Alternative Energy of Geothermal Indonesia Archipelago Naufal Nazhib (1101067)
Petroleum Engineering, STT MIGAS Balikpapan, 2014
ABSTRAK
Pada zaman ini krisis energi merupakan masalah yang cukup serius dan perlu penanganan lebih lanjut. Diperlukan energi alternatif selain energi yang mengandalkan bahan bakar fosil. Energi alternatif tersebut setidaknya harus memiliki sifat ramah lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya krisis energi, diantaranya cadangan cadangan minyak bumi menipis, pemanasan pemanasan global, harga komoditas semakin semakin tinggi, dan budaya konsumtif semakin meluas. meluas. Orang seperti lupa bahwa selain minyak masih ada bahan bakar lain sebagai bahan bakar. Sudah banyak terobosan baru sumber energi alternatif pengganti minyak tetapi pemerintah belum bisa mengembangkan secara maksimal energi alternatif yang ada, salah satunya energi geothermal. Geothermal merupakan salah satu pilihan tepat untuk dijadikan sumber energi alternatif yang cukup bisa menggantikan minyak bumi terutama di daerah Indonesia yang mempunyai lima ratus gunung api, yang sekitar 130 diantaranya masih aktif. Geothermal adalah energi panas bumi yang berasal dari uap air yang terpanaskan dalam perut bumi, panasnya menyebabkan menyebabkan air air yang mengenainya mengenainya berubah menjadi menjadi uap bertekanan bertekanan tinggi yang yang akhirnya akhirnya muncul di muka bumi. Geothermal dapat menghasilkan listrik listrik sebesar 27.000 MW. Harga energi listrik geothermal cuma 30% dari energi listrik BBM. Lumayan murah dan terpenting merupakan energi yang ramah lingkungan. Kata kunci: Geothermal, Energi Alternatif, Listrik. PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir ini kebutuhan akan energi menjadi suatu persoalan yang krusial bagi dunia terkhusus tentunya bagi Indonesia. Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat disetiap tahunnya sejalan dengan peningkatan kebutuhan energi, sedangkan dilain pihak sumber cadangan minyak dunia semakin menipis serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera mencari alternatif energi yang terbaharukan. Salah satu kebutuhan energi masyarakat yang paling umum dibicarakan pada saat ini yaitu mengenai kebutuhan akan energi listrik. Pelaksanaan pemadaman bergilir oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mengatasi melonjaknya permintaan konsumsi listrik oleh masyarakat masyarakat ternyata justru tamabah meresahkan masyarakat. PLN pun telah mengembangkan energi pembangkit listriknya ditiap tahunnya, Menurut data ESDM (2009), ditahun 1997-2005 terjadi kenaikan dari 21% menjadi 30% porsi listrik BBM, namun
diperkirakan akan mengalami penurunan hingga 5% porsi listrik BBM di tahun 2010 akibat lonjakan harga minyak dunia yang mencapai 100 U$ per barel. Pencarian energi alternatif pun digadanggadangkan oleh pemerintah, di awal 1990-an mulailah berkembang pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan menggunakan media batubara, namun kembali lagi permasalahan emisi dari bahan bakar fosil dianggap justru merusak bagi lingkungan. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak. minyak. Pengembangan energi alternatif pun terus digalakkan, ditahun 2009 banyak bermunculan penemuan-penemuan penemuan-penemuan mengenai energi alternatif
mulai dari bioenergi dari bahan tumbuhan hingga blue energi dari air laut diberitakan oleh media, meskipun sampai di akhir tahun ini masih belum jelas pembuktian dan pengembangannya. Banyaknya pilihan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui untuk kehidupan manusia memberikan jalan keluar untuk sumber-sumber energi baru sebagai pengganti energi lain yang tidak bisa diperbaharui. Dalam hal ini adalah Geothermal Energi yang dapat di perbaharui serta memiliki keterdapatan yang cukup luas di Indonesia. Sampai saat ini, pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia masih sangat terbatas bila dibandingkan dengan potensi yang ada. Berbagai upaya dalam rangka mempercepat pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia telah dilakukan oleh Pemerintah. Salah satunya adalah melalui penyediaan informasi mengenai keberadaan daerah prospek panas bumi di Indonesia yang merupakan hasil dari inventarisasi, survei, dan eksplorasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, ataupun Badan Usaha. SEBARAN POTENSI PANAS BUMI INDONESIA
