Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 159
PENERAPAN SHOJINKA DALAM FLEKSIBILITAS PRODUKSI PADA LINTASAN PERAKITAN Bambang Indrayadi1, Arif Rahman2, Gery Hardhiarto3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang (UB) Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Phone/Fax : +62-341-551430 E-mail :
[email protected]
Abstrak Perubahan jumlah permintaan yang berfluktuasi tidak menentu merupakan permasalahan yang kerapkali dihadapi oleh perusahaan, termasuk PT X. Fluktuasi permintaan menyulut problema peramalan permintaan dalam penentuan jumlah produksi di masa mendatang, Kekeliruan penentuan jumlah produksi dapat menyebabkan terjadinya penumpukan pada persediaan produk, namun juga dapat mengakibatkan kehilangan kesempatan dalam memenuhi sebagian permintaan konsumen. Penentuan jumlah produksi secara fleksibel melalui strategi mengikuti permintaan (chase demand strategy) dapat ditempuh dengan mengatur jumlah tenaga kerja. Pengaturan jumlah tenaga kerja dengan teknik shojinka akan mewujudkan fleksibilitas produksi dengan beban kerja yang lebih stabil, mengurangi fenomena undertime dan overtime. Shojinka merupakan suatu teknik untuk mencapai fleksibilitas dalam pengaturan jumlah tenaga kerja dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan, dengan tetap menyeimbangkan lintasan produksi berdasarkan perhitungan metode heuristik. Kondisi awal perusahaan yang mempergunakan strategi produksi konstan (level production strategy) menetapkan waktu siklus sebesar 29,72 detik dan 55 pekerja, mempunyai efisiensi sebesar 69,69% dan output produksi sejumlah 48.452 unit. Analisis teknik shojinka diterapkan dengan perhitungan pada saat permintaan rata-rata, permintaan minimum dan permintaan maksimum. Pada permintaan rata-rata dengan waktu siklus sebesar 25,70 detik dan 69 pekerja, didapatkan efisiensi sebesar 91,24% dan output produksi sejumlah 56.031 unit. Pada permintaan minimum dengan waktu siklus sebesar 95,98 detik dan 18 pekerja, didapatkan efisiensi sebesar 93,66% dan output sejumlah 15.003 unit. Pada permintaan maksimum dengan waktu siklus sebesar 19,19 detik dan 89 pekerja, didapatkan efisiensi sebesar 94,75% dan output produksi sejumlah 75.039 unit.
Kata kunci : Shojinka, fluktuasi permintaan, fleksibilitas produksi, keseimbangan lintasan 1. PENDAHULUAN. PT. X merupakan industri manufaktur yang bergerak di bidang perakitan sepeda motor. Perusahaan memasarkan dan melayani kebutuhan sepeda motor di seluruh wilayah Indonesia. Seksi Assy Engine merupakan salah satu seksi yang dibawahi oleh departemen produksi PT. X. Seksi Assy Engine bertugas untuk merakit (assembly) engine sepeda motor. Adapun tahapan proses produksi dari engine sepeda motor tipe 125cc melalui 52 stasiun kerja dan 400 operasi kerja. Pasar konsumen sepeda motor sangat potensial, apalagi pasca krisis ekonomi yang menyebabkan tarif moda transportasi publik meningkat dan memicu masyarakat untuk memilih moda transportasi alternatif yang lebih
murah yaitu sepeda motor. Meskipun pada tahun 2011 diprediksikan jumlah sepeda motor di Indonesia telah mencapai 59,22 juta unit, namun pasar sepeda motor masih belum jenuh menurut ketua umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Gunadi Sindhuwinata (Jati, 2011 [1]). Dengan masuknya sepeda motor China, maka persaingan produsen sepeda motorpun meningkat dan saling berlomba berebut pasar dengan penawaran yang menarik terutama dari segi harga dan cara pembelian. Tumbuh suburnya lembaga keuangan non-bank yang membantu pembelian secara kredit telah memunculkan persepsi bahwa sepeda motor menjadi moda transportasi yang murah dan dapat dimiliki secara pribadi.
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 160 Tabel 1.1 Data Rencana dan Produksi Engine PT. X Bulan Rencana Produksi Keterangan Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 November 2008 Desember 2008 Januari 2009 Februari 2009
Total
47.476 55.716 63.105 62.000 60.990 61.498 72.440 69.545 55.280 69.960 69.960 62.760 36.718
53.096 55.759 66.150 61.968 60.432 62.539 74.596 67.217 55.166 70.698 16.337 41.611 36.787
Terpenuhi (lebih 5.620) Terpenuhi (lebih 43) Terpenuhi (lebih 3.045) Kekurangan 32 Kekurangan 558 Terpenuhi (lebih 1.041) Terpenuhi (lebih 2.156) Kekurangan 2.328 Kekurangan 114 Terpenuhi (lebih 738) Kekurangan 53.623 Kekurangan 21.149 Terpenuhi (lebih 69)
787.448
722.356
Kekurangan 65.092
Permintaan pasar yang terus meningkat dalam persaingan yang semakin terbuka, membuat jumlah permintaan yang terlayani oleh masingmasing perusahaan berfluktuatif tidak menentu. Permasalahan fluktuasi permintaan pasar juga dihadapi oleh PT. X. Fluktuasi dari permintaan ini memaksa perusahaan untuk cermat dalam menentukan jumlah produksinya. Penentuan jumlah produksi yang terlalu besar dibandingkan pasar yang terlayani akan menyebabkan terjadinya penumpukan di persediaan produk. Namun pada saat perusahaan kurang tepat membaca situasi pasar dan menentukan jumlah produksi yang rendah akan menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan sebagian konsumen ketika pasar sedang meningkat. Dalam mengatur perencanaan produksi, PT. X menganut strategi level production, yaitu penentuan jumlah produksi konstan perharinya. Perusahaan harus memiliki produktivitas yang tinggi dalam menanggapi permintaan konsumen yang semakin responsif. Data rencana dan produksi dari seksi Assy Engine PT. X dapat dilihat pada tabel 1.1 Melalui pengamatan awal di obyek penelitian teridentifikasi permasalahan berikut : Jumlah permintaan yang fluktuatif; Jumlah persediaan cadangan (safety stock) cukup tinggi yang menyebabkan pemborosan; Perlunya perencanaan produksi dengan pengendalian pada lintasan perakitan engine yang memiliki 400 operasi kerja dengan waktu kerja yang bervariasi; dan Strategi demand chasing yang membutuhkan keseimbangan lini yang fleksibel pada lintasan perakitan engine.
Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi, maka dirumuskan pokok permasalahannya adalah “Bagaimanakah menyeimbangkan lintasan perakitan untuk mencapai fleksibilitas produksi menghadapi permintaan yang berfluktuasi?”. Dengan menerapkan shojinka untuk memecahkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengatur jumlah tenaga kerja dengan tetap mengendalikan keseimbangan lini lintasan perakitan pada saat jumlah permintaan rata-rata, minimum, dan maksimum.
2. Dasar Teori 2.1 Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah permasalahan pemberian task kepada stasiun kerja sehingga pembagian task merata (seimbang) dengan mempertimbangkan beberapa batasan (Sly, 2007 [2]). Tujuan menyeimbangkan lintasan adalah untuk meminimalkan waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan waktu produksi diantara stasiun kerja (Lecturer Notes, 2005 [3]). Ada beberapa dasar metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah keseimbangan lintasan, yaitu: metode heuristik, metode analitis, metode probabilistik, metode empiris dan metode simulasi. Terdapat beberapa macam metode heuristik yang dikenal, seperti (Chang, 1992 [4]) : ranked positional weighted, fewest followers,comosal, dan lain sebagainya.
