ii
UNIVERSITAS INDONESIA
AIR, UDARA, MAKANAN, DAN VEKTOR
MAKALAH PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
Kelompok 5
Adhim Arrauf 1306375733
Annisa Shabahati Permatasari 1306403945
Fahreza Mohamad Aditama 1306375292
Ilma Dewayani 1306375323
Rani Mardhatillah 1306407400
Sinta Ayu Anggraini 1306375821
Syarifah Kusumadewi 1306462986
Tadzkia Dara Ayunda 1306375430
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM S1 REGULER
DEPOK
OKTOBER 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya lah makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan wujud pengertian kami atas materi Penyakit Berbasis Lingkungan \
Makalah ini dibuat oleh home group lima dengan referensi buku-buku yang berkaitan dengan materi yang dikaji. Makalah yang kami buat ini mungkin masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Selain itu kami juga berterima kasih kepada Prof. dr. Umar Fahmi Ahmadi MPH., Ph.D dan Ibu Ema Hermawati S.Si., M.KM. sebagai dosen mata kuliah ini yang telah membimbing kami membuat makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini kelak berguna untuk fasilitator dan para mahasiswa dan mahasiswi lainnya untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan secara umum.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dosen, peserta didik dan setiap mahasiswa yang membaca makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk setiap yang membacanya.
Depok, Oktober 2014
Home Group 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 AIR 3
2.1.1 Definisi Air Bersih 3
2.1.2 Sumber Air Bersih 3
2.1.3 Cara Menjaga Ketersediaan Air Bersih 4
2.1.4 Siklus Hidrologi dan Kaitannya dengan Pencemaran Air 5
2.1.5 Pencemaran Air 7
2.1.6 Syarat Kualitas Mikrobiologi, Kimia, dan Fisik Air Bersih Menurut Peraturan Menteri Kesehatan 7
2.1.7 Agen-Agen Mikroorganisme pada Air Tercemar dan Dampak Terhadap Kesehatan 10
2.1.8 Agen-Agen Kimia pada Air Tercemar dan Dampak Terhadap Kesehatan 11
2.1.9 Agen-Agen Fisik pada Air Tercemar dan Dampak Terhadap Kesehatan 13
2.1.10 Mekanisme Masuknya Agen Mikroorganisme, Kimia, dan Fisik ke Dalam Sumber Air Bersih 14
2.1.11 Cara Pencegahan Agar Air Bersih Tidak Terkontaminasi Mencegah dari Agen Fisik 16
2.1.12 Sektor yang Terlibat Dalam Pencemaran Air 17
2.2 UDARA 24
2.2.1 Definisi Udara 24
2.2.2 Pencemaran Udara 26
2.2.3 Agen-Agen Fisik Pencemaran Udara dan Dampaknya bagi Kesehatan 28
2.2.4 Agen-Agen Kimia Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan 31
2.2.5 Agen Biologik Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan 32
2.2.6 Indoor Air Pollution 34
2.2.7 Cara Pencegahan Pencemaran Udara oleh Agen-Agen Lingkungan 35
2.2.8 Sektor yang Berperan dalam Pencemaran Udara 37
2.3 PANGAN 42
2.3.1 Pengertian Makanan 42
2.3.2 Peran Pangan di dalam Kesehatan Masyarakat 42
2.3.3 Mikroorganisme dan Bahan Kimia yang Sering Mengkontaminasi Makanan 43
2.3.4 Agen-Agen Mikroorganisme yang Sering Mengkontaminasi Makanan dan Dampaknya terhadap Kesehatan 45
2.3.5 Agen-Agen Kimia yang Sering Mengkontaminasi Makanan dan Dampaknya Terhadap Kesehatan 47
2.3.6 Mekanisme Agen Mikroorganisme Mengkontaminasi Makanan 51
2.3.7 Mekanisme Agen Kimia Mengkontaminasi Makanan 57
2.3.8 Cara Pencegahan Kontaminasi Makanan oleh Mikroorganisme 58
2.3.9 Cara Pencegahan Kontaminasi Makanan oleh Agen Kimia 61
2.3.10 Sektor yang Terlibat dalam Pencegahan Kontaminasi Pangan 63
2.4 VEKTOR 67
2.4.1 Definisi Vektor 67
2.4.2 Hospes 68
2.4.3 Reservoir 70
2.4.4 Vektor Nyamuk 71
2.4.5 Vektor Lalat 73
2.4.6 Nyamuk Aedes 74
2.4.7 Nyamuk Anopheles 76
2.4.8 Nyamuk Culex 80
2.4.9 Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Nyamuk dalam Keseluruhan Siklus Hidup Nyamuk 81
2.4.10 Cara Memutuskan Rantai Penularan Penyakit yang Ditularkan oleh Vektor Nyamuk (Pada Simpul 1, 2, 3, 4) 83
2.4.11 Sektor yang Berperan dalam Pemutusan Rantai Penyakit 86
BAB III PENUTUP 91
3.1 Kesimpulan 91
3.2 Saran 91
DAFTAR PUSTAKA 92
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Pasal 1 UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dalam menjalani kehidupan lingkungan memiliki peran penting terhadap kesehatan seseorang. Interaksi antara lingkungan dan manusia menentukan terjadi atau tidaknya penyakit pada suatu populasi. Pengertian Kesehatan Lingkungan sehat menurut WHO adalah keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia), kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Untuk memahami interaksi yang terjadi antara lingkungan dan manusia, ada beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan, diantaranya (1) faktor biologis yang mencakup agent biologis penyakit terdiri dari virus, riketsia, bakteri, jamur, helmintes, parasit yang menginfeksi manusia melalui air yang tercemar, udara, makanan atau tanah; (2) faktor fisik, yang berdampak langsung terhadap kesehatan seperti radiasi, ionisasi, asbes, dan vibrasi; (3) faktor kimia yaitu berbagai bahan kimia menyebabkan penyakit, misalnya asap rokok; (4) faktor sosial ekonomi seperti umlah penduduk semakin tinggi menyebabkan sistem sanitasi semakin buruk.
Kualitas lingkungan merupakan determinan penting terhadap kesehatan masyarakat. Status kesehatan lingkungan didiagnosis menggunakan indikator-indikator kesehatan lingkungan. Indikator-indikator kesehatan lingkungan diterapkan pada media-media lingkungan seperti air, udara, pangan, dan vektor. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan, maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. Udara yang kotor seperti debu, asap rokok, asap pembakaran, asap pabrik dapat menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan khususnya dalam perkembangbiakan dan penyebaran berbagai bibit penyakit. Selain itu, kebersihan dan keamanan pangan dan tidak terkendalinya vektor penyakit juga memiliki potensi besar dalam menyebabkan kondisi yang tidak kondusif untuk kesehatan manusia. Untuk itu perlu dipelajari kelima media lingkungan tersebut sebagai awal pengetahuan dalam mencegah penyakit berbasis lingkungan
1.2 Rumusan Masalah
Jelaskan komponen lingkungan yang ada di air?
Agen apa saja yang menyebabkan pencemaran air?
Apa dampak pencemaran air bagi kesehatan manusia?
Jelaskan komponen lingkungan yang ada di udara?
Agen apa saja yang menyebabkan pencemaran udara?
Apa dampak pencemaran udara bagi kesehatan manusia?
Apa peran pangan dalam kesehatan masyarakat?
Agen apa saja yang menyebabkan kontaminasi makanan?
Apa dampak dari kontaminasi makanan bagi kesehatan manusia?
Apa yang dimaksud dengan vektor, hospes, dan reservoir?
Apa saja organisme yang berperan sebagai vektor?
Bagaimana mekanisme vektor dalam menyebabkan penyakit?
1.3 Tujuan
Mengetahui komponen lingkungan di dalam air dan udara
Mengetahui agen-agen pencemaran air dan dampaknya terhadap kesehatan manusia
Mengetahui agen-agen pencemaran udara dan dampaknya terhadap kesehatan
Mengetahui peran makanan terhadap kesehatan masyarakat
Mengetahui mekanisme kontaminasi makanan oleh agen-agen lingkungan
Mengetahui peran dan mekanisme vektor dalam menyebarkan penyakit terhadap manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 AIR
2.1.1 Definisi Air Bersih
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/menkes/IX/1990, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Selain itu WHO menjelaskan bahwa air yang aman untuk diminum adalah air yang tidak akan menimbulkan resiko kesehatan apabila dikonsumsi.
2.1.2 Sumber Air Bersih
Secara teori, terdapat tiga jenis sumber air bersih, yaitu air hujan (air angkasa), air permukaan, dan air tanah. Berikut ini merupakan sumber air berdasarkan kualitasnya.
