PENELITIAN DESKRIPTIF
Menurut Best (Sukardi, 2012) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan control dan manipulasi penelitian. West (Sukardi, 2012) mengatakan dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan melakukan hubungan antarvariabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validalitas universal. Disamping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak dilakukan oleh peneliti karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia. Disamping kedua alasan tersebut diatas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik para peneliti muda, karena bentuknya yang sederhana dan mudah dipahami dengan tanpa memerlukan teknik statistika yang kompleks. Walaupun sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya dalam penelitian penggambaran secara factual tentang perkembangan sekolah, kelompok anak, maupun perkembangan individual. Penelitian deskriptif juga dapat dikembangkan kearah penelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik melalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian setting alami dengan pendekatan fenemonologis dan dilakukan secara thick description description (deskriptif mendalam) atau dalam penelitian ex-postfacto dengan ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel yang lebih kompleks. Penelitian deskriptif yang baik sebenarnya memiliki proses dan dasar yang sama seperti penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga memerlukan tindakan yang teliti pada setiap komponennya agar dapat dap at menggambarkan menggamba rkan subjek atau objek yang diteliti mendekati kebenarannya. Sebagai contooh, tujuan harus diuraikan secara jelas, permasalahan yang diteliti signifikan, variabel penelitian dapat diukur, teknik sampling harus ditentukan secara hati-hati, dan hubungan atau komparasi yang tepat perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran objek atau subjek yang diteliti secara lengkap dan benar. Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang sekarang terjadi. Dengan penelitian deskriptif ini, peneliti memungkinkan untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi antar variabel. Penelitian deskriptif mempunyai keunikan seperti berikut. 1. Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang sangat sedikit, akibatnya bisa dalam membuat kesimpulan. 2. Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih dalam observasi, dan juka perlu membuat check list lebih dahulu tentang objek yang perlu dilihat, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan secara objektif dan reliable. 3. Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar dilapangan, peniliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.
A. Langkah dalam melaksanakan penelitian deskriptif. Penelitian dengan penelitian deskriptif menurut Sukardi mempunyai langkah penting sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif. 2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas. 3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian. 4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan. 5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian. 6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrument pengumpulan data, dan menganalisis data. 7. Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relavan. 8. Membuat laporan penelitian. B. Macam-macam penelitian deskriptif Banyak jenis penelitian yang termasuk sebagai penelitian deskriptif. Setiap ahli peneliltian sering dalam memberikan informasi tentang pengelompokan jenis penelitian
deskriptif, cenderung sedikit bervariasi. Perbedaan itu biasanya dipengaruhi oleh pandangan dan pengetahuan yang menjadi latar belakang para ahli tersebut. Perbedaan p andangan tersebut, salah satu diantaranya bila dilihat dari aspek proses pengumpulan data dalam penelitian deskriptif dilakukan oleh peneliti. Dari asoek bagaimana proses pengumpulan data dilakukan, macam-macam penelitian deskriptif minimal dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu. 1. Penelitian Laporan Diri (Self-Report Research) Dalam penelitian self-report ini peneliti dianjurkan menggunakan teknik observasi secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi dan dilihat kaitannya dalam situasi yang alami. Tujuan observasi langsung adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Dalam penelitian self-report , peneliti juga dianjurkan menggunakan alat bantu lain untuk memperoleh data, termasuk misalnya mengunakan perlengkan lain seperti catatan, kamerra dan rekaman. Alat-alat tersebut digunakan terutama untuk memaksimalkan ketika mereka harus menjaring data dari lapangan. Yang perlu diperhatikan oleh peneliti yang dengan model self-report adalah bahwa dalam menggunakan metode obdervasi dan melakukan wawancara, para peneliti harus dapat menggunakan secara simultan untuk memperoleh data yang maksimal. 