Devi Febrianty Rahmi Nur Shofa
Jl. Jl. Sili Siliwa wang ngii No. 24 Tasikmalaya Kotak Pos 164 Tlp. (0265) 323537 E-Mail : infor
[email protected] [email protected] ; URL : http://www.unsil.ac.id
DAFTAR ISI
1
KONSEP DASAR PEMROGRAMAN
2
2
KONSEP DASAR ALGORITMA
6
3
ATURAN PENULISAN PENULISAN NOTASI ALGORITMA ALGORITMA
10
4
TIPE DATA, NAMA, NILAI
15
5
AKSI SEKUENSIAL SEKUENSIAL
25
6
PEMILIHAN
28
7
PENGULANGAN
33
8
RECORD
37
9 ARRAY
42
10 PROSEDUR
45
11 FUNGSI
57
12 ARRAY DUA DUA DIMENSI (MATRIKS) (MATRIKS)
59
13 SEARCHING
61
14 SORTING
67
DAFTAR PUSTAKA
73
1 KONSEP DASAR PEMROGRAMAN
1.1 Pengertian Program dan Pemrograman Komputer merupakan alat bantu penyelesaian masalah di berbagai bidang: Pendidikan, Perbankan, Industri, Penerbangan, Kedokteran, Permainan, dll Tetapi, permasalahan tidak dapat disodorkan begitu saja ke depan komputer, karena sebenarnya mesin komputer hanyalah benda mati yang tidak bisa apa-apa. Manusia harus merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah dalam runtunan instruksi yang dapat dilaksanakan oleh komputer yang disebut program.
Program merupakan runtunan atau himpunan instruksi(perintah) tertulis yang ditanamkan ke dalam komputer untuk menyelesaikan masalah.
Pemrograman merupakan pengerjaan penulisan instruksi oleh programmer untuk menyelesaikan suatu masalah.
Tahapan Penyelesaian Masalah oleh Komputer
1.2 Bahasa Pemrograman Program harus dibuat dalam bahasa yang dimengerti oleh komputer yang disebut bahasa pemrograman supaya instruksi yang ditulis oleh
dapat dilaksanakan oleh komputer .
1. Bahasa Mesin ( Mnemonic Mnemonic Code ) Bahasa mesin adalah bahasa yang berisi kode-kode mesin yang hanya dapat diinterpretasikan langsung oleh mesin komputer. Bahasa ini merupakan bahasa level terendah dan berupa kode numerik 0 dan 1. Keuntungan
: Eksekusi cepat
Kerugian
: Sangat sulit dipelajari manusia
2. Bahasa Assembly Bahasa assembly adalah bahasa simbol dari bahasa mesin. Setiap kode bahasa mesin memiliki simbol sendiri dalam bahasa assembly. Misalnya ADD untuk penjumlahan, MUL untuk perkalian, SUB untuk pengurangan, dan lain-lain. Kelebihan
: Eksekusi cepat, masih bisa dipelajari daripada bahasa mesin, file kecil
Kekurangan
: Tetap sulit dipelajari, program sangat panjang
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 2
3. Bahasa Tingkat Tinggi ( High Level Language ) Bahasa tingkat tinggi adalah bahasa pemrograman yang lebih tinggi daripada bahasa assembly. Bahasa ini lebih dekat dengan bahasa manusia dan lebih dipahami manusia. Contoh: Pascal, Basic, Cobol, C, C++, Java, dll. Keuntungan
:
-
Mudah dipelajari
-
Mendekati permasalahan yang akan dipecahkan
-
Kode program pendek
Kerugian
: Eksekusi lambat karena ada proses pengubahan perintah dalam bahasa ini ke dalam bahasa mesin oleh Translator (Penterjemah)
Bahasa generasi ini disebut juga bahasa generasi ke-3 (3rd Generation Programming Language).
4.
Bahasa yang berorientasi pada masalah spesifik Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan langsung untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Misalnya SQL untuk database. Bahasa ini juga masuk ke bahasa tingkat tinggi. Bahasa ini disebut juga bahasa generasi ke-4 (4th Generation Programmming Language). Translator (Penterjemah) Translator berfungsi untuk menterjemahkan program yang ditulis dalam bahasa pemrograman tingkat tinggi ke dalam bahasa mesin. Translator dapat dibedakan menjadi :
– Interpreter
: menterjemahkan dan mengeksekusi baris per baris instruksi. Contoh bahasa Basic.
– Compiler
: mengeksekusi program setelah seluruh instruksi diterjemahkan. Contoh bahasa Pascal, C, Ada ,C++, dll.
1.3 Belajar memprogram dan Belajar bahasa pemrograman ·
Belajar memprogram adalah belajar tentang strategi, metodologi, dan sistematika pemecahan masalah, kemudian menuangkannya dalam suatu notasi tertentu yang mudah dibaca dan dipahami.
·
Sifat
: Pemahaman persoalan, analisis, sintesis
Titik Berat
:
Belajar bahasa pemrograman adalah belajar memakai suatu bahasa, aturan tata bahasanya, instruksiinstruksinya, tata cara pengoperasian compiler-nya untuk membuat program yang ditulis dalam bahasa itu saja. Sifat
: Keterampilan
Titik Berat
:
Produk yang dihasilkan oleh seorang pemrogram adalah program dengan rancangan yang baik (metodologis, sistematis), yang dapat dieksekusi oleh mesin, berfungsi dengan benar, sanggup melayani segala kemungkinan masukan, dan didukung dengan adanya dokumentasi. Pengajaran pemrograman titik beratnya adalah membentuk seorang perancang ”designer ” program, sedangkan pengajaran bahasa pemrograman titik beratnya adalah membentuk seorang ”coder ”(juru kode). Pada prakteknya, suatu rancangan harus dapat dikode untuk dieksekusi dengan mesin. Oleh karena itu, belajar pemrograman dan belajar bahasa pemrograman saling komplementer, tidak mungkin dipisahkan satu sama lain
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 3
Tetapi, karena banyak bahasa pemrograman yang dapat digunakan dan pemilihannya akan sangat tergantung kepada masalah yang dipecahkan, maka belajar memprogram menjadi lebih penting daripada belajar bahasa pemrograman. Keduanya diperlukan tetapi dalam tingkat yang berbeda.
1.4 Langkah-langkah pemrograman Komputer : 1. Mendefinisikan masalah : menentukan masalahnya seperti apa, apa saja yang harus dipecahkan dengan komputer, apa masukannya, dan bagaimana keluarannya 2. Menentukan solusi :
mencari jalan bagaimana masalah tersebut diselesaikan. Jika masalah terlalu
kompleks, maka ada baiknya masalah tersebut dipecah menjadi modul-modul kecil agar lebih mudah diselesaikan. 3. Memilih algoritma : pilihlah algoritma yang benar-benar sesuai dan efisien untuk permasalahan tersebut 4. Menulis Program : menuliskan program dalam salah satu bahasa pemrograman Pilihlah bahasa yang sesuai dengan permasalahan, mudah dipelajari, mudah digunakan, dan lebih baik lagi jika sudah dikuasai, memiliki tingkat kompatibilitas tinggi dengan perangkat keras dan platform lainnya. 5. Menguji program : Menentukan apakah program berhasil dikompilasi dengan baik ? apakah program dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan? Langkah keempat dan kelima bisa dilakukan berulang-ulang sampai program diyakini benar-benar sesuai dengan yang diharapkan 6. Menulis dokumentasi : Menulis dokumentasi sangat penting agar pada suatu saat jika kita akan melakukan perubahan atau membaca source code yang sudah kita tu lis dapat kita ingat-ingat lagi dan kita akan mudah membacanya. Caranya adalah dengan menuliskan komentar-komentar kecil tentang apa maksud kode tersebut, untuk apa, variabel apa saja yang digunakan, untuk apa, dan parameter-parameter yang ada pada suatu prosedur dan fungsi. 7. Merawat program : Program yang sudah jadi perlu dirawat untuk mencegah munculnya bug yang sebelumnya tidak terdeteksi. Atau mungkin juga pengguna membutuhkan fasilitas baru yang dulu tidak ada.
Contoh Permasalahan : Menghitung dan menampilkan Luas Persegi Panjang Tahapan penyelesaian : 1. Mendefinisikan Masalah ·
Masukan / Input
: panjang, lebar
·
Keluaran / Output
: Luas
2. Menentukan Solusi + Memilih Algoritma Contoh urutan solusi : ·
Baca input panjang
·
Baca input lebar
·
Hitung Luas = panjang x lebar
·
Tampilkan Luas
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 4
3. Menulis Program Contoh penulisan program dalam Bahasa Pascal dan Hasilnya Program
Contoh Tampilan di layar
Program Luas_Per segi _Panj ang; Var
panj ang, l ebar , Luas : integer;
Panj ang : 20 Lebar : 6 Luas per segi Panj ang = 120
Begin Write( ’ Panj ang
:
’ );
Readln( panj ang) ; Write( ’ Lebar
:
’ );
Readln( l ebar ) ;
Luas : = panj ang * l ebar; Write( ’ Luas per segi Panj ang = ’ , Luas) ; Readln; End.
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 5
2 KONSEP DASAR ALGORITMA 2.1 Pengertian Algoritma Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan tidak tergantung pada bahasa pemrograman tertentu. Kata
merupakan kata kunci dalam Algoritma. Langkah-langkah dalam Algoritma harus logis
(masuk akal dan mengikuti suatu urutan tertentu, tidak boleh melompat-lompat)
serta harus dapat
ditentukan bernilai salah atau benar.
Perbedaan Algoritma dan Program Komputer hanyalah salah satu pemroses. Agar dapat dilaksanakan oleh komputer, algoritma harus ditulis dalam notasi bahasa pemrograman sehingga dinamakan program. Jadi program adalah perwujudan atau implementasi teknis Algoritma yang ditulis dalam bahasa pemrogaman tertentu sehingga dapat dilaksanakan oleh komputer.
Tahapan Pelaksanaan algoritma oleh komputer
Dalam bidang komputer, algoritma sangat diperlukan dalam menyelesaikan berbagai masalah pemrograman, terutama dalam komputasi numeris. Tanpa algoritma yang dirancang baik maka proses pemrograman akan menjadi salah, rusak, atau lambat dan tidak efisien.
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 6
2.2
Algoritma untuk memecahkan permasalahan sehari-hari
Contoh 1 : Jika seorang ingin memasak atau membuat kue, baik itu melihat resep ataupun tidak pasti akan melakukan suatu langkah-langkah tertentu sehingga masakannya atau kuenya jadi dan rasanya enak.
Contoh 2 : Algoritma TUKAR ISI BEJANA Diberikan dua buah bejana A dan B, bejana A berisi larutan berwarna merah, bejana B berisi larutan berwarna biru. Pertukarkan isi kedua bejana itu sedemikian sehingga bejana A berisi larutan berwarna biru dan bejana B berisi larutan berwarna merah.
Deskripsi Algoritma 1: Aksi 1
: Tuangkan larutan dari bejana A ke dalam bejana B
Aksi 2
: Tuangkan larutan dari bejana B ke dalam bejana A.
·
Algoritma TUKAR ISI BEJANA di atas tidak menghasilkan pertukaran yang benar. Langkah di atas tidak logis, hasil pertukaran yang terjadi adalah percampuran kedua larutan tersebut.
·
Untuk mempertukarkan isi duah bejana, diperlukan sebuah bejana tambahan sebagai tempat penampungan sementara, misalnya bejana C. Maka algoritma untuk menghasilkan pertukaran yang benar adalah sebagai berikut :
Deskripsi Algoritma 2: Aksi 1
: Tuangkan larutan dari bejana A ke dalam bejana C.
Aksi 2
: Tuangkan larutan dari bejana B ke dalam bejana A.
Aksi 3
: Tuangkan larutan dari bejana C ke dalam bejana B.
Contoh 3 : Ibu Tati mengupas kentang untuk makan malam Sub masalah : 1. Apakah kentangnya harus dibeli dulu atau sudah di dapur? 2. Apakah pisau sudah siap? 3. Berapa jumlah kentang yang dikupas? Maka kita harus membatasi dengan jelas keadaan awal dan keadaan akhirnya. Keadaan awal dan keadaan akhir algoritma dapat dijadikan acuan bagi pemrogram dalam merancang sebuah algoritma
Initial State(T0)
: Kentang sudah ada di kantong plastik, yang ditaruh di lemari di dapur dimana Ibu Tati akan mengupasnya, pisau ada di rak.
Final State(T1)
: 100 Kentang dalam keadaan terkupas siap untuk dimasak dan kantong kentangnya harus dikembalikan ke lemari lagi jika masih ada kentangnya
Deskripsi Algoritma 1 Aksi 1 Aksi 2 Aksi 3 Aksi 4
: : : :
Ibu Tati mengambil kantong kentang dari lemari Ibu Tati mengambil pisau dari rak Ibu Tati mengupas kentang Ibu Tati mengembalikan kantong kentang ke dalam lemari
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 7
·
Deskripsi Algoritma di atas masih belum memenuhi Final State dimana kentang yang sudah dikupas ada 100 buah dan kantong kentang harus dikembalikan ke lemari jika masih ada kentangnya. Pada algoritma tersebut kentang yang dikupas hanya 1 dan Aksi 4 akan tetap dilaksanakan walaupun kantong kentang sudah kosong
·
Supaya kentang yang sudah terkupas ada 100 maka perlu dilakukan proses PENGULANGAN pengupasan kentang sebanyak 100 kali. Dan supaya Ibu Tati hanya mengembalikan kantong kentang ke lemari hanya jika masih ada isinya, maka perlu ada PEMILIHAN berdasarkan kondisi isi kantong kentang. Maka algoritma untuk mencapai Final State yang benar adalah sebagai berikut :
Deskripsi Algoritma 2 Aksi 1
: Ibu Tati mengambil kantong kentang dari lemari dan
Aksi 2
: Ibu Tati mengambil pisau dari rak
Aksi 3
: Selama kentang terkupas < 100 maka ·
Aksi 4
Kupas 1 kentang
: Lihat isi kantong ·
Kantong Kosong
à buang
·
Kantong Tidak kosong
à Kembalikan
kantong ke lemari
Ciri penting algoritma: ·
Algoritma harus berhenti setelah mengerjakan sejumlah langkah terbatas.
·
Setiap langkah harus didefinisikan dengan tepat dan tidak berarti-dua (Ambiguitas).
·
Algoritma memiliki nol atau lebih masukan (input).
·
Algoritma memiliki nol atau lebih keluaran (output).
·
Algoritma harus efektif (setiap langkah harus sederhana sehingga dapat dikerjakan dalam waktu yang efisien).
2.3
Struktur Dasar Algoritma
Langkah-langkah penyelesaian masalah bisa berupa : a.
