Myofascial Pain Syndrome Myofacial Pain adalah suatu kondisi nyeri dimana, nyeri tersebut dapat dirasakan atau terlokalisasi, penurunan aktifitas fungsional, terkadang menimbulkan keterbatasan fungsi gerak, seringkali nyeri mengakibatkan gangguan suasana hati (mood) akibat rasa nyeri di bagian tersebut.
1. 2. 3. 4.
5.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Secara fisiologis nyeri adalah suatu mekanisme protektif tubuh yang timbul bila suatu jaringan sedang dirusak, sehingga individu yang bersangkutan akan berusaha untuk menghindari rasa nyeri itu sendiri. Meskipun nyeri pada mulanya merupakan proses proses fisiologis, namun pada akhirnya akan bersifat patologis, apabila tubuh tidak mampu mengatasi atau melawan rangsang yang merugikan tersebut, sehingga mempengaruhi fisik dan mental individu yang bersangkutan. Terdapat 2 komponen komponen nyeri, yaitu yaitu persepsi nyeri dan reaksi nyeri. nyeri. Persepsi nyeri adalah pengenalan pusat nyeri di otak terhadap rangsangan nyeri. Biasanya digambarkan oleh pasien sebagai nyeri tajam, linu atau rasa tidak nyaman. Reaksi nyeri adalah proses individu bereaksi terhadap proses persepsi nyeri yang telah mendahuluinya. Reaksi nyeri bervariasi pada tiap individu. Etiologi Sindroma Nyeri Myofacial, Travell dan Simons telah menjelaskan beberapa faktor etiologi yang tampaknya berhubungan engan rasa sakit myofacial: Rasa sakit otot lokal. Otot yang mengalami rasa sakit yang berkepanjangan memungkinkan untuk menghasilkan titik pemicu dan kemudian kemudian menghasilkan tanda-tanda klinis pada nyeri myofacial. Rasa sakit yang dalam dan konstan. konstan. Sakit yang dalam dan konstan dapat menyebabkan menyebabkan efek eksitator (perangsangan) sentral pada area yang jauh. Stres emosional yang meningkat. Kelainan tidur. Faktor-faktor lokal. Beberapa kondisi lokal yang mempengaruhi aktivitas otot seperti kebiasaan, sikap badan yang salah, keseleo, dan aktivitas otot yang berlebihan dapat menghasilkan nyeri myofacial Faktor-faktor sistemik. Beberapa faktor sistemik dapat mempengaruhi atau bahkan menghasilkan nyeri miofasial. Faktor-faktor sistemik seperti hipovitaminosis, kondisi kondisi fisik yang rendah, lelah, dan infeksi virus. Myofacial Pain didiagnosis dengan adanya nyeri pada sekumpulan grup otot atau adanya trigger point (titik nyeri) pada punggung belakang. Yang memprovokasi nyeri tersebut. Gejala tambahan yang digunakan untuk mendiagnosa myofacial pain termasuk gangguan rentang gerak, gangguan mood, kelemahan otot dan gangguan tidur Karakteristik spesifik pada myofacial pain Nyeri terlokalisasi Adanya Taut Band pada grup otot/otot tertentu Nyeri menyebar Kelemahan pada otot tertentu/sekelompok otot Nyeri satu sisi pada trigger point (titik tertentu) Autonomic Dysfunction Kemungkinan nyeri nyeri aktif (pada saat bergerak) atau laten (nyeri pada saat s aat di palpasi Prevalensi anatara usia 20-49 tahun Nyeri (terbakar atau periodik)
10. 11. 12. 13. 14.
