METODE ELEKTROMAGNETIK VERY LOW FREQUENCY (VLF) UNTUK PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN MERAH Arif Ramos Parulian, S.Si. Universitas Padjadajran Abstrak Metode elektromagnetik VLF memanfaatkan medan elektromagnetik yang dibangkitkan pemancar-pemancar gelombang radio VLF berdaya besar yang dioperasikan untuk kepentingan militer, terutama untuk berkomunikasi dengan kapal selam. Medan magnetik dan medan listrik yang dibangkitkannya disebut sebagai medan primer. Medan primer membangkitkan medan sekunder sebagai akibat adanya arus induksi yang mengalir pada benda-benda konduktor di dalam tanah. Medan sekunder yang timbul bergantung pada sifatsifat medan primer, sifat listrik benda-benda di dalam tanah dan medium sekitarnya, serta bentuk dan posisi benda-benda tersebut. Untuk mengetahui cara akuisisi, pengolahan, dan interpretsi data metode VLF, maka dilakukan pengukuran metode VLF pada lapangan merah Universitas Padjadjaran. Pengukuran dilakukan menggunakan Envi VLF Scintrex dengan jumlah lintasan pengukuran yaitu 4 dimana panjang lintasan 360 m. Lintasan ke 2, 3, dan 4 berjarak 20 meter tiap lintasannya. Tiap titik pengukuran pada setiap lintasan memiliki spasi pengukuran 20 meter. Dari hasil prosesing data menggunakan filter freaser dan filter KH-jelt, didapatkan bahwa pada lapangan merah Universitas Padjadjaran memiliki lapisan soil yang cukup tebal, yaitu mencapai 40 meter dan dilanjutkan oleh lapisan batuan lempung. Kata kunci: Metode elektromagnetik VLF, Akuisisi data, filter freaser, filter KH-jelt Abstract VLF electromagnetic method utilizing electromagnetic fields generated transmitters VLF radio waves operated large power for military purposes. The magnetic field and the electric field generated by the transmitter is referred to as the primary field. The primary field generate secondary field as a result of the induced current that flows on the conductor objects in the subsurface. Secondary field arising depends on the properties of the primary field, the electrical properties of the objects in the ground and the surrounding medium, and the shape and position of these objects. To find out how the acquisition, processing, and data interpretation methods VLF, VLF method of measurement has been performed on a red field Padjadjaran University. Measurements were made using VLF Envi Scintrex with the number of acquisition line are 4, wherein the line length of 360 m. lines 2, 3, and 4 have a distance of 20 meters each of the line. Each measurement point on every line has a space measuring 20 meters. From the results of data processing using freaser filter and KH-jelt filter, it was found that the red field Padjadjaran University has a thick enough layer of soil, which reaches 40 meters, followed by a layer of shale rocks. Keywords: VLF electromagnetic method, data acquisition, freaser filter, KH-jelt filter I.
Pendahuluan
Dalam geofisika eksplorasi terdapat beberapa metode geofisika yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari sifat-sifat fisika dan struktur kerak bumi yang
bertujuajn untuk mencari sumber daya alam. Salah satu metode geofisika tersbut diantaranya metode geolistrik. Umumnya, metoda ini baik untuk eksplorasi dangkal, sekitar 150 m.