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 161 N
nmin
t i 1
i
TC
(3)
Dimana : nmin = perkiraan jumlah stasiun kerja minimum ti = waktu operasi elemen kerja ke-i (menit) N = Jumlah operasi TC = Waktu siklus (menit)
Gambar 2.1 Metode Ranked Positional Weight Sumber : Leon (2004 [5]) Ranked Positional Weight adalah salah satu metode yang diusulkan oleh Helgeson dan Birnie sebagai pendekatan untuk memecahkan permasalahan pada keseimbangan lintasan (Groover, 2001 [6]). Precedence diagram merupakan gambar secara grafis yang memperlihatkan urutan suatu proses pengerjaan dari keseluruhan operasi pengerjaan, dengan tujuan agar memudahkan dalam pengawasan, evaluasi serta perencanaan aktivitas-aktivitas yang terkait di dalamnya. Waktu siklus merupakan waktu yang dibutuhkan oleh lintasan produksi untuk menghasilkan suatu unit produk. Berikut ini merupakan persamaan dari waktu siklus yang jumlah stasiun kerjanya tidak diketahui (Sugiyono, 2006 [7]):
TC
P Q
(1)
Dimana : TC = waktu siklus (menit) P = periode waktu produksi (menit) Q = output target selama periode waktu produksi
Sedangkan berikut ini merupakan persamaan dari waktu siklus (cycle time) yang jumlah stasiun kerjanya diketahui: N
TC
t i 1
i
n
(2)
Dimana : TC = waktu siklus (menit) ti = waktu operasi elemen kerja ke-i (menit) N = jumlah operasi n = jumlah stasiun kerja
Perkiraan jumlah stasiun kerja (n) harus bilangan bulat dan tergantung pada waktu siklus yang diinginkan (TC), sehingga rumusnya menjadi (Elsayed, 1994 [8]):
Balanced delay merupakan ukuran ketidakseimbangan dalam suatu lintasan produksi yang merupakan jumlah waktu menganggur pada lintasan yang dinyatakan sebagai prosentase pemakaian waktu pada lintasan. Secara matematis rumus balanced delay adalah sebagai berikut (Leon, 2004 [5]): N n TC t i (4) i 1 100% D n TC Dimana : D = balanced delay (%) n = jumlah stasiun kerja TC = waktu siklus (menit) ti = waktu operasi elemen kerja ke-i (menit)
Efisiensi waktu proses memperlihatkan seberapa efisienkah lintasan pada suatu lini produksi/perakitan. Besarnya setiap alokasi waktu pada stasiun kerja dinyatakan dalam bentuk prosentase. Secara matematis rumus efisiensi ini adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2006 [7]): η = 100 % - D (5) Dimana : η = Efisiensi waktu proses (%) D = Balanced delay (%)
Output produksi digunakan untuk mengetahui berapakah jumlah keluaran yang dihasilkan oleh pekerja di lini produksi/perakitan. Output produksi dipengaruhi oleh waktu siklus yang dikehendaki selama periode waktu produksi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2003 [9]):
Q
P TC
Dimana : Q = output produksi (unit) P = periode waktu produksi (menit) TC = waktu siklus terbesar (menit)
(6)
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 162 2.2 Teknik Shojinka Gambar 2.2 menunjukkan faktor utama shojinka sebagai salah satu teknik yang dikembangkan oleh Toyota di dalam sistem produksinya (Toyota Production System). Shojinka adalah suatu teknik untuk mencapai fleksibilitas dalam pengaturan jumlah pekerja di tempat kerja dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan (Monden, 2000 [10]). Dengan kata lain, shojinka berarti mengubah (mengurangi atau menambah) jumlah pekerja pada suatu lintasan produksi apabila permintaan produksi berubah (berkurang atau bertambah).
dipergunakan untuk menghitung waktu standar. Data-data waktu standar dari masing-masing operasi dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.1 Analisis Sistem Awal Berdasarkan persamaan 2, maka berikut ini merupakan persamaan dalam menentukan waktu siklus untuk proses perakitan engine, dimana pada kondisi aktual terdapat dua sistem yang digunakan, yaitu sistem seri untuk lini perakitan dan sistem paralel pada proses firing inspection:
Tc SHOJINKA Mencapai fleksibilitas jumlah pekerja pada lini produksi dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan
N
N
i 1
i 1
tilini ti firing (7)
n
Dimana : N
t lini = 3,78+3,40+...+0,99 = 1.618,16 detik i
i 1 N
Pelebaran atau penyempitan cakupan pekerjaan untuk tiap pekerja
Tata ruang gabungan lini berbentuk-U
Pekerja fungsi ganda
SHONINKA Penurunan jumlah pekerja di lini produksi
t
i
firing = 9,90+3,14+...+2,37 = 102,44 detik
i 1
Berdasarkan data tersebut, maka berikut ini merupakan perhitungan dalam menentukan waktu siklus pada perakitan engine:
Perubahan lembar rutin operasi baku
N
N
Rotasi kerja
TC =
Perbaikan proses
t lini – t i 1
i
i 1
i
firing
n = Perbaikan operasi manual
Perbaikan mesin (JIDOKA)
Gambar 2.2 Faktor Utama Shojinka Sumber : Monden (2000 [10])
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Lampiran 1 menunjukkan precendence diagram dari lini perakitan dan operasi firing inspection di Seksi Assy Engine. Pada setiap operasi kerja di Seksi Assy Engine dilakukan pengukuran kerja langsung dengan metode jam henti sebanyak 10 replikasi. Selanjutnya dihitung waktu rata-rata hasil pengamatan di setiap operasi kerja. Berdasarkan observasi kondisi di area kerja maka diestimasikan nilai performance rating sebesar 114% dengan metode Westinghouse, untuk selanjutnya dipergunakan untuk menghitung waktu normal. Kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mempengaruhi kerja menjadi dasar penentuan kelonggaran sebesar 21,5%, untuk selanjutnya
=
1.618,16 – 102,44 51 29,72 detik
Penentuan jumlah stasiun kerja pada firing inspection diperlukan karena sistem yang digunakan pada firing inspection merupakan sistem paralel, yang tentunya berbeda dengan stasiun kerja yang lainnya yang bertipe sistem seri. Berikut ini merupakan perhitungan jumlah stasiun kerja pada firing inspection: N
nfiring =
t i 1
i
firing Tc
= =
102,44 29,72 3,447 ≈ 4
Berdasarkan perhitungan di atas dan dikondisikan dengan keadaan aktual yang ada di lapangan ternyata jumlah stasiun kerja pada firing inspection telah mencukupi untuk waktu siklus 29,72 detik.
