MEMBRAN EKSTRA EMBRIONAL
Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten
: Danik Dian Budiarti : B1J012129 :I :2 : Ilham Amrulloh
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membran ekstra embrional adalah selaput seluler yang di bentuk oleh lapisan lateral mesoderma, yang merupakan
derivatisasi embrionik mesoderma.
Membran ekstra embrional di bentuk bersamaan dengan perkembangan embrio serta berperan penting dalam perkembangan embrio. Pada periode kelahiran atau penetasan, struktur dari membran ekstra embrional tidak ikut menjadi bagian tubuh organisme. Membran ekstra embrional memilki peranan dalam memberi nutrisi selama perkembangan embrio, proteksi terhadap gangguan yang datang dari lingkungan dan berperan sebagai fungsi eksresi (Yatim, 1982). Membran ekstra embrional pada mamalia terdapat bersama endometrium induk. Membran ekstra embrional pada mencit terdiri dari amnion, chorion, allantois dan kantung yolk. Amnion berfungsi untuk melindungi embrio dari goncangan mekanik. Chorion berfungsi sebagai bagian yang menyusun plasenta. kantung yolk yaitu selaput yang menyelubungi kuning telur, tidak berkembang baik pada mamalia, sebagai sumber bekal sel gamet primordial dan dipenuhi pembuluh darah vitelin yang berkembang dari mesoderma splanknis. Allantois merupakan evaginasi ventromedian usus belakang. Fungsinya sebagai kantung urin, paru-paru ekstra embrional dan bagian plasenta fetus (Yatim, 1982). Praktikum kali ini menggunakan fetus mencit sebagai hewan uji. Alasan digunakannya fetus mencit karena mencit mewakili kelas mamalia, mudah untuk didapatkan dan memiliki banyak keturunan dalam satu kali reproduksi. Selain itu, fetus mencit mudah diamati bagian-bagian membran ekstra embrionalnya.
B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah dapat mengenali dan menggambar morfologi membrane ekstra embrional fetus mencit ( Mus musculus) serta menjelaskan fungsinya masing-masing.
II.
MATERI DAN METODE
A. Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum membrane ekstra embrional adalah Fetus mencit (Musmusculus). Alat yang digunakan dalam praktikum membran ekstra embrional adalah gunting, jarum, papan bedah, baki, pinset dan caw an petri. B. Metode
1. Mencit dimatikan dengan cara servical dislocation. 2. Bagian diatas porus urogenitalis (serviks) digunting. 3. Bagian uterus dikeluarkan. 4. Bagian uterus digunting, fetus mencit dikeluarkan. 5. Fetus mencit dibersihkan dari darah. 6. Fetus mencit diidentifikasi, digambar, dan difoto.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1 3
2
Gambar 1. Membran ekstra embrional pada fetus
Gambar 2. Skematis membrane ekstra embrional pada fetus mencit
Keterangan : 1. Amnion 2. Plasenta 3. Tali pusat
B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan diketahui bagian-bagian yang terlihat pada embrio mencit yang berumur 15-18 hari adalah Amnion, plasenta dan tali pusat. Selama masa embrio untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, sarana untuk mengeluarkan sisa metabolisme, dan perlindungan baik dari faktor fisik, kemis maupun biologis di lingkungan makro maupun mikro, agar embrio dpat berkembang dan tumbuh dengan baik maka dibentuk membrane ekstra embrional.. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : 1. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. 2. Fase Pasca Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup setelah masa embrio, terutama penyempurnaan alat-alat reproduksi setelah dilahirkan (Djuhanda, 1981). Bagian-bagian membran ekstra embrional pada embrio mencit terdiri dari: 1. Amnion (air ketuban pada mamalia) yang merupakan cairan transparan yang langsung membungkus embrio. Amnion terbentuk dari somatopleura yaitu lapisan rangkap meso dan ektoderma yang melipat kea rah dorso-median embrio mulai dari sisi anterior, posterior dan lateral. Dinding amnion berdiferensiasi menjadi epithelium sekretori dan menghasilkan cairan amnion. Fungsi sebagai perlekatan organ-organ tubuh yang sedang terbentuk, melindungi embrio dari dehidrasi, melindungi embrio dari goncangan mekanik dan memberi ruang untuk pergerakan embrio. Amnion dianggap sebagai sumber potensial yang penting. Amnion merupakan lapisan plasenta terdalam dan terdiri dari lapisan epitel tunggal.
