PENYUSUN MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI TAHUN AJARAN 2015/2016 Pembina Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Pratya Poeri Suryadhini, S.T., MT.
Asisten Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Andhika Meiziano Aim Abdurrohim Anasta Baye Adhi Sadhana Pranawiyana Ayulia Fitriane Setiawan Dian Audina Jaufanti Ditha Yusfiana Maryani Dodik Pradana Gilang Akbar Riyadi Irfan Ferdyansah Luqman Makarim Michael Whizo Mayto Nur Endah Lizarifin Nurul Fadilah Priyanga Arya Sadewa Raden Muhamad Marjan Faisal Yasser Muhammad Syaiful
MODUL III PERENCANAAN AGREGAT I.
TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan mampu membuat target produksi
Praktikan mampu membuat perencanaan produksi dengan berbagai strategi
Praktikan mampu melakukan disagregasi
Praktikan mampu menentukan perencanaan produksi yang terbaik
Praktikan mampu membuat Jadwal Induk Produksi II. KELENGKAPAN PRAKTIKUM
Software Microsoft Excel
Data dari Laboratorium Sispromasi
Data Peramalan Demand dan Inventroy pada Modul II
Waktu Baku dari Modul I III. MATERI PRAKTIKUM
3.1 Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat adalah perencanaan yang dibuat untuk menentukan total permintaan dari seluruh elemen produksi dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan (Bedworth, 1978, p121). Perencanaan agregat merupakan perencanaan produksi jangka menengah. Horizon perencanaanya biasanya berkisar 1 sampai 24 bulan, atau 1 sampai 3 tahun (Baroto, 2002, p98). Contoh perencanaan agregat dapat dijelaskan sebagai berikut (ginting, 2007, p71). Tabel 3.1 Produk Agregat Produk Individual
Produk Agregat
Cat tembok merah Cat kayu putih
liter/ton cat
Cat besi hitam Baja rol Baja coil
ton baja
Tujuan perencanaan agregat adalah (Baroto, 2002) : a. Perencanaan strategi produksi b. Untuk produksi jangka pendek, menengah, atau panjang c. Meminimasi detail yang ada pada perencanaan produksi d. Menentukan kebutuhan sumber daya (tenaga kerja, material, fasilitas, peral atan, ongkos, dll) e. Sebagai langkah awal aktivitas produksi yang digunakan untuk penyusunan Jadwal Induk Produksi (JIP) 3.2
Teknik Perencanaan Agregat
Kebutuhan produksi perencanaan memiliki kemungkinan bahwa tidak akan selalu konstan, hal ini terjadi karena pola permintaan tiap periodenya bervariasi. Oleh karena itu, perencanaan tingkat produksi per periode harus diatur sedemikian rupa agar pola permintaan dapat terpenuhi. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan perencanaan produksi, yaitu dengan melakukan manipulasi persediaan, laju produksi, jumlah tenaga kerja, kapasitas atau variabel terkendali lainnya. Jika perubahan strategi perencanaan produksi dilakukan terhadap suatu variabel sehingga terjadi perubahan laju produksi murni, maka dapat disebut sebagai strategi murni ( pure strategy). Sebaliknya, jika ada perubahan dua atau lebih strategi murni sehingga diperoleh perencanaan produksi fleksibel maka dapat disebut strategi gabungan (mixed strategy). 3.3 Strategi Perencanaan Agregat
1. Level Strategy ( Level Work Force Plan) Pada strategi ini tingkat jumlah tenaga kerja tetap, dan perubahan terjadi pada persediaan. Jika suatu permintaan lebih dari produksi, maka diambil dari persediaan. Kelebihan strategi ini adalah jumlah tenaga kerja tetap, tidak ada lembur, dan tidak ada undertime. Kelemahannya adalah diperlukan tambahan modal untuk persediaan, padahal modal dapat digunakan untuk kegiatan lain yang menguntungkan. (Baroto, 2002)
2. Chase strategy ( Zero-Inventory Plan) Strategi ini tidak menyediakan persediaan untuk produksi, digunakan dengan cara menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja yang sudah ada. Jika tingkat produksi rendah dapat dilakukan layoff tenaga kerja dan sebaliknya, jika tingkat produksi tinggi dapat dilakukan hiring. Kelemahan dari strategi ini adalah perusahaan harus mengeluarkan biaya hiring dan layoff.
3. Subcontract Subcontract adalah suatu strategi perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam memenuhi permintaan dengan cara bekerja sama dengan perusahaan lain untuk pembuatan produk. Kelebihannya adalah pekerjaan dapat lebih cepat selesai dan permintaan terpenuhi, namun kelemahannya adalah kita tidak dapat mengetahui kualitas produknya terjamin.
4. Mixed Plans ( Mixed Strategy) Merupakan gabungan perubahan dua atau lebih strategi murni sehingga diperoleh perencanaan produksi fleksibel.
