PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJERIAL (MANAJERIAL DECISION MAKING) Keputusan Keputusan (decision) merupakan pilihan yang dibuat dari beberapa alternative yang tersedia. Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses identifikasi masalah dan kesempatan kemudian memecahkannya. Pengambilan keputusan yang baik merupakan bagian vital dari maanjemen yang baik, karena keputusankeputusan yang menentukan bagaimana suatu cara organisasi menyelesaikan masalah, mengalokasikan mengalokasikan sumber daya dan meraih sasaran. Dengan demikian setiap manajer harus menajamkan ketrampilan dalam membuat keputusan. Pertumbuhan, kemakmuran atau atau kegagalan suatu perusahaan merupakan hasil dari keputusan yang dibuat oleh para manajer. Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah. Keputusan harus dilakukan ditengah berbagai factor yang terus berubah, ketidakjelasan informasi dan dan aneka pandangan yang bertentangan. Macam-macam keputusan : 1. Keputusan terprogram (programmed decision) Keputusan yang dibuat untuk menangani situasi / masalah yang cukup sering terjadi, sehinnga pembuat keputusan dapat membuat aturan-aturan pembuatan keputusan untuk diterapkan di masa depan. Misalnya keputusan untuk memesan persediaan ketika persediaan berada pada level tertentu. 2. Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision) Keputusan yang dibuat dalam menanggapi situasi yang unik, tidak familier dan tidak terstruktur serta menimbulkan konsekuensi-konsekuensi konsekuensi-konsekuensi penting bagi organisasi.banyak keputusan tidak terprogram melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya begitu besar dan keputusan merupakan hal yang sangat kompleks. Kepastian , resiko, ketidakpastian ketidakpastian dan ambiguitas Kepastian (certainly) Terjadi jika ionformasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tersedia dengan lengkap. Para manager memiliki informasi mengenai kondisi biaya operasi, biaya, batasan-batasan batasan-batasan sumber daya, dari masing-masing tindakan serta kemungkinan perolehan hasil yang akan diperoleh Resiko (risk) Terjadi apabila sebuah keputusan memiliki sasaran yang jelas dan didasarkan pada informasi yang baik, namun konsekuensi masa depan dari masingmasing alternative keputusan tidak pasti. Analisis statistic dapat digunakan untuk mengalkulasi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan. Ukuran resiko dapat mengidentifikasikan kemungkinan kemungkinan kegagalan suatu alternative dimasa depan.
Ketidakpastian Ketidakpastian (uncertainly) Berarti manajer mengetahui sasaran mana yang ingin diraih tetapi informasi mengenai alternative dan kejadian masa depan tidak lengkap. Manajer tidak memiliki informasi yang cukup jelas mengenai berbagai alternative atau untuk mengestimasi resikonya. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan seperti harga, biaya produksi, volume atau tingkat suku bunga. Masa depan sulit di analisis dan diprediksi.
Ambiguitas (ambiquity)
Ambiguitas selama ini dianggap sebagai situasi keputusan tersulit yang harus dilakukan. Ambiguitas memiliki arti bahwa sasaran-sasaran yang harus diraih/masalah yang harus dilakukan tidak jelas. Langkah-langkah pengambilan keputusan 1. Pengakuan terhadap persyaratan keputusan Para manager menghadapi persyaratan keputusan baik dalam bentuk masalah maupun kesempatan. Suatu masalah terjadi ketika pencapaian organisasional kurang dari sasaran yang ditetapkan. Kesadaran terhadap masalah/kesempatan adalah langkah pertama dalam mengambil keputusan dan membutuhkan pengamatan lingkungan internal dan eksternal bagi isu-isu yang membutuhkan perhatian eksekutif. 2. Diagnosis dan analisis penyebab Ketika masalah dan kesempatan telah menarik perhatian manager, pemahaman situasi harus diperjelas. Diagnosis adalah salah satu langkah dalam proses pengambilan keputusan. 3. Pengembangan altrnatif Pada saat masalah atau kesempatan telah dapat dikenali dan dianalisis, pembuat keputusan mulai mempertimbangkan untuk melakukan tindakan yang diperlukan. Langkah berikutnya adalah menghasilkan alternative solusi yang mungkin dapat menanggapi kebutuhan situasi dan memperbaiki sebabsebab yang mendasari. 4. Pemilihan alternative yang diharapkan Ketika beberapa alternative telah dikembangkan, harus dipilih salah satunya. Keputusan pilihan adalah seleksi yang paling menjanjikan dari beberapa alternative tindakan. Alternative terbaik menyediakan solusi terbaik sesuai dengan sasaran menyeluruh dan nilai-nilai organisasi serta dapat mencapai hasil yang diharapkan dengan penggunaan sumber daya seminimal mungkin. 5. Implementasi alternative yang dipilih Termasuk dalam tahap implementasi adalah penggunaan kemampuan manajerial, administrative, dan persuasive untuk meyakinkan alternative yang dipilih dapat dikerjakan. Gaya pengambilan keputusan (style of decision making) 1. Gaya direktif Digunakan oleh orang-orang yang menyukai solusi jelas dan sederhana terhadap masalah. 2. Manajemen dengan gaya analitis Sebaliknya suka mempertimbangkan solusi yang kompleks berdasarkan pada sebanayk mungkin data yang mereka kumpulkan. 3. Orang-orang yang cenderung memiliki gaya konseptual Juga suka mempertimbangkan sejumlah besar informasi. Walau demikian, mereka lebih punya orientasi social daripada orang-orang yang memiliki gaya analitis dan suka berbincang-bincang dengan orang lain mengenai suatu masalah dan kemungkinan alternative bagi pemecah masalah tersebut.