Amnion memungkinkan untuk menjadi calon yang ideal untuk menciptakan perancah yang digunakan di TE (Niknejad, 2008). 2. Saccus vitellinus atau kantung yolk terbentuk dari splanknopleura yaitu lapisan rangkap meso dan entoderma yang melipat ke arah ventral embrio. Dinding saccus vitellinus memiliki enzim yang dapat mencerna cadangan nutrisi berupa yolk dan dilengkapi dengan pembuluh darah untuk memfasilitasi transport nutrisi ke tubuh embrio. Saccus vitellinus merupakan cadangan makanan nutrisi berupa yolk dan dilengkapi pembuluh darah. Kantung yolk bersifat nutritif disamping juga sebagai sumber sel kelamin, sel darah, dan tempat pembentukan pembuluh vitelin. 3. Korion merupakan selaput ekstra embrionik paling luar yang berfungsi membawa
bahan-bahan berupa gas masuk ke peredaran darah fetus dan mencegah masuknya bakteri. Pada mamalia, selaput ini berhubungan dengan endometrium membentuk plasenta, memiliki vili-vili dan kaya akan pembuluh darah untuk pertukaran darah dengan induk. Plasenta merupakan suatu daerah yang merupakan kesatuan struktur antara selaput ekstraembrionik (fetus) dengan endometrium induk yang merupakan tempat pertukaran gas dan nutrisi antara induk dan fetus. Fungsinya adalah untuk pertukaran nutrisi, gas, dan hormon, sebagai kelenjar endokrin, sebagai barrier (mencegah bercampurnya darah induk dan fetus) sehingga mencegah bakteri patogen pada darah induk masuk ke peredaran darah fetus, serta sebagai sebagai sistem kekebalan. 4. Allantois merupakan cairan jernih berwarna kekuningan dengan ukuran lebih besar dari amnion. Allantois muncul sebagai divertikulum ventral usus belakang segera setelah usus belakang dibentuk. Oleh karena itu, lapisannya adalah splanknopleura dengan susunan lapisan lembaga yang sama dengan kantung. Pada
reptile da naves chorion berfungsi menampung sisa metabolism embrio terutama dalam bentuk asam urat. Pada saat dinding allantois mencapai chorion dibagian tertentu keduanya berfusi dan menjadi tervaskularisasi membentuk chorioallantois (Sounders, J.W, 1982). Tahap pertama dalam pembentukkan membrane ekstra embrional adalah perluasan lapisan jaringan peripheral (ectoderm, mesoderm, endoderm) kepermukaan atas yolk. Ketika lapisan mesoderm terbagi kedalam bentuk coelom ekstraembrional, bervaskularisasi
ke
dalam
lapisan
mesoderm-endoderm
(splanchnopleura)
menentukan yolk sac. Lapisan ectoderm luar tidak bervaskularisasi dengan lapisan mesoderm (somatopleura) yang berhubungan dengan ectoderm membentuk chorion dan amnion. Kepala dan lipatan tubuh yang mengelilingi embrio membentuk amnion. Jaringan somatopleura memperluas hubungan seroamniotic (hubungan antara dua lipatan amnion over embryo) membentuk permukaan dalam yaitu chorion. (Pratiwi, 2012). Menurut Rafferty dan Reina (2012), perkembangan embrio dimulai dari fertilisasi, cleavage, gastrulasi, adesi vitelline dan membrane kulit, sirkulasi vitelline, pigmentasimata, dan pigmentasi tubuh. Perbedaan antara membran ekstra embrional antara pisces, reptil, aves, amphibi, dan mamalia terdapat strukturnya. Pada mamalia korion dan allantois akan membentuk plasenta sebagai sumber nutrisi bagi embrio sedangkan pada aves dan reptile tidak akan terbentuk plasenta. Hewan-hewan akuatik seperti amfibi dan pisces tidak mempunyai chorion, amnion dan allantois karena embrio mereka sudah terlindungi oleh sejenis jelly dan pertukaran gas serta cairannya dilakukan secara difusi, bukan melewati bagian chorion dan allantois karena habitat hidup mereka yang sudah sangat lembab, yaitu air seperti halnya cairan amnion yang membungkus embrio hewan-hewan reptil, aves dan mamalia (Djuhanda, 1981).
