1
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman Sawi {Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis enis sayuran yang banyak dikons ikonsums umsi oleh mas masyarakat, jenis enis sayuran ini mempunyai pros pros pek yang baik untuk dikem bangkan bangkan karena mempunyai kand kandungan gizi yang cukup tinggi. tinggi. K ead eadaan alam Indones onesia memungkinkan dilakukannya pem bu budidayaan ber ber bagai bagai jenis enis tanaman sayuran, baik yang lokal maupun yang beras erasal dari luar negeri. negeri. Hal ter se but but menye ba ba bkan bkan Indones onesia ditin jau jau dari as pek klimatologis klimatologis sangat poten angat potenssial dalam usaha bisnis nis sayursayur-ssayuran (Haryanto dkk, 2000) . roduk si Prod
sawi di daerah R iau iau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
dengan disertai luas luas penanaman yang juga meningkat. meningkat.
Pa da
tahun 2007 dengan dengan
luas luas panen 454 ha prod produktivitas uktivitasnya 4,03 ton/ha, sedangkan pad pada tahun 2008 luas luas panen 403 ha prod produktivitas uktivitasnya 4,05 ton/ha. ton/ha. Daerah D aerah penghas pengha sil sawi yaitu Indragiri Hilir, Bengkalis engkalis, R okan okan Hilir, K epulauan epulauan R iau iau dan
baru Pekan baru
(Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009) .
K end endala yang sering dihad ihadapkan oleh petani sawi dalam mem bu budidayakan tanaman sawi adalah ke bera berad daan hama yang menyerang tanaman hortikultura pad pada tanaman sawi yaitu ulat krop ku bi bis C rocidolomia rocidolomia binotalis
ell. Zell.
Tanaman
sawi dalam stad tadia pertum buhannya buhannya sangat rentan terhad terha dap serangan hama, terutama hama ulat perus perusak daun C. binotalis,d binotalis,dan Plutella xylostella (Surachman & Suryanto, 2007). Bila tid tidak dilakukan pengend pengendalian, K erus erusakan yang
ditim bulkannya bulkannya dapat menurunkan has hasil sampai 100% (Pathax, 2001 dalam izkika, R izkika,
2010).
2
Di
Provinsi
ulat krop ku bis
R iau sampai saat ini, data mengenai tingkat serangan hama
C rocidolomia
binotalis
Zell
belum ada dilaporkan, namun
informasi petani sawi serangan ulat krop ku bis pada tanaman sawi menyerang saat stadia pertum buhan dan tanaman sedang ber bunga. Petani
binotalis
Zell
sawi dalam mengendalikan hama ulat krop ku bis
C rocidolomia
le bih banyak menggunakan insektisida kimia dengan konsentrasi
tinggi serta interval penyemprotan yang sering, sehingga dapat menim bulkan efek residu pestisida yang dapat mengurangi harga saing ek s por . Untung, K (2001) mengemukakan bahwa dampak negatif yang ditim bulkan aki bat penggunaan pestisida yang tidak bi jak sana antara lain adalah ter jadinya resistensi hama, resurgensi hama sasaran dan residu pestisida. Ameriana, dkk (2000) menyatakan bahwa penggunaan insektisida secara terus menerus akan merusak lingkungan atau agroekosistem. Selain itu kandungan pestisida pada sayuran sangat tinggi sehingga sangat cukup mem bahayakan bagi para konsumen, karena itu kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran yang be bas dari pestisida. Peraturan pemerintah No 6 tahun 1995 pasal 19 dalam Kasumbogo Untung, K (2007) menyatakan bahwa penggunaan pestisida sintetis dalam rangka
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan alternatif terakhir dan dampak yang ditim bulkan harus ditekan seminimal mungkin. Indiyani
dan Gothama (1999) melan jutkan untuk mengatasi hal ter se but telah
dian jurkan untuk menggunakan konsep
Pengendalian
Hama Terpadu (PHT)
dengan salah satu komponen adalah pengedalian hayati. Salah satu pengendalian hayati yang efektif dan tidak menim bulkan dampak negatif bagi lingkungan adalah dengan menggunakan cendawan entomopatogen.