5. Transportation Models Metode ini merupakan kasus khusus dari program linear yang dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh dari persediaan dan backorder dengan menggunakan lembur dan subcontract. Perencanaan agregat selanjutnya digunakan untuk membuat jadwal induk produksi (JIP). 3.4 Jadwal Induk Produksi
Jadwal induk produksi (JIP) adalah pernyataan produk akhir yang akan diproduksi dalam bentuk jumlah dan waktu (Ginting, 2007, p90). JIP adalah rencana tertulis yang menunjukkan apa dan berapa banyak setiap produk (barang jadi) yang akan dibuat dalam setiap periode untuk beberapa periode yang akan datang (Baroto,2002, p101). JIP merupakan hasil disagregasi pada rencana agregat.
Empat fungsi penting dari JIP (Ginting, 2007, p90), yaitu: 1. Menjadwalkan produksi dan pembelian material untuk produk yang akan diproduksi. 2. Menjadikan masukan data sistem perencanaan kebutuhan material. 3. Sebagai dasar penentuan kebutuhan sumber daya (tenaga kerja, jam mesin, atau energi) melalui perhitungan perencanaan kapasitas kasar. 4. Sebagai dasar untuk menentukan waktu pengiriman produk kepada konsumen.
Akibat-akibat bila JIP tidak disusun secara tepat ( Baroto, 2002, p102), yaitu: 1. Produksi tidak sesuai permintaan. Jumlah produksi terlalu banyak akan berisiko modal digunakan untuk persediaan karena persediaan akan menimbulkan biaya penanganan, listrik, dan lain-lain, serta risiko barang menjadi rusak. Jika produksi kurang dari permintaan akan mengakibatkan ‘ stock out’ . 2. Tidak optimalnya utilisasi kapasitas Utilisasi (tingkat penggunaan) kapasitas yang baik adalah 80% kapasitas di gunakan secara seragam (tidak naik turun) di setiap produksi. 3. Keterlambatan waktu penyerahan Keterlambatan waktu penyerehan akan menyebabkan kekecewaan pada konsumen dan tidak menutup kemungkinan akan berpindah kepada pesaing selain itu dapat membuat reputasi perusahaan turun. 4. Beban produksi tidak merata Beban kerja yang naik turun (tidak merata) setiap periode mengakibatkan jumlah tenaga kerja yang diperlukan juga tidak menentu. Selain mahal, ancaman protes atau demo adalah hal yang fatal.
3.5 Disagregasi
Disagregasi adalah proses penyamaan (generalisasi) dari satuan agregat ke dalam satuan end item berdasarkan faktor konversi. Hasil disagregasi ini berupa jadwal induk produksi (JIP) (Bedworth,1987,p147). Tujuan proses disagregasi ini adalah untuk menjamin bahwa produk tersedia untuk memenuhi demand inventory yang tidak perlu dapat dihindarkan.
tetapi ongkos dan
Beberapa karakteristik disagregasi, yaitu : a. Perencanaan produksi agregat dilanjutkan dengan proses disagregasi. b. Proses disagregasi mengembalikan rencana produksi dalam bentuk end item. c. Hasil dari disagregasi adalah Jadwal Induk Produksi (JIP) atau Master Production Schedule (MPS). d. JIP atau MPS dipergunakan sebagai dasar untuk membuat perencanaan yang lebih rinci (kebutuhan material, kebutuhan kapasitas dan jadwal operasi).
Family
Family
Agregasi
Peramalan Family
Perancangan Disagregasi Agregat Family
Agregasi Data Family B
Peramalan Family
Perancangan Disagregasi Agregat Family
Agregasi Peramalan Family
Perancangan Disagregasi Agregat Family
Data Family A Item DATA
Data Family C
Gambar III.1 Aliran proses perencanaan agregasi
Beberapa teknik yang digunakan untuk melakukan disagregasi, yaitu: a. Metode Presentase b. Metode Set-Up Family c. Metode Knapsack d. Metode Bitran and Hax e. Metode Hax and Meal
MPS
IV. LANGKAH PRAKTIKUM [Studi Kasus]
Hitung perencanaan agregasi dengan menggunakan data hasil peramalan untuk 12 bulan mendatang. Keterangan
Tabel III.2 Data peramalan unit agregat X
Data Peramalan Unit Agregat X BULAN
T
Y'
Jan
13
2621
Feb
14
2637
Mar
15
2654
Apr
16
2671
Mei
17
2687
Jun
18
2704
Jul
19
2721
Agu
20
2737
Sep
21
2754
Okt
22
2771
Nov
23
2787
Des
24
2804
Tabel III.3 Data hari kerja Periode
Hari kerja
13
25
14
24
15
27
16
26
17
26
18
26
19
26
20
26
21
26
22
26
23
26
24
27
Tabel III.4 Faktor Konversi Produk
Faktor Konversi
Sispromasi Large Night Lamp
1
Sispromasi Mini Night Lamp
0,9286
Tabel III.5 Data waktu baku, harga jual dan inventory Item
Waktu Baku (Menit)
Harga Jual
Inventori
Large Night Lamp
70
Rp32.000,00
10
Mini Night Lamp
65
Rp25.000,00
20
Langkah Perhitungan:
1. Buka software Microsoft Excel 2. Masukkan data-data yang telah diketahui di soal pada tabel yang disediakan dalam worksheet microsoft excel pada sheet DATA PERENCANAAN AGREGAT. 3. Hitung jumlah unit agregasi kapasitas pada sheet PERHITUNGAN DATA AGREGAT Perencanaan Agregat Kapasitas
Hari kerja diperoleh dari jumlah hari kerja tiap periode (bulan)
RT (Unit) = : (hari kerja * jam*jumlah tenaga kerja)/(waktu baku terbesar/60)
dibagi 60 karena ingin dikonversikan ke dalam satuan jam. Kalau waktu baku yg diketahui sudah dalam satuan jam, tidak perlu dibagi 60.
