PEDOMAN KEGIATAN ASSEMBLING REKAM MEDIS
Oleh PMIK 2A Kelompok 1 : 1. Nugrahaning Widi Asani
(1604000007)
2. Wahyuning Heriani
(1604000011)
3. Ayunda Aura Salsabil
(1604000015)
4. Tita Septiane Anggarsari
(1604000025)
5. Nova Kurnianingtyas P.
(1604000039)
6. Hertantyo Eka Adi Saputra
(1604000045)
7. Herisa Eril Hidayat
(1604000055)
8. Zuhria Chofifatur Rohmah
(1604000063)
9. Azazani Kris Hanawati
(1604000091)
PRODI D-III PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN TERAPAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG MARET 2018
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memudahkan penulis untuk menyelesaikan Pedoman Kegiatan Assembling Rekam Medis sehingga penulis dapat memenuhi salah satu tugas matakuliah Manajemen Mutu Informasi Kesehatan (MMIK) II dan Manajemen Unit Kerja (MUK) II yang dibina oleh Bapak Puguh Priyo Widodo, Amd. RMIK,S.Si,MMRS. Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dari semua pihak yang telah membantu pembuatan pedoman kegiatan ini. Pedoman ini akan terus mengalami perbaikan kedepan seiring dengan peningkatan pengetahuan tehadap rekam medis medis yang ada, sehingga kedepan masih perlu adanya perbaikan. Terakhir, semoga pedoman kegiatan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Malang, 11 Maret 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A.
Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.
Tujuan Pedoman ....................................................................................... 2
C.
Ruang Lingkup Pelayanan ........................................................................ 2
D.
Batasan Operasional ................................................................................. 5
E.
Landasan Hukum ...................................................................................... 5
BAB II STANDAR KETENAGAAN .................................................................. 6
A.
Kualifikasi Sumber Daya Manusia ........................................................... 6
B.
Distribusi Ketenagaan .............................................................................. 8
C.
Pengaturan Jaga ........................................................................................ 9
BAB III TATA LAKSANA PELAYANAN ...................................................... 10 BAB IV LOGISTIK ............................................................................................ 13 BAB V KESELAMATAN PASIEN................................................................... 14
A.
Pengertian ............................................................................................... 14
B.
Tujuan..................................................................................................... 14
C.
Tata Laksana Keselamatan Pasien.......................................................... 14
D.
Keselamatan Sasaran Pasien di Poli Umum UPT Rumah Sakit Y ......... 16
BAB VI KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA, DAN LINDUNGAN LINGKUNGAN................................................................................................... 17 BAB VII PENGENDALIAN MUTU ................................................................. 21 BAB VIII PENUTUP .......................................................................................... 22
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis yang harus dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Dokumen rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan yang harus disimpan dan dijaga kerahasiannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan pelayanan kesehatan. Menurut Permenkes RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan. Sedangkan dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang, catatn observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging ), dan rekaman elektro diagnostik. Kegiatan
rekam
medis
beradsarkan
SK
Dirjen
Yanmed
No.
YM.00.03.2.2.1296 tahun 1996 meliputi kegiatan penerimaan pasien; pencatatan; pengelolaan data medis; penyimpanan rekam medis; pengambilan kembali (retrieval). Dari penjelasan tersebut maka kegiatan rekam medis secara garis besar terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pencatatan, pengelolaan data, dan pengelolaan atau pengarsipan. Pencatatan adalah kegiatan mencatat identitas pasien yang dilakukan di tempat pendaftaran yang dikerjakan oleh petugas rekam medis dan pemer iksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan. Pengelolaan data adalah kegiatan mengumpulkan, menghitung, dan menganalisa data-data dari kegiatan maupun data-data medis dan nonmedis yang ada didalam rekam medis sehingga menjadi informasi yang dibutuhkan oleh pihak intern maupun eksern
1
sarana pelayanan kesehatan. Kegiatan pengelolaan atau pengarsipan merupakan upaya mengelola rekam medis agar isinya lengkap, mudah disimpan, dan mudah diambil kembali ketika dibutuhkan melalui kegiatan penyimpanan berkas, assembling , analisa kuantitif dan analisa kualitatif. Sarana pelayanan kesehatan memilik peranan dalam pengelolaan rekam medis, melalui tenaga perekam medis untuk melakukan pengelolaan tersebut. Salah satu kegiatan dalam pengelolaan rekam medis adalah kegiatan penataan dokumen rekam medis (assembling ) yang memiliki fungsi sebagai perakitan dokumen rekam medis dan menganalisa kelengkapan dokumen rekam medis. Setiap kegiatan yang dilakukan di bagian assembling sudah diatur dan ditetapkan melalui kebijakan Rumah Sakit pada unit rekam medis.