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 163 Balanced delay lintasan perakitan engine seri (tanpa firing inspection) di mana waktu siklus berdasarkan waktu stasiun terbesar yaitu di stasiun 330 sebesar 44,89 detik adalah: N
Dlini =
(nlini X TC) –
t lini i 1
i
X 100%
(nlini X TC) (51 X 44,89) – 1.618,16 X 100% = (51 X 44,89) = 29,32 % Perhitungan dari efisiensi waktu proses pada lintasan perakitan engine seri (tanpa firing inspection), yaitu sebagai berikut: ηlini = 100 % - Dlini = 100 % - 29,32 % = 70,68 %
Berikut ini merupakan perhitungan dari balanced delay lintasan perakitan engine paralel (pada firing inspection): N
Dfiring = =
(nfiring X TC) –
t i 1
i
firing
(nfiring X TC) (4 X 44,89) – 102,44 (4 X 44,89)
X 100% X 100%
= 42,95 % Perhitungan dari efisiensi waktu proses pada lintasan perakitan engine paralel (dengan firing inspection), yaitu sebagai berikut: ηfiring = 100 % - Dfiring = 100 % - 42,95 % = 57,05 %
Berikut ini merupakan perhitungan balanced delay lintasan perakitan engine secara keseluruhan, yaitu sebagai berikut: (nlini X Dlini) + (nfiring X Dfiring) Doverall = (nlini + nfiring) (51 X 29,32) + (4 X 41,95) = (51 + 4) = 30,31 % Perhitungan dari efisiensi waktu proses secara keseluruhan pada kondisi sistem saat ini, yaitu sebagai berikut: (nlini X ηlini) + (nfiring X ηfiring) ηoverall = (nlini + nfiring) (51 X 70,68) + (4 X 57,05) = (51 + 4) = 69,69 %
Dengan efisiensi waktu proses yang tercapai pada kondisi ini dapat dikatakan bahwa efisiensi lintasan perakitan belum tertalu tinggi (relatif sedang) dan analisis keseimbangan lintasan perakitan belum seimbang. Terbukti dengan masih banyaknya engine yang tidak melalui proses firing inspection pada kondisi aktual di lapangan. Perhitungan output produksi berguna untuk mengetahui jumlah keluaran dari produk yang ditentukan berdasarkan besarnya waktu siklus. Selain itu, perhitungan ini juga digunakan untuk memperhitungkan apakah output yang dihasilkan telah memenuhi target atau belum. Berikut ini merupakan persamaan dari jumlah produksi yang dihasilkan dengan menggunakan waktu siklus sebesar 29,72 detik: Q=
P TC
(NWTshift1 + NWTshift2 + NWTshift3) X 20 hari TC (27.600 + 24.000 + 20.400) X 20 hari = TC = 48.452,22 ≈ 48.452 unit/bulan =
Dimana : Net Working Time (NWT) Shift 1 = 27.600 detik Net Working Time (NWT) Shift 2 = 24.000 detik Net Working Time (NWT) Shift 3 = 20.400 detik
Estimasi produksi yang diinginkan didapatkan berdasarkan data rencana historis produksi, yaitu berkisar diantara 36.718 unit hingga 72.440 unit. Akan tetapi, untuk penetapan target data rencana historis produksi ini dihitung dengan menetapkan nilai rata-rata dari rencana produksi historis (Tabel 1.1), seperti diperhitungkan sebagai berikut: 47.476 + 55.716 + ... + 36.718 Q= 13 = 60.572,92 ≈ 60.572 unit/bulan Dapat dilihat bahwa jumlah output yang tercapai untuk kondisi saat ini disetiap bulannya belum mencapai target dari rencana produksi rata-rata yang diestimasikan, yaitu sebesar 60.572 unit.
3.2 Analisis Teknik Shojinka Dalam pengaturan jumlah produk yang dihasilkan (berdasarkan data historis), maka dapat diestimasikan laju jumlah produksi yang
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 164 dihasilkan, sebagai dasar dalam penggunaan teknik shojinka, yaitu berdasarkan data jumlah produksi minimum, produksi rata-rata dan produksi maksimum seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Estimasi Jumlah Produk Yang Dihasilkan Produksi
Aktual (Historis)
Estimasi
Rata-Rata
55.566 unit
56.000 unit
Minimum
16.337 unit
15.000 unit
Maksimum
74.596 unit
75.000 unit
Analisis shojinka ini dilakukan dengan menggunakan metode line balancing. Metode line balancing yang dipakai menggunakan metode heuristik dengan menerapkan metode Ranked Positional Weight (RPW). Teknik shojinka ini dianalisis berdasarkan tiga jenis estimasi produksi, seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu pada saat produksi rata-rata, produksi minimum dan produksi maksimum. Setelah ditentukan jumlah estimasi hasil produk yang akan dihasilkan, maka langkah selanjutnya yaitu menentukan waktu siklus perakitan. Berikut ini merupakan persamaan dari waktu siklus dengan waktu hari kerja selama 1 bulan (20 hari kerja), yaitu: TC =
P Q
(NWTshift1 + NWTshift2 + NWTshift3) X 20 hari Q (27.600 + 24.000 + 20.400) X 20 hari = Q =
Berdasarkan nilai Q dari estimasi di Tabel 3.1 maka dapat ditentukan waktu siklus produksi untuk masing-masing tingkat produksi. Pada tingkat produksi rata-rata, waktu siklus terhitung sebesar 25,71 detik. Pada tingkat produksi minimum, waktu siklus terhitung sebesar 96 detik. Dan pada tingkat produksi maksimum, waktu siklus terhitung sebesar 19,2 detik. Setelah mendapatkan waktu siklus perakitan, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung perkiraan jumlah stasiun kerja secara teoritis. Persamaan dari perkiraan jumlah stasiun kerja dinotasikan sebagai berikut: N
nmin =
t i 1
TC
i
N
i 1
nmin =
=
N
N
t lini t i
i 1
t
i firing
TC 1.618,16 – 102,44 TC
i 1
+ +
i
firing
TC 102,44 TC
3.2.1 Tingkat Produksi Rata-rata Pada tingkat produksi rata-rata dengan waktu siklus produksi sebesar 25,71 detik maka di lini perakitan minimal terbagi 59 (pembulatan dari 58,95) stasiun kerja dan di operasi firing inspection minimal terdapat 4 (pembulatan dari 3,984) stasiun kerja. Hasil perhitungan analisis keseimbangan perakitan rata-rata pada seksi Assy Engine PT. X disajikan pada tabel 3.2. Berdasarkan hasil perhitungan analisis keseimbangan lintasan perakitan rata-rata seperti yang disajikan dalam tabel 3.2 dapat dilihat bahwa penetapan waktu siklus yang harus digunakan dalam lini perakitan (pada conveyor) adalah waktu operasi terbesar dari setiap stasiun kerja yang terbentuk, yaitu sebesar 25,70 detik. Selain itu, dapat diperhatikan pada tabel 3.2 bahwa jumlah stasiun kerja pada saat produksi rata-rata ini adalah sebanyak 69 stasiun kerja dengan 65 stasiun kerja pada lini perakitan dan 4 stasiun kerja pada firing inspection. Untuk mengetahui besarnya efisiensi waktu proses dari lintasan perakitan engine tersebut, maka yang perlu dihitung terlebih dahulu adalah balanced delay. Berikut ini merupakan perhitungan balanced delay tersebut: N
D=
(n X TC) –
t lini i 1
i
X 100%
(n X TC) (69 X 25,70) – 1.618,16 X 100% = (69 X 44,89) 8,76 % = Perhitungan dari efisiensi waktu proses pada perakitan engine dengan waktu siklus perakitan rata-rata dipaparkan sebagai berikut: η = 100 % - D = 100 % - 8,76 % = 91,24 % Dengan efisiensi waktu proses yang cukup tinggi, bahkan lebih dari 90%, maka dapat dikatakan bahwa beban kerja masing-masing stasiun kerjaa dalam lintasan perakitan tersebut cukup seimbang.