4. Gaya perilaku Sering diterapkan oleh manager yang memiliki perhatian besar pada orangorang lain selaku individu. Diposkan oleh janiasbomi di
PEMBUATAN KEPUTUSAN MANAJERIAL
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap
individu
dalam
organisasi
membuat
keputusan.
Para
manajer
puncak,sebagai contoh menentukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa apa yang akan di produksi, bagaimana sebaiknya mengorganisasikan dan mengkoordinasikan unit kegiatan dan sebagainya, termasuk manajer tingkat menengah atau bawah tergantung pada kewenangan nya masing-masing. Kualitas keputusan manjerial merupakan ukuran dari effektivitas manejer. Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi salah satu pentingnya adalah pengambilan keputusan.
2. Rumusan Masalah 1. Tipe-tipe keputusan 2. Pengaruh perilaku terhadap pengambilan keputusan individu 3. Model Pengambilan Keputusan Optimasi (Optimizing decision making model ) 4. Bagaimana Hendaknya Keputusan Diambil 5. Bagaimana Seseungguhnya Keputusan Diambil Dalam Organisasi 6. Indetifikasi Masalah 7. Bagaimana Dengan Etika Pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tipe-Tipe Keputusan •
Keputusan Terprogram (programmed decision) adalah prosedur spesifik yang dikembangkan untuk masalah yang rutin dan berulang.
•
Keputusan tidak terprogram (unprogrammed decision) adalah keputusan yang membutuhkan manajemen masalah yang unik dan kompleks. Secara ideal, manajemen puncak harusnya memperhatikan keputusan tidak terprogram,
sementara manajer tingkat pertama lebih memperhatikan keputusan terprogram. Di banyak organisasi, manajer madya lebih mengkonsenstrasikan pada keputusan terprogram meskipun di beberapa kasus juga berpartisipasi dalam keputusan tidak terprogram, dengan kata lain berdasarkan sifat, frekuensi dan tingkat kepastian yang melingkupi masalah tersebut akan mengarah pada tingkat manajemen yang mana suatu keputusan harus diambil. Perbandingan Tipe Keputusan Aktivitas
Keputusan terprogram
Keputusan tidak terprogram
Masalah
Sering, berulang, rutin hubungan sebab akibat lebih pasti
Baru, tidak terstruktur. Banyak letidakpastian dalam hubungan sebab akibat.
Prosedur
Ketergantungan pada kebijakan, aturan,dan prosedur pasti.
Perlunya kreativitas, intuisi, toleransi pada halhal yang membingungkan, pemecahan masalah kreatif
Pesanan persediaan kembali secara periodic.
Diversifikasi ke dalam produk dan pasar baru.
Tingkat rata-rata yang diperlukan bagi posisi akademik yang baik.
Konstruksi dari fasilitas ruang kelas yang baru.
Contoh: Perusahaan • bisnis •
•
•
Universitas
Perawatan kesehatan
Pemerintah
Prosedur penerimaan pasien. System merit bagi promosi
Pembelian peralatan eksperimen.
pegawai pemerintah
Reorganisasi dari badan pemerintah.
