingkungan dan relasinya dengan tuhan. Al-Abrasyi,
juga
memberikan
pengertian
bahwa
tarbiyah
adalah
mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.40 b. Al-Ta‟lim Istilah baru yang digunakan untuk menunjuk konsep pendidikan dalam Islam adalah ta’lim yang berarti suatu pengajaran. Konsep-konsep pendidikan yang terkandung didalamnya adalah sebagai berikut: 1) Ta’lim adalah proses pembelajaran secara terus menerus sejak lahir melalui pengembangan fungsi pendengaran, penglihatan, dan hati.41 Fungsi-fungsi tersebut merupakan tanggungjawab keluarga ketika anak masih kecil, setelah dewasa hendaknya belajar secara mandiri sampai ia tidak mampu lagi meneruskan belajarnya. Baik karena usia tua renta atau karena meninggal dunia.
40
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (cet. 9; Jakarta: Kalam Mulia. 2011), h. 16.
41
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos, 1999), h. 14.
2) Proses ta’lim tidak berhenti pada pencapaian pengetahuan dalam wilayah kognisi semata, tetapi terus menjangkau wilayah psikomotor dan afektif. Pengetahuan yang berada pada batas-batas wilayah kognitif tidak akan mendorong untuk mengamalkannya, dan pengetahuan semacam itu biasanya diperoleh atas dasar prasangka atau taklid.42 c. Al-Ta‟dib Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-ta’dib. Istilah ini merupakan bentuk yang paling cocok untuk dipergunakan sebagai istilah dalam pendidikan Islam, hal ini karena konsep inilah yang diajarkan Nabi kepada umatnya waktu terdahulu. Ia mengatakan, bahwa orang yang terpelajar adalah orang baik, dan baik yang dimaksud disini adalah addab dalam artinya menyeluruh, yang meliputi kehidupan spiritual dan material seseorang yang berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya. Oleh karena itu menurutnya, orang yang benar-benar terpelajar menurut perspektif Islam di definisikan al-Attas dengan ber-adab. Perkataan al-ta’dib sebagaimana dijumpai dalam hadits Nabi memiliki pengertian pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Allah di dalam tatanan wujud dan keberadaannya. Pengertian tersebut berdasar pada sebuah hadits Nabi, Addabani
42
Ibid., h. 8.
Rabbi Faahsana ta’dibi, Tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadi baik pendidikanku.43 Berdasarkan batasan tersebut maka al-ta’dib berarti ditanamkan kedalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.44 d. Al- Riadhah Al-Ghazali yang menawarka istilah al-riyadhah. Baginya, al-riyadhah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak. Berdasarkan pengertian tersebut, al-Ghazali hanya mengkhususkan pengguanan al-riyadhah untuk fase kanak-kanak, sedang fase yang lain tidak tercakup didalamnya.45 Keempat istilah itu mengandung makna yang amat dalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan (agama) Islam; formal, informal dan nonformal.46 Al-Qardhawi dalam Azyunardi Azra memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan
43
Heri Gunawan, op. cit., h. 200.
44
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 30. 45
Ramayulis, op. cit., h. 17.
46
Lihat Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru Berkarakter, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), h. 125.
jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat”47. Selain itu Haidar Putra Daulay,48 mengatakan Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan
yang
bertujuan
untuk
membentuk
pribadi
muslim
seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Dalam rangka yang lebih rinci pengertian pendidikan agama Islam Secara terminologis oleh Ahmad Tafsir diartikan dengan pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam.49 Menurut H. Jalaluddin, Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar yang dilakukan oleh mereka yang memiliki rasa tanggungjawab terhadap pembinaan, bimbingan, pengembangan, serta pengarahan potensi yang dimiliki agar mereka dapat berfungsi sebagaimana hakikat kejadiannya.50 Muhammad Athiyah al-Abrasy dalam bukunya al-Tarbiyatul Islamiyah yang dikutip oleh Abdul Munir Mulkan Pendidikan Agama Islam adalah pengembangan berfikir bebas dan mandiri secara demokratis dengan memperhatikan kecenderungan peserta didik secara individual yang menyangkut aspek kecerdasan akal dan bakat
47
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Cet 4. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), h. 5. 48
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam; Dalam Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 31. 49
Heri Gunawan, op. cit., h. 201.
50
H. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Cet. 8; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 19.
yang dititikberatkan pada pengembangan akhlak pendidikan Islam merupakan proses ikhtiarah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup peserta didik ke arah kedewasaan atau kematangan yang menguntungkan dirinya.51 Zakiyah Daradjat mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah). Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.52 Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa pendidikan agama Islam sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam.53 Dari beberapa pengertian tersebut maka sangat jelas bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha sadar dalam membutuk akhlak atau kepribadian baik. Syahminan Zaini, menyatakan definisi pendidikan Islam ialah “usaha mengembangkan fitrah manusia yang makmur dan bahagia”.54 M. Arifin mengemukakan bahwa “hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.”55
51
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 1997), h. 15.
52
Heri Gunawan, op. cit., h. 201.
53
Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1989), h. 23.
54
Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), h. 4. 55
Soekarno & Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 1990), h. 7-8.
Definisi pendidikan agama Islam secara lebih rinci dan jelas, tertera dalam kurikulum,56 pendidikan agama Islam ialah sebagai upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.57 Dari pengertian tersebut, dapat ditemukan bahwa hal yang perlu diperhatikan, dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam yaitu sebagai berikut:58 a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni kegiatan bimbingan, pengajarah dan atau latihan yang dilakukan secara terencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai. b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk, dalam arti ada yang dibimbing, diajari atau dilatih dalam meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman terhadap ajaran Islam. c. Pendidik atau guru Pendidikan Agama Islam yang melakukan bimbingan, pengajaran dan latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan Agama Islam.
56
Lihat, kurikulum 2004 dalam Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Cet. 4; Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 21. 57
Heri Gunawan, op. cit., h. 201.
58
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.76.
d. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama Islam dari peserta didik, disamping untuk membentuk kesalehan dan kualitas pribadi juga untuk membentuk kesalehan sosial. Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakn para cendikiawan muslim di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah mutlak bagi setiap insan yang beragama (terutama para siswa karena pendidikan agama jika ditanamkan sejak dini maka etika pergaulannya akan terbentuk dengan baik), melalui pengajaran yang bernuansa keagamaan dapat membentuk pribadi yang sehat secara fisik dan mental. Selain itu, pendidikan agama akan membentuk setiap manusia untuk saling mengasihi sesama dan terutama membentuk pribadi yang taat terhadap perintah Tuhan. Kemudian dengan pemahaman agama yang baik seseorang akan bersikap kritis dalam artian bahwa semata-mata tidak menerima dengan begitu saja tetapi melalui nalar yang kritis demi nilai-nilai Islam yang telah terkandung dalam Al-Quran.
2. Landasan Teoritis Pendidikan Agama Islam Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah berdasarkan pada beberapa landasan. Majid mengatakan, paling tidak ada tiga landasan yang mendasari pelaksanaan pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan dasar dan menengah. Ketiga landasan tersebut adalah: a. Landasan yuridis formal Landasan yuridis maksudnya ialah landasan yang berkaitan dengan dasar dan undang-undang yang berlaku pada suatu Negara. Landasan yuridis formal tersebut
terdiri dari tiga macam: (a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara Pancasila, sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. (b) Dasar struktural atau konstitusional, yaitu UU Dasar 45, dalam bab XI pasal 29 ayat 1 yang berbunyi, “Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, dan pasal 2 yang berbunyi, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu”. (c) Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, pasal 12 ayat 1 point a, yang mengatakan, “setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya oleh pendidik yang seagama”.59 b. Landasan Psikologis Landasan psikologis maksudnya ialah, landasan yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa manusia dalam hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram, sehingga memerlukan suatu pegangan hidup. Pegangan hidup itu yang dinamakan dengan agama. c. Landasan Religius Landasan religius itu maksudnya ialah landasan yang bersumber dari ajaran agama Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Allah swt., dan merupakan perwujudan beribadah kepada-Nya. Landasan ini bersumber pada AlQur‟an dan Hadits. Dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut, diantaranya adalah firman Allah QS. An-Nahl ayat 125:
59
Lihat, Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Cet. 3; Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, tt), h. 40.
Terjemahnya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.(QS. AnNahl:125)60 Ayat ini terkait dengan metode atau cara-cara yang digunakan dalam pendidikan Islam. Sementara itu, Islam mengajarkan secara umum bahwa materi pendidikan agama Islam mencakup tiga hal utama, pertama, berkaitan dengan keimanan (al-‘aqaid), kedua, berkaitan dengan aspek syari’ah yaitu suatu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan lingkungannya. Ketiga mencakup aspek akhlak, yang mencakup aspek akhlak manusia terhadap khaliknya dan manusia dengan makhluk lainnya.61 Melalui ketiga landasan teoritis di atas, pendidikan agama Islam dapat dilihat fleksibel disetiap lini, maksudnya secara yuridis sudah dilegalkan, secara psikologis pendidikan agama Islam dapat membentuk jiwa yang sehat dan kemudian dalam
60
Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h 383. 61
Heri Gunawan, op.cit., h. 203.
ranah religius ia mampu memberikan penjelasan-penjelasan keagamaan sesuai prinsip agama Islam. 3. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon dasar itu adalah akarnya. Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan berdirinya pohon itu. Demikian fungsi dari bangunan itu. Fungsinya ialah menjamin sehingga "bangunan" pendidikan itu teguh berdirinya. Agar usaha-usaha yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber keteguhan, suatu sumber keyakinan: agar jalan menuju tujuan dapat tegas dan terlihat, tidak mudah disampingkan oleh pengaruh-pengaruh luar. Singkat dan tegas dasar pendidikan Islam ialah Firman Tuhan dan sunah Rasulullah saw.62 Tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan dan saripati dari seluruh renungan pedagogis. Oleh karena itu, suatu rumusan tujuan pendidikan akan tepat bila sesuai dangan fungsinya. Pendidikan sebagai suatu usaha pasti mengalami permulaan dan mengalami kesudahannya. Ada pula usaha terhenti karena sesuatu kendala sebelum mencapai tujuan, tetapi usaha itu belum dapat berakhir. Pada umumnya, suatu usaha baru barakhir kalau tujuan akhir telah tercapai. Sehubungan dengan ini Ahmad D. Marimba menyatakan, fungsi tujuan adalah pertama, sebagai standar mengakhiri usaha, kedua mengarahkan usaha, ketiga merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, keempat membatasi ruang gerak usaha agar
62
Ahmad D. Marimba, Metode Khusus Islam, (Cet.5; Bandung: PT. Al-Maarif, 1981), h.41.
kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, kelima mempengaruhi dinamika dari usaha itu, keenam memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu. Pendidikan, adalah usaha yang bertujuan banyak dalam urutan satu garis (linier). Sebelum mencapai tujuan akhir, pendidikan Islam lebih dahulu mencapai beberapa tujuan sementara. Marimba menyatakan bahwa fungsi tujuan akhir ialah memelihara arah usaha itu dan mengakhirinya setelah tujuan itu tercapai. Sedangkan fungsi tujuan sementara ialah membantu memelihara arah usaha dan menjadi titik berpijak untuk mencapai tujuan-tujuan lebih lanjut dan tujuan akhir. Menurut H.M Arifin, dengan adanya tujuan yang jelas, maka suatu pekerjaan akan jelas pula arahnya. Lebih-lebih pekerjaan mendidik yang bersasaran pada hidup psikologis manusia didik yang masih berada pada taraf perkembangan, maka tujuan merupakan faktor yang paling penting dalam proses pendidikan itu, oleh karena dengan adanya tujuan yang jelas, materi pelajaran dan metode-metode yang digunakan, mendapat corak dan isi serta potensialitas yang sejalan dengan cita-cita yang terkandung dalam tujuan pendidikan. Senada dengan ini, Nasution mempertegas pula bahwa tujuan yang jelas akan dapat memberi pegangan dan petunjuk tentang metode mengajar yang serasi, serta memungkinkan penilaian proses dan hasil belajar yang lebih teliti.63 Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut64:
63
Lihat, Abu Ahmadi dalam Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 148.