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 165 Tabel 3.2 Analisis Keseimbangan Lintasan Produksi Rata-Rata SK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Pembebanan Operasi (101)1,2,3,4,5,7 (101)6,8,(102)1,2,3,4,5,6 (102)7,8,9,10,(103)1,2,5,6 (103)3,4,(104)1,2,3,4,6 (201)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14 (202)1,2,3,4,5,6,7,8,9 (104)5,7,8,9,10,(105)1,2 (105)3,4,5,6,7,8,9 (202)10,11,(203)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 (301)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 (301)12,13,14,(302)1,3 (302)2,4,5,(303)2,3 (401)1,2,3,7 (303)1,4,5,6,7,(304)2 (410)1,2,3,4,5,6,8,9 (401)4,5,6,7 (410)7,(411)1,2,6,7 (304)1,3,4,5,6,7 (411)3,4,5,6,7,(412)1,2 (304)8,9,(305)1,2,3,4,5 (412)1,3,4,5,6,7,8,9 (305)6,7,8,(306)1,2,3 (306)4,5,6,(307)1,2A (307)2B,3,4,5,6,7 (308)1,2,3,4,5 (308)6,(309)1,2,3 (309)4,5,(310)1,4 (310)2,3,5,6 (402)1,2,3B,6 (402)3A,4,5,6,7 (311)1,2,3,4,5,6,7,8,10 (311)9,10,(312)1,2,3 (312)4,5,6,7,(313)1,2A (313)2B,3,4,5 (313)6,(314)1,2,3,4,5,6,(315)2
TSK 24,75 23,79 25,70 24,89 25,40 25,30 23,18 25,34 25,34 25,09 24,06 24,15 16,82 24,28 21,55 17,18 22,92 25,27 21,86 25,62 25,15 23,06 24,38 23,48 24,41 23,16 22,89 24,69 24,30 21,10 24,30 23,08 24,20 25,68 23,48
Efisiensi 0,9625 0,9252 0,9998 0,9682 0,9879 0,9840 0,9015 0,9857 0,9856 0,9761 0,9360 0,9393 0,6541 0,9444 0,8382 0,6682 0,8913 0,9829 0,8501 0,9964 0,9783 0,8970 0,9484 0,9134 0,9495 0,9009 0,8902 0,9602 0,9450 0,8207 0,9450 0,8975 0,9413 0,9988 0,9134
Untuk mengevaluasi apakah produksi dengan waktu siklus tersebut dapat mencapai target yang direncanakan setiap bulannya, maka dihitung output produksi sebagai berikut: Q=
=
P TC (27.600 + 24.000 + 20.400) X 20 hari 25,70
= 56.031,12 ≈ 56.031 unit/bulan Dapat dilihat bahwa jumlah output yang dihasilkan di setiap bulannya telah mencapai target dari produksi rata-rata yang diestimasikan, yaitu sebesar 56.000 unit.
3.2.2 Tingkat Produksi Minimum Pada tingkat produksi minimum dengan waktu siklus produksi sebesar 96 detik maka di lini perakitan minimal terbagi 16 (pembulatan dari 15,78) stasiun kerja dan di operasi firing inspection minimal terdapat 2 (pembulatan dari 1,067) stasiun kerja. Hasil perhitungan analisis
SK 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Pembebanan Operasi (403)1,2,3,4 (404)1,2,3,4,5,6,7 (315)1,3,4,5 (316)1,2,3,4,7 (316)5,6,8,9,(317)1,2,3A (317)3B,4,5,6,7,8,9,(318)5 (318)1,2,3,4,6 (319)1,2,3,4 (405)1,2,3,4,5,6,7,8,(406)1 (319)5,6,7,8,(320)1,2,3 (406)2,3,4 (320)4,5,6,(321)1,2 (321)3,4,5,6,(322)1 (322)2,3,4,5,6 (322)7,8,9,(323)1,2,3,4,5,6 (323)7,8,(324)1,2,6,7 (324)3,4,5,8,(325)1 (407)1,2,3,5,6,7 (325)2,3,4 (407)4,6,7,(408)1,2 (408)3,4,5,6,(409)1,2 (326)1,2,3,4 (409)1,3,4,5,6,7 (326)5,6,7,(327)1,2,3 (327)4,5,6,(328)1,2A (328)2B,3,4,5,6,(329)1,2,3,(330)5,9 (329)4,5,6,(330)1 (330)2,3,4,6,7,10 (330)8,(331)1,2,3,4,7 (331)5,6,7 (0FT)1,2,3,4,5,6A (0FT)6B,7,8,9,10A (0FT)10B,11,12,13,14,15,16 (0FT)17,18
TSK 25,46 17,33 23,96 25,49 23,28 24,63 25,48 25,57 18,63 24,12 21,51 24,08 24,98 25,30 25,63 23,66 23,29 25,68 25,70 23,54 21,39 25,44 18,04 24,32 25,63 25,40 23,58 25,50 20,96 15,71 25,69 25,58 25,70 24,91
Efisiensi 0,9902 0,6739 0,9320 0,9913 0,9055 0,9580 0,9911 0,9947 0,7247 0,9382 0,8365 0,9365 0,9715 0,9840 0,9970 0,9201 0,9060 0,9987 0,9996 0,9156 0,8320 0,9896 0,7015 0,9461 0,9969 0,9880 0,9173 0,9919 0,8151 0,6112 0,9994 0,9949 0,9995 0,9687
keseimbangan perakitan minimum pada seksi Assy Engine PT. X disajikan pada tabel 3.3. Berdasarkan hasil perhitungan analisis keseimbangan lintasan perakitan minimum seperti yang disajikan dalam tabel 3.3 dapat dilihat bahwa penetapan waktu siklus yang harus digunakan dalam lini perakitan (pada conveyor) adalah waktu operasi terbesar dari setiap stasiun kerja yang terbentuk, yaitu sebesar 95,98 detik. Selain itu, dapat diperhatikan pada tabel 3.3 bahwa jumlah stasiun kerja pada saat produksi minimum ini adalah sebanyak 18 stasiun kerja dengan 16 stasiun kerja pada lini perakitan dan 2 stasiun kerja pada firing inspection. Perhitungan balanced delay adalah sebagai berikut: N
D=
(n X TC) –
t lini i 1
i
X 100%
(n X TC) (18 X 95,98) – 1.618,16 X 100% = (18 X 95,98) = 6,33 %
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 166 Tabel 3.3 Analisis Keseimbangan Lintasan Produksi Minimum SK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Pembebanan Operasi (101)1,2,3,4,5,7,6,8,(102)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,(103)1,2,3,4,5,6,(104)1,2,6 (201)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,(202)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,(203)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 (104)3,4,5,7,8,9,10,(105)1,2,3,4,5,6,7,8,9,(301)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,(302)1A (302)1B,2,3,4,5,(305)1,2,3,4,5,6,7,8,(306)1,2,3,4,5,6,(307)1,2A (303)1,2,3,4,5,6,7,(304)1,2,3,4,5,6,7,8,9,(401)1,2,3,4,5,6,7 (410)1,2,3,4,5,6,7,8,9,(411)1,2,3,4,5,6,7,(412)1,2,3,4,5,6,7,8,9 (307)2B,3,4,5,6,7,(308)1,2,3,4,5,6,(309)1,2,3,4,5,(310)1 (310)2,3,4,5,6,(311)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,(312)1,2,3,4,5,6,7,(313)1 (402)1,2,3,4,5,6,7,(403)1,2,3,4,(404)1,2,3,4,5,6,7 (313)2,3,4,5,6,(314)1,2,3,4,5,6,(315)1,2,3,4,5,(316)1 (316)2,3,4,5,6,7,8,9,(317)1,2,3,4,5,6,7,8,9,(319)1,2,3,4,5,6,7,8,(320)4,6 (318)1,2,3,4,5,6,(320)1,2,3,(405)1,2,3,4,5,6,7,8,(406)1,2,3,4 (320)5,(321)1,2,3,4,5,6,(322)1,2,3,4,5,6,7,8,9,(323)1,2,3,4,5,6,8 (323)7,(324)1,2,3,4,5,6,7,8,(325)1,2,3,4,(326)1,2,3 (407)1,2,3,4,5,6,7,(408)1,2,3,4,5,6,(409)1,2,3,4,5,6,7 (326)4,5,6,7(327)1,2,3,4,5,6,(328)1,2,3,4,5,6,(329)1,2,3,4,5,6,(330)1 (330)2,3,4,5,6,7,8,9,10,(331)1,2,3,4,5,6,7,(0FT)1,2,3,4,5,18 (0FT)6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18
Perhitungan dari efisiensi waktu proses pada perakitan engine dengan waktu siklus perakitan minimum dipaparkan sebagai berikut : η = 100 % - D = 100 % - 6,33 % = 93,67 % Efisiensi waktu proses yang lebih dari 90%, menunjukkan bahwa efisiensi lintasan cukup tinggi dan lintasan perakitan cukup seimbang. Perhitungan perkiraan output produksi yang akan dihasilkan adalah:
P Q= TC =
(27.600 + 24.000 + 20.400) X 20 hari 95,98
= 15.003,13 ≈ 15.003 unit/bulan Dapat dilihat bahwa jumlah output yang tercapai disetiap bulannya telah mencapai target sebesar 15.000 unit.