3
Be berapa manfaat dari penggunaan bahan alam dan mikroorganisme cendawan entomopatogen se bagai agen biokontrol, antara lain yaitu aman bagi manusia dan s pesies bukan sasaran, mengurangi pemakaian pestisida dan residu pestisida pada makanan, meningkatkan biodiver sitas dalam ekosistem, le bih mudah dan murah diterapkan karena tidak memerlukan peralatan aplikasi yang mahal seperti halnya aplikasi pestisida kimia. Selain itu Entomopatogen ber sifat aman terhadap lingkungan karena bioaktif yang digunakan. Bahan yang diperoleh dari alam sehingga tidak ber sifat asing bagi lingkungan (Setiawan, 2010). Cendawan entomopatogen cukup potensial untuk mengendalikan hama. Cendawan yang berasosiasi dengan serangga diperkirakan le bih dari 500 s pesies dan be berapa diantaranya menye ba bkan penyakit akut pada serangga. Selain itu penggunaan cendawan entomopatogen, misalnya N omurea rileyi (Farlow) dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama tanaman hotikultura. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mohamed,
dkk (1978) dalam Suparjiyem
melaporkan bahwa aplikasi s pora jamur N . rileyi pada larva Heliothis zea, dalam waktu satu minggu mengaki batkan mortalitas larva se besar 71-80% pada konsentrasi 108 konidia/ml dan pada suhu 20-25° C. Hasil penelitian Sumarno (2009) be berapa jenis cendawan entomopatogen telah diketahui efektifitasnya dalam pengendalian serangga hama, antara lain cendawan
N omuraea
rileyi
dan Metarhizium
anisopliae . Di
menun jukkan bahwa penggunan cendawan entomopatogen
N .
lapangan
rileyi mampu
menurunkan kepadatan larva C rocidolomia pavonana dan Plutella xylostella bila di bandingkan dengan control. Namun efektifitasnya masih di bawah insektisida Sipermetrin.
Menurut Dinas
Pertanian
Provinsi
D.I.
Yogyakarta
(2009)
4
konsentrasi N . rileyi yang mampu mengendalian ulat Plutella xylostella yaitu 2-3 g/1 air . Ber dasarkan uraian ter se but, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ber judul u ji patogenitas cendawan entomopatogen N omurea rileyi (Farlow) terhadap ulat krop ku bis C rocidolomia binotalis Zell.
1.2.
Tujuan Penelitian Penelitian
N omuraea Zell pada
1.3.
ini bertu juan untuk mengu ji patogenitas be berapa konsentrasi
rileyi untuk mengendalikan ulat krop ku bis
C rocidolomia
binotalis
tanaman sawi.
Hipotesis
K onsentrasi N omuraea rileyi yang ber beda menun jukkan patogenitas yang ber beda untuk mengendalikan ulat krop ku bis tanaman sawi.
C rocidolomia
binotalis
Zell pada
5
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Sawi ( Br assica juncea L)
Tanaman sawi diklasifikasikan se bagai berikut: Divisi: Spermathophyta, Su bdivisi: Angiospermae, K elas: Dicotyledonae, Or do: Rhoedales, Famili: C ruciferae
(Brassicaceae),
Genus: Brassica, S pecies: Brassica juncea L
(Haryanto dkk, 2000).
Tanaman sawi mempunyai daun lon jong, halus, tidak ber bulu, tidak berkrop, ber daun tegak, berwarna hi jau tua dengan ukuran le bih kurang 20-25 cm, batang ber bentuk kurus dan berwarna hi jau, ber daun le bar dan tangkainya agak pipih (Haryanto dkk, 2000) . Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang dan ca bang-ca bang akar yang bentuknya silindris menye bar ke semua arah. Ukuran kuntum bunganya kecil dan berwarna kuning pucat, bi jinya kecil dan berwarna hitam kecoklatan (Sunarjono, 2003). Syarat-syarat penting bertanam sawi ialah tanah gem bur, banyak mengandung humus atau su bur, drainase baik dan pH tanah antara 6-7. Waktu tanam yang baik ialah pada akhir musim hu jan walaupun demikian tanaman dapat pula ditanam pada musim kemarau asalkan airnya ter s edia dengan baik (Sunarjono, 2003). K ondisi iklim yang dikehendaki tanaman sawi adalah suhu
15,6°C-21,1°C, meskipun demikian tanaman sawi juga toleran terhadap suhu panas, yang mana dapat tum buh dan berproduk si di daerah yang ber suhu 27°C32°C, serta penyinaran matahari antara 10-13 jam/hari (R ukmana, 2000). Budidaya tanaman sawi tidak luput dari serangan hama yang dapat mengaki batkan kerugian pada hasil produk si. Hama yang menyerang tanaman sawi ini diantaranya ulat krop ku bis atau le bih dikenal dengan
C rocidolomia
6
binotalis,
Zell.
