PENGAMATAN DIFERENSIAL LEUKOSIT
Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten
: Dian Krisna Arifiani : B1J014025 :I :V : Suci Indah Rahmadani
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2015
I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang Darah merupakan jaringan yang mengisi hampir separuh dari tubuh. Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan merupakan 1/12 berat badan. Darah mempunyai fungsi bekerja sebagai sistem transpor (sirkulasi) dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil buangan lain (Pearce, 1989). Pada dasarnya sel-sel darah dapat dibagi atas tiga unsur erytrosit, leukosit dan trombosit. Diantara tipe tersebut, sel-sel darah merah merupakan yang paling banyak jumlahnya (Raharjo, 1980). Dellman and Brown (1989) menyatakan bahwa leukosit memiliki bentuk khas, nucleus, sitoplasma dan organel dan semuanya bersifat mampu bergerak pada keadaan tertentu. Leukosit adalah salah satu bagian darah yang penting pernannya dalam tubuh, leukosit atau biasa disebut sel darah putih berfungsi memakan kuman atau fagosit dan benda asing yang menyerang tubuh. Jumlah leukosit lebih sedikit dari pada jumlah eritrosit pada tubuh. Pada laki-laki dan perempuan dewasa setiap kubiknya darah hanya terdapat kira-kira 4500 sampai 10000 jumlah butir. Leukosit mempunyai bentuk bervariasai dan mempunyai ukuran lebih besar dari pada eritrosit. Leukosit mempunyai inti bulat dan cekung. Sel- sel ini dapat bergerak bebas secara amuboid serta dapat menembus dinding kapiler. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu. Mereka bekerja secara independen seperti organism sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secaea bebas dan berinteraksi dan menagkap serpihan seluler, partikel asing atau mikroorganisme penyusup. Leukosit tidak bias membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan merekan dihasilkan dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. I.2 Tujuan
Mengetahuai jenis-jenis leukosit beserta bentuk dan peranannya.
II.
MATERI DAN CARA KERJA
II.1 Materi Bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan
deferensial
leukosit adalah methanol absolute 70%, alkohol 70%, pewarna Giemza 7 %, tisu, minyak imersi, air mengalir, hewan uji. Alat yang dipakai ialah mikrsokop, gelas objek, gelas penutup, beker gelas 20 mL , spuit 1 mL. II.2 Cara kerja Perhitungan persentase differensial leukosit dilakukan dengan pembuatan preparat apus darah (Metode Wirawan dan Silman, 2000), yaitu : 1. Gelas objek yang akan digunakan dibersihkan dengan alkohol 70%. 2. Darah diteteskan pada ujung gelas objek I, Kemudian diambil gelas objek ke II, diteteskan diujung tetesan darah membentuk sudut 45 oC, lalu dihapuskan kearah depan. 3. Preparat darah didiamkan sampai kering pada suhu kamar, difiksasi dengan metanol absolut ± 5 menit dengan cara memasukan gelas objek ke dalam beker gelas yang telah diisi metanol absolut sampai semua apusan darah terendam dalam metanol. 4. Preparat dikeringkan dalam suhu kamar. Setelah kering preparat diwarnai dengan larutan Giemza 7% selama ± 20 menit.
5. Preparat dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dalam suhu kamar. Apusan darah ditetesi dengan 1 tetes minyak imersi dan ditutup dengan gelas penutup, kemudian diferensial leukosit (persentase neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil).
III.