3.2.3 Tingkat Produksi Maksimum Pada tingkat produksi maksimum dengan waktu siklus produksi sebesar 19,2 detik maka di lini perakitan minimal terbagi 79 (pembulatan dari 78,94) stasiun kerja dan di operasi firing inspection minimal terdapat 6 (pembulatan dari 5,335) stasiun kerja. Hasil perhitungan analisis keseimbangan perakitan maksimum pada seksi Assy Engine PT. X disajikan pada tabel 3.4 Berdasarkan hasil perhitungan analisis keseimbangan lintasan perakitan maksimum seperti yang disajikan dalam tabel 3.4 dapat dilihat bahwa penetapan waktu siklus yang harus digunakan dalam lini perakitan (pada conveyor)
TSK 95,51 72,00 95,73 95,28 93,45 83,92 90,12 87,28 87,25 93,89 95,98 89,65 94,13 91,20 84,17 94,53 86,49 89,94
Efisiensi 0,9949 0,7500 0,9972 0,9926 0,9734 0,8742 0,9387 0,9092 0,9089 0,9780 0,9998 0,9338 0,9806 0,9500 0,8768 0,9846 0,9010 0,9368
adalah waktu operasi terbesar dari setiap stasiun kerja yang terbentuk, yaitu sebesar 19,19 detik. Selain itu, dapat diperhatikan pada tabel 3.4 bahwa jumlah stasiun kerja pada saat produksi maksimum ini adalah sebanyak 89 stasiun kerja dengan 83 stasiun kerja pada lini perakitan dan 6 stasiun kerja pada firing inspection. Balanced delay dari lintasan perakitan adalah : N
D=
(n X TC) –
t lini i 1
i
X 100%
(n X TC) (89 X 19,19) – 1.618,16 X 100% = (89 X 19,19) = 5,255 % Perhitungan dari efisiensi waktu proses pada perakitan engine dengan waktu siklus perakitan maksimum dipaparkan sebagai berikut: η = 100 % - D = 100 % - 5,255 % = 94,745 % Lintasan perakitan cukup seimbang dengan efisiensi waktu proses lebih dari 90 %. Output produksi yang akan dihasilkan adalah: Q=
=
P TC (27.600 + 24.000 + 20.400) X 20 hari 19,19
= 55.039,08 ≈ 75.039 unit/bulan Jumlah output telah memenuhi target produksi maksimum sebesar 75.000 unit.
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 167
Tabel 3.4 Analisis Keseimbangan Lintasan Produksi Maksimum SK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Pembebanan Operasi (101)1,2,3,4,5 (101)6,7,8,(102)1,2A (102)2B,3,4,5,6,7,8,10 (102)9,(103)1,2,5 (103)3,4,6,(104)1 (201)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 (104)2,3,4,5,6,7 (201)12,13,14,(202)1,2,3,4 (202)5,6,7,8,9,10,11,(203)2 (104)8,9,10,(105)1,2,3,5 (203)1,3,4,5,6,7,8,9,10 (105)4,6,7,8,9 (301)1,2,3,4,5,6,7,8 (301)9,10,11,12,13,14,(302)1A (302)1B,2A (302)2B,3,4,5,(303)2,3 (401)1,2,3 (303)1,4,5 (410)1,2,3,4,5,8,9 (401)4,5,6,7 (410)6,7,8,9,(411)1,2A (303)6,7,(304)1,2,3,4 (410)8,9,(411)1,2B,3 (411)1,4,5,6,7,(412)1,2 (304)5,6,7,8,9 (305)1,2,3,4 (412)3,4,5,6,7,8,9 (305)5,6,7,8,(306)1,2 (306)3,4, 5A (306)5B,6,(307)1,2A (307)2B,3,4,5 (307)6,7,(308)1,2,3 (308)4,5,6,(309)1 (309)2,4 (309)3,5,(310)1 (310)2,5 (310)3,4,6,(311)1,2,3,4,5 (402)1,2,3A (402)3B,5 (311)6,7,8,9,10,(312)1 (402)4,6,7,(403)1A (312)2,3,4 (312)5,6,(313)1,2 (312)7,(313)3,4,5 (313)6,(314)1,2,3,4
TSK 17,50 18,41 18,29 18,81 18,33 18,20 17,46 16,66 18,14 18,56 19,01 18,56 18,73 17,84 18,96 17,77 15,86 18,49 17,06 17,18 16,30 18,87 18,45 19,17 18,34 17,57 18,71 16,72 17,88 17,72 18,21 18,79 18,56 16,90 17,66 19,04 18,25 16,19 17,37 18,64 19,08 18,77 18,82 19,05 17,18
Efisiensi 0,9114 0,9589 0,9525 0,9795 0,9547 0,9477 0,9092 0,8676 0,9447 0,9666 0,9900 0,9666 0,9757 0,9292 0,9875 0,9257 0,8260 0,9629 0,8887 0,8948 0,8492 0,9828 0,9608 0,9984 0,9553 0,9152 0,9745 0,8706 0,9311 0,9231 0,9482 0,9787 0,9666 0,8804 0,9197 0,9917 0,9508 0,8434 0,9046 0,9708 0,9936 0,9776 0,9802 0,9924 0,8948
SK 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
Pembebanan Operasi (403)1B,2,3,4 (404)1,2,3,4,5,6,7 (314)5,6,(315)1,2,3A (315)3B,4,5,(316)1A (316)1B,2,3,4,6,9 (316)5,7,8,(317)1,6,7 (317)2,3,4 (317)8,9,(318)1,2 (318)3,4,5,6,(319)5 (319)1,2 (319)3,4,6,7,8,(320)2 (405)1,2,3,4,5,6,7,8,(406)1 (320)1,3,4,6 (406)2,3,4 (320)5,(321)1,2,3 (321)4,5 (321)6,(322)1,2,3 (322)4,5,6,7,8,9,(323)1 (323)2,3,4,5,6 (323)7,8,(324)1,2 (324)3,4,5,7 (407)1,2,3 (324)6,8(325)2A (325)1,2B,3,4 (407)4,5,6,7 (408)1,2,3,5,6 (326)1,2,3 (408)4,(409)1,2 (326)4,5,6.7,(327)1,3 (409)3,4,5,6,7 (327)2,4 (327)5,6,(328)1,2A (328)2B,3,4,5,6,(329)1,2,3 (329)4,5,6 (330)2 (330)1,3,4,5,6,7 (330)8,9,10,(331)1,2 (331)3,4,5,6,7 (0FT)1,2,3,4,5,6A (0FT)6B,7 (0FT)8,9,10A (0FT)10B,11,12,13,14 (0FT)15,16,17A (0FT)17B,18
TSK 17,29 17,33 17,03 19,12 19,16 18,01 18,79 18,59 17,86 18,27 18,46 18,63 18,89 18,89 18,49 19,09 18,79 18,20 17,91 18,05 18,46 17,24 16,98 19,18 18,25 16,58 18,82 18,52 18,69 16,50 18,70 18,59 18,96 18,37 19,19 18,69 18,66 19,13 17,02 18,67 17,75 17,34 14,22 17,44
Efisiensi 0,9004 0,9023 0,8870 0,9960 0,9980 0,9379 0,9787 0,9682 0,9303 0,9515 0,9613 0,9704 0,9840 0,9839 0,9629 0,9943 0,9787 0,9477 0,9326 0,9402 0,9613 0,8978 0,8844 0,9989 0,9508 0,8638 0,9802 0,9644 0,9734 0,8592 0,9742 0,9681 0,9875 0,9568 0,9995 0,9734 0,9719 0,9964 0,8867 0,9725 0,9245 0,9029 0,7408 0,9081
3.3 Analisis Komparasi Perbandingan antara sistem awal atau kondisi sebelumnya dengan sistem apabila teknik shojinka diterapkan yang dievaluasi berdasarkan analisis lintasan perakitan. Hasil perbandingan antara kedua analisis tersebut disajikan pada tabel 3.5. Tabel 3.5 menunjukkan bahwa penerapan teknik shojinka akan memberikan fleksibilitas produksi dengan strategi chase demand melalui pengaturan jumlah pekerja serta tetap memberikan efisiensi lintasan yang tinggi dan keseimbangan lintasan yang baik.