Plasenta berfungsi penyedia makanan dan paru-paru untuk fetus (dari darah ibu), menyingkirkan bahan buangan dari fetus, sawar dari mikroorganisme (penyakit), produksi hormon yang mempertahankan kehamilan dan laktasi. Dapat ditembus morfin, barbiturat, anestesi umum, dan thalidomide. Evolusi membran ekstraembrionik pada amniota telah memungkinkan pengembangan telur terestrial dan telah memfasilitasi besar variasi morfologi yang berbeda yang mendasari pola reproduksi yang diamati pada Amniota. Informasi tentang pengembangan dan hubungan topologi dari ekstraembrionik membran terbatas dalam Reptilia, ada beberapa studi pada morfogenesis awal membran ekstraembrionik dalam kelompok penting
dari
Reptilia
(Archosauria,
Rynchocephalia,
dan
Testudines)
dan
pengetahuan saat ini didasarkan pada studi yang dilakukan pada spesies dari Squamata, terutama pada spesies vivipar (Francisca Leal et al., 2008).
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Membran ekstra embrional pada mencit yang termasuk dalam kelas mamalia terdiri dari amnion, korion, kantung yolk dan allantois. 2. Fungsi dari amnion adalah menjaga embrio dari pengaruh lingkungan luar agar keadaan embrio tetap stabil. Korion memiliki fungsi sebagai bagian penyusun plasenta pada hewan mamalia. Kantung yolk disini berfungsi sebagai bekal makanan untuk embrio walaupun kadarnya tidak sebanyak reptil dan aves. Allantois berfungsi sebagai sarana pembuangan sisa metabolisme pada embrio.
B. Saran
Praktikum kali ini untuk kesulitannya dalam mengidentifikasinya membran ekstra embrionalnya masih sulit dikarenakan sangat kecilnya embrio yang digunakan. Sebaiknya menggunakan hewan uji yang lebih besar agar mudah untuk mengidentifikasi membran ekstra embrionalnya.
DAFTAR REFERENSI
Djuhanda, Tatang. 1981. Embriologi Perbandingan. CV. Armico, Bandung Francisca, Leal, Martha Patricia Ramírez-Pinilla. 2008. Evolution and Development Of The Extraembryonic Membranes in Lizards: Heterochronies And Placentotrophy. Journal Herpetological Conservation and Biology 5(2):297310. Niknejad, H., Habibolah P., Masoumeh J.,Albohassan A.,Jalal G,. Alexander M. 2008. Properties Of The Amniotic For Potensial Use In Tissue Engineering. Academic Division of Surgical and Interventional Sciences.University College London, London, UK Pratiwi, Herlina. 2012. Implantasi, Selaput ekstra embrionik, dan Plasentasi. Universitas Brawijaya: Malang. Rafferty, R. Anthony, Reina. D. Richard. 2012. Arrested embryonic development: a review of strategies to delay hatching in egg-laying reptiles. Australian Centre for Biodiversity, School of Biological Sciences, Monash University, Melbourne,Victoria, Australia.Proc. R. Soc. B (2012) 279, 2299 – 2308. doi:10.1098/rspb.2012.0100. Published online 21 March 2012. Proceeding of royal society Sounders, J.W. 1982. Developmental Biology. Macmillan Publishing Co, New York. Yatim, W. 1984. Embriologi. Tarsito, Bandung.