III.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a b Gambar 3.1.1. (a) Leukosit Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan (b) Leukosit Ikan Lele (Clarias batracus) perbesaran
III.2
Pembahasan
Diferensial leukosit adalah nilai komponen-komponen sel yang menyusun sel darah putih, yang terdiri dari beberapa jenis sel yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit dan monosit (Alamanda, 2006). Peningkatan leukosit biasanya disertai peningkatan salah satu atau lebih komponen sel tersebut mengetahui jenis komponen sel darah putih yang meningkat dapat membantu menentukan penyebab leukositosis (Dopongtonung, 2008). Sel darah putih (leukosit) merupakan pertahanan non spesifik yang sangat penting bagi ikan (Eliss, 1988). Leukosit adalah salah satu bagian darah yang penting peranannya dalam tubuh, leukosit atau biasa disebut sel darah putih berfungsi memakan kuman atau fagosit dan benda asing yang menyerang tubuh. Jumlah leukosit lebih sedikit dari pada jumlah eritrosit pada tubuh. Dibagi dalam tiga group granulocytes, monocytes, and lymphocytes, yang mana ada beberapa macam jenis subgroupnya. Limfosit berfungi dalam produksi antibody, membunuh sell dan merespon adanya pathogen yang masuk ( Nussler , 1998 ). Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
jumlah
leukosit
adalah
kondisi
dan kesehatan tubuh ikan. Leukosit merupakan sel darah yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Leukosit membantu membersihkan tubuh dari benda asing, termasuk invasi patogen melalui sistem tanggap kebal dan respon lainnya. Ikan yang sakit akan menghasilkan banyak leukosit untuk memfagosit bakteri dan mensintesa antibodi (Moyle and Cech 1998). Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah manusia normal, didapati jumlah leukosit rata-rata 50009000sel/mm, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granulosit yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang
tidak
mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granular : Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau eosinofil) yang dapat
dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya) (Mulyani, 2006) Sel darah putih pada ikan tidak berwarna. Jumlah sel darah putih tiap mm3 darah ikan terdapat sekitar 20.000-150.000 butir. Bentuk sel darah putih ini lonjong sampai bulat (Leager et al., 1999). Chinabut et al. (2000) menyatakan bahwa untuk ikan dewasa yang sehat total leukosit yang terdapat pada tubuh berkisar antara 20.000-150.000 sel/ mm3. meningkatnya jumlah leukosit dapat dijadikan petunjuk adanya fase pertama infeksi, stess maupun leukemia.Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh. Leukosit memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan jumlah leukosit ikan lele sehat berkisar antara (20-150) x 103 sel/mm3 (Alamanda, 2006). Limfosit berperan penting dalam respons imun sebagai limfosit T dan limfosit B. Dalam keadaan normal, jumlah limfosit berkisar 25-35 % atau 1.7-3.5 x10^3/mmk. Jumlah limfosit meningkat (disebut limfositosis) terjadi pada infeksi kronis dan virus. Limfositosis berat umumnya disebabkan karena leukemia limfositik kronik. Limfosit mengalami penurunan jumlah (disebut leukopenia) selama terjadi sekresi hormon adenokortikal atau pemberian terapi steroid yang berlebihan. Handayani (2008) menyatakan bahwa pemeriksaan darah penting untuk membantu peneguhan diagnosa suatu penyakit. Penyimpangan fisiologis ikan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada gambaran darah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Darah akan mengalami perubahan yang serius khususnya apabila terkena penyakit infeksi . Parameter darah yang dapat memperlihatkan
adanya
gangguan
adalah
nilai
hematokrit,
konsentrasi
haemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah), dan jumlah leukosit (sel darah putih) . Jenis- jenis Leukosit diantaranya adalah granulosit, memiliki granula kecil di dalam proto plasmanya, memiliki diameter sekitar 10 -12 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu neutrofil memiliki granula yang tidak bewarna, mempunyai inti sel yang terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus atau granula,
serta banyaknya sekitar 60 -70 % (Handayani, 2008). Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling banyak. Selini memiliki masa hidup singkat, sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Sekitar 50 % neutrofil dalam darah perifer menempel pada dinding pembuluh darah. Neutrofil memasuki jaringan dengan cara bermigrasi sebagai respon terhadap kemotaktik (Kimball, 1992). Neutrofil pada manusia dan hewan menunjukkan perbedaan berdasarkan sintesis protein, ekspresi receptor, metabolism oksidatif, fungsi dan pewarnaan sitokimia. Neutrofil yang cacat dapat dilihat dari jumlah maupun bentuknya. Bentuk maupun jumlahnya berpotensi untuk menjelaskan tingkat
infeksi
(Handayani, 2008). Eosinofil memiliki granula bewarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24 % (Handayani, 2008). Selini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitic dan alergi. Pelepasan isi granulnya kepatogen yang lebih besar membantu dekstruksinya dan fagositosis berikutnya. Fungsi utama eosinofil adalah detoksifikasi baik terhadap protein asing yang masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru ataupun saluran cerna maupun racun yang dihasilkan oleh bakteri dan parasit.