Serangga ini dikenal juga se bagai hama yang sangat rakus dan
secara berkelompok dapat mengha biskan semua daun dan hanya meninggalkan tulang daun sa ja. K erusakan yang ditim bulkannya dengan cara memakan daun, terutama daun yang masih muda dan menu ju ke bagian titik tum buh sehingga titik tum buh ha bis dan tanaman dapat mati (Kalshoven 1981).
Gam bar 1. Ge jala kerusakan C. binotalis Sumber : Mae R im-Samoeng (2008) 2.2.
Hama C rocid ol omia binot alis. Zell
Sistematika ulat krop ku bismenurut Kalshoven (1981) adalah: Filum: Arthropoda; K elas: Insecta; Or do: Lepidoptera; Famili: C rocidolomia;
S pesies:
C.
binotalis
Zell. C rocidolomia
Pyralidae;
binotalis
Zell
Genus:
merupakan
hama yang menyerang tanaman dari famili Brassicacea ( C ruciferae) seperti kol, sawi, lo bak petsai dan radish. Daerah se baran Australia, K epulauan
C rocidolomia
Pasifik,
binotalis adalah meliputi Afrika selatan,
Asia Tenggara (Kalshoven, 1981). Sedangkan
menurut Sastrosiswojo (1983) hama ini ter dapat di daerah-daerah beriklim tropik seperti
Philipina,
Indonesia.
Guam, Australia bagian Utara, Afrika Selatan, Malaysia dan
7
C rocidolomia
binotalis
Zell
merupakan serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa dan imago (Suyanto, 1994). Sastrosiswojo (1983) mengemukakan bahwa telur serangga ini
umumnya diletakkan berkelompok pada bagian bawah daun sawi.
Pada
awalnya
telur berwarna hi jau muda, jernih dan mengkilap namun pada saat akan menetas warna telur beru bah men jadi coklat muda dengan bintik hitam ditengahnya (Suyanto, 1994).
Seekor betina dapat meletakkan 11 sampai 18 kelompok telur dan setiap kelompok telur ter dapat 30 sampai 80 butir . Jadi selama hidupnya ngengat dapat bertelur sampai 1460 butir . Diameter telur 2,5 mm x 3 mm sampai 4 mm x 5 mm (Pracaya, 2007). Stadia telur berlangsung selama 3 hari, 4 sampai 5 hari (Suyanto, 1994).
Larva yang baru keluar dari telur yang baru menetas ber bentuk selinder, berwarna kuning muda pucat agak trans paran dengan kepala berwarna hitam dan kadang-kadang
berwarna
kehi jauan.
Warna
larva
sangat
ke banyakan hi jau dengan garis dor sal warna coklat muda.
bervariasi tapi
Pada
bagian dor sal
ter dapat garis yang berwarna hi jau muda pada bagian lateral warna le bih tua dan ada ram but dari kitin berwarna hitam, bagian a bdomen berwarna kuning dan ada juga yang berwarna hi jau dengan tiga baris warna le bih muda dan dengan garis sisi yang warnanya kuning serta ram but hi jau (Pracaya, 2007). Larva yang menetas berkelompok-kelompok menyerupai tanaman pada bagian bawah daun. Setelah besar larva masuk ke dalam krop dan merusak titik tum buh atau daun-daun muda yang sedang mem bentuk . Larva yang baru menetas berwarna hi jau kekuningan dengan kepala berwarna coklat, namun setelah ulat
8
tum buh sempurna warnanya warnanya coklat sampai hi jau gelap dengan garisgaris pada tu buhnya (Sudarmo, 1991). Larva ter diri atas 5 instar . Instar I berukuran 1 mm sampai 2 mm, sedangkan larva instar V berukuran 18 mm sampai 20 mm. Waktu rata-rata setiap instar adalah 2 hari sampai 3 hari (Suyanto, 1994). Larva muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlu bang setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar ketiga larva memencar dan menyerang daun bagian le bih dalam menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik tum buh. Ulat krop dapat menyerang se jak fase awal pra pem bentukan krop (0-49) hari
setelah
tanam (hst)
sampai fase pem bentukan
krop
(49-85
hst)
(Tarumingkeng, 2007) Pupa
berwarna kemerah-merahan, terletak di dalam tanah dan terlindung
oleh kokon yang ter bungkus oleh partikel tanah (Suyanto, 1994).