Metode elektromagnetik VLF memanfaatkan medan elektromagnetik yang dibangkitkan pemancar-pemancar gelombang radio VLF berdaya besar yang dioperasikan untuk kepentingan militer, terutama untuk berkomunikasi dengan kapal selam. Medan magnetik dan medan listrik yang dibangkitkannya disebut sebagai medan primer. Medan primer membangkitkan medan sekunder sebagai akibat adanya arus induksi yang mengalir pada benda-benda konduktor di dalam tanah. Medan sekunder yang timbul bergantung pada sifat-sifat medan primer, sifat listrik benda-benda di dalam tanah dan medium sekitarnya, serta bentuk dan posisi benda-benda tersebut. Pada daerah pengamatan VLF dilakukan pengukuran terhadap resultan medan primer dan medan sekunder, dimana perubahan resultan kedua medan tersebut tergantung pada perubahan medan sekunder. Sehingga bentuk, posisi, dan sifat listrik benda-benda di bawah daerah pengamatan dapat diperkirakan. Metode VLF ini secara umum digunakan untuk penelitian geologi yang bersifat dangkal. II. Landasan Teori Metode VLF-EM merupakan salah satu dari berbagai macam metode Geofisika yang memanfaatkan parameter frequensi. Metode ini tergolong metode geofisika Pasif, karena pada kerjanya metode ini hanya menangkap sinyal-sinyal frequensi dari stasiun-stasiun yang ada diselur dunia. seperti namanya, metode ini memanfaatkan sinyal pemancar radio berfrekuensi rendah Metoda VLF-EM ini pada dasarnya memanfaatkan medan elektromagnetik yang dibangkitkan oleh pemancar radio berfrekuensi sangat rendah (15–30 KHz) dengan daya sangat besar yang pada awalnya digunakan untuk keperluan sistem navigasi kapal selam. Metoda VLF-EM ini dalam pelaksanaan pengukuran di lapangan hanya menggunakan sinyal dari satu frekuensi saja(single frequency).
Medan EM yang diukur oleh alat ukur VLF-EM adalah medan kompleks total (HR) yang terdiri dari komponen real (inphase), imajiner (quadrature), totalfield, dan tilt-angle. Besar nilai yang terukur keempat komponen tersebut akan sangat tergantung kepada nilai konduktivitas benda bawah permukaannya. Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda konduktif. Perubahan komponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawa permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh dengan sengaja membangkitkan medan elektromagnetik di sekitar daerah observasi. Pengukuran semacam ini disebut teknik pengukuran aktif. Metode ini kurang praktis dan daerah observasi dibatasi oleh besarannya sumber yang dibuat. Teknik pengukuran lain adalah teknikpengukuran pasif. Tenik ini memanfaatkan medan elektromagnetik yang berasal dari sumber yang tidak sengaja dibangkitkan. Gelombang elektromagnetik seperti ini berasal dari alam dan dari pemancar frekuensi rendah (15-30 kHz) adalah yang biasa disebut VLF (Very Low Frequency). Teknik ini lebih praktis dan mempunyai jangkauan daerah pengamatan yang luas. Metode elektromagnetik VLF ini bertujuan untuk mengukur harga daya konduktivitas batuan berdasarkan pengukuran gelombang elektormagnetik skunder. Metode ini memanfaatkan gelombang hasil induksi elektomagnetik yang berfrekuensi sangat rendah. Karena frekuensinya yang cukup rendah, gelombang ini memiliki penetrasi yang cukup dalam. Gelombang ini juga menjalar ke seluruh dunia dengan atenuasi yang kecil dalam pandu gelombang antara permukaan bumi dan ionosfer. Karena induksi gelombang tersebut, maka di dalam medium oleh batuanakan timbul arus induksi. Arus induksi inilah yang menimbulkan medan skunder yang dapat
ditangkap di permukaan bumi. Besarnya kuat medan elektromagnetik skunder ini sebanding dengan besarnya daya hantar listrik batuan (𝜌), sehingga dengan mengukur kuat medan pada arah tertentu, maka secara tidak langsung kita dapat mendeteksi daya hantar listrik batuan di bawahnya. Prinsip pengukuran metode VLF yaitu sumber gelombang elektromagnetik berfrekuensi rendah yang disebut sebagai medan primer dan mempunyai frekuensi 15 kHz sampai 30 kHz, dirambatkan di antara permukaan bumi dan ionosfer. Dalam tubuh batuan konduktif, medan primer ini akan menginduksi arus sekunder didalamnya yang disebut arus Eddy. Arus ini akan membangkitkan medan sekunder yang kemudian bergabung dengan medan primer. Medan sekunder yang dibangkitkan tergantung dari besaran fisika yang terkandung dalam batuan yaitu resistivitas atau konduktivitas. Dengan melakukan pengukuran medan total (primer + sekunder) di permukaan bumi dapat diketahui resistivitas sebagai salah satu sifat fisis batuan. Ada dua jenis pengukuran VLF, yaitu mode tilt-angle dan mode resistivity. Mode tilt-angle mengukur polarisasi komponen medan magnetik, sedangkan mode resistivity mengukur polarisasi komponen medan magnetik dan medan listrik. 1. Mode Tilt-angle Mode tilt angle digunakan untuk mengetahui struktur konduktif dan kontak geologi seperti zona alterasi, patahan, dan dikekonduktif. Dalam mode ini, arah strike target memiliki sudut ±45° dengan lokasi pemancar. Pada konfigurasi pengukuran semacam ini, medan primer akan memberikan fluks yang maksimum jika memotong struktur, sehingga memberikan kemungkinan anomali yang paling besar.
