Nyanyi Sunyi Seorang Bisu Oleh: Pramoedya Ananta Toer
Permenungan dan pengapungan. Surat ini tak kan mungkin bisa dikirimkan. Takkan mungkin sampai di tanganmu. Lihat, dia tetap kutulis untukmu. Kau yang sedang berbahagia dalam suasana pengantin baru. Akan tetap tetap terkena terkenang ng perist peristia ia yang satu satu itu, itu, kau datang datang bersam bersamaa !alon !alon suamim suamimu u dan seoran seorang g penghulu yang begitu terburu"buru kuatir tertinggal kereta re#eki. Tentu sa#a kau tahu, tak ada keberatan padaku, kau memilih seorang suami untuk dirimu sendiri, #uga aku per!aya kau akan ingat pesanku pada !alon suamimu sebelum kau menikah didepanku. Anak ini anakku yang pertama, anakku yang kusayangi. $ahulu neneknya berharap dia #adi seorang dokter. dokter. Ternyata ernyata dia akan men#abat sebagai istrimu. %adi, setelah nanti sebentar kalian menikah, #angan sekali"sekali anakku dilarang atau dihalangi #ika dia mau meneruskan pela#arannya. Kedua, tak aku i#inkan anakku dipukul atau disakiti. Ketiga, anak ini kau pinta padaku untuk diperistri se!ara baik"baik. Kalau suatu hal kau tidak menyukainya lagi, kembalikan pula dia se!ara baik"baik padaku. $an se#ak itu kau tak pernah datang men#enguk aku lagi. &aa', aku tak dapat lagi mengingat tanggal dan bulannya, malah nama suamimu aku tak dapat mengingat sesuku pun, apa pula peker#aan dan pendidikannya. (alhasil, semua itu terserah padamu. Kau sudah memilih, #uga memilih tanggung #aab. )*+* kau tinggalkan T- Salemba, pamit untuk memulai hidup sebagai seorang istri. Beberapa kali kau masih melihat ke belakang sebelum pintu raksasa itu mengantarkan kau lepas ke #alan #alan raya. raya. Orang Orang yang yang setela setelah h pernik pernikaha ahan n itu men#adi men#adi suamim suamimu, u, beberap beberapaa kali kali masih masih membungkuk memberi hormat. $an aktu pintu raksasa itu kembali tertutup, habislah sudah basa"basi. Kau memasuki bulan madu, aku #uga pergi ke pembuangan. Bagaimana harus dinilai, karunia atua kutukan Bila orang tidak dapat membebaskan diri dari aktu yang tiga dimensi, lalu, kini, dan depan. $ulu, di pen#ara bukit duri, pernah aku bela#ar menyanyi lagu yang dibuka dengan dengan kalima kalimat, t, rest a happy long somewhere. somewhere. Lambang dari hari depan untuk setiap orang. $engan pimpinan sang harapan, dengan keringat sebagai lambang #erih payah sendiri, dengan masa ini sebagai titik tolak, dengan masa depan sebagai pesangon, ia bergerak menungging ke rest a happy long somewhere. somewhere. Orang Orang tak tahu tahu pasti, pasti, maka #uga disusul disusul oleh in a just a brair
away. Betapa indah kadang lagu"lagu itu, #ika suasana tepat, dan syarat pun tidak disibuki oleh tetek bengek. Somewhere, anakku, dan where to, kau negeri bahagia di mana kau sesungguhnya. Orang dididik untuk per!aya, negeri tu#uan memang kebahagiaan itu. $an keper!ayaan yang diperoleh se!ara mudah, bisa #uga hilang dengan mudah. )+ agustus )*+*, kau berbulan madu di Happy Land yang sudah #elas. Aku ke Happy Land Somewhere. Konon ke pulau Buru di &aluku, sebuah pulau lebih besar dari Bali. $an besok kalau tidak dibatalkan oleh entah siapa, )/ Agustus. Kami berangkat bersama lebih delapan ratus orang dengan kapal A#ri )0, sebagai hadiah ulang tahun epublik 1ndonesia. 2ntuk dapat naik ke kapal lebih dari 30 ton bobot mati ini, kami harus datang ke pelabuhan Sodong di Nusa Kambangan, ditentang pelabuhan -ila!ap (i#aya Pura. Tiada akan kututup mata kepalaku, #uga tidak mata batinku, kapal ini akan membaa kami bersama masa depan dalam impian. $alam keper!ayaan itu, pulau Buru bukan The Happy Land Somewhere. $ia hanya stasiun perantara. %uga untuk itu, dibutuhkan keper!ayaan. Kapal mulai bersuling, lambat"lambat meninggalkan Sodong dan (i#aya Pura. Kehidupan hutan dan gunung"gunung Nusa Kambangan nampak mulai bergerak, dan pantai putihnya makin lama makin menghilang dari #angkauan mata. Bila pandangan dilepaskan ke selatan, hanya kebiruan samudra 4india yang terbentang tanpa batas, sampai ke kaki langit. Bila ke utara, yang nampak adalah tebing"tebing