2. Pengaruh Perilaku Terhadap Pengambilan Keputusan Individu Faktor perilaku mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Beberapa darinya hanya mempengaruhi aspek tertentu saja dari proses sedangkan lainnya ada pula yang mempengaruhi seluruh proses. Walaupun demikian masing-masing darinya mempunyai dampak terhadap proses pengambilan keputusan dalam organisasi . Terdapat empat factor perilaku individu yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan yaitu : 1. Nilai System nilai menjadi pedoman bagi semua orang saat mereka berada pada situasi mengambil keputusan. System tata nilai dibutuhkan pada kehidupan dan menjadi dasar bagi pola pikir seseorang dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan di bidang : •
Menetapkan sasaran , pertimbangan tata nilai mesti dibuat saat memilih kesempatan dan menetapkan proses.
•
Mengembangkan alternatif, pertimbangan tata nilai tentang berbagai kemungkinan yang dibutuhkan.
•
Memilih alternative, system tata nilai pengambi keputusan mempengaruhi alternative yang dipilih.
•
Impelemntasi keputusan, pertimbanganm system nilai dibutuhkan sat memilih sarana untuk implementasi.
•
Control dan evaluasi, pertimbangan system tata nilai tidak dapat dihindari saat tindakan koreksi diputuskan dan diambil.
2. Kepribadian 3. Kecenderungan mengambil risiko 4. Potensi ketidak sesuaian
3. Model Pengambilan Keputusan Optimasi (Optimizing decision making model ) Dimaksud Model Optimasi, yaitu suatu model pengambilan keputusan yang menguraikan individu-individu seharusnya berperilaku agar memaksimumkan semua hasil. Model ini
menggambarkan bagaimana setiap individu berperilaku sehingga memberikan hasil yang optimal .
•
Langkah-langkah dalam model optimasi :
1. Lakukan kebutuhan akan suatu keputusan Dalam langkah ini diperlukan pengakuan tentang kebutuhan keputusan yang dibuat. Masalah yang merupakan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya diperlukan adanya pengakuan.
1. Menentukan kriteria yang diputuskan Dalam langkah ini kriteria yang penting dan relevan dalam menentukan keputusan harus diidentifikasikan.
1. Menentukan kriteria yang berbobot Kriteria yang telah disusun tidak semuanya mempunyai arti penting yang sama dan harus ditetapkan bobotnya sehingga pengambil keputusan dapat menggunakan preferensi mereka untuk memprioritaskan kriteria mana yang relevan maupun untuk menyatakan derajat relatif pentingnya memberikan suatu bobot kepada masing-masing.
1. Mengembangkan alternatif Dalam hal ini pengambil keputusan mendaftar semua alternatif. Alternatif yang dipilih/terpilih merupakan/menentukan keberhasilan pemecahan masalah.
1. Menilai beberapa alternatif Suatu alternatif harus ditentukan olehpengambil keputusan. Kuat atau lemahnya setiap alternatif akan menjadi bahan perbandingan terhadap kriteria dan bobot yang telah ditetapkan dalam langkah kedua dan ketiga. Penilaian setiap alternatif dilakukan dengan menilai terhadap bobot kriteria.
1. Memilih alternatif Dalam langkah ini adalah memilih yang terbaik diantara alternatif-alternatif yang dinilai. Dari total skor yang tertinggi maka akan memudahkan terhadap alternatif manakah yang dipilih.
•
Asumsi Model Optimasi
Tahapan dalam model optimasi terdiri dari beberapa asumsi. Asumsi ini penting untuk dipahami jika kita akan menentukan bagaimana model optimasi secara tepat menggambarkan pengambilan keputusan oleh individu secara nyata. Asumsi penting yang dipilih oleh model ini sama dengan konsep rasional yang menunjukkan pilihan yang konsisten dan memberikan nilai yang maksimum. Oleh karena itu, pengambilan keputusan melakukan secara obyektif dan menurut logika. Individu yang telah mempunyai tujuan yang jelas, maka enam langkah dalam model optimasi telah ditentukan untuk memilih alternatif yang akan memberikan hasil yang maksimum. Tahapan model optimasi terdiri dari asumsi sebagai berikut : Orientasi kepada tujuan
Model optimasi mengamsumsikan bahwa tidak ada perbedaan atas semua tujuan. Misalnya, apakah keputusan memilih menurut pendapat kelompok, menentukan apakah pergi atau tidak pergi bekerja pada hari ini, atau memilih pelamar yang tepat untuk mengisi jabatan yang kosong. Pillihan tersebut harus memberikan hasil yang maksimum. Mengetahui semua pilihan
Pengambil keputusan diasumsikan dapat menentukan semua kriteria yang relevan dan mendata semua alternatif yang ada. Model optimasi menggambarkan secara menyeluruh dari pengambil keputusan tentang kemampuannya dalam menetapkan kriteria dan alternatif. Adanya pilihan yang jelas
Secara rasional bahwa kriteria dan alternatif ditentukan menurut jumlah dan diurut dalam urutan yang disukai Adanya pilihan yang tetap
Kriteria dan alternatif yang sama dapat diperoleh setiap saat begitu pada tujuan dan pilihan sudah jelas dan tetap. Pilihan akhir memberikan hasil yang maksimum
Menurut model optimasi pengambil keputusan akan memilih suatu alternatif yang bernilai tinggi.
