Nama : Nadhilla Oktavianty NIM
: D1091141009
Mata Kuliah : Manajemen Infrasruktur
1. MRT MRT atau Mass Rapid Transit merupakan angkutan rel perkotaan yang memiliki kapasitas dan frekuensi yang tinggi. Untuk itu sebuah MRT mutlak memiliki jalur yang terpisah dengan transportasi lainnya. Makanya seringkali kita jumpai sebuah MRT tidak hanya memiliki jalur yang melayang (elevated), tetapi juga dibawah tanah (subway). Setiap rangkain kereta MRT mampu mengangkut sekitar 800-2000 penumpang. Karena kapasitasnya yang besar, sebuah MRT biasanya dibuat terintegrasi dengan transportasi lainnya seperti LRT atau bus. Seperti yang kita ketahui, MRT memiliki kapasitas yang besar sehingga butuh lahan yang luas untuk jalurnya. Oleh sebab itu MRT butuh transportasi seperti LRT atau bus sebagai pengumpan untuk menjangkau kawasan-kawasan dengan lahan yang lebih sempit. Karakteristik Mass Rapid Transit (MRT) : •
Sama seperti LRT, MRT juga merupakan kereta yang dioperasikan secara otomatis tanpa harus dijalankan oleh masinis. (dijalankan melalui pusat kendali)
•
MRT biasanya mampu melaju hingga kecepatan 100 km/jam.
•
Mengingat dimensi gerbong yang cukup besar. Lebar gerbong sekitar 3,2-3,5 meter, sehingga MRT memiliki radius putar lebih lebar dibanding LRT.
•
Biasanya kereta yang akan digunakan oleh MRT adalah rangkaian kereta yang terdiri dari maksimal enam kereta. Mass Rapid Transit atau MRT Singapura adalah sebuah sistem angkutan sistem angkutan
cepat yang membentuk tulang punggung dari sistem kereta api di Singapura di Singapura dan membentang ke seluruh negara kota ini. Bagian pertama dari MRT ini, antara Stasiun Yio Chu Kang dan dan Stasiun Toa Payoh, Payoh, dibuka tahun 1987 dan menjadi sistem angkutan cepat tertua kedua di Asia Tenggara, Tenggara, setelah Sistem setelah Sistem LRTManila. LRTManila. Jaringan ini telah berkembang cepat sebagai hasil dari tujuan Singapura untuk mengembangkan jaringan kereta yang lengkap sebagai tulang
punggung utama dari sistem angkutan umum di Singapura dengan perjalanan penumpang harian rata-rata 2,755 juta jiwa tahun 2013, hampir 77% dari 3,601 juta penumpang jaringan bus pada waktu yang sama. MRT memiliki 113 stasiun (1 di antaranya tidak beroperasi) dengan jalur sepanjang 152,9 kilometer dan beroperasi pada sepur standar. Jalur rel ini dibangun oleh Land Transport Authority, sebuah badan milik Pemerintah Singapura yang memberi konsesi operasi kepada perusahaan laba SMRT Corporation dan SBS Transit. Operator-operator ini juga mengelola layanan bus dan taksi, sehingga menjamin adanya integrasi penuh layanan angkutan umum. MRT ini dilengkapi oleh sistem Light Rail Transit (LRT) regional yang menghubungkan stasiun MRT dengan perumahan umum HDB. Layanan ini beroperasi mulai pukul 5.30 pagi dan berakhir sebelum pukul 1.00 pagi setiap hari dengan frekuensi tiga sampai delapan menit, dan layanan ini diperpanjang selama hari-hari libur Singapura. ➢
Fasilitas MRT Singapura MRT yang terdapat di Singapura kecuali di Bishan, MRT terletak melayang
atau di bawah tanah. Hampir semua stasiun bawah tanah cukup dalam dan tahan menghadapi serangan bom konvensional sehingga bisa berperan sebagai tempat perlindungan bom. Layanan telepon seluler bisa digunakan di dalam stasiun maupun sepanjang perjalanan jaringan MRT. Kereta dan stasiun bawah tanahnya dilengkapi pendingin udara, meski beberapa stasiun mel ayang masih menggunakan kipas angin. Setiap stasiun dilengkapi dengan mesin tiket, pusat pelayanan penumpang, LED dan layar plasma yang menunjukkan informasi perjalanan kereta dan pemberitahuan. Tiap stasiun juga dilengkapi dengan kamar kecil dan telepon berbayar. Beberapa stasiun besar, memiliki toko ritel dan kios, supermarket, ATM, dan mesin penjual self-service. Eskalator di tiap stasiun berjalan dengan kecepatan 0.75 m/s, 50% lebih cepat daripada eskalator biasa.
