PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE
OLEH
JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK)
DASA WISMA TERATAI III RT 22 RW 09
OMA INDAH MENGANTI
GRESIK
LATAR BELAKANG :
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat
Masih ditemukan penderita DBD di wilayah perumahan Oma Indah Menganti
Perlu diintensifkan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan GOSBASMUK (Gerakan Oleh Semua Basmi Sarang Nyamuk)
Upaya mandiri warga untuk menghindari penyakit DBD di lingkungan dawis teratai III RT 22 RW 09 Oma Indah Menganti
Menurut Data Subdin P2P Dinkes Kabupaten Gresik terjadi peningkatan penderita DBD dari tahun ke tahun.
VISI dan MISI :
VISI :
Menurunkan Populasi Nyamuk Penularan DBD & Jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sehingga DBD tidak lagi menjadi ancaman bagi masyarakat kita.
MISI :
Menurunkan kepadatan jentik nyamuk penularan DBD secara berkala dan terus menerus
Memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat-tempat yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD
PROGRAM :
Melaksanakan PSN secara serentak dan berkesinambungan
Pengendalian Vektor Penyebab DBD (Fogging,Abatisasi, dan Predator alam)
Meningkatkan peran serta warga dalam PSN
Pelatihan Pelaksanaan Pemantauan Jentik
TUJUAN PELATIHAN JUMANTIK:
TUJUAN UMUM :
Setelah selesai latihan peserta (JUMANTIK) mampu memahami penyebab, cara penularan, tanda-tanda, pertolongan pertamaa,dan cara pencegahan penyakit DBD serta melakukan pemeriksaan jentik, penyuluhan, dan motivasi kepada keluarga dan kelompok masyarakat
TUJUAN KHUSUS :
Dapat menyebutkan penyebab penyakit dan nyamuk penular penyakit DBD
Dapat menjelaskan cara penularan penyakit DBD
Dapat menyebutkan tanda-tanda penyakit DBD
Dapat menyebutkan dan melakukan cara-cara pertolongan pertama
Dapat menjelaskan ciri-ciri, lingkaran hidup dan tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti
Dapat menyebutkan dan melakukan cara-cara pencegahan penyakit DBD
Dapat melakukan pemeriksaan jentik nyamuk aedes aegypti
Dapat melakukan penyuluhan dan motivasi kepada perorangan maupun kelompok masyarakat.
Materi Penyuluhan Kader Jumantik
DAMPAK DBD
Dampak Sosial
Kepanikan dalam keluarga
Kematian anggota keluarga
Berkurangnya usia harapan hidup
Dampak Ekonomi
Dampak langsung
Dampak tidak langsung
Pengertian Penyakit DBD (demam berdarah dengue)
Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit di daerah tropis yang di sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (betina). Ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik-bintik merah, lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura), kadang-kadang terjadi perdarahan di hidung (mimisan), berak darah, muntah bercampur darah, kesadaran menurun atau shock.
Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari, gigitan nyamuk itu sendiri lebih dari satu kali. Demam Berdarah hanya ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti (betina) yang berkembang biak di dalam air jernih di sekitar rumah, bukan di got / comberan yang berair kotor. Protein yang terkandung di dalam darah diperlukan oleh nyamuk betina untuk perkembangbiakan (produksi) telurnya.
