Shintiya Christiani 123.15.002 Modul D 12 Mei 2018 Pertanyaan:
1. Sebutkan dan jelaskan secara singkat jenis-jenis pemrosesan keramik konvensional! 2. Berdasarkan ASTM C 328-56, jelaskan secara singkat prosedur untuk menentukan modulus of elasticity! elasticity! 3. Jelaskan penurunan rumus untuk mencari porositas berdasarkan Hukum Archimedes! 4. Sebutkan dan jelaskan aplikasi porositas pada material keramik!! Jawaban:
1. Jenis-jenis pemrosesan keramik konvensional a. Slip Casting Pada teknik pembuatan keramik ini slurry / adonan (terdiri dari dry mix dan liquid) dicetak dengan dituangkan ke dalam gypsum (plaster of paris) sebagai cetakannya. Air yang terdapat pada slurry akan terserap ke dalam cetakan (gaya kapilaritas). Contoh produk pada teknik ini adalah toilet, wash basin, dll. b. Plastic Forming Pada teknik ini slurry dicetak hingga terbentuk filter cake melalui proses filter press. Filter cake diproses lagi dengan memberikan shearing melalui mesin putar hingga didapatkan bentuk produk yang diinginkan. Proses shearing yang diberikan antara lain adalah jiggering , jolleying dan dan roller head . Pada produk dengan teknik ini biasanya memiliki kadar 10-20 %. Contoh produk dari teknik ini adalah dinnerware. dinnerware. c. Powder Pressing Pada teknik ini partikel keramik dibuat dengan ba ntuan proses spray proses spray drying untuk untuk mengontrol orientasi partikel. Partikel keramik yang terbentuk berupa droplet yang berongga. Contoh produk dari teknik ini adalah tegel, penampang busi, dll.
2. Menentukan Modulus of Elasticity (ASTM C 328-56) a. Specimen ditumpu seperti pada prosedur penentuan MOR. b. Dibawah specimen ditempatkan deflectometer untuk mengukur defleksi yang terjadi. Deflectometer harus diatur untuk mengukur defleksi pada bagian tengah relative terhadap bagian ujung. c. Pembebanan dilakukan secara seragam pada laju sekitar 1000 ± 200 lb per menit. d. Pembebanan dihentikan setiap kali mencapai 2000psi dan kelipatannya, kemudian defleksi yang terjadi dicatat. e. Lalu hitung berdasarkan rumus :
=
Dengan
3.
∆
E : modulus of elasticity W : beban (lb) L : jarak antara penumpu (in) b : lebar specimen (in) d : tebal specimen (in) Δ : koordinat deformasi pada titik tertentu (in)
4.
TERRA COTTA Terra Cotta yang dimaksud di sini adalah barang- barang tembikar, produk konstruksi seperti genting, batu bata, beberapa jenis ubin dst yang metode pembuataannya peninggalan masa lampau berupa tanah lempung yang dibentuk, dikeringkan kemudian dibakar. Suhu pembakarannya berkisar 900 – 1160°C. Aplikasi glaze pada suhu rendah antara 600-900°C disebut varnish EARTHENWARE Earthenware merupakan produk keramik dengan tingkat porositas tinggi berkisar 5- 20% biasanya berglasir untuk memperbaiki tampilannya dan membentuk lapisan tidak tembus air, dibakar pada suhu 900-1230°C. Terbuat dari lempung alami dengan penambahan quartz, kapur, feldspar atau pasir kaca. STONEWARE Stoneware mempunyai badan keramik yang lebih berwarna, tidak tembus cahaya, “vitrified” dengan porositas < 3% (SNI 1%), yang dibuat dari campuran Clay dengan kadar silica tinggi dengan flux kadang ditambahkan pasir atau grog dan dibakar pada suhu 1120-1300°C. Pembakaran pada stoneware merupakan hal yg kritis, terlalu rendah akan meyebabkan keramik mempunyai porositas yg besar terlalu tinggi akan membuat keramik mengalami deformasi akibat produksi “low viscous liquid” yg terlalu banyak PORCELAIN Porcelain mempunyai karakteristik badan keramik berwarna putih, tembus cahaya (translucent) dengan porositas <0,5% menggunakan bahan eksklusif kaolin sebagai clay, quartz dan feldspar dan sedikit kapur 2%. Pembakaran dilakukan pada suhu 1350-1430°C Fine bone china mempunyai karakteristik lebih “translucent” dan lebih rendah suhu pembakarannya berkisar 1250-1280°C merupakan keramik yang paling mahal dipasaran dengan komposisi bahan secara umum 37-50% abu tulang hewan, 22-32% pottasium feldspar, 22-41% kaolin dan 0-4% quart z.