2. Studi Perkembangan ( Developmental Study) Studi perkembangan atau developmental study banyak dilakukan oleh peneliti dibidang pendidikan atau bidang psikoloogi yang berkaitan dengan tingkah laku. Sasaran penelitian perkembangan pada umumnya menyangkut variabel maupun kelompok. Dalam penelitian perkembangan tersebut peneliti tertarik dengan variabel yang utamanya membedakan antara tingkat umur, pertumbuhan atau pendewasaan subjek yang diteliti. Studi perkembangan biasanya dilakukan dalam periode longitudinal atauu cross-sectional dengan waktu tertentu, bertujuan guna menemukan perkembangan dimensi yang terjadi pada seorang responden. Jika penelitian dilakukan dengan model cross-sectional, peneliti pada waktu yang sama dan simultan menggunakan berbagai tingkatan variabel untuk diselidiki. Data yang diperoleh dari masing-masing tingkat dapat dideskripsi dan kemudian dikomprasi atau dicari tingkat asosiasinya. Dalam penelitian pengembangan longitudinal, peneliti menggunakan responden sebagai sampel tertentu. Semua fenomena yang muncul didokumentasi untuk digunakan sebagai informasi dalam menganalisis guna mencapai hasil penelitian. 3. Studi Kelanjutan ( Follow-up Study) Studi kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status responden setelah beberapa periode waktu tertentu memproleh perlakuan, misalnya program pendidikan. Studi
kelanjutan ini dilakukan untuk melakukan evaluasi internal maupun evalausi eksternal, setelah subjek atau responden menerima program disuatu lemmbaga pendidikan. Dalam pennelitian studi kelanjutan baisanya peneliti mengenal istilah antara output dan ooutcome. Output berkaitan dengan informasi hasil akhir setelah suatu program yang diberikan kepada subjek sasaran diselesaikan. Sedangkan yang dimaksud dengan data yang diambil dari outcome (hasil) biasanya menyangkut pengaruh suatu perlakuan, misalnya program pendidikan kepada subjek yang diteliti setelah mereka kembali ketempat asal yaitu masyarakat. 4. Studi Sosiometrik (Sociometric Study) Yang dimaksud dengan sosiometrik adlah analisis hubungan antarpribadi dalam suatu kelompok individu. Melalui analisis pilihan individu atas dasar idola atau penolakan seseorang terhadap orang lain dalam satu kelompok dapat ditentukan. Prinsip studi sosiometrik pada dasarnya adalah menanyakan pada masing-masing anggota kelompok yang diteliti untuk menentukan dengan siapa dia paling suka, untuk bekerja sama dalam kegiatan kelompok. Dengan menggunakan gambar sosiogram, posisi seseorang akan dapat diterangkan kedudukannya dalam kelompok organisasi.
PENELITIAN KORELASIONAL
Studi korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejaih mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variabelvariabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang hunungan antarvaribel atau untuk menyatakan besar kecilnya hubungan antara kedua varibel. Penelitian korelasi yang bertujuan menguji hipotesis, dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antara variavel-variabel tersebut, agar dapat ditentukan variabel-variabel m ana yang berkorelasi. Kekuatan hubungan antarvariabel penelitian ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang angkanya bervariasi antara -1 sampai +1. Menurut Trianto (2011) koefisien korelasi adalah besaran yang diperoleh melalui perhitungan statistic berdasarkan kumpulan data hasil pengukuran dari setiap variabel. Koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus atau kesejajaran, koefisien korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik atau ketidaksejajaran. Angka 0 untuk koefisien korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel. Makin besar koefisien korelasi baik itu pada arah positif ataupun negative, makin besar kekuatan hubungan antarvariabel.
-1
0
Hubungan Berbanding Terbalik
+1
Hubungan
Tidak Ada Hubungan
Berbanding Lurus
Gambar 1.1 Makna Mubungan antarvariabel Berdasarkan Koefisien Korelasi
X
Y
Gambar 1.2 Model Hubungan antara Dua Variabel dalam Penelitian Korelasi
Dalam suatu penelitian korelasional, paling tidak terdapat dua variabel yang harus diukur sehingga dapat diketahui hubungannya. Disamping itu, dapat pula dianalisis hubungan antara dari tiga variabel atau lebih. Model hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan dalam Gambar 1.2 dan 1.3 (X dan Y pada gambar tersebut menunjukkan variabel yang diukur.
X1
Y
X2
Gambar 1.3 Model Hubungan antara Tiga Variabel dalam Penelitian Korelasional
Makna suatu korelasi yang dinotasikan dengan huruf y (kecil) bisa mengandung tiga hal. Pertama, kekuatan hubungan antarvariabel, kedua, signiifikansi statistic hubungan kedua
variabel tersebut, dan ketiga arah korelasi. Nilai yang mendekati nol berarti lemahnya hubungan dan sebaliknya nilai yang mendekati angka satu menunjukkan kuatnya hubungan. Faktor yang cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya koefisien korelasi adalah keterandalan instrument yang digunakan dalam pengukuran. Tes hasil belajar yang terlalu mudah bagi anak pandai dan terlalu sukar untuk anak bodoh akan menghasilkan koefisien korelasi yang kecil. Oleh karena itu instrument yang tidak memiliki keterandalan yang tinggi tidak akan mampu mengungkapkan derajat hubungan yang bermakna atau signifikan.
Dapus: Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Trianti. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.