Pathway Trauma Muskuloskeletal
Trauma Langsung
Trauma tidak langsung
Kondisi Patologis
FRAKTUR Diskontinuitas tulang
Pergeseran frakmen tulang
Perubahan Jaringan sekitar
Kerusakan frakmen tulang
Perubahan fragmen tulang
Spasme otot
Deformitas
Peningkatan tek. kapiler
Ggn. fungsi ekstremitas
Pelepasan histamin
Tek. sumsum tulg lebih tinggi dari kapiler Reaksi stress klien
Protein plasma hilang Gangguan Mobilitas Fisik
Perdarahan
Melepaskan Katelokamin
Edema
Laserasi kulit Putus vena /arteri
Metabolisme asam lemak
Penekanan pemb. darah Kerusakan Intregitas Kulit
Kehilangan vol. cairan
Resiko Syok Hi ovol ovolem emic ic
Sumber : nanda Nic, Noc 2016
Nyeri Akut
Bergabung dgn trombosit
Penurunan perfusi jaringan
Emboli
Menyumbat pem. darah Ketiadakefektifan Perfusi Perfusi Jarin Jarin an Perifer Perifer
Penatalaksanaan Trauma Muskuloskeletal
Tujuan utama dalam penanganan awal adalah untuk mempertahankan kehidupan pasien dan yang kedua adalah mempertahankan baik anatomi maupun fungsi ekstremitas seperti semula. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan fraktur yang tepat adalah: 1. Survey Primer Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali dilakukan adalah menggunakan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE ( Airway, Airway, Breathing, Circulation,Disability Limitation, Exposure). a) A: Airway, dengan control servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas ini. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktur bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus memproteksi tulang cervikal, karena itu tehnik Jaw Thrust dapat digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.
b) B: Breathing. Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi paru – paru yang baik, dinding dada dan diafragma. Beberapa sumber mengatakan pasien dengan fraktur ekstremitas bawah yang signifikan sebaiknya diberi high flow oxygen 15 / m lewat non – breathing breathing mask dengan resevoir bag. c) C: Circulation. Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan adalah volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarah sering menjadi permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah tulang ( fraktur) femur dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 – 4 4 unit darah dan membuat syok kelas III. Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah menggunakan penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau ekstremitas yang mengalami pendarahan diatas level tubuh. Pada patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril umumnya dapat menghentikan pendarahan.
d) D: Disability, menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat terhadap keadaan neurologis, yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupii, tanda – tanda tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal. e) E: Exposure, pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara mengguntig, guna memeriksa dan evaluasi pasien. Setelah pakaina dibuka, penting bahwa pasien diselimuti untuk mencegah hipotermia pada pasien.
Pemeriksaan tambahan pada pasien trauma musculoskeletal seperti fraktur adalah imobilisasi patah tulang yang berttujuan untuk meluruskan ekstremitas yang cedera dalam posisi seanatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur. Hal ini dapat tercapai dengan melakukan traksi untuk meluruskan ekstremitas dan dipertahankan dengan alat imobilisasi, pemakaian bidai yang benar akan membantu menghentikaan pendarahan, mengurangi nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut. Pada fraktur femur dilakukan imobilisasi sementara dengan traction splint . Pada cedera lutut pemakaian long leg splint atau atau gips dapat membantu kenyamanan dan stabilitas. 2. Survey Secondary Bagian dari survey secondary pada pasien cedera muskoluskeletal adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tujuan dari survey secondary adalah mencari cedera lain yang mungkin terjadi pada pasien sehingga tidak satupun terlewat dan tidak terobati. Apabila pasien sadar dan dapat bicara maka kita harus mengambil riwayat AMPLE dari pasien yaitu, Allergies, yaitu, Allergies, Mediaction, Past Medical History, Last Ate and Even ( Even ( kejadian, atau mekanisme kecelakaan). Mekanisme kecelakaan penting untuk ditanyakan untuk mengetahui dan memperkirakan cedera apa yang yang dimiliki oleh pasien, terutama jika kita masih curiga ada cedera yang belum diketahui saat primary survey. Selain riwayat AMPLE, penting juga untuk mencari informasi mengenai penanganan sebelum pasien sampai dirumah sakit. Pemeriksaan fisik pasien, beberapa hal penting yang penting untuk dievaluasi adalah: kulit yang melindungi pasien dari kehilangan cairan dan infeksi, fungsi status neuromuscular, status sirkulasi, dan integritas ligamentum dan tulang. Cara pemeriksaan dapat dilakukan dengan Look, dengan Look, Feel, Move.
PATHWAY KONSEP TRAUMA MUSKULOSKELETAL
OLEH : KELOMPOK IV A7 – C C
I Gede Agus Artawan
(13.321.1836)
I Wayan Yuda Mahendra
(13.321.18)
I Komang Ari Mahendra Yasa
(13.321.1840)
I Komang Ariesta Alan Bayana
(13.321.1842)
I Komang Ari Mahendra Yasa
(13.321.1840)
I Komang Ari Mahendra Yasa
(13.321.1840)
S1 KEPERAWATAN STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI TAHUN AJARAN 2016 / 2017