Indonesia secara geologis terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu Lempeng EropaAsia, India-Australia dan Pasifik yang berperan dalam proses pembentukan gunung api di Indonesia. Kondisi geologi ini memberikan kontribusi nyata akan ketersediaan energi panas bumi di Indonesia. Manifestasi panas bumi yang berjumlah tidak kurang dari 244 lokasi tersebar di P. Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, P. Sulawesi, Halmahera dan Irian Jaya, menunjukkan betapa besarnya kekayaan energi panas bumi yang tersimpan di dalamnya. Letak wilayah Indonesia dalam jalur busur gunung api (ring of fire) menjadikan Indonesia kaya akan potensi panas bumi. Hal ini dikarenakan panas bumi biasanya berasosiasi dengan vulkanisme. Daerah panas bumi yang terkait dengan vulkanisme Kuarter terdistribusi mulai dari pulau Weh, Sumatera, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, hingga ke kepulauan Maluku. Panas bumi di daerah-daerah tersebut umumnya mempunyai entalpi tinggi sehingga sangat baik untuk pembangkitan listrik. Selain daerah panas bumi yang berkaitan dengan vulkanisme, Indonesia juga memiliki daerah panas bumi yang tidak berasosiasi dengan vulkanisme, yaitu di Sulawesi bagian tengah dan selatan, Kalimantan bagian barat, dan Papua. Panas bumi pada daerah-daerah ini umumnya mempunyai entalpi rendah hingga menengah. Dari total 257 daerah panas bumi yang telah diinventarisasi, sekitar 203 lokasi (80%) berasosiasi dengan jalur gunung api Kuarter dan 54 lokasi (20%) lainya berada di luar jalur tersebut.
Gambar 1. Jalur Geothermal Indonesia
Kegiatan eksplorasi panasbumi di Indonesia baru dilakukan secara luas pada tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panasbumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusatenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Survey yang dilakukan selanjutnya telah berhasil menemukan beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di Kalimantan.
PROSES TERJADINYA PANAS BUMI DI INDONESIA
Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknya dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia.
Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal. SISTEM PANAS BUMI YANG ADA DI INDONESIA
Gambar 2. Pergeseran Lempeng Tektonik
Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160-210 km di bawah Pulau Jawa Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda.
Gambar 3. Proses Tumbukan Lempeng
Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan kegiatan gunung api andesitisriolitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi umumnya berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitis-basaltis dengan sumber magma yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi di ujung utara Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau Jawa. Akibat dari sistim penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang dihasilkan oleh tumbukan miring ( oblique) antara lempeng IndiaAustralia dan lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera yang merupakan sarana bagi kemunculan sumber-sumber panas bumi yang berkaitan dengan gunung-gunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistim patahan regional yang terkait dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan di Jawa sampai Sulawesi, sistim panas buminya lebih dikontrol oleh sistim pensesaran yang bersifat lokal dan oleh sistim depresi kaldera yang terbentuk karena pemindahan masa batuan bawah permukaan pada saat letusan gunung api yang intensif dan ekstensif. Reservoir panas bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang telah mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran setidaktidaknya sejak Tersier sampai Resen. Hal ini
menyebabkan terbentuknya porositas atau permeabilitas sekunder pada batuan sedimen yang dominan yang pada akhirnya menghasilkan permeabilitas reservoir panas bumi yang besar, lebih besar dibandingkan dengan permeabilitas reservoir pada lapangan-lapangan panas bumi di Pulau Jawa ataupun di Sulawesi. Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225 oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐ 225oC). Pada dasarnya sistim panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung ( bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi. Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan ( geothermal surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll. Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan.