OT (Unit) = 25% * RT Tabel III.6 Perhitungan perencanaan agregat kapasitas Periode
Hari kerja
RT (Unit)
OT (Unit)
13
25
2400
600
14
24
2304
576
15
27
2592
648
16
26
2496
624
17
26
2496
624
18
26
2496
624
19
26
2496
624
20
26
2496
624
21
26
2496
624
23
26
2496
624
24
27
2592
648
4. Hitung perencanaan agregat inventory
pada sheet PERHITUNGAN DATA
AGREGAT
Inventory diperoleh dari jumlah inventory tiap produk
Nilai k diperoleh dari perhitungan sebelumnya
Unit agregasi = inventori * k
Jumlah dari unit agregasi merupakan nilai inventory unit agregasi Tabel III.7 Perencanaan agregat inventory Item
Inventory
k
Unit Agregat
Large Night Lamp
10
1
10
Mini Night Lamp
20
0,928571429
19
TOTAL
29
Family X
5. Hitung perencanaan agregat ongkos inventory
Unit agregasi = Ongkos simpan * k
Jumlah dari unit agregasi merupakan nilai ongkos inventory unit agregasi Tabel III.8 Perencanaan agregat ongkos inventory
Family
Item Large Night Lamp
X Mini Night Lamp
Harga Jual Rp 32.000 Rp 25.000
Ongkos Simpan Rp 1.600 Rp 1.250
k 1 0,928571429
TOTAL
Unit Agregat Rp 1.600 Rp 1.161 Rp 2.761
6. Buat perencanaan agregasi dengan menggunakan pure strategy (level strategy, chase strategy dan subcontract strategy), mix strategy dan transportation model dari data demand unit agregasi sebelumnya. Lakukan pada sheet PURE STRATEGY & MIXED STRATEGY.
LEVEL STRATEGY
Tabel III.9 Level Strategy Periode
Demand
Production Level
Inventory
Cumulative Inventory
Adjusted Inventory
13
2621
2400
-221
-221
-192
Rp
(530.057)
Rp
72.000.000
14
2637
2304
-333
-554
-525
Rp
(1.449.375)
Rp
69.120.000
15
2654
2592
-62
-616
-587
Rp
(1.620.539)
Rp
77.760.000
16
2671
2496
-175
-791
-762
Rp
(2.103.664)
Rp
74.880.000
2687
2496
-191
-982
-953
Rp
(2.630.961)
Rp
74.880.000
18
2704
2496
-208
-1190
-1161
Rp
(3.205.189)
Rp
74.880.000
19
2721
2496
-225
-1415
-1386
Rp
(3.826.350)
Rp
74.880.000
20
2737
2496
-241
-1656
-1627
Rp
(4.491.682)
Rp
74.880.000
21
2754
2496
-258
-1914
-1885
Rp
(5.203.946)
Rp
74.880.000
22
2771
2496
-275
-2189
-2160
Rp
(5.963.143)
Rp
74.880.000
23
2787
2496
-291
-2480
-2451
Rp
(6.766.511)
Rp
74.880.000
24
2804
2592
-212
-2692
-2663
Rp
(7.351.782)
Rp
77.760.000
17
TOTAL
Ongkos Inventory
-16352
(Rp45.143.200)
Masukkan data demand unit agregasi Production Level Diperoleh dari data perencanaan agregat kapasitas untuk regular time (RT)
Inventory periode (t) Data inventory menggunakan inventory unit agregasi
Production Level periode (t) – demand periode (t)
Inventory Cumulative Inventory cumulative menggunakan kumulatif inventory
I nventory (t) + Inventory Cumulative (t-1) Untuk periode 1 inventory cumulative = inventory
Adjusted inventory periode (t)
I nventory Cumulative periode (t) + Inventory Unit Agregat
Production Cost
Rp895.680.000
Ongkos inventory periode (t) Ongkos inventory menggunakan ongkos inventory unit agregasi
Adjusted I nventory periode (t) * Ongkos I nventory
Production Level Cost
Production Level (t) * Ongkos RT
CHASE STRATEGY
Tabel III. 11 Chase Strategy Periode
Hari Kerja
Deman d
TK yang diperlukan
TK terpakai
Production Level
Hiring
Layoff
Hiring Cost
Layoff cost
Inventori Akhir
Ongkos Inventori
Ongkos Production Level
13
25
2621
15,28916667
16
2742
2
0
170000
0
121
Rp 334.046
Rp 82.260.000
14
24
2637
16,0234375
17
2797
1
0
85000
0
160
Rp 441.714
Rp 83.910.000
15
27
2654
14,33487654
15
2777
0
2
0
250000
123
Rp 339.568
Rp 83.310.000
16
26
2671
14,98157051
15
2674
0
0
0
0
3
Rp 8.282
Rp 80.220.000
17
26
2687
15,0713141
16
2852
1
0
85000
0
165
Rp 455.518
Rp 85.560.000
18
26
2704
15,16666667
16
2852
0
0
0
0
148
Rp 408.586
Rp 85.560.000
19
26
2721
15,26201923
16
2852
0
0
0
0
131
Rp 361.654
Rp 85.560.000
20
26
2737
15,35176282
16
2852
0
0
0
0
115