Medan magnet yang memiliki komponen horisontal dan vertikal membentuk sebuah elips yang dapat ditunjukkan dengan sudut tilt dari sumbu mayor dan sumbu horisontalnya, dan eliptisitasnya (perbandingan sumbu minor/sumbu mayor). Alat akan mengukur dua besaran tersebut dari pengukuran komponen inphase dan out-of-phase medan magnetik vertikal dari medan horisontalnya. Data tilt biasanya disajikan dalam derivative Fraser.
Gambar 2.1 Desain Survey untuk Mode Tilt-angle Parameter eliptisitas kadang digunakan untuk mengetahui bahwa struktur di bawah memiliki konduktivitas tinggi (berharga kurang dari nilai tilt tetapi bertanda terbalik) atau memiliki konduktivitas rendah (bernilai dan bertanda sama dengan nilai tilt). Dalam pengukuran, instrumen T-VLF akan menghitung parameter sudut tilt dan eliptisitas dari pengukuran komponen inphase dan out-of phase medan magnet vertikal terhadap komponen horizontalnya. Besar sudut tilt (%) akansama dengan perbandingan Hz/Hx dari komponen inphase-nya, sedang besar eliptisitas ε (%) sama dengan perbandingan komponen kuadraturnya. Jika medan magnet horizontal adalah Hx dan medan vertikalnya sebesar HxeiØ, maka sudut tilt diberikan sebagai : 𝐻 2 ( 𝑧 ) 𝑐𝑜𝑠∅ 𝐻𝑥 tan(2𝜃) = 𝐻 2 1 − (𝐻𝑧 ) 𝑥 Dan elipsitasnya diberikan sebagai 𝑏 𝐻𝑧 𝐻𝑥 𝑠𝑖𝑛∅ 𝜀= = 𝑎 [𝐻𝑧 𝑒 𝑖∅ 𝑠𝑖𝑛∅ + 𝐻𝑥 𝑐𝑜𝑠∅]2
Alat akan langsung mengukur besarnya tahanan jenis medium dan besarnya sudut fase medium. Letak anomali secara kasar berada di bawah puncak anomali tahanan jenis. Sedangkan harga fase > 45° menunjukkan tahanan jenis semakin dalam semakin kecil, dan fase < 45° menunjukkan tahanan jenis semakin dalam makin besar. Gambar 2.2 Skema Ellipt Gambar dibawah ini adalah contoh grafik pengukuran VLF menggunakan metode Tilt. Grafik tersebut terdiri dari nilai tilt, eliptisitas, dan Fraser. Jika grafik tilt berada di atas grafik ellipt, maka dapat dikatakan zona tersebut merupakan zona konduktif. Fraser yang tinggi menunjukkan konduktivitas yang tinggi dan grafik tersebut menunjukkan tempat sebenarnya.Berikut contoh grafiknya (VLF Praktikum Fisika Gunung Api Bromo 2009)
Gambar 2.3 grafik pengukuran VLF menggunakan metode Tilt-angle 2. Mode Resisitivity Mode ini digunakan untuk mengetahui dike resistif dan disisi lain untuk membatasi satuan geologi melalui pemetaan tahanan jenisnya. Mode ini sangat baik jika arah pemancar tegak lurus strike geologinya (±45°) seperti terlihat pada gambar dibawah.
