BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Resusitasi jantung paru adalah serangkaian usaha penyelamatan hidup pada henti jantung. Walaupun pendekatan yang dilakukan dapat berbeda-beda,tergantung penyelamat,korban dan keadaan sekitar,tantangan mendasar tetap ada,yaitu bagaimana melakukan RPJ yag lebih dini,lebih cepat lebih efektif.untuk menjawabnya,pengelanan akan adanya henti jantung dan tindakan segera yang harus dilakukan menjadi prioritas dari panduan ini. Henti jantung menyebab utama kematian di beberapa negara.Terjadi baik diluar rumah sakit maupun didalam rumah sakit.Diperkirakan sekitar 350.000orang meninggal pertahunnya akibat henti jantung di AMERIKA dan DI KANADA.perkiraan yang diperkirakan meninggal akibat henti jantung dan tidak sempat diresusitasi tidak selalu berhasil,lebih banyak nyawa yang hilang akibat tidak dilakukan resusitasi. Sebagian besar korban henting jantung adalah orang dewasa,tetapi ribuan dan anak juga mengalaminya setiap tahun.henti jantung akan tetap menjadi penyebab utama kematian yang prematur,dan perbaikan kecil dalam usaha penyalamatannya akan menjadi ribusn nyawa yang diselamatkan setiap tahun. Bantuan hidup dasar boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orangnnya terlatih dalam bidangkesehatan.ini bermaksud bahwa RPJ boleh dilakukan dipelajari dokter,perawat para medis dan juga orang awam. Menurut American heart Association,rantai kehidupan mempunyai hubungan dengan tindakan resusitasi jantung paru,karena penderitaan yang diberikan RPJ,kesempatan yang amat besar untuk dapat hidup kembali. I.2. TUJUAN Tujuan panduan ini adalah y=untuk mengetahui definisi,dan algoritma resusitasi jantung paru.selain itu dapat memberi informasi yang lengkap tentang pembaharuan untuk RJP pada tahun 2010 dibandingkan dengan pada tahun 2005 berdasarkan American heart AssociationGuidelines for cardiopulmanory Resuscitation and Emergency Cardiovasculer Care.
BAB II RESUSITASI II .1. DEFINISI Resusitasi Jantung Paru (RPJ) atau cardiopulmanory resucitation (CPR) adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keaadaan henti nafas atau henti jantung(kematian klinis)kefungsi optimal,guna mencegah kematian biologis.kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi artetis carotis dan arteri femoralis,terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah atau pernafasan dan terjadinya penurunan atau kehilangan kesadaran.Kematian biologis dimana kerusakan otak tak dapat diperbaiki lagi,dapat terjadi dalam 4menit setelah kematian klinis.oleh karena itu,berhasil atau tidaknya tindakan RPJ tergantung cepatnya dilakukan tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan.
II.2. INDIKASI a. Henti napas Henti napas primer(respiratoru arrest)dapat disebabkan oleh banyak hal,misalnya serangan stroke,keracunan obat,tenggelam,inhalsi asap/UAP/gas,obstruksi jalan Napas oleh benda asing,tesengat listrik,tersambar petir,serangan infark jantung radang epilotis,tercekik(suffocation)trauma dan lain-lainny.pada awal henti napas,jantung masih berdenyut,masih teraba nadi.pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa menit.Kalau henti napas mendapat pertolongan segera maka pasien akan terselamatkan hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan berakibatkan jantung. b. Henti Jantung Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah ketidak sanggupan curah jantung untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat balik normal,kalau dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau kerusakan otak.Henti jantung terminal akibat usia lanjut atau penyakit kronis tentu tidak termasuk henti jantung.sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi tanpa denyut (80-90%). Kemudian disusul oleh ventrikel asistol (+10%) dan terakir oleh disosiasi elektro-mekanik(+5%). Dua jenis henti jantung yang terakir lebih sulit ditanggulangi karena koordinasi aktifitas jantung menghilang.Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba 9karotis femoralis,radialis) disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali,pernapasan berhenti atau satu-satu (gasping, apnu),dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar. Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin(Hb), saturasi Hb
