23
Pengembangan Instrument (Lembar Observasi & Pedoman Wawancara) Pada Penelitian KuantitatifMAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAHMetodologi Penelitian KuantitatifYang dibina oleh Bapak Prof. M.E. Winarno, M.PdIbu Dr. Siti Nurrochmah, M.KesOlehSeptian Raibowo150614806499UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGAOKTOBER 2015Pengembangan Instrument (Lembar Observasi & Pedoman Wawancara) Pada Penelitian KuantitatifMAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAHMetodologi Penelitian KuantitatifYang dibina oleh Bapak Prof. M.E. Winarno, M.PdIbu Dr. Siti Nurrochmah, M.KesOlehSeptian Raibowo150614806499UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGAOKTOBER 2015
Pengembangan Instrument (Lembar Observasi & Pedoman Wawancara)
Pada Penelitian Kuantitatif
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Yang dibina oleh
Bapak Prof. M.E. Winarno, M.Pd
Ibu Dr. Siti Nurrochmah, M.Kes
Oleh
Septian Raibowo
150614806499
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
OKTOBER 2015
Pengembangan Instrument (Lembar Observasi & Pedoman Wawancara)
Pada Penelitian Kuantitatif
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Yang dibina oleh
Bapak Prof. M.E. Winarno, M.Pd
Ibu Dr. Siti Nurrochmah, M.Kes
Oleh
Septian Raibowo
150614806499
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
OKTOBER 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk menjawab masalah penelitian, sudah jelas membutuhkan data. Data diperoleh dari atau melalui kegiatan pengumpulan data. Untuk mendapatkan data yang hendak diperlukan, harus ada alat atau instrumennya. Alat atau instrumen dinamakan alat atau instrumen pengumpulan data. Alat atau instrumen pengumupulan, tentu saja perlu dibuat atau disusun.
Pembuatan instrumen penelitian merupakan satu mata rantai dalam kegiatan penelitian setelah peneliti merumuskan secara jelas dan tegas permasalahan dan tujuan penelitian. Dari instrumen penelitian akan diperoleh rangkaian jawaban responden yang akan menjadi data untuk diolah, ditabulasi, dianalisis statistik, analisis teoritis, uji hipotesis(jika ada), dan akhirnya diperoleh kesimpulan dari penelitian itu
Daftar pertanyaan dalam instrumen penelitian memiliki karakter dan persyaratan serta disiplin yang berbeda dengan model tanya jawab dalam dialog, dengar pendapat, debat, diskusi, interogasi apalagi sekedar berbincang santai alias ngobrol.
11 Oleh karena rangkaian pertanyaan dalam kuisioner, angket ataupun wawancara bertujuan untuk menggali data secara akurat dan valid/sahih sesuai permasalahan dalam penelitian. Instrumen penelitian harus disusun sedemikian rupa agar tidak berkesan menjebak, terlalu mengarahkan, menggiring, menyugesti, menguak rahasia pribadi ataupun menyingkap hal – hal yang tidak relevan.
1
1
Agar dalam pelaksanaan penggalian data atau wawancara (interview) berjalan dengan akrab- disamping diperlukan kemampuan teknik wawancara yang efektif dalam menyusun instrumen penelitian peneliti harus menjaga suasana bahasa/tata krama berbahasa agar tak memancing emosi responden. Responden harus dijaga suasan batin yang objektif, empiris, rasional dan dengan sukarela memberi jawaban apa adanya. Jangan sampai responden menganggap pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak penting, tak berguna, mengada-ada.
Agar dapat menyusun instrumen penelitian yang bagus peneliti harus memahami betul apa yang ditanyakan, apa saja alternatif jawaban yang memang mungkin, dan apa ada hubungan pertanyaan ituu dengan permasalahan atau tujuan penelitian (dengan variabel dan hipotesis penelitian jika ada)
Rumusan
Apa itu Instrumen Penelitian ?
Bagaimana prosedur dan teknik pedoman wawancara ?
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari instrumen penelitian
Untuk mengetahui prosedur dan teknik wawancara .
BAB II
PEMBAHASAN
Instrumen Penelitian
Pengertian Instrumen Penelitian
Untuk menjawab masalah penelitian, sudah jelas membutuhkan data. Data diperoleh dari atau melalui kegiatan pengumpulan data. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, harus ada alat atau instrumennya. Menurut Winarno (2011:93) Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian. Pendapat lain juga menyatakan bahwa Sugiyono (2014:148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Sedangkan menurut Sangaji (2010:149) Instrumen adalah alat bantu pada waktu penelitian menggunakan suatu metode.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan pada waktu penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah penelitian dalam hal ini mengukur variabel penelitian dengan menggunakan suatu metode.