Kaku biasanya dirasakan pada malam hari Kelelahan pada otot yang berlebihan Penurunan ROM Kelemahan tanpa disertai atrofi otot Penurunan sensitifitas terhadap rasa dingin
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala nyeri punggung bawah akibat miogenik adalah onset/waktu timbulnya bertahap, nyeri difus (setempat) sepanjang punggung bawah, tenderness pada otototot punggung bawah, lingkup gerak sendi (LGS) terbatas, tanda-tanda gangguan neurologis tidak ada (Kuntono, 2006). A. Penyebab Myofacial Syndrome Penyebab myofacial sendiri belum diketahui secara jelas. Biasanya myofacial terjadi akibat kelemahan dari otot tersebut, postur tubuh yang tidak simetris, alignment tubuh yang tidak simetris, kerja otot yang terus menerus, faktor stress, pengulangan gerak yang (berlebihan dan terus menerus (repetitive motions)dan gangguan pada sendi. Faktor-faktor tersebut yang menghasilkan siklus nyeri, gangguan beraktivitas. Trauma tiba-tiba atau berlebihan akut myofascial jaringan gerakan berulang-ulang atau microtrauma (lambat awal), leg discrepancy(beda panjang tungkai), kekurangan gizi, perubahan hormon (PMS atau menopause) infeksi kronis pendinginan daerah badan, stres emosional yang intens B. Patofisiologi Myofacial Pain Pada kasus myofacial pain yang mana di temukan adanya trigger point area, umumnya pada otot atau facia (pembungkus otot), yang lama kelamaan menjadi abnormal dan menjadi nyeri yang menyebar. Akibat postur tubuh yang buruk menyebabkan ketegangan otot yang lebih lama dari pada fase rileksasi (dimana otot tidak berkontraksi secara terus menerus) keadaan yang melebihi batas critical load sehigga menimbulkan kelelahan pada otot (penumpukan asam laktat yang berlebih) Kelelahan tersebut lama-kelamaan mengakibatkan spasme lokal, bila berlangsung lama menimbulkan taut band sehingga menstimulasi fibroblast dalam facia untuk menghasilkan lebih banyak collagen kemudian membuat perlengketan yang tidak beraturan (abnormal cross link), hal ini yang menyebankan terjadinya myofacial pain syndrom
patofisiologi myofascial sindrom musculus levator scapula Patofisiologi Terapan 2.3.1 Definisi Myofascial sindrom m.levator scapula merupakan sebuah sindrome yang muncul akibat teraktivasinya sebuah atau beberapa trigger point dalam serabut otot dan sering tidak terdiagnosis, myofascial sindrome terjadi karena cedera otot atau terjadi regangan secara berulang-ulang (Gejut, I Made, 2012). Myofascial sindrom m.levator scapula adalah area tender lokal, yang sering disebut titik pemicu, dalam otot yang terlibat. Kadang-kadang band ketat otot serat dapat teraba dalam otot, ada pembatasan gerakan pada peregangan kelompok otot yang terlibat dan mungkin ada kelemahan pada isometrik kontraksi (Sambrook dkk, 2010). 2.3.2 Etiologi Keadaan Myofasial sindrom m.levator scapula disebabkan oleh akutoverload otot, karena kronis fatique berlebihan atau trauma langsung dan sering dipicu oleh menggunakan keyboard dalam posisi abnormal dengan leher yang diputar, tetapi dapat terjadi di olahraga misalnya berenang, dan sering rotasi leher (Sambrook dkk ,2010, hal : 120-121). 2.3.3 Gambaran Klinis Tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada pada kasus myofascial sindrom m.levator scapula ini adalah ngilu
atau linu terasa saat
leher aktif
bergerak terutama
pada musculus levator scapula, Nyeri palpasi (tenderness) padalevator scapula, nyeri tajam di sekitar leher, sering memancar ke atas dan menyebabkan sakit kepala. Daerah leher menjadi terasa meradang. Gerakan dapat terbatas di leher dan bahu, dengan nyeri dan kekakuan memburuk ketika mencoba banyak gerakan 2.3.4 Pemeriksaan 2.3.4.1 Tes orientasi : Rotasi leher : Terbatas/nyeri 2.3.4.2 PFD rakan aktif :
Fleksi, rotasi dan lateral fleksi : ngilu/nyeri dan terbatas Elevasi lengan/bahu : Ngilu/nyeri
Gerakan pasif : Ngilu/nyeri Gerakan TIMT : Kadang (-) 2.3.5 Diagnosis Medis Myofascial sindrom m. levator scapula
Gambar 2.8 titik nyeri m.levator scapula 2.3.6 Prognosis Merupakan ramalan mengenai penyakit yang dapat meliputi berbagai aspek: Qua ad vitam Qua ad sanam
: Bonam : Bonam
Qua ad fungsional
: Bonam
Qua ad cosmeticam
: Bonam