Rp 317.482
Rp 85.560.000
21
26
2754
15,44711538
16
2852
0
0
0
0
98
Rp 270.550
Rp 85.560.000
22
26
2771
15,54246795
16
2852
0
0
0
0
81
Rp 223.618
Rp 85.560.000
23
26
2787
15,63221154
16
2852
0
0
0
0
65
Rp 179.446
Rp 85.560.000
24
27
2804
15,14506173
16
2962
0
0
0
0
158
Rp 436.193
Rp 88.860.000
Total
4
2
Rp 340.000
Rp 250.000
1368
Rp 3.776.657
Rp 1.017.480.000
Masukkan data demand unit agregasi
Tenaga Kerja yang Diperlukan (Demand *waktu baku terbesar (jam)) / (hari kerja periode (t) * jam kerja
11
Tenaga kerja yang terpakai merupakan pembulatan dari tenaga kerja yang diperlukan
Jika dari periode (t-1) ke periode (t) terjadi kenaikan tingkat produksi, maka tabel hiring diisi angka 1(jumlah pekerja yang di hiring )
Sebaliknya, jika dari periode (t-1) ke periode (t) terjadi penurunan tingkat produksi, maka tabel layoff diisi angka 1(jumlah pekerja yang di layoff )
Hiring cost Jumlah kenaikan tingkat produksi *Ongkos hiring
Layoff Cost Jumlah penurunan tingkat produksi *Ongkos Layoff
Production Level
Tenaga kerja yang terpakai merupakan pembulatan dari tenaga kerja yang diperlukan
Jika dari periode (t-1) ke periode (t) terjadi kenaikan tingkat produksi, maka tabel hiring diisi angka 1(jumlah pekerja yang di hiring )
Sebaliknya, jika dari periode (t-1) ke periode (t) terjadi penurunan tingkat produksi, maka tabel layoff diisi angka 1(jumlah pekerja yang di layoff )
Hiring cost Jumlah kenaikan tingkat produksi *Ongkos hiring
Layoff Cost Jumlah penurunan tingkat produksi *Ongkos Layoff
Production Level (Jumlah tenaga kerja terpakai * hari kerja (t)*jam kerja/ (waktu baku terbesar/60))
Inventory Akhir
Production Level periode (t) – demand periode (t)
Ongkos Inventory
I nventory Akhir * Ongkos I nventory
Ongkos Production Level
Production Level (t) * Ongkos RT
SUBCONTRACT STRATEGY
Tabel III.12 Subcontract Strategy Periode
Demand
Production Level
Subcontract
Incremental Cost
Production Level Cost
13
2621
2621
0
Rp -
Rp 78.630.000
14
2637
2621
16
Rp 2.320.000
Rp 78.630.000
15
2654
2621
33
Rp 4.785.000
Rp 78.630.000
16
2671
2621
50
Rp 7.250.000
Rp 78.630.000
17
2687
2621
66
Rp 9.570.000
Rp 78.630.000
18
2704
2621
83
Rp 12.035.000
Rp 78.630.000
19
2721
2621
100
Rp 14.500.000
Rp 78.630.000
20
2737
2621
116
Rp 16.820.000
Rp 78.630.000
21
2754
2621
133
Rp 19.285.000
Rp 78.630.000
22
2771
2621
150
Rp 21.750.000
Rp 78.630.000
23
2787
2621
166
Rp 24.070.000
Rp 78.630.000
24
2804
2621
183
Rp 26.535.000
Rp 78.630.000
Total
Rp 158.920.000
Rp 943.560.000
Masukkan data demand unit agregasi
Production Level didapatkan dari data demand terkecil Subcontract didapatkan dari persamaan :
Demand – Production L evel
Incremental Cost didapatkan dari persamaan :
Subcontract * Ongkos Subcontract
Production Level Cost didapat dari persamaan :
Production Level (t) * Ongkos RT
MIXED STRATEGY
Tabel III.13 Mixed strategy Added Tenaga kerja yang diperlukan
Tenaga kerja yang terpakai
Hiring
Layoff
Inventory Cost
Overtime Cost
Changing Work Force
Regular Production Cost
-408
0,00
0
0
0
Rp 1.126.371
Rp 27.000.000
Rp -
Rp 72.000.000
-75
-483
0,00
0
0
0
Rp 1.333.425
Rp -
Rp -
Rp 69.120.000
0
-13
-496
0,00
0
0
0
Rp 1.369.314
Rp -
Rp -
Rp 77.760.000
162
624
-462
-958
0,00
0
0
0
Rp 2.644.764
Rp 28.080.000
Rp -
Rp 74.880.000
462
-271
0
-271
1229
0,00
0
0
0
Rp 3.392.918
Rp -
Rp -
Rp 74.880.000
2496
271
-63
0
-63
1292
0,00
0
0
0
Rp 3.566.843
Rp -
Rp -
Rp 74.880.000
2721
2496
63
162
624
-462
1754
0,00
0
0
0
Rp 4.842.293
Rp 28.080.000
Rp -
Rp 74.880.000
20
2737
2496
462
-221
0
-221
1975
0,00
0
0
0
Rp 5.452.411
Rp -
Rp -
Rp 74.880.000
21
2754
2496
221
37
624
-587
2562
0,00
0
0
0
Rp 7.072.950
Rp 28.080.000
Rp -
Rp 74.880.000
22
2771
2496
587
-312
0
-312
2874