Pan jang pupa
berkisar 8,5-10,5 mm, ber bentuk selinder, warna hi jau muda dan coklat muda. Stadium pupa berlansung selama 9 sampai 10 hari. Imago
C.
binotalis berupa ngengat kecil, tidak tertarik pada cahaya dan
aktif pada malam hari.Hanya ter bang pada siang hari bila ada gangguan (Sastrosiswojo, 1984). Imago berwarna coklat muda, sayap depan berwarna a bu-
a bu dengan bintik- bintik warna kela bu pucat dan sepan jang tepi sayap agak gelap. Pan jang
sayap imago jantan berkisar antara 20 mm sampai 25 mm dan pan jang
tu buhnya 11 mm sampai 14 mm. Imago betina pan jang sayapnya berkisar antara 18-25 mm dan pan jang tu buhnya 8 mm sampai 18 mm (Suyanto, 1994). Siklus
hidup
C.
binotalis, berkisar antara
26
sampai
32
hari
(Sastrosiswojo, et . al 1993). Sedangkan menurut Kalshoven (1981), siklus hidup
9
serangga ini pada ketinggian 250 m d pi yaitu 22 hari sampai 30. Siklus hidup C.
binotalis secara lengkap berkisar 28 hari, hal ter s e but tergantung pada
temperature dan kelem ba ban. Imago
C.
binotalis sangat banyak ditemukan pada
kelem ba ban yang tinggi dan dataran tinggi pada daerah tropis dengan tingkat kerusakan yang ditim bullkan sangat tinggi. Pada curah hu jan tinggi menye ba bkan menurunnya populasi larva. Selan jutnya Sudarwohadi (1984) melaporkan bahwa di Lem bang, Jawa Barat populasi larva
C.
binotalis
Zell
serta tingkat kerusakan
sawi yang paling rendah ter jadi pada musim hu jan. Jadi curah hu jan juga berpengaruh terhadap penekanan populasi C. binotalis.
a) Telur C. binotalis b) larva C. binotalis c) Pupa C. binotalis d) Imago C. binotalis Sum ber: Cook Islands Biodiver sity & Natural Heritage, (2007) Gam bar 2.
2.3.
Cendawan
Entomopatogen N omur aea r ileyi
N omuraea
rileyi diklasifikasikan dalam Golongan: Fungi,
Phylum:
Ascomycota, K elas: Hyphomycetes, Or do: Moniliales, Famili: Moniliaceae, Genus:
N omuraea,
dan S pecies:
N omuraea
rileyi (Anonim, 2009). Cendawan
entomopatogen ini merupakan jamur imperfek yang memiliki reproduk si dan struktur sek sual tidak sempurna atau belum diketahui (Mardinus, 2006). Trimurti dan Yeherwandi,
(2006)
mengemukakan bahwa jamur
imperfek ini memiliki banyak s pecies yang bertindak se bagai entomopatogen tanaman dan umumnya memiliki banyak karakteristik sama. Be berapa genus yang
10
penting adalah Beauveria, Metarhizium, N omuraea dan Paecilomyces. Untuk determinasi genus-genus ter se but ber dasarkan struktur konidiofor, warna dan morfologi konidia. Serangga yang ter s erang Beauveria tu buhnya diselimuti oleh hifa yang berwarna putih sedangkan yang ter serang
N omuraea
hifa berwarna
hi jau. Genus
N omuraea
memiliki ciri-ciri khusus, yaitu sel-sel pem bentuk
konidium pendek dengan tangkai konidium kecil dan pendek . Sel-sel pem bentuk konidium ter susun secara mengelompok dan padat. R antai konidium pendek, ter diri dari 1-3 sel, khususnya pada larva
N octuidea,
(Lacey, 1997 dalam
Suparjiyem, 2006).
Cendawan
N .
rileyi paling efektif mengendalikan S . litura dengan
mortalitas mencapai 100% (Prayogo et al. 2002) namun juga N .rileyi dilaporkan merupakan salah satu agen hayati yang potensial untuk mengendalikan hama dari or do Lepidoptera, walaupun juga mampu menginfek si serangga dari or do lain (Ignofo 1981; Suryawan dan Carner 1993 dalam Suparjiyem, 2006).
Trimurti dan Yeherwandi, (2006) menyatakan bahwa
N .
rileyi yang
ditum buhkan pada media buatan menghasilkan konidia berwarna hi jau, tetapi miselia yang tum buh terle bih dahulu mem bentuk konidia berwarna putih. K arena jamur imperfek dapat ditum buhkan pada media buatan dan seringkali relatif patogenik, maka jamur ini digunakan dalam pengendalian hayati se bagai insektisida mikro ba. Infek si jamur ini pada tu buh inang dicirikan oleh adanya pertum buhan hifa yang padat berwarna keputih-putihan yang menutupi seluruh permukaan tu buh inang, biasanya warna beru bah men jadi hi jau muda atau ungu kea bu-a buan sampai ungu se bagai aki bat ter jadinya s porulasi (Lacey, 1997 dalam Suparjiyem, 2006).