•
Model-model Pengambilan keputusan yang lain ( Alternative decision = making models )
Model-model Pengambilan keputusan yang dimeksud dalam hal ini adalah : 1. Model Satisficing/kepuasan
Model kepuasan merupakan suatu model pengambilan keputusan dimana pengambil keputusan memilih pertama kali pemecahan yang dianggap cukup baik, yaitu meuaskan ( satisfactory) dan cukup ( sufficient ). 2. Model keunggulan implisit
Model keunggulan implisit suatu model pengambil keputusan dimana secara dini dalam proses keputusan itu pengambil keputusan secara implisit (tersurat) memilih suatu alternatif yang lebih diinginkan sebelumnya dalam proses keputusan dan penalaran terhadap pilihan yang lainnya. Dalam pencarian alternatif-alternatif baru berakhir jika sebelum pembuat keputusan bersedia mengakui telah mengambil keputusannya. Proses pengambilan keputusan dalam model ini dipengaruhi oleh perasaan-perasaan intuitif yang jauh lebih besar daripada keobyektifan rasional. 3. Model intuitif
Model penngambilan keputusan intuitif adalah suatu proses pengambilan keputusan tak sadar dari dalam pengalaman yang terasing. Institusi ini tidak harus berjalan secara tak tergantung
dengan
analisis
rasional;
lebih
tepat,
keduanya
saling
melengkapi
(komplementer).
4. Bagaimana Hendaknya Keputusan Diambil Marilah kita mulai dengan menggambarkan bagaimana individu hendaknya berperilaku dalam rangka memaksimisasikan atau mengoptimasikan hasil (outcome) tertentu dia menyebut ini proses pengambilan keputusan rasional. •
Meningkatkan Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan rasional membutuhkan kreativitas yakni kemampuan untuk mengabungkan gagasan dalam satu cara yang unik atau untuk membuat asoiasi-asosiasi luar biasa diantara gagasan-gagasan mengapa kreativitas memungkinkan pengambilan keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami masalah termasuk melihat masalahmasalah yang tidak dapat dilihat orang lain akan tetapi nilai yang paling jelas dari kreativitas adalah dalam membantu pengambilan keputusan mengindentifikasi semua alternatif yang dapat dilihat. POTENSI KREATIF kebanyakan orang mempunyai potensi kratif yang dapat
mereka gunakan bila dikonfrotasikan dengan sewbuah masalah pengambilan keputusan namun untuk kebanyakan dari kita terlibat dalamnya dan belajar bagaimana berpikir tentang satu masalah dengan cara berlainan kita dapat mulai dengan jelas orang berbeda dalam kreativitas bawaan mereka Einstein, Edison, Piccaso, dan Mozart merupakan individuindividu dengan pengan pengecualian kreativitas tidak heran kreativitas eksepional itu jarang sebuah telaah tentang kretivitas sepanjang hidup dari 461 pria dan wanita menemukan tentang kurang dari 1 persen adalah kreativitas eksepional tetapi 10 persen sangat kreatif dan kira- kira 60 persen agak kreatif ini memberih kesan bahwa kebanyakan dari kita mempunyai keratif potensial jika kita belajar untuk melepaskanya.
