PENGEMBANGAN KURIKULUM PADA SEKOLAH BERBASIS MUHAMMADIYAH
(Studi Pada Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah Yogyakarta)
Sumarito; Titis Thoriquttyas[1]
Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
ABSTRAK
Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah Yogyakarta merupakan institusi
pendidikan tertua dibawah naungan Muhammadiyah, organisasi massa Islam
terbesar kedua di Indonesia. Sebagai sebuah institusi pendidikan,
eksistensi dan urgensi kurikulum yang diterapkan di lembaga tersebut
merupakan kajian yang menarik untuk dikaji. Kurikulum sebagai sebuah
bagian integral dalam proses pembelajaran memiliki makna yang lebih luas
jika disesuaikan dengan tingkat kompleksitas kondisi dan situasi
masyarakat sekarang ini. Kurikulum bukan hanya mengenai buku ajar,
materi pembelajaran ataupun arsip administrasi.
Penelitian ini berfokus untuk mengkaji pengembangan kurikulum yang telah
dilaksanakan oleh Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah Yogyakarta didasarkan
pada beberapa kajian mengenai pengembangan kurikulum. Peneliti memiliki
keingintahuan akademik terhadap keberadaan kurikulum pada institusi
pendidikan yang berafiliasi dengan salah satu ormas Islam, dalam hal ini
Muhammadiyah.
Untuk menunjang proses penelitian ini, Peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dan disertai dengan metode interview, dokumentasi dan
observasi untuk mendapatkan data-data yang sesuai dengan tema tersebut.
Adapun cara mendapatkannya melalui teknik purposive sampling dan
snowball sampling.
Kata Kunci: Pengembangan Kurikulum, Sekolah Muhammadiyah dan Madrasah
Mu'alimin Muhammadiyah
PENDAHULUAN
Hakekat pendidikan secara umum adalah sebagai upaya secara sadar dan
sistematis untuk memanusiakan manusia. Usaha tersebut terwadahi melalui
sebuah wadah yang bernama pendidikan dan arah kendali dari pendidikan itu
sendiri adalah kurikulum. Pemaknaan kurikulum sebagai salah satu bagian
integral dari proses pembelajaran dan pendidikan sudah saatnya mengalami
pergeseran arti dan eksistensi. Bila sebelumnya kurikulum lebih identik
sebagai materi dan bahan pelajaran ataupun tumpukan – tumpukan berkas
administrasi, sekarang ini pemaknaan kurikulum harus berubah kearah
definisi yang lebih luas. Kurikulum, dewasa ini, harus dimaknai sebagai
sebuah proses pembelajaran yang bersifat komprehensif dan berkeseluruhan,
dimana kurikulum juga mencakup beberapa komponen kurikulum, misalnya tujuan
pembelajaran, strategi pembelajaran, isi atau bahan pembelajaran dan sistem
evaluasi.
Eksistensi kurikulum sebagai bagian integral dalam dunia pendidikan,
idealnya mengakomodir perubahan zaman sehingga peserta didik dan pendidik
sebagai pelaku dalam proses pembelajaran tersebut tidak tertinggal dengan
progresifitas era dan bisa mengimbanginya secara arif dan bijaksana. Dunia
pendidikan dihadapkan dengan tuntutan masyarakat yang sedemikian kompleks
dimana salah satu ekpekstasinya adalah menghasilkan para lulusan yang
berkualitas tinggi yang mampu bersaing pada era globalisasi namun memiliki
bekal kreatifitas, keterampilan, daya juang sebagaimana bekal pengetahuan
agama, moral dan teknologi disertai dengan penanaman keimanan dan ketaqwaan
(IMTAQ). Oleh sebab itu, adanya penyesuaian ulang terhadap jenis ataupun
model kurikulum tidak dapat dinafikkan keberadaannya. Modifikasi atas
kurikulum dapat diartikan juga sebagai usaha untuk mengembangankan
kurikulum agar sesuai dengan kondisi dan situasi dimana kurikulum tersebut
diterapkan.
Adanya Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
telah memberi peluang bagi kepala madrasah, guru, dan peserta didik untuk
melakukan inovasi dan improvisasi di madrasah, baik berkaitan dengan
masalah kurikulum, pembelajaran, dan manajerial yang tumbuh dari aktivitas,
kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki madrasah itu sendiri. Salah
satu madrasah yang saat ini sedang melaksanakan kurikulum yang telah
dirancangnya seiring dengan adanya kebijakan pemerintah tentang otonomi
daerah dan desentralisasi adalah Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah
Yogyakarta.
Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta merupakan lembaga
pendidikan yang berada di bawah naungan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan
institusi ini berbasis pondok pesantren dan berasrama. Seluruh siswa
Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta, tidak tinggal bersama orang
tuanya masing-masing, tetapi tinggal bersama teman-teman di asrama serta
dibimbing oleh pamong asrama dan wali siswa atau musyrif yang telah
ditunjuk oleh Madrasah. Siswa Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta
merupakan kader persyarikatan Muhammadiyah, sebagian merupakan utusan dari
Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah serta Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
tertentu dari penjuru Indonesia.
