Laporan Praktikum ke-12 m.k Penyakit Organisme Akuatik
Hari/Tanggal : Selasa /13 Desember 2016 Kelompok/Shift: XII / Senin Asisten : Darna Andrian Ramadhan
MIKROANATOMI HISTOLOGI IKAN LELE (Clarias gariepinus)
Disusun oleh: Nuralim Paturakhman C14140035
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada budidaya ikan, air dapat menjadi perantara bagi penularan bibit penyakit. Apabila air yang digunakan dalam budidaya telah tercemar atau mempunyai kualitas yang tidak memenuhi persyaratan untuk budidaya, maka ikan budidaya tersebut akan terserang penyakit atau parasit yang hidup pada air tersebut. Ikan yang terserang penyakit akan terjadi suatu perubahan pada struktur jaringan dan selnya. Pemeriksaan struktur tersebut yang dikenal dengan histologis dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu penyakit Studi histologis merupakan kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan. Histologi adalah suatu ilmu yang mempelajari dan menelaah anatomi seara mikrokopis struktur jaringan atau organ pada makhluk hidup. Ilmu ini digunakan terutama untuk diagnosa suatu penyakit pada organ atau jaringan. Histologi dan histopatologi memiliki persamaan yang mendasar yaitu mempelajari suatu jaringan atau organ makhluk hidup, namun histopatologi memiliki cakupan yang lebih luas dikarenakan menelaah lebih lanjut abnormalitas dari jaringan yang merupakan pertanda dari suaut penyakit. Perubahan struktur sel, jaringan atau organ pada ikan dapat terjadi karena adanya suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, cendawan, ataupun parasit. Infeksi ini terjadi disebabkan oleh faktor utama yaitu lingkungan. Lingkungan yang buruk dapat memperbesar kemungkinan bahwa suatu ikan dapat terserang oleh berbagai organisme yang dapat menimbulkan penyakit. Analisa histologi pada tubuh ikan dapat menjadi parameter yang sangat sensitif dan menjadi sangat penting didalam menentukan perubahan struktur sel yang terjadi di organ dalam seperti ginjal, hati dan gonad (Khaisar 2006). Histologi adalah cabang ilmu biologi anatomi yang mempelajari tentang susunan struktur sel-sel yang fungsi fisiologi yang sama tersusun menjadi satu jaringan yang kompleks yang membentuk kesatuan dalam proses metabolisme tubuh. Jaringan itu sendiri merupakan kumpulan sel yang tersimpan dalam suatu matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas dirinya. Jaringan di dalam tubuh makhluk hidup khususnya ikan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, yang melitputi sifat cair (darah), gerakan (jaringan otot), peka dan pengendali (jaringan saraf), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel). Fungsi dari masing-masing dari jaringan tersebut dapat dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya (Pazra et al. 2008). Tujuan Praktikum ini bertujuan mempelajari teknik dalam preparasi histologi dan mengetahui gambaran histologi pada organ – organ ikan lele (Clarias gariepinus). METODOLOGI
Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, 28 November 2016 dan 5 Desember 2016 pukul 15.00 -18.00 WIB bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan lantai 2 dan lantai 4 Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu mikrotom, kaca preparat, benang, label, penangas air, kassa, botol film, oven, hotplat, stabiliger, templat, casette cetakan ukuran 2x2x2 cm3, mikroskop cahaya beserta komponennya, buku gambar, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu berbagai organ ikan (hati, usus, insang, dan ginjal), larutan fiksatif (larutan davidsond, larutan BNF, larutan carnoy), alkohol ( 80%, 90%, 95%,95%, 100% dan 100%), xylol (1, 2, dan 3), paraffin, hematoksilin, BNF (Buffer Netrak Formalin), alkool 70%, auksin, akuades, dan eosin. Prosedur Praktikum Fiksasi Jaringan Prosedur pertama yang dilakukan adalah ikan uji yang akan diambil jaringannya disiapkan terlebih dahulu seperti : hati , insang, usus, dan otot. Lalu diambil satu potongan jaringan insang atau hati, setelah itu jaringan dimasukkan kedalam