TUGAS METODE PENELITIAN DAN SEMINAR
DISUSUN OLEH NAMA
: MUHAMMAD JAKA SYAHPUTRA
NIM
: 150821004
DEPARTEMEN FISIKA PROGRAM STUDI FISIKA EKSTENSI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
1. Tulislah rencana penelitian (proposal penelitian) yang akan dilakukan pada akhir kuliah anda ! Hal-hal yang perlu ditulis meliputi :
a. Judul : PENGUJIAN LEAD APRON MENGGUNAKAN METODE RADIOGRAFI DI INSTALASI RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
b. Latar Belakang :
Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin meningkat. Pada cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat pesat diantaranya adalah di bidang radiodiagnostik yang perkembangannya diawali dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895 (Rasad,2006). Pemeriksaan radiodiagnostik dengan memanfaatkan sinar-X dapat mengakibatkan efek samping bagi tubuh manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya studi intensif efek radiasi terhadap jaringan tubuh manusia yang terus dilakukan oleh para ahli radiobiologi, hingga akhirnya secara pasti diketahui bahwa radiasi tersebut dapat menimbulkan kerusakan somatik berupa kerusakan sel-sel jaringan tubuh dan kerusakan genetik berupa mutasi selsel reproduksi (Akhadi, 2000). Menurut Corr (2010), berbagai usaha telah dilakukan untuk membatasi dampak negatif pengunaan sinar-X, salah satu dari usaha tersebut adalah makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi proteksi radiasi. Menurut Akhadi (2000), jenis sumber radiasi yang berpotensi memberikan penyinaran pada tubuh manusia, yaitu sumber eksternal apabila sumber itu berada di luar tubuh manusia, dan sumber internal apabila sumber tersebut ada di dalam tubuh manusia. Bahan radiasi dari sumber-sumber eksternal ini dapat dikendalikan dengan mempergunakan tiga prinsip dasar proteksi radiasi, yaitu pengaturan waktu, pengaturan jarak, dan penggunaan perisai. Setiap kegiatan proteksi ditunjukan untuk menekan serendah mungkin penerimaan dosis oleh pekerja sehingga batasan dosis yang ditetapkan tidak melampaui. Semua penyinaran harus ditekan agar serendah mungkin,
itu sendiri dan orang sekelilingnya. Alat pelindung diri atau perlengkapan proteksi yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi adalah sarung tangan Pb, gonad shield , tyroid shield , dan lead apron . Menurut Edward (1990), bahan untuk membuat lead apron harus yang ringan dan fleksibel agar lebih nyaman saat digunakan. Ketebalan lead apron sekurang-kurangnya mempunyai ketebalan setara tebal timbal (pb) yaitu 0,25 mm sampai 1,25 mm. Menurut Lambert dan Mc Keon (2001), lead apron ini dirancang untuk menutupi bagian depan tubuh dari tenggorokan sampai ke lutut. Menurut Grover et al (2002), perawatan lead apron sangat penting untuk diperhatikan agar lead apron tersebut tidak mengalami kerusakan, misalnya dengan menjatuhkan di lantai dan meletakkannya tidak pada rak lead apron. Semua hal itu dapat menyebabkan patahan internal pada lead apron . Bila lead apron tidak digunakan, seharusnya diletakkan pada rak tempat lead apron . Menurut Lambert dan Mc Keon (2001), lead apron itu harus diuji untuk melindungi kerapatan dari kondisi fisik lead apron tersebut, sekitar 12-18 bulan sekali. Menurut Brenann et al (2004), pengujian lead apron dilakukan dengan menggunakan pesawat sinar-X fluoroscopy unit dan pesawat sinar-X stasioner. Selain dilakukan pengujian, perawatan dan pemeliharaan lead apron juga perlu dilakukan agar kondisi fisik dari lead apron tetap terjaga. Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga terdapat 6 buah lead apron dimana 2 buah lead apron tersebut dari segi kondisi fisik yang kurang bagus terlihat pada bagian bawah sudah ada patahan-patahan timbal dan robekan jahitan pada bagian bawah lead apron, sedangkan 4 buah lead apron lainnya masih terlihat bagus dari segi kondisi fisik dengan dilakukannya insepksi secara langsung terhadap lead apron. Dengan kesetaraan tebal timbal yang bervariasi yaitu 0,25 mm dan 0,50 mm. Lead apron di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga diletakkan pada ruang pemeriksaan stasioner ruang 1 dan flouroscopy, ruang pemeriksaan stasioner ruang 2 dan panoramic, dan pada ruangan CT-Scan. Perawatan apron yang tidak digunakan biasanya dengan cara di gantungkan atau diletakan pada meja pemeriksaan untuk memudahkan pengambilan dan mudah dalam penjangkauan jika diletakkan diatas meja pemeriksaan dibandingkan mengambil pada gantungan yang jaraknya relatif jauh. Sehingga lead apron mudah rusak dikarenakan cara penyimpanan yang kurang baik dan
juga digunakan oleh radiografer, radiolog, dan keluarga pasien pada saat pemeriksaan radiografi seperti CT-Scan, panoramic, dan pemeriksaan pada anak yang membutuhkan bantuan keluarga pasien. Biasanya yang sering menggunakan lead apron adalah keluarga dari pasien dikarenakan keadaan pasien yang non kooperatif atau pasien yang kurang komunikasi dan keadaan pasien yang tidak sadar maka dari itu keluarga pasien mempunyai peranan untuk menggunakan lead apron . Berdasarkan pengamatan diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengujian proteksi radiasi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga untuk menjamin bahwa lead apron ini dapat digunakan secara optimal untuk melindungi petugas radiasi, pasien maupun keluarga pasien dari bahaya radiasi dan menjadikannya dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “ PENGUJIAN LEAD APRON MENGGUNAKAN METODE RADIOGRAFI DI INSTALASI RADIOLOGI. RSUP H ADAM MALIK MEDAN”.
c. Perumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya perawatan lead apron di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan ?
2. Bagaimana hasil pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan ?
d. Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui upaya perawatan lead apron di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan ? 2. Untuk mengetahui hasil pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan ?
e. Manfaat :
1. Manfaat praktik Sebagai bahan masukan khususnya di Instalasi Radiologi agar dapat mengetahui apakah lead apron di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga mengalami kebocoran atau tidak sehingga dapat digunakan sebagai alat proteksi radiasi. 2. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan bagi pembaca dan penulis mengenai pengujian dan perawatan lead apron serta memberikan hasil mengenai pengujian lead apron di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. f.
Jadwal penelitian :
Waktu penelitian bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2015.
g. Metode penelitian :
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif.
2. Lokasi Pengambilan Data Pengambilan data untuk melengkapi penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan
3. Waktu Pengambilan Data Waktu pengambilan data dalam Karya Tulis Ilmiah ini yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2015.
4. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah enam buah lead apron di Instalasi
B. Metode Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data yang mendukung hasil penelitian ini dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi Penulis mengamati secara langsung pengujian lead apron di Instalasi RSUP H.Adam Malik Medan
2. Pengujian Lead apron Penulis melakukan pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan
3. Dokumentasi Penulis mengambil data tentang lead apron dengan mengambil hasil foto kondisi lead apron pada pengujian dan dokumen lead apron yang ada di Instalasi Radiolog RSUP H.Adam Malik Medan
H. SKEMA ALUR PENELITIAN
APD (Alat Pelindung Diri )
Gonad Shield
Lead Apron
Sarung tangan Pb
Pengujian dengan pesaswat sinar-X Stasioner