11
III.
3.1.
BAHAN DAN
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
ini akan dilak sanakan di La boratorium Hama Tum buhan dan
R umah kaca Fakultas Pertanian Univer sitas R iau, K ampus Bina Widya K elurahan Simpang Baru
Panam. Penelitian
ini dilak sanakan selama 3 bulan dimulai dari
Agustus sampai dengan bulan Novem ber 2010. 3.2.
Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah;
C.
binotalis
instar II, tanaman sawi jenis Tosakan, starter Cendawan Entomopatogen (CEP) N omuraea rileyi
media beras, dan aquades steril.
Sedangkan alat yang digunakan adalah hand sprayer 1000 ml, ta bung erlemenyer 1000 ml, kotak plastik ukuran 27 x 20 x 5 c m, pinset, kain tile atau kain kassa warna hitam, goni ukuran 50 kg, gelas ukur, baskom, kantong plastik tahan panas berukuran ¼ kg, dandang, tim bangan analitik, kompor gas, lampu bunsen, termohygrometer dan alat-alat tulis. 3.3. Metode Penelitian Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan R ancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Sehingga diperoleh 24 unit per co baan. K onsentrasi N omuraea rileyi mampu mengendalikan hama tanaman sawi adalah 2-3 g/1 (Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta, 2009), maka dalam penelitian ini perlakuan adalah se bagai berikut:
12
k 0 : 0 g/1 air kl
: 1 g/1 air
k 2 : 2 g/1 air k 3 : 3 g/1 air k 4 : 4 g/1 air k 5 : 5 g/1 air Model linear R ancangan Acak Lengkap (RAL) se bagai berikut: Yi j = µ + i + i j Dimana: Yi j
= Nilai tengah pengamatan pada satuan per co baan pada perlakuan N .
rileyi ke-i yang mendapatkan ulangan ke- j
µ
= Nilai tengah umum
i
=
Pengaruh perlakuan
i j
=
Pengaruh
ke-i
galat pada satuan per co baan pada perlakuan N . rileyi
ke-i yang mendapatkan ulangan ke-j A pa bila analisis ragam menun jukkan per bedaan yang nyata maka akan dilan jutkan dengan u ji lan jut DNMR T (Duncan's N ew Multiple Range Test) pada taraf 5%. 3.4. 3.4. 1.
Pelaksanaan Penelitian Penanaman Tanaman Sawi a. Penyediaan Tanaman Untuk Pembiakan C . binot alis Per semaian
Pertanian
dilak sanakan di Unit
Pelak sana
Teknis (UPT) Fakultas
Univer sitas R iau dan dilakukan pada bedengan berukuran 1 x 1 m yang
di beri naungan. Setelah bi bit sawi berumur tu juh hari, bi bit dipindahkan ke polybag berukuran satu kilogram yang telah berisi tanah dan selan jutnya dilakukan pemeliharaan tanaman.
Penanaman
dan pemeliharaan dilakukan tanpa
13
menggunakan pestisida untuk mengendalikan serangan hama. Tanaman se bagai bahan pakan C. binotalis ditanam sampai umur 25 hari. b. Penyediaan Tanaman Untuk Perlakuan Penyediaan
tanaman sawi untuk perlakuan dilakukan pada saat umur
tanaman untuk pem biakan hama u ji 20 hari dan penanaman dilakukan di Unit Pelak sana
Teknis (UPT) Fakultas Pertanian Univer sitas R iau. Tanaman sawi dari
jenis Tosakan se bagai perlakuan disemaian dan dilakukan pada bedengan berukuran 1 x 1 m yang di beri naungan. Setelah bi bit sawi berumur tu juh hari, bi bit dipindahkan ke polybag berukuran satu kilogram yang telah berisi tanah dan selan jutnya dilakukan pemeliharaan tanaman hingga mencapai umur 20 hari. Penanaman
dan pemeliharaan dilakukan tanpa menggunakan pestisida untuk
mengendalikan serangan hama.
3.4. 2.
Pembiakan C . binot alis untuk perlakuan
Hama u ji diperoleh dari areal pertanaman sawi Jalan K artama K ecamatan Marpoyan Damai K ota
Pekan baru.