Selain itu, sebagai sebuah intitusi pendidikan yang berafiliasi pada
salah satu Organisasi Massa Islam di Indonesia, Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah Yogyakarta memiliki ciri khas corak kemuhammadiyahan yang
tampak pada beberapa mata pelajaran yang mengandung muatan nilai-nilai
kemuhammadiyahan. Disisi lain, Muhammadiyah yang dikenal sebagai sebuah
organisasi massa Islam yang menawarkan gagasan Ruju' ila al Quran wa As
Sunah dan semangat tajdid dalam interpretasi teks keagamaan, memungkinkan
memiliki keterkaitan dalam proses pengembangan kurikulum pada pengkaderan
peserta didiknya melalui institusi pendidikan di bawah naungannya. Oleh
sebab itu, Peneliti memiliki intellectual curiosity untuk mengkaji,
meneliti, mengamati sekaligus menuangkan hasil temuannya melalui penelitian
ini dan selanjutnya akan dipresentasikan guna mendapatkan respond dari
audiences, baik berupa kritik, saran ataupun gagasan tambahan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana penelitian
ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa, kejadian,
aktivitas sosial, sikap, persepsi dan pemikiran orang secara individu
ataupun secara berkelompok[2]. Sajian data-data yang akan ditampilkan akan
berbentuk kata-kata yang menggambarkan suatu pendekripsian ataupun
interpretasi. Adapun lokasi penelitiannya yaitu di Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penelitian ini, Peneliti mendapatkan
beberapa sumber data seperti dokumen, buku-buku relevan dan lain-lain,
ditunjang dari hasil wawancara kepada beberapa responden yang memiliki
kualifikasi dibidangnya. Peneliti mendapatkan data-data dengan menggunakan
teknik purposive sampling dan snowball sampling. Pemilihan kedua teknik
tersebut didasari pertimbangan tertentu yang diambil oleh Peneliti.
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah Waka
Kurikulum Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah, Guru PAI dan beberapa siswa
Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah. Dalam mengumpulkan data-data yang terkait,
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya sebagai
berikut: teknik wawancara (interview); teknik observasi dan teknik
Dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data
tertulis mengenai perkembangan kurikulum di Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah.
KAJIAN TEORI
1. Kurikulum: Sebuah Pengantar
Istilah kurikulum mempunyai pengertian yang cukup beragam mulai dari
pengertian yang sempit hingga yang sangat luas. Pengertian kurikulum
secara sempit seperti yang dikemukakan oleh William B. Ragan yang dikutip
oleh Hendyat Soetopo, yaitu:"…Traditionally, the curriculum has meant the
subject taught in the school or course of study…"[3].Hal ini senada
dengan definisi yang dinyatakan oleh Carter V. Good mengenai istilah
kurikulum, yaitu:
"…Curriculum as a systematic group of courses or sequences of subject
required for graduation or certification in a major field of study,
for example, social studies curriculum and physical education
curriculum…"[4].
Beberapa pengertian kurikulum diatas merupakan pengertian yang sempit dan
tradisional. Kurikulum tersebut sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah
mata pelajaran yang diberikan Pendidik kepada Peserta didik guna
mendapatkan ijazah atau sertifikat. Pengertian kurikulum secara agak luas
dikemukakan oleh Winarno Surahmad bahwa kurikulum adalah suatu program
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan
pendidikan tertentu[5]. Pengertian yang lebih luas lagi disampaikan oleh
Nana Sudjana yang mengartikan kurikulum sebagai program dan pengalaman
belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, diformulasikan melalui
pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis, diberikan
kepada peserta didik dibawah tanggung jawab sekolah. Dari beberapa
pengertian sebelumnya, definisi kurikulum mengalami generalisasi makna
dimana pergeseran makna tersebut menyesuaikan perkembangan zaman dan
teknologi.
Disisi lain, pengertian yang sangat luas mengenai kurikulum
dikemukakan oleh Hollis Caswell dan Doak S, Campbell yang memandang
kurikulum merupakan semua pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta
didik dibawah bimbingan para pendidik. Sejalan dengan gagasan tersebut,
William M. Alexander mengemukakan pengertian kurikulum seperti yang
dikutip S. Nasution:
"Curriculum is the sum total of school's effort to influence
learning, whether in the classroom, on the playground, or out of the
school".
Namun, pengertian kurikulum yang terlalu luas memiliki sisi kelemahan
yakni kurang oprasional sehingga akan menimbulkan kekaburan dalam
pelaksanaanya di lapangan. Disini, Peneliti ingin menarik garis merah
dari semua pengertian kurikulum diatas, yakni sebagai model yang mencakup
semua proses pembelajaran baik didalam kelas ataupun diluar kelas dan
dibawah bimbingan Pendidik dimana memiliki arah dan tujuan pembelajaran
yang jelas.