Air Hujan (Air Angkasa)
Dari kualitas airnya, air angkasa belum terkontaminasi namun mudah merusak logam. Air angkasa terdiri dari embun, air hujan, dan salju. Air hujan merupakan air angkasa yang jatuh ke permukaan tanah.
Air Permukaan
Pada umumnya, air permukaan telah terkontaminasi zat-zat yang bersifat merusak seperti bakteri dan zat-zat kimia serta kaya akan O2 dan CO2. Air permukaan merupakan air yang terdapat pada permukaan bumi. Air permukaan meliputi air sungai, danau, telaga, waduk, dll.
Air Tanah
Air tanah merupakan air yang terdapat di dalam tanah. Kebanyakan air tanah berasal dari air permukaan yang meresap ke dalam tanah. Pada umumnya, kualitas air tanah akan menjadi baik apabila telah melalui penyaringan yang sempurna.
2.1.3 Cara Menjaga Ketersediaan Air Bersih
Masalah ketersediaan air merupakan salah satu masalah penting terutama bagi masyarakat perkotaan. Untuk itu, beberapa hal dibawah ini dapat dilakukan untuk menjaga ketersediaan air bersih.
Efisiensi penggunaan air
Efisiensi penggunaan air dapat dikatakan juga kegiatan menghemat air, yaitu menggunakan air seperlunya. Hal paling sederhana dalam hal ini adalah mematikan keran saat sedang memakai sabun saat mencuci tangan.
Daur ulang air
Daur ulang air merupakan salah satu cara untuk menghemat air yaitu dengan cara menggunakan kembali air yang telah dipakai dengan ataupun tanpa menggunakan proses penyaringan. Namun, kebanyakan hasil daur ulang air tidak digunakan untuk kebutuhan sanitasi.
Membuat bendungan
Bendungan berupa danau ataupun waduk dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menjaga air bersih karena dapat menampung air hujan. Hasil air dari bendungan ini dapat digunakan untuk mengairi sawah atau membuat pembangkit listrik tenaga air.
Reboisasi dan membuat lubang biopori
Reboisasi dan pembuatan lubang biopori dapat membantu untuk menjaga ketersediaan air dan mencegah banjir. Akar tanaman dan lubang biopori dapat mempercepat penyerapan air ketika hujan terjadi sehingga air hujan tidak tergenang dan menyebabkan banjir melainkan terserap ke dalam tanah dan menjadi cadangan air sebagai air tanah.
Tidak membuang limbah rumah tangga di sepanjang aliran air bersih
Apabila air melimpah namun kondisi air tersebut tidak bersih, maka air tersebut akan menjadi sia-sia karena tidak dapat digunakan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-harinya, terutama untuk kebutuhan sanitasi. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk tidak membuang limbah rumah tangga di muara atau sepanjang aliran air bersih untuk menjaga kualitas air.
2.1.4 Siklus Hidrologi dan Kaitannya dengan Pencemaran Air
Siklus hidrologi dimulai dengan penguapan air dari laut. Uap yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut terkondensasi membentuk awan, pada akhirnya dapat menghasilkan presipitasi. Presipitasi jatuh ke bumi menyebar dengan arah yang berbeda-beda dalam beberapa cara. Sebagian besar dari presipitasi tersebut sementara tertahan pada tanah di dekat tempat ia jatuh, dan akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfir oleh penguapan (evaporasi) dan pemeluhan (transpirasi) oleh tanaman. Sebagian air mencari jalannya sendiri melalui permukaan dan bagian atas tanah menuju sungai, sementara lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Di bawah pengaruh gaya gravitasi, baik aliran air permukaan (surface streamflow) maupun air dalam tanah bergerak ke tempat yang lebih rendah yang dapat mengalir ke laut. Namun, sejumlah besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke atmosfer oleh penguapan dan pemeluhan (transpirasi) sebelum sampai ke laut (Linsley, dkk, 1989).
Kaitannya dengan Pencemaran Air
Air hujan bukan lagi merupakan air murni dengan susunan kimia sebagai H2O. Berbagai proses alam maupun berbagai kegiatan manusia yang menghasilkan limbah baik gas maupun zat padat berupa debu dapat berpengaruh terhadap kualitas air hujan. Proses terjadinya hujan yang dimulai dengan terbentuknya uap air karena pendinginan,terbentuknya titik-titik air karena adanya inti kondensasi yang berupa debu mateorik maupun garam sudah memasukkan zat lain ke dalam titik air sehingga komposisinya bukan lagi mumi H2O. Di atmosfer terdapat berbagai macam gas. Nitrogen, SOX, CO2, oksigen dan lain sebagainya. Ketika titik-titik air tersebut cukup besar dan jatuh kepermukaan bumi, selama proses jatuhnya terlarut gas-gas yang terdapat di atmosfer. Di atmosfer terdapat pula debu, baik yang dikeluarkan melalui proses alam maupun oleh aktivitas manusia (dari pabrik misalnya). Debu tersebut dapat terbawa jatuh oleh air hujan, dan beberapa bagian daripadanya akan larut dalam air hujan yang menyebabkan berubahnya komposisi air hujan tersebut. Aktivitas vulkanisme yang menghasilkan gas sulfatar (SO2) menyebabkan hujan yang jatuh di daerah gunung api aktif mempunyai komposisi yang kaya akan kadar SO4.
Presipitasi yang mencapai permukaan tanah hanya mengandung sejumlah kecil zat terlarut. Air hujan tersebut bereaksi dengan mineral tanah dan batuan yang konyak dengannya. Jumlah dan jenis mineral yang terlarut di dalamnya tergantung dari susunan kimiawi dan sifat fisik batuan, demikian pula tergantung pada pH dan redoks potensial air. Larutan garam yang berasal dari proses pelapukan tanah dan pelarutan batuan oleh hujan menambah tinggi kadar zat kimia yang terlarut dalam air tanah.
Aktivitas manusia dalam bidang industri, yang pada akhirnya menghasilkan gas buangan (emisi) menyebabkan udara tercemar, dan selanjutnya pula gas pencemar ini akan terbawa oleh air hujan ini ketika jatuh, sehingga komposisi air hujan tersebut juga berpengaruhi oleh kegiatan industri. Kegiatan kota, termasuk lalulintas kendaraan yang mengeluarkan gas buang melalui knalpotnya akan berpengaruh pula terhadap komposisi air hujan yang jatuh di daerah kota dan sekitarnya. Pencemaran terhadap air hujan dapat lebih jelas diamati pada fenomena hujan asam.
2.1.5 Pencemaran Air
Menurut SK Mentri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/1/1988 tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah : masuk atau dimasukkan makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
2.1.6 Syarat Kualitas Mikrobiologi, Kimia, dan Fisik Air Bersih Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Persyaratan Mikrobiologi
Menurut permenkes no 492/menkes/per/IV/2010, persyaratan mikrobiologis yang menyatakan kualitas air adalah :
Bakteri Eschericia coli dalam satuan 100 ml sampel, jumlah maksimal yang boleh ada adalah 0.
Bakteri koliform dalam satuan 100 ml sampel, jumlah maksimal yang diperbolehkan sebanyak 0.
Persyaratan Kimia
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan ambang batas kimia air adalah sebagai berikut:
Jika dalam penjabarannnya adalah seperi dibawah ini:
Air bersih harus berada pada pH netral
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004:32). Dikatakan airmemiliki PH netral jika PH nya berada pada rentang 6-8. Untuk itu diperlukan pengendalian bahan bahan kimia pencemar kualitas air. Karena bahan bahan kimia tersebut rata rata dapat membuat PH menjadi asam
Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun dan berbahaya dalam kadar melebihi ambang bats seperti yang ditunjukka pada gambar diatas.
Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain dalama kadar yang melebihi ambang batas (Kusnaedi, 2004).
Kesadahan rendah
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion- ion (kation) logam valensi dua (Sutrisno,2004). Untuk itu Air bersih harus memilikki kesadahan rendah dengan bebas dari bahan bahan kimia yang mencemari sungai
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 416/MENKES/PER/IX/1990
Persyaratan Fisik
Diatur dalam Peraturan menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan kualitas AIR MINUM. Kualitas air minum ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, sesuai Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yang mencantumkan parameter sebagai standar penetapan kualitas air minum, meliputi parameter fisik, bakteriologis, kimia, dan radioaktif. Parameter bakteriologis dan kimia (anorganik) merupakan parameter yang terkait langsung dengan kesehatan, sedangkan parameter fisik dan kimia lainnya merupakan parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan.
