Laporan Praktikum Mekanika Batuan 2014
KELOMPOK XIV 2-28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batuan
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuknya. Batuan adalah proses terjadinya secara alamiah. Batuan lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuknya. Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi. Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan :
Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu.
Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
Proses pembentukan.
(Anonim, 2014)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa batuan mempunyai krakteristik yang berbeda-beda. Meskipun secara deskriptif nama dari batuan tersebut sama misalnya batugamping di daerah Tanjung dengan batugamping di daerah Bajuin, tetapi antara batugamping satu dengan yang lain hampir pasti tidak sama persis. Oleh karena itulah maka sifat massa batuan di alam adalah heterogen, anisotrop dan diskontinu.
Definisi Batuan
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda dimana tidak mempunyai komposisi kimia tetap. Batuan terdiri dari bagian yang padat baik berupa kristal maupun yang tidak mempunyai bentuk tertentu dan bagian kosong seperti pori-pori, fissure, crack, joint dan lain-lain. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan tidak sama dengan tanah. Tanah dikenal sebagai material yang mobile, rapuh dan letaknya dekat dengan permukaan bumi.
Berbagai definisi dari batuan sebagai objek dari mekanika batuan telah diberikan oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan, yaitu :
Menurut para ahli geologiwan
Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk kulit bumi.
Menurut para ahli teknik sipil khususnya para ahli geoteknik
Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan solid dari kulit bumi, serta batuan tidak dapat digali dengan cara yang biasa, misalnya dengan menggunakan cangkul.
Menurut Talobre
Batuan adalah material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang ada di dalamnya seperti air, minyak dan lain-lain.
Menurut ASTM
Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa yang berukuran besar ataupun yang berupa fragmen-fragmen.
Secara Umum
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak mempunyai komposisi kimia tetap.
2.1.2. Sifat Batuan
Sifat batuan yang sebenarnya di alam terbagi menjadi 3 bagian, ketiga sifat batuan tersebut adalah sebagai berikut ;
Heterogen, disebut heterogen karena :
Jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda.
Ukuran dan bentuk partikel atau butir berbeda di dalam batuan.
Ukuran, bentuk dan penyebaran pori berbeda di dalam batuan.
Diskontinu, dikatakan diskontinu karena adanya bidang-bidang lemah seperti fault, fissure, crack, joint dimana kekerapan, perluasan dan orientasi dari bidang-bidang lemah tersebut tidak kontinu.
Anisotrop, yaitu mempunyai sifat yang berbeda. Bisa saja jenis batuan memiliki sifat yang bervariasi. Misalnya sifat batuan seperti porositas, permeabilitas, kerapatan, kekuatan dan ketahanan dapat memberikan informasi geoteknis.
2.1.3. Mekanika Batuan
Definisi Mekanika Batuan telah diberikan oleh beberapa ahli atau komisi-komisi yang bergerak dibidang tersebut, seperti :
Menurut Talobre
Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya adalah mempelajari perlikau batuan di tempat asalnya untuk dapat mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang dibuat pada batuan tersebut.
Menurut Coates
Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari efek dari gaya terhadap batuan.
Menurut US National Committee On Rock Mechanics (1984)
Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku batuan baik secara teoritis maupun terapan, merupakan cabang ilmu mekanika yang berkenaan dengan sikap batuan terhadap medan-medan gaya pada lingkungannya.
Menurut Budavari
Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari mekanika perpindahan padatan untuk menentukan distribusi gaya-gaya dalam dan deformasi akibat gaya luar pada suatu benda padat.
Menurut Hudson dan Harrison
Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari reaksi batuan yang apabila padanya dikenakan suatu gangguan.
Secara Umum
Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari sifat dan perilaku batuan bila terhadapnya dikenakan gaya atau tekanan.
Sifat Fisik dan Sifat Mekanik
Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas, absorpsi, dan void ratio.
Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, dan nisbah poisson.
Kedua sifat tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun lapangan (in-situ). Penentuan di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap sampel yang diambil di lapangan. Satu sampel dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat batuan. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian tanpa merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat mekanik batuan yang merupakan pengujian merusak(destructive test) sehingga sampel batuan hancur.
Sifat Fisik Batuan
Menentukan sifat fisik batuan di laboratorium terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
Pembuatan sampel
Di laboratorium
Pembuatan sampel di laboratorium dilakukan dari blok batuan yang diambil dari lapangan dan telah dihancurkan. Kemudian dicampurkan dengan semen dan dicetak dalam bentuk silinder. Sampel yang dihasilkan mempunyai diameter pada umumnya antara 50-60 mm dan tingginya dua kali diameter tersebut. Ukuran sampel dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran yang telah di tentukan tergantung dari maksud uji.
Di lapangan
Hasil pemboran inti ke dalam massa batuan yang akan berupa sampel inti batuan dapat digunakan untuk uji di laboratorium dengan syarat tinggi sampel dua kali diameternya. Setiap contoh yang diperoleh kemudian diukur diameter dan tingginya, kemudian dihitung luas permukaan dan volumenya.