terhadap O2 dan fungsi pernapasan.iskemi melebihi 3-4menit pada suhu normal akan menyebabkan serebri rusak menetap,walaupun setelah itu dapat membuat jantung berdenyut kembali. II.3. FASE RESUSITASI JANTUNG PARU(RPJ) Resusitasi jantung paru di bagi menjadi 3 fase diantarannya: 1. Fase I Tunjangan hidup dasar(Basic life support)yaitu prosedur pertolongan darurat mengatasi obstruksi jalan nafas,henti nafas,henti jantung,dan bagaimana melakukan RPJ secara benar.terdiri dari o C(cirulation):mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru o A(Airway):menjaga jalan nafas tetap terbuka. o B(breathing):ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat. 2. Fase II Tunjangan hidup lanjutan(Advance Life Sipport):yaitu tunjangan hidup dasar ditambah dengan: o D (drugs):pemberian obat-obatan termasuk cairan o E(EKG):diagnosis elektro ardiografis secepat mungkin setelah dimulaiPJL,untuk mengetahui apakah ada fibrilasi ventrikel, asistole atau agnal ventricular complexes. o F (fibrilation treatment) tindakan untuk mengatasi fibrilasiventrikel 3. Fase III. Tunjungan hidup terus-menerus(Prolonged life Support) o G (Gauge) : Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring penderita secara terus menerus,dinilai,dicari penyebabnya dan kemudian mengobatinya. o H (Head) : Tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sistim saraf dari kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti jantung,sehingga dapat dicegah terjadinya kelainan neurologic yang permanen.H (Hipotermi): segera dilakukan bila tidak ada perbaikan fungsi susunan saraf pusat yaitu antara 30-32C o H (Humanization) : Harus diingat bahwa korban yang ditolong adalah manusia yang mempunyai perasaan, karena itu semua tindakan hendaknya berdasarkan perikemanusiaan. o I (intensive care): perawatan intensif di ICU, yaitu : tunjangan ventilasi, trakheostomi, pernafasan pH, pCO2 bila diperlukan, dan tunjangan sirkulasi, mengendalikan kejang.
II.4. Pembaharuan Pada Guidelines 2010
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Terdapat beberapa pembaharuan pada BLS 2010 berbanding dengan 2005.Beberapa perubahan yang telah dilakukan adalah seperti berikut : Mengenali sudden cardiac arrest(SCA) dari mengenalisa respon dan pernafasan(iekorban tidak bernafas) ”look,listen and feel”tidak digunakan algortima BLS Hands-only chest compression CPR digalakkan pada sesiapa yang tidak terlatih Urutan ABC diubah ke urutan CAB,chest compression sebelum breathing. Healt care providers memberi chest compression yang efektif sehingga terdapat sirkulasi spontan. Lebih terfokus kepada kualiti CPR Kurangkan penekanan untuk memeriksa nadi untuk healt care providers. Algoritma BLS yang lebih mudah diperkenalkan. Rekomendasi untuk memepunyai pasukan yang serentak mengandali chestcompression airway magement rescue rythm detection dan shock. Untuk mengenali terjadinya SCA (sudden cardiac arrest)adalah hal yang tidak mudah. Jika terjadi kekeliruan dan keterlambatan untuk berindak dan memulakan CPR, ini akan mengurangi survival rate korban tersebut. Chest compression merupakan antara tindakan yang sangat penting dalam CPR karena perfusi tergantung kepada kompresi. Oleh karena itu, chest compresion merupakan tindakan yang terpenting jika terdapat korban yang mempunyai CSA. Prinsip utama dalam resusitasi:memperkuat rantai harapan hidup (chain of survival). Keberhasilan resusitasi membutuhkan integrasi koordinasi jalur chain of survival. Jalur ini meliputi: o Pengenalan segera akan henti jantung dan aktivasi sistem respons darurat emergency respone system) o RPJ dini dengan penekanan pada kompresi dada o Defibrilasi cepat o Advance life support yang efektif o Post –cardiac arreest care (perawatan pasca henti jantung) yang terintegrasi. Sistem gawat darurat yang secara efektif menerapkan jalur ini dapat meningkatkan harapan hidup pasien dengan henti jantung VF (ventricle fibrillation) hingga 50%. Pada sebagian besar sistem gawat darurat angkanya masih lebih rendah menandakan bahwa masih ada ruangan untuk perbaikan dengan status korban dan keadaan sekitar kejadian. Tantangan adalah bagaimana meningkatkan RPJ yang lebih dini dan lebih efektif bagi setiap korban.