Kerusakan (retakan, patahan, lubang)
Mengalami kebocoran atau tidak X Stasioner
Tyroid Shield
I. Daftar pustaka
Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-Dasr Proteksi Radiasi. Jakarta: Rineka Cipta. BAPETEN, 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No 4 tahun 2013 Tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir. Bushong, S. C. 2001. Radiologic Science For Technologist, Physics, Biologic and Protection Seventh Edition. St. Louis: Mosby Inc. Corr, Peter. 2010. Mengenali Foto-foto Diagnostik Terj. Dian Ramadhani. Jakarta. EGC. Finnety M and Brennan P.C. 2004. Protective Aprons In Imagimg Departement: Manufacturer Stated Lead Equivalence Value Require Validation. St Anthony,S Harbert Avenuen, Dulbin 4, Ireland. Grover S. B, J Kumar, A Grupta, L Khana. 2002. Protection against radiation hazards: Regulatory bodies, saefty norm, des limits and protection devices. ICRP, 2011 , Radiologicalprotection in Fluoroscopially Guide Procedures Performed Outside the Imaging Departement. Lambert, K and McKeon, T, 2001, “ Inspection Of Lead Aprons Of Lead Aprons: Kriteria For Rijection” Oprational Radiation Safety, Suplement To
Health Physics,80, Suppl 5, May 2001, S67-S69. Lloyd, Peter, J. 2001. Quality Assurance Workbook for Radiographer and Radiological Technologist . Geneva ; WHO Oyar, Orhan dan Arzu. 2012. How Protective Are The Lead Aprons We Use Against Ionizing Radiation?. Izmir. Diagn Interv Radiol 2012;18: 147-152 Papp, Jefrey. (2006 ). Quality Management In The Imaging Science, First Edition. Aint Louis: Mosby. Rasad, Syahriar. 2006. Radiologi Diagnostik. Jakarta: FKUI Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No. 1250/ MENKES/SK/XII/2009 Tentang Pedoman Kendali Mutu (Quality Control) Peralatan Radiodiagnostik. Statkiewicz,Marry Alice, Paula J. Visconti, E. Russel Ritenour. 2006. Radiation
Suryopratomo, Ketut dan Andang Widiharto. 1998. Dasar-Dasar Fisika Radiasi. Yogyakarta; FTUGM. Tae-jin Choi, et al. 2010. Development of Lead Free Shielding Material for Diagnostic Radiation Beams Korea: Korea Journal Of medical Physics; ISSN: 1226-5829; VOL 21;NO.2;PAGE 232-237. Yulihendra, 2002. Alat Proteksi Diri. digilib.unimus.ac.id diakses tanggal 28 Januari 2015.
2. Tulislah hal-hal yang perlu dipahami tentang penyajian hasil penelitian (presentasi) secara efi sien, efektif, dan menarik. Hal-hal yang perlu dipahami tentang penyajian hasil penelitian (presentasi) secara efisien, efektif, dan menarik yaitu metode peneliti an yang menyangkut tentang: A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Survey.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah Lead Apron merupakan alat pelindung diri berupa celemek yang terbuat dari bahan timbal (Pb) yang direkomendasikan untuk dipakai oleh pekerja radiasi saat melakukan pemeriksaan. Di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan sejumlah 6 buah lead apron.
C. Metode Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data yang mendukung hasil penelitian ini dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi Penulis mengamati secara langsung pengujian lead apron di Instalasi RSUP H.Adam Malik Medan 2. Pengujian Lead apron Penulis melakukan pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan
3. Dokumentasi Penulis mengambil data tentang lead apron dengan mengambil hasil foto kondisi lead apron pada pengujian dan dokumen lead apron yang ada di Instalasi Radiolog RSUP H.Adam Malik Medan
D. Kerangka Konsep
E. Instrumen Penelitian
Penulis menggunakan alat-alat untuk pengambilan data penelitian sebagai berikut: 1. Pesawat sinar-X stasioner Merk : Philips Type /model : 9890 000 86111 Produksi : Germany Tahun : 2010 2. 6 buah lead apron. 3. Alat Tulis. 4. CR merk eleva dengan printer kodak dry view 5800 laser imager. 5. Imaging plate ukuran 35 cm x 43 cm. 6. Alat perekam gambar.