•
Metode Untuk Merangsang Kreativitas Individu
Kadang kala tindakan yang sangat sederhana dapat sangat berpengaruh hal itu tampaknya benar dalam hal merangsang kreativitas bukti menunjukkan bahwa tindakan murni untuk menginstruksi seseorang “menjadi kreatif “ dan menghindari pendekatan yang jelas terhadap satu masalah menghasilkan gagasan-gagasan yang lebih unik metode intruksi langsung ini didasarkan pada bukti bahwa orang cendrung menerima penyelesaian yang jelas dan kecenderungan ini menghindari mereka untuk tidak mewujudkan kemampuan mereka dengan pernyataan bahwa alternatif yang unik dan kreatif adalah tindakan–tindakan yang diupayakan untuk mendorong gagasan-gagasan tersebut atau secara lebih jelas tanyakan pada diri anda sendiri anda ingin mewujudkan pilihan kreatif akan menghantar anda pada suatu peningkatan alternatif yang unik. teknik lain penyusunan atribut dalam penyusunan atribut pengambilan keputusan untuk mengalokasikan karaterstik dari alternatif tradisional setiap atribut utama dari alternatif selanjutnya pada giliranya dipertimbangkan dan diubah dalam setiap cara yang mungkin.
1. Bagaimana Seseungguhnya Keputusan Diambil Dalam Organisasi Apakah pengambilan keputusan dalam organisasi itu rasional? Apakah mereka secara cermat manilai masalah, mengidentifikasi semua keteria yang relevan menggunakan kreativitas mereka untuk mengidentifikasi semua alternatif untuk menemukan suatu pilihan yang optimal? Bila para pengambilan keputusan berhadapan dengan suatu masalah sederhana yang memiliki beberapa jalur tindakan alternatif dan bila biaya mencri dan mengevaluasi alternatif itu rendah, model rasional memberikan satu deskripsi yang cukup cermat tentang proses keputusan. Tetapi situasi tersebut merupakan kekecualian.
Kebanyakan keputusan dalam dunia nyata tidak mengituti model rasional. Misalnya, orang biasanya berniat untuk menemukan suatu pemecahaan yang masuk akal dan dapat diterima atas masalah mereka dan bukanlah suatu pemecahan yang optimal. Misalnya, para pengambilkan keputusan umumnya membatasi penggunaan kreativitas mereka. Pilihan-pilihan cenderung dibatasi disekitar symptom masalah dan di sekitar alternatif terbaru. Seperti halnya seorang ahli dalam pengambilan keputusan baru-baru ini menyimpulkan: “kebanyakan keputusan yang berarti itu diambil oleh penilaian, bukanlah oleh model presfektif yang sudah ditetapkan”. Berikut ini adalah peninjauan suatu bukti yang besar untuk memberikan deskripsi yang lebih akurat tentang bagaimna sesungguhnya kebanyakan keputusan dalam organisasi diambil. •
Rasionalitas Terbatas ( Bounded Rationality )
Bila anda mempertimbangkan perguruan tinggi mana yang akan anda masuki, apakah Anda sering melihat setiap alternatif yang tampak? Apakah anda secara cemat mengidentifikasi semua kreteria yang paling penting dalam keputusan anda? Apakah anda mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kreteria dalam rangka menemukan perguruan tinggi terbaik? Saya menduga jawaban terhadap pertanyaan ini adalah “tidak”. Tapi jangan kecewa. Beberapa orang menentukan pilihan perguruan tinggi dengan cara ini. Walaupun tidak optimal, toh anda merasa puas. Bila berhadapan dengan masalah yang kompleks, kebanyakkan orang menaggapi dengan mengurangi masalah pada level mana masalah ini dapat dipahami. Ini disebabkan kerena kemampuan manusia mengelola informai terbatas, membuatnya tidak mungkin mengasimilasi dan memahami semua informasi yang perlu untuk optimasi. Dengan demikian orang orang puas: artinya, mereka mencari pemecahan yang cukup memuaskan. Karena kemampuan dari pikiran manusia untuk memformulasi dan menyelesaikan masalah yang rumit itu terlalu kecil untuk memnuhi tuntutan yang rasionalitas penuh, para individu beroperasi dalam keterbatasan rasionalitas berikat. Mereka merancang bngun model-model yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri yang hakiki dari masalahmasalah tanpa menangkap semua kerumitannya. Selanjutnya para individu dapat berperila ku rasional dalam batas-batas model yang sederhana.