Parameter fisika
Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut.
Tidak Berbau : Air yang berbau dapat disebabkan proses penguraian bahan organik yang terdapat di dalam air.
Jernih : Air keruh adalah air mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat terlindung oleh partikel tersebut (Slamet, 2007).
Tidak Berasa : Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu di dalam air tersebut.
Suhu : Air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan udara sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu air minum idealnya ± 3 ºC dari suhu udara di atas atau di bawah suhu udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut) atau sedang terjadi proses biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi air (Kusnaedi, 2002).
TDS : Total Dissolved Solid/TDS, adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10 -6 -10 -3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2002). Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan mengakibatkan terjadinya endapan/kerak pada sistem perpipaan.
2.1.7 Agen-Agen Mikroorganisme pada Air Tercemar dan Dampak Terhadap Kesehatan
Berikut adalah contoh agen mikroorganisme pada air yang tercemar dan dampaknya bagi kesehatan :
Bakteri Escheria colli.
Bakteri ini banyak terdapat dalam usus dan membantu dalam proses penguraian makanan, akan tetapi apabila bakteri tersebut dikonsumsi bersamaan dengan air minum, bakteri akan menimbulkan gangguan pada kesehatan. Gangguan yang ditimbulkan adalah penyakit gastroenteritis seperti diare, selain itu bakteri Eschericia colli meningkatkan resiko seseorang terkena penyakit jantung.
Bakteri koliform.
Bakteri koliform merupakan salah satu bakteri gram negatif yang dijadikan indikator kualitas air minum, semakin banyak bakteri ini, semakin tercemar air. Zat etionin yang dihasilkan bakteri ini dapat menimbulkan kanker.
Dysentery bacillus.
Dysentry bacillus merupakan bakteri berbentuk batang yang menyebabkan penyakit disentri. Gejala yang ditimbulkan adalah diare berat sampai mengeluarkan darah/lendir, muntah muntah, nyeri perut, kram perut, dan demam tinggi.
Bacillus thypus
Bakteri yang berbentuk batang ini menyebabkan penyakit tifus. Gejala yang ditimbulkan adalah demam, sakit perut, mual, muntah, dan lidah berwarna putih.
Vibrio chloreae
Bakteri ini menimbulkan penyakit kolera, yang memiliki gejala diare, muntah muntah, tekanan darah rendah, detak jantung yang menjadi cepat, dank ram otot.
Virus Hepatitis A
Virus yang menyebabkan penyakit hepatitis A ini terdapat pada makanan atau air yang tercemar, sehingga menimbulkan gejala kulit dan mata berwarna kuning, urin berwarna gelap, nyeri otot, demam, serta kehilangan nafsu makan.
Virus polio
Virus polio terdapat pada air atau makanan yang terkontaminasi oleh tinja, sehingga menimbulkan kelumpuhan kepada penderita.
2.1.8 Agen-Agen Kimia pada Air Tercemar dan Dampak Terhadap Kesehatan
Berikut adalah contoh agen kimia pada air yang tercemar dan dampaknya bagi kesehatan:
Benzena
Jika terpapar dan mengenai kulit dapat merusak dan melumpuhkan sistem saraf
Arsen
Arsen (As) adalah logam yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toksik. As biasanya digunakan untuk racun tikus. Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah, disusul dengan koma, mual, diare, pendarahan pada ginjal, dan kanker kulit. As dapat menimbulkan iritasi, alergi, dan cacat bawaan.
Chloroform
Jika terpapar dapat merusak sistem saraf
Timbal
Jika terpapar dan dimasukka via oral oleh media air dapat menyebabkan kerusakan tenggorokan
Merkuri
Merkuri atau air raksa (Hg) adalah logam berat yang bersifat racun. Biasanya secara alami ada dalam air dengan konsentrasi yang sangat kecil. Pencemaran air oleh merkuri umumnya akibat limbah-limbah industri. Keracunan Hg akan menimbulkan gejala gangguan pada :
Susunan saraf pusat (SSP), seperti kelainan kepribadian, pikun, insomnia, kehilangan kepercayaan diri, iritasi, depresi, dan rasa ketakutan.
Gastro-intestinal (GI), seperti stomatis, hipersalivasi, colitis, sakit saat mengunyah, ginggivitis, garis hitam pada gusi, dan gigi mudah lepas.
Kulit, seperti dermatritis dan ulcer. Hg organik cenderung merusak susunan saraf pusat, sedangkan Hg anorganik biasanya merusak ginjal, dan menyebabkan cacat bawaan.
DDT
Dapat merusak sistem saraf
Belerang
Dapat membuat darah menjadi asam
2.1.9 Agen-Agen Fisik pada Air Tercemar dan Dampak Terhadap Kesehatan
Agen fisik merupakan agen yang sifatnya dapat disentuh dan dirasakan. Agen fisik yang dapat menyebabkan pencemaran air diantaranya yaitu:
Bahan sintetik misalnya plastik, material sintetik, petroleum based materials. Bahan bahan ini merupakan endocrine disruptor, yaitu adanya berbagai kelenjar endokrin produsen hormon yang terganggu. Hormon yang terganggu bisa bervariasi mulai dari hormon pengendali pertumbuhan sel, hormon seksual, kanker prostat, IQ, violent behaviour, birth defect, dan lain sebagainya.
Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuhtumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses penguraian sampahsampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersebut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi.
Partikel padat yang tersuspensi. Ini menyebabkan kekeruhan air ataupun kenaikan temperatur air melebihi batas dari baku mutunya sehingga tidak baik bila dikonsumsi manusia.
Pelapisan minyak pada permukaan air. Minyak yang menutupi permukaan dapat menghambat oksigen yang seharusnya masuk ke dalam air. Adanya kandungan oksigen yang kurang pada air bisa merugikan biota yang ada di dalam air.
2.1.10 Mekanisme Masuknya Agen Mikroorganisme, Kimia, dan Fisik ke Dalam Sumber Air Bersih
Pada dasarnya, pencemaran sumber air berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian yang terjadi melalui beberapa cara. Agen-agen pencemar sumber air tersebut antara lain:
Bahan kimia
Insektisida untuk pemberantas hama
Pemakaian insektisida pada lahan pertanian biasanya meliputi daerah yang sangat luas sehingga akan menyisakan insektisida yang cukup banyak pada lingkungan. Sisa bahan insektisida ini dapat sampai ke sumber air melalui pengairan sawah, hujan pada daerah pertanian yang kemudian mengalir pada sumber air. Insektisida ini bersifat racun bila masuk ke sumber air karena sulit didegradasi oleh mikroorganisme.
Selain itu, senyawa minyak bumi sering dicampur pada bahan insektisida sehingga bila masuk ke sumber air akan menyebabkan permukaan air tertutup oleh lapisan minyak.
Pupuk pertanian
Selain menggunakan insektisida, sektor pertanian juga melakukan pemupukan pada tanamannya. Biasanya, pupuk pertanian ini mengandung unsur fosfat dan nitrat. Bila material dari pupuk ini masuk ke sumber air bersih melalui cucian air hujan yang mengalir ke sumber air, maka akan meningkatkan unsur zat-zat hara di perairan. Hal ini dapat menyebabkan tidak terkontrolnya pertumbuhan ganggang atau enceng gondok menjadi pesat. Peristiwa ini disebut eutrofikasi yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut pada sumber air tersebut.
Zat warna kimia
Hampir semua industri menggunakan zat warna kimia dalam proses pembuatan produknya. Zat warna ini merupakan racun bagi tubuh manusia karena bisa memicu tumbuhnya sel-sel kanker yang biasanya masuk melalui konsumsi air minum. Zat warna ini dapat sampai ke sumber air melalui limbah industri yang tidak diproses secara ramah lingkungan yang kemudian di buang ke saluran perairan.
Agen Fisik
Ion logam penyebab korosi
Ion logam ini merupakan bahan anorganik yang sulit terdegradasi oleh mikroorganisme di lingkungan yang biasanya berasal dari limbah industri. Peningkatan logam ion logam pada air akan terjadi bila masuk ke perairan. Ion Mg dan Ca dapat menyebabkan air sadah yang menimbulkan sifat korosi dan endapan atau kerak pada besi. Biasanya ion-ion ini masuk ke sumber air melalui pipa atau peralatan lain dari industri yang terbuat dari besi yang menyalurkan limbah ke saluran perairan sehingga menyebabkan pencemaran pada sumber air. Selain itu, ion logam berat seperti Pb, Cd, atau Hg yang bersifat racun bila terdapat pada air akan menyebabkan air menjadi tidak layak minum.
