Buat rangkaian seperti gambar 3.1
Menghubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat
Mengatur generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus dengan frekuensi 1kHz dan dengan tegangan 2 Vpp
Mengatur Potensiometer (VR1) agar menghasilkan V1 sebesar 200 mVpp
Mengatur Potensiometer (VR2) agar menghasilkan V2 sebesar 300 mVpp
Mengukur tegangan keluaran (Vo) dari Op-Amp
Melakukan kembali langkah-langkah diatas dengan mengganti hambatan R3 sebesar 2,2 k dan 10k
Menghitung besar penguatan disetiap rangkaian
Buat rangkaian seperti gambar 3.2
Menghubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat
Mengatur generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus dengan frekuensi 1kHz dan tegangan 100 mVpp
Mengukur tegangan keluaran (Vo) dari Op-Amp
Melakukan kembali langkah-langkah diatas dengan mengganti hambatan R3 sebesar 10k dan 100k
Mengukur besar penguuatan ditiap rangkaian
MODUL 5 OP-AMP Penguat Penjumlah dan Penguat Tak Membalik
Khairunnisa Syifa Rizkia (K1C015002)
Asisten: Anies.W
Tanggal Percobaan: 05/Juni/2017
PAF15210P-A ELEKTRONIKA DASAR II
Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unsoed
Abstrak
Praktikum Operational Amplifier sebagai penguat penjumlahan dan penguat pembalik bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja penguat penjumlah pada op-amp dan menentukan rumus untuk penguatan tegangan. Metode pengambilan data dilakukan melalui pengamatan gelombang pada LCD CRO untuk menentukan tegangan generator, tegangan masuk, dan tegangan keluar digunakan dua buah batrai 9 volt sebagai tegangan sumber. Hasil bagi antara tegangan output dengan tegangan input inilah yang disebut nilai penguat tegangan (A). Nilai penguat tegangan yang diperoleh pada rangkaian penguat penjumlah tidak sesuai terhadap teori yakni tidak terjadi peningkatan anatara R3 pertama, kedua, dan ketiga, sedangkan pada rangkaian pembalik nilai penguat tegangan R2 ke dua-tiga tidak terbaca oleh LCD CRO. ketidak akuratan hasil penguatan yang diakibatkan dari beberapa parameter dari karakteristik sebuah komponen op-amp itu sendiri, dimana kualitas sebuah komponen op-amp dianggap baik jika nilai parameter idealnya terpenuhi.
Kata kunci: Op-Amp, Penguat Penjumlah, Penguat Pembalik, Kekuatan Tegangan.
Pendahuluan
Komponen elektronika yang paling penting dalam setiap rangkaian elektronika pada praktikum ini adalah sebuah penguat operasional. Penguat operasional (operational amplifier) atau yang biasa disebut op-amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan (coupling) arus searah yang memiliki faktor penguatan sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling banyak digunakan adalah rangkaian seri.
Praktikum kali ini untuk memahami prinsip kerja penguat penjumlah dan penguat tak membalik. Dimana penguat penjumlah berfungsi menjumlahkan beberapa level input signal yang masuk ke operasional amplifier. Penggunaan dari operational amplifier ini ialah sebagai penguat penjumlah sering dijumpai pada rangkaian mixer audio. Sedangkan penguat tak membalik merupakan penguat sinyal dengan karakteristik dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa sama dengan sinyal output. Rangkaian penguat tak membalik ini dapat digunakan untuk memperkuat isyarat AC maupun DC dengan keluaran yang tetap sefase dengan sinyal inputnya.
Studi Pustaka
Operational amplifier atau yang biasa disebut sebagai op-amp merupakan sejenis IC yang didalam nya terdiri dari beberapa komponen pasif
seperti transistor, resistor, dan dioda yang telah didesain sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah komponen yang dapat digunakan untuk berbagai macam fungsi. Beberapa aplikasi op-amp yang sering digunakan diantaranya rangkaian dasar penguat diferensial, rangkaian buffer sinyal, rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting amplifier), rangkaian penguat membalik (inverting amplifier) dan rangkaian penjumlah (adder)[4]. Op-Amp mempunyai karakteristik ideal sebagai berikut, yaitu: lebar pita yang tak berhingga (Infinite Bandwith), impedansi masukkan yang tak berhingga (Infinite Input Impedance) sehingga arus masukkan dapat diabaikan, dan impedansi keluaran sama dengan nol (Zero Output Impedance) sehingga keluaran penguat tidak terpengaruh oleh pembebanan [3].