Setelah penghitungan tinggi, diameter, luas dan volumenya, kemudian mulai pada tahap pengujian seperti :
Penimbangan berat sampel
Berat asli (natural) : Wn
Berat kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan temperatur kurang lebih 100o C) : Wo
Berat jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24 jam) : Ww
Berat jenuh + berat air + berat bejana : Wb
Berat jenuh di dalam air : Ws = (Wa – Wb)
Volume sampel tanpa pori-pori : Wo – Ws
Volume sampel total : Ww - Ws
Sifat fisik batuan
Bobot isi asli = WnWw-Ws ……………………………..(2.1.)
Bobot isi kering = W0Ww-Ws ……………………………..(2.2.)
Bobot isi jenuh = WwWw-Ws …………………...……......(2.3.)
Berat jenis semu = WoWw-Ws / bobot isi air ……………..(2.4.)
Berat jenis asli = WoWo-Ws / bobot isi air ……………..(2.5.)
Kadar air asli = Wn-WoWox100 % …………........... ...(2.6.)
Saturated water content = Ww-WoWox 100% …………..............(2.7.)
Derajat kejenuahan = Wn-WoWw-Wox 100% ……………………(2.8.)
Porositas (n) = Ww-WoWw-Wsx 100% ……………………(2.9.)
Voidratio (e) = n1-n ……………………....………..(2.10.)
(Kramadibrata, dkk, 2000)
Sifat fisik batuan adalah sifat yang terdapat pada suatu batuan setelah dilakukan pengujian tanpa melakukan pengrusakan. Setelah batuan selesai dipreparasi kemudian setiap sample yang diperoleh diukur diameter dan tingginya kemudian dihitung luas permukaan dan volumenya. Adapun sifat fisik pada batuan meliputi :
Bobot Isi
Bobot isi adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume batuan. Bobot isi berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu :
Bobot isi asli, yaitu perbandingan antara berat batuan asli dengan volume batuan.
Bobot isi jenuh, yaitu perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume batuan.
Bobot isi kering, yaitu perbandingan antara berat batuan kering dengan volume batuan.
Spesific Gravity
Spesific gravity adalah perbandingan antara bobot isi dengan bobot isi air. Spesific gravity dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan bobot isi air.
True spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi basah batuan dengan bobot isi air.
Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang ada di dalam batuan dengan berat butiran batuan itu sendiri yang terbagi menjadi :
Kadar air asli, yaitu perbandingan antara berat air asli yang ada dalam batuan dengan berat butiran batuan itu sendiri dalam %.
Kadar air jenuh, yaitu perbandingan antara berat air jenuh yang ada dalam batuan dengan berat butiran batuan itu sendiri dalam %.
Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori atau rongga batuan terhadap volume total batuan yang dinyatakan dalam %.
Angka Pori
Angka pori adalah perbandingan antara volume pori-pori dalam batuan dengan volume batuan.
Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh yang dinyatakan dalam %.
(Ahlizar, 2014)
Sifat Mekanik Batuan
Batuan memiliki sifat mekanik yang dilakukan dengan merusak, dimana dalam menentukan sifat mekanik batuan di laboratorium dilakukan beberapa pengujian, seperti :
Uji Kuat Tekan Uniaksial
Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test)
Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial). Penyebaran tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan tidak terbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk kerucut cone.
Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5. Semakin besar maka kuat tekannya bertambah kecil seperti ditunjukkan oleh persamaaan dibawah ini.
Menurut ASTM : C (l = d) = C ............................(2.11.)
0,788 + …………………...(2.12.)
Menurut Proto Diakonov : C (l = 2d) = C………………..….(2.13.)
…………………………(2.14.)
Dengan C kuat tekan batuan.
Makin besar , maka kuat tekannya akan bertambah kecil.
*Sumber : Eucalypto. 2014
Gambar 2.1.
Perubahan Sampel
Persamaan umum kuat tekan (tegangan)
………………………………...……(2.15.)
Keterangan :
D = Diameter (m)
l = Panjang (m)
= Tegangan (N/m2)
F = Besarnya gaya yang bekerja pada percontohan batuan pada saat terjadi keruntuhan (failure) sehingga pada grafik merupakan keadaan yang paling puncak (N).
A = Luas penampang percontohan batuan yang diuji (m2)
Batas Elastis
Plastisitas adalah karakteristik batuan yang membuat regangan (deformasi) permanen yang besar sebelum batuan tersebut hancur (failure). Perilaku batuan dikatakan elastis (linier maupun non linier) jika tidak terjadi deformasi permanen jika suatu tegangan dibuat nol.
Pada tahap awal batuan dikenakan gaya. Kurva berbentuk landai dan tidak linier yang berarti bahwa gaya yang diterima oleh batuan dipergunakan untuk menutup rekahan awal (pre exiting cracks) yang terdapat di dalam batuan. Sesudah itu kurva menjadi linier sampai batas tegangan tertentu, yang kita kenal dengan batas elastis lalu terbentuk rekahan baru dengan batas elastis perambatan stabil sehingga kurva tetap linier. Sesudah batas elastis dilewati maka perambatan rekahan menjadi tidak stabil, kurva tidak linier lagi dan tidak berapa lama kemudian batuan akan hancur. Titik hancur ini menyatakan kekuatan batuan.
Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur pada saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu, Titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada daerah linier dengan kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak (peak). Pada titik tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial sehingga didapat nilai batas elastis C.