Gambar 2.4 Desain Survey untuk Mode Resistivity
Kelemahan Metoda (single survey): - Instrumen juga merekam banyak noise - Kondisi bawah permukaan kemungkinan tidak cukup memperlihatkan kontras anomaly - Overlapping anomali sulit dibedakan dalam tahap interpretasi - 42 stasiun transmisi di seluruh dunia (15-30 kHz, 10-20 km l) - Pada jarak tertentu, medan EM berperilaku sebagai gelombang bidang dengan komponen magnet dan listrik diprediksi. - Arus eddy yang dihasilkan ketika medan melewati konduktor terkubur, menciptakan medan magnet sekunder. Medan elektromagnetik primer sebuah pemancar radio VLF-EM memiliki komponen medan listrik vertikal Epz dan komponen medan magnetik horizontal yang tegak lurus terhadap arah perambatan pada sumbu-x (Bosch dan Mullёr, 2001). Medan elektromagnetik HPy yang dipancarkan antena pemancar radio VLFEM selanjutnya akan diterima stasiun penerima dalam empat macam perambatan gelombang, yaitu; gelombang langit, gelombang langsung, gelombang pantul dan gelombang terperangkap.
Daerah yang cukup banyak badai tersebut adalah Afrika tengah dan Asia tenggara termasuk Indonesia. Noise kedua adalah variasi diurnal medan elektromagnetik bumi di mana terjadi pergerakan badai dari arah timur ke barat yang terjadi mulai siang hingga sore hampir malam. Gambar 2.5 Macam-macam perambatan gelombang Adapun yang paling sering dimanfaatkan dan terukur sewaktu pengukuran data VLFEM di daerah survey adalah gelombang langit. Jika di bawah permukaan terdapat suatu medium yang bersifat konduktif, maka komponen medan magnetik dari gelombang elektromagnetik primer akan menginduksi medium tersebut sehingga akan menimbulkan medan listrik induksi, ESx. Medan listrik induksi tersebut akan menimbulkan medan elektromagnetik baru yang disebut medan elektromagnetik sekunder, HS, yang mempunyai komponen horizontal dan vertikal. Medan magnetik ini mempunyai bagian yang sefase (in-phase) dan berbeda fase (out-of-phase/quadrature) dengan tergantung dari sifat konduktivitas benda di bawah permukaannya. Adapun parameter elektromagnet VLF yang penting adalah : 1. Pemancar Pemancar ini mulai dibangun sejak Perang Dunia I, digunakan untuk komunikasi jarak jauh karena kemampuannya untuk komunikasi gelombang dengan pelemahan yang sangat kecil pada gelombang bumi ionesfer.Penetrasinya cukup efektif hingga dapat menembus laut dalam. 2. Pengaruh Atmosfer Sumber noise yang utama adalah radiasi medan elektromagnetik akibat kilat atmosfer baik di tempat dekat atau jauh dari lokasi pengukuran. Pada frekwensi VLF radiasi medan ini cukup dapat melemahkan sinyal yang dipancarkan oleh pemancar.
3.
Rambatan Gelombang Elektromagnetik Pada elektromagnetik VLF dengan frekuensi <100 KHz, arus pergeseran akan lebih kecil dari arus konduksi karena permitivitas dieletrik batuan rata-rata cukup kecil dan konduktivitas target biasanya > 10-2 S/m. Hal ini menunjukkan efek medan akibat arus konduksi memegang peranan penting ketika terjadi perubahan konduktivitas batuan. 4. Pelemahan (Atenuasi) Medan Pelemahan medan ini mempengaruhi kedalaman. Kedalaman pada saat amplitudo menjadi 1/e (kira-kira 37%) dikenal sebagai skin depth atau kedalaman kulit. Kedalaman ini dalam metode elektromagnetik disebut sebagai kedalaman penetrasi gelombang, yaitu kedalaman = 𝜌 504 √ ⁄𝑓 di mana ρ adalah resistivitas dalam ohm-meter, dan f adalah frekuensi. III. Metode Penelitian Pada pengukuran kali ini, metode yang digunakan adalah metode VLF-EM dengan menggunakan alat Envi VLF Scintrex.