F. Prosedur Penelitian
Teknik pengujian yang dilakukan yaitu dengan teknik pengujian lead apron yang menggunakan satu sisi yaitu bagian depan. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut : a. Sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu diberi penanda atau label pada lead apron untuk memudahkan dalam pengujian. b. Pengujian lead apron dilakukan pada satu sisi kemudian dibagi menjadi 4 kuadran untuk memastikan seluruh lead apon mendapatkan penyinaran sinar-X.
c. Lead apron diletakkan dengan posisi horizontal diatas meja pemeriksaan. d. Dibawah kuadran lead apron diletakkan imaging plate berukuran 35 cm x 43 cm. Imaging Plate diletakkan dengan cara ditumpuk antar IP agar tampak seluruh bagian lead apron. e. Pesawat sinar-X diatur sebagai berikut : 1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap lead apron 2) Jarak tabung sinar-X dengan imaging plate adalah 100 cm. 3) Faktor eksposi : untuk lead apron dengan ketebalan setara dengan 0,5 mm Pb menggunakan faktor eksposi sebesar 77 kV, 25 mAs. 4) Ilustrasi pengujian
f. Bila terlihat pada layar monitor computed radiography adanya retakan pada hasil gambaran yaitu ditandai adanya garis memanjang dengan berwarna hitam ,adanya lekukan berwarna yaitu ditandai adanya gambar seperti gelombang berwarna putih, dan adanya lubang ditandai gambar lingkaran berwarna hitam. g. Dilakukan pengukuran pada komputer dengan menggunakan menumeasurements dengan memilih line (garis) untuk mengetahui panjang retakan, lekukan maupun lubang lead apron. h. Setelah itu ulangi langkah a sampai dengan langkah g untuk pengujian lead apron selanjutnya.
G. Pengolahan Data dan Analisa Hasil
Pengumpulan data diperoleh dari observasi, dokumentasi, dan pengujian lead apron. Untuk observasi hasil yang diperoleh dicatat dalam bentuk data untuk mempermudah dalam hasil pembacaan yaitu data mengenai kondisi fisik lead apron , jumlah lead apron , serta perawatan yang dilakukan penulis menggunakan metode observasi secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih banyak dan akurat. Kemudian dilanjut pengujian lead apron dengan menggunakan metode pesawat sinar-X stasioner kemudian hasil pengujian tersebut dicatat dan dianalisa. Pengukuran retakan, lekukan, maupun lubang pada pengujianlead apron dilakukan dengan cara yaitu dengan menggunakan aplikasi yang ada pada CR (Computed Radiography) yaitu dengan memilih menu Measurements dan pilih menu Line ini untuk mengukur panjang dan lebar pada lead apron sehingga di dapat hasil luasan . Lead apron yang yang dinyatakan mengalami kebocoran adalah lead apron yang mengalami patahan atau retakan mencapai 4 mm atau lead apron yang berlubang dengan diameter 2 mm atau luas yang mencapai 3,14 mm 2.
H. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Observasi Perawatan lead apron Data yang di peroleh dengan cara melakukan observasi langsung terhadap kondisi lead apron. Dari tabel diatas 3 buah lead apron di beli pada tahun 2003 dengan warna biru muda dan ungu dengan ketebalan setara 0,25 mm dan 0,35 mm Pb. Dan 3 buah lead apron lainnya dibeli pada tahun 2011 dengan warna hijau muda, hijau tua, dan biru tua dengan ketebalan setara 0,35 mm dan 0,50 mm Pb. 2 buah lead apron dengan tahun pembelian pada 2003 dengan ketebalan setara 0,25 mm Pb dalam kondisi kurang baik dilihat secara langsung terhadap lead apron adanya sobekan jahitan pada bagian bawah kanan dan kiri lead apron sehingga lempengan Pb dapat terlihat dari luar. 4 buah lead apron lainnya dikatakan dalam kondisi baik. Perawatan lead apron di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan tidak dilakukan secara khusus. Perawatan lead apron
yang dilakukan yaitu dengan cara