Siklus Penularan DBD:
Dalam Tubuh Nyamuk:
Berkembangbiak ke seluruh tubuh termasuk ke kelenjar liur
Bila menggigit orang lain akan dipindahkan virus dengue tersebut bersama air liur nyamuk
Bila menggigit orang yang tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak) akan menjadi penderita DBD
Nyamuk yang infeksius tersebut, seumur hidupnya akan menjadi sumber penularan
Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu < 1 minggu
CARA PENULARAN
Hanya oleh nyamuk A. Aegypti Betina
Sumber Virus dengue:
Penderita DBD
Tidak Sakit DBD ( tapi dalam darahnya terdapat virus dengue)
Orang yang tidak sakit ini kemungkinan tinggi menular melalui nyamuk A. aegypti
Tanda-tanda Penyakit Demam Berdarah
Gejala Penyakit DBD:
Panas 2-7 hari
Bintik Perdarahan : Untuk membedakan dengan bintik yang lainnya, kulit diregangkan, apabila merah itu hilang bukan tanda demam berdarah
Gejala Tambahan :
Nyeri Ulu hati
Ujung-ujung jari pucat
Gejala Lanjutan :
Perdarahan spontan
Pertolongan Pertama Pada Demam Berdarah
Penanganan Pertama:
Beri Minum sebanyak-banyaknya bisa teh, susu dan lainnya, sebaiknya oralit.
Kompres untuk menurunkan panasnya
Pertolongan Selanjutnya:
Beri Obat penurun panas
Bawa ke sarana kesehatan terdekat
Jika penderita masih panas dengan sebab yang tidak jelas setelah/belum pernah diobati( hari ke-3 panas saat ini)
WASPADA akan Demam Berdarah. Meliputi :
Mintalah pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya(LAB,dll)
Carilah keterangan apakah ada penderita demam berdarah di sekitar atau penderita demam yang tidak jelas lainnya.
Waspadai terjadinya tiba-tiba pucat, lemas dan dingin atau perdarahan spontan selama panas belum jelas sebabnya.
Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan atau diminta untuk mendukung dugaab ke arah DBD
Torniquet selama 5 menit untuk melihat adanya bintik perdarahan kulit
Cek trombosit (normal 150.000-400.000)
Bila hasil mendukung segera rujuk ke sarana kesehatan yang memiliki sarana lebih lengkap dengan adanya transfusi darah.
Pencegahan Penularan Penyakit Demam Berdarah
Cara Fisik
Melalui PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dilakukan dengan tiga cara yang disebut dengan 3M yaitu :
Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas dan lainnya.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya yang dikenal dengan 3 M Plus seperti :
Ganti vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali
Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
Tutup lubang pada potongan bambu, pohon dan lainnya
Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya yang dapat menampung air hujan
Lakukan Larvasidasi yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik (Abate 1 G, Altosid 1,3 G dan Sumilarv 0,5 G) ditempat yang sulit dikuras.
Pelihara ikan pemakan jentik
Pasang kawat kasa di rumah
Pencahayaan dan ventilasi memadai
Jangan biasakan menggantung pakaian dalam rumah
Tidur menggunakan kelambu
Gunakan obat nyamuk untuk menegah gigitan nyamuk
Cara Kimia
Larvasidasi
Adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik kedalam tempat penampungan air. Bila menggunakan abate disebut Abatisasi. Adapun beberapa larvasida yakni :
Menggunakan bubuk Abate 1 G (bahan aktif : Temephos 1%)
Bubuk abate 1G berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam takaran yang dianjurkan aan bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan. Jika dimasukan ke air maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan terlarut merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air. Diantaranya ada yang menempel pada dinding tempat penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan. Oleh sebab itu penaburan abate perlu diulang setiap 3 bulan. Takaran yang digunakan yakni untuk 100 liter air cukup dengan 10 gr bubuk abate 1 G.
Fogging (pengasapan)
Nyamuk Ae. aegypti dapat diberantas dengan fogging (pengasapan) racun serangga, termasuk racun serangga yang digunakan sehari-hari di rumah tangga. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasanya saja.
Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari akan mucul nyamuk yang baru menetas dari tempat perkembangbiakannya. Disamping itu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan fogging juga cukup besar. Karena itu cara yang tepat memberantas jentiknya yang dikenal dengan istilah PSN DBD (Pemberansan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue).
Cara Biologis
Dengan memelihara ikan pemakan jentik yang diletakan pada kolam atau genangan air yang sulit dikuras, seperti ikan kepala timah, cupang dan lainya.