Runtunan ( sequence) ) Sebuah runtunan terdiri dari satu atau lebih instruksi. Tiap instruksi dikerjakan berurutan sesuai aturan
penulisannya. Urutan instruksi menentukan keadaan akhir algoritma, jika urutannya diubah maka hasil akhirnya mungkin akan berubah. Urutan instruksi menunjukkan cara berfikir penyusun algoritma dalam menyelesaikan masalah Runtunan Instruksi :
Instruksi 1 Instruksi 2 Instruksi 3
Contoh : Algoritma Tukar isi Bejana Runtunan instruksi : 1. Tuangkan larutan dari bejana A ke dalam bejana C 2. Tuangkan larutan dari bejana B ke dalam bejana A 3. Tuangkan larutan dari bejana C ke dalam bejana B Hasil akhir : Bejana A berisi larutan dari bejana B, bejana B berisi larutan dari bejana A Jika runtunan instruksi diubah maka hasilnya berubah
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 8
b.
Pemilihan ( selection) Adakalanya sebuah instruksi dikerjakan jika sebuah kondisi tert entu terpenuhi
Struktur umum : kondisi If t hen
at au
If
kondisi
t hen
Aksi 1
El se
Aksi
Aksi 2
Contoh : If
Amir memperoleh juara kelas then Ayah akan membelikannya hadiah
If
Jalan Dago macet then Ambil alternative Jalan Dipati Ukur
If
Kantong Kentang kosong then Buang
Else Kembalikan kantong kentang ke lemari Endif
c. Pengulangan (repetition) Komputer tidak pernah bosen dan lelah jika diminta untuk mengerjakan instruksi secara berulang-ulang. Contoh : ·
Menulis kalimat ”Saya harus lebih giat belajar” sebanyak 1000 kali Ulangi : -
Tulis kalimat ” Saya harus lebih giat belajar”
Sampai jumlah_kalimat = 1000 ·
Mengupas 100 buah kentang Selama kentang terkupas < 100 maka -
Kupas 1 kentang
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 9
3 ATURAN PENULISAN NOTASI ALGORITMA Penulisan algoritma tidak tergantung dari spesifikasi bahasa pemrograman dan komputer yang mengeksekusinya melainkan bersifat umum tetapi notasi-notasi algoritma dapat diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa pemrograman. Notasi algoritma dapat berupa :
–
Uraian kalimat deskriptif (narasi) Instruksi pada algoritma dapat dituliskan dalam bahasa sehari-hari (B.Indonesia, B.Inggris, dsb). Tidak aturan yang baku untuk menuliskan algoritma dalam bentuk notasi ini, tetapi penulisan algoritma menggunakan notasi ini dapat menimbulkan ambiguitas.
–
Bagan alir (flow chart). Instruksi-instruksi
pada
Algoritma
digambarkan
secara
grafis(menghasilkan
sebuah
bagan)
menggunakan simbol-simbol tertentu dengan aturan sebagai berikut :
Simbol
Keterangan Tanda Start(Mulai) atau Tanda End (Selesai) Proses
Operasi Input atau Output
Percabangan / Pengambilan Keputusan
Aliran Data Pembuatan flowchart akan sulit dilakukan untuk program yang sangat kompleks
–
Pseudo-code Penulisan teks algoritma dengan Pseudo-code menggunakan notasi-notasi tertentu yang mendekati bahasa pemrograman sehingga lebih mudah ditranslasikan ke dalam bahasa pemrograman.
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 10
Aturan Penulisan Teks Algoritma :
Judul Algoritma { Bagian yang terdiri atas nama algoritma dan penjelasan (spesifikasi) tentang algoritma tersebut. Nama sebaiknya singkat dan menggambarkan apa yang dilakukan oleh algoritma tersebut. } Kamus (Deklarasi Algoritma) { Bagian untuk mendefinisikan semua nama yang digunakan di dalam program. Nama tersebut dapat berupa nama konstanta, variabel, tipe, prosedur dan fungsi. } Deskripsi Algoritma { Bagian ini berisi uraian langkah-langkah penyelesaian masalah yang ditulis dengan menggunakan notasi yang akan dijelaskan selanjutnya } Contoh 1 : Algoritma Luas_Lingkaran Menghitung dan menampilkan Luas Lingkaran dengan masukan jari-jari lingkaran Contoh Penulisan Algoritma :
– Uraian kalimat deskriptif (narasi) DESKRIPSI :
o o o o
Baca jari-jari lingkaran (R) Phi ß 3.14 Luas ß Phi x R x R Tulis Luas
– Flowchart Mulai
Baca R
Phi
Luas
3.14
Phi * R * R
Tulis Luas
Selesai
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 11
– Pseudo-code Algoritma Luas_Li ngkar an
{Mener i ma masukan j ar i - j ar i l i ngkar an( R) , menghi t ung Luasnya dengan r umus 3. 14 * R * R, kemudi an menul i skan hasi l nya} Kamus
const Phi : r eal = 3. 14 R, Luas : r eal Deskripsi
r ead( R) Luas ß Phi * R * R wr i t e( Luas) Contoh 2 : Algoritma Kelulusan_Mhs Diberikan nama dan nilai mahasiswa, jika nilai tersebut lebih besar atau sama dengan 60 maka mahasiswa tersebut dinyatakan lulus jika nilai lebih kecil dari 60 maka dinyatakan tidak lulus.
– Uraian kalimat deskriptif (narasi) DESKRIPSI :
o o o o
baca nama dan nilai mahasiswa. jika nilai >= 60 maka keterangan = lulus tetapi jika nilai < 60 maka keterangan = tidak lulus. tulis nama dan keterangan
– Flow chart
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 12
– Pseudo-code Algoritma Kelulusan_Mhs
{Mener i ma masukan nama dan ni l ai mahasi swa, j i ka ni l ai t er sebut l ebi h besar at au sama dengan 60 maka mahasi swa t er sebut di nyat akan l ul us j i ka t i dak maka di nyat akan t i dak l ul us} Kamus
Nama : st r i ng Ni l ai : i nt eger Ket er angan : st r i ng Deskripsi
r ead ( nama, ni l ai ) i f ni l ai >= 60 t hen ket er angan ß ‘ l ul us’ el se ket er angan ß ‘ t i dak l ul us’ endi f wr i t e( nama, ket er angan)
Contoh 3 : Algoritma Cetak_Frase Diberikan sebuah angka, kemudian tuliskan frase ‘Dasar Pemrograman’ sebanyak angka tersebut
– Uraian kalimat deskriptif (narasi) DESKRIPSI :
o o
baca angka selama jumlah_frase_tercetak < angka -
o
tulis ’Dasar Pemrograman’
tulis nama dan keterangan
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 13
– Flow chart
– Pseudo-code Algoritma Cetak_Frase
{Mener i ma masukan sebuah angka, kemudi an Pemr ogr aman’ sebanyak angka t er sebut }
t ul i skan
f r ase
‘ Dasar
Kamus
angka : i nt eger i : i nt eger Deskripsi
r ead ( angka) i ß 0 whi l e i < angka do wr i t e( ‘ Dasar Pemr ogr aman’ ) i ß i + 1 endwhi l e
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 14
4 TIPE DATA, NAMA, NILAI
4.1 TIPE Pada umumnya, program komputer bekerja dengan memanipulasi objek(data) di dalam memori. Objek(data) yang akan diprogram bermacam-macam jenis atau tipenya misalnya nilai numerik(angka), karakter(huruf), kumpulan karakter, dll. Suatu tipe menyatakan jenis data yang akan dimanipulasi dalam program, gunanya untuk mendefinisikan objek yang akan diprogram. Suatu tipe diacu dari namanya. Nilai-nilai yang dicakup oleh tipe tersebut dinyatakan dalam domain nilai. Tipe data dikelompokkan menjadi tipe dasar dan tipe bentukan
4.1.1
Tipe dasar Tipe yang dapat langsung dipakai(angka-angka atau karakter) karena sudah didefinisikan sebelumnya oleh pemroses bahasa
1. Bilangan Bulat Bilangan yang tidak mengandung pecahan desimal. ·
Nama Tipe
: Integer
·
Domain Nilai
:
Secara teoritis tak terbatas dari -∞ s.d +∞. Pada algoritma dapat dibatasi tergantung kebutuhan untuk objek, misalnya untuk jam [0..23]. Dalam implementasinya pada bahasa pemrograman, tipe integer punya rentang nilai terbatas untuk menghemat memory. ·
Contoh nilai
: 300, 0, -1000, 113010038, -24
·
Contoh objek
: Nim, Jam, Menit, Detik
2. Bilangan Riil Bilangan yang mengandung pecahan desimal ·
Nama Tipe
: Real
·
Domain Nilai
:
Secara teoritis tak terbatas dari -∞ s.d +∞. Ditulis dengan titik desimal ·
Contoh nilai
: 2.8 , -0.39, 4.24 , 57.567, -102.00
·
Contoh objek
: Nilai ujian
3. Bilangan Logika ·
Nama Tipe
: Boolean
·
Domain Nilai
: Benar(
·
Konstanta
:
--1) atau Salah(
--0)
dan
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 15
4. Karakter Karakter tunggal yang diapit oleh tanda petik satu.
4.1.2
·
Nama Tipe
: char
·
Domain Nilai
:
-
Huruf alfabet (’a’..’z’ dan ’A’..’Z’)
-
Tanda baca (’!’, ’?’ , ’,’ , ’.’)
-
Angka ’0’ , ’1’ ,..., ’9’
-
Karakter khas seperti ’#’ , ’&’ , ’%’ , ’@’ , ’*’ , dll
·
Contoh nilai
: ’l’ , ’p’ , ’+’ , ’6’, ’A’
·
Contoh objek
: Jenis Kelamin, Indeks nilai
Tipe bentukan Tipe yang dibentuk(dan diberi nama) dari tipe dasar atau dari tipe lain yang sudah dikenal, bahkan dapatt didefinisikan sendiri oleh pemrogram. Macam tipe bentukan :
1. String(kumpulan karakter) Deretan karakter dengan panjang tertentu. ·
Nama Tipe
: String
·
Domain Nilai
: Satu atau lebih karakter yang diapit oleh tanda petik tunggal
·
Contoh nilai
: ’Apa kabar’,’Teknik Informatika’,’A234’, ’Ramayana’, ’123’
·
Contoh objek
: Nama, Alamat
2. Tipe bentukan dari tipe data dasar atau tipe bentukan lain : Kata Kunci type Deklarasi kamus data : t ype
nama_t i pe_bent ukan : t i pe_dat a
Contoh : membuat sebuah tipe data baru bernama BilBulat yang memiliki domain nilai yang sama dengan tipe integer
t ype Bi l Bul at : i nt eger ; 3. Record Record tersusun dari satu atau lebih field. Tiap field menyimpan data dengan tipe tertentu
Deklarasi kamus data :
t ype Nama_Recor d : r ecor d < nama_f i el d1 : t i pe_f i el d1, nama_f i el d2 : t i pe_f i el d2, .... nama_f i el dn : t i pe_f i el dn>
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 16
Contoh : a. Titik dalam koordinat kartesian dinyatakan sebagai (x,y) dengan x adalah nilai absis dan y adalah nilai ordinat. Kita dapat menyatakan titik sebagai record dengan (x,y) sebagai field
t ype Ti t i k : r ecor d < x : r eal , y : r eal > t ype Ti t i k : r ecor d< x , y : r eal >
at au
b. Definisi tipe terstruktur yang mewakili tanggal dalam kalender Masehi. sebagai bulan,
sebagai tanggal,
sebagai tahun
t ype Tanggal : r ecor d
{1. . 31} {1. . 12} {>0} >
c. NilMhs adalah tipe terstruktur yang menyatakan nilai ujian seorang mahasiswa untuk mata kuliah yang diambil(MK)
t ype Ni l Mhs : r ecor d < Ni m : i nt eger , NamaMhs : st r i ng, KodeMK : st r i ng, Ni l ai : char > d. Tipe terstruktur untuk jadwal kereta api yang terdiri dari nomor kereta(NoKA), kota asal(KotaAsal), kota tujuan(KotaTujuan), jam berangkat(JamBerangkat), jam tiba(JamTiba)
t ype J adwal KA : r ecor d
4.2 NAMA Nama digunakan mengidentifikasi objek dan mengacu objek tersebut.. Dalam sebuah teks algoritmik, objek yang diberi nama bisa berupa : -
Modul program, Algoritma variabel konstanta
-
type fungsi prosedur Karena adanya bermacam-macam nama tersebut, maka dalam suatu teks algoritma dikenal nama program, nama variabel, nama konstanta, nama fungsi, nama prosedur, nama type.
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 17
Setiap bahasa pemrograman memiliki aturan masing-masing untuk mendefinisikan nama(panjang maks nama, perbedaan huruf besar dan kecil) tetapi dalam algoritma batasan pendefinisian nama tidak seketat pada bahasa pemrograman. Syarat-syarat penggunaan sebuah nama pada algoritma: -
Pemilihan nama harus interpretatif(disesuaikan dengan objek yang diidentifikasi) dan tidak menimbulkan kerancuan
-
Nama harus unik dalam sebuah algoritma/program
-
Nama tidak boleh dipisahkan oleh spasi
-
Tidak
-
Tidak boleh mengandung symbol khusus
-
Nama harus dideklarasikan pada bagian tertentu supaya dapat dipakai.
(huruf besar dan kecil tidak dibedakan)
1. Nama Algoritma Digunakan untuk mengidentifikasi sebuah program atau algoritma, dideklarasikan pada bagian Judul
algoritma Contoh : Al gor i t ma Luas_ Li ngkar an,
Al gor i t ma Kel ul usan_Mhs
2. Nama Peubah(variabel ) Tempat penyimpan data/informasi/nilai yang isinya dapat diubah selama eksekusi program berlangsung. Setiap variabel mempunyai tiga atribut, yaitu nama , tipe, dan nilai. Nama variabel dan tipe datanya dideklarasikan pada bagian Kamus. Sedangkan nilai yang disimpan dalam variabel didefinisikan pada bagian deskripsi algoritma. Bentuk umum deklarasi variabel adalah :
nama_var i abel : t i pe dat a Contoh : Kamus
nama : st r i ng ni m: i nt eger j ns_ kel ami n : char rata, nilai_uts, nilai_uas, nilai_tugas : real;
3. Nama Tetapan(konstanta) Tempat penyimpan data/informasi/nilai yang isinya tidak dapat diubah selama pelaksanaan program. Nama, tipe, dan nilai Konstanta dideklarasikan pada bagian Kamus. Untuk mendefinisikan konstanta harus memakai kata kunci const dan konstanta harus langsung diisi dengan sebuah nilai tertentu. Bentuk umum deklarasi konstanta adalah : const nama_konstanta : tipe = nilai Contoh : Kamus
const phi : r eal = 3. 14 const Nmaks : i nt eger = 200 const passwor d : st r i ng = ’ abcd’
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 18
4. Nama Tipe bentukan Nama tipe bentukan disini berarti nama tipe bentukan yang dibuat/didefinisikan oleh perancang program. Nama tipe bentukan dideklarasikan pada bagian Kamus Nama tipe bentukan tidak dapat langsung digunakan di dalam bagian deskripsi algoritma, tetapi sebelumnya harus mendeklaraikan variabel yang bertipe bentukan tersebut Contoh : Kamus
t ype Kar akt er : char t ype Ti t i k : r ecor d < x t ype J am : r ecor d
: r eal ; y i nt eger , i nt eger , i nt eger
: r eal > {0. . 23} {0. . 59} {0. . 59} >
I ndeks : kar akt er T : Ti t i k J : J am Dari contoh di atas telah didefinisikan tipe data baru bernama karakter dan dua buah tipe record yang bernama Titik dan Jam. Nama karakter, Titik, dan Jam tidak bisa langsung d igunakan pada bagian Deskripsi algoritma tetapi harus mendeklarasikan variabel baru. Pada contoh di atas dideklarasikan variabel Indeks yang bertipe karakter, variabel T bertipe Titik dan variabel J yang bertipe Jam. Indeks, T, dan J inilah yang bisa digunakan pada bagian deklarasi program.