Jenis-jenis instrumen penelitian
33 Secara umum jenis intrumen penelitian dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
3
3
Tes
Non-test (bukan tes)
Penentuan Metode dan Instrumen Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dalam penelitiannya. Dalam hal ini yang termasuk metode penelitian adalah : angket, wawancara, pengamatan (observasi), tes, dokumentasiMetode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dalam penelitiannya. Dalam hal ini yang termasuk metode penelitian adalah : angket, wawancara, pengamatan (observasi), tes, dokumentasi Metode dan instrumen itu adalah merupakan hal yang berbeda dari segi bahasa, akan tetapi kedua hal tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain .
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dalam penelitiannya. Dalam hal ini yang termasuk metode penelitian adalah : angket, wawancara, pengamatan (observasi), tes, dokumentasi
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dalam penelitiannya. Dalam hal ini yang termasuk metode penelitian adalah : angket, wawancara, pengamatan (observasi), tes, dokumentasi
Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Variasi jenis instrumen penelitian adalah angket, check-list, daftar centang dan pedoman wawancaraInstrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Variasi jenis instrumen penelitian adalah angket, check-list, daftar centang dan pedoman wawancara
Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Variasi jenis instrumen penelitian adalah angket, check-list, daftar centang dan pedoman wawancara
Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Variasi jenis instrumen penelitian adalah angket, check-list, daftar centang dan pedoman wawancara
Gambar 1
Kaitan antara metode penelitian dengan instrumen penelitian
(Winarno,2011:129)
Langkah-langkah penyusuna dan pengembangan instrumen
Secara garis besar langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen (Muljono,2002:2) adalah sebagai berikut :
Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, kemudia dirumuskan konstruk dari variabel tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertiann dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti.
Kemudian berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah 1
Selanjutnya membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah untuk setiap dimensi dan indikator
Langkah berikutnya menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke positif, dan sebagainya.
Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Biasanya butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif
Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi,baik validasi teoritik maupun validasi empirik.
Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik , yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk. Seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi dan seberapa jauh butir –butir instrumen yang dibaut secara tepat dapat mengukur indikator.
Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik atau secara konseptual, dilakukanlah penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan ujicoba.
Ujicaba instrumen dilapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik.
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria internal maupun kriteria eksternal
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen
Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang, sedang butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen untuk melihat kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi.
Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas dengan rentangan nilai (0-1) adalah besaran yang menunjukkan kualitas atau konsistensi hasil ukur instrumen.Makin tinggi koefisien reliabilitas makin tinggi pula kualitas instrumen tersebut. Mengenai batas nilai koefisien reliabilitas yang dianggap layak tergantung pada presisi yang dikehendaki oleh suatu penelitian. Untuk itu kita dapat merujuk pendapat-pendapat yang sudah ada, karena secara eksak tidak ada tabel atau distribusi statistik mengenai angka reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.
Perakitan butir-butir instrumen, yang valid untuk dijadikan instrumen final.
VariabelVariabelTeoriTeori
Variabel
Variabel
Teori
Teori
KonstrukKonstruk
Konstruk
Konstruk
Definis KonseptualDefinis Konseptual
Definis Konseptual
Definis Konseptual
Definisi operasionalDefinisi operasional
Definisi operasional
Definisi operasional
Penetapan Jenis instrumen penelitianPenetapan Jenis instrumen penelitian
Penetapan Jenis instrumen penelitian
Penetapan Jenis instrumen penelitian
Menyusun butir instrumenMenyusun butir instrumen
Menyusun butir instrumen
Menyusun butir instrumen
Gambar 2
Alur tahapan penyusunan dan pengembangan instrumen (Muljono,2002:5)
Dari bagan tersebut di atas terlihat bahwa untuk keperluan penyusunan dan pengembangan instrumen pertama-tama yang dilakukan adalah menetapkaji konstruk variabel penelitian yang merupakan sistesis dari teori-teori yang telah dibahas dan dianalisis yang penyajiannya diuraikan dalarn pengkajian teoritik atau tinjauan pustaka. Konstruk tersebut dijelaskan dalam definisi konseptual variabel, yang di dalamnya tercakup demensi dan indikator dari variabel yang hendak diukur, berdasarkan konstruk tersebut ditetapkan indikator-idikator yang akan diukur dari variabel tersebut.