2. Pengembangan Kurikulum
Diantara para ahli, praktisi dan pelaksana kurikulum pendidikan belum
mempunyai keseragaman dalam mengartikan kata "pengembangan" yang terdapat
dalam pengertian pengembangan kurikulum. Sebagian ahli pendidikan
berpendapat bahwa jika berbicara tentang pengembangan tentu harus sudah
ada modal yang akan dikembangkan, namun sebagian praktisi lainnya
berpendapat bahwa pengembangan dapat dimulai dari yang tidak ada, berarti
mulai dari mengadakan yang baru, lalu secara bertahap menyempurnakannya
melalui evaluasi, revisi dan evaluasi lagi, revisi lagi dan seterusnya
sampai sesuai dengan harapan.
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto mengemukakan istilah pengembangan
yang menunjukkan pada suatu tindakan yang menghasilakn suatu alat atau
cara yang baru, dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan
penyempurnaan terhadap alat atau cara tersebut terus dilakukan.
Pengertian pengembangan seperti itu, berlaku pula dalam bidang kurikulum.
Kegiatan pengembangan kurikulum mencakup kegiatan penyusunan kurikulum
itu sendiri, pelaksanaannya di sekolah yang disertai dengan penilaian
yang intensif dan penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan terhadap
komponen kurikulum tertentu atas dasar penelitian. Sehingga, pengembangan
kurikulum (curriculum development) pada dasarnya adalah proses yang
dimulai dari kegiatan menyusun kurikulum, mengimplementasikan,
mengevaluasi dan memperbaiki sehingga diperoleh suatu bentuk kurikulum
yang dianggap ideal.
3. Komponen Pengembangan Kurikulum
Kurikulum sebagai sebuah sistem, pastinya kurikulum memiliki komponen-
komponen yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Komponen tersebut bersifat harmonis, tidak saling
bertentangan dan merupakan sebuah urgensi tersendiri untuk kita
mengetahui komponen-komponen tersebut sehingga kita tahu arahan atas apa
saja yang akan menjadi bahan pengembangan. Adapun komponen-komponen
kurikulum yang akan menjadi focus bahan pengembangan sebagaimana yang
Peneliti amati di Madrasah Mua'limin Muhammadiyah yaitu[6]:
a. Tujuan
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program
pendidikan yang akan diberikan kepada peserta didik dan sebagaimana
yang kita ketahui bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum
pendidikan. Pada tingkat operasional, tujuan pendidikan dirumuskan
lebih bersifat spesifik dan lebih menggambarkan tentang, "what will
the student be able to do as result of the teaching that he was unable
to do before" dan jika merujuk pada taksonomi Bloom, maka perubahan
perilaku mencakup tiga ranah perilaku, yaitu aspek kognitif, afektif
dan psikomotor.
b. Materi atau Isi
Materi atau isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran dalam rangka
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Strategi
Komponen strategi yang adalah strategi pelaksanaan kurikulum di
tingkat sekolah atau madrasah. Kurikulum harus diwujudkan secara nyata
di sekolah sehingga mempengaruhi dan mengantarkan peserta didik kepada
tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam praktik implementasi
kurikulum di sekolah-sekolah di Indonesia selama ini setidaknya dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok strategi pembelajaran, yaitu
strategi pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher centered
learning-TCL) dan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (Student centered learning-SCL)
d. Evaluasi
Para ahli memberikan pengertian yang beragam terkait istilah evaluasi
yang disandarkan pada proses pembelajaran. Ada ahli yang merumuskan
pengertian evaluasi secara terbatas pada evaluasi hasil pembelajaran,
sedangkan beberapa praktisi kurikulum lainnya merumuskan definisi
evaluasi secara lebih luas dan mendalam dengan mengaitkannya dalam
berbagai sektor dalam setiap proses pembelajaran. Namun, dari berbagai
perbedaan tersebut, para ahli ataupun praktisi pendidikan, secara
khususnya dalam kajian kurikulum memiliki kesamaan pandangan dalam
satu hal, yaitu keharusan seorang evaluator untuk mengetahui kemampuan
awal peserta didik sebelum mengikuti tahapan-tahapan pendidikan.
Lingkup dari pendefinisian evaluasi sebagai komponen kurikulum
ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum itu sendiri.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh decision maker
untuk pengambilan keputusan yang lebih sesuai dan mengakomodir
realitas dalam proses pendidikan tersebut.
HASIL TEMUAN
1. Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah Yogyakarta
Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta didirikan oleh KH
Ahmad Dahlan pada tahun 1918 dengan nama "Qismul Arqa" di Kampung Kauman
Yogyakarta. Sepanjang sejarahnya, Madrasah al-Qismu al-Arqo mengalami
beberapa kali perubahan nama. Secara kronologis, perubahan nama ini
dimulai dari Madrasah al-Qismu al-Arqo kemudian Hogere Muhammadijah
School, kemudian Kweekschool Islam dan menjadi Kweekschool Muhammadijah.