64
Abdul majid & Dian andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Cet. 3; Bandung: tp, 2006), h. 134-135.
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-keasalah, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan, yaitu menagkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari budaya
lain
yang
dapat
membahayakan
dirinya
dan
menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Kemudian dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu65: a. Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertikal maupun horizontal b. Sifat-sifat dasar manusia c. Tuntunan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan d. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini, setidaknya ada 3 macam ideal Islam, yaitu; 1) mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka bumi. 2) mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik. 3) mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat (fi al-dunya hasah wa fi al-akhirat al-hasanah). Selain itu, Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam ada 4 macam, yaitu: a. Tujuan Umum Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah-tingkah tersebut.
65
Samsul Nizar, op.cit., h. 35.
b. Tujuan Akhir Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan akhir akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat menglami naik turun, bertambah dn berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan memperthankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. c. Tujuan Sementara Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksioanl Khusus (TIU dan TIK). d. Tujuan Operasional Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran.66
66
Nur Uhbyati, op.cit., h. 60-61.
Berdasarkan batasan di atas, para ahli pendidikan (cendikiawan muslim) mencoba
merumuskan
mengemukakan
bahwa
tujuan
pendidikan
Islam.
Diantaranya
tujuan
tertinggi
pendidikan
(agama)
al-Syaibani, Islam
adalah
mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, pisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai kahlifah fi al-ardhi. Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan (agama) Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupannya di dunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.67 Tujuan pendidikan agama Islam adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah melakukan serangkaian proses pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah. Terdapat beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan agama Islam ini. Diantaranya al-Attas, ia menghendaki tujuan pendidikan agama Islam itu adalah manusia yang baik. Sementara itu, Marimba mengatakan, tujuan pendidikan agama Islam itu adalah terciptanya orang yang berkeperibadian muslim. Berbeda dengan alAbrasy, menghendaki tujuan akhir pendidikan agama Islam itu adalah terbentuknya manusia yang berakhlak mulia (akhlak al-karimah). Munir Musyi mengatakan tujuan akhir pendidikan islam adalah manusia yang sempurna. Berbeda dengan pendapat di atas, Abdul Fatah Jalal mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah yang
67
Samsul Nizar, op.cit., h. 36.
bertaqwa („abdullah). Jalal mengatakan, tujuan pendidikan ini akan melahirkan tujuan-tujuan khusus. Dengan mengutip surat At-Takwir ayat 2768 ia mengatakan, bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Jadi menurut agama Islam tujuan pendidikan adalah haruslah menjadikan seluruh manusia, menjadi manusia yang menghambakan diri kepada allah. Maksudnya adalah, beribadah kepada-Nya, dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Departemen Pendidikan Nasional, Secara lebih operasional tujuan pendidikan agama Islam khususnya dalam konteks keIndonesiaan sebagaimana tertera dalam kurikulum pendidikan agama Islam, ialah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui
pemberian
dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah swt. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.69 Sebagai mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau bahan kajian, pendidikan agama Islam memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan mata pelajaran lain. Adapun karakteristik mata pelajarn pendidikan agama Islam itu dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pendidikan agama Islam merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Ditinjau dari
68
Lihat surat At-Takwir ayat 27.
69
Heri Gunawan, op.cit., h. 205-206.
segi isinya, pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah satu komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik. b. Tujuan pendidikan agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiiki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehinga memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. c. Pendidikan agama Islam sebagai sebuah program pembelajaran, diarahkan pada: 1) Menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik 2) Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari ilmu-ilmu lain yang diajarkan di Madrasah 3) Mendorong peserta didik untuk kritis, kretif dan inovatif, dan 4) Menjadi landasan prilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat d. Pembelajaran pendidikan agam Islam tidak hanya menekankan penguasaan kompetensi kognitif saja tetapi afektif dan psikomotoriknya e. Isi mata pelajaran pendidikan agama Islam didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok Islam, yaitu Al-Qur‟an dan Sunah Nabi Muhammad saw. Di samping itu, materi pendidikan agama Islam juga diperkaya dengan hasil-hasil istimbath atau ijtihad para ulama sehingga ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum lebih rinci dan mendetail f. Materi pendidikan agama Islam dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syari‟ah dan akhlaq. Aqidah merupakan penjabaran dari
konsep iman, syari‟ah merupakan penjabaran dari konsep Islam dan akhlak merupakan penjabaran konsep ikhsan. Dari ketiga konsep dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu, teknologi, seni dan budaya g. Out put program pembelajaran pendidikan agama Islam adalah terbentuknya peserta didik ang memiliki akhlak mulia (budi pekerti yang luhur) yang merupakan misi utama dari diutusnya Nabi Muhammad saw di dunia ini.70 Berdasarkan penjelasan dari para tokoh cendikiawan muslim dan juga amandemen yang tertera dalam kurikulum pendidikan agama Islam. Maka tujuan dan fungsi pendidikan agama Islam yang merupakan dasar bagi pengajaran yang bersifat keagamaan dapat terarah dengan baik. Dalam hal ini, diciptakan karena kebutuhan dari mayarakat akan pendidikan yang berlandaskan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan dan penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam dan terutama menigkatkan keimanan kepada Allah swt. Yang keseluruhan prinsip ini telah di legalkan oleh sistem pendidikan negara.
C. Peran Guru 1. Pengertian Guru Guru merupakan salah satu term (konsep) yang banyak dipakai untuk menyebut seorang yang dijadikan panutan. Penggunaan konsep ini tidak hanya dipakai dalam dunia pendidikan, tetapi hampir semua aktivitas yang memerlukan
70
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Dalam Nurhayati Durubatu (skripsi), Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Akhlak Mulia Siswa di SMP Negeri 1 Likupang, (Manado, STAIN Manado, 2014), h. 28.
seorang pelatih, pembimbing atau sejenisnya. Dari sosok guru meyiratkan pengaruh yang luar biasa terhadap murid-muridnya (siswa). Sehingga baik tidaknya siswa ditentukan oleh guru. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengetahui apa sebenarnya pengertian dari guru itu sendiri. Dalam kaitan ini, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keberadaan guru bagi keberlangsungan pendidikan dan negara sangatlah penting. Terlebih bagi suatu bangsa yang sedang berkembang, di mana pendidikan manjadi titik pijak bagi berkembangnya ilmu yang berguna terhadap kemajuan masyarakat.71 Secara etimologi guru adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.72 Sementara itu, Nuni Yusvavera S. Dalam bukunya mengatakan bahwa guru adalah anggota masyarakat yang berkompeten (cakap, mampu, dan mempunyai wewenang) dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan atau pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peran, serta tanggung jawabnya, baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah maupun lembaga luar sekolah.73 Selain itu, Guru juga adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya diindahkan atau dipercayai. Sedangkan ditiru adalah dicontoh atau diikuti. Bisa diartikan bahwa guru adalah sosok yang “berjuang” terus-menerus untuk melepaskan manusia dari kegelapan, menyingkirkan manusia dari kejumudan (kebekuan) pikiran,
71
Nuni Yusvavera Syatra, Desain Relasi Efektif Guru dan Murid, (Jogjakarta: Bukubiru, 2013), h. 55. 72
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, op. cit, h. 49.
73
Nuni Yusvavera Syatra, op. cit., h. 56.
berusaha membebaskan dari kebodohan yang membuat hidup mereka jauh dari ajaran Tuhan, dan berikhtiar melepaskan manusia dari kekelaman yang mengungkung, yang membuat perilaku mereka memburuk.74 Legalitas seorang guru juga tertuang dalam Undang-undang RI Nomor 74 tahun 2008 tentang guru dan dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusai peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.75 Dari beberapa pengertian di atas menyimpulakan guru merupakan sosok yang dengan kecakapannya mampu memberikan panutan, tuntunan dan bimbingan kepada setiap orang. Sosok guru bukan saja berdasarkan pekerjaan formal tapi merupakan panggilan kejiwaan yang selalu memberikan pengetahuan.
2. Peran dan tugas guru Dalam
proses
belajar
mengajar,
guru
berusaha
untuk
mendorong,
membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi anak didik untuk mencapai tujuan. Guru seyogyangnya dapat melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu anak didik melalui tahap perkembangannya. Melalui perannya sebagai pengajar, guru juga diharapkan mampu mendorong anak didik agar senantiasa belajar, pada berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Untuk mengetahui lebih jauh tentang peran guru, dalam buku pengelolaan pengajaran,
74
Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012), h. 19.
75
Abd. Muin dalam, Jurnal Edukasi, (Vol 7, No. 2; Pulsitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2009), h. 7.
secara singkat Abdurrahman, menekankan bahwa untuk mengetahui tugas-tugas keguruan itu, seorang guru harus berperan sebagai:76 a. Motivator, artinya seorang guru hendaknya memberi dorongan dan anjuran kepada anak didiknya agar secara aktif, kreatif, dan positif berinteraksi dengan lingkungan atau pengalaman baru, berupa pelajaran yang ditawarkan kepadanya b. Fasilitator, artinya guru berupaya menciptakan suasan dan menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak didik dapat berinteraksi secara positif, aktif, dan kreatif. c. Organisator, artinya guru berupaya mengatur, merencanakan, memprogramkan dan mengorganisasikan seluruh kegiatan dalam proses belajr mengajar. d. Informator, artinya guru mampu memberikan informasi yang diperlukan oleh anak didik, baik untuk kepentingan dan kelancaran kegiatan proses belajar mengajar maupun untuk kepentingan masa depan anak didik. e. Konselor, artinya guru hendaknya memberikan bimbingan dan penyuluhan atau pelayanan khusus kepada anak didik yang mempunyai permasalahan, baik yang bersifat educational maupun emosional, sosial serta yang bersifat mental spritual. Terkait tugas yang diemban oleh seorang guru, Uzer Usman mengatakan bahwa jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan, terdapat tiga jenis guru, yakni tugas dalm bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Ketiga jenis tersebut tentunya tidak dapat diabaikan agar terwujud
76
Nuni Yusvavera Syatra, op. cit, h. 58-60.
kelancaran pendidikan yang mempunyai tujuan kearah pembangunan manusia seutuhnya. Berikut uraian ketiga jenis tugas guru sebaimana urutan yang dipaparkan sebelumya. a. Tugas dalam bidang profesi, artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Contoh: mendidik, melatih dan mengajar dalam untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengembangkan nilai-nilai hidup, serta mengembangkan keterampilan anak didik. b. Tugas dalam bidang kemanusiaan, artinya guru mencerminkan dirinya kepada anak didik sebagai orang tua kedua. Dengan demikian, anak didik tergugah mendapatkan perhatian yang terarah dan bergairah untuk belajr secara tekun. c. Tugas dalam bidang kemasyarakatan, artinya guru hendaknya mampu menjadikan masyarakat yang berilmu pengetahuan, menuju pembentukan manusia seutuhnya. Bertolak dari tiga unsur yang menjadi tugas guru di atas, dapat diketahui bahwa pada hakikatnya seorang guru mengemban tugas sesuai dengan profesinya untuk mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada setiap masyarakat yang membutuhkan. Jika kita telusuri, kegagalan seorang guru dalam mencapai tujuan pendidikan, salah satunya juga disebabkan kurang adanya keterpaduan tugas guru antara profesi, kemanusiaan, serta kemasyarakatan. Dengan demikian, seorang guru hendaknya mampu mengarahkan anak didik ke arah perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikapnya terhadap kemanusiaan dan kemasyarakatan.77
77
Nuni Yusvavera Syatra, op.cit., h. 60-62.