Menanam tanaman pengusir nyamuk seperti Lili gundi
Tempat yang potensial:
FASE – FASE KEHIDUPAN NYAMUK A. AEGYPTI
Sebelum kita memantau jentik sebaiknya mengetahui fase-fase kehidupan nyamuk A. Aegypti.
Tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer air buatan yang berada di lingkungan perumahan yang banyak ditemukan di dalam rumah dan sekitar lingkungan perkotaan seperti botol minuman, alas pot bunga, vas bunga, bak mandi, talang air. Selain itu juga sering ditemukan di lubang pohon, tempurung kelapa dan lainnya.
Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur-larva-pupa/kepompong-dewasa. Perkembangan Ae. aegypti dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa memakan waktu sekurang-kurangnya sembilan hari. Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Selanjutnya, larva berubah menjadi pupa dalam waktu 5 -15 hari. Stadium pupa biasanya berlangsung dua hari, lalu keluarlah nyamuk dewasa yang siap mengisap darah dan menularkan DBD. Umur nyamuk dewasa umumnya 2-3 minggu saja
Telur
Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari tempat seperti genangan air atau daun pepohonan yang lembab. Nyamuk betina meletakan telurnya didinding tempat penampuangan air atau barang-barang yang memungkinkan tergenang di bawah permukaan air. Telur akan diletakan berpencar (pada nyamuk Aedes oder Anopheles) atau dijejerkan dalam satu baris (contoh nyamuk Culex) yang bisa mencapai 100-300 telur.
Telur berwarna hitam dengan ukuran 0,8 mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dala waktu 2 hari setelah terendam air. Stadium jentik umumnya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung antara 2-4 hari. Perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari.
telur nyamuk
b. Larva (jentik)
Larva adalah mahluk yang hidup di air, meskipun demikian untuk bernafas larva harus menghirup udara secara langsung. Untuk itu, bagian belakang tubuhnya dilengkapi dengan semacam pipa panjang hingga menembus permukaan air. Ukuran larva umumnya 0,5 sampai 1 cm, gerakannya berulang-ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas kemudian turun kebawah dan seterusnya serta pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
Ciri khas dari larva Aedes aegypti adalah adanya corong udara pada segmen terakhir, pada corong udara terdapat pecten dan sepasang rambut serta jumbae akan dijumpai pada corong udara. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yang penting adalah temperatur, cukup atau tidaknya bahan makanan dan ada tidaknya binatang lain yang merupakan predator.
larva kepalanya dibawah air
bagian belakang larva yang menyerupai pipa
Mikro organisme merupakan makanan larva. Dengan mengerakan mulutnya yang menyerupai sikat, air dapat dibuat berpusar, sehingga mikro organisme dapat masuk ke dalam mulutnya. Pada waktu bahaya, larva dapat menyelam dan berenang di dalam air. Stadium larva tergantung dari jenis nyamuk, temperatur air dan makanan yang didapatkan. Biasanya 4-6 hari.
c. Pupa
Pupa tidak lagi mensuplai makanan ke dalam tubuhnya (fase istirahat). Pada stadium ini, pupa bernafas pada permukaan air dengan menggunakan dua tanduk kecil yang berada pada prothorax. Pupa juga sewaktu bahaya dapat menyelam di dalam air. Stadium ini umumnya berlangsung hingga 5-10 hari, setelah itu akan keluar dari kepompongnya menjadi nyamuk.
Pupa Aedes aegypti
d. Nyamuk Dewasa
Setelah lahir (keluar dari kepompong), nyamuk istirahat untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari mangsa atau darah.
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap dairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (bersifat antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai nyamuk mengisap darah sampa telur dikeluarkan biasanya antara 3-4 hari. (satu siklus gonotropik). Usia nyamuk Ae. agypti biasanya 2-4 minggu.
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas mengigit biasanya mulai pagi sampai sore hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pkll 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.
Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.
Terdapat 3 faktor yang berperan dalam penularan infeksi virus dengue yakni manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Seseorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan DBD. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira satu minggu setelah mengisap darah penderita nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik).
Virus ini tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya, oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue menjadi penular infektif sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit, sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur malalui saluran tusuknya (proboscis), agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
Dalam mencari sasaran (korban), nyamuk menggunakan indera penciumannya (Chemical sensors) yang sangat tajam, yang dapat membaui sasarannya dari jarak 40 m. Cahaya terang sebaliknya dapat membingungkan nyamuk, sehingga gangguan nyamuk dapat berkurang bila terdapat cahaya. Begitu lampu dimatikan mulailah nyamuk mencari sasarannya, terutama yang baunya paling mengundang. Tubuh manusia memancarkan sebanyak 300-400 beragam zat bau-bauan. Nyamuk akan tertarik oleh bau-bauan seperti CO2 (karbondioksida), keringat (karena kandungan lactic acid) dan bakteri yang terdapat pada kulit. Selain itu temperatur tubuh dan kelembaban kulit mempengaruhi pula daya ketertarikan nyamuk.
Nyamuk juga dilengkapi dengan sensor penerima panas (Heat sensors) yang sangat sensitif. Ketika sudah DEKAT dengan sasarannya, nyamuk diperkirakan berorientasi dengan temperatur yang dikeluarkan tubuh, sehingga dapat dengan mudah menemukan sasarannya dalam kegelapan. Indera yang terakhir adalah mata (Visual sensors), yang dapat membedakan gerakan, terang dan gelap. Orang yang mengenakan pakaian yang kontras (berbeda) dengan lingkungannya dapat menjadi sasaran hisapan nyamuk.
Belalai tidak lain adalah perpanjangan dari mulut nyamuk , dikenal dengan nama proboscis.
Ujung Proboscis terdiri dari enam bagian:
- dua pipa (labrum), satu untuk menghisap darah dan satunya lagi untuk memasukan cairan ke dalam jaringan kulit yang dikelilingi oleh
- dua gergaji (stylet)
- dua pisau yang ujungnya tajam (stylet)
Kesemuanya diselimuti oleh organ yang disebut labium (semacam sarung senjata).
Nyamuk jantan bentuk proboscisnya tidak dikonstruksi untuk memotong daging. Nyamuk jantan hanya hidup dari sari buahan dan sari bunga.
Cara nyamuk menghisap darah
1.
Nyamuk hinggap dengan ke enam kakinya di atas permukaan kulit.
Lalu belalai akan didekatkan ke permukaan kulit.
2.
Begitu labium (sarung senjata) ditarik, pisau tajam diujung belalai akan melakukan gerakan maju dan mundur seperti gergaji, untuk memotong permukaan kulit.
Lapisan kulit yang paling luar, yang harus dipotong (dibuka) nyamuk dikenal dengan nama epidermis. Epidermis berfungsi untuk melindungi kulit dari pengaruh luar (lingkungan), pada lapisan ini tidak terdapat pembuluh darah.
Begitu terjadi luka, pembuluh darah akan menyempit dan darah akan membentuk gumpalan yang menutupi luka. Selanjutnya terjadi proses pembekuan darah (dikenal dengan istilah Hemostasis). Proses ini penting untuk mencegah terjadinya luka pendarahan yang banyak, yang dapat mengakibatkan kekurangan darah!!
Untuk mencegah hal tersebut (pembekuan darah), maka salah satu pipa jarum (labrum) yang terdapat pada belalai akan mengeluarkan semacam cairan yang mengandung anticoagulants (anti beku), yang berasal dari dalam perutnya. Selanjutnya belalai akan terus masuk ke lapisan yang lebih dalam, yaitu lapisan dermis. Di lapisan kulit inilah terdapat pembuluh darah yang dibutuhkan nyamuk! Pembuluh darah kapilar
Maka untuk dapat menghisap darah, nyamuk betina harus mencari (memancing) terlebih dahulu DIMANA letak pembuluh darah kapilar dengan belalainya.