5. Nama Fungsi Bagian Judul Fungsi(nama fungsi, parameter) dideklarasikan pada bagian Kamus Contoh : Kamus
Funct i on Penj uml ahan( a , b : i nt eger ) à i nt eger {mengembal i kan hasi l penj uml ahan ant ar a dua bi l angan} 6. Prosedur Bagian Judul Prosedur(nama prosedur , parameter) dideklarasikan pada bagian Kamus Contoh : Kamus
Pr ocedur e TUKAR( i nput / out put A , B : i nt eger ) {memper t ukar kan ni l ai A dan B}
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 19
Contoh-Contoh Pendefinisian/Delarasi Nama Di Dalam Bagian Kamus : Kamus {nama konstanta}
const phi = 3. 14 cons t Nmaks = 200 const pass wor d = ’ abcd’ {nama tipe}
t ype kar akt er : char t ype Ti t i k : r ecor d < x : r eal ; y : r eal > t ype J am : r ecor d t ype Ni l Mhs : r ecor d {nama variabel}
l uas L : r eal nama : st r i ng i ndeks : kar akt er ket emu : bool ean J : J am T : Ti t i k Ni l ai : Ni l Mhs {nama fungsi}
Funct i on Penj uml ahan( a , b : i nt eger ) à i nt eger {mengembal i kan hasi l penj uml ahan ant ar a dua bi l angan} f unct i on CARI à Bool ean {mencar i ni l ai x, bi l a ket emu maka t r ue, bi l a t i dak maka f al se} {nama prosedur} procedure HITUNG_TITIK_TENGAH( i
nput P1 : Ti t i k, i nput P1
: Ti t i k, out put Pt : Ti t i k) {menghi t ung ni l ai t i t i k t engah dar i sebuah gar i s dengan uj ung- uj ung Px dan Py}
4.3 NILAI Nilai/Harga adalah besaran dari tipe data yang sudah dikenal. Nilai dapat berupa konstanta yang dipakai langsung, isi yang disimpan oleh variabel atau konstanta, hasil perhitungan suatu ekspresi, atau hasil yang dikirim suatu fungsi. Algoritma pada dasarnya adalah proses memanipulasi nilai. Nilai dapat dimanipulasi dengan cara : mengisi nilai ke dalam variabel, menuliskan nilai ke piranti keluaran, diacu dari suatu nama untuk perhitungan/ekspresi
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 20
1. Pengisian Nilai Suatu nama konstanta secara otomatis akan mempunyai harga tetap yang terdefinisi(sudah ditentukan) pada saat nama konstanta dideklarasikan dalam kamus sehingga nama konstanta dapat langsung digunakan dalam program. Tetapi tidak demikian halnya dengan nama variabel. Suatu nama variabel dapat digunakan dalam ekspresi program jika harganya telah terdefinisi. Ada dua cara untuk mengisi nama variabel dengan harga/nilai : Assignment :
·
Assignment adalah instruksi untuk menyimpan harga pada suatu nama variabel. Dengan pemberian harga ini, harga lama yang disimpan tidak lagi berlaku, yang berlaku adalah harga paling akhir yang diberikan. Nilai/Harga yang dimasukkan ke dalam nama variabel bisa berupa nilai tetap, nilai dari variabel lain, atau ekspresi : Deskripsi Algoritma
nama_var 1
ß
nama_var 2
nama_var ß konstanta nama_var ß ekspresi nama_var ß nama_fungsi dengan syarat : -
Bagian kiri dan bagian kanan tanda assignment (ß) bertipe sama
-
nama_var1 dan nama_var (bagian kiri tanda konstanta, type, fungsi, atau prosedur
-
nama yang tertulis di bagian kanan tanda assigment (ß)boleh berupa nama variabel, nama fungsi, nama konstanta
-
semua nama yang dipakai dalam assignment tidak bleh berupa nama type atau prosedur
ß)
harus merupakan nama variabel, tidak boleh nama
Cont oh : Kamus
k, suhu1, suhu2, Tot al : i nt eger ket emu : bool ean J : J am J ar ak : r eal NamaKot a : st r i ng Deskripsi Algoritma
k ß 10 ket emu ß f al s e J ar ak ß 34. 8 NamaKot a ß ’ Tasi kmal aya’ Suhu1 ß 40 Suhu2 ß 30 Tot al ß Suhu1 + Suhu2 Suhu1 ß Suhu2 Tot al ß k* 20+14
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 21
Pembacaan Nilai dari Piranti Masukan
·
Selain dengan assignment, suatu nilai dapat diisikan ke suatu nama variabel melalui pembacaan nilai tersebut dari piranti masukan(keyboard, mouse, scanner, dsb). Disebut ”dibaca” karena arah dari pengisian harga yaitu seakan-akan komputer ”membaca” nilai yang diberikan pengguna. Bentuk Umum : Deskripsi Algoritma
r ead( nama_var i abel ) r ead( l i st nama_var i abel ) Contoh : Kamus
Ni m : i nt eger Nama : st r i ng I ndeks : char Ni l ai : r eal Deskripsi Algoritma
r ead( Ni m) r ead( Nama) r ead( Ni l ai , I ndeks ) 2. Penulisan nilai ke piranti keluaran Suatu nilai/harga yang disimpan dalam memori komputer harus dapat dikomunikasikan ke dunia luar untuk diinterpretasikan oleh pemakai program. Dalam hal ini, nilai harus dapat dituliskan ke suatu piranti keluaran, misalnya layar, printer. Bentuk Umum : Deskripsi Algoritma
wr i wr i wr i wr i
t e( nama_var i abel ) t e( konst ant a) t e( ekspr esi ) t e( l i st - nama)
dengan syarat : -
list-nama adalah satu atau lebih nama : boleh nama variabel, nama konstanta, atau hasil pemanggilan fungsi
-
nama-nama dalam list-nama tidak boleh berupa nama type atau nama prosedur
-
nama yang dituliskan sudah terdefinisi harganya. Jika nama_variabel sudah didefinisikan dengan atau instruksi
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 22
Contoh : Kamus
const pass : st r i ng = ’ abce’ A, B : i nt eger Ni l ai : r eal Deskripsi Algoritma
Ni l ai ß 92. 7 r ead( A , B) wr i t e( pas s, Ni l ai ) wr i t e( ’ Tekni k I nf or mat i ka’ ) wr i t e( 100) wr i t e( A + B) wr i t e( ( A + B) / 2*10)
4.4 OPERATOR DAN EKSPRESI Operator adalah lambang-lambang yang biasa dilibatkan dalam program untuk melakukan suatu operasi atau manipulasi. Misalnya untuk perkalian, penjumlahan, perbandingan, dll. Sedangkan ekspresi adalah suatu ”rumus perhitungan” yang terdiri dari operan dan operator. Operan harus mempunyai harga, karena itu dapat berupa konstanta , nama variabel(yang dipakai dalam perhitungan adalah harga yang dikandung nama variabel), hasil pengiriman suatu fungsi, atau merupakan suatu ekspresi Contoh Ekspresi : a ß b + c – 2 Pada ekspresi ini, a, b, dan c merupakan nama variabel yang berperan sebagai operand sedangkan simbol
ß,
+ dan – merupakan operator. Dalam hal ini variabel a diisi dengan hasil penjumlahan b dan c
dikurangi 2.
Jenis –jenis operator : 1. Operator Perbandingan Operator perbandingan digunakan untuk membandingkan dua operand. Operand yang dibandingkan bisa bertipe bilangan bulat, karakter, real, boolean, atau string. Ekspresi yang menggunakan operator perbandingan akan menghasilkan nilai boolean(true atau false). Operator
Operasi
Contoh Ekpresi
Hasil
=
Sama dengan
a := 6 = 9
a = false
≠
Tidak sama dengan
a := 7 ≠ 5
a = true
<
Lebih kecil dari
a := 4 < 6
a = true
>
Lebih besar dari
a := 10 > 1
a = true
≤
Lebih kecil atau sama dengan
a := 8 ≤ 4
a = false
≥
Lebih besar atau sama dengan
a := 3 ≥ 1
a = true
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 23
2. Operator aritmatika Operator aritmatika hanya dapat dikenakan pada operand bertipe bilangan bulat atau bilangan real. Ekspresi yang menggunakan operator ini pun hanya akan menghasilkan nilai bilangan bulat atau real Operator +
Operasi
Hasil
Jumlah
-
Integer/Real
Kurang
*
Integer/Real
Kali
/ div mod ^
Integer/Real
Contoh Ekpresi
Hasil
x ß 8 + 13
x = 21
x ß 4.3 + 2
x = 6.3
x ß 15 – 2
x = 13
x ß 2.1 – 1.1
x = 1.0
xß 5*6
x = 30
x ß 2.0 * 1.1
x = 2.2
Bagi
Real
xß 6/4
x = 1.5
Pembagian bilangan bulat
integer
z ß 7 div 2
z=3
Sisa pembagian bilangan bulat
integer
z ß 7 mod 2
z=1
Pangkat
integer/real
zß 2^3
z=8
3. Operator logika Operator ini dikenakan pada operand bertipe boolean dan ekspresinya akan menghasilkan nilai boolean(true atau false) Operator
Arti
Hasil
not
negasi
boolean
and
dan
boolean
or
atau
boolean
xor
exclusive OR
boolean
Hasil operator not, and, or, dan xor untuk berbagai kombinasi kondisi A
B
not A
not B
A and B
A or B
A xor B
true
true
false
false
true
true
false
true
false
false
true
false
true
true
false
true
true
false
false
true
true
false
false
true
true
false
false
false
Contoh penggunaan operator pada ekspresi : Kamus
Gaj i _Tot al , Gaj i _Pokok, Pot ongan : r eal HBagi , HSi sa : i nt eger k, l , m, n: bool ean; Deskripsi
k : = t r ue; l : = f al s e; r ead( Gaj i _Pokok, Pot ongan) Gaj i _Tot al ß Gaj i _Pokok – Pot ongan HBagi ß ( 5 * 7) di v 3 HSi sa ß ( 5 * 7) mod 3 m : = ( k or l ) and l ; n : = ( ( 6 >= 8) and ( 9 <> 1) ) or ( 3 < 7) ; wr i t e( HBagi , HSi s a, Gaj i _ Tot al , m , n) ;
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 24
5 AKSI SEKUENSIAL Aksi sekuensial(runtunan) adalah sederetan instruksi atau aksi yang akan dilaksanakan (dieksekusi) oleh komputer berdasarkan urutan penulisannya. Jadi, jika dituliskan sebuah aksi sekuensial yang terdiri dari deretan instruksi/aksi ke 1, 2, 3, 4,..n maka setiap instruksi/aksi akan dilaksanakan secara sekuensial mulai dari yang ke-1, kemudian ke-2, ke-3, ...s/d ke-n. Program paling sederhana tentunya hanya mengandung salah satu instruksi saja. Urutan instruksi dalam algoritma sangat penting, ada aksi sekuensial yang jika diubah urutan instruksi/aksinya akan mempengaruhi hasil eksekusi program. Contoh aksi sekuensial yang berpengaruh jika diubah urutannya : Algorima Runtunan_1 Kamus
p , q : i nt eger Deskripsi
p ß 15 p ß 2* p q ß p wr i t e( q) {nilai q yang dicetak = 30}
Algorima Runtunan_2 Kamus
p, q : i nt eger Deskripsi
p ß 15 q ß p p ß 2* p wr i t e( q) {nilai q yang dicetak = 15}
Beberapa contoh aksi sekuensial :
Contoh 1 : HELLO Permasalahan : Tuliskan algoritma untuk menulis ’HELLO’ ke piranti keluaran Input
: -
Output
: ’HELLO’
Proses
: menulis ’HELLO’
Algoritma Cetak_HELLO
{Menul i s ”HELLO” ke pi r ant i kel uar an} Kamus Deskripsi
wr i t e( ‘ HELLO’ )
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 25
Contoh 2 : HELLO X Permasalahan : Tuliskan algoritma untuk membaca sebuah nama, dan menulis ’HELLO’ yang diikuti dengan nama yang diketikkan ke piranti keluaran Input
: nama
Output
: ’HELLO ’
Proses
: menulis ’HELLO’ diikuti nama yang dibaca
Algoritma Cetak_HELLOX
{Menul i s ” HELLO” ber i kut nama yang di baca dar i pi r ant i masukan ke pi r ant i kel uar an} Kamus
nama : st r i ng Deskripsi
r ead( nama) wr i t e( ‘ HELLO ’ , nama) Contoh 3 : SEGITIGA Permasalahan : Tuliskan algoritma untuk menghitung Luas Segitiga dengan membaca harga alas (cm) dan tinggi (cm) kemudian menuliskan hasilnya ke piranti keluaran Input
: alas(alas segitiga, cm), real dan tinggi(tinggi segitiga, cm) , real
Output
: Luas(Luas segitiga), real
Proses
: menghitung dan menuliskan Luas Segitiga =
a la s x ti n g g i
2
Algoritma Hitung_Luas_Segitiga
{Membaca al as dan t i nggi , menghi t ung Luas=al asxt i nggi / 2 dan menul i skan hasi l nya } Kamus
al as : r eal t i nggi : r eal Luas : r eal
(panjang alas segitiga, satuan cm)
Deskripsi
r ead( al as) r ead( t i nggi ) Luas ß al as * t i nggi / 2 wr i t e( Luas) Contoh 4 : GAJI Permasalahan : Dibaca nama karyawan dan gaji pokok bulanannya. Buat algoritma untuk menghitung dan menampilkan gaji bersih karyawan tersebut dengan ketentuan : -
Gaji bersih = gaji pokok + tunjangan – pajak
-
Tunjangan untuk setiap pegawai sama dan tetap setiap bulannya yaitu 1.000.000
-
Pajak 10% dari (gaji pokok+tunjangan)
Input
: Nama dan Gaji Pokok
Output
: Gaji Bersih
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 26
Proses
: menghitung dan menampilkan Gaji Bersih = gaji pokok + tunjangan – pajak, Tunjangan = 1000000 , Pajak =
10 100
x (Gaji Pokok + Tunjangan)
Algoritma_Gaji_Karyawan
{Menghi t ung Gaj i ber si h kar yawan dengan membaca nama kar yawan dan gaj i pokoknya. Gaj i ber si h = gaj i pokok+t unj angan–paj ak} Kamus
const Tunj angan : r eal = 1000000 nama_kar : st r i ng gaj i _pokok, paj ak, gaj i _ber si h : r eal Deskripsi
r ead( nama_kar , gaj i _pokok) paj ak ß 0. 1 * ( gaj i _pokok + t unj angan) gaj i _ ber s i h ß gaj i _pokok + t unj angan – paj ak wr i t e( nama_kar , gaj i _ber si h) Contoh 5 : TUKAR Permasalahan : Buatlah algoritma yang membaca dua buah bilangan integer yang ditampung dalam variabel, menukarkan harga variabel tersebut dan menuliskan hasil pertukarannya Input
: dua bilangan integer A dan B
Output
: dua bilangan integer A dan B yang telah ditukar harganya
Proses
: menukarkan harga variabel antara A dan B menggunakan sebuah variabel penampung sementara
Algoritma_TUKAR
{memper t ukar kan ni l ai ant ar a A dan B} Kamus
A, B, t emp : i nt eger Deskripsi
r ead( A, B) t emp ß A A ß B B ß t emp wr i t e( A, B)
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 27
6 PEMILIHAN Analisis kasus adalah salah satu elemen primitif pembangun algoritma. Analisis kasus diperlukan dalam sebuah program ketika terdapat suatu instruksi yang hanya dikerjakan jika memenuhi persyaratan atau kondisi tertentu. Contoh pada algoritma Ibu Tati mengupas kentang Penulisan Algoritma Yang Mengandung Analisa Kasus/Pemilihan 1.