Pengalaman dari lapangan-lapangan panas bumi yang telah dikembangkan di dunia maupun di Indonesia menunjukkan bahwa sistem panas bumi bertemperatur tinggi dan sedang, sangat potensial bila diusahakan untuk pembangkit listrik. Potensi sumber daya panas bumi Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 27500 MWe , sekitar 30 ‐ 40% potensi panas bumi dunia. STATUS POTENSI PANAS BUMI INDONESIA
Hasil inventarisasi panas bumi yang dilakukan oleh Badan Geologi menunjukkan sampai saat ini tercatat ada 257 daerah panas bumi dengan total potensi mencapai 27 GW yang tersebar dari propinsi Nangroe Aceh Darussalam hingga Irian Jaya Barat. Data tersebut didapatkan dari berbagai sumber, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun Badan Usaha atau Pengembang. Dalam empat tahun terakhir, perkembangan potensi panas bumi Indonesia adalah 27.483 MW pada tahun 2005, 27.510 MW pada tahun 2006, 27.601 pada tahun 2007 dan 27.670 MW pada November 2008. Jumlah potensi tersebut terdiri dari potensi panas bumi pada kelas sumber daya dan cadangan. Kelas potensi menunjukkan tingkat kelengkapan data yang tersedia. Potensi pada kelas sumber daya didapatkan melalui perhitungan dengan menggunakan metode perbandingan, yaitu dengan membandingkan daya listrik di suatu daerah panas bumi dengan daerah panas bumi lain yang telah berproduksi dan mempunyai kemiripan karakteristik. Adapun untuk potensi pada kelas cadangan didapatkan melalui perhitungan dengan menggunakan metode volumetris dengan menggunakan beberapa asumsi, diantaranya asumsi ketebalan reservoir.Asumsi ketebalan yang digunakan untuk daerah panas bumi di pulau Sumatera dan Jawa adalah 2 km sedangkan untuk daerah di luar Sumatera dan Jawa adalah 1 km. Dari hasil perhitungan tersebut, peningkatan status kelas potensi selama tiga tahun berdasarkan hasil kegiatan survei yang telah dilakukan Badan Geologi adalah sebagai berikut. Pada tahun 2006 terdapat peningkatan potensi pada kelas cadangan terduga
sebesar 232 MW, pada tahun 2007 sebesar 191 MW, dan pada tahun 2008 sebesar 94 MW. Peningkatan status cadangan terduga pada tahun 2008 tersebut berasaldari daerah panas bumi Massepe, Sulawesi Selatan, dan Tambu, Sulawesi Tengah. Daerah panas bumi Masepe semula mempunyai potensi pada kelas sumber daya spekulatif sebesar 25 MW dan kini menjadi kelas cadangan terduga 80 MW. Daerah panas bumi Tambu, yang merupakan daerah panas bumi yang baru teridentifikasi, mempunyai potensi pada kelas cadangan terduga sebesar 14 MW. Adapun untuk daerah panas bumi lainnya, seperti Cubadak, Pararra, dan Gunung Endut, yang pada tahun 2008 ini dilakukan penyelidikan pendahuluan, belum merubah jumlah dan kelas potensinya dikarenakan kegiatan masih berlangsung.
Gambar 4. Peta Lokasi Wilayah Kerja Panasbumi di Indonesia
Dari sisi penambahan lokasi daerah panas bumi baru, terjadi penambahan pada tahun 2005, 2006, dan 2008. Pada tahun 2005 terdapat penambahan satu lokasi yaitu daerah panas bumi Lompio di Sulawesi Tengah, pada tahun 2006 terdapat penambahan tiga lokasi yaitu daerah panas bumi Kepala Madan, Waeapo, dan Batabual dimana ketiganya berada di propinsi Maluku. Pada tahun 2007 tidak ada penambahan lokasi baru dan pada tahun 2008 terdapat penambahan satu lokasi baru, yaitu daerah panas bumi Tambu, Sulawesi Tengah. Dilihat dari status penyelidikannya, dari 257 daerah panas bumi yang ada, 157 lokasi (61,3%) daerah panas bumi masih pada tahap penyelidikan pendahuluan atau inventarisasi dengan potensi pada kelas sumber daya spekulatif atau hipotetis.
Daerah yang telah disurvei secara rinci melalui survei permukaan dengan atau tanpa pengeboran landaian suhu sebanyak 85 lokasi (33,20%). Daerah yang telah dilakukan pengeboran eksplorasi atau siap dikembangkan sebanyak 8 daerah (3,13%). Daerah panas bumi yang telah dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik saat ini baru 7 lokasi atau 2,73% dengan kapasitas total terpasang 1042 MW. Ketujuh daerah panas bumi yang telah berproduksi tersebut adalah Sibayak (2 MW), G. Salak (375 MW), Kamojang (200 MW), Darajat (255 MW), Wayang Windu (110 MW), Dieng (60 MW), dan Lahendong (40 MW). PANAS BUMI, ENERGI ALTERNATIF YANG RAMAH LINGKUNGAN
Energi panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan karena fluida panas bumi setelah energi panas diubah menjadi energi listrik, fluida dikembalikan ke bawah permukaan (reservoir) melalui sumur injeksi. Penginjeksian air kedalam reservoir merupakan suatu keharusan untuk menjaga keseimbangan masa sehingga memperlambat penurunan tekanan reservoir dan mencegah terjadinya subsidence. Penginjeksian kembali fluida panas bumi setelah fluida tersebut dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, serta adanya recharge (rembesan) air permukaan, menjadikan energi panas bumi sebagai energi yang berkelanjutan ( sustainable energy).