B.
Tujuan Pedoman
Tujuan Pedoman Assembling dikelompokkan dalam beberapa hal : 1.
Terhadap DRM yang diterima Merakit kembali formulir rekam medis sekaligus melakukan kegiatan penelitian terhadap kelengkapan data rekam medis pada setiap lembar formulir rekam medis
2.
Menunjang tertib administrasi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
C.
Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup kegiatan assembling rekam medis adalah sebagai berikut: 1. Pengertian assembling Assembling atau perakitan rekam medis adalah salah satu kegiatan dalam pengolahan rekam medis untuk mengorganisasikan formulir yang menggambarkan siapa, apa, kapan, dan bagaimana dalam hal pelayanan kesehatan pasien yang merupakan bukti tertulis tentang dokumen resmi rumah sakit secara kronologis. Secara garis besar kegiatan assembling terbagi dalam 2 kegiatan yaitu:
2
a) Assembling sebelum rekam medis dipakai/persiapan, yaitu kegiatan merakit, menyusun formulir-formulir rekam medis yang kosong dan menyimpannya ke sampul rekam medis, sehingga rekam medis tersebut siap digunakan. b) Assembling setelah rekam medis digunakan baik dari rawat jalan, IGD, maupun rawat inap, yaitu menyusun kembali formulir rekam medis sesuai dengan urutannya, merapihkan dan memperbaiki cover maupun formulir yang ada didalamnya kemudian dilakukan pemeriksaan kelengkapan pengisian rekam medis. 2. Fungsi dan peranan assembling Fungsi dan peranan assembling dalam pelayanan rekam medis adalah sebagai perakit formulir rekam medis, meneliti isi data rekam medis, pengendalian dokumen rekam medis yang tidak lengkap, pengendalian penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam medis. 3. Tugas pokok assembling a) Menerima dokumen rekam medis dn sensus harian dari unit-unit pelayanan. b) Meneliti kelengkapan isi dan merakit kembali urutan formulir rekam medis. c) Mencatat dan mengendalikan dokumen rekam medis yang isinya belum lengkap dan secara periodik melaporkan kepada kepala unit rekam medis mengenai ketidaklengkapan isi dokumen dan petugas yang bertanggung jawab terhadap kelengkapan isis tersebut. d) Mengendalikan penggunaan formulir rekam medis dan secara periodik melaporkan kepada kepala unti rekam medis mengenai jumlah dan jenis formulir yang telah digunakan. e) Mengalokasikan dan mengendalikan nomor rekam medis. f) Menyerahkan dan mengendalikan nomor rekam medis. g) Menyerahkan sensus harian kefungsi analisis dan pelaporan.
3
4. Analisis kuantitatif dan kualitatif Agar diperoleh kualitas rekam medis yang optimal perlu dilakukan analisis rekam medis dengan cara meneliti rekam medis yang dihasilkan oleh staf medis dan paramedis serta hasil-hasil pemeriksaan dari unit-unit penunjang sehingga kebenaran penempat diagnosa dan kelengkapan rekam medis
dapat
dipertanggung
jawabkan.
Digunakan
juga
untuk
menghindarkan rumah sakit serta staf medik dati tuntutan hukum. Proses analisis rekam medis ditujukan keada 2 hal berikut: a)
Analisis kuantitaif adalah analisis yang ditujukan kepada jumlah lembaran-lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan meliputi kelengkapan lembaran medis, paramedis dan penunjang sesuai prosedur yang ditetapkan. Petugas akan menganalisis setiap berkas yang diterima apakah lembaran rekam medis yang seharusnya ada ada berkas seorang pasien sudah ada atau belum. Ketidaklengkapan berkas pasien dari lembaran tertentu agar segera menghubungi ke unit dimana pasien dirawat.
b)
Analisis kualitatif adalah analisis yang ditujukan kepada mutu dan setiap berkas rekam medis. Petugas akan menganalisa kualitatif rekam medis pasien sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Apabila analisa kuantitatif meliputi penelitian terhadap pengisian lemvar rekam medis baik oleh staf medis, paramedis, dan unti penunjang lainnya. ketidaklengkapan pengisian rekam medis akan sangat mempengaruhi mutu rekam medis, mutu rekam medis akan mencerminkan baik tidaknya mutu pelayanan di suatu rumah sakit. Pembuatan resume bagi setiap pasien yang dirawat merupakan cerminan mutu rekam medis serta layanan yang diberikan oleh rumah sakit tertentu. Dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang menangani pasien wajib melengkapi rekam medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4
D.