Gambar 3.1 Envi VLF Scintrex Pengukuran dilakukan di daerah sekitar lapangan merah Universitas Padjadjaran,
dengan menggunakan 4 lintasan, yang pada lintasan ke 2, 3, dan 4 berjarak 20 meter tiap lintasannya. Tiap titik pengukuran pada setiap lintasan memiliki spasi pengukuran 20 meter. Adapun gampar lintasan pengukuran sebagai berikut
lintasan 9233700 9233600 9233500 9233400 9233300 9233200 806500
L1 Series2 L2
Series4 806700
L3
Gambar 3.1 Lintasan pengukuran Adapun tahapan pada saat akuisisi data adalah: 1. Menentukan lokasi tiap lintasan pengukuran, beserta jarak tiap titik pengukuran pada tiap lintasan 2. Mengkalibrasi alat dengan cara setting alat, dengan cara mencari sinyal VLF yang berasal dari pemancar yang paling dekat dengan lokasi pengukuran, lalu memilih sinyal VLF paling baik 3. Mengukur di tiap titik pengukuran yang sebelumnya telah ditandai terlebih dahulu. Pengukuran dilakukan dengan cara menghadap 20° terhadap arah utara 4. Mencatat harga Inphase, quadrature, total field, tilt, Q, dan S yang didapat dari alat, juga mencatat waktu, posisi dan elevasi pada tiap titik pengukuran Pada penelitian kali ini, yang akan diolah merupakan data inphase untuk mendapatkan nilai konduktivitas bawah permukaan. Terdapat dua data imphase, yaitu imphase real (harga inphase pada data yang didapat) dan inphase imaginer (harga quadrature pada data yang didapat). Pada pengolahan data, menggunakan software Ms. Excel, dan memakai filter freaser dan filter KH-jelt untuk selanjutkan dilakukan pengkonturan nilai konduktivitas bawah permukaan. Untuk menampilkan hasil penampang yang berisikan informasi
nilai konduktivitas bawah permukaan, digunakan metode krigging pada software Surfer 11. IV. Hasil 4.1 Pengolahan Data Hal pertama yang pada pengolahan data pada penelitian ini yaitu pemfilteran data. Filter dilakukan untuk dapat melihat grafik konduktifvitas pada permukaan lintasan pengukuran. Terdapat dua filter yang dilakukan, yatu filter freaser dan filter KHjelt. Filter yang dilakukan pertama yaitu filter freaser. Rumus yang dilakukan untuk melakukan pemfilteran adalah filter freaser dengan rumus Fi=(Inphase1+Inphase2)(Inphase3-Inphase4). Hasil dari filter ini kemudian dimasukkan kedalam grafik. Filter freaser ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya anomali pada satu lintasan yang dapat dilihat pada grafik filter freaser. Adapun hasilnya untuk masingmasing lintasan adalah: -
Line 1
-
Line 2
Gambar 4.1 Grafik filter freaser untuk line 1 sampai 4 Setelah dilakukan filter freaser, lalu mencari nilai konduktivitasnya untuk kedalaman 20m dan 40 meter dengan menggunakan rumus filter KH-jelt, yaitu
-
Line 3
filter KH-jelt = 2pi/h x {(0,102*In1)+(0,059*In2)+(0,561*In3)+(0,561*In5)+(0,059*In6)+(0,102*N7)} Dengan h merupakan jarak antar titik ukur. Filter KH-jelt ini dapat dilakukan untuk beberapa orde. Orde ini akan menunjukkan harga konduktivitas pada kedalaman tertentu, yang kedalamannya ditentukan oleh jarak antar titik pengukuran yang dihitung.Pada penelitian kali ini, karena antar titik pengukuran berjarak 20 m, maka untuk orde 1 filter KH-jelt akan menggambarkan nilai konduktivitas untuk kedalaman 20 m. Untuk orde 2 dari penelitian kali ini, maka pada perhitungan filter KH-jelt nilai Inphase yang dimaksukkan yaitu nilai Inphase untuk titik pengukuran yang berjarak 2 kali dari orde satu (dalam penelitian ini berjarak 40 m).