membersihkan lead apron yang kotor atau terkena cairan dari tubuh pasien seperti darah langsung dibersihkan pada saat itu juga. Membersihkannya dengan menggunakan kain lap dan alkohol, untuk pembersihan secara rutin tidak pernah dilakukan. Penyimpanan seluruh lead apron dilakukan dengan cara di gantungkan pada hanger kayu. Kemudian setelah lead apron digunakan terkadang juga diletakkan diatas meja pemeriksaan pesawat sinar-X flouroscopy untuk mempermudah dalam peletakkan dan lebih mudah dalam peletakkan lead apron dan tidak meletakkan lead apron kembali ke tempat penyimpananya. 2. Hasil Pengujian Lead Apron Seluruh lead apron yang ada di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan belum pernah dilakukan pengujian sejak pembelian lead apron hingga saat ini maupun pengujian secara rutin. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat adanya kebocoran atau tidak pada lead apron. Pengujian lead apron yang dilakukan dengan menggunakan pesawat sinar-X stasioner dan Computed Radiography. Pengujian ini menggunakan pesawat sinar-X stasioner dikarenaka pesawat sinar-X flouroscopy tidak digunakan dalam pemeriksaan karena film untuk pencetakkan gambar tidak
ada ukurannya sehingga pengujian ini menggunakan pesawat sinar-X stasioner dan untuk pengukuran dilakukan dengan menggunakan Computed Radiography Pengujian terhadap lead apron ini menggunakan teknik satu sisi depan yaitu teknik pengujian terhadap lead apron dengan membagi menjadi 4 kuadran supaya seluruh lead apron tereksposi oleh sinar-X yaitu dengan cara membagi kuadran 1 adalah bagian kanan atas, kuadran 2 adalah bagian kiri atas, kuadran 3 adalah bagian kanan bawah, kuadran 4 adalah bagian kiri bawah. Dan di eksposi dengan menggunakan pesawat sinar-X stasioner dan imaging plate berukuran 35 x 43 cm sebanyak 4 kali eksposi. Dengan kesetaraan timbal Pb 0,25 mm Pb, 0,35 mm Pb,dan 0,50 mm Pb. Maka pengujian lead apron ini menggunakan faktor eksposi sebesar 77 kV, 25 mAs, 38,5 ms. Dalam pengukuran ditandai apabila terlihat pada layar monitor computed radiography adanya retakan pada hasil gambaran yaitu ditandai adanya garis memanjang dengan berwarna hitam ,adanya lekukan berwarna yaitu ditandai adanya gambar seperti gelombang berwarna putih, dan adanya lubang ditandai gambar lingkaran berwarna hitam. Berikut ini adalah beberapa gambar hasil pengukuran yang menunjukkan kondisi timbal lead apron di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan. Berikut hasil pengujian lead apron di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga No
Warna lead apron
Tebal timbal
Ukuran kerusakan Keterangan (mm atau mm 2)
1
Biru Tua
0,5 mm
0
Adanya lekukan
2
Biru Muda
0,25 mm
Adanya patahan
3
Ungu
0,35 mm
Kuadran I Retakan = 9 mm Kuadran I Retakan = 45 mm x 71 mm = 3195 mm 2 Kuadran II Retakan = 47 mm x 67 mm = 3149 mm 2 Kuadran III Retakan = 6 mm Retakan = 7 mm Luas lubang 22/7.2/22= 3,14 mm2 Luas lubang x 2=
Adanya retakan, lubang dan patahan
4
Hijau Muda
0,35 mm
6,28 mm 2 Kuadran IV Luas lubang 22/7.2/22 = 3,14 mm2 Luas lubang x 3 = 9,42 mm2 Kuadran I Retakan =5 mm Retakan = 6 mm Retakan = 54 mm Kuadran II Retakan = 12 mm Kuadran III Retakan = 8 mm Retakan = 9 mm Kuadran IV Luas lubang 117 mm x 55 mm = 6435 mm
Adanya patahan dan retakan
2
5
Biru Muda
0,25 mm
6
Hijau Tua
0,35 mm
Retakan = 10 mm Retakan = 28 mm Kuadran III Retakan 29x5= 145 mm2 Retakan = 5 mm Retakan =19 mm Retakan = 9 mm Retakan = 15 mm Retakan = 11 mm Retakan = 9 mm Retakan 25x 3 = 75 mm2 Kuadran IV Retakan = 12 mm Retakan = 11 mm Retakan 29x3 = 97 mm2 Retakan = 6 mm Retakan = 4 mm Retakan = 16 mm Retakan = 5 mm 0
Adanya patahan
Baik
Hingga saat ini seluruh lead apron di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan belum pernah dilakukan pengujian dari pembelian lead apron maupun pengujian secara rutin. Namun menurut Lambert dan McKeon (2001), pengujian lead apron harus dilakukan dengan tujuan untuk melihat kerapatan dan kondisi fisik lead apron tersebut. Pengujian dilakukan sekitar 12-18 bulan sekali seperti yang diketahui bahwa kondisi timbal penyusun lead apron tidak dapat diketahui kondisinya jika tidak dilakukan pengujian. Maka dari itu pengujian lead apron bertujuan untuk mengetahui kondisi timbal penyusun lead apron apakah mengalami kebocoran atau tidak untuk dijadikan alat proteksi radiasi yang digunakan oleh pasien, keluarga pasien, radiografer, maupun radiolog. Menurut Oyar et al (2012), lead apron yang dinyatakan mengalami kebocoran adalah lead apron yang mengalami patahan atau retakan mencapai 4 mm atau lead apron yang berlubang dengan diameter 2 mm atau luas yang mencapai 3,14 mm 2.Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai hasil pengujian lead apron di Instalasi RSUP H.Adam Malik Medan a.