kaset, kemudian jaringan tersebut direndam dengan larutan BNF selama 24-48 jam, dan setelah itu diceupkan dalam alkohol 70% selama 2 jam.. Dehidrasi dan Clearing Jaringan yang telah diambil direndam dalam larutan fiksatif selama 48 jam. Jaringan yang dipilih direndam dalam alkohol 70% selama 48 jam, kemudian dilanjutkan direndam secara berturut-turut dengan alkohol 80%, 90%, 95% ,95%, masing-masing selama 2 jam dan 100% selama 12 jam, dan 100% selama 30 menit. Setelah didehidrasi jaringan tersebut direndam alkohol xylol (1 : 1) selama 30 menit, dilanjutkan dengan xylol 3 kali masing-masing 30 menit, agar alkohol dan xylol tidak menyatu dan jaringan tidak mudah rusak. Impregnasi dan Embeeding Sampel yang sudah dicelupkan pada alkohol dan xylol, kemudian dimasukkan kedalam piala yang berisi cairan parafin 1 selama 45 menit, selanjutnya dipindahkan kembali ke parafin 2 dan 3 dengan waktu yang sama selama 45 menit. Dengan konsentrasi yang sama jaringan dimasukkan ke dalam oven yang bersuhu 58-60 ºC. Sealnjutnya dilakukan proses embedding yaitu pencetakan sampel. Setelah itu, hasil cetakan sampel dipotong dengan menggunakan mikrotom. Blocking Sebelum dilakukan pemotongan sampel, sampel dicetak terlebih dahulu didalam parafin yang bertujuan agar jariingan tidak bergerak saat proses
pemotongan dan memudahkan pada proses pemotongan. Langkah yang dilakukan yaitu pertama parafin dimasukkan kedalam templat, tunggu beberapa detik lalu jaringan dipotong dan ditambahkan kembali parafin pada jaringan, terakhir ditunggu hingga kering dan tercetak. Alat yang digunakan pada proses tersebut menggunakan hotplat dan stabiliger. Pemotongan Jaringan Mikrotom diatur terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pemotongan. Setelah siap parafin yang telah disimpan dipotong tipis dengan pisau pada mikrotom. Selanjutnya sampel yang telah terpotong tipis dimasukkan kedalam air bersuhu 50-60 oC yang bertujuan untuk melelehkan parafin pada sampel atau jaringan. Pewarnaan Jaringan Pewarnaan jaaringan dilakukan dengan proses deparafinasi terlebih dahulu yang bertujuan untuk menghilangkan parafin yang tertinggal pada jaringan. Pertama jarngan dimasukkan ke dalam xylol I dan II masing-masing selama 4-5 menit. Selanjutnya yaitu proses staining (pewarnaan) dilakukan dengan ditambahkan pewarna eosin dan hematoksilin. Setelah proses deparafinisasi selesai, jaringan yang didalamnya terkandung larutan xylol dikeringkan dengan kertas saring, kemudiaan secara berturut-turut dimasukkan ke dalam alkohol 95%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, dan aquades. Dimasukkan ke hematoxylin kira-kira 4-5 menit, lalu dicuci dengan air mengalir selama 10 menit. Tahap selanjutnya jairngan dicelup pada larutan akuades lalu dehidrasi menggunkan alcohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70%. Jaringan dimasukkan ke dalam lautan eosin selama 1-2 menit, kemudian dicelupkan kembali ke alkohol dngan konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 95%, dan dikeringkan dengan kertas saring. Terakhir preparat dimasukkan ke dalam xylol selama 15 menit. Tahap berikutnya yaitu proses mounting (penutupan) dan labelling (pemberian pabel) yaitu penutupan preparat dengan menggunakan kaca penutup dan memberi identitas pada preparat (label), kemudian disimpan dalam kotak sediaan. Kemudian dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berikut dibawah ini hasil pengamatan histologi ikan lele. Tabel 1 Hasil pengamatan histologi ikan lele (Clarias gariepinus) No
Nama Organ
1
Insang
Organ hasil pengamatan
Organ (literatur)
(Susanto 2010)
2
Hati
Aminah et al. 2014)
3
Ginjal
Dotplay.info
4
Usus (melintang)
(Yushinta 2004)
5
Otot
(Susanto 2010)