-
Line 4
Dari pengolahan filter KH-jelt tersebut, hasil dari perhitungan untuk tiap orde kemudian digabungkan untuk menjadi satu untuk setiap lintasannya. Data tersebut kemudian dijadikan penampang yang menggambarkan keadaan bawah permukaan sebagai berikut ini
Line 1 - real
-
imaginer
Line 2 - real
-
imaginer
Line 3 - real
-
imaginer
Line 4 - Real
-
Imaginer
Gambar 4.2 Penampang konduktivitas bawah permukaan real dan imaginer untuk line 1 sampai 4 Dengan legenda:
Keterangan legenda yaitu semakin biru, berarti material semakin resistif, dan semakin merah, berarti material semakin konduktif untuk penampang real, dan sebaliknya untuk penampang imaginer. 4.2 Pembahasan Setelah melakukan pengolahan data, maka terlihat bahwa pada grafik filter real feaser maupun filter imaginer freaser, terdapat anomali pada semua lintasan. Pada lintasan 1, terdapat harga yang saling berbeda tiap titik pengukurannya, terdapat yang bernilai konduktif, juga yang bernilai resistif. Pada lintasan 2, dari jarak 0-100 meter, terdapat benda bawah permukaan yang memiliki harga konduktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga konduktivitas yang lainnya pada satu line. Pada lintasan 3, pada jarak 100-200 bernilai resistif, tetapi pada jarak 200-250, bernilai konduktif. Sedangkan pada lintasan 4, pada jarak 100200, terdapat benda bawah permukaan yang memiliki harga resistivitas yang tinggi, sedangkan pada jarak 200-300 benda bawah permukaan yang memiliki harga
konduktivitas yang tinggi, dibandingkan harga resistivitas yang lainnya pada lintasan yang sama. Keempat lintasan tersebut harus dibuktikan dengan filter yang lain untuk melihat bagaimana pola persebaran konduktivitasnya. Dengan filter freaser, kita hanya dapat mengetahui persebaran nilai konduktivitas di permukaan saja. Untuk mengetahui persebaran harga konduktivitas dibawah permukaan, maka dilakukan filter KH-Jelt pada pengolahan data. Setelah dilakukan pengolahan menggunakan filter KH-Jelt, didapatkanlah hasil penampang untuk masing-masing lintasan. Pada lintasan 1, terlihat dari penampang bahwa pada kedalaman 0-20 meter, benda yang terkandung memiliki sifat lebih konduktif, yaitu berkisar berkisar antara 6-24. Sedangkan paa kedalaman 2040m, memiliki harga sebesar (-10) – (-16) yang berarti material yang terkandung bersifat lebih resistif. Hal ini berarti bahwa, terdapat perbedaan materi pada lintasan 1 pada kedalaman 0-20 m dan 20-40 m.
Walaupun demikian, perbedaan materi ini tidak terlalu mencolok, sebab perbedaan nilainya tidak terlalu besar, dan dapat dikatakan bahwa pada lintasan 1 memiliki jenis lapisan yang sama hingga kedalaman 40 meter, yaitu lapisan top soil. Pada daerah pengukuran juga, secara geologi dikatakan bahwa memiliki lapisan top soil yang cukup tebal. Hanya saja, pada lintasan 1, pada permukaannya memiliki harga konduktivitas yang lebih besar, sebab pada lintsan 1 pengukurannya dilakukan pada jalanan beraspal, dan karena komposisi dari jalan aspal adalah aspal dan batuan beku, maka harga konduktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan materi yang berada dibawahnya. Pada lintasan 2, terdapat anomali pada jarak 0-100 meter, dimana pada jarak tersebut, disekitar permukaan terdapat materi yang memiliki harga konduktivitas yang lebih tinggi dibandingkan harga sekitarnya, yaitu berkisar 12-20. Hal ini mungkin saja terjadi, sebab pada daerah pengukuran, terdapat objek yang dikubur. Hal tersebut terlihat dari terdapatnya berangkal yang tersebar disekitar titik pengukuran. Hal inilah yang membuat harga konduktivitas