0,00
0
0
0
Rp 7.934.293
Rp -
Rp -
Rp 74.880.000
23
2787
2496
312
-21
0
-21
2895
0,00
0
0
0
Rp 7.992.268
Rp -
Rp -
Rp 74.880.000
24
2804
2592
21
191
648
-457
3352
0,00
0
0
0
Rp 9.253.914
Rp 29.160.000
Rp -
Rp 77.760.000
TOT AL
0
0
0
0
Rp 55.981.764
Rp 140.400.000
Rp -
Rp 895.680.000
Begin
Additional Units Needed
Overtime Production
Inventory
Periode
Demand
Regular Production
13
2621
2400
29
192
600
-408
14
2637
2304
408
-75
0
15
2654
2592
75
-13
16
2671
2496
13
17
2687
2496
18
2704
19
Inventory
after RT + OT (Ending Inventory )
14
Regular Production diperoleh dari perhitungan perencanaan agregasi kapasitas untuk kapasitas Regular time tiap periode yang telah dihitung sebelumnya.
Begin inventory : Begin inventory (t=1) didapat dari perhitungan data agregat. Kalau periode (t=t+1) begin inventory dari additional needs (t=t-1)
Overtime Production Apabila addtional units bernilai negatif (<0) maka overtime production bernilai nol (0), sedangkan additional units bernilai positif maka overtime production bernilai sama dengan kapasitas OT pada perhitungan data aggregate. Apabila additional units bernilai positif Additional units (t) = Kapasitas overtime(t)
Additional Units Needed Merupakan jumlah unit yang perlu ditambahkan pada saat berproduksi. Didapatkan
Regular Production diperoleh dari perhitungan perencanaan agregasi kapasitas untuk kapasitas Regular time tiap periode yang telah dihitung sebelumnya.
Begin inventory : Begin inventory (t=1) didapat dari perhitungan data agregat. Kalau periode (t=t+1) begin inventory dari additional needs (t=t-1)
Overtime Production Apabila addtional units bernilai negatif (<0) maka overtime production bernilai nol (0), sedangkan additional units bernilai positif maka overtime production bernilai sama dengan kapasitas OT pada perhitungan data aggregate. Apabila additional units bernilai positif Additional units (t) = Kapasitas overtime(t)
Additional Units Needed Merupakan jumlah unit yang perlu ditambahkan pada saat berproduksi. Didapatkan melalui persamaan sebagai berikut: Additional units needed = Demand – Reguler Production – begin inventory
Jika additional units needed bernilai positif, maka hal ini menunjukkan bahwa jumlah produksi belum bisa memenuhi demand , sehingga memerlukan adanya overtime (OT merupakan strategi utama yang akan diambil oleh perusahaan ketika jumlah demand > jumlah reguler production). OT diperoleh dari perhitungan perencanaan agregasi kapasitas untuk kapasitas Overtime tiap periode yang telah dihitung sebelumnya.
Added Inventory after RT+OT Apabila nilai added inventory pada kolom sebelah kiri bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih dapat memenuhi demand
dengan sisa
inventory sebesar n unit.
Added Inventory
(kolom kiri) = Additional Units Needed - Overtime
Production
Added Inventory (kolom kanan) = Nilai Kumulatif Inventory
Tenaga Kerja yang diperlukan =(demand*waktu baku terbesar(jam))/(hari kerja*jam kerja)
Untuk demand diambil dari added inventory sebelah kanan
Tenaga kerja yang dipakai Tenaga kerja yang dipakai merupakan pembulatan dari tenaga kerja yang diperlukan =Roundup(tenaga kerja yang diperlukan;0)
Hiring Jika dari periode (t-1) ke periode (t) terjadi kenaikan tingkat produksi(bernilai positif), maka tabel hiring diisi angka 1(jumlah pekerja yang di hiring ). Dimasukan jika jumlah produksi RT+OT masih tidak mencukupi
Layoff jika dari periode (t-1) ke periode (t) terjadi penurunan tingkat produksi, maka tabel layoff diisi angka 1(jumlah pekerja yang di layoff ). Layoff dimasukan jika sudah melakukan hiring di periode sebelumnya dan ternyata saat periode (t=i) tidak diperlukan lagi karena produksi OT dan RT sudah mencukupi.