Tabel 3.5 Perbandingan Hasil Analisis No
Atribut
1 Waktu siklus (detik) 2 Jumlah stasiun kerja - Lini rakit - Firing inspection 3 Balanced delay 4 Efisiensi lintasan 5 Target Produksi (unit/bulan) 6 Output produksi (unit/bulan)
Kondisi Teknik Shojinka Saat Ini Rata-Rata Minimum Maksimum 29,72 25,70 95,98 19,19 55 69 18 89 51 65 16 83 4 4 2 6 30,31% 8,76% 6,34% 5,23% 69,69% 91,24% 93,66% 94,75% 60.572
56.000
15.000
75.000
48.452
56.031
15.003
75.039
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 168 4. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis hasil yang telah dikemukakan sebelumnya, maka teknik shojinka digunakan untuk mencapai fleksibilitas produksi dalam pengaturan jumlah pekerja di tempat kerja dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan. Berdasarkan analisis perbandingan antara kondisi awal dengan kondisi bila diterapkannya shojinka didapatkan efisiensi dari waktu proses analisis sebelum diterapkannya shojinka adalah 69,69%. Dalam penelitian ini penerapan teknik shojinka pada Seksi Assy Engine mengatur jumlah tenaga kerja mengikuti fluktuasi permintaan cukup bervariasi, yaitu antara 18 pekerja hingga 89 pekerja dengan kesimpulan sebagai berikut: 1. Lintasan perakitan dengan tingkat produksi rata-rata didapatkan hasil bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebanyak 69 pekerja dengan waktu siklus yang ditetapkan adalah sebesar 25,70 detik. Dengan penetapan waktu siklus ini akan didapatkan efisiensi waktu proses yang cukup tinggi, yaitu mencapai 91,24% dan jumlah produk yang dihasilkan juga telah mencapai target dari produksi yang diestimasikan, yaitu sebesar 56.031 unit disetiap bulannya. 2. Lintasan perakitan dengan tingkat produksi minimum didapatkan hasil bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebanyak 18 pekerja dengan waktu siklus yang ditetapkan adalah sebesar 95,98 detik. Dengan penetapan waktu siklus ini akan didapatkan efisiensi waktu proses yang cukup tinggi, yaitu mencapai 93,66% dan jumlah produk yang dihasilkan juga telah mencapai target dari produksi yang diestimasikan, yaitu sebesar 15.003 unit disetiap bulannya. 3. Lintasan perakitan dengan tingkat produksi maksimum didapatkan hasil bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebanyak 89 pekerja dengan waktu siklus yang ditetapkan adalah sebesar 19,19 detik. Dengan penetapan waktu siklus ini akan didapatkan efisiensi waktu proses yang cukup tinggi, yaitu mencapai 94,75% dan jumlah produk yang dihasilkan juga telah mencapai target dari produksi yang diestimasikan, yaitu sebesar 75.039 unit disetiap bulannya.
DAFTAR PUSTAKA [1]. Jati, Yusuf Waluyo, RI Akan Jadi Pasar Sepeda Motor Terbesar Di Asean, Bisnis Indonesia, 22 Agustus 2011, http://www.bisnis.com (diakses 27 Agustus 2011) [2]. Sly, Dave and Prem Gopinath. A Practical Approach to Solving MultiObjective Line Balancing Problem. 2005. http:/www.proplanner.net/Details. probalanced.pdf. (diakses 12 November 2008) [3]. Lecturer Notes. Operation Analysis and Design. 2005. http://www.ie.bilkent/ Lecturer12.ppt. (diakses 1 Mei 2009) [4]. Chang, Yih-Long. Quantitative System 3.0. Prentice Hall : Singapore, 1992. [5]. Leon, Jorge and Louise McDaniels. Assembly Line Balancing. 2004. http://etidweb.tamu.edu/ftp/ENTC380/ 15-Line%20Balancing.pdf. (diakses 30 Juni 2009) [6]. Grover, Mikell P. Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing. Prentice Hall : USA, 2001. [7]. Sugiyono, Andre. Chapter 7 : Assembly Line Balancing. 2006. http:// andresugiyono.edublogs.org/files/2006/ 12/chp007-line-balancing.ppt. (diakses 27 November 2008) [8]. Elsayed, A. and Thomas O. Boucher. Analysis and Control of Production. Department of Industrial Engineering : Rutgers University, 1994. [9]. Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya : Surabaya, 2003. [10]. Monden, Yasuhiro. Sistem Produksi Toyota. Penerbit PPM : Jakarta, 2000.