Di lapisan ini belalai terus mencari (memancing) pembuluh darah kapiler dengan interval waktu 10 detik sampai pembuluh kapiler ditemukan.
SOURCE: National Institute of Allergy and Infectious Diseases " GRAPHIC: By Brenna Maloney and Patterson Clark, The Washington Post - May 01, 2007
Begitu ditemukan, maka darah akan segera dihisap.
Rata-ratanya dibutuhkan waktu 50 detik untuk memasukan belalai ke dalam kulit manusia, tanpa ada gangguan, nyamuk akan menghisap darah selama kira-kira 2,5 menit (2,8 mg darah). Tubuh manusia mengandung 5-6 liter darah!
Selanjutnya nyamuk akan mencari makan dan berpasangan dan fase di atas akan terulang.
Ukuran kepadatan jentik nyamuk
Pengamatan terhadap vektor DBD sangat penting untuk mengetahui penyebaran, kepadatan nyamuk, habitat utama jentik dan dugaan risiko terjadinya penularan. Data-data tersebut akan dapat digunakan untuk memilih tindakan pemberantasan vektor yang tepat dan memantau efektifitasnya.
Kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti dapat dketahui dengan melakukan survey nyamuk, survey penangkapan telur dan survey jentik. Survey jentik dilakukan dengan cara sebagi berikut :
Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya jentik.
Memeriksa container yang berukuran besar seperti bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya jika pada pandangan atau penglihatan pertama tidak menemukan jentik tunggu kira-kira 0,5-1 menit untuk memastikan bahwa benar.
Memeriksa container yang kecil sepertii vas bunga/pot tanaman, air/botol yang air keruhnya, airnya perlu dipindahkan ketempat lain. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya keruh digunakan senter.
Ada dua cara survey larva/jentik :
cara single larva
Survei ini dilakukan dengan mengambil larva disetiap tempat genangan air yang ditemukan larva untuk diidentifikasi lebih lanjut larvanya.
secara visual
Survei cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat genangan air tanpa mengambil larvanya.
Program pemberantasan penyakit DBD, survei jentik yang biasa digunakan adalah secara visual. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah sebagai berikut :
House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang diperiksa.
X 100 % HI = Jumlah rumah yang positif jentik
X 100 %
Jumlah rumah yang diperiksa
Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh kontainer yang diperiksa
X 100 % CI = Jumlah kontainer yang positif jentik
X 100 %
Jumlah kontainer yang diperiksa
Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah.
X 100 % BI = Jumlah kontainer yang positif jentik
X 100 %
100 rumah yang diperiksa
HI lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah. Density figure (DF) adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang merupakan gabungan dari HI, CI, dan BI yang dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel berikut :
Tabel 1. Larva Index
Density figure (DF)
House Index (HI)
Container Index
Breteau Index
1
1 - 3
1 - 2
1 - 4
2
4 - 7
3 - 5
5 - 9
3
8 - 17
6 - 9
10 - 19
4
18 - 28
10 -1 4
20 – 34
5
29 – 37
15 – 20
35 -49
6
38 – 49
21 - 27
50 – 74
7
50 -59
28 - 31
75 – 99
8
60 – 76
32 – 40
100 – 199
9
>77
>41
>200
Berdasarkan hasil survei larva kita dapat menentukan density figure. Density Figure ditentukan setalh menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan dengan tabel Larva Index. Apabila angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko penularan rendah, 1-5 resiko penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan tinggi.