Nama Kweekschool muncul dalam pikiran KH Ahmad Dahlan setelah
kunjungannya dari Kweekschool Katholik di Muntilan. Perubahan nama
menjadi Madrasah Mu'allimin Muhammadijah terjadi pada tahun 1941
berdasarkan hasil kongres Muhammadyah ke-23, pada 19-25 Juli 1934 di
Yogyakarta. Nama Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta dipergunakan
hingga sekarang dan perubahan nama ini bermula dari kritik para warga
Muhammadiyah, mengapa harus memakai nama sekolah Belanda; Kweekschool,
padahal ijazahnya dan kurikulumnya jelas berbeda. Adapun Visi dan Misi
Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta beserta tujuannya dijelaskan
sebagai berikut[7]:
VISI
Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai institusi
pendidikan Muhammadiyah tingkat menengah yang unggul dan mampu
menghasilkan kader ulama, pemimpin, dan pendidik sebagai pembawa misi
gerakan Muhammadiyah.
MISI
a. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan Islam guna membangun
kompetensi dan keunggulan siswa di bidang ilmu-ilmu dasar
keislaman, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.
b. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan bahasa Arab dan
bahasa Inggris sebagai alat komunikasi untuk mendalami agama dan
ilmu pengetahuan.
c. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan kepemimpinan guna
membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang akhlak dan
kepribadian.
d. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan keguruan guna
membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang kependidikan.
e. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan keterampilan guna
membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang Wirausaha.
f. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan kader Muhammadiyah
guna membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang organisasi
dan perjuangan Muhammadiyah.
TUJUAN MADRASAH MU'ALLIMIN :
Terselenggaranya pendidikan Pesantren yang unggul dalam membentuk
kader ulama, pemimpin, dan pendidik yang mendukung pencapaian tujuan
Muhammadiyah, yakni terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-
benarnya
Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah dilengkapi dengan beberapa
asrama (boarding school) sebagai tempat tinggal para siswa yang terletak
disekitar sekolah tersebut. Dalam pembinaan siswanya, Madrasah Mualimin
menggunakan sistem asrama atau maskan dan lingkungan asrama tersebut
mendukung dan melengkapi pengajaran di Madrasah. Asrama bukan hanya
tempat tinggal untuk menampung siswa, melainkan sebagai tempat pendidikan
selama hidup (long life education), yaitu tempat berlatih dan mengamalkan
ajaran Islam dan memberikan pengalaman hidup bagi siswa yang diharapkan
dapat berguna di masa depan, baik bagi dirinya sendiri, bagi masyarakat
atau bangsa dan bagi agama.
Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah sebagai sekolah calon kader
Persyarikatan tingkat menengah memiliki satu kesatuan sistem dengan
asrama dan jika sebelumnya Madrasah Mu'alimin merekrut peserta didik yang
dikirim resmi dari cabang-cabang Muhammadiyah, maka mulai tahun 1980'an
Madrasah Mu'alimin telah menerapkan sistem test dan menentukan syarat-
syarat yang harus dimiliki untuk dapat mengikuti pendidikan di Madrasah
ini. Model pendidikan di Madrasah Mualimin menjadi kesatuan dengan
pendidikan di asrama, maka seluruh siswa yang menempuh pendidikan di
Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah wajib untuk tinggal di asrama
Keberadaan Asrama bagi siswa Madrasa Mu'alimin Muhammadiyah
Yogyakarta, merupakan sebuah wahana untuk pengembangan diri khususnya
dalam bidang perilaku atau akhlaq. Setiap asrama terdapat beberapa
musyrif yang jumlahnya menyesuaikan dengan jumlah kelas yang dinaunginya.
Peranan musyrif dalam kegiatan asrama merupakan sebuah usaha untuk
mendampingi sekaligus menjadi tutor sebaya bagi siswa Mu'alimin.