Larva dikumpulkan dan di bawa ke
la boratorium Hama Tanaman, selan jutnya dipelihara dalam kotak plastik sampai men jadi pupa lalu pindahkan ke dalam sangkar pemeliharaan yang sudah disediakan se belumnya di dalam la boratorium. Setelah pupa men jadi imago di beri larutan madu 10%. Imago dipelihara sampai bertelur dan telur dipelihara sampai men jadi larva instar II. Larva u ji yang digunakan se bagai larva u ji se banyak 200. 3.4.3.
Pembuatan Starter Cendawan Entomopatogen N . r ileyi
Ber dasarkan wawancara dengan Bapak Nasrun tahun 2010, bahwa bahan Cendawan entomopatogen N . rileyi yang akan digunakan diperoleh dari Badan
14
Protek si
Tanaman
Pangan
dan Hortikultura
Pekan baru
yang berasal dari lokal
R iau yang diperoleh dari ulat grayak yang terinfek si ditanaman padi di daerah K a bupaten K uantan Singingi.
3.4. 4.
Pembuatan Suspensi Sediaan Cendawan Entomopatogen N . r ileyi
Cendawan Entomopatogen N . rileyi yang telah diper banyak pada media baras diam bil se banyak lg, 2g, 3g, 4g dan 5g sesuai dengan konsentrasi perlakuan dengan menggunakan tim bangan analitik . Cendawan N . rileyi ter se but dicampur dengan aquades steril se banyak 1 liter lalu diaduk kemudian disaring dengan menggunakan kain kasa. Sus pensi Cendawan N . rileyi yang telah jadi dimasukkan ke dalam elenmeyer kemudian dikocok menggunakan shaker selama 24 jam untuk memper cepat pem belahan sel.
3.4. 5.
Aplikasi Perlakuan
Se belum aplikasi perlakuan dilakukan kali brasi untuk mengetahui volume semprot per tanaman dengan cara hand spayer diisi air 1000 ml dan disemprotkan ke tanaman sampai seluruh tanaman basah. Sisa air di dalam hand spayer diukur dengan menggunakan gelas ukur . Jumlah awal air di dalam hand spayer dikurangi jumlah sisa air di dalam hand spayer maka diperoleh volume semprot pertanaman se besar 117 ml, Larva dimasukkan se banyak 5 ekor larva u ji ke dalam polybag yang telah ditanami sawi berumur 20 hari dan di beri sungkup agar larva tidak keluar . K emudian tanaman dan larva disemprot dengan larutan N . rileyi sesuai perlakuan.
15
3.5. 3.5. 1.
Pengamatan Awal Kematian Larva (Jam) Pengamatan
dilakukan dengan menghitung jumlah jam yang di butuhkan
untuk mematikan paling awal salah satu larva u ji. Penghitungan dimulai pada hari setelah pem berian perlakuan (aplikasi N . rileyi) sampai kematian salah satu larva u ji. 3.5. 2.
Persentase Mortalitas Harian Larva (%) Pengamatan
dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati setiap
hari setelah di beri perlakuan.
Magguran
(1988) dalam Kusnadi dan Sanjaya
(2003) dalam Per sentase mortalitas harian larva dihitung dengan formula:
M = Per sentase mortalitas harian larva C. binotalis X
= Jumlah larva yang diu ji C. binotalis
Y = Jumlah larva u ji C. binotalis yang masih hidup
3.5.3.
Persentase Mortalitas Larva Kumulatif (%) Pengamatan
dilakukan dengan menghitung semua jenis larva u ji yang mati
setiap hari secara kumulatif dengan formula:
P
= Per sentase mortalitas larva kumulatif
N = Pertam bahan larva u ji yang mati secara kumulatif n = Jumlah awal larva u ji (5 ekor ) 3.5. 4.
Persentase Total Larva (%) Pertanaman Pengamatan
terhadap mortalitas larva di lakukan dengan menghitung
jumlah larva yang mati pada akhir pengamatan. Menurut Anonim (1999) dalam
16
Ardiansyah
dkk (2001)
presentase
mortalitas
total
dihitung
dengan
menggunakan rumus;
P
= Per s entase Mortalitas Total C. binotalis
n = Jumlah C. binotalis u ji yang Mati (ekor ) N = Jumlah C. binotalis yang diu ji (ekor )
3.5. 5. Lethal
Time (LT) 50 (Jam)
Pengamatan
dilakukan untuk menghitung waktu yang di butuhkan setiap
konsentrasi perlakuan dapat mematikan 50% larva u ji.