Serpihan kayu
Serpihan kayu ini berasal dari industri yang tidak membersihkan dengan baik sisa-sisa proses pembuatan produknya sehingga serpihan ini dapat masuk ke sumber air melalui tiupan angina atau melalui saluran air yang menuju sumber air di lingkungan.
Mikroorganisme
Biasanya mikroorganisme patogen yang terdapat dalam sumber air menjadi penyebab penyakit yang digolongkan dalam waterborne disease. Beberapa mikroorganisme ini antara lain:
Salmonella typhosa melalui limbah industri akibat kesalahan metode pemurnian air dan kontaminasi silang antara pipa air dan saluran air limbah; penyebab tifus
Shigella dysentery melalui feses yang tercemar ke sumber air; penyebab disentri
Escherichia coli melalui feses yang tercemar ke sumber air; penyebab diare
Vibrio cholera penyebab kolera
2.1.11 Cara Pencegahan Agar Air Bersih Tidak Terkontaminasi Mencegah dari Agen Fisik
Di rumah tangga :
Adanya pemisahan sampah (organic dan anorganik) lalu dikolaborasikan dengan pengelola lingkungan seperti RT untuk didaur ulang.
Tidak membuang sampan sembarangan.
Daur ulang dan buang semua sampah dengan benar. Jangan membuang produk yang tidak bisa terurao seperti popok sekali pakai atau aplikator pembalut ke toilet. Mereka dapat merusak proses pengolahan limbah dan akhirnya mengotori perairan.
Jauhkan cat, minyak, larutan pembersih, bahan kimia kolam renang, insektisida, dan bahan kimia rumah tangga berbahaya lainnya dari saluran air, wastafel, dan toilet. Banyak dari produk ini mengandung zat berbahaya seperti natrium hipoklorit, fenol dan kresol, amonia dan formaldehida yang mengontaminasi sumber air terdekat.
Gunakan produk rumah tangga tidak beracun bila memungkinkan. Meskipun pembuangan produk yang berbahaya dengan benar adalah penting, tetapi tidak membeli barang-barang tersebut akan jauh lebih baik.
Di industri :
Regulasi pengelolaan limbah.
Pemanfaatan kembali atau daur ulang bahan limbah pabrik.
Insenerasi.
Mencegah dari Agen Kimia
Menggunakan pupuk alami agar menjaga kelembaban tanah serta lebih bagus dalam merangsang pertumbuhan tanaman.
Pembatasan pestisida.
Penyemprotan pestisida searah dengan angin.
Penyaringan limbah.
Pembatasan penggunaan detergen.
Monitoring agen kimia berbahya di pabrik.
Tidak melimpahkan sampah B3 ke sumber air dan harus dikelola sendiri atau tidak mampu diserahkan kepada pihak yang mampu (UU. No. 32 Pasal 59 Ayat 1 dan 3 tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup).
Mencegah dari Agen Mikroorganisme
Menggunakan tanaman asli karena tanaman asli membutuhkan air lebih sedikit, lebih toleran terhadap kondisi kekeringan.
Membuat septic tank berjarak minimal 15 meter dari sumber air.
Mencegah adanya HABs (Harmful Algae Bloomings) dengan tidak membuang sampah organik sembarangan.
Membuat jamban tidak di atas aliran sungai.
2.1.12 Sektor yang Terlibat Dalam Pencemaran Air
Pencemaran air merupakan masalah yang cukup serius di Indonesia saat ini. Yang menjadi penyebab dari pencemaran air bukan hanya satu faktor saja. Saat ini sangat banyak sektor-sektor yang terlibat di dalam pencemaran air. Ada banyak sektor yang menyebabkan pencemaran air, di antaranya sektor industri, pertambangan, pertanian, peternakan, rumah tangga, dan lain sebagainya. Untuk menanggulangi masalah pencemaran air di Indonesia sudah banyak regulasi yang membahas mengenai penanganan pencemaran air pada di setiap sektor.
SEKTOR INDUSTRI
Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengolahan limbah cair pada sektor industri antara lain :
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, di dalam keputusan ini membahas tentang baku mutu limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Termasuk di dalamnya debit dan kadar limbah yang boleh dibuang ke limgkungan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 Tahun 1998 tentang baku mutu limbah cair bagi kawasan industri, pada keputusan menteri ini dijelaskan mengenai apa yang harus dilakukan oleh penanggung jawab industri dan membahas mengenai perhitungan beban pencemaran air maksimum untuk menentukan mutu limbah cair.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.111 Tahun 2003 tentang pedoman mengenai syarat dan tata cara perizinan serta kajian pembuangan air limbah ke air atau sumber air yang membahas mengenai peraturan mengenai pembuangan limbah, seperti tidak boleh membuang limbah cair yang mengandung radioaktif, dan juga melarang gubernur atau bupati untuk memberikan surat izin pembuangan limbah serta izin pembuangan air limbah ke tanah.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.8 Tahun 2007 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri petrokimia hulu yang membahas mengenai pengertian industri petrokimia yaitu industri yang mengolah bahan baku berupa senyawa-senyawa hidrokarbon cair atau gas (natural hydrocarbon) menjadi senyawa-senyawa kimia berupa olefin, aromatik dan syngas yang mencakup industri yang menghasilkan etilen, propilen, butadiene, benzene, etilbenzene, toluen, xylen, styren dan cumene.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.9 Tahun 2007 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri rayon membahas mengenai baku mutu air limbah yang dibuang oleh industri rayon yaitu industri yang memproduksi serat dengan cara regenerasi polimer selulosa yang diperoleh dari kayu atau sisa kapas pendek.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.10 Tahun 2007 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri purified terephthalic acid and poly ethylene terephthalate yang membahas mengenai baku mutu limbah oleh industri purified terephthalic and poly ethylene terephthalate yang merupakan usaha dan/atau kegiatan yang melakukan proses oksidasi para xylene menjadi bahan baku untuk industri poly ethylene terephthalate dan poliester
Undang Undang No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian yang membahas mengenai apa yang harus dilakukan dan diketahui oleh perusahaan industri. Perusahaan industri harus mampu melaksanakan upaya pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran oleh limbah industri.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, yang berisi mengenai pengendalian limbah cair dengan penetapan baku mutu limbah cair bagi tiap-tiap jenis industri. Baku Mutu Limbah Cair Industri adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Selain itu juga mengatur mengenai kewajiban penanggung jawab kegiatan industri untuk mencegah tercemarnya air pada pasal 5.
SEKTOR TRANSPORTASI
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Pencegahan pencemaran air merupakan akibat transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilakukan oleh instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas, angkutan sungai, danau, dan penyeberangan serta berkoordinasi dengan pengelola sumber daya air dengan cara:
memeriksa cara operasi alat transportasi sehingga tidak memberikan dampak negatif berupa pencemaran air akibat turbulensi yang mengganggu stabilitas material dasar.
memeriksa kebocoran minyak pelumas/bahan bakar minyak (BBM) pada alat transportasi.
Dalam hal pemeriksaan kebocoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diperoleh hasil yang menunjukkan kebocoran minyak pelumas/BBM pada alat transportasi, dapat dilakukan perintah perbaikan alat transportasi untuk menghentikan kebocoran minyak pelumas/BBM, pelarangan pengoperasian alat transportasi yang kebocoran minyak pelumas/BBM tidak dapat dihentikan.
Ketentuan teknis mengenai pelaksanaan pemeriksaan cara operasi alat transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengikuti norma, standar, pedoman, dan kriteria di bidang lalu lintas, angkutan sungai, danau, dan penyeberangan.
Pencegahan kerusakan sumber air dan prasarananya akibat transportasi oleh pengelola sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c dilakukan dengan cara:
penelusuran berkala untuk melakukan pemantauan dan evaluasi; dan
pemberian rekomendasi teknis pengaturan kecepatan pada alat transportasi dan besaran tonase alat transportasi.