Selanjutnya item-item instrumen dibuat untuk mengukur indikator- indikator yang telah ditetapkan dengan cara, seperti telah dikemukakan pada proses penyusunan dan pengembangan instrumen point d an e. Karena bentuk item-item instrumen yang akan dibuat harus sesuai dengan instrumen yang dipilih, maka. sebelum menulis item-item instrumen terlebih dahulu peneliti harus memilih jenis instrumen apa yang sesuai untuk mengukur indikator dari variabel yang akan diteliti.
Tahapan awal dari penyusunan instrument adalah penyusunan kisi- kisi. Kisi-kisi bisa dipaham sebagai acuan atau pedoman untuk membuat instrument. Penyusunan kisi-kisi harus didasarkan pada konsep yang melekat pada variabel penelitian. Syarat ini cukup penting sehingga kisi-kisi nantinya dapat dipertanggung jawabkan. Pada langkah penyusunan kisi-kisi, peneliti tidak bisa melepaskan diri dari konsepstual dari variabel yang akan ditelitinya. Berangkat dari definisi inilah, peneliti akan dapat memerinci definisi konsep menjadi sub-variabel dan dijabarkan leebih lanjut menjadi indikator-indikator.
Adapun manfaat dari pembuatan kisi-kisi pada instrumen penelitian (Arikunto,2006:160) adalah
Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun.
Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun instrumen karena kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan butir-butir.
Instrumen yang akan disusun akan lengkap dan sistematis karena ketika menyusun kisi-kisi peneliti belum dituntut untuk memikirkan rumusan butir-butirnya.
Kisi-kisi berfungsi sebagai "peta perjalanan" dari aspek yang akan dikumpulkan datanya, dariman data diambil, dan dengan apa pula data tersebut di ambil.
Dengan adanya kisi-kisi yang mantap peneliti dapat menyerahan tugas menyusun atau membagi tugas dengan anggota tim ketika menyusun instrumen.
Validitas dan reabilitas instrumen dapat diperoleh dan diketahui oleh pihak-pihak di luar tim peneliti sehingga pertanggungjawaban peneliti lebih terjamin.
Contoh kisi-kisi hubungan antara sumber data, metode dan instrumen pengumpulan data dengan judul penelitian "Kualitas kegiatan belajar-mengajar dikelas" adalah sebagai berikut :
Variabel penelitian
Sumber data
Metode
Instrumen
Kualitas mengajar guru
Guru sebagai pelaku
Kegiatan
Siswa yang mengalami
Wawancara
Pengamatan
Angket / Wawancara
Pedoman Wawancara
Ceklis
Angket dan pedoman wawancara
Kualitas belajar siswa
Siswa sebagai pelaku
Kegiatan
Guru yang menangani
Angket /wawancara
Pengamatan
Wawancara
Angket dan pedoman wawancara
Ceklis
Pedoman wawancara
Isi/hasil pelajaran
Buku catatan siswa
Siswa
Daftar nilai
Dokumentasi
Tes
Dokumentasi
Ceklis berisi rambu"
Soal tes
Daftar
Kondisi ruang/sarana
Ruang kelas
Pengamatan
Ceklis
Setelah kisi –kisi sudah dibuat, maka langkah selanjutnya adalah membuat kisi-kisi khusus untuk setiap instrumen dengan contoh sebagai berikut :
Variabel Penelitian
Indikator
Nomor Pertanyaan
Kualitas mengajar guru
Kejelasan menerangkan
Pemberian contoh
Penggunaan media
Interaksi dengan siswa
1.
2.
3.