Batasan Operasional
1.
Kartu kendali Fungsi kartu kendali adalah sebagai berikut: a) Mengendalikan rekam medis yang belum lengkap, pencatatan data rekam medis guna pengendalian rekam medis tidak lengkap dari pengkodean penyakit, kode operasi, kode sebab kematian dan kode dokter. b) Mengendalikan dokumen rekam medis tidak lengkap dikembalikan ke unit pelayanan. c) Melacak kehilangan dokumen, misalnya adalah melacak keberadaan dokumen rekam medis yang sedang dilengkapi.
2.
Buku ekspedisi serah terima dokumen rekam medis
3.
Buku catatan penggunaan formulir rekam medis
4.
Lembar pemantauan kelengkapan DRM (checklist KLPCM) analisis kuantitatif dan kualitatif.
E.
Landasan Hukum
Unit rekam medis merupakan bagian yang harus diselenggarakan sesuai dengan: 1.
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2.
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3.
Undang-undang No. 29 tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran
4.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis 5.
Standar Manajemen Rumah Sakit, Bab 6 Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
5
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A.
Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Menurut
Peratutan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
541/MENKES/PER/VI/2008 tentang program tugas belajar sumber daya manusia kesehatan departemen kesehatan republic Indonesia dan menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 81/MENKES/SK/I/2004 menjelaskan bahwa sumber daya manusia kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. sehingga dalam menyiapkan pegawai atau petugas rekam medis yang handal khususnya di bagian assembling perlu dilakukan nya reseleksi dan program pelatihan bagi pegawai atau petugas yang akan bekerja agar sesuai dengan organisasi yang ada di rumah sakit. Standar ketenagaan ini berdasarkan standar Departemen Kesehatan RI, Standar Akreditasi RS, dan dengan apa yang dibutuhkan oleh RS agar berjalan efisien dan efektif. Dengan begitu maka kita bisa mendapatkan SDM yang handal dan berkompeten yang dapat mempengaruhi pelayanan rekam medis yang professional dan sesuai dengan standar. Dalam memberi pelayanan kesehatan petugas akan bekerja dengan apa yang sesuai standar operasional prosedur dan mengerti makna apa pekerjaan yang dilakukannya dan fungsinya Ada pola ketenagaan kerja yang dimana pegawai atau pekerja disusun melalui kebutuhan dan tujuan pelayanan rekam medis khususnya dibagian assembling. Standar rekam medis khususnya assembling ditentukan oleh kriteria sebagai berikut: 1.
Kompetensi tenaga rekam medis sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007
2.
Sesuai dengan Standar Akreditasi RS Semua (100%) tenaga r ekam
6
medis harus memiliki sertifikat pelatihan Rekam Medis. 3.