Pengamatan
dilakukan
setiap 12.
3.5. 6.
Produksi tanaman sawi Produk si
tanaman sawi didapat dengan cara menim bang berat tanaman
pada setiap plot per co baan tanpa menyertakan akar .
Pengamatan
dilakukan pada
akhir penelitian.
3.6. 3.6. 1.
Pengamatan Pendukung Pengamatan Iklim Mikro Pengamatan
tam bahan dilakukan dengan mengukur suhu (°C) dan
kelem ba ban udara (%) setiap hari di dalam R umah K asa selama penelitian dengan menggunakan Thermhygrometer .
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. http://www.lmowledge bank .irri.0rg/Benef1cials/default.htm# Nomuraea_rileyi.htm diak ses pada tanggal 25 Agustus 2009 Atom. 2009. K arakteristik Ulat Titik Tumbuh pada Tanaman Sawi { C roc idolomia binotalis). http://anafzhu.blogs pot.com/2009/06/kum bang-phyllotretacrucipirae.html. diak s es taggal 17 Fe bruari 2010 Balai
Protek si
Tanaman Perke bunan, 2007. Pengembangan Agens Hayati di Tingkat Petani. Jawa Barat.
Cook Islands Biodiver sity & Natural Heritage, 2007. Cook Islands Biodiver sity Data base S pecies Page C rocidolomia pavonana (Ca bbage ClusterCaterpillar ), www. cookislands.bishopmuseum.org. diak s es tanggal 11 Juni2010 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Daerah Tingkat 1 R iau. 2009. Data Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 2003 -2008 . Dinas tanaman pangan dan hortikultura: Pekan baru. Fuadi
Indra, 1999. K umpulan Makalah Pelatihan Pengembangan dan Pemasyarakatan Agens Hayati. Balai Protek si Tanaman Pangan dan Hortikultura II Wilayah Sum bar, R iau dan Jam bi Satuan Propinsi R iau: Pekan baru.
Ha bazar Trimurti dan Yaherwandi, 2006. Pengendalian Hayati Hama dan Penyakit Tumbuhan. Padang :AndalanUniver sity Press. Haryanto, E,T. Suhartini dan E. R ahayu.2000. Sawi dan Selada. Swadaya. Jakarta.
Pene bar
Herminanto, 1995.Hama Ulat krop ku bis K u bis Plutella xylostella L. dan U paya Pengendaliannya.http://plantprot.blogs pot.com/2009 _ 05 _ 01 _ar chive.html/ Diak s es 25 Agustus 2009 Indrayani, IGAA dan Gothama, A.AA,1997. Pengaruh K onsentrasi K onidia N omuraea rileyi (Farlow) Sampson Terhadap Mortalitas Larva Helicoverpa armigera (Hubner).Hal. 159-164.Prosiding Seminar Nasional "Tantangan Entomologi Pada Abad XII" : Bogor K usnadi dan San jaya, Y. 2003. Pengu jian Efektifitas Stater Jamur Beauveria bassiana Terhadap Mortalitas Hypothenemus hampei. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol.9, No.2, 2003; 87-01. L.G.E. 1981. Pests of crops in Indonesia . R evised and translated by P.A. van der Laan, Univ. of Amster dam with the assistance of G.H.L. R othschild, Jakarta: P. T. Ichtiar Baru - van Hoeve, 701 p.
K alshoven,
18
K usnadi dan San jaya, Y. 2003.Pengu jian efektifitas Starter Jamur Beauveria bassiana Terhadap Mortalitas Hypothenemus hampei.i\xma\ perlindungan Tanaman Indonesia, Vol.9, No.2, 2003; 87-91. Lu bis lahmuddin, 2004. Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman K ubis (Brassica oleracca) dan K entang (Solanum tuberosum) . USU digital li brary: Medan Mae R im-Samoeng, 2008 Siam Insect-Zoo & Museum. http://www.malaeng.com/ blog/?m=200801 diak ses padatanggal 25 Juli 2010 Mar dinus, 2006. Jamur Patogen Tumbuhan. Padang : Andalas Univer sity Press. Metusala, D. 2007. Bioinsektisida, Pengendali Hama Yang Ramah Z,mgfangaw.http://www.distan. pemda-diy.go.id/index. php?option=conten &task = view&id=92&itemid=2. Di ak ses pada tanggal 21 Mei 2007. Mohammed, A.K.A.,P.P Sikorowski and J.V.Bell. 1978. Histopahotlogy of N omuraea rileyi in Larvae of Heliothis Zea and In Intro E nzymatic Activity j, Inverte br . Pathol, 31 : 345-352. Nazar Amrizal, 1997. Pengaruh Tingkat Umur Biakan Jamur N omuraea rieyi Terhadap K ematian Dasynus piperis C hina Pada Tanaman Lada . Prosiding.Hal. 87-90. Seminar Nasional "Tantangan Entomologi Pada Abad XII" :Bogor . Pracaya.,2007. Hama
dan penyakit Tanaman. Salatiga: Pene bar Swadaya
Prayogo
Y., W. Tengkano dan Marwoto. 2005. Prospek C endawan E ntomopatogen Metharizium anisopliae untuk Mengendaliakan Ulat Grayak Spodoptera litura Pada K edelaiJurnal Lit bang Pertanian, 24 (1). 19-26.http:www. pustaka deptan.go.id/pu blication/p2341053 . pdf . Di ak ses pada tanggal 22 Novem ber 2006.