τlττclτElilaiaada
τl
τ
τc
l
τE
li
l
ai
a
a
d
a
*Sumber : Rasidah, 2010
Gambar 2.2.
Kurva Tegangan-Regangan
Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur pada saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu, titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada daerah linier dengan kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak (peak). Pada titik tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial sehingga didapat nilai batas elastis C.
Modulus Young
Harga dari Modulus Young dapat ditentukan sebagai perbandingan antara selisih tegangan aksial (τ) dengan selisih tegangan aksial (o), yangdiambil pada perbandingan tertentu pada grafis regangan aksial dihitung pada rata-rata kemiringan kurva dalam kondisi linier, atau bagian linier yang terbesar di kurva sehingga didapat nilai Modulus Young rata-rata dalam hubungan sebagai berikut :
*Sumber : Penuntun Praktikum Mekanika Batuan, 2014: hal 12
Gambar 2.3.
Kurva Pengambilan Nilai σ dan a
Possion's Ratio
Harga poisson's ratio didefinisikan sebagai harga perbandingan antara regangan lateral dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar σi. Harga tegangan sebesar σi yang diukur pada titik singgungantara grafik tegangan volumetrik dengan garis sejajar sumbu tegangan aksial pada saat regangan grafik volumetrik mulai berubah arah.
Titik singgung tersebut diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial didapat nilai σi. Melalui titik σi buat garis tegak lurus ke sumbu tegangan aksial, sehingga memotong kurva regangan aksial dan lateral.Kemudian masing-masing titik potong tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga didapatkan nilai εai dan εli.
Sehingga dari nilai-nilai tersebut dapat ditentukan besarnya poisson's ratio dalam hubungan sebagai berikut :
, pada tegangan …………………………………………….(2.16.)
*Sumber : Penuntun Praktikum Mekanika Batuan, 2014: hal 13
Gambar 2.4.
Pengambilan Nilai εai dan εli
Uji Kuat Tarik Tak Langsung
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari percontoh batu berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan.
Kuat tarik :
σt = PπRH
*Sumber : Eucalypto, 2014
Gambar 2.5.
Pengujian Kuat Tarik
(Penuntun Praktikum Mekanika Batuan, 2014)
Uji Point Load
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari sampel batuan secara tak langsung di lapangan. Sampel batuan dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan.
DiametricaltestP L > 0.7DPLDIrregular lump testP DL=1,0-1,4D = 50 mmLLD Axial testDP DL= 1,1+ 0,05
Diametricaltest
P L > 0.7D
P
L
D
Irregular lump test
P DL=1,0-1,4
D = 50 mm
L
L
D
Axial test
D
P DL= 1,1+ 0,05
*Sumber : Kramadibrata, dkk, 2000 : hal 37
Gambar 2.6.
Bentuk Sampel Batu Untuk Point Load Test
Uji Triaksial
Salah Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting dalam mekanika batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial. Percontoh yang digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada pengujian kuat tekan.
*Sumber : Eucalypto. 2014
Gambar 2.7.
Kondisi Tekanan Pada Pengujian Triaksial
Dari hasil uji triaksial dapat ditentukan :
Strength envelope (kurva intrinsik), yaitu kurva yang menunjukan kekuatan batuan terhadap tahanan batuan yang berada di atasnya dimana terdapat kohesi dan sudut geser dalam sebagai parameter keruntuhan batuan.
Kuat geser (shear strength), yaitu gaya tahanan internal yang bekerja per satuan luas masa batuan untuk menahan keruntuhan atau kegagalan sepanjang bidang runtuh dalam masa batuan tersebut.
Sudut geser dalam (ϕ), yaitu sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material dikenai tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi tegangan gesernya.
Kohesi (C), yaitu gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan gesernya makin besar.
Uji Punch Shear
Uji ini untuk mengetahui kuat geser dari sampel batuan secara langsung. Sampel berbentuk silinder tipis yang ukurannya sesuai dengan alat uji punch dengan tebal t dan diameter d.
Sesudah sampel dimasukkan ke dalam alat uji punch shear kemudian ditekan dengan mesin tekan sampai sampel pecah (P).
Dari percobaan terhadap sampel yang dilakukan maka didapatlah persamaannya, yaitu :
Kuat geser (shear strength) =Pπ.d.t kg/cm2 …………………….….(2.17.)
t1Pembebanan Penampang tegak punch shear sampel
t
1
Pembebanan
Penampang tegak
punch shear sampel
*Sumber : Kramadibrata, dkk, 2000 : hal 40
Gambar 2.8.
Uji Punch Shear
Uji Sudut Geser Langsung
Uji ini untuk mengetahui kuat geser batuan pada tegangan normal tertentu. Dari hasil uji dapat ditentukan:
Garis coulomb`s shear strength
Kuat geser (shear strength)
Sudut geser dalam (ϕ)
Kohesi (C)
(Kramadibrata, dkk, 2000)
Uji Terhadap Gelombang Ultrasonik
Uji kecepatan rambat gelombang ultrasonik dilakukan untuk menentukan cepat rambat gelombang ultrasonik yang merambat melalui contoh batuan. Pada uji ini, waktu tempuh gelombang primer yang merambat melalui contoh batuan diukur dengan menggunakan Portable Unit Non-destructive Digital Indicated Tester (PUNDIT).