4
5
Dari melihat contoh diatas , metode yang yang cocok digunakan adalah metode kuisioner, akan tetapi apabila peneliti berpendapat bahwa apabila menggunakan metode lain selain kusioner ini hasilnya akan jauh lebih baik, maka metode lain itulah yang harus dipakai. Walaupun kuisioner digunakan sebagai metode pokok atau metode utama, metode lain perlu digunakan juga untuk pelengkap dalam mengumpulkan data lain atau data yang sama sebagai checking silang (Arikunto,2006:165)
Pedoman Wawancara
Pengertian Wawancara (Interview)
Labovitz (1982:70-71) Wawancara terdiri dari sehimpunan butir atau pertanyaan (tersusun atau bebas) yang diajukan dan dikemukakan oleh seorang pewawancara dalam situasi tatap muka dengan responden. Menurut Setyobudiyanto (2005:133) Teknik wawancara adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan percakapan langsung antara pewawancara dengan responden atau informan. Sedangkan menurut Bagong (2006:69) Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face)
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan teknik/cara pengumpulan data dengan mengadakan percakapan langsung secara bertatap muka (face to face). Namun demikian teknik wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus dilakukan secara berhadapan langsung (face to face), melainkan dapat saja dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet.
Wawancara sering disebut sebagai suatu proses komunikasi dan interaksi. Sebagai suatu proses komunikasi karena antara pewawancara dan responden mensyaratkan adanya penggunaan bahasa-bahasa tertentu yang saling dapat mengerti oleh kedua belah pihak sehingga memungkinkan terjadinya aktivitas wawancara. Sedangkan sebagai interaksi sosial, karena selama wawancara masing-masing pihak, disadari atau tidak, terjadi proses saling mempengaruhi.
Kualitas data hasil wawancara banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, ditentukan oleh kemampuan pewawancara dalam membangun dan mengembangkan interaksinya dengan responden. Kedua, situasi wawancara dan topik penelitian yang biasanya tertuang dalam bentuk daftar pertanyaan. Dari berbagai faktor tersebut, posisi pewawancara sangatlah menentukan, artinya, pewawancara dituntut mampu mengadakan pendekatan kepada responden, menjelaskan topik penelitian dengan baik kepada reponden sehingga dapat membangun dan menciptakan situasi yang kondusif terhadap kelancaran wawancara. Itulah sebabnya mengapa kualitas hasil wawancara banyak ditentukan oleh kemampuan dan ketrampilan pewawancara
Situasi wawancaraWaktuTempatHadirnya orang lainSikap masyarakatSituasi wawancaraWaktuTempatHadirnya orang lainSikap masyarakatIsi PertanyaanTingkat kepekaanSulit ditanyakanTingkat minatIsi PertanyaanTingkat kepekaanSulit ditanyakanTingkat minat
Situasi wawancara
Waktu
Tempat
Hadirnya orang lain
Sikap masyarakat
Situasi wawancara
Waktu
Tempat
Hadirnya orang lain
Sikap masyarakat
Isi Pertanyaan
Tingkat kepekaan
Sulit ditanyakan
Tingkat minat
Isi Pertanyaan
Tingkat kepekaan
Sulit ditanyakan
Tingkat minat
PewawancaraMotivasiRasa amanKetrampilanPewawancaraMotivasiRasa amanKetrampilanRespondenKarakteristik sosialKemampuan menangkap dan menjawab pertanyaanRespondenKarakteristik sosialKemampuan menangkap dan menjawab pertanyaan
Pewawancara
Motivasi
Rasa aman
Ketrampilan
Pewawancara
Motivasi
Rasa aman
Ketrampilan
Responden
Karakteristik sosial
Kemampuan menangkap dan menjawab pertanyaan
Responden
Karakteristik sosial
Kemampuan menangkap dan menjawab pertanyaan
Gambar 3
Faktor yang mempengaruhi wawancara,
Warwick dan lininger (1975) dalam Bagong (2005:71)
Jika diperhatikan dari gambar di atas, terlihat hubungan yang saling mempengaruhi antara pewawancara, responden, situasi wawancara,dan isi pertanyaan. Selain itu, pewawancara juga berperan penting menerjemahkan dan kemudian menyampaikan isi pertanyaan kepada responden. Itulah sebabnya, sekali lagi, peranan pewawancara sangat strategis terutama dalam menciptak situasi wawancara sedemikian rupa sehingga aktivitas wawancara dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
Macam-macam Interview/wawancara
Sangaji (2010:151) Interview digunakan peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orangtua, pendidikan dan sikap terhadap sesuatu.