2. Kurikulum di Madrasah Mualimin: antara KBK dan Kurtilas (Kurikulum 2013)
Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak
Ruslan Fariadi, M.Si, selaku Wakil Direktur I bidang Pendidikan dan
Pengajaran mengenai keberadaan kurikulum KTSP dan K13 di Madrasah
Mualimin yaitu,
"…apapun kurikulum yang digunakan di Madrasah Mualimin, baik itu KBK,
KTSP ataupun K13, kita bisa menerapkannya asalkan sesuai dengan visi-
misi dan cita-cita Madrasah Mualimin Muhammadiyah sebagai sebuah
institusi pendidikan. Selain itu, pelaksanaan kurikulum 2013 di
Madrasah ini, terkendala pada sistem evaluasi yang belum jelas dan
tidak semua Guru memahaminya, dan juga ditambah dengan distribusi
buku bahan ajar kurikulum 2013 yang belum merata. Oleh karena itu,
kami masih menggunakan KTSP sebagai model kurikulum namun tetap ada
upaya untuk memodifikasi setiap kurikulum yang ada agar sesuai dengan
materi kemuhammadiyahan…"
Dari hasil interview diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Madrasah
Mualimin Muhammadiyah tidak mempermasalahkan mengenai pengunaan kedua
model kurikulum tersebut. Madrasah Mualimin tidak menutup diri terhadap
berbagai jenis kurikulum asallkan sesuai dengan cita-cita dan visi-misi
Mualimin sebagai institusi pendidikan dibawah naungan Muhammadiyah. Lebih
lanjut lagi, penerapan K13 di Madrasah Mualimin masih terkendala belum
adanya format evaluasi yang jelas dari Pusat sehingga membingungkan
beberapa Guru dalam proses evaluasinya dan selain itu, problematika
distribusi buku bahan ajar K13 terbitan Kementerian Agama ataupun
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang masih belum sampai di Madrasah
Mualimin Muhammadiyah. Oleh sebab itu, sebagian besar Guru di Madrasah
Mu'alimin masih menggunakan kurikulum KTSP dalam proses pembelajarannya
dan evaluasinya dikarenakan masih belum siapnya sarana penunjang untuk
mengimplementasikan K13 secara menyeluruh di madrasah ini.
Selain itu, penerapan kurikulum model modifikatif, menurut
Bapak Ruslan Fariadi, M.Si, selaku Wakil Direktur I bidang Pendidikan dan
Pengajaran merupakan sarana integrasi yang efektif untuk memadukan materi-
materi kemualiminan (leadership, ilmu falaq dan ilmu keguruan) dalam
berbagai jenis model kurikulum, baik KTSP ataupun K13. Meskipun
menggunakan kedua model kurikulum tersebut, upaya untuk memodifikasi
kurikulum beserta perangkat penunjangnya, yaitu buku bahan ajar dan
sistem evaluasinya, menjadi hal yang pokok untuk mempertahankan ciri khas
madrasah mualimin agar sesuai dengan visi-misi madrasah tersebut.
ANALISIS HASIL TEMUAN
Pada dasarnya perubahan ataupun pengembangan kurikulum dimaksudkan
untuk mengarahkan kurikulum yang sekarang ini ada untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan, baik dalam lingkup internal ataupun eksternal
lembaga pendidikan itu sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum ini sebaiknya melihat keperluan masa
depan dan mampu memenuhi permintaan dari semua dimensi kehidupan. Selain
itu juga menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktik yang salah atau
bisa juga memperkenalkan prosedur yang lebih baik. Perubahan bisa diartikan
dengan memperbaiki atau menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah
menjadi benar.
Pengembangan kurikulum juga harus disesuaian dengan tuntutan
kebutuhan anak didik, keadaan lembaga pendidikan, dan kondisi daerah, baik
berupa materi yang diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara
mengajar, dan evaluasi keberhasilan belajar mengajar.
Sumber penggunaan kurikulum yang diterapkan oleh Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah merupakan hasil perpaduan kurikulum yang berasal dari
Kemendiknas, Kemenag dan kurikulum pesantren (Muhammadiyah). Berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Ruslan Fariadi, M.Si, selaku Wakil Direktur I
bidang Pendidikan dan Pengajaran, model kurikulum secara umum yang
diterapkan oleh Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah Yogyakarta merupakan
Kurikulum Modifikatif. Lebih lanjut, hal tersebut disampaikan sebagai
berikut:
"…Kurikulum yang diterapkan oleh Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah
Yogyakarta merupakan kurikulum model modifikatif. Kurikulum ini
merupakan hasil modifikasi kurikulum yang berasal dari Kementerian
Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama yang disesuaikan dengan
visi, misi dan cita – cita kemuhammadiyahan. Lanjutnya, materi
ataupun bahan ajar yang berasal dari Pusat (Kemendiknas ataupun
Kemenag) disesuaikan dengan ajaran kemuhammadiyahan, sehingga ada
beberapa materi pelajaran yang berubah atau dimodifikasi. Terdapat
team khusus (terdiri dari Guru Internal Mu'alimin) untuk memilih dan
memilah bahan materi pembelajaran yang mana sesuai dan mana yang
tidak sesuai dengan ajaran Muhammadiyah…[8]"
Dari penjelasan diatas, Peneliti mendapatkan informasi bahwa terdapat
penyesuaian materi ataupun bahan pembelajaran yang berasal dari Kemendiknas
dan Kemenag dengan mengambil standar parameter pemilihan bahan pembelajaran
yang sesuai dengan nilai-nilai Kemuhammadiyahan. Selain itu, terdapat team
penyeleksi materi-materi tersebut yang terdiri dari team guru internal
Mu'alimin sendiri. Adanya modifikasi ini, menyebabkan adanya perbedaan pada
kajian pembahasan dalam beberapa mata pelajaran tertentu, misalnya Fiqih;
Qur'an Hadits and Aqidah Akhlaq. Misalnya, dalam buku bahan ajar Fiqih yang
mencantumkan penggunaan Do'a Qunut dalam shalat Shubuh, materi tersebut
tidak dipakai oleh Pendidik untuk disampaikan didalam kelas. Namun, bukan
berarti semua isi dari buku tersebut tidak dipakai dalam proses
pembelajaran, karena asalkan kajian materinya bersifat umum dan sesuai
dengan nilai kemuhammadiyahan, maka buku tersebut masih digunakan.
