PANDUAN PENANDAAN LOKASI OPERASI DI RS MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH SRUWENG
BAB I DEFINISI
A. Definisi
Penandaan lokasi operasi adalah pemberian tanda pada bagian/ sisi tubuh pasien yang akan dilakukan tindakan medis/ operasi.
Penandaan lokasi operasi dilakukan pada kasus operasi pada ekstremitas, bagian tubuh dengan lateralitas (kanan dan kiri), bagian tubuh yang mempunyai multiple struktur (misalnya : jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (misalnya : tulang belakang).
Beberapa kasus yang tidak memerlukan penandaan : - Kasus tindakan operasi pada organ tunggal (misalnya : operasi jantung, operasi caesar) - Kasus tindakan intervensi yang lokasi insersi/ masuknya kateter/ instrumen tidak ditentukan sebelumnya (misalnya : kateterisasi jantung) - Kasus tindakan yang melibatkan bayi prematur dimana penandaan akan menyebabkan tato permanen. - Kasus dimana secara teknik atau anatomi sulit untuk memberi penandaan lokai operasi, misalnya : penandaan pada kasus crush injury, penandaan untuk daerah sensitif seperti scrotum, payudara. - Kasus emergensi (life-threatening) yang membutuhkan operasi operasi cito/ emergensi.
Penandaan di RS Muhammadiyah Sruweng berupa pemberian tanda centang ( v ) pada bagian / sisi tubuh pasien yang akan dilakukan tindakan medis/ operasi.
B. Tujuan
1. Untuk memastikan ketepatan lokasi operasi pada bagian/ sisi tubuh pasien yang akan dilakukan tindakan medis/ operasi. 2. Pasien dan keluarga pasien mengetahui dan memahami bagian/ sisi tubuh pasien yang akan dilakukan tindakan medis/ operasi. 3. Untuk mencegah risiko terjadinya salah lokasi operasi.
BAB II RUANG LINGKUP
Penandaan lokasi operasi dilakukan tehadap semua tindakan medis/ operasi yang melibatkan insisi/ sayatan, tusukan perkutan (percutaneous punctures), atau insersi instrumen.
BAB III TATA LAKSANA
1.
Penandaan lokasi dilakukan sebelum pasien masuk ruang tindakan medis/ ruang operai, sebelum pasien mendapatkan premedikasi.
2.
Pasien dilibatkan dalam penandaan lokasi operasi dan dilakukan ketika pasien masih dalam keadaan terjaga dan sadar, jika memungkinkan.
3.
Jika pasien adalah anak-anak di bawah umur atau tidak dapat dilibatkan dalam proses penandaan maka pasien didampingi oleh orang tua atau walinya sesuai dengan kebijakan informed consent.
4.
Penandaan lokasi operasi dibuat oleh dokter operator/ dokter yang melakukan tindakan medis/ operasi atau dokter/perawat yang mendapatkan pendelegasian serta ikut dalam proses tindakan medis/ operasi tersebut.
5.
Penandaan lokasi operasi berupa tanda centang ( v ) dibuat dengan menggunakan spidol marker permanen warna hitam.
6.
Pemberian tanda centang ( v ) pada bagian/ sisi tubuh pasien yang akan dilakukan tindakan medis/ operasi.
7.
Tanda tersebut harus tetap terlihat setelah dilakukan persiapan kulit dan draping (membatasi daerah lapangan operasi).
8.
Penandaan lokasi operasi untuk pasien yang warna kulit gelap dengan menggunakan warna selain hitam agar penandaan tampak jelas, misalnya warna merah.
9.
Penandaan lokasi operasi untuk kasus patah tulang/ fraktur adalah dengan bidai/ spalk pada bagian/ sisi tubuh pasien yang patah tulang/ fraktur.
10. Untuk penandaan lokasi pada kasus tindakan yang melibatkan gigi adalah dengan rontgen foto atau odontogram. 11. Pada tindakan operasi didaerah spinal, penandaan dengan menggunakan dua tahap, yaitu sebelum pasien keruang tindakan medis/ operasi, dilakukan penandaan lokasi operasi secara umum. Tahap kedua, selama operasi berlangsung, menggunakan penandaan dengan teknik radiografi. 12. Jika pasien menolak dilakukan penandaan, petugas menyampaikan penjelasan tentang penandaan lokasi operasi, jika pasien tetap menolak, maka pasien dan/atau keluarga pasien menandatangani formulir penolakan penandaan lokasi operasi. 13. Untuk kasus-kasus yang tidak dilakukan penandaan atau penolakan terhadap penandaan, pengecekan dilakukan dengan memastikan antara rekam medis pasien, gelang identitas
pasien, hasil pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan radiologi (misalnya CT-Scan, foto rontgen), dan pemeriksaan lainnya jika ada.
BAB IV DOKUMENTASI
Penandaan lokasi operasi didokumentasikan dalam rekam medis pasien, yaitu : 1.
Jika pasien dilakukan penandaan lokasi operasi di Instalasi Rawat Jalan atau poliklinik, maka didokumentasikan dalam Medical Record Elektronic (MRE) Rawat Jalan.
2.
Jika
pasien
dilakukan
penandaan
lokasi
di
Instalasi
Gawat
Darurat,
maka
didokumentasikan dalam Medical Record Electronic (MRE) IGD. 3.
Jika pasien dilakukan penandaan lokasi operasi di ruang Rawat Inap atau ruangan perawatan intensif, maka didokumentasikan dalam Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
BAB V PENUTUP
Demikian panduan penandaan lokasi operasi di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng ini dibuat sebagai standar agar pengaplikasian operasi dapat terlaksana dengan baik, untuk mencegah risiko terjadinya salah lokasi operasi. Mudah-mudahan dengan adanya panduan ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang terkait dengan pelayanan pasien dan hubungan anatar manusia di RS Muhammadiyah sruweng. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita semua limpahan taufik dan hidayahNya kepada hamba-hamba yang selalu berlomba dalam kebaikan dan berusaha secara terus menerus memperbaiki amaliyahnya, amin.