Chain of survival Kerangka kerja RPJ interaksi antara penyelamat dan korban dapat mempengaruhi penerapannya. Penyelamat Setiap orang dapat menjadi penyelamat bagi korban henti jantung. Kemampuan RPJ dan penerapannya tergantung dari hasil pelatihan. Pengalaman dan kepercayaan diri si penyelamat.kompresi dada dasar RPJ. Setiap penyelamat tanpa memandang hasil pelatihan, harus melakukan kompresi dada pada semua korban henti jantung. Karena pentingnya, kompresi dada harus menjadi tindakan RJP yang pertama kali dilakukan terhadap semua korban tanpa memandang usianya. Penyelamat yang memiliki kemampuan sebaiknya juga melakukan ventilasi. Beberapa penyelamat yang sangat terlatih harus saling berkoodinasi dan melakukan kompresi dada serta nafas buatan secara tim. Terdapat 3 pola strategi RPJ yang dapat diterapkan pada penolongan sesuai dengan keadaanya, yaitu : untuk penolong non petugas kesehatan yang tidak terlatih.mereka dapat melakukan strategi”hand‟s only CPR‟”(hanya kompresi dada).Kompresi dada sebaiknya dilakukan hingga petugas kesehatan hadir atau alat defibrilasi otomatif tersedia.Kedua untuk penolongan non petugas kesehgatan yang terlatih.merek dapat melakukan strategi RPJ kompresi dada dan dilanjutkan dengan ventilasi dengan perbandingan 30:2 RPJ sebaiknya dilakukan hingga petugas kesehatan hadir atau defibrilasi otomatis tersedia. Ketiga ,untuk petugas kesehatan,lakukan RPJ kompresi dada satu siklus yang dilanjutkan dengan perbandingan 30:2 Korban Sebagian besar henti jantung di alami orang dewasa secara tiba-tiba setelah suatu sebab primer :karena sirkulasi yang dihasilkan dari kompresidada menjadi yang terpenting, Sebaliknya,henti jantung pada anak-anak sebagian besar karena asfiksia yang memerlukan baik ventilasi dan kompresi untuk hasil yang optimal .Karenanya,bantuan nafas lebih penting bagi anak-anak dibandingkan orang dewasa 2010 dalam panduannya memeberikan 2 jenis algoritma BLS bagi korban dewasa yaitu algoritma sederhana untuk penolongan non petugas kesehatan dan khusus untuk petugas kesehatan.
Ketika menemui korban henti jantung dewasa yang bersifat mendadak,seorang penolong pertama kali harus mengenali henti jantung itu dari unresponsivenes dan tidak adanya pernafasan normal.Setelah mengenali,penolong harus segera mengatifkan sistem respons gawat darurat,mengambil defibrilator/AED,jika ada,dan memulai RPJ dengan kompresi dada jika AED tidak tersedia ,penolongan harus memulai RPJ langsung.jika ada penolong lain,penolong pertama harus memerintahkan dia untuk mengatifkan sistem respons. Ketika menemui korban henti jantung dewasa yang bersifat mendadak seorang penolong pertama kali harus mengenali henti jantung itu dari unresponsiveness dan tidak adanya pernafasan normal.setelah mengenali penolong harus segera mengatifkan sistem respons gawat darurat.mengambil defibrilator/AED,jika ada,dan memulai RPJ dengnan kompresi dada jika AED tidak tersedia,penolong harus memulai RPJ langsung .Jika ada penolong lain ,penolong pertama harus memerintah kan dia untuk mengaktifkan sistem respons gawat darurat dan mengambil AED/defibrilator datang.pasang pad,jika memungkin,tanpa memotong kompresi dada yang sedang dilakukan .dan menyelakan AED. AED akan mengalisis ritme dan menunjukan apakah akan melakukan kejutan(defibrilasi)atau melanjutkan RPJ .Jika AED/defibrilator datang.pasang pad,jika memungkinkan,tanpa memotong kompresi dada yang sedang dilakukan,dan nyalakan AED.AED akan menganalisis ritme dan menunjukan apakah akan melakukan kejutan (defibrilasi)atau melanjutkan RJP.Jika AED/defibrilator tidak tersedia,lanjutkan RJP tanpa interupsi hingga ditangani oleh penolong yang lebih berpengalaman/ahli.