Vp = Ltp……………………………………………………………………………..(2.18.)
Vp = Waktu tempuh gelombang ultrasonic primer (detik)
L = Panjang contoh batuan yang diuji (m)
tp = Cepat rambat primer atau tekan (m/detik)
Cepat rambat gelombang ultrasonik yang merambat di dalam batuan dipengaruhi oleh beberapafaktor, yaitu ukuran butir dan bobot isi, porositas dan kandungan air, temperatur kehadiran bidang lemah.
*Sumber : http://www.aea.gov.lk
Gambar 2.9.
Pengujian Cepat Rambat dengan PUNDIT
(Malik, 2014)
Tegangan (Stress) dan Regangan (Strain)
Tegangan
Tegangan adalah suatu reaksi akibat adanya beban atau gaya. Ada 3 macam tegangan sebelum massa batuan mengalami gangguan, antara lain :
Tegangan gravitasi, yaitu tegangan yang terjadi karena berat dari batuan yang berada di atas massa batuan.
Tegangan tektonik, yaitu tegangan yang terjadi akibat aktivitas tektonik pada kulit bumi.
Tegangan sisa, yaitu tegangan yang masih tersisa walaupun penyebab terjadinya tegangan tersebut sudah hilang.
Pada gambar di bawah memeperlihatkan diagram tegangan yang berkerja pada sebuah benda berbentuk segi empat dalam dua dimensi (bidang) dengan sumbu x dan y. pada bidang miring dimana normalnya membuat sudut θ terhadap sumbu x bekerja tegangan normal Tn dan tegangan geser tnt yang nilainya merupakan fungsi dari Tx, Ty dan Txy yang bekerja pada bidang-bidang yang tegak lurus terhadap sumbu x dan y.
xTyTxyTxTxTxyTyyAxAyAnθTxyθTxyTxTyθTntθTn
x
Ty
Txy
Tx
Tx
Txy
Ty
y
Ax
Ay
An
θ
Txyθ
Txy
Tx
Ty
θ
Tnt
θ
Tn
*Sumber : Kramadibrata, dkk. 2000 : hal 19
Gambar 2.10.
Diagram Tegangan pada Bidang
Ax = An cos θ………………………………………………………..………(2.19.)
Ay = An sin θ………………………………………………………….…….(2.20.)
Dimana :
Ax = Luas penampang bidang yang tegak lurus sumbu x
Ay = Luas penampang bidang yang tegak lurus sumbu y
An = Luas penampang bidang miring
Dalam keadaan setimbang :
Tn = cos 2 θ + Txy sin 2 θ…………………………..…(2.21.)
(Kramadibrata, dkk, 2000)
Regangan
Regangan adalah perubahan bentuk atau volume akibat adanya tegangan. Pada saat sampel batuan yang di uji menerima beban yang meningkat secara teratur, maka kondisi sampel batuan cenderung mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral (Δd) dan aksial (Δ1), sehingga pada sampel batuan secara langsung mengalami pula perubahan bentuk secara volumetrik.
Berdasarkan keadaan tersbut dapatlah didefinisikan bahwa perubahan bentuk arah lateral terhadap diameter disebut "regangan lateral" (εl) dan perubahan bentuk arah aksial terhadap tinggi disebut "regangan aksial" (εa) serta perubahan bentuk secara volumetrik disebut "regangan volumetrik" (εv).
dΔl1
d
Δl1
l
l
Δl2
Δl2
Δd2Δd1
Δd2
Δd1
Δd = Δd1 – Δd2
*Sumber : Panduan Praktikum Mekanika Batuan, 2014 : hal 11
Gambar 2.11.
Kondisi Batuan Yang Menerima Beban
Sehingga didapat :
Regangan lateral :εl = Δd / d………………………………...…………(2.22.)
Regangan aksial : εa = Δl / l ............................................................(2.23.)
Regangan volumetrik : εv = εa + 2 εl ……………………………………...(2.24.)
Perubahan yang terjadi dari gambar di atas adalah bertambahnya diameter dan berkurangnya tinggi dari benda uji. Sehingga regangan lateral seringkali dinyatakan dalam minus. Dengan nilai-nilai regangan tersebut oleh Bieniawski ditentukan sebagai dasar untuk menyatakan gambaran tahap utama dari kelakukan batuan, yang digambarkan dalam suatu grafik hubungan antara tegangan aksial dengan regangan aksial, regangan lateral, serta regangan volumetrik. Grafik tersebut dapat digunakan untuk menentukan sifat mekanik batuan.
Hubungan Tegangan-Regangan
Bila ada sebuah batang yang mengalami gaya tekan maka batang tersebut akan mengalamai perpendekan dan regangan yang terjadi disebut regangan tekan. Dari teori kekuatan bahan tegangan tarik dapat ditentukan dengan membagi beban dengan luas penampang.
Hubungan tegangan (σ) dan regangan ( ) yang berbanding lurus di dapat dengan rumus :
σ = E x ……………………………………………………………………(2.25.)