Pencegahan kerusakan sumber air dan prasarananya akibat transportasi oleh pengguna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c dilakukan dengan cara menaati aturan kecepatan dan besaran tonase alat transportasi
SEKTOR PERTAMBANGAN
Pada sektor pertambangan,air yang sudah tercemar harus melalui tahap pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003
Pasal 6
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan wajib melakukan pengolahan air limbah yang berasal dari kegiatan penambangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan pengolahan/pencucian, sehingga mutu air limbah yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan dalam lampiran Keputusan ini.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.23 Tahun 2008
Tentang pedoman teknis pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup akibat pertambangan emas rakyat yaitu suatu usaha pertambangan emas yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecilkecilan atau secara gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.202 Tahun 2004 tentang baku mutu air limbah
Bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga berisi mengenai kadar dan batas unsur pencemar air limbah. Air limbah usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga adalah air yang berasal dari kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga dan sisa dari kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga yang berwujud cair melalui proses penghancuran, penggilingan, pengapungan, pelindian, pemekatan dan atau pemurnian dengan metoda fisika dan atau kimia.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2007 tentang baku mutu air limbah
bagi usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas serta panas bumi yang berisi mengenai apa yang harus dilakukan oleh perusahaan minyak dalam mengolah limbah serta mencegah limbah dengan baku mutu yang tinggi masuk ke lingkungan
SEKTOR PERTANIAN
Pada sektor pertanian, yang menyebabkan pencemaran udara biasanya dikarenakan penggunaan pestisida, herbisida, fungisida, serta penggunaan pupuk yang berlebihan.
Pasal 35 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air penyebutkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang akan memanfaatkan air limbah ke tanah untuk aplikasi pada tanah wajib mendapat izin tertulis dari bupati/walikota. Pemanfaatan air limbah pada tanah, yang pada umumnya dilakukan untuk kegiatan pertanian sebagai substitusi pupuk, meliorasi, maupun untuk penyiraman.
Pasal 38 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang membuang air limbah ke air atau sumber air wajib menaati persyaratan yang ditetapkan dalam izin.
SEKTOR PETERNAKAN
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.11 Tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan peternakan sapoi dan babi yang berisi mengenai kewajiban penanggung jawab usaha peternakan sapi dan babi di antaranya melakukan pengolahan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang tidak melampaui baku mutu air limbah, menggunakan sistem saluran air limbah kedap air, dan lain-lain.
SEKTOR RUMAH TANGGA
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, berisikan tentang asal air limbah domestik, baku mutu air air dan cara pengolahan air limbah domestik yang berisi mengenai baku mutu limbah domestik dan pengolahan air limbah. Di dalam keputusan menteri ini juga menjelaskan bahwa setiap usaha harus melakukan pengolahan air limbah dan membuat saluran pembuangan air.
2.2 UDARA
2.2.1 Definisi Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan (Fardiaz, 1992). Udara juga merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga menghantarkan suara, bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas dan dapat pula menjadi media penyebaran penyakit pada manusia.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1407/MENKES/SK/XI/2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
2.2.1.1 Konsentrasi Normal Zat-Zat di Udara
Udara terdiri atas berbagai macam gas. Berikut ini merupakan beberapa gas yang terdapat di dalam kandungan udara normal.
Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu komponen yang paling banyak terkandung dalam udara. Udara normal memiliki 78,1% gas nitrogen
Oksigen
Oksigen merupakan salah satu komponen penting dalam udara normal karena merupakan salah satu sumber bagi manusia dan hewan untuk melakukan respirasi. Kandungan oksigen dalam udara normal adalah 20,93%
Karbondioksida
Udara normal memiliki kadar karbondioksida sebanyak 0,03%.
Zat lain
Selain nitrogen, oksigen, dan karbondioksida, udara normal juga memiliki kandungan zat lain yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Zat-zat tersebut berupa gas argon, neon, krypton, xenon, dan helium. Selain itu udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa tumbuh-tumbuhan.
2.2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Zat-Zat di Udara
Konsentrasi zat-zat yang terkandung pada udara normal tidaklah konstan, selalu berubah-ubah tergantung dari keadaan faktor yang mempengaruhi konsentrasi zat-zat di udara. Selain itu kemajuan teknologi dan industri yang juga mempengaruhi faktor-faktor tersebut. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi zat-zat di udara, diantaranya:
Suhu Udara
Suhu udara dapat memengaruhi konsentrasi zat pencemar udara. Jika suhu udara tinggi akan menyebabkan udara semakin renggang sehingga konsentrasi pencemar rendah, dan sebaliknya jika suhu udara rendah atau dingin keadaan udara akan semakin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara akan tinggi.
Kelembapan
Jika kelembapan tinggi, maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemar udara menjadi zat lain.
Tekanan Udara
Tekanan Udara dapat mempercepat atau menghambat terjadinya reaksi kimia antara pencemar dengan zat yang ada di udara, sehingga pencemar dapat bertambah ataupun berkurang.
Angin
Angin mengakibatkan pergerakan udara dimana akan terjadi suatu proses penyebaran sehingga dapat mengencerkan bahan pencemaran udara, sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu sumber akan mempunyai kadar yang berbeda.
Sinar Matahari
Dengan adanya sinar matahari maka beberapa pencemar di udara dapat dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat lain di udara sehingga kadarnya dapat berbeda menurut banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi dan panas yang sampai ke bumi.
Curah hujan
Curah hujan dapat menyerap pencemar gas tertentu ke dalam partikel air, serta dapat menangkap partikel debu, yang kemudian akan dibawa jatuh ke bumi. Dengan demikian pencemar dalam bentuk partikel dapat berkurang konsentrasinya akibatnya turunnya hujan.
2.2.2 Pencemaran Udara
Definisi pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Terdapat dua jenis polutan berdasarkan sumbernya yaitu,
Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber pencemar. Contohnya: CO2, CO, sulfur dioksida.
Polutan Sekunder
Polutan sekunder adalah polutan yang terjadi karena reaksi lebih dari 2 bahan pencemar. Contohnya: ozone, formaldehid, PAN (Peroxy acyl nitrat).
2.2.2.1 Pencemaran Udara Alami
Masuknya zat pencemar ke dalam udara/atmosfer, akibat proses-proses alam seperti kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran garam dari laut, debu meteoroid dan sebagainya. Sumber pencemaran udara alami yaitu :
Meletusnya gunung berapi
Abu vulkanik yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada anak-anak, orang dewasa, atau mereka yang sudah memiliki penyakit pernapasan.Selain abu vulkanik, letusan gunung juga menghasilkan gas-gas vulkanik. Gas-gas vulkanik yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi bersifat toksik, yaitu berupa H2O, CO2, CO, NO2, H2S, SO2, HF. Di tempat-tempat terdekat, gas SO2 dapat menyebabkan hujan asam.
Kebakaran hutan
Semua kebakaran hutan menghasilkan karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ozon, dan partikelkarbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ozon, dan partikel. Karbon monoksida, yang merupakan gas beracun, dapat dihasilkan dalam jumlah besar selama kebakaran hutan.
Debu yang berterbangan akibat tiupan angin.
Proses pembusukan sampah organic
2.2.2.2 Pencemaran Udara Antropogenik
Sumber pencemar udara antropogenik adalah sumber pencemar yang dibuat dan dihasilkan oleh aktivitas manusia. Terdiri dari sumber tetap dan sumber bergerak.
Sumber tetap atau tidak bergerak, contohnya pembakaran bahan bakar dan penyebaran pencemar dari proses industri. Sumber tetap dibedakan menjadi dua, yaitu:
Sumber titik: Sumber pada titik tetap, seperti cerobong asap atau tangki penyimpanan yang memancarkan pencemar udara.
Sumber area: Serangkaian sumber-sumber kecil yang bersama-sama dapat mempengaruhi kualitas udara di suatu daerah. Contoh: kebakaran hutan, konstruksi, dan jalanan yang tidak beraspal.
Sumber bergerak dibedakan menjadi dua, yaitu:
Yang bergerak di jalan (on-road), contoh: Asap knalpot kendaraan pribadi dan transportasi umum (Bajaj, Bus, dan Angkot)
Yang bergerak bukan di jalan (non-road), contoh: Kereta api, kapal laut, pesawat, traktor dan lain-lain.
Sumber gabungan yaitu sumber pencemar udara yang dihasilkan dari proses industri atau emisi rumah tangga dan sekaligus dari asap knalpot transportasi umum. Contoh seperti ini umumnya sering ditemui di perkotaan metropolitan.
2.2.3 Agen-Agen Fisik Pencemaran Udara dan Dampaknya bagi Kesehatan
Temperatur dan Suhu
Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan suhu normal sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Akan tetapi, kemampuan untuk beradaptasi dengan temperatur luar terjadi jika suhu luar tubuh tidak lebih dari 20 % untuk panas dan 35 % untuk kondisi dingin.