Gambar 1 Stasiun MRT Bugis Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/MRT_Singapura
Stasiun MRT Bugis merupakan stasiun paling baru yang berada pada jalur pusat kota. Stasiun-stasiun lama di Jalur Utara Selatan dan Jalur Timur Barat
awalnya dibuat tanpa fasilitas aksesibilitas, seperti elevator, ramp, huruf Braille, pintu masuk lebar, atau toilet untuk penumpang disabilitas, sehingga penyandang disabilitas kurang tertarik memakai sistem MRT. Seiring waktu, semua fasilitas ini saat ini sedang dipasang sebagai program untuk membuat semua stasiun bisa terakses oleh orang berusia lanjut atau penyandang disabilitas. Hampir semua stasiun sekarang telah memiliki beberapa fasilitas ini, dan akan ditambah rak sepeda di 20 stasiun sebagai penunjang.
Gambar 2 Mesin Tiket MRT Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/MRT_Singapura
Mesin tiket di Stasiun MRT Expo, dimana penumpang bisa membeli tiket standar atau menambah saldo kartu EZ-Link. Kartu ini dapat digunakan untuk membayar tarif bus, MRT, dan LRT.
Gambar 3 Rute MRT/LRT Singapura Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/MRT_Singapura
2. LRT Kereta api ringan dikenal juga sebagai LRT sebagai singkatan Light Rail Transit adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroperasi d ikawasan perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau dalam lintasan khusus, disebut juga tram. Kereta api ringan banyak digunakan diberbagai negara di Eropa dan telah mengalami modernisasi, antara lain dengan otomatisasi, sehingga dapat dioperasikan tanpa masinis, bisa beroperasi pada lintasan khusus, penggunaan lantai yang rendah (sekitar 30 cm) yang disebut sebagai Low floor LRT untuk mempermudah naik turun penumpang. Angkutan kereta api ringan (LRT) adalah bentuk rel dialiri listrik yang telah dikembangkan secara bertahap dari trem untuk sistem angkutan cepat yang sebagian dioperasikan
pada jalurnya sendiri. Trem merupakan kereta yang
memiliki rel khusus di dalam kota, dengan Trem yang berselang waktu 5-10 menit
berangkat, merupakan solusi untuk kemacetan. Rangkaian trem umumnya satu set (terdiri atas dua kereta) agar tidak terlalu panjang. Disebut Light Rail karena memakai kereta ringan sekitar 20 ton seperti bus, tidak seberat kereta api yang 40 ton. Letak rel berbaur dengan lalu-lintas kota, atau t erpisah seperti bus-way, bahkan bisa pula layang (elevated) atau sub-way, hanya untuk sebagian lintasan saja. Light Rail Transit diciptakan pada tahun 1972 oleh U.S. Urban Mass Transportation
Administration
(UMTA,
pendahulu
Federal
Transit
Administration) untuk menggambarkan transformasi streetcar baru yang ada di Eropa dan Amerika Serikat. Transportasi Research Board (Transportation systems Center) menetapkan "light rail" pada tahun 1977 sebagai "moda transportasi perkotaan yang memanfaatkan sebagian besar jalur yang disediakan tapi tidak selalu dipisahkan dari jalan. dengan listrik mendorong kendaraan di atas rel beroperasi secara tunggal atau dengan kereta. LRT menyediakan berbagai kemampuan penumpang dan karakteristik kinerja pada biaya menengah." Tram atau kereta api ringan ( sekarang LRT) pernah dikembangkan di Indonesia pada zaman pendudukan Kolonial Belanda beroperasi di beberapa kota di Indonesia seperti di Jakarta dan Surabaya dan dihilangkan pada tahun 1960an, karena pada waktu itu tidak dirawat dengan baik sehingga dianggap mengganggu lalu lintas karena sering mogok. Light Rail Transit (LRT) adalah salah satu jenis urban passenger transportation yang beroperasi di permukaan jalan baik memiliki jalur khusus