Gambar 5. Geothermal Ramah Lingkungan
Emisi dari pembangkit listrik panasbumi sangat rendah bila dibandingkan dengan minyak dan batubara. Karena emisinya yang rendah, energi
panasbumi memiliki kesempatan untuk memanfaatkan Clean Development Mechanism (CDM) produk Kyoto Protocol. Mekanisme ini menetapkan bahwa negara maju harus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 5.2% terhadap emisi tahun 1990, dapat melalui pembelian energi bersih dari negara berkembang yang proyeknya dibangun diatas tahun 2000. Energi bersih tersebut termasuk panas bumi. Lapangan panas bumi umumnya dikembangkan secara bertahap. Untuk tahap awal dimana ketidakpastian tentang karakterisasi reservoir masih cukup tinggi, dibeberapa lapangan dipilih unit pembangkit berkapasitas kecil. Unit pembangkit digunakan untuk mempelajari karakteristik reservoir dan sumur, serta kemungkinan terjadi masalah teknis lainnya. Pada prinsipnya, pengembangan lapangan panas bumi dilakukan dengan sangat hati-hati selalu mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan lingkungan. Untuk memasok uap ke pembangkit listrik panasbumi perlu dilakukan pemboran sejumlah sumur. Untuk menekan biaya dan efisiensi pemakaian lahan, dari satu lokasi ( well pad ) umumnya tidak hanya dibor satu sumur, tapi beberapa sumur, yaitu dengan melakukan pemboran drilling ). miring (directional Keuntungan menempatkan sumur dalam satu lokasi adalah akan menghemat pemakaian lahan, menghemat waktu untuk pemindahan menara bor (rig), menghemat biaya jalan masuk dan biaya pemipaan. Keunggulan lain dari geothermal energi adalah dalam faktor kapasitasnya ( capacity factor ), yaitu perbandingan antara beban rata-rata yang dibangkitkan oleh pembangkit dalam suatu perioda (average load generated in period ) dengan beban maksimum yang dapat dibangkitkan oleh PLTP tersebut (maximum load ). Faktor kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi rata-rata 95%, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan faktor kapasitas dari pembangkit listrik yang menggunakan batubara, yang besarnya hanya 6070% ((U.S Department of Energy).
PENUTUP
Dari data yang telah dikumpulkan, Indonesia merupakan daerah yang dilalui oleh jalur gunung api dunia yang menyebabkan Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia cukup besar dan merupakan sumber energi yang terbarukan dan ramah lingkungan. Mengingat bahwa potensi energi panas bumi sangat berlimpah sebagai energi primer untuk pembangkit tenaga listrik, maka untuk mendorong pemanfaatannya seoptimal mungkin, khususnya bagi daerah-daerah yang memiliki potensi energi tersebut, dapat dilakukannya dengan program percepatan dan pengembangan pembangunan PLTP. Sampai dengan November 2008, total potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 27.670 MW yang tersebar di 257 daerah prospek panas bumi. Dari sisi jumlah potensi yang ada, dari tahun 2005 sampai dengan 2008 tidak mengalami banyak perubahan, namun dari sisi peningkatan status kelas potensi terjadi peningkatan dari kelas sumber daya menjadi cadangan terduga rata-rata sebesar 170 MW per tahun. Permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam masalah pengembangan energi alternatif yang berasal dari geotermal adalah besarnya dana yang dibutuhkan dan waktu yang relative lama untuk eksplorasi gheotermal itu sendiri. Selain itu teknologi yang di gunakan untuk pemanfaatan geotermal itu sendiri juga menjadi permasalahan. Jadi permasalahan sumber energi geotermal adalah pada pemanfaatannya yang masih belum maksimal. DAFTAR PUSTAKA
Citrosiswoyo, Wahyudi, Geothermal Dapat Mengurangi Kebutuhan Bahan Bakar Fosil Dalam Penyediaan Listrik Negara. Surabaya: Institut Teknologi Bandung, 2008 Kasbani, Dahlan, Suhanto Edi, Kesiapan Data Potensi Panas Bumi Indonesia dalam
Mendukung Penyiapan Wilayah Kerja, Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 Status Potensi Panas Bumi Indonesia Tahun 2005, Pusat Sumber Daya Geologi, 2006 (tidak dipublikasikan) Status Potensi Panas Bumi Indonesia Tahun 2006, Pusat Sumber Daya Geologi, 2007 (tidak dipublikasikan) Status Potensi Panas Bumi Indonesia Tahun 2007, Pusat Sumber Daya Geologi, 2008 (tidak dipublikasikan) Suharno, Pengembangan Prospek Panas Bumi. Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2010 Sukhyar, R, Pengembangan Panas Bumi di Indonesia: Menanti Pembuktian. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2011 Suparno, Supriyanto, Energi Panas Bumi A Present From The Heart Of The Earth . Jakarta: Universitas Indonesia, 2009 Wahyuningsih, Rina, Potensi dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi, Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, 2005 “
”