Tabel 1. Pengaruh Suhu Terhadap Kesehatan Manusia
Temperatur
Keterangan
±490C
Dapat tahan sekitar 1 jam tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental
±300C
Aktifitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam bekerja dan menimbulkan kelelahan fisik
±240C
Kondisi optimum
±100C
Kelelahan fisik yang ekstrem mulai muncul
Kelembaban Relatif
Uap air merupakan pelarut berbagai polutan dan memengaruhi konsentrasi polutan di udara. Selain itu, uap air dapat memfasilitasi kehidupan mikroorganisme di udara serta dapat melepaskan senyawa volatile yang berasal dari bahan bangunan, seperti ammonia dan formaldehida. Untuk mencapai kenyamanan, kelembaban udara yang dibutuhkan bekisar 20-60%. Jika lebih dari itu, ruang yang terlalu lembab dan dinding yang basah dapat mengganggu kesehatan manusia. Jika semakin tinggi beban kerja, semakin besar pengaruh kelembaban terhadap detak jantung manusia.
Kecepatan Alir Udara
Kecepatan aliran udara memengaruhi gerakan udara dan pergantian udara dalam suatu ruangan. Kecepatan aliran udara yang sesuai dalam ruangan besarnya bekisar antara 0.15 sampai dengan 1.5 m/s. Jika kecepatan udara kurang dari 0.1 m/s, ruangan udara menjadi tidak nyaman. Sebaliknya, jika kecepatan udara terlalu tinggi, akan menimbulkan kebisingan, sehingga mengganggu pendengaran.
Pencahayaan
Cahaya adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang melewati udara, jumlah atau kualitas cahaya yang jatuh ke suatu permukaan biasa disebut iluminasi. Jika tingkat iluminasi tidak sesuai, maka akan menimbulkan gangguan pada mata.
Bau
Bau merupakan agen kualitas udara yang penting, karena dapat menunjukkan keberadaan zat kimia yang berbahaya, seperti hidrogen sulfida atau ammonia. Suatu udara dikatakan tercemar dapat digambarkan pertama kali dengan indra penciuman kta melalui bau.
Ventilasi
Ventilasi merupakan proses, dimana udara bersih dialirkan ke dalam ruang udara dan udara kotor dialirkan keluar. Kualitas udara dalam ruangan tergantung pada udara luar ruangan. Apabila udara luar ruangan baik, maka udara dalam ruangan juga baik, jika udara luar kotor, maka udara dalam ikut tercemar. Ventilasi yang buruk akan memengaruhi kesehatan, terutama sistem pernapasan. Zat zat yang terkandung dalam udara yang tercemar dapat menimbulkan ISPA atau penyakit pernapasan lainnya.
Kebisingan
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu kesehatan. Tingkat kebisingan maksimal dalam ruangan kerja adalah sebesar 85 dBA. Jika tingkat kebisingan lebih dari 85 dBA, maka pendengaran akan terganggu dan bisa menimbulkan ketulian.
Debu
Debu adalah salah satu bahan yang sering disebut partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan ukuran 1-500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara, baik dalam maupun di luar gedung (Indoor and Outdoor Pollution), debu sering dijadikan indicator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relative lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan. Bahaya debu bagi kesehatan yakni dapat membahayakan mata hingga dapat membuat mata sulit tembus pandang. Selain itu juga dapat menyebabkan Pneumokoniosis penyakit yang menganggu sistem pernafasan terutama pada paru-paru akibat dari debu mineral pembentukan jaringan parut.
Silika
Silika merupakan serpihan-serpihan bekas kaca, silica juga merupakan agen fisik pada pencemaran udara, partikel-partikel silica itu bisa dikatakan sangat kecil dan tajam, dan apabila silica tersebut terhirup oleh manusia dapat mengganggu sistem pernapasan, dampak kesehatan lainnya dari silica adalah silicosis hal ini terjadi akibat silica bebas (SiO2) yang terdapat dalam debu terhirup waktu bernapas dan tertimbun dalam paru-paru, pada umumnya penyakit ini dapat menyerang para pekerja tambang dan bangunan.
2.2.4 Agen-Agen Kimia Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Karbon Monoksida (CO)
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan. Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Karbon monoksida merupakan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifatnya yang dapat mengikat hemoglobin secara reversibel, 230-270 kali lebih kuat daripada oksigen. Akibatnya, terjadi gangguan transportasi oksigen dalam darah sehingga ketersediaan oksigen di jaringan menurun. Kondisi seperti ini dapat mengganggu kinerja organ-organ yang mengonsumsi oksigen dalam jumlah besar seperti otak dan jantung. CO yang terdapat di sistem saraf pusat dapat menyebabkan edema dan nekrosis fokal. Sedangkan CO yang terdapat di jantung dapat menyebabkan kegagalan respirasi di tingkat seluler akibat terjadi hipoksia pada jaringan.
Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur Dioksida adalah gas yang tidak berwarna, larut dalam air, tidak mudah terbakar, dan memiliki bau yang menyengat. Sumber utama emisi SO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, minyak) dan letusan gunung berapi. Sulfur Dioksida dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Lebih dari 95% SO2 yang dihirup dengan konsentrasi tinggi dapat mengganggu pernapasan, yakni mempengaruhi fungsi paru-paru, memperburuk kondisi penderita penyakit bronkitis dan emfisema, dan juga memperburuk kondisi jantung pada orang-orang yang berisiko terkena penyakit jantung.
Cadmium atau Cd:
Cadmium (Cd) merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini berbahaya terhadap pembuluh darah. Karena bisa membuat kadar ph dalam darah menjadi basa sehingga membuat darah susah untuk menangkap oksigen akibat matinya sel darah merah
Timah
Keberadaan timbal dalam tubuh dapat berpengaruh dan mengakibatkan berbagai gangguan fungsi jaringan dan metabolisme. Gangguan mulai dari sintesis haemoglobin darah, gangguan pada ginjal, system reproduksi, penyakit akut atau kronik sistem syaraf serta gangguan fungsi paru-paru. Pengaruh lain yang sangat mengkawatirkan kita, bahwa seorang anak kecil dapat menurun dua point tingkat kecedasannya jika terdapat 10– 20 µg/dl pb dalam dalam darahnya. Beberapa penelitian juga mendapatkan bahwa timbal dapat merusak jaringan saraf, fungsi ginjal, menurunkan kemampuan belajar dan membuat anak hiperaktif. Kondisi dapat dijelaskan bahwa jaringan lunak tubuh yang dapat menyerap Pb antara lain otak, hati, limfa, ginjal dan sumsum belakang dalam bentuk Pb posfat, kemudian mengalami redistribusi.
2.2.5 Agen Biologik Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara merupakan campuran gas-gas meliputi 78% nitrogen (N2), 20% oksigen (O2), 0.93% Argon (Ar), 0.03% karbon dioksida (CO2), dan sisanya terdiri dari gas lain seperti helium (He), metana (CH4), neon (Ne), dan hidrogen (H2). Sebaliknya, apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar. Pencemaran udara adalah perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara.
Tabel 2. Sumber Polusi Udara dari Agen Biologik
Arthropoda
Tungau Debu
Serangga
Nyamuk, lalat
Hewan Domestik
Kucing, anjing, burung
Pengerat
Babi, tikus
Jamur
Dalam ruangan (yang tumbuh pada permukaan interior atau sistem AC): Penicilium, Aspergillus, Cladosporium
Bakteri
Legionella, Mycobacterium tuberculosis
Virus
Virus Influenza, Virus Cacar
Jenis-jenis pencemaran udara, yaitu menurut bentuk (gas, partikel) dan menurut tempat (ruangan/indoor dan udara bebas/outdoor). Pencemaran udara dalam bentuk biologi seperti bakteri, virus, dan telur cacing. Agen biologik pencemar udara bisa terdapat pada ruangan yang menggunakan AC dan kurang bersih lingkungannya. Salah satu penyebab pencemaran adalah bakteri Legionella sp yang menyebabkan Legionnaire Disease, yang merupakan bentuk parah dari pneumonia (penyakit infeksi paru-paru) dan menyerang kelompok rentan yaitu orang usia lanjut terutama yang perokok dan orang-orang dengan imunitas lemah karena sedang terjangkit penyakit lain. Umumnya bakteri ini berkembang pada sistem pendingin terutama AC yang sifatnya sentralistik. Sistem pendingin seperti ini biasanya terdapat di hotel, mall, aula, atau tempat-tempat yang menampung jumlah orang yang besar.
Dampak terhadap kesehatan lainnya yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagi gangguan kesehatan, seperti bronchitis, emfisema, dan kanker paru-paru. Kelompok yang paling rentan adalah individu berusia lanjut dan balita.
2.2.6 Indoor Air Pollution
Pencemaran pada mutu udara dalam suatu ruang dan udara yang akan dimasukkan ke dalam ruang atau gedung yang ditempati oleh manusia, sehingga udara yang dipergunakan dalam ruang atau gedung tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan.