LAMPIRAN Lampiran 1 : Precedence Diagram Perakitan Engine
410 201
102
103
104
203
412
105
301
302
303
403
402
401
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
404
314
0F T1 405
A
316
317
318
319
407
406
320
321
322
323
324
408
325
409
326
0F T2 327
328
329
330
331 0F T3 0F T4
315
A
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 169
101
202
411
Lampiran 2 : Waktu rata-rata, waktu normal dan waktu standar masing-masing operasi kerja W standar 3,29 3,40 4,56 4,34 1,89 1,95 7,25 2,11 28,78 3,28 9,80 3,01 1,07 12,17 2,57 2,09 1,96 5,27 1,61 30,67 2,50 7,48 7,89 5,07 3,56 1,23 27,72 5,88 0,96 2,58 1,03 5,39 1,48 6,01 4,56 0,62 0,57 29,09 2,13 3,89 4,92 4,53 1,86 3,65
Stasiun Operasi W rerata W normal ..105 7 2,91 3,32 8 2,55 2,91 9 1,69 1,93 Total 201 1 1,11 1,27 2 2,73 3,11 3 0,47 0,54 4 1,66 1,89 5 15,71 17,91 6 1,32 1,50 7 2,54 2,90 8 0,56 0,64 9 1,67 1,90 10 15,71 17,91 11 0,47 0,54 12 4,12 4,70 13 1,50 1,71 14 0,68 0,78 Total 202 1 0,89 1,01 2 0,51 0,58 3 1,13 1,29 4 6,76 7,71 5 3,44 3,92 6 0,72 0,82 7 8,05 9,18 8 3,35 3,82 9 0,62 0,71 10 0,60 0,68 11 0,44 0,50 Total 203 1 1,25 1,43 2 3,32 3,78 3 2,12 2,42 4 3,28 3,74 5 1,51 1,72 6 1,12 1,28 7 20,63 23,52 8 1,24 1,41 9 1,77 2,02 10 0,80 0,91 Total 301 1 3,60 4,10 2 2,51 2,86
W standar 4,23 3,70 2,45 31,37 1,61 3,96 0,68 2,41 22,81 1,92 3,69 0,81 2,43 22,81 0,68 5,98 2,18 0,99 21,36 1,29 0,74 1,64 9,82 5,00 1,05 11,69 4,86 0,90 0,87 0,64 26,81 1,82 4,82 3,08 4,76 2,19 1,63 29,96 1,80 2,57 1,16 23,83 5,23 3,65
Stasiun Operasi W rerata W normal ..301 3 0,76 0,87 4 2,46 2,80 5 0,70 0,80 6 1,45 1,65 7 0,67 0,76 8 0,75 0,86 9 1,76 2,01 10 1,88 2,14 11 0,74 0,84 12 0,66 0,75 13 1,44 1,64 14 0,95 1,08 Total 302 1 10,66 12,15 2 8,86 10,10 3 2,86 3,26 4 3,78 4,31 5 1,02 1,16 Total 303 1 6,48 7,39 2 0,91 1,04 3 2,06 2,35 4 5,21 5,94 5 1,04 1,19 6 1,98 2,26 7 0,97 1,11 Total 304 1 2,48 2,83 2 1,04 1,19 3 1,77 2,02 4 5,03 5,73 5 4,86 5,54 6 1,03 1,17 7 2,84 3,24 8 2,92 3,33 9 0,98 1,12 Total 305 1 2,82 3,21 2 2,63 3,00 3 3,71 4,23 4 2,94 3,35 5 1,64 1,87 6 2,41 2,75 7 3,28 3,74
W standar 1,10 3,57 1,02 2,11 0,97 1,09 2,56 2,73 1,07 0,96 2,09 1,38 29,52 15,48 12,87 4,15 5,49 1,48 39,47 9,41 1,32 2,99 7,57 1,51 2,88 1,41 27,08 3,60 1,51 2,57 7,30 7,06 1,50 4,12 4,24 1,42 33,33 4,10 3,82 5,39 4,27 2,38 3,50 4,76
Stasiun Operasi W rerata W normal ..305 8 1,02 1,16 Total 306 1 2,12 2,42 2 1,04 1,19 3 6,01 6,85 4 4,33 4,94 5 3,94 4,49 6 0,98 1,12 Total 307 1 4,11 4,69 2 6,86 7,82 3 5,27 6,01 4 3,04 3,47 5 2,51 2,86 6 0,95 1,08 7 0,97 1,11 Total 308 1 6,57 7,49 2 2,68 3,06 3 1,77 2,02 4 3,41 3,89 5 2,38 2,71 6 1,41 1,61 Total 309 1 5,58 6,36 2 5,74 6,54 3 3,22 3,67 4 5,90 6,73 5 0,97 1,11 Total 310 1 7,97 9,09 2 5,17 5,89 3 2,02 2,30 4 0,92 1,05 5 8,85 10,09 6 0,96 1,09 Total 311 1 4,57 5,21 2 1,23 1,40 3 0,91 1,04 4 0,75 0,86 5 1,21 1,38 6 0,86 0,98 7 5,48 6,25
W standar 1,48 29,70 3,08 1,51 8,73 6,29 5,72 1,42 26,75 5,97 9,96 7,65 4,41 3,65 1,38 1,41 34,43 9,54 3,89 2,57 4,95 3,46 2,05 26,46 8,10 8,34 4,68 8,57 1,41 31,09 11,57 7,51 2,93 1,34 12,85 1,39 37,60 6,64 1,79 1,32 1,09 1,76 1,25 7,96
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 170
Stasiun Operasi W rerata W normal 101 1 2,28 2,59 2 2,34 2,67 3 3,14 3,58 4 2,99 3,41 5 1,30 1,48 6 1,34 1,53 7 4,99 5,69 8 1,45 1,65 Total 102 1 2,26 2,58 2 6,75 7,70 3 2,07 2,36 4 0,74 0,84 5 8,38 9,55 6 1,77 2,02 7 1,44 1,64 8 1,35 1,54 9 3,63 4,14 10 1,11 1,27 Total 103 1 1,72 1,96 2 5,15 5,87 3 5,43 6,19 4 3,49 3,98 5 2,45 2,79 6 0,85 0,97 Total 104 1 4,05 4,62 2 0,66 0,75 3 1,78 2,03 4 0,71 0,81 5 3,71 4,23 6 1,02 1,16 7 4,14 4,72 8 3,14 3,58 9 0,43 0,49 10 0,39 0,44 Total 105 1 1,47 1,68 2 2,68 3,06 3 3,39 3,86 4 3,12 3,56 5 1,28 1,46 6 2,51 2,86
W standar 1,10 5,21 1,39 29,51 2,85 1,73 11,89 7,30 2,27 2,15 2,24 30,42 1,32 17,85 3,31 4,86 8,64 1,34 37,32 1,16 9,70 2,40 2,58 2,29 1,35 19,49 5,36 2,66 16,11 1,16 1,34 26,62 11,78 3,83 4,27 2,92 6,46 1,10 2,69 1,15 1,15 35,35 1,55 8,31 7,12
Stasiun Operasi W rerata W normal ..317 4 2,32 2,64 5 1,46 1,66 6 1,84 2,10 7 2,40 2,74 8 1,72 1,96 9 0,81 0,92 Total 318 1 7,18 8,19 2 3,93 4,48 3 4,01 4,57 4 2,05 2,34 5 3,96 4,51 6 0,90 1,03 Total 319 1 6,77 7,72 2 5,81 6,62 3 4,1 4,67 4 0,93 1,06 5 1,38 1,57 6 1,74 1,98 7 0,66 0,75 8 0,77 0,88 Total 320 1 2,96 3,37 2 4,51 5,14 3 4,59 5,23 4 4,76 5,43 5 3,58 4,08 6 0,70 0,80 Total 321 1 3,02 3,44 2 4,52 5,15 3 1,61 1,84 4 3,54 4,04 5 10,03 11,43 6 0,74 0,84 Total 322 1 1,28 1,46 2 9,78 11,15 3 1,14 1,30 4 0,78 0,89 5 0,72 0,82 6 5,00 5,70 7 1,37 1,56 8 3,11 3,55