Secara garis besar ada 2 macam pedoman wawancara:
Pedoman wawancara tidak terstruktur
Furchan (2007:248) wawancara tak berstruktur lebih bersifat informal, pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan , sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya, di bidang penelitian jenis wawancara ini biasanya terbatas pada tahap-tahap pendahuluan, ketika peneliti sedang berusaha menetapkan variabel-variabel yang seharusnya dilibatkan dalam penelitiannya. Arikunto (2006:227) yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan, bisa dikatakan kratifitas pewawancara disini lebih diperlukan. Menurut Sugiyono (2013:140) wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya
Dalam wawancara tak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden, peneliti mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah. Dengan demikian dalam wawancara tak terstruktur ini pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari, dan pewawancara harus mampu memahami bahasa dan budaya responden.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa ada keuntungan dari peenggunaan wawancara tipe tak berstruktur, yaitu
Wawancara tipe ini mendekati keadaan yang sebenarnya dan didasarkan pada spontanitas responden.
Lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah yang diajukan pewawancara.
Pertanyaan –pertanyaan yang diajukan lebih mudah dimengerti oleh responden.
Lebih banyak kemungkinan, untuk menjelajahi berbagai aspek masalah yang dajukan.
Adapun kelemahan dari wawancara tak terstruktur ini adalah
Sukar sekali untuk memperbandingkan hasil satu wawancara dengan hasil wawancara yang lainnya.
Informasi atau data yang diperoleh seringkali bias dan seringkali terjadi tumpang tindih di dalam pengumpulan data.
Sukar untuk mengolah data dan mengadakan klasifikasi, sehingga peneliti harus menyediakan waktu dan tenaga yang cukup banyak.
Waktu pelaksanaan bisa berlangsung lebih lama.
Pedoman wawancara berstruktur
Winarno (2011:100) Interviu terstruktur terdiri dari serentetan pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan tanda check ( ) pada pilihan jawaban yang telah disiapkan. Hal ini sependapat dengan Arikunto (2006:227) yang menyatakan bahwa pedoman wawancara berstruktur ini yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list, pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai. Wawancara berstruktur tidak membuka kebebasan bagi responden untuk berbicara sesuka hatinya. Jawaban responden terikat pada pertanyaan yang telah disusun lebih dahulu. Namun demikian wawancara berstruktur mempunyai keuntungan (Nasution,2003:119 dalam Sudaryono,2013:37) antara lain : 1) tujuan wawancara lebih jelas dan terpusat pada hal-hal yang telah ditentukan lebih dahulu sehingga tidak ada bahaya bahwa percakapan menyeleweng dan menyimpang dari tujuan, 2) jawaban-jawaban mudah dicatat dan diberi kode, dan 3) data tersebut lebih mudah diolah dan saling dibandingkan.
Ditinjau dari pelaksanaanya, wawancara dibedakan atas :
Wawancara terpimpin.
Dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun.
Wawancara Bebas.
Pada wawancara ini terjadi tanya jawab bebas antara pewawancara dan responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman, Kebaikan wawancara ini adalah responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai.
Wawancara Bebas Terpimpin. Wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancara bebas dan terpimpin. Dalam pelaksanaanya, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
Prosedur dan penyusunan pedoman wawancara
Ada prosedur yang biasa diikuti sebelum wawancara dilakukan. Misalnya sebelum dilakukan wawancara, pewawancara terlebih dahulu meperkenalkan diri. Apakah ia berasal dari kampus atau dari badan/lembaga pemerintah. Kemudian ia harus menerangkan tujuan dan kegunaan penelitian. Ini penting dilakukan terutama untuk menghindari kecurigaan dan ketakutan responden. Setelah itu mengapa responden yang dipilh untuk diwawancarai: bukan orang lain. Masalah ini umumnya banyak ditanyakan responden sebelum bersedia menjawab pertanyaan. Terakhir, harus dijelaskan kepada responden bahwa wawancara ini merupakan suatu yang confidental (Nazir,1985 dalam Bagong, 2006:73).
Langkah-langkah wawancara
Lincoln and Guba dalam Sanapiah faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data yaitu :
Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
Mengawali atau membuka alur wawancara
Melangsungkan alur wawancara
Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
Bentuk-bentuk Pertanyaan dalam wawancara
Hasil suatu wawancara sangat tergantung kepada cara pewawancara dalam mengajukan pertanyaan kepada responden. Oleh karena itu perlu diperhatiakn hal –hal sebagai berikut (Milan,2001:436 dalam Suyono,2011:13)
Pertanyaan hendaknya dengan kalimat pendek dan tegas
Rumuskan pertanyaan secara netral, jangan memancing ke arah jawaban tertentu
Hindarkan pertanyaan yang bersifat intimidasi
Mulailah dengan pertanyaan yang menyenangkan
Pertanyaan yang memang dianggap perlu untuk diseragamkan, dapat dibacakan seperti membaca sebuah teks secara wajar
Setelah pertanyaan dijawab, jawaban segera dicatat.