PENGENALAN DAN AKTIVASI RESPONS GAWAT DARURAT Seorang korban henti jantung biasanya tidak breaksi.Tidak bernafas tetapi tidak normal.Deteksi nadi saja biasanya tidak dapat diandalkan,walaupun dilakukan oleh penolong yang terlatih,Deteksi nadi saja biasanya tidak dapat diandalkan,walaupun dilakukan oleh penolongan yang terlatih,dan membutuhkan waktu tambahan.karenanya,penolongan harus memulai RPJ segera setelah mendapati bahwa korban tidak bereaksi dan tidak bernafas atau bernafas secara tidak normal(terengahterangah).Petunjuk “look,listen and feel for breathing”tidak lagi direkomendasikan.Petugas evakuasi haru membantu asswmwnt dan memulai RPJ.
KOMPRESI DADA o Memulai dengan segera kompresi dada adalah aspek mendasar dalam resusitasi,RJP memperbaiki kesempatan korban untuk hidup dengan menyidiakan sirkulasi bagi jantung dan otak.Penolong harus o melakukan kompresi dada semua korban henti jantung,tanpa memandang tingkat kemampuannya,karakteristik korban dan lingkungan sekitar.Penolong harus harus fokus pada memberikan RJP yang berkualitas baik: Melakukan ko mpresi dada dalam kecepatan yang cukup(setidaknya 100 menit) o Melakukan kompresi dada pada kedalam yang cukup (dewasa:setidaknya 2 inchi/5cm,bayio dan anak-anak;setidaknya seperti gadiameter antroposterrior(AP)dada / sekitar 1,5 inchi/4cm pada bayi dan sekitar 2inchi/5cm pada anak-anak). o Menunggu dada mengembang sempurna setelah setiap kompresi o Meminimalisir interupsi selama kompresi o Menghindari ventilasi yang berlebihan jika ada lebih dari satu penolong,mereka harus bergantian melakukan kompresi setiap 2 menit.
Jalan nafas(airway)dan ventilasi Membuka jalan nafas(dengan head tilt.chin lift atau jaw thrust)yang diikuti nafas bantuan dapat meningkatkan oksigenasi dan ventilasi.Tetap manuver ini dapat menjadi sulit dan menjadi sulit dan mengakibatkan terundanya kompresi dada,terutama pada penolong yang sendirian dan tidak terlatih hanya melakukan kompresi dada saja tanpa ventilasi. Ventilasi harus dibentuk jika korban cenderung disebabkan oleh fiksia(contohnya pada bayi,anak-anak atau korban tenggelam).Begitu alat bantu nafas tersedia,penolong harus memberikan ventilasi dalam kecepatan yang tetap 1 nafas tersedia,penolong harus memberikan ventilasi dalam kecepatan yang tetap 1 nafas tersedia,penolong harus dan kompresi dada tetap diberikan tanpa diberikan tanpa terputus.