σ = Tegangan (N/m2) E = Modulus Elastis (N/m3)
= Regangan (m)
*Sumber : Anonim, 2014
Gambar 2.12.
Hubungan Tegangan-Regangan
(Anonim, 2014)
Mohr Coloumn
Pemecahan geometri untuk tegangan-tegangan dengan arah yang berbeda didapat dengan mohr coloumn. Dari gambar 2.13. menunjukan adanya hubungan antara kuat tekan uniaksial, triaksial dan kuat tarik batuan utuh dalam mohr coloumn. Langkah-langkah dalam pembuatan mohr coloumn dan cara mendapatkan nilai kohesi dan sudut geser dalam, sebagai berikut :
Buat sumbu vertikal untuk tegangan geser dan sumbu horisontal untuk kuat tekan dan kuat tarik dengan skala yang sama.
Nilai dari kuat tekan berada disebelah kanan sumbu vertikal sedangkan nilai kuat tarik berada disebelah kiri sumbu vertikal.
Plotkan nilai kuat tekan dan nilai kuat tarik dari data yang telah diketahui membentuk setengah lingkaran.
Setelah diplot tarik garis singgung menyinggung lingkaran kuat tekan dan kuat tarik.
Nilai kohesi didapatkan dari perpotongan antara garis singgung dan sumbu tegak.
Sudut geser dalam diperoleh dari besarnya sudut yang dibentuk garis singgung tersebut.
*Sumber : Eucalypto. 2014
Gambar 2.13.
Lingkaran Mohr dan Kurva Intrinsik Hasil Pengujian Triaksial
Metode Hoek dan Bray
Hoek dan Bray membuat lima buah diagram untuk masing-masing kondisi air tanah tertentu mulai dari sangat kering sampai jenuh. Dari gambar dibawah ini maka dapat diartikan dan dijelaskan, yaitu sebagai berikut :
Gambar 1 dalam keadaan sangat kering (tidak terisi air tanah sama sekali).
Gambar 2 dalam keadaan 1/2 jenuh (terisi 1/2 penuh oleh air tanah).
Gambar 3 dalam keadaan 1/4 jenuh (terisi 1/4 penuh oleh air tanah).
Gambar 4 dalam keadaan 1/8 jenuh (terisi 1/8 penuh oleh air tanah).
Gambar 5 dalam keadaan jenuh (terisi penuh oleh air tanah).
*Sumber:http://www.slideshare.net
Gambar 2.14.
Keadaan atau Pola Aliran Air Tanah untuk Diagram 1-5
*Sumber:http://www.slideshare.net
Gambar 2.15.
DiagramHoek and Bray pada Keadaan Gambar 1
*Sumber:http://www.slideshare.net
Gambar 2.16.
Diagram Hoek and Bray pada Keadaan Gambar 2
*Sumber:http://www.slideshare.net
Gambar 2.17.
Diagram Hoek and Bray pada Keadaan Gambar 3
*Sumber:http://www.slideshare.net
Gambar 2.18.
Diagram Hoek and Bray pada Keadaan Gambar 4
*Sumber:http://www.slideshare.net
Gambar 2.19.
Diagram Hoek and Bray pada Keadaan Gambar 5
(Anonim, 2014)
Hammer Test
Hammer test adalah suatu metode pemeriksaan mutu batuan tanpa merusak batuan. Disamping itu dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban impact (tumbukan) pada permukaan batuan dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan batuan dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat memberikan pengujian ini adalah jenis hammer.
Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman batuan pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat ini sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan batuan, misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan beberapa kali pengukuran disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya kemudian dirata-ratakan. British Standards (BS) mengisyaratkan pengambilan antara 9 sampai 25 kali pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas maksimum 300 mm2.
Cara penggunaan dari alat hammer test sangat sederhana dan mudah, seperti berikut ini :
Letakkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada titik yang akan ditembak dengan memegang hammer dengan arah tegak lurus atau miring bidang permukaan beton yang akan ditest.
Plunger ditekan secara perlahan - lahan pada titik tembak dengan tetap menjaga kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger akan lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger terhadap beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer, kemudian baca hasil yang ditunjukan oleh alat di pangkal hammer.
Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah ditetapkan semula dengan cara yang sama.
(Anonim, 2014)
Secara umum pengujian hammer test ini mempunyai beberapa kegunaan, yaitu:
Memeriksa keseragaman kualitas batuan pada struktur.
Mendapatkan perkiraan kuat tekan batuan.
Mengoreksi hasil pengujian batuan.
Kelebihan dan kekurangan dari pengujian hammer test adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat.
Mudah diaplikasikan.
Tidak merusak batuan.
Murah dari segi biaya.
Kekurangan :
Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban batuan, sifat-sifat dan jenis agregat kasar, derajad karbonisasi, umur batuan dan titik pengambilan sampel pengetesan.
Sulit mengkalibrasi hasil pengujian.
Tingkat keakurasian hasil pengujiannya rendah.
Hanya memberikan informasi kekuatan karakteristik batuan pada permukaan struktur.
(Anggoro, 2014)
*Sumber : Anonim, 2014
Gambar 2.20.