Inventory cost Biaya inventory didapatkan melalui persamaan sebagai berikut :
I nventory kumulatif *Ongkos I nventory
Overtime cost muncul jika kapasitas overtime digunakan. Ongkos overtime menggunakan ongkos overtime unit agregasi dan didapatkan melalui persamaan sebagai berikut:
Overtime production*Ongkos Overtime
Changing workforce Changing workforce terjadi ketika perusahaan masih belum dapat memenuhi demand melalui RT dan OT, sehingga perusahaan perlu melakukan perubahan tenaga kerja. *) Ongkos perubahan produksi terdiri dari 2 kondisi, yaitu pada saat hiring dan layoff (Hiring*ongkos hiring)+(layoff*ongkos layoff)
Regular Production Cost
Regular Production(t) * Ongkos
TRANSPORTATION MODEL 15
Periode
Persediaan
13
14
Rp -
Rp 2.761
17 Ongkos RT 16(setiap periode Rp Rp bertambah8.282 sesuai ongkos 11.043 inventory)
Rp 5.521
18
19
20
21
22
23
24
Rp 13.804
Rp 16.564
Rp 19.325
Rp 22.086
Rp 24.846
Rp 27.607
Rp 30.368
Masukkan kapasitas RT pada perencanaan agregat Rp Rp 54.846 57.607 sebelumnya
29
RT
13
OT
SK
RT
14
OT
SK
RT
15
OT
SK
RT
16
OT
SK
17
RT
OT
Kapasitas Tersedia
Kapasitas Terpakai
29
2400
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
Rp 41.043
Rp 43.804
Rp 46.564
Rp 49.325
Rp 52.086
250
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
Rp 56.043
Rp 58.804
Rp 61.564
Rp 64.325
Rp 67.086
Rp 69.846
Rp 72.607
Rp 75.368
600
250
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
Rp 158.804
Rp 161.564
Rp 164.325
Rp 167.086
Rp 169.846
Rp 172.607
Rp 175.368
unlimited
0
0
Ongkos OT (setiap periode bertambah sesuai ongkos Rp Rp inventory) 38.282 41.043
2304
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
333
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
0
2592
Rp 30.000
62
Rp 45.000
0
Rp 145.000
Ongkos Inventory (periode pertama bernilai 0 dan setiap periode bertambah sebesar ongkos inventory)
Ongkos SK (setiap Rp Rp periode 32.761 bertambah 35.521 Rp sesuai ongkosRp 47.761 50.521 inventory)
Masukkan kapasitas OT pada perencanaan Rp Rp 52.086 54.846 agregat sebelumnya
Rp 60.368
2400
Rp 57.607
2400
Rp 43.804
Rp 46.564
Rp 49.325
Rp 56.043
Rp 58.804
Rp 61.564
Rp 64.325
Rp 67.086
Rp 69.846
Rp 72.607
576
333
Rp 156.043
Rp 158.804
Rp 161.564
Rp 164.325
Rp 167.086
Rp 169.846
Rp 172.607
unlimited
0
Rp 38.282
Rp 41.043
Rp 43.804
Rp 46.564
Rp 49.325
Rp 52.086
Rp 54.846
Rp 53.282
Rp 56.043
Rp 58.804
Rp 61.564
Rp 64.325
Rp 67.086
Rp 69.846
648
62
unlimited
0
2304
2592
2304
2592
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
Rp 158.804
Rp 161.564
Rp 164.325
Rp 167.086
Rp 169.846
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
Rp 41.043
Rp 43.804
Rp 46.564
Rp 49.325
Rp 52.086
175
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
Rp 56.043
Rp 58.804
Rp 61.564
Rp 64.325
Rp 67.086
624
175
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
Rp 158.804
Rp 161.564
Rp 164.325
Rp 167.086
unlimited
0
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
Rp 41.043
Rp 43.804
Rp 46.564
Rp 49.325
191
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
Rp 56.043
Rp 58.804
Rp 61.564
Rp 64.325
0
Kapasitas Sisa
2496
2496
2496
2496
624
191
unlimited
0
0
350
#VALUE!
0
243
#VALUE!
0
586
#VALUE!
0
449
#VALUE!
0
433
17
SK
RT
18
OT
SK
RT
19
OT
SK
RT
20
OT
SK
RT
21
OT
SK
RT
22
OT
SK
0
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
Rp 158.804
Rp 161.564
Rp 164.325
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
Rp 41.043
Rp 43.804
Rp 46.564
208
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
Rp 56.043
Rp 58.804
Rp 61.564
624
208
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
Rp 158.804
Rp 161.564
unlimited
0
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
Rp 41.043
Rp 43.804
225
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
Rp 56.043
Rp 58.804
624
225
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
Rp 158.804
unlimited
0
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
Rp 41.043
241
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
Rp 56.043
624
241
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
unlimited
0
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
258
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
624
258
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
unlimited
0
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
275
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
624
275
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
unlimited
0
0
0
0
0
0
2496
2496
2496
2496
2496
2496
2496
2496
2496
2496
#VALUE!