1. Indetifikasi Masalah Masalah
tidak
muncul
dengan
cahaya
neon
yang
sebentar–sebentar
menyala
untuk
mengindeintifikasi dirinya sendiri dan masalah seseorang merupakan status quo yang dapat
diterima dari orang lain lalu bagaimana pengambil keputusan mengindentifikasi dan menyeleksi masalah. Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki probibilitas terpilih yang lebih tinggi dibanding masalah-masalah yang penting mengapa kita dapat menawarkan sekurang- kurangnya dua alasan pertama mudah untuk mengenal masalah-masalah yang menjelaskan mengapa para politis lebih mungkin berbicara tentang masalah kriminal ketimbang masalah buta huruf kedua perlu diingat bahwa kita prihatin dengan pengambilan keputusan dalam organisasi para pengambil keputusan ingin tampil kompeten dan berada pada puncak masalah ini memotivasi mereka untuk memusatkan perhatian pada masalah ini memotivasi mereka untuk memusatkan perhatian pada masalah yang tampak bagi orang lain. Jangan mengabaikan kepentingan pribadi pengambilan keputusan jika pengambilan keputusan menghadapi satu konflik antara memilih suatu masalah yang penting bagi organisasi dan masalah yang penting bagi pengambil keputusan kepentingan pribadi cendrung menang ini bertaut dengan masalah visibilitas adalah biasa dalam kepentingan terbaik pengambil keputusan menyerang masalah- masalah high- profile hal- hal yang terkendali dibawah kepada orang lain lagi pula bila kinerja pengambilan keputusan itu kemudian ditinjau kembali pengevaluasi lebih mungkin untuk memberihkan penilian yang tinggi kepada seseorang yang secara agresif menyerang masalahmasalah yang tampak dibanding kepada seseorang yang tindakan-tindakanya kurang tampak jelas.
1. Bagaimana Dengan Etika Pengambilan keputusan Tidak ada pembahasan kontemporter pengambilan keputusan akan lengkap tanpa dimasukkanya etika mengapa karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasional dalam seksi ini kami menyajikan tiga cara yang berlainan untuk membuat kerangka keputusan dan memeriksa faktor-faktor yang membentuk perilaku pengambilan keputusan etis. •
TIGA KRITERIA KEPUTUSAN ETIS
Individu dapat menggunakan tiga kriteria yang berlainan dalam mengambil pilihan yang etis yang pertama adalah kriteria utilitarian dimana keputusan-keputusan diambil semata-mata atas dasar hasil atau konsekuensi mereka tujuan utilitarianimse adalah memberihkan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang terbesar pandangan ini cendrung mendominasi pengambilan keputusan bisnis itu konsisten dengan tujuan- tujuan seperti efensensi produkvitas dan laba yang tinggi dengan memaksimalkan laba misalnya suatu eksekutif bisnis dapat beragumen ia sedang menjamin kebaikan terbesar seperti mengeluarkan pemberitahuan pemberhentian 15 persen karyawan. Kriteria etis kedua adalah berfokus pada hak, kriteria ini mempersilahkan individu utntuk
mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar seperti dikemukan dalam dokumen-dokumen seperti piagam hak asasi manusia suatu tekanan pada hak pengambilan keputusan berati menghormati dan melindungi hak dasar dari para individu seperti misalnya hak keleluasan pribadi ( Privatcy) kebebasan berbicara dan proses hak perlindungan misalnya penggunaan kriteria ini akan melindungin para peniup-peluit bila mereka praktik tak etis atau illegal oleh organisasi mereka kepada pers atau badan pemerintah atas dasar hak mereka akan kebebasan berbicara. Kriteria ketiga adalah menekkan pada keadilan ini mensyaratkan individu untuk mengenakandan memperkuat aturan-aturan secara adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas lazimnya anggota serikat buruh menyukai pandangan ini kriteria ini membenarkan pembayaran upah yang pantas kriteria ini membenarkan penggunaan senioritas penentu utama dalam pengambilan keputusan pemberhentian massal.
BAB III PENUTUP
1. Simpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah sarana untuk mencapai tujuan atau memecahkan suatu masalah, hasil dari suatu proses yang dipengaruhi oleh berbagai kekuatan. Jadi keputusan harus dianggap sebagai sarana bukan hasil. Keputusan adalah mekanisme organisasional dengan bentuk usaha untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu. Dengan kata lain merupakan respon organisasional terhadap suatu masalah. Setiap keputusan merupakan hasil dari suatu proses dinamik yang dipengaruhi oleh berbagai kekuatan.