CARA PEMERIKSAAN JENTIK
CARA KERJA
Tentukan rumah/KK yang akan dikunjungi/diperiksa
Melakukan kunjungan rumah:
Pilih waktu yang tepat untuk berkunjung (saat keluarga sedang santai)
Mulai pembicaraan dengan menanyakan sesuatu yang sifatnya menunjukkan perhatian kepada keluarga itu
Selanjutnya menceritakan peristiwa yang ada kaitannya dengan DBD
Membicarakan tentang penyakit demam berdarah,cara penularan dll.
Mengajak bersama-sama memeriksa tempat penampungan air dan barang-barang yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Agypti
Jika ditemukan jentik, beri penjelasan kepada tuan rumah tentang berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti
Jika tidak ditemukan, maka beri pujian kepada tuan rumah dan beri saran untuk terus menjaga rumah agar selalu bebas jentik.
Melakukan pemeriksaan jentik:
Periksa Bak Mandi/wc,tempayan,drum dan tempat-tempat penampungan air lain
Jika tampak, tunggu 0.5 – 1 menit, jika ada jentik ia akan muncul ke permukaan air untuk bernafas
Di tempat yang gelap gunakan senter
Periksa juga vas bunga, tempat minum burung,kaleng-kaleng,plastik,ban bekas
Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan jentik
Tulis Nama KK yang dilakukan pemeriksaan
Tulis nama Desa, RT dan RW
Bila ditemukan jentik tulislah tanda (+) dan bila tidak ditemukan tulislah tanda (-)
Tulis hal-hal yang perlu diterangkan pada kolom keterangan seperti rumah/kavling kosong,penampungan air hujan,dll
Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke puskesmas sebulan sekali
TEKNIK PEMANTAUAN
Dilakukan pada setiap rumah
Pada lokasi yang potensial terdapat jentik
Terutama tempat penampungan air yang bersih yang tidak kontak dengan tanah baik di dalam maupun diluar rumah
Waspadai tempat yang tidak sempat terpantau:
Air yang terjebak di talang air
Air pada vas bunga,tampungan kulkas, alat rumah tangga lainnya
Pagar rumah yang terdapat air terjebak (pagar bambu)
Rumah kosong yang tidak ada penghuninya sehingga air tidak pernah diganti
CARA PEMERIKSAAN JENTIK
PERLENGKAPAN JUMANTIK
Tabel pengisian hasil pemeriksaan
No
Nama KK
Tempat yang diperiksa
(+)
(-)
KET.
Buku tulis
Senter
Abate, pulpen,
Daftar Pustaka
WHO, 1999, Demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan dan pencegahan, EGC, Jakarta
WHO, 1997, Vector Control – Methods for use by Individuals and communities
Benenson, AS.1995. Control of Communicable Diseases Manual, American Public Health Association.
Chevillon, Christine; Raymond, Michel; Guillemaud, Thomas; Lenormand, Thomas & Pasteur, Nicole (1999). "Population genetics of insecticide resistance in the mosquito Culex pipiens" (PDF fulltext). Biol. J. Linn. Soc. 68 (1-2): 147–57. doi:10.1111/j.1095-8312.1999.tb01163.x. http://gemi.mpl.ird.fr/cepm/SiteWebESS/GB/Chevillon/1999%20Chevillon%20et%20al%20Biol%20L%20Linn%20Sty.pdf.
Florida Coordinating Council on Mosquito Control (1998): Florida Mosquito Control: The State of the Mission as Defined by Mosquito Controllers, Regulators, and Environmental Managers. University of Florida.
Durden, Lance A.; Mullen, Gary L. (2002). Medical and veterinary entomology. Boston: Academic Press. ISBN 0-12-510451-0.
Service, M. W. (1993). Mosquito ecology: field sampling methods (2nd ed.). London: Elsevier Applied Science. ISBN 1-85166-798-9.
Ware, George Whitaker (1994). The pesticide book (4th ed.). Fresno, CA: Thomson Publications. ISBN 0-913702-58-7.
Walker K (April 2002). "A review of control methods for African malaria vectors" (PDF). Activity Report 108. U.S. Agency for International Development. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACQ047.pdf.