Pengujian Hammer Test
Densitas Batuan
Massa jenis atau densitas (density) suatu batuan secara harafiah merupakan perbandingan antara massa dengan volume total pada batuan tersebut. Secara sederhana, suatu batuan memiliki dua komponen, komponen padatan dan komponen rongga (pori).
Keberadaan komponen padatan maupun komponen rongga mempunyai nilai yang beragam pada tiap-tiap batuan sehingga massa jenis dari suatu batuan berbeda dengan batuan yang lainnya. Ilustrasi pada gambar di bawah menunjukan dua jenis batuan yang terdiri dari presentase padatan dan rongga yang berbeda-beda. Namun rongga yang terdapat pada batuan tersebut juga dapat terisi oleh fluida, seperti air, minyak, ataupun gas bumi (Septyaningsih, 2014)
Setiap material bumi memiliki densitas berbeda. Densitas batuan adalah perbandingan antara berat batuan terhadap volume (rata-rata dari material tersebut). Berikut ini adalah grafik dari densitas batuan :
*Sumber : Azhariphysics.blogspot.com, 2014
Gambar 2.21.
Grafik Densitas Batuan
Batuan mempunyai perilaku yang berbeda-beda pada saat menerima beban. Perilaku ini dapat ditentukan dengan pengujian di laboratorium yaitu dengan pengujian kuat tekan, seperti :
Elastik
Batuan dikatakan berperilaku elastik apabila tidak ada deformasi permanen pada saat tegangan dihilangkan (dibuat nol). Dari kurva tegangan-regangan hasil pengujian kuat tekan terdapat dua macam sifat elastik, yaitu elastik linier dan elastik non linier.
*Sumber : Hutabarat, 2014
Gambar 2.22.
Elastik
Elasto Plastik
Perilaku plastik batuan dapat dicirikan dengan adanya deformasi (regangan) permanen yang besar sebelum batuan runtuh atau hancur (failure).
*Sumber : Hutabarat, 2014
Gambar 2.23.
Elasto Plastik
(Hutabarat, 2014)
Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beberapa Jenis Batuan
Terdapat beberapa jenis kekuatan batuan, yaitu :
Kuat Tekan (Uniaxial)
Kuat tekan (uniaxial) yang diuji dengan suatu silinder atau prisma terhadap titik pecahnya. Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan silinder merupakan uji sifat mekanik yang paling umum digunakan.Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan (σi), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) dan kurva tegangan-regangan.Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan.
Kuat Tarik (Tensile Strength)
Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji Brazilian dimana suatu piringan ditekan sepanjang diameter atau dengan uji langsung yang meliputi tarikan sebenarnya atau bengkokan dari prisma batuan.Kekuatan batuan dapat diukur secara insitu (di lapangan) sebaik pengukuran di laboratorium. Regangan (deformasi) diukur di areatambang kemudian dihubungkan terhadap tegangan dengan berpedoman pada konstanta elastik dari laboratorium. Tegangan sebelum penambangan merupakan kondisi tegangan asli, sulit dihitung, tetapi merupakan parameter desain tambang yang penting.
Kondisi tegangan yang berkembang selama penambangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam perancangan tambang. Regangan yang dihasilkan dari pola tegangan baru diukur dari waktu ke waktu atau dimonitor secara menerus selama penambangan berlangsung.
Kekuatan batuan dapat diukur secara insitu (di lapangan) sebaik pengukuran dilaboratorium. Regangan (deformasi) diukur di area tambang kemudian dihubungkan terhadap tegangan dengan berpedoman pada konstanta elastik dari laboratorium. Tegangan sebelum penambangan merupakan kondisi tegangan asli, sulit dihitung, tetapi merupakan parameter desain tambang yang penting. Tegangan tersebut umumnya diperkirakan dan diberi beberapa kuantifikasi dengan memasang sekelompok pengukur tegangan elektrik dalam rosette pada permukaan batuan, memindahkan batuan-batuan yang berdekatan, dan mengukur respons tegangan sebenarnya yang dilepaskan. Kondisi tegangan yang berkembang selama penambangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam perancangan.
Tabel 2.1.
Tabel Kuat tekan uniaksial dan kuat tarik dari beberapa jenis batuan
Jenis Batuan
Kuat Tekan (MPa)
Kuat Tarik (MPa)
Batuan Intrusif
Granit
1000-2800
40-250
Diorit
1800-3000
150-300
Gabro
1500-3000
50-300
Dolerit
2000-3500
150-350
Batuan Ekstrusif
Riolit
800-1600
50-90
Dasit
800-1600
30-80
Andesit
400-3200
50-110
Basal
800-4200
60-300
Tufa Vulkanik
50-600
5-45
Batuan Sedimen
Batupasir
200-1700
40-250
Batugamping
300-2500
50-250
Dolomit
800-2500
150-250
Serpih
100-1000
20-100
Batubara
50-500
20-50
Batuan Metamorfik
Kuarsit
1500-3000
100-300
Gneiss
500-2500
40-200
Marmer
1000-2500
70-200
Sabak
1000-2000
70-200
*Sumber : Anonim, 2014
Aplikasi Mekanika Batuan
Mekanika batuan banyak sekali aplikasinya di dunia pertambangan contohnya seperti untuk geoteknik, peledakan batuan (rock blasting), pembuatan jenjang terowongan bawah tanah dan kestabilan lereng.