Prayogo
Y. 2006. Upoya Mempertahankan K eefektifan C endawan entomopatogen Untuk mengendalikan Hama tanaman Pangan .iumaX Lit bang Pertanian.25 (2).47-54.http://www. pustaka deptan.go.id/pu blication/p3252062. pdf . Di ak ses pada tanggal 02 Septem ber 2009.
R izkika, 2010. K isaran Inang . tanggal 14 Juli 2010
http://rizkika.la08.student.ip b.ac.id. Diak ses
R ukmana, 2000. Bertanam Petsai dan Sawi. Pener bit K anisius. Yogyakarta. R ukmana, R. dan S. Saputra. 1997. Hama Tanaman dan Tekhnik Pengendalian. K anisius. Yogyakarta. Sastrodihar djo, S. 1984. Diamondback Moth in Indonesia. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
19
Sudarmo. 1991. Pengendalian K anisius.Yogyakarta.
Serangan
Hama
Sayuran
dan
Palawija .
Sudarmo, Hamdani dan D. Prijono. 1999. K eefektifan ekstrak sederhanaAglaia odorata terhadap ulat krop kubis {Crocidolomia binotalis). Presiding Forum K omunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida N abati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Sudarwohadi S. 1984. Correlation between planting time of ca bbage and population dynamics of Plutella maculipennis C ixrt .md C rocidolomia binotalis Zell. Bull. Penel Hort. 3, 3-14 (in Indonesian with English Summary). Sumarno, 2009. Abstrak penelitian Efektifitas Penggunaan Cendawan Entomopatogen Metarrhizium anisopliae Sorokin dan N omuraea rileyi Samson Terhadap Hama K u bis Plutella xylostella Curt, dan Crocidolomia pavonana. http://li brary.uni b.ac.id: Bengkulu. Diak s es tanggal 22 A pril 2010 Sunar jono, Hendro. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur . Pene bar Swadaya. Jakarta. Supar jiyem, dkk . 2006. Patogenesitas Jamur N omuraea rileyi Terhadap Spodoptera litura. Sekolah Pascasar jana Agrosains: Bandung. Surachman E dan Suryanto WA, 2007. Hama Tanaman Pangan, Hortikulturan dan Perke bunan Masalah dan Solusinya, K anisius. Yogyakarta Suyanto, A. 1994. Hama Sayur dan Buah, Seri PHT .V eneb&r Swadaya. Jakarta. Tarumingkeng R.C, 2007.Serangga dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor: Bogor . http://pertanian.blogsome.com/category/hama-penyakit/. diak s es tanggal 04 april 2010 Tim R edak si Agricenter, 2009. Promosi Produk Agen Hayati Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta. www.jog japrov.go.id. Diak s es tanggal 20 A pril 2010 Trizelia, 2001 . Makalah Pemanfaatan Bacillus thuringiensis Untuk Pengendalian Hama C rocidolomia binotalis. IPB: Bogor . http://www.rudyct.com/PPS702-ip b/03112/trizelia.htm. Diak s es tanggal 04 april 2010 Untung K asum bogo, 2007. K ebijakan Perlindungan Tanaman . Gadjah Mada Univer sity Press: Yogyakarta Winarto Loso dan Darmawati Nazir, 2004.Teknologi Pengendalian Hama Plutella xylostella Dengan Insektisida dan Agen Hayati Pada K ubis di K abupaten K aro. Balai Pengka jian Teknologi Pertanian Sumatera Utara: Medan.