Flowchart Permasalahan : Diberikan nama dan nilai mahasiswa, jika nilai tersebut lebih besar atau sama dengan 60 maka mahasiswa tersebut dinyatakan lulus jika nilai lebih kecil dari 60 maka dinyatakan tidak lulus.
–
Uraian kalimat deskriptif (narasi) DESKRIPSI :
o
baca nama dan nilai mahasiswa.
o
jika nilai >= 60 maka keterangan = lulus
o o
tetapi jika nilai < 60 maka keterangan = tidak lulus. tulis nama dan keterangan
–
Flow chart
2.
Pseudocode Penulisan algoritma yang mengandung analisis kasus menggunakan pseudocode terdiri dari dua struktur umum :
IF-THEN dan DEPEND-ON Mendefinisikan analisis kasus adalah mendefinisikan : -
kondisi boolean, berupa suatu ekspresi yang menghasilkan nilai true atau false
-
aksi yang akan dilaksanakan jika kondisi yang dipasangkan dengan aksi yang bersangkutan dipenuhi. Ungkapan Kondisi dapat dihasilkan dengan operator perbandingan dan operator logika.
contoh kondisi : x > 100, kar = ‘*’ , (a ≠ ) or (b = 0) , ketemu = true, not ketemu
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 28
IF-THEN a.
Satu Kasus if then aksi endif Contoh – contoh :
a. i f
x > 100 t hen x ß x + 1 endi f b. i f ( a ≠ 0) or ( b = 0) t hen b ß a * b wr i t e( b) endi f c. i f ( ket emu) t hen i f a ≤ 10 t hen r ead( b) endi f endif Contoh Kasus 1 : Algoritma H URUF_VOKAL
{mencet ak pesan ”hur uf vokal ” bi l a sebuah kar akt er yang di baca mer upakan hur uf vokal . Asumsi hur uf keci l } Kamus
hur uf : char Deskripsi
r ead( hur uf ) i f ( hur uf =‘ a’ ) or ( hur uf =‘ i ’ ) or ( hur uf =‘ u’ ) or ( hur uf =‘ e’ ) or ( hur uf =‘ o’ ) t hen wr i t e( ‘ Hur uf Vokal ’ ) endi f Contoh Kasus 2 : Algoritma B ilangan_Genap
{mencet ak pesan ”bi l angan genap” kemudi an kal i kan bi l angan t er sebut dengan angka 2 j i ka bi l angan bul at yang di masukkan dar i pi r ant i masukan mer upakan bi l angan genap} Kamus
bi l : i nt eger Deskripsi
r ead( bi l ) i f bi l mod 2 = 0 t hen wr i t e( ‘ bi l angan genap’ ) wr i t e( bi l * 2) endi f
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 29
b.
Dua Kasus if then aksi1 else aksi2 endif Contoh – contoh :
a. i f
a > 0 t hen wr i t e( ‘ bi l angan pos i t i f ’ ) el se wr i t e( ‘ bi l angan negat i f ’ ) endi f b. i f ( k > 4) and ( k di v 2 = 4) t hen r ead( n) z ß n * k el se r ead( m) z ß n / k endi f
Contoh Kasus 1 : Algoritma K elulusan_Mhs
{Mener i ma masukan nama dan ni l ai mahasi swa, j i ka ni l ai t er sebut l ebi h besar at au sama dengan 60 maka mahasi swa t er sebut di nyat akan l ul us j i ka t i dak maka di nyat akan t i dak l ul us} Kamus
Nama : st r i ng Ni l ai : i nt eger Ket er angan : st r i ng Deskripsi
r ead ( nama, ni l ai ) i f ni l ai >= 60 t hen ket er angan ß ‘ l ul us’ el se ket er angan ß ‘ t i dak l ul us’ endi f wr i t e( nama, ket er angan) Contoh Kasus 2 : Algoritma B ilangan_Genap_ dan_Ganjil
{Mencet ak “bi l angan genap” j i ka bi l angan bul at yang di baca mer upakan bi l angan genap dan ”bi l angan ganj i l ” j i ka bukan bi l angan genap} Kamus
Bi l : i nt eger Deskripsi
r ead( bi l ) i f ( bi l mod 2 = 0) t hen wr i t e( ’ Bi l angan Genap’ ) el se wr i t e( ’ Bi l angan Ganj i l ’ ) endi f
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 30
c.
Banyak Kasus if then aksi1 else if then aksi2 else if then aksi3 endif endif endif Contoh Kasus 1 : Membaca dua buah nilai integer, jika nilai pertama lebih besar atau sama dengan nilai kedua kerjakan nilai pertama/nilai kedua, jika nilai kedua lebih besar dari nilai pertama kerjakan nilai kedua/nilai pertama, tetapi jika nilai kedua = 0 maka tampilkan pesan e rror Algoritma W UJUD_AIR
{Menent ukan hasi l pembagi an} Kamus
n1, n2 : i nt eger has i l : r eal Deskripsi
r ead( n1, n2) i f n2=0 t hen wr i t e( ‘ Er r or ’ ) el se i f n1≥n2 t hen has i l ß n1/ n2 el se has i l ß n2/ n1 endi f wr i t e( has i l ) endi f
DEPEND-ON Untuk menyederhanakan pola IF-THEN-ELSE jika terdapat banyak kasus. Strukturnya : depend on (nama) : aksi1 : aksi2 : aksi3 ..... : aksiN [otherwise aksiX] Tiap langkah diperiksa kebenarannya. Jika kondisi ke-k benar maka aksi ke-k dilaksanakan. Kondisi berikutnya tidak dipertimbangkan lagi. Jika tidak ada satupun aksi yang benar maka aksi sesudah
Modul Algoritma dan Pemrograman
yang dikerjakan.
Page 31
Contoh Kasus 1: Dibaca nomor dari 1-7 untuk menunjukkan hari. Tuliskan nama hari sesuai nomor harinya Algoritma NA MA_HARI
{Mencet ak nama bul an } Kamus
Nomor _har i : i nt eger Deskripsi
r ead( nomor _har i ) depend on ( nomor _ har i ) nomor _har i =1 : wr i t e( ‘ J anuar i ’ ) nomor _har i =2 : wr i t e( ‘ Febr uar i ’ ) nomor _har i =3 : wr i t e( ‘ Mar et ’ ) nomor _har i =4 : wr i t e( ‘ Apr i l ’ ) nomor _har i =5 : wr i t e( ‘ Mei ’ ) nomor _har i =6 : wr i t e( ‘ J uni ’ ) nomor _ har i =7 : wr i t e( ‘ J ul i ’ ) ot her wi se wr i t e( ‘ Bukan nomor hari yang benar ’ )
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 32
7 PENGULANGAN Komputer memiliki kemampuan untuk mengerjakan suatu instrukasi (aksi) secara berulang-ulang dengan performansi yang sama. Kemampuan tersebut menjadi salah satu keunggulan komputer dibandingkan manusia karena manusia biasanya tidak menyukai tugas-tugas monoton yang dikerjakan secara berulang-ulang (karena lelah atau bosan). Notasi pengulangan adalah salah satu notasi dasar dalam penulisan algoritma selain pemilihan. Terdapat beberapa macam struktur pe ngulangan pada algoritma dan beberapa diantaran ya yang paling banyajk digunakan antara lain struktur FOR, WHILE-DO, dan REPEAT-UNTIL.. Masing-masing struktur digunakan pada jenis permasalahan yang berbeda meskipun untuk beberapa kasus sebuah struktur pengulangan dapat diganti dengan struktur pengulangan yang lain. 1.
Struktur FOR Struktur ini digunakan bila sudah diketahui berapa kali akan mengulang satu atau beberapa aksi dalam badan
pengulangan. Bentuk Umum :
f or var i abel aksi 1 aksi 2 ... aksi n endf or
ß
ni ni l ai _ aw awal t o ni l ai _ ak akhi r d o
Catatan : ·
variabel adalah nama variabel kontrol bertipe karakter atau integer yang berfungsi sebagai pencacah pengulangan
·
aksi1, aksi2, ..., aksin merupakan satu atau lebih instruksi yang dikerjakan secara berulang-ulang
·
nilai_awal dan nilai_akhir bisa berupa konstanta atau ekspresi
·
nilai_awal harus lebih kecil atau sama dengan nilai_akhir
·
tipe data variabel harus sama dengan tipe data nilai_awal dan nilai_akhir
·
Pengulangan akan dilakukan sebanyak nilai_akhir - nilai_awal + 1
Contoh : Membuat sebuah algoritma untuk menampilkan bilangan dari 1 sampai 10 Algoritma Show_ Numer i c
{ menam enampi l kan bi l anga angan n i nt eger eger dar dar i 1 sampai pai 10} 10} Kamus
i : i nt eg e ger Deskripsi
f or o r i ß 1 t o 10 do wr i t e( e( i ) endf or
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 33
For juga dapat digunakan pada pengulangan yang mencacah dari bilangan lebih besar ke bilangan yang lebih kecil Bentuk Umum :
f or var i abel aksi 1 aksi 2 ... aksi n endf or
ß
ni ni l ai _aw _awal downt o ni l ai _akh _akhii r do
Catatan : ·
variabel adalah nama variabel kontrol bertipe karakter atau integer yang berfungsi sebagai pencacah pengulangan
·
aksi1, aksi2, ..., aksin merupakan satu atau lebih instruksi yang dikerjakan secara berulang-ulang
·
nilai_awal dan nilai_akhir bisa berupa konstanta atau ekspresi
·
nilai_awal harus lebih besar atau sama dengan nilai_akhir
·
tipe data variabel harus sama dengan tipe data nilai_awal dan nilai_akhir
·
Pengulangan akan dilakukan sebanyak nilai_awal - nilai_akhir + 1
Contoh : Membuat sebuah algoritma untuk menampilkan bilangan dari N sampai 1 dimana N diinpuitkan dari user Algoritma Show_ Numer i c2
{ menam enampi l kan bi l anga angan n i nt eger eger dar dar i N sampai pai 1} Kamus
i , N : i nt eger Deskripsi
r ead ead( N) f or o r i ß N downt downt o 1 do wr i t e( e( i ) endf or 2.
Struktur WHILE-DO (Pengulangan berdasarkan kondisi ulang) Struktur pengulangan ini biasanya digunakan pada kasus yang belum pasti berapa kali aksi/instruksinya akan
diulang. Struktur While mirip struktur IF yang melakukan pemeriksaan ekspresi boolean sebelum satu atau lebih aksi dikerjakan. Bentuk Umum :
whi l e (kon (kondi si ) do aksi 1 aksi 2 ... aksi n endw endwhi l e Catatan : ·
Kondisi adalah kondisi pengulangan berupa ekspresi boolean yang dapat menghasilkan nilai True atau False
·
Aksi pada badan pengulangan dilaksanakan selema (kondisi) m enghasilkan nilai True
·
Pengulangan berhenti jika (kondisi) menghasilkan nilai False
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 34
Contoh : Membuat sebuah algoritma untuk menampilkan bilangan dari 1 sampai 10 Algoritma Show_ Numer i c3
{ menam enampi l kan bi l anga angan n i nt eger eger dar dar i 1 sampai pai 10} 10} Kamus
i : i nt eg e ger Deskripsi
i ß 1 whi l e i ≤ 10 do wr i t e( e( i ) i ß i + 1 end endwhi l e
Badan pengulangan (aksi) pada struktur While-Do mungkin tidak akan pernah dilakukan karena sebelum aksi pertama dieksekusi, dilakukan test terhadap kondisi pengulangan. Pengulangan ini berpotensi untuk menimbulkan aksi “kosong” (tidak pernah melakukan apa-apa) jika pada test pertama kondisi menghasilkan nilai False
Contoh : Kamus
f : bool ean Deskripsi
f ß true whi l e ( not f )
do
f ß no not f enw enwhi l e
3.