2.4 Deskripsi Problematika Fisioterapi Problematika yang sering terjadi pada kondisi myofascial sindrom levator scapula sebenarnya sangat komplek sehingga dapat menimbulkan berbagai gamgguan yang meliputi impairment, fungsional limitation dan disability. 2.4.1 Impairment Problematika yang muncul pada kondisi myofascial sindrom m.levator scapula adanya nyeri tekan dan nyeri gerak pada musculus levator scapula, adanya keterbatasan gerak, ngilu atau linu terasa saat leher aktif bergerak terutama pada musculus levator scapula, sering memancar ke atas dan menyebabkan sakit kepala. Nyeri palpasi (tenderness) pada levator scapula. 2.4.2 Fungsional limitation
Pada fungsional limitation adanya gangguan Activity of Daily Living seperti menoleh dan mengangkat bahu. 2.4.3 Disability Disability
merupakan
ketidak
mampuan
dalam
melakukan
kegiatan
yang
berhubungan dengan lingkungan pasien yaitu penderita mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas karena adanya gangguan keterbatasan gerak pada leher dan adanya spasme. Gangguan tersebut antara lain : keterbatasan gerak dan nyeri pada saat menoleh dan mengangkat bahu.
2.5 Teknologi Intervensi Fisioterapi Teknologi yang digunakan untuk mengurangi permasalahan yang timbul pada kondisi myofascial sindrom musculus levator scapula adalah micro wave diathermy (MWD), Senam Cailliet exercise dan contract relax strecth (CRS), serta Friction. 2.5.1 MWD (Microwave Diathermy) Adalah arus bolak-balik berfrekuensi dengan panjang gelombang 11 meter atau sering disebut energi elektromagnetik 27 MHz, dan merupakan terapi panas yang dapat digunakan pada tubuh yang mempunyai efek-efek (Sujatno, 1993). 2.5.1.1 Efek fisiologis 2.5.1.1.1 Perubahan panas dan temperatur 2.5.1.1.1.1 Reaksi lokal jaringan 0
Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal±13% tiap kenaikan temperatur 1 c, meningkatkan vasomotion spincter sehingga timbul homestatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal. 2.5.1.1.1.2 Reaksi general Aktifnya sistem thermoreguler dihipotalamus yang mengakibatkan kenaikan temperatur tubuh secara general.
2.5.1.1.2 Concensual efek Timbulnya efek panas pada sisi kolateral dari segmen yang sama, penetrasi dan perubahan temperatur lebih dalam dan luas. 2.5.1.1.3 Jaringan ikat Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5-6 kali lebih baik seperti pada jaringan collagen kulit, otot, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya viscisitas matrik jaringan. 2.5.1.1.4 Jaringan otot Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan tonus otot lewat normalisasi nocisensorik, kecuali hipertonic otot akibat emosional. 2.5.1.1.5 Jaringan saraf Jaringan saraf meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf, meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsangan. 2.5.1.2 Efek terapeutik 2.5.1.1 Penyembuhan luka/ trauma pada jaringan lunak, meningkatkan proses
perbaikan
jaringan secara fisiologis dan pada fase remodeling. 2.5.1.2 Nyeri, hipertoni, gangguan vascularisasi, menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot lewat efek sedatif, perbaikan sistem metabolisme. 2.5.1.3 Gangguan konduktivitasdan thermal jaringan saraf. 2.5.1.3 Indikasi Beberapa contoh indikasi yang banyak digunakan : 2.5.1.1 Kelainan-kelainan pada tulang, sendi dan otot misanya RA post traumatik. 2.5.1.2 Kelainan-kelainan pada saraf perifer seperti neuropati dan neuralgia. 2.5.1.3 Kontra indikasi Pemberian MWD harus memperhatikan hal-hal berikut : Logam dalam tubuh, jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan, gangguan sensibilitas, setelah menjalani terapi rontgen dan menstruasi. 2.5.2 Senam Cailliet Exercise Neck Cailliet Exercise adalah salah satu terapi latihan isometrik kontraksi dengan menahan tahanan maksimal dan diakhiri dengan relaksasi. Metode Neck Cailliet Exercise dapat digunakan untuk mengatasi spasme otot dan untuk memelihara atau
meningkatkan kekuatan otot leher untuk memperoleh ketahanan statis dan dinamis leher, memelihara luas gerak sendi dan kelenturan leher, serta m emperoleh postur yang benar dengan terkoreksinya muscle imbalance (Rosyidi,2009). Tahapan pelaksanaan senam menurut mardhotillah, 2010 : .1.Pemanasan: 2.5.2.1.1. Kepala menoleh ke kanan dan ke kiri dengan hitungan 8
kali.