Namun pengaruh dari perpaduan kurikulum yang berasal dari beberapa
institusi tersebut (Kurikulum Kemendiknas, Kemenag dan kurikulum Pesantren
Muhammadiyah) menyebabkan adanya overloaded terhadap materi ataupun mata
pelajaran yang diberikan kepada peserta didik, secara lebih khusus adanya
pengulangan beberapa kajian pada mata pelajaran tertentu yang telah
disampaikan di Madrasah Mu'alimin dengan pelajaran yang disampaikan di
Asrama (Ma'had) dimana peserta didik tinggal. Hal ini diutarakan oleh
Sumarito, S.Pd.I, Musyrif pada Asrama Muadz bin Jabal Mu'alimin, yang
mengatakan bahwa adanya kesamaan dalam kajian pembelajaran yang disampaikan
di Asrama dengan yang di sampaikan di Madrasah[9]. Adapun jenis
pengembangan kurikulum yang telah dilakukan oleh Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah dijelaskan secara lebih terperinci pada paragraph dibawah ini:
a. Tujuan Pembelajaran;
Meskipun secara historis Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah telah
mengalami perubahan nomenklatur nama institusi, namun perubahannya
tersebut tidak mengubah tujuan Madrasah Mu'alimin secara substantif, hal
ini dinyatakan oleh Bapak Ruslan Fariadi, M.Si sebagai berikut:
"…memang Madrasah Mua'limin Muhammadiyah telah mengalami perubahan
nama pada periode sebelumnya, namun perubahan tersebut tidak mengubah
tujuan dan visi – misi lembaga Madrasah ini secara substantif. Adanya
perubahan nomenklatur tersebut menunjukkan bahwa adanya modifikasi
dan penyesuaian terhadap kurikulum yang digunakan oleh Madrasah ini.
Memang penyesuaian kurikulum merupakan cara yang tepat untuk
menyesuaikan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat sehingga
tantangan tersebut direspon oleh madrasah Mu'alimin melalui perubahan
nomenklatur. Namun, saya (Ruslan Fariadi, M.Si.) ingatkan kembali
secara substantif, tidak ada perubahan dalam Mu'alimin…[10]"
Dari penuturan diatas, Peneliti dapat menyimpulkan bahwa adanya perubahan
nomenklatur nama Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah, secara historis,
merupakan sebuah usaha untuk mengembangkan jenis kurikulum yang
digunakannya. Dalam proses pengembangan kurikulum itulah, pertimbangan
atas faktor kondisi masyarakat kekinian, tuntutan zaman dan kebutuhan
masyarakat terhadap Madrasa Mu'alimin direspon melalui perubahan
nomenklatur nama institusi. Namun, hal yang patut digarisbawahi adalah
meskipun telah berganti nomenklatur nama institusi, visi – misi dan cita-
cita Madrasa Mu'alimin secara substantif tidak berubah.
b. Materi Pembelajaran
Terdapat beberapa mata pelajaran yang menjadi ciri khas sebagai
Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah Yogyakarta dibandingkan dengan sekolah
ataupun Madrasah lainnya, yaitu mata pelajaran Ilmu Pendidikan, Ilmu
Falaq dan Ilmu Kepemimpinan (Leadership). Informasi tersebut didapatkan
Peneliti saat mewawancarai Bapak Ruslan Fariadi, M.Si, selaku Wadir I
Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Ketiga mata pelajaran tersebut
disampaikan pada setiap peserta didik dengan setiap jenjang pendidikan
yang berbeda.