Struktur REPEAT-UNTIL (Pengulangan berdasarkan kondisi berhenti) Struktur ini hampir sama dengan struktur Whike dan biasanya digunakan bila jumlah pengulangan belum dapat
ditentukan saat program ditulis Bentuk Umum :
Repeat epeat aksi 1 aksi 2 ... aksi n Unt i l ( kondi s i ber hent i ) Catatan : Kondisi berhenti berupa ekspresi boolean yang dapat menghasilkan nilai True atau False Aksi pada badan pengulangan akan di kerjakan sampai kondisi berhenti bernilai True Badan pengulangan (aksi) pada struktur ini minimal dikerjakan satu kali karena pada waktu eksekusi pengulangan yang pertama tidak dilakukan test terhadap kondisi berhenti. Test terhadap kondisi berhenti dilakukan setelah aksi dikerjakan · · ·
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 35
Contoh : Membuat sebuah algoritma untuk menampilkan bilangan dari 1 sampai 10 Algoritma Show_Numer i c4
{ menampi l kan bi l angan i nt eger dar i 1 sampai 10} Kamus
i : i nt eger Deskripsi
i ß 1 r epeat wr i t e( i ) i ß i + 1 unt i l i > 10 Perbedaan struktur Repeat - Unt i l dan Whi l e- Do terletak pada pengecekan kondisi. Jika pada struktur Whi l e, kondisi dicek pada awal badan pengulangan, sedangkan pada struktur Repeat kondisi dicek pada akhir badan pengulangan. Perbedaan yang lain, bila struktur Whi l e mengulang pernyataan selama kondisi masih terpenuhui (kondisi = True), struktur Repeat mengulang pernyataan selama kondisi belum terpenuhi (kondisi = False) STUDI KASUS
1. Membuat algoritma untuk menampilkan semua bilangan faktor dari n dimana n diinputkan oleh user Algoritma Fakt or Kamus
n, i : i nt eger Deskripsi
r ead( n) f o r i ß 1 t o n do i f ( n mod i = 0) t hen wr i t e( i ) endi f endf or 2. Buat algoritma untuk membaca dan menghitung nilai mahasiswa kemudian menghitung nilai rata-rata dari nilai mahasiswa tersebut. Proses pembacaan dan perhitungan dilakukan sampai user tidak ingin menginputkan lagi Algoritma Rerat a_Ni l ai _Mahasi swa Kamus
n : i nt eger j awab : char ni l ai , j uml ah, r at a : r eal Deskripsi
j uml ah ß 0 n ß 0 r epeat r ead( ni l ai ) j uml ah ß j uml ah + ni l ai n ß n + 1 wr i t e( ‘ Apakah anda i ngi n i nput dat a l agi r ead( j awab) unt i l ( j awab = ‘ T’ ) or ( j awab = ‘ t ’ ) rata ß j uml ah / n wr i t e( r at a)
Modul Algoritma dan Pemrograman
( y/ t )
? ’)
Page 36
8 RECORD Untuk merepresentasikan sebuah objek, sering tipe data dasar seperti integer, real, boolean, char, tidak dapat memenuhinya. Oleh karena itu, dibentuklah tipe bentukan yang merupakan gabungan dari beberapa tipe data dasar atau dari tipe bentukan lainnya. Salah satu tipe bentukan tersebut adalah record. Record adalah salah satu tipe data terstruktur( dari beberapa elemen yang disebut masing-masing
Setiap
) bentukan yang setiap recordnya terdiri menggambarkan informasi tertentu dan tipe data pada
dapat berbeda-beda namun sudah dikenal baik itu tipe dasar atau tipe bentukan lainnya.
Ilustrasi sebuah record Sebagai contoh, di dalam matematika untuk menggambarkan sebuah titik pada diagram kartesian digunakan dua bilangan integer atau real yaitu untuk menunjukkan koordinat titik yang ditunjuk pada sumbu x dan sumbu y. Untuk merepresentasikan tanggal juga digunakan tipe bentukan yang terdiri dari hari, bulan, dan tahum yang masing-masing bertipe integer. Data pegawai juga terdiri dari beberapa elemen seperti nama, tanggal lahir, dan alamat. Untuk menjawab semua kebutuhan pada beberapa contoh tersebut, dibuatlah tipe bentukan yang disebut record.
DEKLARASI RECORD Seperti halnya tipe data lain, tipe data record juga harus dideklarasikan terlebih dahulu di bagian kamus jika kita ingin menggunakan sebuah variabel yang bertipe record pada bagian deskripsi algoritmanya. Deklarasi record pada algoritma adalah sebagai berikut : t ype nama_r ecor d : r ecor d < nama_f i el d1 : t i pe_f i el d1, nama_f i el d2 : t i pe_f i el d2 ..... nama_f i el dn : t i pe_f i el dn >
Contoh 1 : Type Titik {menyatakan absis dan ordinat pada diagram kartesian} Titik dalam koordinat kartesian dinyatakan sebagai (x,y) dengan x adalah nilai absis dan y adalah nilai ordinat. Kita dapat menyatakan titik sebagai record dengan (x,y) sebagai field
t ype Ti t i k : r ecor d < x : r eal , y : r eal >
{absi s} {or di nat }
Jika dideklarasikan sebuah variabel T sebagai berikut :
T : Ti t i k {artinya : mendeklarasikan variabel T bertipe Titik} Maka cara mengacu atau mengakses nilai elemen yang tersimpan pada T yang telah terdefinisi adalah :
T. x dan T. y
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 37
Contoh : Kamus
t ype Ti t i k : r ec or d < x : r eal , y : r eal > T : Ti t i k Deskripsi
T. x ß 4. 5 T. y ß - 2. 0 r ead( T. x , T. y) wr i t e( T. x , T. y)
Contoh 2 : Type Tanggal{menyatakan tanggal, bulan, dan tahun dalam kalender Masehi} Tipe tanggal merepresentasikan tanggal pada kalender Masehi dalam notasi dd–mm–yy dimana tanggal bernilai [1..31],
sebagai bulan bernilai [1..12], dan
sebagai
sebagai tahun bernilai [>0]
t ype Tanggal : r ecor d 0] >
Jika dideklarasikan sebuah variabel TGL sebagai berikut :
TGL : Tanggal {artinya : mendeklarasikan variabel TGL bertipe Tanggal} Maka cara mengacu atau mengakses nilai elemen yang tersimpan pada TGL yang telah terdefinisi adalah :
TGL. dd , TGL. mm, dan dan TGL. yy Contoh : Kamus
t ype Tanggal : r ecor d < dd : i nt eger [ 1. . 31] , mm : i nt eger [ 1. . 12] , yy : i nt eger [ >0] > TGL : Tanggal Deskripsi
TGL. dd ß 20 TGL. mm ß 2 TGL. yy ß 1987 r ead( TGL. dd, TGL. mm, TGL. yy) wr i t e( TGL. dd, TGL. mm, TGL. yy)
Contoh 3 : Type Waktu{menyatakan jam, menit, dan detik } Tipe waktu merepresentasikan WAKTU dalam notasi hh:mm:ss dimana hh sebagai jam bernilai [0..23], mm sebagai menit bernilai [0..59], dan ss sebagai detik bernilai [0..59]
t ype Wakt u : r ecor d < hh : i nt eger [ 0. . 23] , mm : i nt eger [ 0. . 59] , s s : i nt eger [ 0. . 59] >
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 38
Jika dideklarasikan sebuah variabel W sebagai berikut :
W : Wakt u {artinya : mendeklarasikan variabel W bertipe Waktu} Maka cara mengacu atau mengakses nilai elemen yang tersimpan pada W yang telah terdefinisi adalah :
W. hh , W. mm, dan dan W. ss Contoh : Kamus
t ype Wakt u : r ecor d < hh : i nt eger [ 0. . 23] , mm : i nt eger [ 0. . 59] , s s : i nt eger [ 0. . 59] > W : Wakt u Deskripsi
W. hh ß 10 W. mm ß 30 W. ss ß 50 r ead( W. hh, W. mm, W. ss) wr i t e( W. hh, W. mm, W. ss )
Contoh 4 : Record untuk pengolahan data nilai mahasiswa Tipe terstruktur yang menyatakan nilai ujian seorang mahasiswa untu k mata kuliah yang diambil(MK) terdiri dari Nim, Nama, Kode MK dan Nilai
t ype Ni l ai Mhs : r ecor d < Ni m : i nt eger , NamaMhs : st r i ng, KodeMK : st r i ng, Ni l ai : char >
Jika dideklarasikan sebuah variabel M sebagai berikut :
M : Ni l ai Mhs {artinya : mendeklarasikan variabel M bertipe NilaiMhs} Maka cara mengacu atau mengakses nilai elemen yang tersimpan pada W yang telah terdefinisi adalah :
M. Ni m, M. NamaMhs, M. KodeMK, dan M. Ni l ai Contoh : Kamus
t ype Ni l ai Mhs : r ecor d < Ni m : i nt eger , NamaMhs : st r i ng, KodeMK : st r i ng, Ni l ai : c har > M : Ni l ai Mhs Deskripsi
M. Ni m ß 077006187 M. NamaMhs ß ’ Ar j una’ M. KodeMK ß ’ MKK1107’ M. Ni l ai ß ’ B’ r ead( M. Ni m, M. NamaMhs, M. KodeMK, M. Ni l ai ) wr i t e( M. Ni m, M. NamaMhs, M. KodeMK, M. Ni l ai )
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 39
LATIHAN 1. Tentukan baris instruksi yang salah pada algoritma di bawah ini! Algoritma Cont oh_Type Kamus
t ype MyPoi nt : r ecor d P : i nt eger R : MyPoi nt Deskripsi
{1} {2} {3} {4} {5} {6} {7} {8}
r ead( MyPoi nt ) r ead( R) r ead( P) wr i t e( H. x , H. y) R ß R + 5 R. x ß R. x + 5 wr i t e( MyPoi nt ) wr i t e( R. x, R. y)
2. Deklarasikan tipe Data_Karyawan yang terdiri dari ID, Nama Karyawan, Golongan, dan Gaji Pokok. Berikutnya buat algoritma untuk menerima masukan 1 buah data Karyawan dan menampilkannya! 3. Buat algoritma yang membaca dua waktu (jam, menit, dan detik) dan menghitung selisih kedua waktu tersebut dalam detik kemudian menampilkannya! JAWABAN LATIHAN
1. Baris instruksi yang salah : (1) Karena MyPoint adalah sebuah type maka tidak bisa dijadikan sebagai variabel penampung hasil pembacaan dari piranti masukan (2) Karena R adalah variabel yang bertipe record jadi harus disebutkan nama fieldnya. Seharusnya read(R.x) atau read(R.y) (4) Karena variabel H tidak ada pada kamus (5) Karena R adalah variabel yang bertipe record jadi harus disebutkan nama fieldnya pada setiap pemrosesan. Seharusnya R.x ß R.x + 5 atau R.y
ß R.y
+5
(7) Karena MyPoint adalah sebuah type maka tidak bisa langsung dioutputkan 2. Algoritma Rerat a_Ni l ai _Mahasi swa Kamus
t ype Dat a : r ecor d < I D : i nt eger , nama : st r i ng, gol ongan : char , gaj i _pokok : r eal > D : Dat a Deskripsi
r ead( D. I D, D. nama, D. gol ongan, D. gaj i _pokok) wr i t e( D. I D, D. nama, D. gol ongan, D. gaj i _pokok)
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 40
3. Algoritma Sel i si h_Wakt u Kamus
t ype waktu : r ecor d < j am : i nt eger [ 0. . 23] , meni t : i nt eger [ 0. . 59] , det i k : i nt eger [ 0. . 59] > W1, W2 : wakt u s el i s i h : i nt eger Deskripsi
r ead( w1. j am, w1. meni t , w1. det i k) r ead( w2. j am, w2. meni t , w2. det i k) sel i si h ß ( w2. j am * 3600 + w2. meni t * 60 + w2. det i k) – ( w1. j am * 3600 + w1. meni t * 60 + w1. det i k) wr i t e( s el i s i h)
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 41
9 ARRAY Array merupakan salah satu tipe data terstruktur(
) yang berguna sebagai sebuah
tempat penyimpanan elemen data / nilai yang bertipe sama. Penggunaannya sama seperti variabel(untuk menyimpan nilai) tetapi variabel hanya dapat menyimpan sebuah nilai sedangkan pada array data yang diolah bisa beberapa nilai bertipe sama. Struktur data array dipakai untuk merepresentasikan sekumpulan informasi yang bertipe sama dan disimpan dengan urutan yang sesuai dengan definisi indeks secara kontigu dalam memeori komputer. Oleh karena itu indeks harus suatu tipe data yang mempunyai keterurutan seperti tipe integer atau karakter. Bentuk array sama seperti tabel sehingga array seringkali juga disebut tabel. Misalnya tabel untuk menyimpan data nilai 100 buah
TabNilai index 1 2 3 4 5 ..... 100
nilai 60 70 100 80 65 ..... 89
Sebuah array harus diberi nama, supaya mudah diakses atau diacu. Setiap elemen/bagian array harus diberi alamat supaya dapat dibedakan dengan elemen lainnya dan mudah dalam pencarian. Indeks digunakan sebagai alamat elemen pada array.
Deklarasi Array Supaya sebuah array dapat diisi, arraynya harus dibuat dulu atau dipesan tempatnya (berapa banyak data yang akan dimasukkan ke dalam array) dengan cara dideklarasikan di bagian kamus. Jumlah elemen array tidak dapat diubah selama pelaksanaan program Bentuk umum deklarasi array :
nama_ar r ay : array [ r ange_i ndex] of t i pe_el emen contoh : TabNi l ai : array [ 1. . 100] of r e al Frekuensi : array [ ‘ a’ . . ’ z ’ ] of i nt eger NamaKot a : array [ 1. . 20] of s t r i ng Tipe_elemen menunjukkan tipe data dari elemen tabel, semua isi elemen tabel bertipe sama. Range
index bisa berupa integer atau character dan harus menaik. Setelah sebuah array dideklarasikan, akan disediakan tempat di memori sebanyak jumlah elemen yang dipesan. Memori adalah tempat untuk menyimpan data yang bersifat sementara sedangkan harddisk untuk menyimpan data yang bersifat permanen. Memori juga memiliki alamat yang dapat diakses jika dibutuhkan.