maupun memakai jalur umum. LRT merupakan bagian dari Mass Rapid Transit (MRT) dengan cakupan wilayah yang lebih kecil dan bentuk armada yang lebih kompak dan ringan. LRT sudah banyak diterapkan di negara-negara di dunia, di Asia Tenggara sendiri terdapat di Filipina dan Singapura. LRT di Singapura termasuk dari bagian Singapore Mass Rapid Transit (SMRT) dan mencakup di beberapa wilayah Singapura. Karakteristik Light Rail Transit (LRT) : •
LRT tergolong dalam kereta ringan dan merupakan moda transportasi masal yang cocok dioperasikan di daerah kota.
•
LRT memiliki lebar antar 2,7-2,8 meter, dan dikendalikan dengan sistem otomatis (melaui ruang kontrol) tanpa menggunakan masinis yang ada di kereta seperti KRL.
•
LRT dapat ditempatkan diantara lalu lintas lainnya mengingat kecepatan LRT biasanya hanya sekitar 30-40 kilometer / jam.
•
Dengan dimensi yang relatif kecil, LRT memiliki keunggulan pada radius putarnya yang hanya 20-30 meter, jauh lebih kecil dari KRL atau MRT.
Gambar 4 LRT Singapura Sumber : http://www.markijar.com/2015/09/mengenal-light-rail-transit-lrt-serta.html
3. Monorail Monorel merupakan angkutan perkotaan yang menggunakan rel tunggal sebagai lintasannya, berlainan dengan kereta konvensional yang menggunakan sepasang rel paralel. Biasanya monorel menggunakan ban karet dan melintas pada lintasan beton, sehingga monorel ketika beroperasi tidak akan sebising kereta konvensional. Monorel dapat digolongkan sebagai LRT atau MRT, tergantung dari besarnya kapasitasnya a. Kelebihan •
Membutuhkan ruang yang kecil baik ruang vertikal maupun horizontal. Lebar yang diperlukan adalah selebar kereta dan karena dibuat di atas jalan, hanya membutuhkan ruang untuk tiang penyangga.
•
Terlihat lebih "ringan" daripada kereta konvensional dengan rel terelevasi dan hanya menutupi sebagian kecil langit.
•
Tidak bising karena menggunakan roda karet yang berjalan di beton.
•
Bisa menanjak, menurun, dan berbelok lebih cepat dibanding kereta biasa.
•
Lebih aman karena dengan kereta yang memegang rel, risiko terguling jauh lebih kecil. Risiko menabrak peja lan kaki pun sangat minim.
•
Lebih murah untuk dibangun dan dirawat dibanding kereta bawah tanah.
b. Kekurangan •
Dibanding dengan kereta bawah tanah, monorel terasa lebih memakan tempat.
•
Dalam keadaan darurat, penumpang tidak bisa langsung dievakuasi karena tidak ada jalan keluar kecuali di stasiun.
•
Kapasitasnya masih dipertanyakan.
Gambar 5 Monorel Tama Toshi, Tokyo, Jepang Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Monorel
Daftar Pustaka Anonim, 2015. Mengenal LRT, serta perbedaanya dengan MRT dan KRL. http://www.markijar.com/2015/09/mengenal-light-rail-transit-lrt-serta.html Diakses pada tanggal 25 April 2017