DEFIBRILASI Kesempatan korban untuk selamat menurun seiring jeda waktu antara henti jantung defibrilitasi.Karenanya defibrilitasi tetap menjadi dasar tatalaksana untuk febrilitasi ventrikel(VF venticural fibrilation)dan pulseless ventricular tachycardia.strategi bersama antara ditujukan untuk mengurangi jeda waktu ini.Satu penentu defribrilasi yang berhasil adalah efektifitas kompresi dada. Defibrilasi lebih berhasil jika intrerupsi pada kompresi dada sedikit. Untuk penolong yang trlatih atau petugas kesehatan lakukan RPJ kompresi dada sebanyak satu siklus yang dilanjutkan dengan ventilasi dengan perbandingan 30:2. Lakukan hal tersebut hingga advancedairway tersedia, kemudian lakukan kompresi dada tanpa terputus sebanyak 100kali/menit dan ventilasi setiap 6-8 detik/kali(8-10 nafas/menit). Untuk petugas kesehatan penting untuk mengadaptasi urutan langkah sesuai dengan penyebab paling mungkin yang terjadi pada saat itu .Contohnya, jika melihat seseorang yang tiba –tiba jatuh,maka petugas kesehatan dapat berasumsi bahwa korban mengalami fibrilasi ventrikel,setelah petugas kesehatan mengkonfirmasi bahwa korban tidak merespon dan tidak bernapas atau hanya sesak terengah-engah, maka petugas sebaiknya mengaktifasi sistem respon darurat untuk memanggil bantuan, mencari dan menggunakan AED(Automated External Defibrilator),dan melakukan RJP. Namun jika petugas menemukan korban tenggelam atau henti nafas maka petugas sebaiknya melakukan RJP. Namun jika petugas menemukan korban tenggelam atau henti nafas maka petugas sebaiknya melakukan RJP konvensional (A-B-C) sebanyak 5 siklus (sekitar 2 menit)sebelum mengaktivasi sistem respon darurat. Sama halnya dalam bayi baru lahir. Penyebab arrstkebanyakan adalah pada sistem pernafasan maka RJP sebaiknya dilakukan dengan siklus A-B-C kecuali terdapat penyebab jantungnya diketahui. Berikut algoritmanya:
algoritme
Prinsip langkah-langkah algoritme tetap sama dengan yang sederhana. PENGENALAN DINI
RESUSITASI JANTUNG PARU DINI Seperti yang telah disebutkan,mulai RJP dengan algoritme „‟C-A-B‟‟.Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kompresi(sekitar18).Kriteria penting untuk mendapatkan kompresi yang berkualitas adalah: Frekuensi kompresi setidaknya 100kali/menit Kedalaman kompresi untuk dewasa minimal2 inchi (5 CM),sedangkan untuk bayi minimal sepertiga dari diameter anterior-posterior dada atau sekitar1 ½ inchi (4cm)dan untuk anak sekitar 2 inchi (5cm). Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban(setengah bawahstemum).petugas berlutut jika korban terbaring dibawah,atau berdiri disamping korban jika korban berada ditempat tidur(bila perlu dengan bantuan ganjalan kaki untuk mencapai tinggi yang diinginkan sehingga dan papan kayu untuk mendapatkan kompresi yang efektif selama tidak memakan waktu.
Menungggu recoil dada yang sempurna dalam sela kompresi.
Meminimalisir interupsi dalam sela kompresi. Menghindari ventilasi berlebihan.Jika ada 2 orang maka sebaoknya pemberi kompresi dada bergantian setiap 2 menit.