ter#al pantai selatan %aa. %angan dengarkan na'as mesin kapal bobrok yang terengah"engah ini. Kami sedang berlayar, seperti nenek moyang dulu di #aman migrasi untuk menemukan daratan dan kehidupan baru. Kesadaran sa#alah yang membikin diri tahu, kami sedang ada di perairan tanah air sendiri. Negara maritim dengan )3.555 pulau. Kata orang, setiap di antara pulau itu adalah #uga milik kami. %uga setiap !angkir dari perairan antara dua samudra itu, 4india dan Pasi'ik, itu a#aran klasik di sekolah. Lebih nyata dapat dipegang adalah u!apan Peltu &ar6uki di T- Salemba: 7Kalian tak punya hak apa"apa selain berna'as.8 $an ternyata sudah sekian dari kami, hak untuk berna'as pun dirampas. A#aran klasik ternyata bisa bermuka dua. Bukan hanya laut, #uga seluruh isinya. Seluruh bumi dan isinya #uga langit, garis lurus sampai akhir tata surya kita. Antara kenyataan dengan #an#i, sudah tidak ada Status 9uo. Kami berlayar dengan pintu besar dari #eru#i besi dan dikun!i. $alam sekapan, dalam tiga ruang besar di baah dek, memandang langit pun tidak ada hak. %angankan memiliki atau ikut memiliki, seperti orang"orang -ina yang di!ulik dalam kapal Kapitan Bonteku, seperti taanan" taanan !ulikan -ina lain, dalam kapal"kapal tokoh ima#iner yang diangkut ke 4aaai. Seperti
nasib empat #uta penduduk A'rika dalam kapal 1nggris dan Amerika menyeberangi Atlantik dibaa ke benua baru. Sekiranya kapal ini tenggelam, kami akan mati bersama delapan ratus orang ini dalam sekapan. $engan semua pintu terkun!i dari luar. Ah, ya apa salahnya mati Setidak"tidaknya, kami masih bisa memberikan sesuatu pada dunia. -erita sensasi, dan bagaimana pertanggungan #aab akan kembali men#adi bola ;oli. Berapa sa#a #umlah dan #enis makluk telah punah dari muka bumi $an tak ada yang meributkan, berapa sa#a semut yang telah mati terin#ak"in#ak setiap detik Berapa pula serangga lain tumpas kena semprotan insektisida Siapa meributkan %uga hati ini tak pernah ribut. %angan menyesal mengapa punya impian, merasa !ukup dengan yang sudah ada. Se#ak peristia )*+0 itu, aku telah kehilangan semua dan segala. Lebih tepat, semua dan segala ilusi. 2ntukku sendiri sudah aku miliki semua sebagaimana seaktu bayi sudah kumiliki semua dan segala untuk hidupku sebagai bayi. $an seperti bayi"bayi selebihnya, modal untuk berkomunikasi hanyalah suaraku. %eritan, raungan, keluhan, rengekan. $an bila modal komunikasi itu dirampas, ah ya, siapa yang bisa rampas hak untuk berdialog dengan diri sendiri ya, sayang sekali aku tak dapat saksikan perayaan perkainanmu. 4adiah perkainanmu pun hanya !atatan sema!am ini, dan tak akan sampai ke tanganmu pula.
Perahu layar Bugis, &akasar, dan &adura sampai saat ini pun lebih tertib. Sekalipun, dan #ustru tidak dibiayai uang negara. )+ agustus )*+*, kutinggalkan kau berbulan madu di %aa. Aku menu#u ke 4appy Land Somehere. Sepuluh #am sebelum man!al, baru kami ketahui 4appy Land Somehere itu konon pulau Buru di &aluku. Besok, )/ agustus )*+* keberangkatan kami, hadiah ulang tahun 1, hadiah bagi mereka yang tak #emu"#emunya meyakinkan diri sendiri, #uga kami, baha kami adalah penghianat, pemutar balik pan!asila, dan selalu tanpa pernah membuktikan tuduhan, mereka sudah menyeburkan tabir asap. 4arus tahu sendiri, merasa sendiri, karena itu
introspeksilah.
&aas
diri,
beriman, beragama,
bersembahyang, berdoa. Ada yang berdoa memang. Ada yang berharap kapal ini tenggelam dihantam angin timur. $an kami mampus dimakan hiu. 1tu dari golongan yang menganggap, yang mati tak akan bisa bi!ara lagi. Anggapan #aman batu berpermatakan pesona kriminal. &emang kami sudah setengah atau seperempat hidup, tanpa hak sipil dan tanpa makan !ukup. Tapi kami semua sudah membuktikan lolos berkali"kali dari lubang #arum kematian. Pada punggung masing"masing tergendong kantong takkan pernah lepas seumur hidup penuh sesak dengan lambang"lambang pengalaman indrai dan batini. Kristalisasi energi yang tak bakal mampus lebih abadi dari daging dan tulang. Bahkan dari gading yang tak kenal retak pun. lambang"lambang itu akan terus bi!ara dengan bahasanya sendiri.