pada jarak 0-100 m di lintasan 2 menjadi berbeda dengan yang lainnya. Secara umum, pada lintasan 2, material yang terkandung memiliki harga bernilai (-10)-(16), yang berarti bahwa pada lintasan 2, materialnya memiliki sifat resistif. Ini menunjukkan bahwa pada lintasan 2, material yang terkandung dapat berupa top soil ataupun batuan sedimen. Berdasarkan pengamatan lapangan, dapat diinterpretasikan bahwa pada lintasan 2, sama halnya dengan lintasan 1, hingga kedalaman 40 m, hanya terdapat 1 lapisan saja, yaitu lapisan top soil. Pada lintasan 3, pada jarak 200-280 m, pada permukaannya, memiliki material yang lebih resistif, yaitu bernilai (-10)-(-16). Sedangkan pada daerah yang lainnya, cenderung bernilai 0-16. Hal ini berarti pada jarak 200-280, terdapat material
resistif. Namun, bila diamati, mungkin saja anomali ini terjadi bukan alami, tetapi akibat adanya aktivitas manusia. Sedangkan secara umum, sama seperti lintasan sebelumnya, pada lintasan 3 hingga kedalaman 40 m, hanya terdapat satu lapisan saja. Hanya saja untuk lintasan 3, terlihat dari penampang bahwa pada lintasan ini berbeda dengan kedua lintasan sebelumnya, yaitu pada lintasan ini bersifat lebih konduktif sebab lebih berwarna merah, sedangkan lintasan lainnya berwarna biru. Hal ini diakibatkan terlalu banyaknya noise pada saat melakukan akuisisi data pada lintasan 3, sehingga data yang didapat pun kurang baik. Untuk lintasan 4, pada jarak 180-200 memiliki sifat lebih resistif, sedangkan pada jarak 220-250 memiliki sifat lebih konduktif. Hal ini diakibatkan kualitas sinyal VLF yang kurang baik pada titik pengukuran yang dimaksud. Sama seperti lintasan-lintasan sebelumnya, terlihat dari penampang bahwa pada lintasan 4, hingga kedalaman 40 m hanya terdiri dari 1 lapisan saja. Hanya saja, pada lintasan 4 harga konduktivitasnya yaitu memiliki rentang 4(-6). Secara keseluruhan dari keempat lintasan yang ada, terlihat bahwa tidak ada anomali yang signifikan pada daerah pengukuran, dan pada daerah pengukuran hingga kedalaman 40 m, hanya terdiri dari satu lapisan saja. V. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 1. Terdapat beberapa hukum dan prinsip fisika yang digunakan dalam metode VLF, seperti persamaan Maxwell dan fenomena listrik magnet yang didapatkan oleh Faraday, Ampere, Gauss, Coulomb. 2. Terdapat beberapa teknik akuisisi data untuk metode VLF, seperti pengkalibrasian alat sehingga baik untuk diopasikan, dan arah hadap
3.
4.
5.
6.
operator pada saat melakukan akuisisi data. Metode VLF biasanya baik untuk pemetaan benda-benda konduktif dibawah permukaan. Terdapat beberapa teknik pengolahan data dan interpretasi metode VLF, seperti filter freaser dan filter KH-Jelt. Pada daerah penelitian, harga konduktivitas yang didapat tidak terlalu bervariasi, yang menunjukkan bahwa pada daerah penelitian tidak memiliki anomalo yang signifikan Pada daerah penelitian memiliki satu lapisan soil yang cukup tebal, yaitu mencapai 40 meter yang terlihat dari penampang konduktivitas.
5.2 Saran 1. Jarak antar titik pengukuran lebih dipersenpit untuk mendapatkan kualitas data yang lebih baik 2. Untuk dapat lebih memastikan struktur bawah permukaan, dapat dilakukan pengolahan data kembali, yaitu filter KH-Jelt untuk data Total field dan tilt. Daftar Pustaka http://nursina.blogspot.com/2012/11/meto de-very-low-frequency-vlf_7.html http://berkaryaselalu.blogspot.com/2013/0 4/metode-vlf-em-very-lowfrequency.html http://rilgeofisika.blogspot.com/2012/07/m etode-elektromagnetik-vlf.html https://www.academia.edu/5934594/Lapor an_VLF_