0
416
#VALUE!
0
399
#VALUE!
0
383
#VALUE!
0
366
#VALUE!
0
349
#VALUE!
SK
0
RT
18
OT
SK
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
Rp 158.804
Rp 161.564
Rp 164.325
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
Rp 41.043
Rp 43.804
Rp 46.564
208
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
Rp 56.043
Rp 58.804
Rp 61.564
624
208
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
Rp 158.804
Rp 161.564
unlimited
0
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
Rp 41.043
Rp 43.804
225
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
Rp 56.043
Rp 58.804
624
225
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
Rp 158.804
unlimited
0
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
Rp 41.043
241
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
Rp 56.043
624
241
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
Rp 156.043
unlimited
0
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
Rp 38.282
258
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
Rp 53.282
624
258
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
Rp 153.282
unlimited
0
2496
Rp 30.000
Rp 32.761
Rp 35.521
275
Rp 45.000
Rp 47.761
Rp 50.521
624
275
Rp 145.000
Rp 147.761
Rp 150.521
unlimited
0
0
RT
19
OT
SK
0
RT
20
OT
SK
0
RT
21
OT
SK
0
RT
22
OT
SK
0
unlimited
2496
2496
2496
2496
2496
0
2496
2496
2496
2496
2496
#VALUE!
0
416
#VALUE!
0
399
#VALUE!
0
383
#VALUE!
0
366
#VALUE!
0
349
#VALUE!
18
RT
OT
23
SK
Rp 30.000
Rp 32.761
291
Rp 45.000
Rp 47.761
624
291
Rp 145.000
Rp 147.761
unlimited
0
0
Masukkan data demand unit agregat
RT
24
2496
OT
SK
2637
2654
2671
2687
2704
2721
2737
2754
2771
2787
2496
2592
Rp 30.000
212
Rp 45.000
648
212
Rp 145.000
unlimited
0
0
2621
2496
2804
2592
2592
0
333
#VALUE!
0
436
#VALUE!
RT
OT
23
SK
Rp 30.000
Rp 32.761
291
Rp 45.000
Rp 47.761
624
291
Rp 145.000
Rp 147.761
unlimited
0
0
Masukkan data demand unit agregat
RT
24
2496
OT
SK
2637
2654
2671
2687
2704
2721
2737
2754
2771
2787
2496
2592
Rp 30.000
212
Rp 45.000
648
212
Rp 145.000
unlimited
0
0
2621
2496
2592
2592
2804
19
Masukkan data hasil agregasi ke dalam model transportasi, lalu pilih alternative dengan biaya terendah dalam setiap periodenya sesuai dengan demand yang ada.
Alokasikan demand yang ada sesuai dengan kapasitas yang tersedia di mulai dari biaya yang terkecil.
Biaya kapasitas RT dan OT meningkat setiap periode sesuai dengan ongkos inventory .
Biaya kapasitas (t-1) + biaya inventory (t)
Biaya kapasitas Subkontrak (SC) tetap pada setiap periode
Pengalokasian demand selanjutnya dikaliakan dengan biayanya dan dihitung total biayanya.
Lalu hitung jumlah biaya produksi berdasarkan data yang diperoleh dengan mengkalikan kapasitas yang terpakai dengan biaya yang digunakan.
REKAP KAPASITAS TERPAKAI
Tabel III.15 Rekapitulasi untuk ongkos kapasitas terpakai
0
333
#VALUE!
0
436
#VALUE!
Masukkan data hasil agregasi ke dalam model transportasi, lalu pilih alternative dengan biaya terendah dalam setiap periodenya sesuai dengan demand yang ada.
Alokasikan demand yang ada sesuai dengan kapasitas yang tersedia di mulai dari biaya yang terkecil.
Biaya kapasitas RT dan OT meningkat setiap periode sesuai dengan ongkos inventory .
Biaya kapasitas (t-1) + biaya inventory (t)
Biaya kapasitas Subkontrak (SC) tetap pada setiap periode
Pengalokasian demand selanjutnya dikaliakan dengan biayanya dan dihitung total biayanya.
Lalu hitung jumlah biaya produksi berdasarkan data yang diperoleh dengan mengkalikan kapasitas yang terpakai dengan biaya yang digunakan.