Lead apron 1 Setelah dilakukan pengujian terhadap lead apron 1, diketahui bahwa kondisi timbal penyusun lead apron 1 tidak rata. Terdapat banyak lekukan pada bagian tepi seluruh lead apron dan juga adanya lubang dan patahan namun masih dalam batas normal. Dikarenakan mengalami retakan sepanjang 1 mm. Lead apron 1 ini masih baik dan layak digunakan dilihat dari cara penyimpanannya supaya lead apron tidak tertekuk.
b. Lead apron 2 Lead apron 2 terdapat banyak sekali lipatan yang terdapat pada seluruh bagian lead apron. Ketika dilakukan inspeksi secara langsung memang terlihat lead apron dalam kondisi tidak baik
adanya banyak lipatan seperti gelombang dan ketika
dilakukan pengujian timbal adanya lipatan. Adanya retakan pada kuadran 1 sepanjang 9 mm menyebabkan lead apron mengalami kebocoran, sebaiknya tidak digunakan dalam waktu pemeriksaan yang lama namun lead apron itu dapat digunakan jika tidak dalam kondisi yang darurat. Berikut gambar perbesaran pada kuadran 1:
c.
Lead apron 3 Pada saat dilakukan inspeksi secara langsung terlihat bahwa lead apron 3
mengalami sobekan jahitan pada bagian bawah sehingga timbal dapat terlihat dari luar. Setelah dilakukan pengujian pada lead apron 3, secara keseluruhan adanya lekukan atau lipatan pada tepi bagian sisi kuadran 1 dan 2. Pada kuadran 1 mengalami retakan hingga luasannya mencapai 3195 mm2 . Pada kuadran II mengalami retakan hingga luasannya mencapai 3149 mm2. Pada kuadran III adanya retakan sepanjang 7 mm dan 6 mm dan luas lubang sebesar 6,28 mm2. Pada kuadran IV adanya lubang sebesar 9,42 mm 2. Sehingga lead apron 3 dikatakan mengalami kebocoran karena diatas standar batas yang ditentukan . Berikut gambar perbesaran pada kuadran 2:
d. Lead apron 4 Setelah dilakukan pengujian lead apron 4, secara keseluruhan bahwa terdapat banyak lekukan terutama pada kuadran 3 dan 4 bagian bawah tepi sehingga dapat memungkinkan terjadinya patahan internal. Pada kuadran 1 adanya retakan yaitu sepanjang 54 mm, 5 mm, dan 6 mm. Pada kuadran II adanya retakan sepanjang 12 mm. Pada kuadran III adanya retakan sepanjang 8 mm, dan 9 mm, pada kuadran IV adanya
luas lubang sebesar 6435 mm 2 dan adanya retakan juga sepanjang 10 mm dan 28 mm. Sehingga dapat dikatakan bahwa lead apron 4 dikatakan mengalami kebocoran. Berikut gambar perbesaran pada kuadran 4:
e. Lead apron 5 Setelah dilakukan pengujian pada lead apron 5, secara keseluruhan bahwa terdapat banyak lekukan pada bagian tengah dari atas kebawah secara memanjang serta pada bagian bawah lead apron terlihat sudah banyak retakan. Pada saat dilakukan observasi secara langsung memang sudah terlihat pada bagian bawah apron dalam kondisi kurang baik ditandai adanya sobekan jahitan dan lembaran penyusun lead apron dapat terlihat dari luar. Hasil pengujian pada kuadran 1 adanya lekukan pada bagian tengah memanjang ke bawah. Pada kuadran II adanya lekukan pada bagian tengah