Berdasarkan penghitungan beban kerja menurut WISN : a) Diketahui : 1) Jumlah pasien
1000 pasien/ hari
2) Waktu Kerja Tersedia/ tahun - Hari kerja (A)
317 hari
- Cuti tahunan (B)
6 hari
- Hari libur nasional (C)
15 hari
- Pendidikan dan pelatihan (D)
6 hari
- Ketidakhadiran kerja (E)
12 hari
- Waktu kerja (F)
420 menit
3) Rata-rata waktu kegiatan - Analisis kuantitatif dan kualitatif DRM 7 menit - Perakitan DRM baru
3 menit
- Merapikan DRM setelah dari poliklinik 2 menit 4) Faktor kelonggaran/ tahun - Pendidikan dan pelatihan 8 kali/ tahun
@ 5 jam
- Seminar 3 kali/ tahun
@ 1 jam
- Pembinaan mahasiswa PKL 2 kali/tahun @ 30 menit b) Penghitungan 1) Waktu Kerja Tersedia (WKT) WKT
= {A-(B+C+D+E)} x F = {317-(6+15+6+12)} x 420 = 278 x 420
WKT
= 116.760 menit/ tahun
2) Kuantitas Kegiatan Pokok (KKP) KKP
= 100 DRM x 278 hari
KKP
= 27.800 DRM/ tahun
3) Standar Beban Kerja (SBK) SBK =
WKT Rata−rata waktu per kegiatan pokok
- SBK kegiatan analisis DRM
7
=
116.76 7
SBK kegiatan analisis DRM - SBK kegiatan perakitan DRM SBK kegiatan perakitan DRM - SBK kegiatan perapian DRM SBK kegiatan perapian DRM
= 16.680 menit =
116.76 3
= 38.920 menit =
116.76
= 58.380 menit
4) Standar Kelonggaran (SK) SK
= = =
SK
∑ rata−rata waktu per faktor kelonggaran WKT {(5x6x8)+(1x6x3)+(3x)} 116.76 64 116.76
= 0,02
5) Kebutuhan tenaga assembling Kebutuhan tenaga =
KKP WKT
- Kebutuhan tenaga analisis DRM
7.8 16.68
0,02=
Kebutuhan tenaga analisis DRM = 1,68 (2 orang) - Kebutuhan tenaga perakitan DRM
7.8 38.9
0,02=
Kebutuhan tenaga perakitan DRM = 0,73 (1 orang) - Kebutuhan tenaga perapian DRM =
7.8 58.38
0,02
Kebutuhan tenaga perapian DRM = 0,496 (1 orang)
Sehingga, ∑ kebutuhan tenaga assembling berdasarkan WISN = 4 orang B.
Distribusi Ketenagaan
SDM unit rekam medis RS Y khusunya assembling berjumlah 4 orang. Rekam medis mempunyai 2 sub bagian yaitu pelaporan dan pengolahan data. Assembling adalah bagian dari pengolahan data yang ada di rumah sakit. Assembling pun mempunyai 3 sub bagian yaitu analisis
8
DRM, perakitan DRM, perapian DRM. Inilah distribusi rekam medis khususnya assembling di RS Y: Tabel Distribusi Rekam Medis Assembling RS Y No 1 2 3
C.
Pendidikan D3 rekam medis SLTA/D3 rekam medis SLTA/D3 rekam medis
Jabatan Tenaga analisis DRM Tenaga perakitan DRM Tenaga perapian DRM
Jumlah 2 orang 1 orang 1 orang
Pengaturan Jaga
Rekam medis Rumah Sakit Y dibagi menjadi dua bagian yang pertama adalah bagian pelaporan dan yang kedua adlah bagian pengolahan data dan di pedoman ini rekam medis yang ditujukan ke bagian assembling yang ada di pengolahan data. Adapun pengaturan shift dan penempatan staf pada bagian rekam medis assembling Rumah Sakit Y yang dijabarkan di tabel berikut ini: Tabel Pengaturan Shift Rekam Medis Assembling RS Y Nama Jabatan Tenaga analisis DRM Tenaga Perakitan DRM Tenaga perapian DRM
Kualifikasi Formal dan Informal D3 rekam medis SLTA/D3 rekam medis SLTA/D3 rekam medis
9
Waktu Kerja
Jumlah
2 shift 2 shift 2 shift
2 orang 1 orang 1 orang
BAB III TATA LAKSANA PELAYANAN
Assembling atau perakitan adalah kegiatan yang harus ada di dalam s ystem penyelenggaraan rekam medis. Kegiatan Assembling dapat dikategorikan sebagai kegiatan dalam proses penyelenggaraan rekam medis dan dapat juga dikategorikan sebagai kegiatan dalam proses pengolahan rekam medis. Kegiatan yang termasuk dalam proses penyelenggaraan rekam medis adalah kegiatan perakitan berkas rekam medis yaitu menyiapkan berkas rawat jalan dan menyiapkan berkas rawat inap.l Penyusunan berkas rekam medis kemudian mengevaluasi kelengkapan berkas rekam medis adalah kegiatan Assembling yang terkait dengan proses pengolahan rekam medis. Penyusunan berkas rekam medis dilakukan setelah berkas kembali dari Ruang Perawatan. Berkas rekam medis disusun berdasarkan ketentuan mengenai urutan berkas tersebut. Urutan berkas tersebut adalah ; 1.
Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Jalan (umum) a) Identitas Penderita Rawat Jalan (mencakup assesmen medis rawat jalan) b) Assesmen Keperawatan Rawat Jalan c) Resume Poliklinik (Summary List) d) Hasil Pemeriksaan Penunjang
2.
Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus kebidanan a)
Identitas Pasien
b)
Surat Dokumen Pengantar
c)
Penapisan Ibu Bersalin
d)
Partograf
e)
Laporan Persalinan
f)
Catatan perkembangan Pasien Terintegrasi
g)
Catatan Observasi
h)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
i)
Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
j)
Salinan Resep
10
k) 3.
Resume/Laporan kematian
Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus medical bedah a)
Identitas Pasien
b)
Pembatas Masuk
c)
Surat Dokumen Pengantar
d)
Assesmen Awal Rawat Inap Medis Bedah (Trauma dan Non Trauma)
e)
Catatan Pre Operasi
f)
Laporan Anestesi
g)
Lembar Infoormasi Pasca Operasi
h)
Laporan Pembedahan
i)
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
j)
Catatan Observasi
k)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
l)
Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
m) Salinan Resep n) 4.
5.
Resume/Laporan kematian
Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus neonatus. a)
Identitas Pasien
b)
Riwayat Kelahiran
c)
Identifikasi Bayi
d)
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
e)
Grafik Bayi
f)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
g)
Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
h)
Salinan Resep
i)
Resume/Laporan kematian
Perakitan rekam medis pasien rawat inap untuk kasus anak meliputi: a)
Identitas Pasien Anak
b)
Pembatas Masuk
c)
Surat Dokumen Pengantar
d)
Pengkajian Khusus Paediatric
11
e)
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
f)
Catatan Observasi
g)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
h)
Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
i)
Salinan Resep
j)
Resume/Laporan Kematian
Tujuan penyusunan berkas rekam medis adalah agar rekam medis tertata dengan rapi sehingga diharapkan fungsi dan kegunaan rekam medis dapat berguna lebih optimal. Selain penyusunan berkas rekam medis juga dilakukan evaluasi mengenai kelengkapan berkas rekam medis, evaluasi tersebut antara lain ; 1.
Evaluasi ketepatan penyerahan berkas rekam medis
2.
Evaluasi Kelengkapan Berkas Rekam Medis tentang ; a)
Indentitas pasien
b)
Keterisian setiap lembaran rekam medis
c)
Autentikasi setiap lembaran rekam medis (Nama terang dan tanda tangan)
Evaluasi yang dilakukan hanya sebatas kuantitatif artinya hanya melihat terisi atau tidak tanpa memperhatikan kebenaran isian tersebut. Evaluasi sampai dengan kebenaran isian rekam medis adalah kewenangan Panitia Rekam Medis, evaluasi tersebut bersifat kualitatif yang memuat kriteria 4 C yaitu ; 1.
Clear / Jelas artinya pengisian setiap lembaran rekam medis adalah jelas dan mudah dibaca
2.
Clean / Bersih artinya setiap lembaran tidak ada c oretan yang tidak pada tempatnya
3.
Complete / Lengkap artinya berkas rekam medis terisi dengan lengkap
4.
Correct / Benar artinya isian di dalam berkas rekam medis adalah benar dan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku (Juknis dan SOP)
Petunjuk teknis tentang proses evaluasi diatas sesuai dengan pembahasan serta petunjuk teknis dalam proses penyelenggaraan pengembalian berkas rekam medis.
12
BAB IV LOGISTIK
13
BAB V KESELAMATAN PASIEN
A.
Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, termasuk assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi. B.
Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. C.
Tata Laksana Keselamatan Pasien
Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah: 1.
Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
2.
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
3.
Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
4.
Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial bermasalah.
14
5.
Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden.
6.
Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan caracara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
7.
Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
8.
Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan. Standar tersebut adalah: 1.
Hak pasien
2.
Mendidik pasien dan keluarga
3.
Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4.
Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5.
Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6.
Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7.
Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit: 1.
Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan pasien rumah sakit.
2.
Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3.
Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4.
Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan karyawan
5.
Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6.
Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut di atas
15
7.
Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8.
Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9.
Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan
D.
Keselamatan Sasaran Pasien di Poli Umum UPT Rumah Sakit Y
1.
Ketepatan Identifikasi Pasien Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien.