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 42
Operasi Terhadap Array Operasi atau manipulasi terhadap array hanya dapat dilakukan terhadap satu elemennya yang ditunjukkan oleh indeks. Untuk mengisi atau mengambil data/nilai dari array : Nama_Ar r ay[ al amat _i ndex] ç ni l ai wr i t e( Nama_Ar r ay[ al amat _i ndex] ) nama_var i abel ç Nama_Ar r ay[ al amat _i ndex]
Contoh 1 : Membuat dan mengisi array huruf
ArrHuruf 1 2 3 4 5
‘A’ ‘N’ ‘G’ ‘S’ ‘A’
Kamus
const N = 5 Ar r Hur uf : ar r ay [1. . N] of char Deskripsi
Ar r Hur uf [ 1] ç ‘ A’ Ar r Hur uf [ 2] ç ‘ N’ Ar r Hur uf [ 3] ç ‘ G’ Ar r Hur uf [ 4] ç ‘ S’ Ar r Hur uf [ 5] ç ‘ A’ wr i t e( Ar r Hur uf [ 3] )
PEMROSESAN ARRAY Pemrosesan terhadap Array berarti memproses elemen mulai dari elemen pertama (elemen dengan indeks terkecil, berturut-turut pada elemen berikutnya, sampai elemen terakhir dicapai). Pemrosesan terhadap elemen array menggunakan bentuk pengulangan sebagai berikut :
f or i
ç
i ndex_awal t o i ndex_akhi r do Pr oses( Nama_Ar r ay[ i ] ) endf or 1. Pengisian elemen array dengan nilai yang dibaca dari piranti masukan Algoritma Tabel 1 Kamus
MyTab : ar r ay[ 1. . 50] of i nt eger n, I : i nt eger Agoritma
r ead( n) f or i ç 1 t o n do r ead( MyTab[ i ] ) endf or
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 43
2. Penulisan elemen array Algoritma Tabel Kamus
MyTab : ar r ay[ 1. . 50] of i nt eger n, i : i nt eger Agoritma
r ead( n) f or i ç 1 t o n do r ead( MyTab[ i ] ) endf or f or i
ç
1 t o n do wr i t e ( MyTab[ i ] ) endf or
Contoh 2 : Algoritma yang membaca sebuah array integer yang menyatakan nilai ujian, TabNilai, mulai indeks 1 sampai n dan menghitung nilai rata-rata ujian dan menampilkannya pada layar dimana n diinputkan oleh user Algoritma Ni l ai _Mahasi swa Kamus
const NMax = 100 TabNi l ai : ar r ay [ 1. . NMax] of r eal n, i : i nt eger r at a : r eal Deskripsi
r ead ( n) f or i ß 1 t o n do r ead( TabNi l ai [ i ] ) endf or j uml ah ß 0 f or i ß 1 t o n do j uml ah ß j uml ah + TabNi l ai [ i ] endf or rata ß jumlah / n
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 44
10 PROSEDUR Seringkali dalam membuat program besar, pemrogram perlu memecah program menjadi beberapa subprogram yang lebih kecil. Tiap subprogram(modul) dapat dirancang oleh pemrogram selain orang yang mengembangkan program utama. Modul yang sudah dirancang dapat dipasang ke dalam program lain yang membutuhkan à Teknik pemrograman modular(prosedur, routine, fungsi) Keuntungan modularisasi : 1. Untuk aktivitas yang harus dilakukan lebih dari sekali, cukup ditulis sekali sehingga dapat mengurangi panjang program. Contoh : Algoritma ABCD DEKLARASI A, B, C, D, temp : integer
DESKRIPSI ….. {Pertukarkan nilai A dan B} temp ß A A ß B B ß temp ..... if C > D then {pertukarkan nilai C dan D} temp ß C C ß D D ß temp endif
Procedure TUKAR(input/output P, Q : integer) {mempertukarkan nilai P dan Q} DEKLARASI
Temp : integer DESKRIPSI Temp ß P P ß Q Q ß Temp Algoritma ABCD DEKLARASI
A, B, C, D, temp : integer
Procedure TUKAR(input/output P, Q : integer) DESKRIPSI …..
{Pertukarkan nilai A dan B} TUKAR(A,B) ..... if C > D then {pertukarkan nilai C dan D} TUKAR(C,D) endif
{panggil prosedur TUKAR}
{panggil prosedur TUKAR}
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 45
Ketika sebuah program dipanggil, pelaksanaan program berpindah ke dalam modul. Lalu seluruh instruksi dalam modul dilaksanakan secara beruntun sampai akhir modul. Setelah instruksi dalam modul dilaksanakan, pelaksanaan program kembali ke program utama. Program Utama MODUL1
A1 A2 A3 Call MODUL1 A4 A5 Call MODUL2 A6 A7 Call MODUL1 A8
M11 M12 M13 MODUL2
M11 M12 M13
Ilustrasi : a. Prosedur URUS PASPOR (di kantor imigrasi) - Isi formulir permintaan paspor dengan lampiran foto copy KTP, Kartu keluarga, pas foto - Serahkan formulir yang sudah diisi beserta biaya pembuatan paspor - Wawancara dengan petugas imigrasi - Terima paspor b. Prosedur URUS VISA (di kantor kedutaan besar) - Isi formulir permintaan visa dengan lampiran foto copy KTP, paspor, pas foto, tiket pesawat - Serahkan formulir yang sudah diisi beserta biaya pembuatan visa - Terima visa c. Prosedur BERANGKAT DARI BANDARA - Datang ke bandara satu jam sebelum keberangkatan - Jika sudah disuruh naik ke pesawat, tunjukkan tiket, paspor, dan visa ke petugas - Naik ke pesawat - Selamat jalan... Algoritma PERGI_KE_LUAR_NEGERI DESKRIPSI :
a. Urus Paspor b. URUS VISA c. BERANGKAT DARI BANDARA 2. Kemudahan menulis dan mencari kesalahan( debug) program Kemudahan menulis berguna jika sebuah program dilaksanakan oleh satu tim pemrogram. Masalah dipecah menjadi beberapa submasalah. Setiap submasalah ditulis ke dalam modul individual yang dikerjakan oleh orang yang berbeda. Setelah selesai, semua modul diintegrasikan kembali menjadi program lengkap. Program modular mudah dipahami dan mudah dicari kesalahannya karena setiap modul melakukan aktivitas spesifik
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 46
STRUKTUR PROSEDUR 1. Bagian Header à nama prosedur dan komentar yang menjelaskan spesifikasi prosedur 2. Bagian Kamus 3. Badan Prosedur (Deskripsi) Nama prosedur sebaiknya diawali kata kerja, misalnya Hitung_Luas, Tukar, CariMaks Procedure Nama_Prosedur {Spesifikasi prosedur, penjelasan yang berisi uraian singkat mengenai apa yang dilakukan prosedur}
.
Kamus {semua nama yang dipakai dalam prosedur dan hanya berlaku lokal didefinisikan disini} Deskripsi {Badan prosedur, berisi kumpulan instruksi}
Contoh : Procedure CETAK_HALLO {mencetak string ”Hallo, Dunia”} DEKLARASI DESKRIPSI
write(‘Hallo, Dunia’) Procedure HIT_LUAS_SEGITIGA {menghitung luas segitiga dengan rumus L = ½ (alas x tinggi)} DEKLARASI
a, t , L: real DESKRIPSI
read(a , t) L ß a * t / 2 write(L) Procedure HIT_LUAS_ PERSEGI_PANJANG {menghitung luas empat persegi panjang dengan rumus L = panjang x lebar} DEKLARASI
p, l , Luas: real DESKRIPSI
read(p , l) Luas ß p * l write(‘Luas = ’, Luas) Procedure HIT_LUAS_LINGKARAN {menghitung luas segitiga dengan rumus L = ½ (a x t)} DEKLARASI
const phi = 3.14 r , L: real DESKRIPSI
read(r) L ß phi * r * r write(L)
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 47
PEMANGGILAN PROSEDUR Prosedur tidak bisa dieksekusi langsung. Instruksi pada prosedur bisa dilaksanakan jika prosedur diakses. Prosedur diakses dengan memanggil namanya dari program pemanggil (program utama atau modul program lain) NAMA_PROSEDUR Ketika nama prosedur dipanggil, kendali program berpindah ke prosedur tersebut. Setelah semua instruksi
prosedur selesai dilaksanakan, kendali program berpindah kembali ke program pemanggil. Dalam program pemanggil, harus mendeklarasikan prototype prosedur (header ) dalam bagian deklarasi supaya dikenali oleh program pemanggil dan mengetahui cara mengaksesnya.. Contoh : Algoritma HALLO {program utama untuk mencetak string ”Hallo, Dunia”} DEKLARASI
Procedure CETAK_HALLO DESKRIPSI
CETAK_HALLO
{panggil prosedur CETAK_HALLO}
Algoritma HITUNG_LUAS_SEGITIGA {program utama untuk menghitung luas segitiga} DEKLARASI
Procedure HIT_LUAS_SEGITIGA DESKRIPSI
write(‘Menghitung Luas Sebuah Segitiga’) HIT_LUAS_SEGITIGA write ’Selesai’
{panggil prosedur HIT_LUAS_SEGITIGA}
Algoritma HITUNG_LUAS {program utama untuk menampilkan menu perhitungan luas segitiga, luas persegi panjang, dan lingkaran, memilih menu, dan melakukan proses perhitungan sesuai pilihan menu} DEKLARASI
nomor_menu : integer Procedure HIT_LUAS_SEGITIGA Procedure HIT_LUAS_PERSEGI_PANJANG Procedure HIT_LUAS_LINGKARAN DESKRIPSI
Repeat {cetak menu ke layar } # Menu Pilihan Menghitung Luas # write(‘ write(’ 1. Menghitung Luas Segitiga write(’ 2. Menghitung Luas Persegi Panjang write(’ 3. Menghitung Luas Lingkaran write(’ 4. Keluar Program write(’ Masukkan Pilihan Menu (1 / 2 / 3 / 4) : read(nomor_menul) depend on ( nomor_menu) 1 : HIT_LUAS_SEGITIGA 2 : HIT_LUAS_PERSEGI_PANJANG 3 : HIT_LUAS_LINGKARAN 4 : write(’Keluar Program...Sampai Jumpa’) until nomor_menu = 4
Modul Algoritma dan Pemrograman
’) ’) ’) ’) ’) ’)
Page 48
VARIABE GLOBAL DAN VARIABEL LOKAL Variabel Lokal à Ditulis pada bagian Kamus prosedur dan hanya dapat digunakan oleh prosedur Variabel Global à Ditulis pada bagian Kamus program utama, dapat digunakan di dalam program utama maupun prosedur. Contoh : Procedure Hitung_Rata_Rata {program utama untuk menghitung rata-rata N buah bilangan bulat yang dibaca dari keyboard } DEKLARASI
x : integer k : integer jumlah : real
{data bilangan bulat yang dibaca dari keyboard } {pencacah banyak bilangan} {jumlah seluruh bilangan}
DESKRIPSI
k ß 1 jumlah ß 0 while k ≤ N do read(x) jumlah ß jumlah + x k ß k + 1 endwhile rata ß jumlah / N Algoritma Rata_Rata_Bilangan_Bulat {program utama untuk menghitung rata-rata N buah bilangan bulat yang dibaca dari keyboard } DEKLARASI
N : integer {banyaknya bilangan bulat } rata : real {nilai rata-rata bilangan bulat} Procedure Hitung_Rata_Rata DESKRIPSI
read(N) write(‘Menghitung rata-rata bilangan bulat’) Hitung_Rata_Rata write(’Nilai rata-rata : ’,rata) Usahakan menggunakan nama global sesedikit mungkin karena dengan nama lokal, program terlihat lebih elegan dan mempermudah mencari kesalahan program yang disebabkan oleh nama tersebut
Parameter Kebanyakan program memerlukan pertukaran informasi antara prosedur / fungsi dengan titik dimana ia dipanggil à penggunaan parameter Parameter adalah :
Nama- nama peubah yang dideklarasikan pada bagian header prosedur. Parameter actual ( argument ) adalah :
Parameter yang disertakan pada waktu pemanggilan prosedur. Parameter formal adalah :
Parameter yang dideklarasikan di dalam bagian header prosedur itu sendiri.