Menurut analisis Peneliti mengenai ketiga mata pelajaran
tersebut, Peneliti memandang ketiga subjek pembelajaran tersebut
merupakan kelanjutan dari visi, misi dan cita-cita yang diemban oleh
Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai sebuah institusi
pendidikan dibawah naungan Muhammadiyah. Mata pelajaran Ilmu keguruan
merupakan hasil perpanjangan tangan dari visi dan misi Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah mengenai keberadaannya sebagai sebuah institusi pendidikan
yang orientasinya untuk mencetak Pendidik (Mu'alimin), sehingga mata
pelajaran ini disampaikan kepada setiap peserta didik. Mata pelajaran
Ilmu Falaq merupakan perpanjangan tangan dari visi dan misi Madrasah
Mu'alimin untuk mencetak Ulama yang memiliki pengetahuan keagamaan
sebagaimana pengetahuan sains dan humaniora, selain itu mata pelajaran
Ilmu Kepemimpinan merupakan usaha dari Madrasah Mu'alimin sebagai sebuah
institusi pendidikan yang bertujuan untuk mencetak kader-kader
Muhammadiyah supaya terbekali dengan kemampuan kepemimpinan (leadership
skill) saat mereka kembali ke tanah kelahirannya dan berperan sebagai
seorang kader Muhammadiyah.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Sumarito,
S.Pd.I, salah seorang Musyrif pada Madrasah Mu'alimin, yang menjelaskan
bahwa ketiga mata pelajaran tersebut berpangkal pada visi, misi dan cita-
cita Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai institusi
pendidikan yang berhaluan Muhammadiyah[11].
c. Strategi;
Jika membahas metode ataupun strategi pembelajaran yang
digunakan di Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah, maka Peneliti menemukan
adanya fleksibilitas dan kelenturan terhadap pemilihan metode
pembelajaran yang digunakan. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Ruslan
Fariadi, M.Si, selaku Wakil Direktur I Bidang Pendidikan dan Pengajaran,
bahwa pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan mata pelajaran
yang akan disampaikan. Mata pelajaran yang melibatkan penggunaan
teknologi dan sistem informasi, misalnya Pelajaran Komputer, pastinya
membutuhkan metode ataupun strategi pembelajaran yang memaksimalkan
penggunaan piranti teknologi, namun bila pelajarannya adalah Qur'an dan
Hadits ataupun Fiqih, maka metode pembelajaran ekspositori, praktik dan
diskusi merupakan metode pembelajaran yang akan digunakan.
Pengembangan kurikulum dalam komponen strategi terlihat dimana
Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah mulai menggunakan teknologi dan piranti-
piranti sistem informasi lainnya untuk mengakomodir perkembangan zaman
sehingga peserta didik dapat terbekali dengan pengetahuan terhadap
teknologi secara mumpuni.
Lebih lanjut lagi, Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah yang
memiliki beberapa asrama sebagai tempat tinggal bagi peserta didiknya
merupakan salah satu strategi untuk mewujudkan kader-kader Muhammadiyah
yang tidak hanya memiliki kecakapan secara akademik – intelektual, namun
memiliki keterampilan sosial dan kedalaman akhlaq atau perilaku yang
luhur. Pembelajaran yang diterapkan di Madrasa Mu'alimin merupakan
pembelajaran yang integralistik dimana melibatkan posisi Asrama bagi
peserta didik sebagai sarana pembelajaran yang berorientasi pada komponen
perilaku atau akhlaq. Pernyataan tersebut senada dengan statement yang
disampaikan oleh Sumarito, S.Pd.I, selaku Musyrif di Asrama Muadz bin
Jabal, yang menyatakan sebagai berikut:
"…keberadaan asrama (ma'had) merupakan sarana untuk menggembleng
perilaku atau akhlaq siswa. Kegiatan yang diterapkan di asrama,
misalnya pada asrama Muadz bin Jabal, seperti Qiro'ah, Tahfidz, Imla'
dan Pendampingan Muroja'ah. Keberadaan Musyrif di Asrama seperti wali
orang tua bagi siswa, karena proses pendampingan secara personal atau
kalau ada siswa yang sakit, Musyrif memiliki tanggung jawab untuk
mengantarkannya. Lebih lanjut lagi, bila ada siswa yang memiliki
kekurangan dalam hal hafalannya, namun memiliki akhlaq dan ibadah
yang baik, hal itu bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan jika
siswa tersebut terganjal masalah hafalan…[12]"
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi atau
metode pembelajaran yang digunakan di Madrasa Mu'alimin Muhammadiyah
merupakan metode pembelajaran yang dinamis dan sekaligus bersifat
integralistik, dimana peranan asrama sebagai bagian penunjang
pembelajaran di kelas sangat dioptimalisasikan, terutama dalam hal
pembinaan akhlaq.
d. Sistem Evaluasi.
Membicarakan sistem evaluasi pada Madrasa Mu'alimin Muhammadiyah,
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak Ruslan Fariadi,
M.Si menjelaskan bahwa secara umum model evaluasi yang diterapkan hampir
sama dengan sekolah ataupun madrasa pada umumnya, yaitu sistem evaluasi
summatif dan formatif. Sistem evaluasi juga diperuntukkan untuk mengukur
kinerja Pendidik dalam proses pembelajarannya.