W standar 3,37 2,12 2,67 3,49 2,50 1,18 32,30 10,43 5,71 5,82 2,98 5,75 1,31 31,99 9,83 8,44 5,95 1,35 2,00 2,53 0,96 1,12 32,18 4,30 6,55 6,67 6,91 5,20 1,02 30,64 4,39 6,56 2,34 5,14 14,57 1,07 34,07 1,86 14,20 1,66 1,13 1,05 7,26 1,99 4,52
Stasiun Operasi W rerata W normal ..322 9 0,71 0,81 Total 323 1 0,84 0,96 2 3,94 4,49 3 1,75 2,00 4 1,42 1,62 5 2,52 2,87 6 2,70 3,08 7 5,30 6,04 8 0,72 0,82 Total 324 1 1,61 1,84 2 4,80 5,47 3 0,94 1,07 4 7,47 8,52 5 3,54 4,04 6 3,10 3,53 7 0,76 0,87 8 0,75 0,86 Total 325 1 3,34 3,81 2 12,68 14,46 3 4,33 4,94 4 0,70 0,80 Total 326 1 8,52 9,71 2 2,71 3,09 3 2,25 2,57 4 4,04 4,61 5 2,69 3,07 6 3,89 4,43 7 0,75 0,86 Total 327 1 0,78 0,89 2 7,92 9,03 3 0,72 0,82 4 4,96 5,65 5 2,33 2,66 6 0,67 0,76 Total 328 1 5,68 6,48 2 6,59 7,51 3 1,83 2,09 4 1,29 1,47 5 1,23 1,40
W standar 1,03 34,69 1,22 5,72 2,54 2,06 3,66 3,92 7,70 1,05 27,87 2,34 6,97 1,37 10,85 5,14 4,50 1,10 1,09 33,36 4,85 18,41 6,29 1,02 30,57 12,37 3,94 3,27 5,87 3,91 5,65 1,09 36,09 1,13 11,50 1,05 7,20 3,38 0,97 25,24 8,25 9,57 2,66 1,87 1,79
Stasiun Operasi W rerata W normal ..328 6 0,71 0,81 Total 329 1 1,46 1,66 2 11,92 13,59 3 1,31 1,49 4 8,61 9,82 5 3,34 3,81 6 0,70 0,80 Total 330 1 3,59 4,09 2 13,23 15,08 3 1,48 1,69 4 0,71 0,81 5 5,67 6,46 6 12,76 14,55 7 1,42 1,62 8 2,57 2,93 9 1,52 1,73 10 0,72 0,82 Total 331 1 3,27 3,73 2 4,77 5,44 3 2,14 2,44 4 1,00 1,14 5 1,96 2,23 6 8,18 9,33 7 0,68 0,78 Total 401 1 1,44 1,64 2 0,66 0,75 3 8,82 10,05 4 1,04 1,19 5 8,48 9,67 6 1,65 1,88 7 0,66 0,75 Total 402 1 3,30 3,76 2 2,91 3,32 3 14,82 16,89 4 5,41 6,17 5 2,08 2,37 6 0,64 0,73 7 1,46 1,66 Total
W standar 1,03 25,17 2,12 17,31 1,90 12,50 4,85 1,02 22,39 5,21 19,21 2,15 1,03 8,23 18,53 2,06 3,73 2,21 1,05 44,89 4,75 6,93 3,11 1,45 2,85 11,88 0,99 31,95 2,09 0,96 12,81 1,51 12,31 2,40 0,96 33,04 4,79 4,23 21,52 7,86 3,02 0,93 2,12 44,47
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 171
Stasiun Operasi W rerata W normal ..311 8 0,76 0,87 9 3,59 4,09 10 0,96 1,09 Total 312 1 1,96 2,23 2 1,19 1,36 3 8,19 9,34 4 5,03 5,73 5 1,56 1,78 6 1,48 1,69 7 1,54 1,76 Total 313 1 0,91 1,04 2 12,29 14,01 3 2,28 2,60 4 3,35 3,82 5 5,95 6,78 6 0,92 1,05 Total 314 1 0,8 0,91 2 6,68 7,62 3 1,65 1,88 4 1,78 2,03 5 1,58 1,80 6 0,93 1,06 Total 315 1 3,69 4,21 2 1,83 2,09 3 11,09 12,64 4 0,80 0,91 5 0,92 1,05 Total 316 1 8,11 9,25 2 2,64 3,01 3 2,94 3,35 4 2,01 2,29 5 4,45 5,07 6 0,76 0,87 7 1,85 2,11 8 0,79 0,90 9 0,79 0,90 Total 317 1 1,07 1,22 2 5,72 6,52 3 4,90 5,59
W standar 13,56 1,96 4,43 5,50 25,46 3,88 1,39 5,90 1,48 2,60 1,00 1,07 17,33 5,45 3,51 2,79 10,21 2,28 0,93 0,99 1,76 17,70 0,93 18,73 0,97 1,80 22,44 3,59 3,98 9,67 9,82 5,50 0,94 1,99 35,49 1,44 9,35 1,92 7,39 0,96 2,13 23,19
Stasiun Operasi W rerata W normal 409 1 1,06 1,21 2 5,13 5,85 3 2,68 3,06 4 2,01 2,29 5 4,00 4,56 6 0,71 0,81 7 1,96 2,23 Total 410 1 2,51 2,86 2 1,55 1,77 3 2,38 2,71 4 2,48 2,83 5 1,54 1,76 6 3,09 3,52 7 3,18 3,63 8 0,63 0,72 9 0,66 0,75 Total 411 1 1,4 1,60 2 9,07 10,34 3 3,21 3,66 4 3,12 3,56 5 2,01 2,29 6 0,69 0,79 7 1,44 1,64 Total 412 1 3,07 3,50 2 1,51 1,72 3 5,08 5,79 4 0,63 0,72 5 0,75 0,86 6 5,03 5,73 7 0,65 0,74 8 0,63 0,72 9 1,48 1,69 Total
W standar 1,54 7,45 3,89 2,92 5,81 1,03 2,85 25,49 3,65 2,25 3,46 3,60 2,24 4,49 4,62 0,91 0,96 26,17 2,03 13,17 4,66 4,53 2,92 1,00 2,09 30,41 4,46 2,19 7,38 0,91 1,09 7,30 0,94 0,91 2,15 27,35
Stasiun Operasi W rerata W normal W standar 0FT 1 6,82 7,77 9,90 2 2,16 2,46 3,14 3 3,05 3,48 4,43 4 1,70 1,94 2,47 5 1,70 1,94 2,47 6 12,45 14,19 18,08 7 3,52 4,01 5,11 8 2,40 2,74 3,49 9 1,34 1,53 1,95 10 11,31 12,89 16,42 11 2,58 2,94 3,75 12 2,72 3,10 3,95 13 2,05 2,34 2,98 14 1,76 2,01 2,56 15 3,05 3,48 4,43 16 1,60 1,82 2,32 17 15,52 17,69 22,54 18 1,63 1,86 2,37 Total 102,44
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 172
Stasiun Operasi W rerata W normal 403 1 9,34 10,65 2 1,35 1,54 3 3,05 3,48 4 3,79 4,32 Total 404 1 2,67 3,04 2 0,96 1,09 3 4,06 4,63 4 1,02 1,16 5 1,79 2,04 6 0,69 0,79 7 0,74 0,84 Total 405 1 3,75 4,28 2 2,42 2,76 3 1,92 2,19 4 7,03 8,01 5 1,57 1,79 6 0,64 0,73 7 0,68 0,78 8 1,21 1,38 Total 406 1 0,64 0,73 2 12,9 14,71 3 0,67 0,76 4 1,24 1,41 Total 407 1 2,47 2,82 2 2,74 3,12 3 6,66 7,59 4 6,76 7,71 5 3,79 4,32 6 0,65 0,74 7 1,37 1,56 Total 408 1 0,99 1,13 2 6,44 7,34 3 1,32 1,50 4 5,09 5,80 5 0,66 0,75 6 1,47 1,68 Total