Gambar 2.1. Rangkaian penguat penjumlah
Op-amp sering juga digunakan sebagai penjumalh berbagai input sinyal [1]. Dalam penjumlah pada Gambar 2.1 semua anus masukan mengalir melalui tahanan umpan balik Ro, artinya anus yang mengalir pada Ri, tidak mempenganuhi arus yang mengalir pada Ri yang lain. Secara lebih umum dikatakan bahwa anus masukan tidak saling mempengaruhi karena masing-masing menghadapi potensial ground pada simpul penjumlah. Ini mengakibatkan tegangan V1, V2 dan V3 tidak saling mempengaruhi. Ciri ini khusus dikehendaki dalam suatu pembaur audio. Sebagai contoh misalnya V1, V2 dan V3 digantikan oleh mikrofon -mikrofon, maka tegangan AC dan tiap-tiap mikrofon akan dijumlahkan atau dibaurkan pada setiap saat. Penjumlah pembalik tiga masukan seperti tampak pada Gambar 2.1 sehingga tegangan masukan dapat dikalikan dengan suatu gain tegangan tetap dan hasilnya dijumlahkan. Sama seperti pada penjumlahan, tiap arus masukan ditentukan oleh tegangan masukan dan
resistansi masukannya. Demikian pula semua arus-arus dijumlahkan bersama-sama dalam Ro untuk rnembangkitkan suatu tegangan keluaran yang sama dengan Ro dikalikan jumlah arusnya, atau gain untuk tiap masukan bisa disetel sendiri-sendiri dengan memilih perbandingan yang dikehendaki antara Ro dan tiap tahanan Ri sebagai tahanan masukannya [2].
Penguat tak membalik (non inverting) adalah sebuah Op-Amp yang diterapkan dalam modus penguat tak membalik atau non inverting, yaitu tegangan keluarannya, Vo mempunyai polaritas yang sama seperti tegangan masukan. Dari cara penyusunannya pun dapat dilihat bahwa sinyal masukan dihubungkan ke masukan non inverting, sehingga sinyal keluaran mempunyai fase yang sama dengan sinyal masukan. Rangkaian non inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan non inverting [6].
Gambar 2.1. rangkaian penguat tidak membalik
Gambar 2.2. sinyal keluaran penguat tidak membalik [5].
Metodologi
ALAT DAN BAHAN
Osiloskop (CRO)
Multimeter digital (MMD)
Generator Isyarat
Kit Praktikum Op-Amp
Breadboard
IC Op-Amp 741
Resistor
Dua buah batrai 9 Volt
CARA KERJA
Gambar 3.1. Rangkaian penguat penjumlah
Gambar 3.2. Rangkaian Penguat ttak membalik
Diagram 3.1. menentukan hambatan masukan
Hasil dan Analisis
HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil yakni :
\
Tabel 4.1
Penguat Penjumlahan
R3 (kohm)
VG (Volt)
Vi1
(Volt)
Vi2
(Volt)
Vo
(volt)
A=
Vo/Vi
1
2,2
10
2
2
2
0,2
0,2
0,2
0,3
0,2
0,2
0,5
0,2
400
1
0,5
0,1
Tabel 4.2
Penguat Tak membalik
R2 (kohm)
VG (Volt)
Vi
(Volt)
Vo
(volt)
A=
Vo/Vi
1
10
100
0,1
-
-
0,1
-
-
0,2
-
-
2
-
-
ANALISIS DATA
Penguat operasional dalam bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik yang mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat di dalamnya. Karakteristik ideal pada op –amp. Pada praktikum ini membahas rangkain penguat penjumlah dan penguat tak membalik pada op-amp. Nilai faktor penguatan (A) diperoleh dari perhitungan matetmatis berdasarkan rangkain op-amp yang didapatkan pada praktikum 4. Hasil bagi antara sinyal output dengan sinyal input inilah yang disebut faktor penguatan.