Penggunaan sistem evaluasi summatif dan formatif sebagaimana institusi
pendidikan pada umumnya, sebenarnya merupakan pengembangan kurikulum
dalam komponen evaluasi jika ditelusuri secara historis perkembangan
Madrasa Mu'alimin Muhammadiyah itu sendiri. Peneliti mendapatkan
informasi dari Sumarito, S.Pd.I, selaku Musyrif Senior sekaligus Alumni
Madrasah Mu'alimin, bahwa pada awalnya sistem evaluasi pembelajaran pada
Madrasa Mu'alimin bersifat terpisah dari sistem evaluasi nasional. Hal
ini menyebabkan Madrasa Mu'alimin pernah mengalami masa-masa dimana
ijazah yang digunakan merupakan ijazah yang bersifat lokal, bukannya
ijazah yang bersifat nasional sebagaimana sekarang ini. Tambahnya lagi,
masa-masa itu Madrasa Mu'alimin tidak menyelenggarakan UN dan komponen
evaluasinya mutlak materi-materi tentang kemuhammadiyahan.
KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum merupakan sebuah usaha untuk mengakomodir dan
mengadaptasi pergerakan zaman, tuntutan masyarakat sekaligus sebagai sebuah
respon balik atas dinamika kehidupan sosial yang bergerak secara dinamis
dilingkungan sekitar institusi pendidikan. Sebagaimana institusi pendidikan
lainnya, Madrasa Mu'alimin Muhammadiyah juga mengalami beberapa model
pengembangan kurikulum yang memiliki orientasi untuk merespon tantangan
masyarakat namun tetap berpegang teguh pada visi, misi dan cita-cita luhur
Muhammadiyah. Pengembangan kurikulum pada Madrasa Mu'alimin meliputi
beberapa komponen, yaitu tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, materi
atau isi dan sistem evaluasi. Dalam komponen-komponen tersebut, keberadaan
Asrama bagi siswa Mualimin merupakan usaha pembelajaran integralistik yang
menekankan pada aspek perilaku atau akhlaq, sehingga diharapkan siswa
Madrasa Mu'alimin memiliki kecakapan dalam hal akademik sebagaimana
kecakapan dalam interaksi sosial, akhlaq dan kedalaman spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Carter V. Good, (ed), Dictionary of Education, Third Edition, (New York:
McGraw-Hill, 1973)
Hendyat Soetopo, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina
Aksara, 1998)
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010)
Sukiman, "Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi",
(Yogyakarta: FITK, 2013)
Winarno Surachmad, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Proyek
Pengadaan Buku Sekolah Pendidikan Guru, 1977)
www.muallimin.sch.id
Wawancara terhadap Ruslan Fariadi, M.Si
Wawancara terhadap Sumarito, S.Pd.I
-----------------------
[1] Sumarito adalah Musyrif pada Asrama Muadz bin Jabal, Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah dan Peneliti merupakan Mahasiswa PPs. UIN Yogyakarta dengan
konsentrasi PAI. Titis Thoriquttyas adalah Mahasiswa PPs. UIN Yogyakarta
dan memiliki pengalaman menjadi Musyrif di Mabna Ibnu Rusyd dan Al Farabi
pada Ma'had Sunan Ampel Al Aly UIN Malang. Penelitian ini merupakan tugas
mata kuliah "Pengembangan Kurikulum" yang diampu oleh Dr. Subiyanto, M.Pd
dan dipresentasikan pada seminar kelas tanggal 15 Desember 2014.
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010)
[3] Hendyat Soetopo, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina
Aksara, 1998)
[4] Carter V. Good, (ed), Dictionary of Education, Third Edition, (New
York: McGraw-Hill, 1973)
[5] Winarno Surachmad, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta:
Proyek Pengadaan Buku Sekolah Pendidikan Guru, 1977)
[6] Sukiman, "Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan
Tinggi", (Yogyakarta: FITK, 2013)
[7] http://www.muallimin.sch.id
[8] Hasil Wawancara terhadap Bapak Ruslan Fariadi, M.Si, selaku Wadir I
Bidang Pendidikan dan Pengajaran, di kantor Guru Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah pada tanggal 14th Desember 2014
[9] Hasil Wawancara Peneliti secara personal kepada Sumarito S.Pd.I,
Musyrif pada asrama Muadz bin Jabal pada tanggal 14th Desember 2014 di
Masjid Madrasa Mu'alimin Muhammadiyah.
[10] Hasil Wawancara terhadap Bapak Ruslan Fariadi, M.Si, selaku Wadir I
Bidang Pendidikan dan Pengajaran, di kantor Guru Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah pada tanggal 14th Desember 2014
[11] Hasil Wawancara Peneliti secara personal kepada Sumarito, S.Pd.I,
Musyrif pada Asrama Muadz bin Jabal Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah pada
tanggal 14th Desember 2014 di Masjid Madrasah Mu'alimin.
[12] Hasil Wawancara Peneliti secara personal kepada Sumarito, S.Pd.I,
Musyrif pada Asrama Muadz bin Jabal Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah pada
tanggal 14th Desember 2014 di Masjid Madrasah Mu'alimin.