REKAP KAPASITAS TERPAKAI
Tabel III.15 Rekapitulasi untuk ongkos kapasitas terpakai Periode
Total Ongkos RT
Total Ongkos OT
Total Ongkos Subkontrak
Total
13
Rp. 72.000.000
Rp. 7.500.000
Rp. -
Rp. 79.500.000
14
Rp. 69.120.000
Rp. 9.990.000
Rp. -
Rp. 79.110.000
15
Rp. 77.760.000
Rp. 1.860.000
Rp. -
Rp. 79.620.000
16
Rp. 74.880.000
Rp. 5.250.000
Rp. -
Rp. 80.130.000
17
Rp. 74.880.000
Rp. 5.730.000
Rp. -
Rp. 80.160.000
18
Rp. 74.880.000
Rp. 6.240.000
Rp. -
Rp. 81.120.000
19
Rp. 74.880.000
Rp. 6.750.000
Rp. -
Rp. 81.630.000
20
Rp. 74.880.000
Rp. 7.230.000
Rp. -
Rp. 82.110.000
21
Rp. 74.880.000
Rp. 7.740.000
Rp. -
Rp. 82.620.000
22
Rp. 74.880.000
Rp. 8.250.00
Rp. -
Rp. 83.130.000
23
Rp. 74.880.000
Rp. 8.730.000
Rp. -
Rp. 83.610.000
24
Rp. 77.760.000
Rp. 6.360.000
Rp. -
Rp. 84.120.000
Jumlah
Rp. 895.680.000,00
Rp. 81.630.000
Rp.0,00
Rp. 9773.310.000,00
20
7. Analisis metode yang paling menguntungkan (biaya yang paling kecil)
Tabel III.16 Analisis Metode Biaya Terkecil Alternatif Level Strategy Chase Strategy Subcontract Strategy Mixed Strategy Transportation Model
Total RT
Total OT
Total SK
Rp 895.680.000 Rp 1.017.480.000 Rp 943.560.000 Rp 895.680.000 Rp 895.680.000
Rp Rp Rp Rp 140.400.000 Rp 81.630.000
Rp Rp Rp 158.920.000 Rp Rp -
Total Hiring Rp Rp 340.000 Rp Rp Rp -
Total Lay Off Rp Rp 250.000 Rp Rp Rp -
Total Inv. Akhir Rp (45.143.200) Rp 3.776.657 Rp Rp 55.981.764 Rp -
Total Cost Rp 895.680.000 Rp 1.021.846.657 Rp 1.102.480.000 Rp 1.092.061.764 Rp 977.310.000
Total Inventroy akhir bernilai
Alternatif yang terpilih yaitu TRANSPORTATION MODEL
negatif sehingga dianggap 0
Walaupun metode level strategy memiliki biaya yang paling sedikit akan tetapi metode ini tidak dapat memenuhi perencanaan yang ada sehingga metode yang dapat memenuhi dan memiliki biaya paling sedikit adalah transportation model.
8. Lakukan Disagregasi untuk memperoleh jumlah unit yang harus diproduksi untuk setiap produk. 9. Isi tabel pada sheet DATA DISAGREGASI sesuai dengan data study case yang diperoleh dari modul 2. Contohnya seperti data dibawah ini:
PROSES DISAGREGASI
Tabel III.17 Faktor Konversi Produk
Faktor Konversi
Sispromasi Large Night Lamp
1
Sispromasi Mini Night Lamp
0,928571429
21
Tabel III.18 Data Demand Periode
Demand
13
2621
14
2637
15
2654
16
2671
17
2687
18
2704
19
2721
20
2737
21
2754
22
2771
23
2787
24
2804
Tabel III.19 Data Persentasi Large dan Mini Night Lamp Periode
Large Night Lamp
Mini Night Lamp
13
54%
46%
14
54%
46%
15
54%
46%
16
54%
46%
17
53%
46%
18
54%
46%
19
53%
47%
20
53%
47%
21
53%
47%
22
53%
47%
23
54%
46%
24
54%
46%
22
10. Lakukan perhitungan disagregasi untuk memperoleh jumlah unit yang harus diproduksi yang berasal dari jumlah unit agregat dengan formula sebagai berikut:
Unit agregasi = persentase*agregasi
Unit produks i= unit agregasi / k Tabel III.20 Perhitungan Disagregasi
Family
X
Item
Presentase
Large Night Lamp
54%
Mini Night Lamp
46%
Agregat
2621
K
Unit Agregat
Unit Produksi
1
1414,387696
1415
0,928571429
1205,83933
1299
*) Kolom Unit Agregat yang akan menjadi data MPS
11. Membuat master planning schedule (MPS). MPS diperoleh dari hasil proses diagregasi. Jumlah unit produksi yang diperoleh dari hasil disagregasi merupakan input bagi MPS.
MASTER PLANNING SCHEDULE (MPS)
Tabel III.21 MPS Periode
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Total
Large Night Lamp
1415
1424
1425
1437
1443
1447
1457
1457
1472
1480
1491
1503
17451
Mini Night Lamp
1299
1307
1324
1329
1340
1354
1362
1379
1380
1391
1397
1401
16263
Family
2714
2731
2749
2766
2783
2801
2819
2836
2852
2871
2888
2904
33714
23
II.
REFERENSI
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia Bedworth, David D. 1978. Integrated Production and Control System. United States of America: Jhon Willey & Sams. Forgarty, Donald W. 1991. Production and Inventory Management. South-Western Publishing Co, Cincinnati, Ohio. Ginting, Rosnani Ir. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
24