Airway dan Breathing Kriteria penting Airway dan Breathing adalah:
Airway Korban dengan tidak ada/tidak dicurigai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melalui head tilt-chin lift.Namun jika korban curiga cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melaui jawhrust. Breathing berikan ventilasi perhatikan sebanyak 2 kali.Pemberian ventilasi dengan jarak 1 detik yang masuk adekuat.Untuk pemberian mulut ke mulut langkahnya sebagai berikut: Pastikan hidung korban terpencet rapat Ambil nafas seperti biasa (jangan terlalu dalam) Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin
Kembali kelangkah ambil nafas hingga berikan nafas kedua selama satu detik Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut korban dapat dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban.Untuk pemberian melalui bag mask memberikan ventilasi yang memenuhi volume tidal sekitar 600 ml.Setelah terpasang advance airway maka ventilsi dilakuan dengan frekuensi 6-8 detik/ventilasi atau sekitar 810 nafas/menit dan kompresidada dapat dilakukan tanpa interupsi.jika pasien mempunyai denyut nadi namun membutuhkan pernapasan bantuan.Ventilasi dilakukan dengan kecepatan 5-6 detik/nafas atau sekitar 10-12 nafas/menit dan memeriksa denyut nadi kembali setiap 2menit.Untuk satu siklus perbandingan kompresi dan ventilasi adalah 30:2, setelah terdapat advance airway kompresi dilakukan terus-menrus dengan kcepatan 100 kali/menit dan ventilasi tiap 6-8 detik/kali.RJP terus dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang,pasien bangun,/ petugas ahli datang. Bila harus terjadi interupsi,petugas kesehatan sebainya otomatis atau pemasangan advance airway.
Alat defibrilasi otomatis Penggunaannya sebaiknya segera dilakukan setelah alat tersedia /datang ke tempat kejadian pergunakan progam/panduan yang telah ada, sebanyak 1 kali dan lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa ritme kembali.Namun jika ritme tidak dapat diterapi kejut lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa kembali ritme. Lakukan terus langkah tersebut hingga petugas ACLCS (Advanced Cardiac Life Support )datang, atau korban mulai bergerak.
POSISI MANTAP Lebih dikenal dengan recovery posisition,dipergunakan pada korban tidak responsive yang memiliki pernafasan dan sirkulasi yang baik.Tidak ada posisi baku yang menjadi standar,namun posisi yang stabil dan hampir lateral menjadi prinsip ditambah menaruh tangan yang berada lebih bawah kekepala sembari mengarahkan kepala menuiju tangan dan menekuk kedua kaki menunjukan banyak manfaat.
\
RINGKASAN KOMPONEN(BASIE LIFE SUPPORT)BAGI DEWASA,ANAK-ANAK DAN BAYI KOMPONEN Pengenalan
DEWASA Tidak responsif
ANAK-ANAK Tidak responsif
BAYI Tidak responsif
Tidak bernafas atau Tidak bernafas atau Tidak bernafas tersedak(gasping) terdesak(gasping) resedak(gasping)
Urutan RJP
Nadi tidak Nadi tidak terabaladalam 10detik 10detik CAB CAB
terdalam
atau
Nadi tidak teraba dalam 10 detik CAB
Kecepatan kompresi Kedalam kompesi
100/menit
100menit
!00/menit
2inchi(5cm)1/3 AP
Sekitar 2inchi(5cm)1/3
Sekitar 1,5 inchi 4(CM)
Interupsi kompresi
Minimalisir interupsi Minimalisir interupsi Minimalisir interupsi hingga<10 detik hingga 10detik hingga<10detik
Jalan nafas
Head tilt-chinlift-jaw Head thrust thrust
tilt-chinlift-jaw Head trhust
Rasio kompresi:venti lasi
30:2(1 atau 2 Head penyelamat)30:2(sat thrust u Head tilt-chinliftjaw thrust)
tilt-chinlift-jaw 15;2(dua penyelamat)
Jika penyelamat tidak terlatih
Kompresi saja
Kompresi saja
Kompresi saja
1detik setiap nafas ,hingga dada mengembang 1nafas setiap 6-8detik, tanpa menyesuaikan dengan kompresi Gunakan AED sesegera mungkin,minimalisir interupsi kompresi ,lanjutkan kompresi
1detik setiap nafas ,hingga dada mengembang 1nafas setiap 6-8detik, tanpa menyesuaikan dengan kompresi Gunakan AED sesegera mungkin,minimalisir interupsi kompresi ,lanjutkan kompresi setelah setiap kejutan
1detik setiap ,hingga mengembang
Defibrilasi
tilt-chinlift-jaw
nafas dada
Gunakan AED sesegera mungkin,minimalisir interupsi kompresi ,lanjutkan kompresi setelah setiap kejutan
setelah kejutan
Panduan Bantuan Hidup Dasar
setiap