3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Selain pengertian guru yang sudah dikemukakan di atas, di dalam literatur kependidikan Islam, guru (agama) biasa disebut sebagai berikut: 78 a. Ustadz yaitu seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, ia selalu berusaha memperbaiki dan meperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman b. Mu’allim, berasal dari kata dasar ilm yang berarti menagkap hakekat sesuatu. Ini mengandung makna bahwa guru adalah orang yang dituntut untuk mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan yang diajarkan c. Murabbiy berasal dari kata dasar “rab”. Tuhan sebagai rabb al-‘alamin dan rabb al-Nas yakni yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam seisinya termasuk manusia. Dilihat dari pengertian ini maka guru adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya. d. Mursyid
yaitu
seorang
guru
yang
berusaha
menularkan
penghayatan
(transinternalisasi) akhlak dan atau kepribadian kepada peserta didiknya (siswa). e. Mudarris berasal dari kata darasa-yadrusu-darsan wadurasan wadirasatan yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, melatih dan mempelajari. Artinya guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan peserta didiksesuai dengan bakat dan minatnya
78
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, op.cit., h. 49-50.
f. Muaddib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab. Artinya guru adalah orang yang beradap sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas dimasa depan. Di Indonesia pendidik disebut juga guru (orang yang digugu dan ditiru) Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang penting, peranan guru itu tidak dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, televisi, tepe recorder, internet, komputer maupun teknologi yang paling modern. Banyak unsurunsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan keteladanan, yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran yang tidak dapat dicapai kecuali pendidik. Demikianlah gambaran betapa pentingnya peranan guru dan betapa beratnya tugas dan tanggung jawab guru, terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru. Di sekolah seorang guru menjadi ukuran dan pedoman bagi murid-muridnya, dimasyarakat seorang guru dipandang sebagai suri tauladan bagi setiap warga masyarakat. Konsep operasional, pendidikan islam adalah proses transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai islam dalam rangka mengembangkan fitrah dan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik guna mencapai keseimbangan dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, maka pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam, pendidikan Islam. Sehubungan dengan hal tersebut Al-Nahlawi menyatakan bahwa peran guru hendaklah mencontoh peran yang dilakukan Rasulullah yaitu mengkaji dan mengembangkan ilmu ilahi. Firman Allah swt, dalam Q.S Ali-Imran ayat 79:
Terjemahnya : Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberikan kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya.(Q.S Ali-Imran:79)79 Kata “rabbani” pada ayat di atas menunjukkan pengertian bahwa pada diri setiap orang kedalaman atau kesempurnaan ilmu atau takwa. Hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagai pendidik. Ia tidak akan dapat memberikan pendidikan yang baik, bila ia sendiri tidak memperhatikan dirinya sendiri. Di samping itu Allah swt juga mengisyaratkan bahwa tugas pokok Rasulullah adalah mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah kepada manusia serta mensucikan mereka, yakni mengembangkan dan membersihkan jiwa meraka. Sesuai Firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 129:
Terjemahan : Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka
79
Kementerian Agama RI, op.cit., h. 75.
ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.(Q.S Al-Baqarah:129)80 Ayat ini menerangkan bahwa sebagai seorang pendidik yang agung, beliau tidak hanya menerangkan ilmu, tapi lebih dari itu, di mana ia juga mengemban tugas untuk memelihara kesucian manusia. Untuk itu guru sebagai pendidik juga harus memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan kesucian atau fitrah peserta didiknya sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Berdasarkan firman Allah swt di atas, al-Nahlawi menyimpulkan bahwa tugas pokok (peran utama) guru dalam pendidikan islam adalah sebagai berikut: a. Tugas pensucian. Guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah swt, menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya. b. Tugas pengajaran. Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.81 Selain al-Nahlawi, Ramayulis juga menambahkan bahwa sebagai guru agama maka ia diberikan kewenangan dalam menjalankan tugasnya. Tugas guru agama sebenarnya sama saja dengan guru umum hanya dalam aspek-aspek tertentu ada perbedaan terutama yang erat kaitannya dengan misinya sebagai guru pada umumnya. Diantara tugas-tugas guru agama adalah:82
80
Kementerian Agama RI, ibid., h. 24.
81
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 74-75.
82
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, op.cit., h. 55-57.
a. Sebagai pembimbing, guru agama harus membawa peserta didik ke arah kedewasaan bepikir yang kreatif dan inovatif. b. Sebagai penghubung, antara sekolah dan masyarakat, setelah peserta didik tamat belajar di suatu sekolah, guru agama harus membantu agar alumninya mampu mengabdikan dirinya dalam lingkungan masyarakat. c. Sebagai penegak disiplin, guru agama harus menjadi contoh dalam melaksanakan peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah. d. Sebagai administrator seorang guru agama harus pula mengerti dan melaksanakan urusan tata usaha terutama yang berhubungan dengan administrasi pendidikan. e. Sebagai suatu profesi, seorang guru agama harus bekerja profesional dan menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai amanah dari Allah swt. f. Sebagai perencana kurikulum, maka guru agama harus berpartisipasi aktif dalam setiap penyusunan kurikulum, karena yang lebih tau kebutuhan peserta didik dan masyarakat tentang masalah keagamaan. g. Sebagai pekerja yang memimpin, (guidance worker) guru agama harus berusaha membimbing peserta didik dalam pengalaman belajar. h. Sebagai fasilitator pembelajaran, guru agama bertugas membimbing dalam mendapatkan pengalaman belajar memonitor kemajuan belajar, membantu kesulitan belajar (melancarkan pembelajaran). i. Guru sebagai motivator, guru agama harus dapat membarikan dorongan dan niat yang ikhlas karena Allah swt dalam belajar. j. Sebagai organisator, guru agama harus dapat mengorganisir kegiatan belajar peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah.
k. Sebagai manusia sumber, maka guru agama harus menjadi sumber nilai keagamaan, dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik terutama dalam aspek keagamaan l. Sebagai manager, guru agama harus berpartisipasi dalam managemen pendidikan di sekolahnya baik yang bersifat kurikulum maupun diluar kurikulum. Dari tugas guru agama itu tentulah profesionalisme seorang guru agama sangat diandalkan dalam keberhasilan proses pembelajaran. Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiapa pekerjaan harus dilakukan secara profesional. Indikator guru profesional adalah:83 a. Selalu membuat perencanaan konkrit dan detail yang siap untuk dilaksanakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum mengajar guru harus sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin berupa persiapan fisik, mental, materi pendidikan dan metodologi pembelajaran. Persiapan fisik berupa performance baik berupa pakaian, kerapian dan kebugaran jasmani. Persiapan mental mencakup sikap batin guru untuk mempunyai komitmen dan mencintai perofesi pendidik untuk membantu peserta didik mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Sedangkan kesiapan materi meliputi penguasaan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Kesiapan metodologi adalah pengusaan terhadap metode mengajar tercermin dari pemahaman yang utuh tentang materi pokok yang ada kurikulum dan diperkaya. b. Berusaha merubah pola pikir lama menjadi pola pikir baru yang menempatkan peserta didik sebagai arsitek pembangun gagasan dan guru berfungsi untuk
83
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, op.cit., h. 57-59.
“melayani” dan berperan sebagai mitra peserta didik supaya peristiwa belajar bermakna berlangsung pada semua individu. Guru perlu mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan pesertan didik aktif mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga ia memperoleh pengalaman belajar. Hal ini terjadi jika ditunjang oleh penerapan strategi belajar yang mendorong peserta didik terlibat secara fisik dan psikis tentang proses pembelajaran. c. Bersikap kritis dan berani menolak kehendak yang kurang edukatif. Guru diharapkan mengembangkan dan mengelaborasi sendiri materi pokok yang ditetapkan dalam kurikulum. Untuk itu, sikap kritis harus dimiliki oleh guru yang tercermin antara lain dari praktek pembelajaran yang mengaitkan dengan problem realitas yang ada di masyarakat selain itu, guru juga diharapkan berani memberikan masukan tentang praktek pendidikan disekitarnya, terutama di lingkungan sekolahnya, yang tidak mencerminkan praktek pendidikan, misalnya tidak membuat peserta didik melalui strategi pembelajaran yang diterapkan pada guru lain. d. Berkehendak mengubah pola tindakan dalam menetapkan peran peserta didik, guru berperan dan bergaya mengajar. Peran peserta didik digeser dari peran sebagai “konsumen” gagasan, seperti menyalin, mendengar, menghafal, ke peran sebagai “produsen” gagasan, seperti bertanya, meneliti, dan mengarang. Peran guru harus berada pada fungsi fasilitator (pemberi kemudahan peristiwa belajar) dan bukan pada fungsi sebagai penghambat peristiwa belajar. Gaya mengajar lebih difokuskan pada model pemberdayaan dan pengkondisian daripada model latihan (drill) dan pemaksaan (indoktrinasi). Hal ini akan terwujud jika guru mempunyai pemahaman atau kesadaran tentang hakikat pendidikan, yakni
sebagai
proses
memanusiakan
manusia
(peserta
didik)
dengan
cara
mengoptimalkan potensi yang dimiliki. e. Berani meyakinkan kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat agar dapat berpihak pada kepentingan peserta didik cenderung sulit diterima oleh orang awam dengan menggunakan argumen yang logis dan kritis. Dalam sistem kurikulum berbasis kompetensi keberpihakan pada kepentingan peserta didik perlu ditekankan dalam kegiatan pembelajaran, dalam pengertian bahwa semua aktifitas pembelajaran pada dasarnya diperuntukkan untuk kemanfaatan dan kebermaknaan peserta didik. Untuk itu, guru dituntut aktif dan kreatif mengembangkan dan menciptakan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik aktif, tidak hanya dipahami sebatas yang berlansung di kelas tapi juga di luar kelas. f. Bersikap kreatif dalam membangun dan menghasilkan karya pendidikan seperti pembuatan alat bantu belajar, analisis materi pembelajaran, penyusunan alat penilaian beragam, perancangan beragam organisasi kelas, dan perancangan kebutuhan kegiatan pembelajaran lainnya. Untuk mengoptimalkan karya pendidikan guru perlu mamanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, baik sumber belajar yang dirancang khusus untuk tujuan pembelajaran (bydesign) maupun sumber belajar yang sudah bersedia secara alami yang tinggal dimanfaatkan oleh guru (by utilization). Untuk itu, Peran dan tugas pendidikan agama Islam demikian strategis dalam menciptakan kondisi masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. Pendidikan Islam akan membimbing dan memproses sumber daya manusia dengan bimbingan wahyu hingga terbentuk individu-individu yang memiliki kompetensi yang memadai.
Pendidikan Islam memfasilitasi manusia untuk belajar dan berlatih mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya menjadi komptensi sebagai manusia yang kompeten, yang profilnya digambarkan Allah sebagai sosok ulil albab, sebagai manusia muslim paripurna, yaitu manusia yang beriman, berilmu, dan beramal saleh sesuai dengan tuntutan ajaran Islam. Pendidikan agama Islam harus diberikan sejak dini, mulai dari usia kanakkanak, remaja bahkan sampai dewasa. Dalam Islam dikenal dengan istilah pendidikan sepanjang hayat (life long education). Artinya selama ia hidup tidak akan lepas dari pendidikan, karena setiap langkah hidup manusia hakekatnya adalah belajar, baik langsung maupun tidak langsung.84 Ungkapan diatas dapat dilihat bahwa pentingnya sebuah proses belajar yang bukan hanya bersifat sementara akan tetapi bersifat sampai sepanjang masa. Seperti dalam ajaran Islam penekanan pada term pendidikan sangatlah penting bagi perkembangan tauhid, intelektual dan sampai pada integritas moral yang berlandaskan Al-Qur‟an dan Hadits.
84
Heri Gunawan, op.cit., h. 207.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian field research, kemudian pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Artinya pemilihan yang bertujuan mendiskripsikan hasil penelitian yang ditemukan oleh penulis di lapangan. Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitaian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.85 Sehubungan dengan penelitian deskriptif kualitatif ini dikemukakan beberapa pendapat antara lain Bogdan dan Taylor yang dikutip Moleong, menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.86 Sugiyono juga mengatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana penulis adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan)87, analisis data bersifat
85
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ed. II (Cet. 17; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005),
h. 75. 86
H. Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kualitatif, (Cet. 2; Malang: UIN-Maliki Press, 2010) h. 175. 87
Teknik pengempulan data yang dilakukan secara trianggulasi adalah menggabungkan data observasi, wawancara dan dokumentasi yang di dapatkan penulis dilapangan.
induktif88, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.89 Yang dimaksud dengan lebih menekankan makna dari pada generasasi adalah mencari arti yang penting dari sebuah kesimpulan dari pada membentuk sebuah pandangan yang utuh. Selanjutnya Imron Arifin dalam bukunya Penelitian Kualitatif dalam Ilmuilmu Sosial mengatakan bahwa Penelitian kualitatif bersifat fleksibel, terbuka dan dapat dikondisikan berdasarkan lapangan penelitian.90 Penelitian dengan pendekatan kualitatif dalam tulisan ini didasarkan pada sasaran yang ingin dicapai penulis yaitu mendiskripsikan tentang peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado.