Berdasarkan hasil pengamatan histologis diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan pada literatur maupun gambar hasil penganmatan. Jaringan atau organ yang diamati pada praktikum ini yaitu otot, hati, ginjal, usus, dan insang. Semua jaringan yang digunakan pada praktikum ini adalah jaringan sehat sehingga terdapat persamaan dengan literatur pada ginjal dan usus, sedangkan organ lainnya yaitu otot, hati, dan insang memiliki perbedaan karena literatur menggunakan jaringan ikan yang mengalami kelainan. Pembahasan Histologi adalah suatu ilmu yang mempelajari dan menelaah anatomi secara mikrokopis struktur jaringan atau organ pada makhluk hidup. Ilmu lanjutan ini digunakan terutama untuk diagnosa suatu penyakit pada organ atau jaringan yang mengalami kelainan. Histologi dan histopatologi memiliki persamaan yang mendasar yaitu mempelajari suatu jaringan atau organ makhluk hidup, namun histopatologi memiliki cakupan yang lebih luas dikarenakan menelaah lebih lanjut abnormalitas dari jaringan yang merupakan pertanda dari suatu penyakit. Perubahan struktur sel, jaringan atau organ pada ikan dapat terjadi karena adanya suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, cendawan, ataupun parasit. Infeksi ini terjadi disebabkan oleh faktor utama yaitu lingkungan. Lingkungan yang buruk dapat memperbesar kemungkinan bahwa suatu ikan dapat terserang oleh berbagai organisme yang dapat menimbulkan penyakit. Analisa histologi pada tubuh ikan dapat menjadi parameter yang sangat sensitif dan menjadi sangat penting didalam menentukan perubahan struktur sel yang terjadi di organ dalam seperti ginjal, hati dan gonad (Khaisar 2006). Ikan yang yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele (Clarias gariepinus). Jaringan yang diperiksa dari ikan lele yaitu meliputi hati, limpa, dan insang, ginjal, otot, dan usus. Tujuan dari praktikum ini yaitu mempelajari teknik dalam preparasi histologi dan mengetahui gambaran histologi pada organ – organ ikan lele (Clarias gariepinus). Salah satu jaringan yang diamati pada praktikum ini adalah insang. Insang pada ikan secara keseluruhan memiliki lapisan epitel yang sangat tipis yang berfungsi untuk mempermudah proses pertukaran gas, namun disisi lain insang sangat sensitif dan rawan terhadap infeksi dari organisme penyebab penyakit seperti bakteri, dan virus (Susanto 2008). Kerusakan struktur sel maupun jaringan insang yang ringan sekalipun dapat menimbulkan akibat yang sangat fatal karena organ ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses respirasi. Insang terdiri dari dua rangkaian yang tersusun atas empat lengkungan tulang rawan dan tulang keras (holobrankhia) yang menyusun sisi faring yang berfungsi menjalankan tugas dalam proses respirasi. Masingmasing holobrankhia yang menonjol dari pangkal posterior lengkung insang disebut hemibarankhia. Selain itu, insang dilengkapi dengan sejumlah glandula yaitu selsel epitel insang yang mengalami spesialisasi. Glandula tersebut terdiri dari glandula mukosa dan glandula asidofilik. Glandula mukosa berupa sejumlah sel-sel
tunggal berbentuk oval dan menghasilkan mukus yang terdapat pada lengkung insang, filamen insang maupun lamela sekunder. Mukus merupakan glikoprotein yang bersifat basa atau netral. Fungsi dari mukus ini yaitu sebagai perlindungan atau proteksi, menurunkan terjadinya friksi atau gesekan, antipatogen, membantu pertukaran ion, dan membantu proses pertukaran gas dan air (Irianto 2005 dalam Pazra 2008). Hasil pemeriksaan histopatologi dari insang ikan lele tidak ditemukannya suatu kelainan karena ikan yang diambil dan diamati pada praktikum ini adalah ikan sehat Otot pada ikan memiliki sejumlah tipe serabut otot yang pada banyak spesies ikan tersusun dalam banyak kelompok-kelompok yang terpisah. Secara keseluruhan terdapat dua kelompok yaitu, kelompok muskularis lateralis profundus yang terdiri atas serabut-serabut putih, dan kelompok muskularis lateralis superfisialis terdiri atas yang disebut otot merah.. Serabut-serabut merah tersebut adalah serabut aerobik dan berdaya kontraksi lamban tetapi memiliki banyak pembuluh darah, sedangkan serabut-serabut putih adalah anaerob berdaya kontraksi yang umumnya cepat dan mudah mengalami kerusakan. Serabut aerobik berarti dalam kontraksinya memerlukan oksigen sebagai bahan bakar metabolismenya