Faktor penguat yang diperoleh dari hasil tabel 4.1 pada frekuensi 1kHz, tegangan 2 volt dengan memfariasikan R3 dan tabel 4.2 pada frekuensi 1kHz, tegangan 100mVolt dengan memfariasikan R2 melalu hasil pembacaan pada LCD CRO yakni nilai pengut tegangan tabel 4.1 memperlihatkan penurunan seiring bertambahnya niali resisitor (R3), dimana apabila ditinjau berdasarkan rumus matematis (Franco,2002) semakin besar nilai R3 maka semakin besar nilai penguatan yang diperoleh karena Penguat sebagai penjumlah memiliki fungsi untuk menjumlahkan beberapa level sinyal input yang masuk ke sistem op-amp dan semua anus masukan mengalir melalui tahanan umpan balik R3. Dan tabel 4.2 niali penguat yang dapat dibaca pada LCD CRO yakni R3 pertama bernilai dua sedangkan R3 kedua dan ketiga tidak terbaca oleh LCD CRO.
Ketidaksesuain hasil praktikum dapat disebabkan oleh berbagai sudut pandang seperti komponen elektro atau resisitor yang terbatas dan sudah tidak berfungsi ketika digunakan, kabel yang sensitif sehingga noise yang cukup besar masuk ke dalam sistem. Gangguan yang diakibatkan sinyal noise dapat merusak bentuk sinyal asli serta menambah atau mengurangi amplitudo pada gelombang sinus. Secara garis besar ada dua jenis sumber noise. Yang pertama disebut external noise (derau yang berasal dari luar perangkat) dan internal noise (derau yang timbul dari perangkat itu sendiri). Sehingga mengakibatkan data yang diperoleh tidak berbanding lurus dengan nilai resisitor (R3 atau R2).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah diperoleh, pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
Prin sip kerja penguat penjumlahan pada op-amp yakni semakin besar nilai resisitor (R3) maka semakin besar nilai penguat tegangan, karena semua anus masukan mengalir melalui tahanan umpan balik R3
Rumus penguat tegangan op-amp disimbolkan sebagai A yakni penguat tegangan sama dengan tegangan keluaran dibagi tegangan input.
Daftar Pustaka
Budiharto, widodo & sigit firmansyah.2005.elektronika digital dan mikroprosesor.Yogyakarta : Andi
Elisa.https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/50226/645cce8d. Diakses 07 Juni 2017 pukul 19.00 WIB.
Franco, Sergio, 2002. Design with operasional amplifiers dan analog integrated circuit. McGraw.san fransisco.
Kharisma, wisnu adji & jana utama. 2013. Portable Digital Oscilloscope Menggunakan PIC18F4550 Portable Digital Oscilloscope Based on PIC18F4550.TELEKONTRAN, VOL. 1, NO. 2.
Ubaidillah, kharis.2012. https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=http://blog.ub.ac.id/kharislave/files/2012/09/PENGUAT-OPRASIONAL-OP-AMP.pdf . Diakses 07 Juni 2017 pukul 19.10 WIB.
Sutanto. 2006. Rangkaian Elektronika. UI – Press: Jakarta.
Lampiran
Gambar 7.1. lampran data pengamatan
Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed
1
Buat rangkaian seperti gambar 3.1
Menghubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat
Mengatur generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus dengan frekuensi 1kHz dan dengan tegangan 2 Vpp
Mengatur Potensiometer (VR1) agar menghasilkan V1 sebesar 200 mVpp
Mengatur Potensiometer (VR2) agar menghasilkan V2 sebesar 300 mVpp
Mengukur tegangan keluaran (Vo) dari Op-Amp
Melakukan kembali langkah-langkah diatas dengan mengganti hambatan R3 sebesar 2,2 k dan 10k
Menghitung besar penguatan disetiap rangkaian
Buat rangkaian seperti gambar 3.2
Menghubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat
Mengatur generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus dengan frekuensi 1kHz dan tegangan 100 mVpp
Mengukur tegangan keluaran (Vo) dari Op-Amp
Melakukan kembali langkah-langkah diatas dengan mengganti hambatan R3 sebesar 10k dan 100k
Mengukur besar penguuatan ditiap rangkaian