Eosinofilia pada hewan
domestic
merupakan peningkatan jumlah eosinofil dalam darah. Eosinofili pada patter jadi karena infeksi parasit, reaksi alergi dan kompleks antigen-antibodi setelah proses imun (Frandson, 1992). Basofil memiliki granula bewarna biru dengan pewarnaan basa, selain lebih kecil dari pada eosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula yang besar, banyaknya kira-kira 0,5 % di sumsum merah (Handayani, 2008). Basofil memiliki membrane reseptor yang sangat khas untuk segmen Fc dan igE dengan plasma sel sebagai anti gen/allergen lingkungan. Basofil bertanggungjawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan melepaskan senyawa kimia histamin (Handajani, 2009) Jumlah basofil di dalam sirkulasi darah relative sedikit. Di dalam sel basofil terkandung zat heparin (anti koagulan). Heparin ini dilepaskan di daerah peradangan guna mencegah timbulnya pembekuan serta statis darah dan limfe, sehingga sel basofil diduga merupakan precursor bagi mast cell. Basofilia meupakan peningkatan jumlah
basofil dalam sirkulasi. Basofilia pada hewan domestic dapat terjadi karena hipotirodismus ataupun suntikan estrogen . Penurunan jumlah sel basofil dalam sirkulasi darah atau basopeni ada patter jadi karena suntikan corticosteroid pada stadium kebuntingan (Frandson, 1992). Agranulosit diantaranya adalah Limfosit dan monosit. Limfosit umumnya yang menandai adanya infeksi virus (Handajani, 2009). Limfosit berperan dalam menginduksi limfosit B, kemudian limfosit B akan merangsang limfosit T untuk menghasilkan sel-sel fagosit (Rustikawati 2012). Limfosit memiliki nukleus yang besar bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7 sampai dengan 15 mikron. Banyaknya 20-25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri masuk ke dalam jaringan tubuh. Limfositada 2 macam, yaitu limfosit T dan limfosit B (Handayani, 2008). Monosit mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya besar dan berbentuk seperti sepatu kuda, ukurannya antara 12 sampai 15 mikron dan jumlahnya berkisar antara 3 sampai 8% dari seluruh sel darah putih. Berfungsi dalam memakan patogen ekstraseluler (Wulangi,1993). Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurangmakan atau disebabkan oleh faktor lain. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi virus, keracunan bakteri, septocoemia, kehamilan dan partus. Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit yang banyak, karena leukosit berfungsi melindungi tubuh dari infeksi (Soetrisno, 1987) Hal pertama yang harus dilakukan dalam menghitung jenis leukosit yaitu membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL. Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area, mula-mula dengan pembesaran kecil kemudian dengan pembesaran besar. Pada hitung jenis leukosit hapusan darah tepi yang akan digunakan perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh mengandung cat, dan eritrosit tidak boleh bergerombol (Dharmawan, 2000).
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa 1. Sel darah putih dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu granular (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan agranular (limfosit dan monosit). Neutrofil
merupakan sel yang bersifat menyerang dan menghancurkan
bakteri, neutrofil dan eosinofil merupakan sel yang mampu meningkatkan ketanggapan terhadap timbulnya infeksi dan alergi. Eosinofil serta basofil menghasilkan anticoagulan heparin dan substansi histamine.limfosit dan monosit berfungsi untuk proses kekebalan yang menghasilkan antibodi pada anak-anak.
DAFTAR REFERENSI A. K. Nussler · U. A. Wittel · H. G. Beger.1998. Leukocytes, the Janus cells in inflammatory disease. 384, pp. 222–232.
Alamanda. 2006. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. Jurnal Biodiversitas. Vol 8 (1), pp.34-38. Chinabuts,S., E. Limsuan dan P. Kitsawar. 2000. Histology of the Walking Catfish (Clarias batrachus). AAHRI. Bangkok, Thailand. Vol 3, pp. 9697. Dellman,D.H, and Brown, M.E. 1989. Buku Teks histology Veteriner I. Jakarta: Universitas Indonesia. Press . Dharmawan, S. 2000. Penuntun Praktikum Hematologi Veteriner. Denpasar: Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Dopongtonung, A. 2008. Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp.) yang Berasal Dari Daerah Laladon-Bogor. Skripsi. Bogor: Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ellis, A.E., 1988. Fish Vaccination. London: Academia Press. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Handajani, Noor. S. 2009. Effect of VCO to Leucocyte Differential Count, Glucose Levels and Blood Creatinine of Hyperglycemic and Ovalbumin Sensitized Mus musculus Balb/c. Bioscience. Vol 1 (1), pp. 1-8. Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Kimball,W. John. 1992. Biology Jilid 1 dan 2. Bogor: Erlangga. Lagler, K.F., J.E. Eardech, R.R. Miller, D.R. Passino. 1999. Ichthyology of Fishes. USA: John Wiley and Sons Inc. Moyle, P.B. dan Jr. .Cech. 1998. Fishes: An Indtroduction to Ichthiology. USA: Parentice Hall. Mulyani, S. 2006. Gambaran Darah Ikan Gurame Osphronemus gouramy Yang Terinfeksi Cendawan Achlya sp. pada Kepadatan 320 dan 720 Sppora per mL. Skripsi. Bogor: Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nussler A. K., U. A. Wittel., H. G. Beger.1998. Leukocytes, the Janus cells in inflammatory disease. Journal akuatik. 384, pp.222–232. pearce, A.L. 1989. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga Raharjo , A. 1980. Gambaran Darah Ikan Mas Cyprinus carpio Yang Terinfeksi Koi Herpes Virus. Skripsi. Bogor: Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Rustikawati,Ika. 2012. efektifitas Ekstrak Sargassum sp terhadap Deferensiasi leukosit ikan nila (Osteochoris niloticus) yang diinfeksi streptococcus inlae. Jurnal Akuatik. 3,pp.125-134 pp. Soetrisno. 1987. Fisiologi Hewan. Purwokerto: Fakultas Perternakan Unsoed. Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Bandung: ITB.