B. Sumber Data Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang akan digunakan, yaitu : data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer adalah data lapangan, yaitu: data yang diperoleh dari hasil penelitian penulis di lokasi penelitian melalui temuan wawancara. Dalam wawancara ada beberapa informan penting yang akan dijadikan sebagai sumber informasi/data,
88
Penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yang khusus kemudian ditarik kesimpulannya secara umum. 89
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Cet. 6; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 01.
90
Imron Arfhan, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, (Cet. 3; Malang: Kalimasada Press, 1996), h. 40.
yaitu: kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, para siswa, serta informaninforman lain yang dianggap penting untuk mendukung dan melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara. Subjek utama yaitu siswa. Sebab informasi penting mengenai peran guru dalam meningkatkan konsentrasi diperoleh dari subjek utama (siswa). Kemudian subjek tambahan yaitu guru dan kepala sekolah. Penulis mengharapkan mendapatkan informasi mengenai metode dan strategi ketika dalam proses pembelajaran sekaligus meningkatkan konsentrasi belajar siswa melalui informasi yang diberika oleh guru agama yang ada di SMA Negeri 9 Manado. Dan kepala sekolah diharapkan mendapat data tentang bagaimana kepala sekolah juga berperan untuk memberi arahan kepada guru untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh penulis secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan oleh pihak sekolah SMA Negeri 9 Manado.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi dilakukan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang ingin diselidiki. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap realitas yang ada di lokasi
penelitian.91 Pada tahap observasi yang dilakukan oleh penulis berfokus pada siswa yang beragama Islam di SMA Negeri 9 Manado, kemudian melakukan pengamatan (observasi) terhadap teknik mengajar guru agama yang ada di SMA Negeri Manado. Serta pada kondisi lingkungan belajar di SMA Negeri 9 Manado. 2. Interview/wawancara Dalam buku Handbook Qualitative Research wawancara adalah bentuk perbincangan, seni bertanya dan mendengar.92 Kemudian Estenberg mendefinisikan interview sebagai berikut, wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanyajawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.93 Metode ini dilakukan guna mendapatkan informasi-informasi penting yang dinyatakan oleh responden dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang sudah disediakan yang menyangkut permasalahan yang diteliti oleh penulis. Dan melalui kegiatan wawancara ini penulis menggunakan kesempatan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang objek yang diteliti. Kriteria pemilihan subjek utama adalah seluruh siswa yang beragama Islam di SMA Negeri 9 Manado. Kemudian, dalam wawancara terhadap subjek utama (siswa), penulis menggunakan sistem purposive random, diamana pemilihan subjek dilakukan secara acak dan untuk di jadikan data penelitian penulis membatasi siswa hanya 10
91
Sutrisno Hadi, Metodologi Resources, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), h. 47.
92
Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln, penerjemah Dariyatno dkk, Handbook of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 495. 93
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Cet. 15; Bandung: Alfabeta, 2012), h. 231.
orang. Kemudian guru agama tentunya untuk mendapatkan informasi mengenai metode dan strategi ketika dalam proses pembelajaran sekaligus meningkatkan konsentrasi belajar siswa melalui informasi yang diberika oleh guru tersebut. Selain itu, kepala sekolah diharapkan mendapat data tentang bagaimana kepala sekolah juga berperan untuk memberi arahan kepada guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa. 3. Dokumentasi Dokumentasi yang didapatkan bisa berbentuk tulisan, gambar atau karyakarya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan kebijakan. Sedangkan dokumen yang berbentuk gambar misalnya gambar foto, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang diperoleh dapat membantu penulis dalam mendapatkan informasi. Data dokumen yang dimaksud oleh penulis adalah data berupa profil sekolah atau sejarah sekolah di SMA Negeri 9 Manado. Kemudia data yang dibutuhkan oleh penulis selanjutnya adalah berupa data dokumentasi berupa foto yang diambil yang tentunya berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis sendiri.
D. Analisis Data Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan yang sebagaimana terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti atau responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu
latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama, yang
mempertajam
hubungan-hubungan.
Kelima,
analisis
demikian
dapat
memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagain dari struktur analitik.94 Dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif maka data-data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu observasi, wawancara yang ditulis dalam catatan lapangan, serta berbagai sumber resmi setelah dibaca, dipelajari kemudian dianalisis. Menurut Miles dan Huberman, analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu : 1. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi
data
berarti
merangkum,
memilih
hal-hal
yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan. 2. Data Display (penyajian data) Penyajian data dilakukan setelah data reduksi. Dalam hal ini Miles dan Huberman dalam bukunya Sugiono menyatakan “yang paling sering di gunakan untuk penyajian data dalam penelitian ini adalah teks yang bersifat naratif ”.95 dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
94
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000), h.
10. 95
Sugiono, op.cit., h. 249.
3. Conclusion Drawing (Verivication) Langkah ini dalam penelitian kualitatif yaitu penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.96 Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penulis kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel.
E. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dimaksudkan disini adalah untuk menjamin validitas data yang dikumpulkan, sehingga hasil penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara objektif dan ilmiah. Dalam penelitian kualitatif, keabsahan atau validitas data tidak diuji dengan metode statistik, melainkan dengan analisis kritis kualitatif. Adapun tehnik pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui cross check atau cek silang antar data, baik dari sumber yang sejenis maupun dari jenis sumber lain. Maka data yang bersumber dari hasil wawancara dengan seorang informan, misalnya dikronfontasikan dengan data dari informan lain. Ini yang dimaksud dengan cek silang antar data dari sumber yang sejenis.
96
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), h. 345.
Sedangkan cek silang antar data dari sumber yang tidak sejenis, misalnya data dari seorang informan dikonfrontasikan dengan data hasil observasi, atau data yang bersumber dari dokumentasi. Dengan demikian, validitas sebuah data sangat ditentukan oleh dukungan data yang ditemukan dilapangan. Untuk keperluan penulisan skripsi ini, maka akan digunakan metode penulisan sebagai berikut: 1. Pembahasan dengan teman sejawat Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan teman sejawat atau dengan para tokoh agama atau dengan orang yang lebih ahli. Pembicaraan dengan teman sejawat bertujuan untuk memperoleh pertanyaan tajam, menantang tingkat kepercayaan atau kebenaran data dalam penelitian. Dengan cara ini, penulis mencari kelemahan tafsiran yang kurang jelas, keraguan terhadap data yang ditemukan, hingga akhirnya dapat memantapkan diri bagi penulis terhadap data yang terkumpul. 2. Triangulasi Adapun tujuan menggunakan triangulasi dalam penilaian adalah untuk mengecek keabsahan data tertentu dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain. Triangulasi yang diperlukan penulis adalah triangulasi data. Tringulasi data dilakukan untuk mendapatkan informasi dari informan atau sumber yang berbeda. Triangulasi data yang dilakukan oleh penulis dengan cara, sebagai berikut: a. Membandingkan data hasil observasi dengan hasil wawancara. b. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil dokumentasi
c. Membandingkan persepsi satu orang dengan pendapat dan pandangan orang lain. 3. Menggunakan bahan referensi Teknik kecukupan referensi akan dilaksanakan oleh penulis, bila data yang diperoleh dari bahan dokumentasi, catatan yang ditemukan dilokasi penelitian perlu diperkuat dengan dokumen dan catatan-catatan dari referensi lain dan sebagainya. Dengan menambah referensi peneliti dapat mengecek kembali keabsahan data-data dan informasi yang didapat oleh peneliti dilapangan. 4. Mengadakan membercheck Membercheck adalah, proses pengecekan data yang diperoleh penulis kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan penulis dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka penulis perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka penulis merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
F. Hambatan-hambatan dalam Penelitian Masa penelitian yang dilakukan oleh penulis, yang mengagkat judul tentang “Peran Guru dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 9 Manado”. Tentunya mempunyai beberapa hambatan dalam melakukan penelitian. Pertama pengajuan judul, dimana judul yang di konsultasikan ke dosen Pembina Akademik mengalami perubahan judul dan itu dilakukan penulis pada saat sedang dalam program kembali beberapa mata kuliah yang masih bermasalah. Kedua, setelah judul penelitian telah diterima dan mendapat dosen pembimbing penelitian, penulis mengalami kesulitan dalam memahami metode penelitian yang dipakai yaitu metode kualitatif, dimana penulis cukup lama untuk bisa memahaminya. Ketiga, setelah metode penelitian sudah dipahami hambatan selanjutnya pada BAB IV dimana penulis mengalami perubahan pada beberapa bagian, yang oleh dosen pembimbing mengatakan penulis salah menyusunnya. Setelah proses itu selesai, penulis belum bisa diujikan dalam sidang Munaqasyah sebab harus menyelesaikan ujian komprehensif. Selain hambatan-hambatan di atas, tentunya dalam setiap proses yang dialami penulis juga berkaitan dengan masalah keuangan sehingga menyulitkan penulis dalam mempercepatnya proses penyelesaian penelitian yang sedang dilakukan.
BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Observasi Dalam penelitian lapangan yang dilakukan penulis di SMA Negeri 9 Manado, terkait dengan peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dilakukan pada tanggal 03 November 2014. Penulis menemukan beberapa hal terkait gangguan internal dan gangguan eksternal, yaitu: a. Observasi gangguan eksternal Gangguan eksternal yang ditemui dilapangan saat penulis melakukan observasi terhadap siswa SMA Negeri 9 Manado yang beragama Islam: Tabel 1 Observasi Gangguan Eksternal Hasil observasi terhadap gangguan eksternal 1) Adanya suara bising berupa kendaraan roda empat dan kendaraan beroda dua. Sebab kelas untuk mata pelajaran agama Islam berdekatan dengan jalan raya. 2) Adanya suara bising dari kelas sebelah. Dan ada juga siswa dari kelas sebelah lalu-lalang depan kelas sambil bernyanyi atau ribut. 3) Adanya gagguan belajar dari teman sebelah atau sebangku. 4) Adanya siswa yang masuk atau guru yang menyampaikan terkait keputusan sekolah.
Sumber data observasi.97
97
Data lapangan yang di temukan penulis saat melakukan observasi terkait masalah gangguan eksternal dan internal di SMA Negeri 9 Manado. Pada tanggal 03 Oktober 2014.
b. Observasi gangguan internal Tabel 2 Observasi Gangguan Internal Hasil observasi terhadap gangguan internal 1) Susah menyerap mata pelajaran. 2) Punya problem pribadi 3) Terlihat pasif (lesuh, dan kurang bergairah mengikuti pelajaran)
Sumber data observasi.98 Deskripsi data di atas merupakan hasil observasi lapangan yang diperoleh penulis di SMA Negeri 9 Manado. Terkait bagaimana yang dihadapai baik gangguan eksternal dan internal. Pada gangguan internal yang dilakukan, penulis menanyakan secara terbuka beberapa hal terkait gangguan yang dialami.
2. Deskripsi Data Wawancara Wawancara yang dilakukan penulis di SMA Negeri 9 Manado, terkait dengan peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam pada tanggal 03 November 2014. Penulis memilih objek yang diteliti yaitu 10 siswa yang beragama Islam di SMA Negeri 9 Manado, 1 guru agama Islam dan Kepala sekolah SMA Negeri 9 Manado. a. Deskripsi data wawancara gangguan eksternal dan gannguan internal Gangguan eksternal yang ditemukan penulis melalui hasil wawancara dengan beberapa siswa yang beragama Islam dan guru Agama Islam di SMA Negeri 9
98
Data lapangan yang di temukan penulis saat melakukan observasi terkait masalah gangguan eksternal dan internal di SMA Negeri 9 Manado. Pada tanggal 03 Oktober 2014.