sedangkan serabut anaerobik tidak menggunakan oksigen (Nabib dan Pasaribu 1989 dalam Susanto 2008). Selain otot, ginjal juga memiliki bagian-bagian khusus lain yang fungsinya untuk menyalurkan bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dalam darah seperti glomerulus, bowman’s capsule, tubulus proximal, dan tubulus distal. Ginjal berfungsi untuk filtrasi dan mengekskresi bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, termasuk logam berat yang toksik. Bagian ginjal seperti glomerulus dan serangkaian tubulus terletak dalam nefron yang merupakan struktur yang paling menonjol dari ginjal. Glomerulus menghasilkan ultrafiltrat dari plasma yang selanjutnya terkumpul dalam kapsula bowman dan mengalir melalui tubulus proximal. Pada tubulus proximal merupakan tempat terjadinya reabsorpsi glukosa, vitamin, asam amino serta urin sekunder yang terdapat dalam ginjal hasil dari penyairngan darah. Salah satu fungsinya yaitu untuk mengubah urin primer menjadi urin sekunder (reabsorbsi). Selain mengalir melalui tubulus proximal, filtrat tersebut terus dialirkan melewati lengkung henle dan tubulus distal, kemudian mengalir melewati kumpulan tubulus ke dalam ginjal dan dibuang sebagai urin yang telah murni tidak diperlukan oleh tubuh (Taukhid et al. 2007). Usus memilki bagian-bagian penting dalam proses penyerangan makanan seperti sel goblet dan bile duct. Sel goblet adalah bagian usus yang terletak pada lapisan epidermis. Sel–sel goblet usus berfungsi menghasilkan mukus yang membantu proses pencernaan dan penyerapan sari makanan. Pada kondisi usus yang kronis, dapat menyebabkan hiperplasia sel-sel goblet yang jumlahnya akan meningkat drastis (Susanto 2008). Selain hiperplasia pada usus sering terjadi edema. Edema yang ditemukan menandakan adanya masalah pada sistem sirkulasi darah (Susanto 2008).
Hati merupakan organ terbesar pada tubuh ikan yang terletak dibagian sisi perut, dalam rongga pelitoneal. Struktur utama hati yaitu sel hati atau hepatosit. Hepatosit (sel parenkim hati) berperan penting dalam metabolisme tubuh. Sel-sel ini terletak di sinusoid yang berisi darah dan saluran empedu. Perubahan histologi hati pada ikan adalah terjadinya: cloudy swelling (sel hati agak keruh, stioplasma keruh dan bergranula). Hal tersebut diakibatkan oleh munculnya hyaline eosinofil dalam sitoplasma, antropi pada sel hati, pengerutan sel, nukleus dan nukleolus sering kali mengecil; nekrosis, degenerasi vakuola, degenerasi lemak, stagnansi empedu, hepatitis, sirosis dan gangguan pada aliaran darah sinusoid atau vena (Khaisar 2006).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Praktikum histopatologi diperoleh hasil yaitu tidak terdapatnya sel atau jaringan yang mengalami kelainan. Hal ini dikarenakan ikan yang digunakan adalah ikan yang dalam kondisi sehat sehingga kelainan atau abnormalitas tidak terlihat. Saran Praktikum selanjutnya diharapkan preparat yang digunakan adalah preparat ikan yang memiliki kelainan pada organnya, sehingga praktikan dapat mengetahui jenis penyakit atau kelainan yang spresifik pada setiap organ ikan.
DAFTAR PUSTAKA Bavelander G. 1998. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta (ID) : Erlangga. Khaisar. 2006. Kandungan timah hitam (Pb) dan kadmium (Cd) dalam air, sedimen dan bioakumulasi serta respon histopatologis organ ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) di Perairan Teluk Jakarta. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pazra, Debby Fadhilah. 2008. Gambaran histopatologi insang, otot dan usus pada ikan lele (Clarias spp.) asal dari daerah Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Susanto D. 2008. Gambaran histopatologi organ insang, otot, dan usus ikan mas (Ciprynus Carpio) di Desa Cibanteng. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Taukhid, Nugraha E dan Subagyo. 2007. Efektifitas daun sambiloto (Andrographis peniculata) bagi pengendalian penyakit Koi Herpes Virus (KHV) pada ikan mas (Cyprinus carpio). Jurnal Riset Akuakultur. 2(3).