Kestabilan Lereng
Kestabilan dari suatu lereng pada kegiatan penambangan dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi dan juga dari teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan tetap stabil.
Apabila kestabilan dari suatu lereng dalam operasi penambangan meragukan, maka analisa terhadap kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terdapat pada suatu lereng.
Kestabilan lereng penambangan dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya luar yang bekerja pada lereng tersebut. Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng penambangan adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor.
Kekuatan yang sangat berperan dalam analisa kestabilan lereng terdiri dari sifat fisik dan sifat mekanik dari batuan tersebut. Sifat fisik batuan yang digunakan dalam menganalisa kemantapan lereng adalah bobot isi tanah (g), sedangkan sifat mekaniknya adalah kuat geser batuan yang dinyatakan dengan parameter kohesi (c) dan sudut geser dalam (f). Kekuatan geser batuan ini adalah kekuatan yang berfungsi sebagai gaya untuk melawan atau menahan gaya penyebab kelongsoran.
Bobot isi tanah atau batuan
Nilai bobot isi tanah atau batuan akan menentukan besarnya beban yang diterima pada permukaan bidang longsor, dinyatakan dalam satuan berat per volume. Bobot isi batuan juga dipengaruhi oleh jumlah kandungan air dalam batuan tersebut. Semakin besar bobot isi pada suatu lereng tambang maka gaya geser penyebab kelongsoran akan semakin besar. Bobot isi diketahui dari pengujian laboratorium. Nilai bobot isi batuan untuk analisa kestabilan lereng terdiri dari 3 parameter yaitu nilai bobot isi batuan pada kondisi asli (gn), kondisi kering (gd) dan bobot isi pada kondisi basah (gw).
Kohesi
Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat geser langsung (direct shear strength test) dan pengujian triaksial (triaxial test).
Sudut geser dalam (f)
Sudut geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material dikenai tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi tegangan gesernya. Semakin besar sudut geser dalam suatu material maka material tersebut akan lebih tahan menerima tegangan luar yang dikenakan terhadapnya.
Untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut geser dalam, dinyatakan dalam persamaan berikut :
τnt = σn tan f + c………………………..……………………………….(2.26.)
Dimana :
τnt = tegangan geser (N/m2)
σn = tegangan normal(N/m2)
f = sudut geser dalam
c = kohesi
Prinsip pengujian direct shear strength test atau juga dikenal dengan shear box test adalah menggeser langsung contoh tanah atau batuan di bawah kondisi beban normal tertentu. Pergeseran diberikan terhadap bidang pecahnya, sementara untuk tanah dapat dilakukan pergeseran secara langsung pada conto tanah tersebut. Beban normal yang diberikan diupayakan mendekati kondisi sebenarnya di lapangan.
Faktor keamanan ditentukan berdasarkan jarak dari titik pusat lingkaran Mohr ke garis kekuatan batuan (kurva intrinsik) dibagi dengan jari-jari lingkaran Mohr. Faktor keamanan ini menyatakan perbandingan keadaan kekuatan batuan terhadap tegangan yang bekerja pada batuan tersebut.
*Sumber : Hutabarat, 2014
Gambar 2.24.
Faktor Kemanan
Faktor keamanan = ab = ctanϕ+ σ1+ σ22sinϕσ1- σ22............................................................(2.27.)
Dimana :
C = Kohesi
ϕ = Sudut geser dalam
σ = Tegangan (N/m2)
(Anonim, 2014)
Penyelidikan Tanah dan Batuan di Lapangan
Informasi kondisi tanah dan batuan dasar fondasi, dapat diperoleh dengan cara menggali lubang secara langsung di permukaan tanah yang disebut lubang uji (test-pit), maupun dengan cara pengeboran tanah. Penyelidikan mendetail dengan pengeboran yang diikuti dengan pengujian-pengujian di laboraturium dan dilapangan selalu dilakukan untuk penyelidikan tanah pada proyek-proyek besar seperti gedung bertingkat tinggi, jembatan, bendungan dan bangunan industri.
Penyelidikan tanah dan batuan terdiri dari 3 tahap, yaitu pengeboran atau penggalian lubang uji, pengambilan contoh tanah dan batuan (sampling) dan pengujian contoh tanah atau batuan. Pengujian contoh dapat dilakukan di laboraturium atau dilapangan bergantung pada tingkat ketelitian yang dikehendaki. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap jarak kedalaman 0,75-2 meter dengan cara menekan tabung contoh tanah (sampler) secara hati-hati (terutama untuk contoh tak terganggu) yang dipasang pada ujung bawah batang bor. Pada waktu pengeboran dilakukan, contoh tanah dapat diperiksa didalam pipa bor yang ditarik keluar. Jika pada tahap ini ditemui perubaan jenis tanah, kedalaman perubahan jenis tanah dan kedalamannya dicatat. Pada lapisan-lapisan yang dianggap penting untuk dikatahui karakteristik tanahnya, kadang-kadang pengambilan contoh kontinu (continous sampling) diperlukan. Bila pengeboran dilakukan pada lapisan batuan, contoh inti batu (rock core) diambil dengan alat bor putar (rotary drill).