Manado. Seperti yang diungkapkan oleh guru agama Islam di SMA Negeri 9 Manado terkait gangguan eksternal, bahwa: Kedua persoalannya adalah teman sebangkunya barangkali ini juga ada anakanak yang katakanlah suka usil suka mengganggu tak bisa diam ini tidak bisa kita di pungkiri hal-hal seperti itu tentunya kadangkala ada peserta didik yang lainnya mau belajar sementara yang lainnya sukanya mengganggu sukanya mengobrol yang ke tiga mungkin ada juga faktor ketika kita sedang mencoba untuk melakukan sebuah proses pembelajaran saat proses ini berlangsung ada misalnya siswa lain dari luar masuk minta izin ataupun mungkin dari dalam juga minta izin keluar atau ada penyampaian-penyampaian lainnya atau bahkan ada juga faktor-faktor eksternal lain dari kelas sebelah yang kondisinya ribut kita disini terganggu atau karena mungkin karna dekat jalan raya ada suarasuara dari luar sehingga membuyarkan konsentrasi saya pikir itu untuk beberapa hambatan peserta didik dalam proses belajar.99 Selain itu gangguan lain yang juga berpengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa adalah gangguan internal. Sebagaimana diungkapkan lagi oleh guru agama Islam di SMA Negeri 9 Manado terkait gangguan internal. Dan gangguan internal, itu dari dalam diri siswa sendiri mungkin ada persoalan yang dia bawah dari rumah dirinya ini mengalami apa yang anak-anak sekarang sebut mungkin kegalauan, sehingga dia apapun cara yang kita coba tempuh tetap dia tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran ini pada akhirnya peserta didik ini tidak bisa sepenuhnya belajar atau karena tidak bisa sepenuhnya berkonsentrasi dalam pelajaran karena punya masalah-masalah pribadi.100 Dari ungkapan di atas terlihat bahwa terdapat beberapa gangguan eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
99
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014 100
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014
Terkait gangguan eksternal yang sering dialami oleh siswa muslim di SMA Negeri 9 Manado adalah gangguan akibat kondisi ribut dari kelas sebelah, gangguan dari teman sendiri atau teman sebangku dan gangguan yang diakibatkan oleh kendaraan roda empat dan roda dua, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3 Gangguan Eksternal Siswa Nama Siswa
Gangguan eksternal
Ririn Wulandari Prijanto siswa kelas XII IPA-6
Teman lagi berpengaruh misalnya dalam satu kelas itu torang ba tamang kong tu teman itu rupa nda mood-mood bagitu torang le biasa ta pancing bukannya mo ba jao cuman cari aman dang ba pindah supaya torang jangan dulu fokus pa teman biasanya karna torang pe kelas baku-baku dekat kong so baku kenal akrab dang samua kalo torang pe kelas ada belajar kong kelas sebelas nda ada guru biasa dorang pe suara itu mengganggu cuman guru-guru BK cepat jaga ambil tindakan supaya nda mengganggu kelas sebelah depe alasan cuman itu no ribut dari kelas sebelah. Itu mungkin ada karena bercanda dengan teman sehingga mengganggu Lain kali sih tidak ada mungkin siswa-siswa lain yang tidak mempunyai guru ribut sehingga kami yang di dalam kelas tidak bisa mendengar penjelasan dari guru tersebut. Itu sih termasuk mengganggu soalnya kami lain kali tidak bisa mendengar dan kami terganggu karena mereka bercerita terlalu kencang sehingga mengganggu proses pembelajaran. Itu tergantung sih kalo murid-murid yang lain ribut agak terganggu sedikit. Kadang ada teman yang usil kalau lingkungan sekitar ada sering ada yang lewat-lewat sering ribut di depan kelas bisa mengganggu konsentrasi. Biasa hambatannya kalo tidak orang lewat teriak-teriak didalam kelas sendiri ribut teman sebangku. Mati lampu biasanya. Misalnya banyak teman-teman yang diluar juga berteriakteriak jadi proses belajar terganggu lain kali teman-teman bercerita lain kali ribut Iyo laengkali di kelas rupa kelas lain baribut so nda dapa dengar apa yang ustad ada bilang rupa dorang baribut laeng kali sampe nda dapa dengar apa yang ustad ada bilang ada no orang-orang jaga ba lewat jaga baribut lewat jaga menyanyi. mengganggu apalagi ada motor-motor lewat ato oto. kalo dari luar tidak ada soalnya kan d sisni juga tinggal sama
Reynaldy Ikhlasul Amal Makalalag siswa kelas XII-IPA 6
Adi Kurniawan siswa kelas XI MIA-1 Luky Efendy siswa kelas XI MIA-1 Vania Julita siswa kelasXI MIA-5 Kenyo Sisvanto siswa kelasXI MIA-6
Natania P. Abdulgani siswa kelas X MIA-3 Bagus Bayu Adi Pamungkas Siswoyo siswa kelas X MIA-3 Indah S. Lambanaung siswa
kelas X MIA-2
guru BK yang mengajar di sini. Mengganggu pasti tapi bisa di atasi Kalau hambatan mungkin sekarang sudah tidak ada. Karena kan untuk belajar mengajar sekolah kami sudah mempunyai ruang tersendiri dan untuk hambatan dalam kelas kalau dari kelas saya semua siswa muslim dalam proses belajar mengajar cukup aktif jadi nda terlau mengganggu jadi saling mendengarkan dan saling ikut berdiskusi dengan ustad.
Haradzul siswa kelas XII-IPS 2
Sumber data wawancara. Selain itu gangguan internal yang sering dialami oleh siswa muslim di SMA Negeri 9 Manado dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4 Gangguan Internal Siswa Nama Siswa
Gangguan internal
Ririn Wulandari Prijanto siswa kelas XII IPA-6
Kesulitan itu sih pertama itu kan tergantung pa torang to kalo torang niat pasti apapun yang sulit mo lancar-lancar cuman yang mengganggu itu kalo di sekolah rasa sakit itu mengganggu skali for mo pahami pelajaran-pelajaran. Selama ini sih saya belum pernah mengalami hal tersebut
Reynaldy Ikhlasul Amal Makalalag siswa kelas XII-IPA 6 Adi Kurniawan siswa kelas XI MIA-1 Luky Efendy siswa kelas XI MIA-1 Vania Julita siswa kelas XI MIA-5 Kenyo Sisvanto siswa kelasXI MIA-6 Natania P. Abdulgani siswa kelas X MIA-3 Bagus Bayu Adi Pamungkas Siswoyo siswa kelas X MIA-3 Indah S. Lambanaung siswa kelas X MIA-2
Kalo itu bisa dinetralisir Tidak ada Kadang-kadang ada Mungkin ada banyak PR sampe mata pelajaran agama le nda dapa tatulis depe PR sampe so nda dapa bekeng. Iya tambah lagi ada les. Nda. Kalu saya sendiri ada, saya merasa kadang kala pikiran saya tidak terfokuskan pada pelajaran soalnya saya juga bersekolah di sini karna beasiswa dari pemerintah saya asalnya dari Sanger jadi datang kesini bersekolah karena beasiswa jadi disini jauh dari orang tua hal itu lah yang membuat saya terfikirkan tapi karna kewajiban saya menuntut ilmu saya harus kuat jadi saya tetap bersemangat melanjutkan sekolah saya demi orang tua dan cita-cita saya sendiri. Awalnya saya merasa tersingkirkan seperti kita tau di binsus ini kan semuanya pintar-pintar dengan IQ yang tinggi awalnya
Haradzul siswa kelas XII-IPS 2
di SMP berprestasi mungkin di sini tersingkirkan dengan peringkat Tapi kalau teman-teman semuanya baik. -
Sumber data wawancara.101 3. Deskripsi Data Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Deskripsi data meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada tabel di bawah: Tabel 5 Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Tapi sekali lagi disini dibutuhkan kejelian kita juga sebagai pendidik untuk melihat tingkat konsentrasi ini seoptimal mungkin. Kita ngga juga mengatakan selama proses pembelajaran oh anak-anak konsentrasi penuh tidak juga tapi setidaknya 50% mungkin penyebutan 50% ini bisa dinilai secaraumum saja artinya separoh saja dari alokasi waktu untuk digunakan oleh peserta didik untuk belajar dengan sepenuh hati dan guru berfikir untuk membangun sebuah proses pembelajaran ketimbang dari awal hingga akhir anak-anak tidak bisa konsentrasi. Kita memaklumi bahwa dimanapun pasti ada gangguan eksternal itu atau bahkan gangguan internal hanya saja bagaimana upaya kita menyiasati supaya itu tidak terlalu mengganggu proses pembelajaran nah mungkin bisa juga kelas di luar yang ribut atau kelas tetanggayang ribut itu sementara kita di kelas sendirimungkin akan berpengaruh namun kita coba merubah metode merubah pola pembelajaran agar supaya perhatiannya tidak beralih pada kelas tetangga atau mungkin ketika ada anak yang suka mengganggu kita berikan pertanyaan-pertanyaan sehingga dia tidak fokus untuk mengganggu temannya dan konsentrasinya beralih ke proses pembelajaran. beberapa cara yang pernah saya lakukan juga untuk meningkatkan konsentrasi atau mengalihkan perhatian anak-anak yang tadinya mulai terganggu untuk fokus lagi ke pelajaran bisa dengan kita misalnya menggunakan media cd kita bisa menayangkan ada film-film edukatif yang durasinya pendek suatu film yang sifatnya mendidik sebagai contoh-contoh dalam pembelajaran itu biasanya cenderung efektif untuk menarik perhatian peserta didik ketimbang kemudian kita hanya memarahinya atau kemudian menegurnya tapi dengan banyak hal kita coba dengan cerita pendek sebagai selingan untuk mengalihkan perhatian agar konsentrasi anak-anak itu bisa kembali kepelajaran dan tentunya ada keterkaitan dengan materi pembelajaran yang telah disampaikan. Kalau kita ingin mengsistematikakan saat kita masuk kelasbiasanya kalau Di SMA 9 karna kita punya ruangan ini satu ruang agama dan itu hanya yang bergantian saya kadang tidak keluar kelas begitu siswa masuk ada jeda bagi mereka untuk menyiapkan dirinya baru kemudian kita mulai setelah kita tenangkan baru kita mulai nah ini bisa berbagai macam tentu awalnya berdoa ini juga kadangkala kita tidak meminta perhatian anak-anak mereka tidak berkonsentrasi dalam pelajaran mulai dari berdoa kita konsentrasikan kita satukan hati baru untuk kemudian kita mulai pelajaran. Dalam proses selanjutnya masih ada bisa kita temui ada anak-anak cerita ini ganggu sana ganggu sini itu perlu kita perhatikan lagi supayamereka tidak melakukan itu kita coba dengan cara-cara yang persuasive menegur dengan merapikan pakaian kalau memang tidak rapi atau kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan sederhana pre-test yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Dalam 2 jam kedepan 2 jam pelajaran itu kita juga menemukan banyak hal sering kali saya
101
Deskripsi Hasil Wawancara dengan Siswa muslim di SMA Negeri 9 Manado
sampaikan ada suara gaduh dari luar ataukah mungkin izin keluar izin masuk atau ada yang menyampaikan sesuatu dan seterusnya itu kita lihat saja situasi dan kondisinya kemudian mengalihkan perhatian sampai berakhirnya proses pembelajaran. Disinilah dibutuhkan trik-trik dan kekayaan metode model guru supaya tetap terjaga proses pembelajaran seperti saya bilang tadi di awal separoh saja waktu yang ada itu digunakan untuk berkonsentrasi dalam belajar itu kita setidaknya sudah mendapatkan katakanlah kita bisa lumayan.