Sumber-Sumber Pencemaran Udara Indoor
Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan antara lain yang berhubungan dengan bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan, kondisi bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku orang-orang yang berada di dalam ruangan, misalnya merokok. Sementara itu, The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam penelitiannya menyebutkan ada lima sumber pencemaran di dalam ruangan yaitu:
Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.
Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat.
Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid, lem, asbes, fibreglass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut.
Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya.
Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pencemaran Udara Indoor.
Beberapa kondisi yang potensial menyebabkan polusi udara di dalam gedung adalah kepadatan manusia, bahan material dan dekorasi interior, sistem ventilasi dan pemanasan, keberadaan jamur dan bakteri, gas berbahaya, radiasi, benzena, bahan kimia penyebab leukemia yang berasal dari bahan bakar, produk-produk rumah tangga dan asap tembakau. Dilihat secara kimiawi, bahan pencemar utama udara (major air pollutants) adalah golongan oksida karbon (CO, CO2), oksida belerang (SO2, SO3), oksida nitrogen (NO, NO3), partikel (asap, debu, metal, garam sulfat), senyawa inorganik, hidrokarbon, energi panas (suhu) dan kebisingan (Soedomo, 2001).
2.2.7 Cara Pencegahan Pencemaran Udara oleh Agen-Agen Lingkungan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
Pencegahan pencemaran udara meliputi upaya-upaya, mencegah terjadinya pencemaran udara dengan cara:
Penetapan baku mutu udara ambien
Baku mutu udara ambien adalah ukurang batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.
Penetapan baku mutu emisi
Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dalam suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi unsur pencemar. Mutu emisi adalah emisi yang boleh dibuang oleh suatu kegiatan udara ambien.
Penetapan baku tingkat gangguan
Baku tingkat gangguan adalah batas kadar maksimum sumber gangguan yang diperbolehkan masuk ke udara dan/atau zat padat.
Penetapan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotorAmbang batas
Emisi gas buang kendaraan bermotor adalah batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor.
Penetapan ambang batas kebisingan kendaraan bermotor
Ambang batas kebisingan kendaraan bermotor adalah batas maksimim energi suara yang boleh dikeluarkan langsung dari mesin dan/atau tranmisi kendaraan bermotor.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005, pencegahan pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara:
Penetapan baku mutu udara ambien, status mutu udara ambien, baku mutu emisi, ambang batas emisi gas buang, baku tingkat gangguan, ambang tingkat kebisingan, baku mutu udara dalam ruangan dan ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara)
Kawasan dilarang merokok
Kawasan dilarang merokok sesuai Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 75 Tahun 2005 adalah tempat umum, tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, tempat pelayanan kesehatan, tempat kegiatan anak-anak, tempat ibadah dan angkutan umum.
Larangan pembakaran sampah
2.2.8 Sektor yang Berperan dalam Pencemaran Udara
Sebenarnya saat ini sangat banyak masalah pencemaran di Indonesia, mulai dari pencemaran air, udara, tanah, suara, dan lain-lain. Sudah banyak regulasi yang mengatur mengenai pengendalian pencemaran udara khususnya pada sektor-sektor yang terlibat di dalam pencemaran udara. Peraturan mengenai pengendalian pencemaran udara ini sayangnya kurang diterapkan oleh sektor-sektor yang terlibat di dalamnya, seperti sektor pertanian, pertambangan, industri, peternakan, rumah tangga, dan lain-lain :
Sektor Industri
Berikut ini merupakan beberapa regulasi yang mengatur tentang pengendalian pencemaran udara pada sektor ini, antara lain :
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.13 Tahun 1995 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak membahas tentang baku mutu emisi yang merupakan kadar atau dosis yang diperbolehkan untuk dimasukkan ke lingkungan.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.45 Tahun 1997 tentang indeks standar pencemar udara menjelaskan tentang indeks standar pencemaran udara, yaitu angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya yang digunakan sebagai bahan informasi serta menjadi pertimbangan pemerintah dalam melakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.7 Tahun 2007 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi ketel uap membahas tentan ketel uap yang merupakan sebuah alat penghasil panas yang menggunakan bahan baku air atau minyak yang dipanaskan. Emisi dari ketel uap berupa zat, energi, dan komponen lain yang dihasilkan oleh ketel uap dari kegiatan industri.
Undang Undang No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian yang membahas mengenai apa yang harus dilakukan dan diketahui oleh perusahaan industri. Perusahaan industri harus mampu melaksanakan upaya pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran oleh limbah industri.
Sektor Pertambangan
Kebijaksanaan dasar penanggulangan pencemaran udara untuk sumber bergerak (kendaraan bermotor) dapat dilakukan dengan cara penggunaan bahan bakar bebas timbal dan kadar belerang rendah untuk kendaraan bermotor baru dan lama, penggunaan catalitic converter (peralatan yang dapat mereduksi polutan gas buang kendaraan bermotor sampai dengan 90%), dan meningkatkan penggunaan bahan bakar gas serta meningkatkan partisipasi swasta dan masyarakat untuk merawat kendaraan bermotornya sehingga emisi gas buangnya menjadi rendah.
Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Pasal 16
Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.
Pasal 31 (Sumber Bergerak)
Penanggulangan pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi pengawasan terhadap penaatan ambang batas emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang untuk kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan mutu udara ambien di sekitar jalan, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan dan pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar berkadar belerang rendah sesuai standar intemasional.
Pasal 37
Penanggulangan pencemaran udara dari kegiatan sumber gangguan meliputi pengawasan terhadap penaatan baku tingkat gangguan, pemantauan gangguan yang keluar dari kegiatannya dan pemeriksaan penaatan terhadap ketentuan persyaratan teknis pengendalian pencemaran udara.
Sektor Pertanian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan Dan Atau Pencemaran Lingkungan Hidup Yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan Dan Atau Lahan.
Pasal 11. Kegiatan yang menimbulkan kebakaran hutan dan atau lahan adalah antara lain kegiatan penyiapan lahan untuk usaha di bidang kehutanan, perkebunan, pertanian, transmigrasi, pertambangan dan pariwisata yang dilakukan dengan cara membakar.
Pasal 16. Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang memberikan izin melakukan usaha adalah pejabat dari instansi yang bertanggung jawab di bidang yang dimintakan permohonan izin usahanya. Contohnya pejabat yang bertanggung jawab di bidang kehutanan dan pejabat yang bertanggung jawab di bidang pertanian.
Pasal 18. Yang dimaksud dengan Menteri lain yang terkait adalah antara lain Menteri Pertanian dalam hal kegiatan perkebunan.
Sektor Transportasi
Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Pasal 16
Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.
Sumber Bergerak
Pasal 31
Penanggulangan pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi pengawasan terhadap penaatan ambang batas emisi buang, pemeriksaan emisi gas buang untuk kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan mutu udara ambien di sekitar jalan, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan dan pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar berkadar belerang rendah sesuai standar internasional.
Pasal 33
Kendaraan bermotor tipe baru dan bermotor lama yang mengeluarkan emisi gas buang wajib memenuhi ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor.
Pasal 34
Kendaraan bermotor tipe baru wajib menjalani uji tipe emisi
Bagi kendaraan bermotor tipe baru yang dinyatakan lulus uji tipe emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi tanda lulus uji tipe emisi.
Pasal 40
Kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama yang mengeluarkan kebisingan wajib memenuhi ambang batas kebisingan.
Sektor Peternakan
Peraturan Bupati Kulon Progo No. 19 Tahun 2011 tentang pedoman pengelolaan budidaya ternak pada pasal 7 ayat 2 mengenai upaya pencegahan pencemaran lingkungan yang menjelaskan bahwa setiap usaha peternakan harus membuat unit pengolahan limbah peternakan baik padat, cair, maupun gas yang harus sesuai dengan kapasitas produksi limbah yang dihasilkan.
Sektor Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Pasal 1 ayat 15
Sumber tidak bergerak spesifik adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat yang berasal dari hutan dan pembakaran sampah
Pasal 28
Penanggulangan pencernaran udara sumber tidak bergerak meliputi pengawasan terhadap penaatan baku mutu emisi yang telah ditetapkan, pemantauan emisi yang keluar dari kegiatan dan mutu udara ambien di sekitar lokasi kegiatan, dan pemeriksaan penaatan terhadap ketentuan persyaratan teknis pengendalian pencemaran udara.
2.3 PANGAN
2.3.1 Pengertian Makanan
Menurut KBBI, makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan atau segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses di dalam tubuh.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.