Kedalaman muka air tanah harus diperiksa dengan teliti. Kesalahan data muka air tanah dapat mempersulit pelaksanaan pembangunan fondasi dan dapat mengakibatkan kesalahan analisis stabilitasnya.
Ilmu mekanika batuan sangat penting penggunaannya dalam hal pemboran. Contohnya adalah studi yang mendetail telah membuktikan bahwa kuat geser tanah lempung yang diperoleh dari uji geser di lapangan terlalu besar . Hal ini disebabkan oleh zona geser yang terjadi saat tanah geser,lebih besar dari bidang runtuh tanahnya. Perluasan bidang runtuh, tergantung dari macam dan kohesi tanah. Bjerrum (1972), mengusulkan koreksi kuat geser dari kuat geser yang diperoleh dari uji geser kipas di lapangan, sebagai berikut :
Su (nyata) = α Su (lapangan)……………………………………………………….(2.28.)
Dengan:
Su = Kohesi tak terdrainasi (kohesi undrained).
Su (nyata) = Kuat geser tak terdrainasi yang digunakan dalam perancangan.
Su (lapangan) = Kuat geser tak terdrainasi yang diperoleh dari uji geser kipas
dilapangan.
α = Faktor kohesi
*Sumber : Vidayanti, 2009
Gambar 2.25.
Koreksi Kuat Geser Tanah Lempung
(Vidayanti, 2009)
Ventilasi Tambang
Penggalian di dalam tanah biasanya menjumpai banyak bahaya. Dalam penggalian bawah tanah yang perlu dikendalikan adalah masalah mekanika batuan dan ventilasi tambang tempat kerja. Karena pada kenyataannya merupakan sistem penunjang kehidupan penambang yang utama.
Selanjutnya ventilasi merupakan pengendalian jumlah dan arah pergerakan udara. Sebagai sarana utama dari pengendalian kuantitas ini merupakan bagian dari pada proses total air conditioning, yaitu pengendalian secara simultan terhadap kuantitas, kualitas, dan temperatur-kelembaban udara.
Oleh karena itu ventilasi bukan merupakan satu-satunya proses dari total air conditioning. Ventilasi tambang dan total air conditioning saling melengkapi tetapi merupakan proses yang terpisah. Pada perkembangannya yang diperlukan adalah membuat kondisi udara memenuhi kualitas dan temperatur kelembaban sebaik kuantitasnya.
*Sumber : fileq.wordpress.com
Gambar 2.26.
Aplikasi Mekanika Batuan pada Ventilasi Tambang
(Anonim, 2014)
1,5 Spasi BAB I
1,5 Spasi
6 Spasi2 SpasiPENDAHULUAN
6 Spasi
2 Spasi
Latar Belakang
2 SpasiKita sering mendengar tentang kata pertambangan, kerena pertambangan tidak asing lagi bagi kita dari dulu hingga sekarang ini. Pertambangan sangat erat mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm.
2 Spasi
2 SpasiTujuan Praktikum
2 Spasi
Adapun tujuan dari praktikum mekanika batuan ini adalah :
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
Untuk Bab 2 Dst :
Batuan
Batuan merupakan mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
1,5 SpasiMmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
1,5 Spasi
Definisi Batuan
Batuan adalah mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Menurut para ahli geologiwan
Batuan adalah xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Bbbbbbbbbbbbbbbbb
Oooooooooooooooooooooooo
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
2 Spasimmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm.
2 Spasi
Ld2d1
L
d2
d1
1 Spasi
1 Spasi
*Sumber :Kramadibrata, dkk. 2000 : hal 32
1 Spasi1,5 Spasi
1 Spasi
1,5 Spasi
Gambar 2.1.
2 Spasi Perubahan sampel
2 Spasi
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm (Ronaldo,2011).
Bobot isi asli = WnWw-Ws …………………………. (2.1.)
Keterangan Rumus : (2.1) = artinya rumus berada di bab 2 dan rumus pertama.
ISI LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Praktikum
Manfaat Praktikum
Tempat dan Tanggal Pelaksanaan Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Batuan
2.1.1. Definisi Batuan
2.1.2. Sifat Batuan
2.1.3. Mekanika Batuan
2.2. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
2.2.1. Sifat Fisik Batuan
2.2.2. Sifat Mekanik Batuan
2.3. Tegangan dan Regangan
2.3.1. Tegangan
2.3.2. Regangan
2.4. Hammer Test
2.5. Densitas Batuan
2.6. Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beberapa Jenis Batuan
2.7. Slicking Indeks
BAB III KEGIATAN PRAKTIKUM
3.1. Acara I Preparasi Sampel Batuan
3.1.1 Tujuan Praktikum
3.1.2. Alat dan Bahan
3.1.3. Langkah Kerja
Dst
Penjadwalan Praktikum
Briefing praktikum mekanika batuan
Pengenalan Alat (ada pretest)
Preparasi Sampel (ada pretest)
Uji sifat fisik batuan (ada pretest)
Uji sifat mekanik batuan (ada pretest)
Uji kuat tekan uniaksial (UCS)
Uji kuat tarik batuan (Briziliant Test)
Hammer Test
Slicking Indeks (ada pretest)
Final Praktikum