Sumber data wawancara.102 4. Deskripsi Data Pembahasan dengan Teman Sejawat Deskripsi data ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan teman. Pembicaraan dengan teman sejawat bertujuan untuk memperoleh pertanyaan tajam, menantang tingkat kepercayaan atau kebenaran data dalam penelitian. Dengan cara ini, peneliti mencari kelemahan tafsiran yang kurang jelas, keraguan terhadap data yang ditemukan, hingga akhirnya dapat memantapkan diri bagi penulis terhadap data yang terkumpul. Dalam mengekspos terkait penulisan ini penulis mendiskusikan tema yang berkaitan dengan konsentrasi belajar baik gangguan yang bersifat eksternal dan gangguan internal. Setelah penulis mengekspos hasil yang ditemukan kemudian itu didiskusikan dan hasil yang ditemukan ada beberapa hal yang juga terkait problem yang ditemukan oleh penulis. Sebagaimana dikatakan oleh saudara Suhendra Manggopa dalam diskusi itu ketika pada saat mendengarkan materi yang penting dari seseorang atau dalam kondisi membaca buku, bahwa: Sering. Saya sering mengalami gangguan pertama karna ada hal-hal diluar tema atau sesuatu yang dibicarakan yang muncul dalam kondisi saat konsentrasi.103
102
Deskripsi Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado. 103
Hasil diskusi dengan Suhendra Manggopa. Pada tanggal 27 November 2014.
Dari apa yang sudah diungkapkan di atas terlihat ada hal-hal yang muncul saat dalam kondisi konsentrasi dan ini berarti terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Sebagaimana dikatakan lagi oleh saudara Suhendra Manggopa, bahwa: Dari laur saya rasa cukup jelas yaitu keributan mungkin berisik ada suara-suara yang keras muncul disaat saya sedang berkonsentrasi dari dalam atau internal saya sendiri yaitu mengenai ingata-ingatan yang muncul yang maksudnya persoalan yang belum selesai tiba-tiba muncul dalam pikiran saya atau mendesak saya.104 Dari ungkapan di atas dapat dilihat adanya gangguan eksternal yang di alami olehnya seperti kondisi ribut dan bahwa ia merasa terganggu saat sedang membaca buku atau sedang mendengarkan sesuatu yang diakibatkan oleh suara gaduh. Selain itu, terkait gangguan internal ia juga merasa terganggu adanya ingatan yang tiba-tiba muncul dan mendesak sehingga menghilangkan konsentrasi terhadap sesuatu. Dengan demikian penulis menemukan hasil bahwa kondisi gagguan yang bersifat eksternal dan internal ada dan dapat terjadi pada kondisi saat melakukan aktivitas.
B. Pembahasan 1. Peran Guru dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Manado Peran guru merupakan hal yang sangat penting terhadap perkembangan pengetahuan siswa. Guru yang baik adalah mampu membuat suasana pembelajaran menjadi menarik untuk dilakukan oleh para siswa dan pada prosesnya tidak hanya menarik tapi sampai pada keseriusan di setiap materi yang dipelajari.
104
Hasil diskusi dengan Suhendra Manggopa. Pada tanggal 15 November 2014.
Menurut Undang-undang RI Nomor 74 tahun 2008 tentang guru dan dosen dalam Abd. Muin, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusai peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.105 Itu artinya jelas bahwa sebagai seorang guru profesional ia harus mengetahui tentang tugas itu baik yang berkaitan dengan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusai bahkan sampai pada mengevaluasi setiap hasil yang dicapai oleh siswa. Sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Undang-undang RI Nomor 74 tahun 2008 tentang guru dan dosen, maka tak dapat dipungkiri bahwa setiap pendidik baik guru maupun dosen harus mengetahuinya sebagai landasan bahwa ia sadar akan posisinya sebagai seorang pendidik. Dimana hal ini juga dikatakan oleh kepala sekolah SMA Negeri 9 Manado bahwa: Peran guru tentu sesuai tugas masing-masing tugas ini mereka tahu mereka mulai dari merencanakan menciptakan bahkan sampai perbaikan.106 Berdasarkan ungkapan di atas bahwa terlihat guru memiliki peran yang sangat penting bagi pengembangan pengetahuan siswa mulai dari merencanakan, menciptakan dan sampai pada hasil evaluasi, terlebih penting juga pada apa yang sudah tertera dalam Undang-undang RI Nomor 74 tahun 2008 tentang guru dan dosen. Terkait dengan peran seorang guru ini tentunya sesuai dengan apa yang telah
105
Abd. Muin dalam, Jurnal Edukasi, (Vol 7, No. 2; Pulsitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2009), h. 7. 106
Hasil Wawancara dengan Ibu Nelly Roosje Tani kepala sekolah di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 30 Oktober 2014.
diketahui bahwa pengertian guru adalah orang yang melakukan bimbingan107, memberikan motivasi dan meningkatkan konsentrasi belajar bagi siswa itu sendiri. Jika demikian maka dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Tujuanpun menjadi penting ketika sebuah proses pembelajaran dibuat dalam bentuk apapun. Sehingga guru memiliki tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas dan untuk membantu proses perkembangan siswa. Guru sebagai pendidik diharuskan memiliki sikap profesionalisme dalam mendidik siswa-siswanya. Salah satu tugas guru yang nampak dalam Indikator guru profesional adalah Sebelum mengajar guru harus sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin berupa persiapan fisik, mental, materi pendidikan dan metodologi pembelajaran. Kesiapan metodologi adalah pengusaan terhadap metode mengajar tercermin dari pemahaman yang utuh tentang materi pokok yang ada kurikulum dan diperkaya.108 Ketika seorang guru mampu meyediakan metodologi dalam membimbing dan mendorong siswa untuk meningkatkan konsentrasi belajar maka siswa tetap terkonsentrasi dalam menjalankan pembelajaran tersebut. Banyak peranan yang diperlukan oleh guru untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa khususnya pada saat di dalam kelas. Hal tersebut sebagaimana telah diungkapkan oleh bapak Supriadi selaku guru pendidikan agama Islam bahwa: Untuk meningkatkan konsentrasi belajar guru dibutuhkan peran aktifnya ketika guru mampu membangkitkan konsentrasinya maka bisa dikatakan proses
107
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Cet. 4; Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.
49. 108
Ibid., h. 57.
pembelajaran akan berlangsung dengan baik biasanya juga tergantung pada situasi dan kondisi tentu saja guru merencanakan sebuah program pembelajaran sudah dirancang termasuk membangkitkan konsentrasi ketika di lapangan atau di kelas suasananya berubah dan disinilah dibutuhkan trik-trik guru berbagai macam cara metode untuk meningkatkan konsentrasi peserta didik disesuaikan dengan kondisi.109 Berdasarkan ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa dibutuhkan peran aktif guru. Yang dimaksudkan dengan peran aktif guru adalah guru harus memahami situasi atau kondisi para siswa. Artinya, guru harus mampu dan jeli dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang mampu menarik perhatian para siswa dalam proses pembelajaran sehingga konsentrasi semua siswa di dalam kelas tertuju pada pelajaran yang telah dipaparkan oleh seorang guru dan tentunya yang berkaitan dengan mata pelajaran pendidikan agama Islam. Definisi pendidikan agama Islam secara lebih rinci dan jelas, tertera dalam kurikulum, Pendidikan Agama Islam ialah sebagai upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.110 Sebagaimana tujuan dan fungsi dari pendidikan agama Islam adalah Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama
109
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014 110
Ramayulis, op. cit, h. 21.
Islam.111 Ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh kepala sekolah SMA Negeri 9 Manado: Siswa itu bukan hanya memiliki kemampuan akademis tetapi harus memiliki juga mental yang baik mengharapan bahwa guru dalam kelas itu harus memberikan jiwa motivasi memberikan dorongan agar supaya mereka belajar dengan baik ada hal-hal yang mereka dapatkan di dalam kelas dalam setiap mata pelajaran dan memberikan bekal.112 Berdasarkan ungkapan di atas terlihat bahwa pembentukan mental anak tidak hanya berdasarkan kemampuan akademis, akan tetapi keduanya seharusnya berkesesuaian. Guru Pendidikan Agama Islam ketika memberikan pembelajaran tentu tidak hanya mampu dalam memberikan materi pokok tentang Pendidikan Agama Islam melainkan mampu mengalihkan konsentrasi siswa agar semua tertuju kepada materi yang akan dipaparkan nantinya dan hal tersebut tentunya ciri khas bagi tiap-tiap guru dalam
memulai
pembelajaran
khususnya
guru
Pendidikan
Agama
Islam.
Sebagaimana telah diungkapkan oleh guru Pendidikan Agama Islam bahwa: Ada hal-hal yang bisa membuat mereka punya perhatian penuh terhadap apa yang akan disampaikan guru. Sesungguhnya konsentrasi itu juga tidak hanya melulu tertuju ke guru ada hal-hal yang tentu diluar kendali kita maka disini juga dibutuhkan bagaimana guru mampu berperan aktif untuk membuat suasana itu agar anak-anak tetap pada kondisi konsentrasi belajar kalau kemudian misalnya menggunakan strategi dimana guru mengarahkan kondisi agar tetap berjalan dengan baik sehingga materi-materi yang disampaikan mampu dipahami oleh para siswa.113
111
Abdul majid dan Dian andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Cet. 3; Bandung: tp, 2006), h. 134-135. 112
Hasil Wawancara dengan Ibu Nelly Roosje Tani kepala sekolah di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 30 Oktober 2014.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa dalam memulai proses pembelajaran guru sebaiknya memberikan sepatah kata yang menarik kepada siswa agar konsentarsi belajar siswa dalam menerima pelajaran nantinya akan tertuju kepada apa yang telah dipaparkan oleh seorang guru. Ini sesuai dengan apa yang telah diungkapkan oleh bapak Supriadi bahwa: Adalah yang sangat penting ketika masuk kelas guru kemudian bisa menyampaikan sesuatu yang menarik perhatian siswa dan ketika proses berlangsung otomatis.114 Berdasarkan ungkapan di atas bahwa sangatlah penting bagi seorang guru untuk kemudian menyampaikan sesuatu yang menarik perhatian disela-sela proses pembelajaran itu dimulai maupun sampai pada akhir pembelajaran agar situasi dalam pembelajaran menjadi lebih efektif. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa, guru harus berperan aktif dalam merangsang perhatian para siswa agar tetap memperhatikan pelajaran yang telah disampaikan. Pelaksanaan proses pembelajaran menuntut adanya berbagi peran untuk senantiasa aktif dan aktivitas interaksi belajar mengajar dengan peserta didiknya. Peran guru dipandang strategis dalam usaha mencapai keberhasilan proses belajar mengajar, apabila guru mampu menempatkan dan menjadikan posisi tersebut sebagai pekerjaan yang profesional.
113
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014 114
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014
2. Hambatan Guru dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Manado The Liang Gie mendefinisikan konsentrasi belajar sebagai pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.115 Dari pengertian itu, maka konsentrasi belajar merupakan kegiatan pemusatan (fokus) perhatian atau kesadaran pada apa yang sedang dilakukan secara mendalam yang berkaitan dengan pelajaran kemudian menghasilkan perubahan pada tingkat kemampuan menyerap pengetahuan seseorang. Faktor penghambat atau gangguan sering berakibat pada tidak terfokusnya seseorang terhadap seseuatu yang sedang dilakukan. Dan ini terutama berkaitan dengan siswa yang sering mengalami kelemahan berkonsentrasi dalam aktifitas pembalajaran terutama ketika menyerap setiap materi yang diberikan sangatlah berkaitan dengan faktor-faktor yang menghambat atau mengganggu. Ini tentunya, berdasarkan penelaahan para ahli pendidikan, penyebab rendahnya kualitas dan prestasi belajar seseorang, sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan orang tersebut untuk dapat melakukan konsentrasi belajar. Padahal, bermutu atau tidaknya suatu kegiatan belajar atau optimalnya hasil belajar seseorang sangat bergantung pada intensitas kemampuan konsentrasi belajar dirinya.116 Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa sesungguhnya terdapat faktorfaktor yang menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar siswa sebagaimana
115
Lihat skripsi, Istianah, Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008). 116
Hendra Surya, Cara Belajar Orang Genius, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013),
h. 69-70.
telah diungkapkan oleh guru bapak Supriadi ketika proses pembelajaran pendidikan agama Islam sedang berlangsung, faktor itu adalah sebagai berikut: Kalau hambatan itu biasa ada kita lihat pada faktor internal yang berkaitan dengan gangguan dalam diri dan juga faktor eksternal yang erat kaitannya dengan gangguan luar.117 Ungkapan di atas dapat dilihat bahwa hambatan atau gangguan yang sering dialami oleh setiap siswa terutama siswa-siswa di SMA Negeri 9 Manado bersifat internal dan eksternal. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dipelajari dalam bab sebelumnya bahwa faktor terjadinya gangguan konsentrasi belajar dapat dilihat pada faktor eksternal yaitu gangguan belajar dari luar ini yang berkaitan dengan gangguan indra, seperti penglihatan, pendengaran dan penciuman. Sedangkan faktor internal yaitu gangguan belajar yang datang dari dalam diri sendiri ini bisa berasal dari gangguan fisik dan psikis.118 a. Gangguan eksternal Faktor eksternal selalu berkaitan dengan gangguan belajar dari luar yang berkaitan dengan indra, seperti penglihatan, pendengaran dan penciuman. Gangguan seperti ini sering kali berpengaruh juga pada tingkat konsentrasi siswa ketika dalam proses pembelajaran. Menurut bapak Supriadi, gangguan ekternal yang sering terjadi di SMA Negeri 9 Manado, adalah:
117
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M. Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014 118
Hendra Surya, op. cit., h. 72-73.