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 49
Tiap item data ditransfer antara parameter aktual(yang disertakan pada waktu pemanggilan) dengan parameter formal(yang dideklarasikan di prosedur). Ketika pemanggilan, parameter aktual menggantikan parameter formal. Tiap parameter berpasangan dengan parameter formal yang bersesuaian. Pendeklarasian parameter di dalam prosedur bukanlah keharusan. Dengan kata lain boleh ada atau tidak ada. Procedure Nama_Prosedur(daftar parameter formal) {Spesifikasi prosedur, penjelasan yang berisi uraian singkat mengenai apa yang dilakukan prosedur}
Kamus {semua nama yang dipakai dalam prosedur dan hanya berlaku lokal didefinisikan disini}
Algoritma Badan rosedur, berisi kum ulan instruksi
Memanggil prosedur dengan parameter : NAMA_PROSEDUR(daftar parameter actual)
Prosedur yang baik adalah Prosedur yang independent dari program pemanggilannya. Prosedur yang tidak menggunakan peubah peubah global didalam badan prosedurnya. Jika program utama perlu mengkomunikasikan nilai peubah global ke dalam prosedur, maka ada satu cara untuk melakukannya yaitu dengan menggunakan parameter. Aturan penting korespondensi satu-satu antara parameter formal dengan parameter aktual : 1. Jumlah parameter aktual harus sama dengan jumlah parameter formal 2. Tipe parameter aktual harus sama dengan tipe parameter formal 3. Tiap parameter aktual harus diekspresikan dengan cara yang benar dengan parameter formal bersesuaian, tergantung jenis parameter formal Jenis parameter formal : 1. Parameter Masukan(input parameter ) = parameter nilai(value parameter ) dalam bahasa pemrograman à nilainya berlaku sebagai masukan untuk prosedur Nilai parameter aktual diisikan(assign) ke parameter formal bersesuaian. Nilai tersebut digunakan dalam badan prosedur tetapi tidak dapa dikirimkan ke titik pemanggilan . Perubahan nilai parameter dalam badan prosedur tidak mengubah nilai parameter aktual. Nama parameter aktual boleh berbeda dengan nama parameter formal. Contoh : Procedure SATU (input x : integer , input y : real) {Contoh prosedur dengan parameter formal jenis parameter masukan}
Deklarasi Deskripsi x ß x + 1 y ß y + 1 write(x) write(y)
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 50
Algoritma PQR {Contoh program utama yang memanggil prosedur SATU}
Deklarasi a , b : integer c , d : real Procedure SATU (input x : integer , input y : real) Deskripsi SATU(4,10.5) read(a,b,c,d) SATU(a,c) SATU(b,d) SATU(a+5,c/d) SATU(a,b)
Yang tidak boleh : SATU(c,d)
SATU(a)
SATU(a,c,b)
Procedure HIT_LUAS_SEGITIGA( input a , t : real) {menghitung luas segitiga dengan rumus L = ½ (alas x tinggi)} DEKLARASI
L: real DESKRIPSI
L ß a * t / 2 write(‘Luas Segitiga = ’,L) Algoritma HITUNG_LUAS_SEGITIGA {program utama untuk menghitung luas segitiga} DEKLARASI
alas , tinggi : real Procedure HIT_LUAS_SEGITIGA( input a , t : real) DESKRIPSI
write(‘Menghitung Luas Sebuah Segitiga’) read(alas,tinggi) HIT_LUAS_SEGITIGA(alas,tinggi) write(’Selesai’) Parameter formal ß Nilai parameter aktual 2. Parameter Keluaran(output parameter ) à menampung keluaran yang dihasilkan oleh prosedur Bila prosedur menghasilkan satu atau lebih nilai yang akan digunakan oleh program pemanggil, maka nilai keluaran ditampung di dalam parameter keluaran. Bila prosedur dengan parameter keluaran dipanggil, nama parameter aktual dalam program pemanggil akan menggantikan nama parameter formal yang bersesuaian dalam prosedur. Nama parameter aktual akan digunakan selama pelaksanaan prosedur. Parameter formal ß Parameter aktual Karena nama parameter merupakan suatu lokasi di memori, maka jika parameter aktual diisi suatu nilai di dalam prosedur, nilai tersebut akan tetap berada dalam parameter aktual walaupun prosedur selesai dilaksanakan. Contoh :
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 51
Procedure DUA(input x : integer , output y : real) {Contoh prosedur dengan parameter formal jenis parameter masukan dan jenis parameter keluaran}
Deklarasi Deskripsi x ß x + 1 y ß x * 10 Algoritma PQR {Contoh program utama yang memanggil prosedur DUA}
Deklarasi a , b : integer Procedure DUA (input x : integer , output y : real) Deskripsi DUA (4,b) write(b) read(a) DUA (a,b) write(b) DUA (a+5,b) write(b)
Yang tidak boleh : output berupa nilai atau ekspresi DUA(4,8.5)
DUA(a,a+5)
Procedure HIT_LUAS_SEGITIGA( input a , t : real, output L : real) {menghitung luas segitiga dengan rumus L = ½ (alas x tinggi)} DEKLARASI DESKRIPSI
L ß a * t / 2 Algoritma HITUNG_LUAS_SEGITIGA {program utama untuk menghitung luas segitiga} DEKLARASI
alas , tinggi, Luas : real Procedure HIT_LUAS_SEGITIGA(input a , t : real, output L : real) DESKRIPSI
write(‘Menghitung Luas Sebuah Segitiga’) read(alas,tinggi) HIT_LUAS_SEGITIGA(alas,tinggi, Luas) write(’Luas segitiga = ’, Luas)
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 52
Procedure HITUNG_TITIKTENGAH(input T1, T2 : Titik , output Tt : Titik ) {menghitung titik tengah dari dua buah titik T1 dan T2} DEKLARASI DESKRIPSI
Tt.x ß (T1.x + T2.x) / 2 Tt.y ß (T1.y + T2.y) / 2 Algoritma TITIKTENGAH {Program untuk menghitung titik tengah dari dua buah titik T 1 dan T2} DEKLARASI
type Titik : record < x : real, y : real > P1, P2, Pt : Titik Procedure HITUNG_TITIKTENGAH(input T1, T2 : Titik , output Tt : Titik ) DESKRIPSI
read(P1.x, P1.y) read(P2.x, P2.y) HITUNG_TITIKTENGAH(P1, P2, Pt) write(Pt.x, Pt.y)
3. Parameter masukan/keluaran( input/output parameter )à sebagai masukan dan keluaran bagi prosedur Parameter masukan digunakan pada situasi dimana informasi dikirim dari titik pemanggilanà prosedur Parameter keluaran digunakan pada situasi dimana informasi dikirim dari titik pemanggilan à prosedur Pada kebanyakan aplikasi, informasi harus dikirim dalam dua arah à Parameter masukan / keluaran
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 53
Dengan parameter masukan/keluaran, nama dan nilai parameter aktual dari program pemanggil akan digunakan di seluruh bagian prosedur. Bila parameter aktual diubah nilainya di dalam prosedur, maka sesudah pemanggilan prosedur, niai parameter aktual di titik pemanggilan juga berubah. Contoh : Procedure TIGA (input x,y : integer) {Menambahkan nilai x dengan dan mengurangi nilai y dengan 2 }
Deklarasi Deskripsi x ß x + 2 y ß y – 2 write(‘Nilai x dan y di akhir Prosedur TIGA : ’) write(‘x = ’,x) write(‘y = ’,y)
Algoritma FGH {Contoh program utama yang memanggil prosedur TIGA}
Deklarasi a , b : integer Procedure TIGA (input x, y : integer) Deskripsi a ß 15 b ß 10 write(‘Nilai a dan b sebelum pemanggilan : ’) write(‘a = ’,a) write(‘b = ’,b)
TIGA(a,b) write(‘Nilai a dan b sesudah pemanggilan : ’) write(‘a = ’,a) write(‘b = ’,b)
Bila algoritma di atas ditranslasikan ke dalam salah satu bahasa pemrograman, lalu dijalankan, hasilnya : Nilai a dan b sebelum pemanggilan : a = 15
b = 10 Nilai x dan y di akhir Prosedur TIGA : a = 17
b = 8 Nilai a dan b sesudah pemanggilan : a = 15
b = 10
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 54
Procedure TIGA (input/output x,y : integer) {Menambahkan nilai x dengan dan mengurangi nilai y dengan 2 }
Deklarasi Deskripsi x ß x + 2 y ß y – 2 write(‘Nilai x dan y di akhir Prosedur TIGA : ’) write(‘x = ’,x) write(‘y = ’,y) Algoritma FGH {Contoh program utama yang memanggil prosedur TIGA}
Deklarasi a , b : integer Procedure TIGA (input/output x, y : integer) Deskripsi a ß 15 b ß 10 write(‘Nilai a dan b sebelum pemanggilan : ’) write(‘a = ’,a) write(‘b = ’,b)
TIGA(a,b) write(‘Nilai a dan b sesudah pemanggilan : ’) write(‘a = ’,a) write(‘b = ’,b) Bila algoritma di atas ditranslasikan ke dalam salah satu bahasa pemrograman, lalu dijalankan, hasilnya : Nilai a dan b sebelum pemanggilan : a = 15 b = 10 Nilai x dan y di akhir Prosedur TIGA : a = 17
b = 8 Nilai a dan b sesudah pemanggilan : a = 17 b = 8
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 55
Procedure TUKAR(input/output A, B : integer) {Mempertukarkan nilai antara A dan B }
Deklarasi temp : integer Deskripsi temp ß A A ß B B ß temp Procedure TUKAR_A_B {Program untuk mempertukarkan nilai antara A dan B }
Deklarasi A , B : integer Procedure TUKAR(input/output A, B : integer) Deskripsi read(A , B) write(A , B) TUKAR(A , B) write(A , B)
Program dengan Prosedur atau tanpa Prosedur ? Program yang modular menunjukkan teknik pemrograman yang baik dan terstruktur
Prosedur dengan parameter atau tanpa parameter? Parameter digunakan sebagai media komunikasi antara prosedur dengan program pemanggil dan dapat mengurangi kebutuhan penggunaan variabel global
Parameter Masukan atau Parameter Keluaran? Bila prosedur menghasilkan keluaran yang dibutuhkan program pemanggil, gunakan parameter keluaran untuk menampung keluaran tersebut. Bila prosedur tidak menghasilkan keluaran atau keluarannya hanya digunakan di dalam prosedur, gunakan parameter masukan. Jika prosedur menerima masukan sekaligus keluaran pada parameter yang sama, gunakan parameter masukan/keluaran
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 56
11 F U N G S I Bentuk Umum : Function nama_fungsi(daftar parameter) à tipe_hasil Kamus Algoritma ..... ..... à hasil {mengembalikan nilai} Procedure vs function : Function mengembalikan nilai, hampir sama seperti prosedur dengan parameter output tetapi outputnya tidak ditampung oleh sebuah parameter / variabel melainkan dikembalikan / dikirimkan ke program utama Tipe_Hasil
: integer, real, boolean, string, atau tipe_bentukan seperti record
Parameter
: parameter input
Contoh fungsi
: 2
Buat algoritma untuk menghitung hasil fungsi kuadrat F = 2x + 4x – 6 dengan masukan nilai x Funsction Fungsi_Kuadrat(input x : integer) Kamus Algoritma à ((2 * x * x) + (4 * x) - 6)
à integer
Algoritma Kuadrat Kamus i : integer F : integer Algoritma i ß 5 F ß Fungsi_Kuadrat(i) write(F) write(Fungsi_Kuadrat(i)) if (Fungsi_Kuadrat(i) > 0) then write(’Hasil Fungsi Kuadrat Positif’) else write(’Hasil Fungsi Kuadrat Negatif’) endif write(6 + Fungsi_Kuadrat(i) * 4)
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 57
LATIHAN 1. Buat algoritma untuk menukarkan nilai 3 buah character {proses pertukaran menggunakan prosedur / fungsi} 2. Buat algoritma yang menentukan nilai indeks mahasiswa dengan input NIM dan nilai akhir mahasiswa tersebut. {menggunakan fungsi / prosedur untuk penentuan indeksnya} Ketentuan : nA ≥ 80 70 ≤ nA < 80 55 ≤ nA < 70 40 ≤ nA < 55 nA < 40
: : : : :
’A’ ’B’ ’C’ ’D’ ’E’
3. Procedure One (input a , b : integer , output c : integer) Kamus Algoritma if (a < b) then c ß a else while (a ≥ b) and (a > 5) do b ß b * 2 a ß a – b endwhile c ß (a * b) + Two(a , b) * Two(a + 10 , b + a) endif Function Two (input p , q : integer) à integer Kamus Algoritma if (q = 0) then à 0 else if (p > q) then à p div q else à q div p endif endif Algoritma Mistery Kamus x , y , z : integer Algoritma read(x) read(y) One(x , y, z) write(z) z ß Two(x * 2 , y - 2) * 10 write(z)
Modul Algoritma dan Pemrograman
Tentukan output dari algoritma tersebut jika input x
y
5
20
output
15 8 20 2
Page 58
12. ARRAY DUA DIMENSI (MATRIKS) Array dua dimensi memiliki indeks lebih dari 1. Jika dalam matematika array dua dimensi seperti matriks. Deklarasi Kamus: Nama_Variabel_Array : array[range_index1][range_index2] of tipe_elemen
range_index1 menunjukkan index baris range_index2 menunjukkan index kolom Contoh : Untuk membuat matrix di bawah ini 1 2 3 4
1 2 3 3,5 6 8,9 0 1 7 2,8 4,7 6 9 5,6 4
Algoritma Isi_Matriks Kamus const baris = 4 const kolom = 3 Mat : array[1..baris][1..kolom] of real i , j : integer Algoritma Mat[1][1] ç 3,5 {pengisian secara langsung dengan sebuah nilai} Mat[1][2] ç 6 {pengisian secara langsung dengan sebuah nilai} Mat[1][3] ç 8,9 {pengisian secara langsung dengan sebuah nilai} for i ç 1 to baris do for j ç 1 to kolom do read(Mat[i][j]) endfor endfor
{pengisian secara dari piranti masukan}
PEMROSESAN MATRIKS Pemrosesan terhadap Matriks berarti memproses elemen mulai dari elemen pertama (elemen dengan indeks terkecil, berturut-turut pada elemen berikutnya, sampai elemen terakhir dicapai) untuk setiap baris dan setiap kolom for i ç index_awal_baris to index_akhir_baris do for j ß index_awal_kolom to index_akhir_kolom do Proses(Nama_Variabel_Array[i][j]) endfor endfor
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 59
3. Pengisian elemen matriks dengan nilai yang dibaca dari pi ranti masukan Algoritma Matriks Kamus Matrix : array[1..50][1..50] of integer n, m, i, j : integer Agoritma read(n,m) {n adalah banyaknya baris, m adalah banyaknya kolom} if (n > 0) and (m > 0) then for i ç 1 to n do for j ß 1 to m do read(Matrix[i][j]) endfor endfor endif 4. Penulisan elemen matriks Algoritma Tabel Kamus Matrix : array[1..50][1..50] of integer n, m, i, j : integer Agoritma read(n,m) if (n > 0) and (m > 0) then for i ç 1 to n do for j ß 1 to m do read(Matrix[i][j]) endfor endfor for i ç 1 to n do for j ß 1 to m do write(Matrix[i][j]) endfor endfor endif
LATIHAN SOAL 1. Tuliskan algoritma untuk penulisan elemen matriks yang memiliki 6 baris dan 8 kolom, pengisian matriks dengan nilai yang dibaca dari piranti masukan. 2. Tuliskan algoritma untuk membuat serta mengisi nilai matriks seperti dibawah ini. 20 4 8
3,2 1 4
5 7 6
6,7 6 7
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 60
13
SEARCH ING
Searching (Pencarian) merupakan proses menemukan suatu nilai(data) tertentu di dalam sekumpulan data yang bertipe sama(baik bertipe dasar atau bertipe bentukan)
Metode-metode Pencarian : 1. Pencarian Beruntun(SEQUENTIAL SEARCH ) Proses pencarian dengan metode Sequential Search adalah dengan melakukan perbandingan nilai yang dicari dengan setiap elemen pada array mulai dari indeks terkecil sampai indeks terbesar. Pencarian dihentikan jika nilai yang dicari telah ditemukan atau semua el emen array sudah diperiksa. Ilustrasi Kasus : Terdapat sebuah Array TabInt yang terdiri dari n=10 elemen Isi Tabel
7 5 23 1 15 8 17 75 10 4
Indeks
1 2 3
4 5
6 7
8
9
10
Kasus 1 : Misalkan nilai yang dicari adalah x = 7 Elemen yang dibandingkan : 7 (ditemukan) Karena data langsung ditemukan maka pengulangan dihentikan indeks larik yang dikembalikan : idx = 1 Kasus 2 : Misalkan nilai yang dicari adalah x = 17 Elemen yang dibandingkan : 7, 5, 23, 1, 15, 8, 17 (ditemukan) Setelah data ditemukan pengulangan dihentikan indeks larik yang dikembalikan : idx = 7 Kasus 3 : Misalkan nilai yang dicari adalah x = 25 Elemen yang dibandingkan: 7, 5, 23, 1, 15, 8, 17, 75, 10, 4 (tidak ditemukan) Karena pencarian data sudah mencapai indeks terbesar dan nilai yang dicari belum ditemukan maka pencarian dihentikan indeks larik yang dikembalikan : idx = 0
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 61
Algoritma Sequential Search Algoritma Sequential_Search Kamus const Nmax=100 type TabInteger = array[1..NMax] of integer TabInt : TabInteger jml_data, x, i : integer Deskripsi read(jml_data) for i ß 1 to jml_data do read(TabInt[i]) endfor
{Banyaknya integer} {Awal Proses Input Data ke Array} {Akhir Proses Input Data ke Array}
read (x) {membaca data yang akan dicari} {Awal Prosedur Sequential Search} i ß 1 while (i
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 62
Implementasi Algoritma Sequential Search dengan Prosedur procedure InputData(input n : integer , output T : TabInteger) Kamus i : integer Deskripsi for i ß 1 to n do read(T[i]) endfor
procedure SeqSearch(input T : TabInteger; input n , x : integer ; output idx : integer) Kamus i : integer Deskripsi i ß 1 while (i
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 63
Algoritma Sequential_Seach2 memanggil dua prosedur yaitu prosedur InputData(dengan parameter jml_data sebagai input untuk parameter input n dan TabInt sebagai output untuk parameter output T) dan prosedur SeqSearch(dengan parameter TabInt sebagai input untuk T, jml_data sebagai input untuk n, data sebagai input untuk x, dan indeks sebagai output untuk idx) Algoritma pencarian dengan metode Sequential Search memiliki banyak versi tergantung kebutuhan akan output, kreatifitas pembuat algoritma, dan faktor lainnya. Procedure di bawah ini adalah versi lain dari algoritma Sequential Search Prosedur Sequential Search versi Boolean procedure SeqSearch2(input T : TabInteger ; input n , x : integer ; output idx : integer ; output found : boolean) Kamus i : integer Deskripsi i ß 1 found ß false while (i ≤ n) and (not found) do if (T[i] = x) then {jika isi T[i] = x, nilai found diubah menjadi true} found ßtrue {jika isi T[i] ≠ x, pencacah indeks array bertambah 1} else i ß i+1 endif endwhile {perulangan berhenti jika i > n atau found=true} if (found) then {jika found=true} idx ß i else {jika i > n} idx ß 0 endif
2. Pencarian Bagi Dua(Binary Search) Pencarian bagi dua adalah metode pencarian yang diterapkan pada sekumpulan data yang sudah terurut baik menaik maupun menurun. Maksud dari metode ini adalah mempersingkat waktu pencarian data/nilai pada tabel. Proses pencarian : 1. Bandingkan nilai yang kita cari(x) dengan data yang berada pada posisi tengah. Jika sama, maka pencarian selesai. 2. Jika x lebih kecil daripada data pada posisi tengah, pencarian dilakukan pada daerah yang datadatanya lebih kecil dari data tengah 3. Jika x lebih besar daripada data pada posisi tengah, pencarian dilakukan pada daerah yang datadatanya lebih besar dari data tengah