2.5.2.1.2. Kepala di arah ke atas dan ke bawah 2.5.2.1.3. Kepala diputar dari arah kanan ke kiri dan sebaliknya sebanyak 8 kali putaran . 2.5.2.2.Inti: 2.5.2.2.1. Letakkan kedua tangan di dagu dan dorong ke belakang, namun kepala menekan ke arah depan (arahnya berlawanan) sehingga terasa jika ada kontradiksi. Tujuannya untuk menguatkan otot cervical. 2.5.2.2.2. Letakkan tangan kanan di kepala bagian kanan, letaknya di atas telinga. Lakukan tekan yang sama seperti gerakan pertama. Lakukan sekitar 5 hitungan atau 5 detik. 2.5.2.2.3. Lakukan hal yang sama pada sisi kepala bagian kiri. 2.5.2.2.4. Contract Relax Stretching, kepala menunduk dan diputar keluar. 2.5.2.3.Penutup: Gerakan hampir sama dengan pemananasan. 2.5.3 Friction (gerusan) Adalah gerakan kecil dan dalam serta efek lokal pada perlengketan jaringan(kekakuan pada umumnya). Dan pada kondisi tertentu manipulasi ini tidak dapat digunakan pada massage kesegaran jasmani, karena tehnik ini pergerakannya putus-putus dan berbentuk sirkuler. Manipulasi Friction untuk merangsangi serabut syaraf dan otot-otot yang terletak didalam dari permukaan tubuh (Tappan, 1988) . Pelaksanaan friction dapat menggunakan ujung-ujung jari untuk daerah yang berlekuklekuk sempit, terutama untuk otot-otot di kiri kanan ruas-ruas tulang belakang (Tappan, 1998). 2.5.3.1 Indikasi dan Kontra – indikasi 2.5.3.1.1 Indikasi adalah suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat atau tepat diberikan, serta akan memberi pengaruh yang positif terhadap tubuh: 2.5.3.1.1.1 Kelelahan yang sangat
2.5.3.1.1.2 Otot kaku, lengket, tebal, dan nyeri sendi 2.5.3.1.1.3 Gangguan atau ketegangan syaraf, kelayuan atau kelemahan otot 2.5.3.1.2 Kontra-indikasi 2.5.3.1.2.1 Tubuh sedang dalam keadaaan demam 2.5.3.1.2.2 Menderita penyakit menular (thypus, cacar, tuberculose paru-paru dan lain-lain) 2.5.3.1.2.3 Menderita pengapuran pembuluh darah arteri (arteriosclerosis) 2.5.3.1.2.4 Menderita penyakit kulit (eksema, luka-luka lama yang memborok dll) 2.5.3.1.2.5 Akibat benturan, keseleo, melakukan gerak tiba-tiba atau gerak yang berlebihan, baik luka-luka di luar (terbuka) maupun di dalam jaringan (tertutup) 2.5.3.1.2.6 Bekas luka, bekas cedera, sendi yang terkilir, patah tulang 2.5.3.1.3 Efek dari massage friction : 2.5.3.1.3.1 Mobilisasi jaringan profundal 2.5.3.1.3.2 Meningkatkan aliran darah 2.5.3.1.3.3 Mengurangi terjadi hematoma