Pertama teman sebangkunya ada anak-anak yang katakanlah suka usil atau suka mengganggu ini tidak bisa kita pungkiri hal-hal seperti itu tentunya ada peserta didik yang lainnya mau belajar sementara yang lainnya sukanya mengganggu atau mengobrol. Kedua faktor ketika kita sedang mencoba untuk melakukan sebuah proses pembelajaran saat proses ini berlangsung ada misalnya siswa lain dari luar masuk minta izin ataupun mungkin dari dalam juga minta izin keluar atau ada penyampaian-penyampaian lainnya. Ketiga kelas sebelah yang kondisinya ribut kami yang sementara melakukan proses pembelajaran di ruang kelas agama merasa terganggu atau karena mungkin dekat jalan raya akibat suara-suara kendaraan seperti mobil dan motor yang dapat membuyarkan konsentrasi saya pikir itu untuk beberapa hambatan peserta didik dalam proses belajar.119 Dari pernyataan di atas dapat dilihat adanya beberapa hambatan atau gangguan yang sering dialami ketika proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 9 Manado sedang berlangsung, seperti gangguan dari teman sebangku, suara gaduh dari kelas sebelah, dan penyampaian-penyampaian lainnya, serta kondisi ribut yang diakibatkan karena berdekatan dengan jalan raya akibat seperti suara mobil dan motor. Yang pada prosesnya menghambat siswa dalam proses belajar. Ini sesuai yang dikatakan Hasbullah Thabrany bahwa, teman dan orang-orang disekitar kita bisa jadi sumber gangguan konsentrasi. Kalau kita sedang asik menekuni sesuatu kemudian kerap kali ada orang bertanya atau mengajak berbicara kepada kita; tentu saja konsentrasi kita akan terganggu.120 Dari beberapa faktor yang diuraikan di atas juga sering dialami oleh para siswa ketika sedang melakukan proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan
119
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, Di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014 120
Hasbullah Thabrani, Rahasia Sukses Belajar, (Cet. 2; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1997), h.
38.
agama Islam, seperti gangguan dari teman sebangku/sekelas seperti penuturan Ririn Wulandari Prijanto siswa kelas XII IPA-6 : Teman sekelas juga berpengaruh misalnya dalam satu kelas itu ketika teman itu tidak lagi konsentrasi terhadap pelajaran biasanya kita diajak bicara sehingga saya sendiri tidak lagi fokus terhadap pelajaran.121 Di dalam kelas sendiri teman sebangku suka ribut sehingga membuat konsentrasi saya terganggu.122 Selain itu kelas tetangga atau siswa lain ketika lewat di depan kelas sering menimbulkan keributan, seperti yang diungkapkan oleh Natania siswa kelas X MIA3, Bagus Bayu Adi Pamungkas Siswoyo siswa kelas X MIA-3 dan Kenyo Sisvanto siswa kelas XI MIA-6, bahwa: Biasanya juga kelas tetangga ribut sehingga membuat kami tidak bisa lagi mendengar apa yang disampaikan oleh ustad mengenai pelajaran yang sedang diajarkan.123 Sering ada yang siswa-siswa lain yang bernyanyi ketika lewat di depan kelas sehingga membuat kami yang ada dikelas merasa terganggu akibat suara yang ditimbulkan.124 Banyak juga teman-teman yang dari luar yang suka berteriak-teriak di depan kelas sehingga membuat proses belajar kami terganggu.125
121
Hasil Wawancara dengan Ririn Wulandari Prijanto siswa kelas XII IPA-6 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 03 November 2014 122
Hasil Wawancara dengan Vania Julita siswa kelas XI MIA-5 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 03 November 2014 123
Hasil Wawancara dengan Natania siswa kelas X MIA-3 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 04 November 2014 124
Hasil Wawancara dengan Bagus Bayu Adi Pamungkas Siswoyo siswa kelas X MIA-3 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 04 November 2014 125
Hasil Wawancara dengan Kenyo Sisvanto siswa kelas XI MIA-6 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 04 November 2014
Ada juga kondisi lain yang sering memungkinkan siswa itu tidak bisa konsentrasi terhadap pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 9 Manado, seperti kelas yang berdekatan dengan jalan raya, ada kendaraan seperti motor yang memakai knalpot racing bisa mengganggu pendengaran saat proses pembelajaran sedang berlangsung, sebagaimana diungkapkan oleh Luky Efendy siswa kelas XI MIA-1, bahwa: Kalau lingkungan sekitar ada kadang ada motor yang knalpotnya racing sering gas-gas yang menimbulkan suara berisik dan itu dapat mengganggu konsentrasi kami ketika proses pembelajaran agama Islam sedang berlangsung.126 Dari beberapa ungkapan di atas terlihat adanya faktor hambatan atau gangguan eksternal yang sering terjadi di lingkungan sekolah SMA Negeri 9 Manado, ketika sedang dalam aktifitas pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam, seperti keributan dari kelas tetangga sampai pada kondisi ribut yang diakibatkan oleh kendaraan yang menggunakan knalpot racing. Dengan kondisi seperti ini, sangatlah berdampak pada proses konsentrasi belajar setiap siswa dalam menyerap mata pelajaran yang di ajarakan oleh guru yang bersangkutan. Tapi kondisi seperti itu tidak bisa dipungkiri bahwa itu sering terjadi dalam lingkungan sekolah, seperti yang telah kita ketahui di atas terkait faktor penghambatan yang sering dialami oleh guru agama di SMA Negeri 9 Manado, bahwa: Kita memaklumi bahwa dimanapun pasti ada gangguan eksternal itu atau bahkan gangguan internal itu sampai ada hal-hal tertentu yang mungkin bisa saja terjadi selama proses pembelajaran berlangsung nah itu kadang membuyarkan konsentrasi siswa lainnya.127
126
Hasil Wawancara dengan Luky Efendy siswa kelas XI MIA-1 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 04 November 2014
Dalam kondisi seperti yang terungkap di atas bahwa hambatan atau gangguan internal dan eksternal itu tidak bisa dipungkiri akan terjadi dimanapun dan kondisi kapanpun. Artinya, dengan melihat hal tersebut sangatlah dibutuh kejelian seorang guru dalam menanggapi setiap hal yang terjadi terutama saat proses pembelajaran agama sedang berlangsung. b. Gangguan internal Gangguan internal sering berkaitan dengan kondisi fisik dan psikis siswa. Setiap aktifitas siswa mulai dari rumah sampai di sekolah biasanya mengalami gangguan tersebut yang berakibat fatal pada diri siswa itu sendiri. Sehingga proses itu membuatnya menurun dalam menerima setiap materi yang diberikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak Supriadi yang berkaitan dengan gangguan internal bahwa: Mungkin ada persoalan yang dia bawah dari rumah dirinya ini mengalami apa yang anak-anak sekarang bilang kegalauan sehingga dia apapun cara yang kita coba tempuh tetap dia tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran yang sedang berlangsung pada akhirnya peserta didik ini tidak bisa sepenuhnya belajar atau karena tidak bisa sepenuhnya berkonsentrasi dalam pelajaran karena punya masalah-masalah pribadi.128 Hal ini juga sesuai dengan penuturan Indah Setiawati Lambanaung selaku siswa kelas X MIA-2 yang menyatakan : Menurut saya gangguan konsentrasi belajar di dalam diri sendiri itu ada artinya terkadang saya merasakan pikiran saya tidak terfokuskan pada pelajaran soalnya saya juga bersekolah di sini karena beasiswa dari pemerintah saya
127
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014 128
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014
asalnya dari Sanger Jadi disini jauh dari orang tua hal itulah yang membuat saya terfikirkan tapi karena kewajiban saya menuntut ilmu saya harus kuat jadi saya tetap bersemangat melanjutkan sekolah saya demi orang tua dan cita-cita saya sendiri meskipun ada sedikit gangguan pada konsentrasi belajar saya.129 Selain itu juga ada gangguan internal yang berkaitan psikis seperti penuturan Ririn Wulandari Prijanto siswa kelas XII IPA-6 menyatakan : Yang mengganggu saya ketika berada di sekolah adalah rasa sakit itu tentunya sangat mengganggu saya dalam memahami pelajaran-pelajaran yang disampaikan.130 Dari hambatan atau gangguan yang sering dialami oleh setiap siswa dapat dilihat dari ungkapan diatas seperti jauh dari orang tua dan gangguan yang seperti rasa sakit (fisik) sangatlah berpengaruh terhadap setiap prestasi akademik siswa. Dan pada prosesnya dapat menghilangkan konsentrasi belajar terhadap mata pelajaran yang diajarkan terutama pendidikan agama Islam, yang dalam hal ini merupakan mata pelajaran yang pada intinya membentuk siswa untuk mempunyai pribadi atau akhlak yang berlandaskan Islami.
3. Solusi Guru dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Manado Mata pelajaran pendidikan agama Islam, pada kondisi sekarang merupakan hal yang urgen untuk di ajarakan kepada setiap siswa. Sebab hal yang demikian sangat berpengaruh terhadap tingkal laku seorang siswa, jika hal tersebut diajarkan dengan cara-cara tertentu kiranya itu akan tertanam pada setiap pribadi siswa. Dan
129
Hasil Wawancara dengan Indah Setiawati Lambanaung siswa kelas X MIA-2 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 04 November 2014 130
Hasil Wawancara dengan Ririn Wulandari Prijanto siswa kelas XII IPA-6 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 03 November 2014
ini menjadi tugas pokok bagi seorang guru agama dalam setiap aktifitas pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Sesuai dengan tujuannnya dalam Departemen Pendidikan Nasional bahwa pendidikan agama Islam sebagaimana, ialah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah swt. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.131 Maka seharusnya upaya itu selalu menjadi patokan bagi guru pendidikan agama Islam yang berada di SMA Negeri 9 Manado untuk selalu memiliki tujuan dalam mengajar. Untuk itu, kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peran yang penting, dan sedemikian strategis dalam menciptakan kondisi belajar yang efektif. Selain itu lingkungan belajar harus kondusif
132
Maka diperlukan solusi semacam
strategi atau metode dalam menanggulangi semacam gangguan internal dan gangguan eksternal, seperti yang diungkap oleh bapak Supriadi, bahwa: Bagaimana upaya kita menyiasati supaya tidak terlalu mengganggu proses pembelajaran kita coba merubah metode merubah pola pembalajaran agar supaya perhatiannya tidak beralih pada kelas tetangga atau mungkin ketika ada anak yang suka mengganggu kita memberikannya pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pelajaran sehingga dia tidak lagi mengganggu temannya dan konsentrasinya beralih ke proses pembelajaran.133
131
Heri Gunawan, op.cit., h. 205-206.
132
Hendra Surya, op. cit., h. 76.