2.
Peningkatan Komunikasi yang Efektif Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan prosedur: Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm).
3.
Minimalisir kartu rekam medis terselip, minimalisasi kartu rekam medis pasien berobat terselip lima pasien perbulan.
Dalam setiap kegiatan pelayanan poli umum perlu diperhatikan keselamatan sasaran, yakni pasien dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
16
BAB VI KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA, DAN LINDUNGAN LINGKUNGAN
“Kesehatan, keselamatan kerja dan lindungan lingkungan harus dijadikan sebagai budaya kerja dan prioritas tertinggi bagi setiap pekerja.”
UU No 23 Tahun 1992 Pasal 22 menyatakan bahwa setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan. Sedangkan pada pasal 23 menyebutkan bahwa setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, serta wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/MENKES/SKNIII/2010 menyebutkan
bahwa
kesehatan
kerja
bertujuan
untuk
peningkatan
dan
pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan psikologisnya. Program keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Rekam Medis bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan dan kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah upaya untuk memberikan jaminan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibart kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pelngobatan d an reaahabilitasi. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.
17
Pemerintah berkepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan semua usaha-usaha masyarakat. Pemerintah berkepentingan melindungi masyaraktnya termasuk para pegawai dan bahaya kerja. Oleh Sebab itu Pemerintah mengatur dan mengawasi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin: 1.
Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat.
2.
Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3.
Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu : 1.
Kondisi dan lingkungan kerja
2.
Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
3.
Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila : 1.
Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
2.
Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;
3.
Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau terlalu dingin;
4.
Tidak tersedia alat-alat pengaman;
5.
Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di bagian penyimpanan rekam medis: 1.
Peraturan keselamatan harus terpampang dengan jelas di setiap bagian penyimpanan.
2.
Untuk mencegah kemungkinan petugas terjatuh saat melakukan filling pada rak penyimpanan, maka disediakan tangga anti tergelincir
18
3.
Lampu penerangan yang baik, menghindarkan kelelahan penglihatan petugas.
4.
Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan debu, dan pencegahan bahaya kebakaran
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan.
A.
Standar Etika Perilaku Pegawai 1.
Mematuhi SOP yang berlaku
2.
Mematuhi persyaratan – persyaratan sistem manajemen mutu pelayanan unit rekam medis
di lokasi kerja termasuk penggunaan
standar pelayanan minimum yang berlaku, instruksi kerja, dan proses yang relevan 3.
Saling berkontribusi untuk bekerja sama dan menolong satu sama lain antar rekan kerja dalam mencapai tujuan pelayanan maksimal
4.
Bertanggung jawab memastikan memberikan pelayanan maksimal dan kerja disiplin sesuai peraturan yang berlaku
5.
Segera mungkin melaporkan kepada kepada manajer / kepala unit terkait hal – hal pegawai yang melanggar peraturan yang berlaku dan menyangkut peristiwa yang mengancam kegiatan kelangsungan unit terkait.
6.
Tidak memberikan pekerjaan kepada pegawai yang tidak berkompeten di bidangnya, sedang dalam kondisi kelelahan / sakit, sedang dalam perawatan medis.
7.
Menciptakan keharmonisan, saling hormat, dan bebas dari ancaman tindak kekerasan / pelecehan
8.
Tidak mentoleransi segala bentuk diskriminasi (ras, agama, suku, jenis kelamin, ketidakmampuan fisik dll)
B.
Standar Lindungan Lingkungan 1.
Menciptakan iklim kerja yang baik
2.
Terdapat alat pengamanan kebakaran dan alat pemecah kaca
3.
Dilengkapi pesawat telepon untuk kepentingan kerja / darurat
19
4.
Sirkulasi udara terpenuhi dengan baik dan penerangan pencahayaan yang baik
5.
Volume ruangan terhadap jumlah perabot barang tidak melebihi batas ruang gerak pegawai
6.
Dilengkapi keamanan hak akses ruangan unit
7.
Terdapat ruangan sarana dan prasarana penunjang kesejahteraan untuk pegawai dan digunakan dengan bijak (Kulkas, TV, Radio, Dispenser, Microwave) di tiap-tiap stage gedung
8.
Toilet dengan kebersihan terjamin
9.
Terdapat tempat ibadah
20
BAB VII PENGENDALIAN MUTU
21
BAB VIII PENUTUP
22