maupun tepi. Pada kuadran III adanya retakan yang begitu banyak sepanjang 5 mm, 19 mm, 9 mm, 15 mm, 11 mm, 9 mm dan retakan yang cukup luas sebesar 145 mm 2, dan 75 mm 2. Pada kuadran IV adanya retakan sepanjang 12 mm, 11 mm, 6 mm, 4 mm, 16 mm, dan 5 mm dan retakan yang cukup luas sebesar 97 mm 2. Sehingga dapat dikatakan bahwa lead apron mengalami kebocoran sehingga dapat dilakukan pengadaan untuk lead apron yang baru dan lebih nyaman. Berikut perbesaran pada kuadran 3:
f.
Lead apron 6 Setelah dilakukan pengujian lead apron 6, secara keseluruhan bahwa lead apron
6 masih dalam kondisi baik dilihat tidak adanya lekukan, lubang, maupun retakan yang dicurigai. Sehingga lead apron 6 masih layak digunakan. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan oleh penulis maka lead apron 1 dan 6 masih dalam kondisi baik walupun adanya retakan maupun lubang masih dalam batas standar normal. Pada lead apron 2, 3, 4, dan 5 hasil penelitian bahwa dalam kondisi tidak baik dengan adanya retakan dan lubang yang cukup luas dan melebihi nilai batas standar yang sudah ditentukan. Kriteria kerusakan yang telah disesuaikan menurut oyar et al (2012). Lead apron dikatakan tidak layak digunakan kembali jika mengalami kerusakan berupa lubang dengan diameter lebih dari 2 mm atau luas yang melebihi 3,14 mm2 serta kerusakan berupa retakan,robekan maupun patahan dengan panjang yang melebihi 4 mm. Pada lead apron 2, 3, 4, dan 5 banyak mengalami adanya retakan dan lubang yang melebihi nilai standar yang di tentukan sehingga lead apron 2, 3, 4 dan 5 mengalami kebocoran.
I. KESIMPULAN
Perawatan lead apron di Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik Medan hanya dibersihkan pada saat lead apron terkena cairan tubuh pasien dan terkena media kontras. Pembersihan lead apron menggunakan kain lap dan alkohol. Penyimpanan lead apron digantungkan pada hanger kayu, diletakkan pada punggung kursi, dan diletakkan pada meja pemeriksaan pesawat sinar-X flouroscopy. Hasil pengujian bahwa lead apron 2, 3, 4, dan 5 mengalami kebocoran karena adanya kerusakan yang melebih standar yang digunakan seperti retakan maupun lubang. Pada lead apron 2 mengalami retakan 9 mm, pada lead apron 3 adanya lubang seluas 9,42 mm 2 dan luas retakan mencapai 3195 mm2, pada lead apron 4 mengalami retakan sepanjang 54 mm dan adanya lubang seluas 6435 mm2, pada lead apron 5 mengalami retakan seluas 145 mm2. 2 buah lead apron lainnya dalam kondisi baik yaitu lead apron 1 dan 6.
J. SARAN
Cara penyimpanannya diletakkan secara horizontal diatas meja supaya lead apron dapat terjaga dengan baik. Dan penyusun timbal didalamnya dapat terjaga supaya terhindar dari lekukan lekukan yang dapat menimbulkan patahan maupun retakan. Dilakukan pembuatan Standar Prosedur Operasional perawatan dan pengujian lead apron sehingga dapat dilakukan pengujian secara rutin supaya lead apron dapat terjaga dengan baik.