Dengan ungkapan di atas adanya kejelian guru dalam menyiasati proses pembelajaran, seperti menggunakan metode atau merubah pola belajar agar supaya kondisi siswa dimungkinkan untuk dapat berkonsentrasi terutama dalam proses pembelajaran agama Islam, sebagaimana yang diungkapkan oleh Haradzul siswa kelas XII IPS-2, bahwa: Untuk mata pelajaran PAI Alhamdulillah saya bisa berkonsentrasi karena gaya mengajar ustad Supriadi tidak terlalu membosankan jadi cukup mengasyikkan metode yang sering kita jumpai di kelas adalah metode berdiskusi jadi dalam proses belajar mengajar kami bisa terlibat aktif tidak hanya mendengarkan tapi bisa menyanggah maupun berkomentar terhadap apa yang dijelaskan.134 Dari ungkapan di atas dapat dilihat bahwa metode dan pola pembelajaran ketika disiasati akan menimbulkan hal yang positif seperti ketika guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan mata pelajaran agama Islam, dimana setiap siswa dimungkinkan untuk dapat berdiskusi dengan cara bertanya atau menyanggah apa yang sebelumnya telah dijelaskan oleh guru. Ini tentunya sesuai dengan apa yang dikatakan Hendra Surya bahwa hasrat ingin tahu lebih lanjut secara terfokus dan mendalam atau mendetail setiap apa yang dipelajari tersebut dengan aktif bertanya.135 Hal ini kiranya dapat dijadikan solusi untuk bagaimana setiap siswa dapat berkonsentrasi terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 9 Manado.
133
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014 134
Hasil Wawancara dengan Haradzul siswa kelas XII IPS-2 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 04 November 2014 135
Hendra Surya, op. cit., h. 81.
Selain itu, ada juga beberapa metode yang dijadikan sebagai solusi ketika mata pelajaran pendidikan agama Islam ketika sedang berlangsung, sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak supriadi, bahwa: Saat kita masuk kelas biasanya kalau di SMA 9 begitu siswa masuk ada jeda bagi mereka untuk menyiapkan dirinya baru kemudian kita mulai setelah tenang tentu awalnya berdo‟a mulai dari berdo‟a kita konsentrasikan kita satukan hati baru kemudian kita mulai pelajaran.136 Tambahnya: Kemudian kita coba dengan cerita pendek sebagai selingan untuk mengalihkan perhatian agar konsentrasi anak-anak itu bisa kembali kepelajaran dan tentunya ada keterkaitan dengan materi pembelajaran yang disampaikan.137 Beberapa cara yang pernah saya lakukan untuk meningkatkan konsentrasi atau mengalihkan perhatian anak-anak yang tadinya mulai terganggu untuk fokus lagi kepelajran misalnya menggunakan media elektronik kita bisa menayangkan film-film edukatif yang durasinya pendek suatu film yang tentunya menyangkut dengan contoh-contoh dalam pembelajaran itu biasanya cenderung efektif untuk menarik perhatian peserta didik.138 Ungkapan di atas sesuai dengan apa yang dikatakan oleh beberapa siswa SMA Negeri 9 Manado ketika diwawancarai terkait metode atau strategi apa saja yang dilakukan oleh guru agama: Tidak hanya fokus di pelajaran tetapi juga sering menceritakan kisah yang lebih mendekati dengan pembelajaran tersebut.139
136
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014 137
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014 138
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014 139
Hasil Wawancara dengan Adi Kurniawan siswa kelas XI MIA-1 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 03 November 2014
Biasanya juga ustad Supriadi menjelaskan dengan menggunakan barang-barang elektronik laptop dan LCD sehingga kami bisa membaca materi tersebut secara langsung dari media yang digunakan.140 Samua metode pembalajaran yang ustad lakukan selalu menyenangkan yang paling menyenangkan itu ketika ustad memutar film-film edukatif yang durasinya pendek tayangan itulah yang membuat kami berfikir bahwa materi yang kami pelajari ternyata contoh-contohnya ada ditayangan itu.141 Dari beberapa ungkapan diatas tentang apa saja yang dijadikan solusi oleh guru agama antara lain seperti membuat cerita-cerita menarik dan penggunaan barang-barang elektronik yang digunakan sebagai media pembelajaran dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam, sangatlah membantu demi kelancaran dan terutama meningkatkan konsentrasi belajar siswa walaupun hanya separoh dari waktu yang ada sehingga gangguan atau hambatan yang dapat merusak konsentrasi belajar siswa dapat diminimalisir. Sebagaimana dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa perlunya disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (refreshing) saat menghadapi kejemuan belajar142 untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Supriadi, bahwa: Adanya gangguan atau hambatan internal dan eksternal itu bisa kita siasati sesuai dengan situasi yang ada kita tidak bisa merencanakan bagaimana cara atau solusi untuk itu karena biasanya di kelas atau di lapang nantinya situasinya akan berbeda dengan apa yang kita rencanakan.143
140
Hasil Wawancara dengan Reynaldy Ikhlasul Amal Makalalag siswa kelas XII IPA-6 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 03 November 2014 141
Hasil Wawancara dengan Ririn Wulandari Prijanto siswa kelas XII IPA-6 di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 03 November 2014 142
Hendra Surya, op. cit., h. 81.
143
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014
Kemudian tambahnya: Proses selanjutnya dalam dua jam kedepan pelajaran separoh saja waktu yang ada itu digunakan untuk berkonsentrasi dalam belajar itu setidaknya sudah membantu siswa-siswa untuk berkonsentrasi pada pelajaran.144 Dari ungkapan di atas dapat dilihat bahwa pada proses pembelajaran situasi kelas tentunya akan berbeda dari apa yang sudah direncanakan. Artinya, peran seorang guru mampu membaca situasi lingkungan belajar sekreatif mungkin hingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Beberapa solusi yang telah dikemukakan di atas pada beberapa hal telah berdapampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Tapi kemudian pada proses selanjutnya guru diharapkan mampu membaca situasi yang ada sehingga konsentrasi belajar siswa dapat teratasi dan tentunya memaksimalkan setiap metode yang akan digunakan yang tentunya sesuai dengan kondisi yang ada.
144
Hasil Wawancara dengan Supriadi, M.Pd.I Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam, di SMA Negeri 9 Manado, pada tanggal 29 Oktober 2014
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu: 4. Peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado adalah guru mampu berperan aktif untuk membuat suasana itu agar siswa tetap pada kondisi konsentrasi belajar dan guru mampu membangkitkan konsentrasi siswa. Kemudian memberikan motivasi dan dorongan untuk pembentukan mental yang baik. 5. Hambatan guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang berkaitan dengan indra seperti suara gaduh dari kelas lain, suara mesin kendaraan dan gangguan dari teman sebangku. Sedangkan faktor internal yang berkaitan dengan gangguan fisik dan psikis, seperti rasa sakit, tidak mood dan secara psikologis akibat berjauhan dengan orang tua. 6. Solusi guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado yaitu meberikan arahan pada siswa itu sendiri dengan cara persuasif berupa memotivasi diri, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Kemudian dalam mengatasi ketidakkonsentrasian siswa adalah guru selalu menggunakan metode yang
menyenangkan dan sesuai dengan kondisi belajar dan tentunya mampu membuat lingkungan belajar menjadi efektif.
B. Saran-saran Setelah penulis mengemukakan kesimpulan tersebut di atas, maka terdapat pula berupa saran-saran sebagai berikut: 1. Guru hendaknya intensif dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa terutama pada mata pelajaran agama Islam (PAI), menggunakan metodemetode yang lain yang tentunya sesuai dengan kondisi yang ada sehingga apa yang dipelajari dapat bermanfaat terutama dalam pembentukan sikap yang Islami. 2. Siswa juga hendaknya lebih memusatkan konsentrasinya belajarnya, sehingga apa yang dipelajari pada mata pelajaran yang disampaikan oleh guru mudah untuk dipahami dan diikuti.
DAFTAR PUSTAKA A. M. Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, cet. 12; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005 Abd. Muin, Jurnal Edukasi, Vol 7, No. 2; Pulsitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2009 Arfhan, Imron, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, Cet. 3; Malang: Kalimasada Press, 1996 Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos, 1999 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Cet. 3; Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, tt Az-Zahrani, Musfir bin Said, Konseling Terapi, Penerjemah Sari Narulita & Miftahul Jannah Jakarta: Gema Insani Press, 2005 Aziz, Hamka Abdul, Karakter Guru Profesional, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Cet 4. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002 Dachrud, Musdalifah, Studi Kasus Program Modifikasi Perilaku Kognitif Terhadap Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dalam Jurnal Iqra‟ Vol. 11, No. 2; Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Manado, 2012 Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam; Dalam Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Kencana, 2004 Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvonna S., Handbook of Qualitative Research, penerjemah Dariyatno dkk, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi IV Jakarta: PT. Gramedia Puataka Utama, 2008 Djamarah, Syaiful B., Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif; Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Cet.2; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005 Durubatu, Nurhayati Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Akhlak Mulia Siswa di SMP Negeri 1 Likupang, Manado, STAIN Manado, 2014 Firdaus, Ahmad Zuhdi, Menjadi Guru Idola, Yogyakarta: Gen-K Publisher, 2010
Gunawan, Heri, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Alfabeta, 2012 Hadi, Sutrisno, Metodologi Resources, Yogyakarta: Andi Offset, 2002 Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011 Heryono, Daniel, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi baru. Jakarta: Tim Pustaka Pheonix, 2013 Imran, Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1996 Istianah, Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008 Jalaluddin, H., Psikologi Agama, Cet. 8; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004 Kasiram, H. Moh., Metodologi Penelitian Kualitatif-Kualitatif, Cet. 2; Malang: UINMaliki Press, 2010 Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahan, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012 Loekmono, Lobby, Belajar Bagaimana Belajar, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1994 Majid, Abdul & Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Cet. 3; Bandung: tp, 2006 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 Marimba, Ahmad D., Filsafat Pendidikan, Bandung: Al-Ma‟arif, 1989 _________________, Metode Khusus Islam, Cet.5; Bandung: PT. Al-Maarif, 1981 Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000 Najafi, Ibnu Hasan & Khalfan, Mohammed A. Pendidikan dan Psikologi Anak, Penerjemah, M. Anis Maulachena, Jakarta: Cahaya 2006 Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Puspitorini, Dewi, Pengaruh Perlakuan Orang Tua di Rumah Terhadap Konsentrasi Belajar di Sekolah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga Tahun 2011, Salatiga: STAIN Salatiga, 2011 Qomariyah, Nia Nurul, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X-5 (Atlet) dalam Memahami Mata Pelajaran Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa SMA NU Al Ma’ruf Tahun 2012/2013, Kudus: Universitas Muria Kudus, 2013 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 9; Jakarta: Kalam Mulia. 2011 ________, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cet. 4; Jakarta: Kalam Mulia, 2005 Rohani, Ahmad & Ahmadi, Abu, Pengelolaan Pengajar Cet. 2; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995 Saleh, Abdul Rahman & Wahab, Muhbib Abdul, Psikologi Suatu Pengantar; Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004 Salim, Peter, The Contemporary English-Indonesia Dictionary, Jakarta: Media Eka Pustaka, 2005 Setiani, Amalia Cahya, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2013/2014, Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2014 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Cet. 6; Jakarta: Rineka Cipta, 2013 Soekarno & Supardi, Ahmad, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1990 Sudarsono, Kamus Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997 Suharsaputra, Uhar, Menjadi Guru Berkarakter, Bandung: PT. Refika Aditama, 2013 Suralaga, Fadilah, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 Surya, Hendra, Cara Belajar Orang Genius, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013 Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, ed. II Cet. 17; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet. 6; Bandung: Alfabeta, 2010 ________, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009
________, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. 15; Bandung: Alfabeta, 2012 Syatra, Nuni Yusvavera, Desain Relasi Efektif Guru dan Murid, Jogjakarta: Bukubiru, 2013 Thabrani, Hasbullah, Rahasia Sukses Belajar, Cet. 2; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1997 Uhbiyati, Nur Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Pustaka Setia, 1997 Umar, Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010 Zaini, Syahminan, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1986 http://notapendidikankhasku.blogspot.co.id/2013/01/1.html