Menurut Patton dalam Sugiyono (2013:235), ada enam jenis pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara akan terkait dengan salah satu dari pertanyaan lainnya, yaitu :
Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau prilaku
Berkaitan dengan apa yang dibuat dan telah diperbuat oleh seseorang yang dtujukan untuk mendeskripsikan pengalaman, prilaku, tindakan dan kegiatan yang dapat diamati pada waktu kehadiran pewawancara
Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai
Ditujukan untuk memahami proses kognitif dan interpretative dari sbjek yang menceritakan tujuan, keinginan, harapan dan nilai. Sedangkan jawabanny memberikan gambaran tentang apa yang dipikirkan tentang dunia atau tentang suatu program khusus
Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
Untuk dapat memahami respns emosional seseorang sehubungan dengan pengalaman dan pemikirannya.
Pertanyaan tentang pengetahuan
Untuk memperoleh pengetahuan faktual yang dimiliki responden dengan asumsi bahwa suatu hal dipandang dapat diketahui bukan pendaoat atau perasaan atau merupakan hal-hali yang diketahui seseorang, melainkan fakta dari kasus itu.
Pertanyaan yang berkaitan tentang indera
Pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang dilihat, didengarrm diraba, dirasakan dan dicium yang memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memasuki perangkat indera responden
Pertanyaan yang berkaitan tentang latar belakang atau demografi
Menenmukan ciri-ciri pribadi orang yang diwawancarai yang jawabannya dapat membantu pewawancara menemukan hubungan responden dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam penelitian kuantitatif, instrument merupakan bagian yang sangat penting untu diperhatikan. Hal ini disebabkan pada penelitian tersebut pemerolehan data menjadi hal yang sangat krusial, dari data itulah nantinya yang akan di analisis dan selanjutnya diambil kesimpulan. Proses pengukuran (pemberian nilai terhadap suatu variabel ) sedapat mungkin harus dilakukan dengan sangat cermat. Oleh karna itu faktor ketersediaan instrument pengumpul data sangat penting untuk diperhatikan. Instrument tidak hanya harus tersedia, namun juga harus berada dalam kondisi optimal untuk benar –benar dapat dipakai sebagai alat pengumpul data. Semakin baik instrument yang dipersiapkan, maka semakin baik pula kualitas data yang akan diperoleh.
Wawancara merupakan teknik / cara pengumpulan data dengan mengadakan percakapan langsung secara bertatap muka (face to face). Namun demikian teknik wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus dilakukan secara berhadapan langsung (face to face), melainkan dapat saja dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet.
Saran
2121 Untuk penyusunan dan pengembangan intrument penelitian menggunakan pedoman wawancara pada penelitian kuantitatif belum ada kajian-kajian atau literatur-literatur yang membahas lebih dalam mengenai ini, karna pedoman wawancara ini identik dengan jenis penelitian kualitatif, untuk itu diharapkan kepada peneliti yang ingin menggunakan instrument penelitian pedoman wawancara harus bisa se kreatif mungkin untuk mengembangkan dan menyusun instrumen ini tanpa menghilangkan konsep standar yang sudah ada dari penyusunan dan pengembangan isntrumen itu sendiri. Jika instrumen peneltian itu tidak standar maka prosedur penelitian atau proses penyusunan instrument itu yang kita buat standar, dan begitu pula sebaliknya"
21
21
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bagong S,Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Furchan A. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Labovitz S & Hagedorn R. 1981. Metode Riset Sosial. Jakarta Pusat:
Erlangga
Muljono P. 2002. Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Penelitian. Makalah disampaikan pada Lokakarya Peningkatan Suasana Akademik Jurusan Ekonomi FIS-UNJ tanggal 5 – 9 Agustus 2002. Jakarta : FIS-UNJ.
Sanapiah F. 2008. Format – format Penelitian Sosial. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Setyo B. 2005. Dasar-dasar Metodologi Penelitian dalam Ilmu Keolahragaan Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang Lembaga Penelitian.
Sudaryono dkk. 2013. Pengembangan Instrument Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Winarno. 2011. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani. Malang: Media Cakrawala Utama Press.