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 64
4. Kembali ke proses nomor 1 jika masih ada daerah pencarian. Jika tidak ada, berarti data tidak ditemukan.
Prosedur Binary Search Procedure BinarySearch(input T : TabInteger; input n , x : integer ; output idx : integer ) Kamus BatasAtas, BatasBawah, Tengah : integer Deskripsi BatasAtas ß 1 BatasBawah ß n while (BatasAtas ≤ BatasBawah) and (T[Tengah]≠x) do Tengah ß (BatasAtas + BatasBawah) div 2 if (T[Tengah] > x) then BatasBawah ß Tengah-1 else if (T[Tengah] < x) then BatasAtas ß Tengah+1 endif endif endwhile if (T[Tengah]=x) then idx ß Tengah else idx ß 0 endif LATIHAN SOAL 1. Prosedur sequential versi boolean dan prosedur binary search pada contoh pembahasan yang sudah dibahas, implementasikan kedalam algoritma dengan perosedur seperti contoh algoritma sequential search yang sudah dibahas. 2. Perhatikanlah pada semua prosedur search yang sudah dibahas, dipakai kamus umum sebagai berikut. Kamus Umum constant Nmax : integer = 100 type TabInt : array [1..Nmax+1] of integer { jika diperlukan sebuah tabel, maka akan dibuat deklarasi seba gai berikut} T : TabInt {tabel integer} N : integer {indeks efektif, 1 < N < Nmax+1} Jika prosedur diparametrisasi seperti pada spesifikasi yang diberikan, maka T dan N menjadi dua buah parameter. Padahal, nilai T dan N sebenarnya erat kaitannya satu sama lain. Deklarasi TabInt akan lebih baik jika dibungkus menjadi sebuah type komposisi sebagai berikut :
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 65
Kamus Umum constant Nmax : integer = 100 type TabInt : < TI: array [1..Nmax+1] of integer N : integer {indeks efektif, } {maksimum tabel yang terdefinisi, 1 < N < Nmax+1} { jika diperlukan sebuah tabel, maka akan dibuat deklarasi seb agai berikut} T : TabInt {tabel integer} Sebagai latihan, tuliskan ulang semua prosedur yang pernah didefinisikan dengan deklarasi type komposisi ini.
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 66
14 S O R T I N G Sorting atau pengurutan data adalah proses untuk menyusun kumpulan data yang seragam menjadi susunan tertentu. Kumpulan data dapat diurutkan secara Ascending(Urut Menaik), yaitu dari data yang nilainya paling kecil sampai data yang nilainya paling besar, atau diurutkan secara Descending(Urut Menurun), yaitu dari data yang nilainya paling besar sampai data yang nilainya paling kecil. Metode-metode Sorting : 1. Bubble Sort Pengurutan model ini mengambil ide dari gelembung air, yaitu mengapungkan elemen yang bernilai kecil dari bawah ke atas. Proses pengapungan dilakukan dengan pertukaran elemen-elemen tabel. Apabila kita menginginkan array terurut menaik, maka elemen array yang berharga paling kecil ”diapungkan” artinya diangkat ke ”atas” (atau ke ujung kiri array) melalui proses pertukaran. Proses pengapungan ini dilakukan sebanyak n-1 langkah(satu langkah disebut satu kali pass) dengan n adalah ukuran array. Ilustrasi Kasus : Perhatikan array TabInt di bawah ini yang terdiri dari n = 6 elemen yang belum terurut. Array ini akan diurutkan menaik dengan metode Bubble Sort. Elemen Array 25 27 10 8 76 21 Indeks
1
2
3
4
5
6 ß Arah
Pass 1 : 25 1 25 25 25 8
27 2 27 27 8 25
10 3 10 8 27 27
8 4 8 10 10
21 5 21 21 21
76 6
Pass 2 : (Berdasarkan hasil akhir Pass 1) 8 25 27 10 21 76 8
25
27
10
21
76
8
25
10
27
21
76
8
10
25
27
21
76
Hasil akhir Pass 2 : 8 10 25 27 1 2 3 4
21 5
76 6
76 76 76
10
21
76
Hasil Akhir Pass 1 : 8 25 27 10 1 2 3 4
21 5
76 6
Modul Algoritma dan Pemrograman
pembandingan
Page 67
Pass 3 : (Berdasarkan Hasil Akhir Pass 2) 8 10 25 27 21 76 8
10
25
21
27
76
8
10
21
25
27
76
Hasil Akhir Pass 3 : 8 10 21 25 1 2 3 4
27 5
76 6
Pass 4 : (Berdasarkan Hasil Akhir Pass 3) 8 10 21 25 27 76 8
10
21
25
27
76
Hasil Akhir Pass 4 : 8 10 21 25 1 2 3 4
27 5
76 6
Pass 5 : (Berdasarkan Hasil Akhir Pass 4) 8 10 21 25 27 76 Hasil Akhir Pass 5 : 8 10 21 25 1 2 3 4
27 5
76 6
Hasil akhir Pass 5 menyisakan satu elemen yang tidak perlu diurutkan lagi maka pengurutan selesai Keterangan : : Bagian data yang sudah diurutkan/diapungkan : Bagian data yang dibandingkan dan mungkin ditukarkan posisinya
Procedure Bubble Sort Procedure BubbleSort(input n:integer,input/output T:TabInteger) {Mengurutkan Tabel Integer[1..N] dengan Bubble Sort} Kamus pass : integer {pencacah untuk jumlah langkah} k : integer {pencacah pengapungan untuk setiap langkah} temp : integer {variabel bantu untuk pertukaran} Algoritma for pass ß 1 to (n-1) do for k ß n downto (pass+1) do if (T[k] < T[k-1]) then {pertukarkan T[k] dengan T[k-1]} temp ß T[k] T[k] ß T[k-1] T[k-1] ß temp endif endfor endfor
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 68
Implementasi Procedure Bubble Sort dalam Algoritma procedure InputData(input n : integer; output T : TabInteger) Kamus i : integer Deskripsi for i ß 1 to n do read(T[i]) endfor Procedure BubbleSort(input n:integer,input/output T:TabInteger) {Mengurutkan Tabel Integer[1..N] dengan Bubble Sort} Kamus pass : integer {pencacah untuk jumlah langkah} k : integer {pencacah pengapungan untuk setiap langkah} temp : integer {variabel bantu untuk pertukaran} Algoritma for pass ß 1 to (n-1) do for k ß n downto (pass+1) do if (T[k] < T[k-1]) then {pertukarkan T[k] dengan T[k-1]} temp ß T[k] T[k] ß T[k-1] T[k-1] ß temp endif endfor endfor Algoritma Bubble_Sort Kamus const Nmax=100 type TabInteger = array[1..NMax] of integer TabInt : TabInteger jml_data : integer Deskripsi read (jml_data) {memasukkan banyak data yang mau diinput} InputData(jml_data,TabInt) {memanggil prosedur InputData} BubbleSort(jml_data,TabInt) {memanggil Prosedur BubbleSort} Algoritma Bubble_Sort memanggil dua prosedur yaitu prosedur InputData(dengan parameter jml_data sebagai input untuk parameter input n dan TabInt sebagai output untuk parameter output T) dan prosedur BubbleSort(dengan jml_data sebagai input untuk parameter input n dan TabInt sebagai input sekaligus output untuk parameter input/output T )
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 69
2. Maximum Sort Pengurutan model ini dilakukan dengan mencari nilai terbesar/maksimum dari suatu array. Nilai terbesar tersebut kemudian disimpan di awal array(jika diurutkan menurun) atau di akhir array(jika diurutkan menaik) dan diisolasi agar tidak disertakan lagi pada proses selanjutnya. Ilustrasi Kasus : Perhatikan array TabInt di bawah ini yang terdiri dari n = 6 elemen yang belum terurut. Array ini akan diurutkan menaik dengan metode Bubble Sort. Elemen Array 29 27 10 8 76 21 Indeks
1
2
3
4
5
6
Pass 1 : Cari elemen maksimum di dalam array TabInt [1..n] è maks = TabInt[5] = 76 Pertukarkan TabInt[5] dengan TabInt[n] Proses Pertukaran Hasil Akhir Pass 1 29 27 10 8 76 21 29 27 10 8 21 76 Pass 2 : (Berdasarkan sususan Array hasil Pass 1) Cari elemen maksimum di dalam array TabInt [1..5] è maks = TabInt[1] = 29 Pertukarkan TabInt[1] dengan TabInt[5] 29 27 10 8 21 76 21 27 10 8 29 76
Pass 3 : (Berdasarkan sususan Array hasil Pass 2) Cari elemen maksimum di dalam array TabInt [1..4] è maks = TabInt[2] = 27 Pertukarkan TabInt[2] dengan TabInt[4] 21 27 10 8 29 76 21 8 10 27 29 76 Pass 4 : (Berdasarkan sususan Array hasil Pass 3) Cari elemen maksimum di dalam array TabInt [1..3] è maks = TabInt[1] = 21 Pertukarkan TabInt[1] dengan TabInt[3] 2 1 2 2 7 1 2 2 2 7 8 8 1 0 7 9 6 0 1 7 9 6 Pass 5 : (Berdasarkan sususan Array hasil Pass 4) Cari elemen maksimum di dalam array TabInt [1..2] è maks = TabInt[1] = 10 Pertukarkan TabInt[1] dengan TabInt[2] 10 8 21 27 29 76 8 10 21 27 29 76
Terisa satu elemen yaitu 8, maka pengurutan dihentikan. Array sudah terurut menaik Keterangan : : Bagian data yang sudah diurutkan : Bagian data yang terbesar dan posisi yang akan ditukarkan dengan data terbesar
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 70
Algoritma 2Procedure Pengurutan dengan Metode Maximum Sort secara Menaik Procedure MaxSort(input n:integer,input/output T:TabInteger) {Mengurutkan Tabel Integer[1..N] dengan Maximum Sort} Kamus i : integer {pencacah untuk jumlah langkah} {pencacah untuk mencari nilai maksimum} k : integer {indeks yang berisi nilai maksimum sementara} imaks: integer {variabel bantu untuk pertukaran} temp : integer Algoritma for i ß n downto 2 do imaks ß 1 for k ß 1 to (i-1) do if (T[k] > T[imaks]) then imaks ß k endif endfor {pertukarkan T[i] dengan T[imaks]} temp ß T[i] T[i] ß T[imaks] T[imaks] ß temp Endfor 3. Minimum Sort Berbeda dengan algoritma pengurutan Maksimum, pada algoritma pengurutan minimum, basis pencarian adalah elemen minimum. Pengurutan model ini dilakukan dengan mencari nilai terkecil/minimum dari suatu array. Nilai terkecil tersebut kemudian disimpan di awal array(jika diurutkan menaik) atau di akhir array(jika diurutkan menurun) dan diisolasi agar tidak disertakan l agi pada proses selanjutnya. Algoritma 3 Procedure Pengurutan dengan Metode Minimum Sort secara Menaik Procedure MinSort(input n:integer,input/output T:TabInteger) {Mengurutkan Tabel Integer[1..N] dengan Minimum Sort} Kamus {pencacah untuk jumlah langkah} i : integer k : integer {pencacah untuk mencari nilai minimum} {indeks yang berisi nilai minimum sementara} imin : integer temp : integer {variabel bantu untuk pertukaran} Algoritma for i ß 1 to (n-1) do imin ß i for k ß (i+1) to n do if (T[k] < T[imin]) then imin ß k endif endfor {pertukarkan T[i] dengan T[imin]} temp ß T[i] T[i] ß T[imin] T[imin] ß temp Endfor
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 71
LATIHAN SOAL 1. Untuk setiap metoda sort, coba analisis secara kualitatif apa yang dikerjakan jika : a. Elemen array sudah terurut b. Elemen array terurut terbailk c. Elemen array bernilai sama 2. Carilah performasi ke tiga algoritma pengurutan yang dibahas, dansebutkan kasus terbaik dan kasus terjeleknya. 3. Prosedur pengurutan maximum sort dan prosedur pengurutan minimum sort pada contoh yang dibahas, implementasikan kedalam bentuk algoritma seperti conoth prosedur bubble sort. 4. Perhatikanlah pada semua prosedur untuk sort yang sudah dibahas, dipakai kamus umum sebagai berikut. Kamus Umum constant Nmax : integer = 100 type TabInt : array [1..Nmax+1] of integer { jika diperlukan sebuah tabel, maka akan dibuat deklarasi seba gai berikut} T : TabInt {tabel integer} N : integer {indeks efektif, 1 < N < Nmax+1} Jika prosedur diparametrisasi seperti pada spesifikasi yang diberikan, maka T dan N menjadi dua buah parameter. Padahal, nilai T dan N sebenarnya erat kaitannya satu sama lain. Deklarasi TabInt akan lebih baik jika dibungkus menjadi sebuah type komposisi sebagai berikut : Kamus Umum constant Nmax : integer = 100 type TabInt : < TI: array [1..Nmax+1] of integer N : integer {indeks efektif, } {maksimum tabel yang terdefinisi, 1 < N < Nmax+1} { jika diperlukan sebuah tabel, maka akan dibuat deklarasi seb agai berikut} T : TabInt {tabel integer} Sebagai latihan, tuliskan ulang semua prosedur yang pernah didefinisikan dengan deklarasi type komposisi ini.
Modul Algoritma dan Pemrograman
Page 72