2.3.2 Peran Pangan di dalam Kesehatan Masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari, makanan akan selalu melekat pada manusia karena makanan merupakan sumber energi bagi tubuh. Makanan yang dikonsumsi manusia berbeda-beda bergantung pada faktor ekonomi, budaya, kepercayaan, sehingga bisa membuat adanya perbedaan tingkat kesehatan di setiap daerah. Sehingga dapat dikatakan bahwa makanan memiliki peran penting di dalam kesehatan masyarakat.
Peran makanan dalam kesehatan masyarakat antara lain :
Makanan dapat mempengaruhi prevalensi penyakit di antara masyarakat karena biasanya masyarakat yang memiliki makanan khas tertentu. Sebagai contoh etnik Minahasa yang biasa mengonsumsi babi lebih berisiko mengidap penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan etnik yang tidak memakan babi.
Mengonsumsi makanan yang tinggi nilai gizi seperti vitamin, protein, dan zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Semakin tinggi kualitas makanan yang dimakan seseorang, maka menandakan adanya meningkatnya ekonomi dan pengetahuan tentang makanan yang baik bagi tubuh.
2.3.3 Mikroorganisme dan Bahan Kimia yang Sering Mengkontaminasi Makanan
Makanan atau pangan merupakan sumber gizi dan sumber energi bukan hanya untuk manusia, namun untuk semua makhluk hidup, termasuk mikroorganisme. Adanya suatu mikoorganisme di dalam makanan dapat menimbulkan efek yang menguntungkan atau merugikan. Mikroorganisme di dalam makanan dapat menyebabkan perubahan gizi sehingga akan berdampak ke kesehatan manusia. Mikroorganisme yang ada bisa tumbuh di dalam makanan ada bakteri, fungi, virus, ricketssiae, prion, dan protozoa/parasit. Setiap mikroorganisme tersebut menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda-beda.
Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme yang ukurannya lebih besar dari virus dan memiliki struktur yang lebih kompleks daripada virus. Bakteri memiliki DNA dan RNA sekaligus di dalamnya. Bakteri dikelompokkan berdasarkan bentuknya. Ada yang berbentuk batang, bulat, dan spiral. Bakteri yang mengkontaminasi makanan dapat menimbulkan gangguan kesehatan di antaranya adalah Clostridium botulinum, Salmonella, Shigella, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Eschericia coli, dan masih banyak lagi.
Fungi
Fungi juga dapat mengkontaminasi makanan. Infeksi karena fungi dibedakan menjadi dua, yaitu mikosis dan mikotoksikosis. Mikosis merupakan infeksi karena fungi dan mikotoksikosis merupakan keracunan yang disebabkan karena masuknya toksin yang diproduksi oleh fungi ke dalam tubuh manusia. Mikotoksin merupakan toksin yang dapat bersifat karsinogen dan halusinogenik. Beberapa contoh mikotoksin adalah aflatoksin yang diproduksi oleh Aspergillus flavus, asam penisilat yang diproduksi oleh Penicillium cyclopium, ergotoksin yang diproduksi oleh Claviceps purpurea, zerealenon yang diproduksi oleh Gibberella zeae, dan lain sebagainya.
Virus
Virus merupakan mikroorganisme yang ukurannya sangat kecil namun juga dapat menimbulkan gangguan penyakit yang sangat berbahaya. Virus merupakan penyebab penyakit yang menyerang tanaman, hewan, dan manusia. Keberlangsungan hidup virus sangat bergantung kepada sel inangnya. Transmisi virus ini dapat melalui udara dan juga fekal-oral, air, dan lain-lain. Virus yang biasanya menyebabkan gangguan penyakit melalui makanan adalah virus polio, virus hepatitis, dan lain sebagainya.
Ricketssiae
Ricketssiae merupakan bakteri yang berukuran kecil. Ricketssia ini berbeda dengan virus karena memiliki struktur yang dimiliki oleh bakteri. Contoh dari rickettsia ini adalah Coxiella burnetil yang dapat menyebabkan deman Q melalui susu sapi yang terinfeksi.
Prion
Prion merupakan mikroorganisme yang resisten terhadap panas lebih dari spora bakteri. Prion ini dapat menyebabkan penyakit degeneratif di sistem saraf pusat manusia dan hewan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan prion ini adalah tidak memberikan makan ternak dari bahan yang terifeksi serta tidak mengkonsumsi daging hewan yang terinfeksi
Protozoa dan parasit
Protozoa dan parasit merupakan mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi makanan dan menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur fekal-oral dan lain sebagainya. Beberapa contoh parasit dan protozoa yang dapat mengkontaminasi makanan di antaranya adalah Histolytica, Taenia saginata, Taenia solium, Trichunella spiralis, dan lain sebagainya.
Selain mikroorganisme di atas, zat kimia juga sering mengkontaminasi makanan. Berdasarkan sumbernya, zat kimia berbahaya yang mengkontaminasi makanan dibagi menjadi dua, yaitu zat kimia yang terbentuk secara alami dan zat kimia yang sengaja atau tidak sengaja dimasukkan ke dalam makanan.
Beberapa contoh zat kimia yang terbentuk secara alami adalah mikotoksin, skrombotoksin (histamin), ciguatoksin, alkaloid pirolizidin, fitohemaglutinin, dan PCB (Polichlorinated biphenyl). Sedangkan beberapa contoh zat kimia yang sengaja atau tidak sengaja dimasukkan ke dalam makanan di antaranya, pestisida, fungisida, insektisida, logam, dan lain-lain
2.3.4 Agen-Agen Mikroorganisme yang Sering Mengkontaminasi Makanan dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Umumnya kebanyakan kasus penyakit bawaan makanan ini adalah disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus atau parasit yang terdapat dalam makanan yang terkontaminasi.Negara berkembang diserang oleh beragam jenis penyakit bawaan makanan seperti penyakit Kolera, Kampilobakteriosis, gastroenteritis E.coli, Salmonelosis, Shigelosis, demam tifoid dan paratifoid.
Kontaminasi biologis adalah organisme yang hidup yang menimbulkan kontaminasi dalam makanan. Jenis mikroorganisme yang sering menyebabkan pencemaran makanan yaitu:
Bakteri
Clostridium perfringens
Keracunan perfringens secara umum dicirikan dengan kram perut dan diare yang mulai terjadi 8-22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak C. perfringen penghasil toxin penyebab keracunan makanan. Penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 24 jam, namun pada beberapa individu, gejala ringan dapat berlanjut sampai 1 hingga 2 minggu. Beberapa kasus kematian dilaporkan akibat terjadi dehidrasi dan komplikasi-komplikasi lain.
Salmonella
Orang yang terinfeksi Salmonella sering mengalami sakit kepala, demam, kekejangan perut, diare, mual dan muntah. Gejala sering mulai timbul 6-72 jam setelah infeksi. Gejala biasanya berlanjut selama 4-7 hari, adakalanya jauh lebih lama.
Fungi
Penicillium
Penicillium dikenal sebagai jamur biru, yang menyebabkan soft rot pada apel, moulding pada selai, roti, dan kue.
Fusarium
Parasit
Taenia saginata
Jenis cacing pita yang terdapat pada sapi (lembu) adalah Taenia Saginata, bila sudah cukup besar, maka ukuran panjangnya bisa mencapai lima belas hingga dua puluh kaki. Ternak seperti sapi ini makan rumput/pakan yang sebelumnya sudah terkotori oleh telur-telur dari cacing pita.Manusia bisa terjangkiti karena mengkonsumsi daging sapi yang mengandung telur cacing pita ini.Sebenarnya hal ini dapat dihindari dengan memasak daging tersebut sampai matang benar.
Berikut beberapa gejala bila manusia sudah terinfeksi oleh cacing pita :
Feses (kotoran) akan mengandung cacing atau bagian dari cacing pita
Anemia, yang menyebabkan perasaan lemah, letih, lesu, lekas lelah dan mudah mengantuk
Lubang anus gatal
Mual, muntah
Pusing, sakit kepala
Nafsu makan bisa meningkat
Lekas lapar namun tidak selera makan
Diare
Susah buang air besar
Berat badan terus menurun
Lambung terasa tidak nyaman
Otot terasa pegal
Sakit pada bagian perut
Bisa terjadi gangguan pernapasan
Kejang-kejang
Bisa terjadi demam
Rasa gatal pada kulit
Virus
Virus hepatitis A/HAV
'Hepatitis' berarti radang atau bengkak hati, dan dapat disebabkan oleh bahan kimia atau obat, atau berbagai jenis infeksi virus. Salah satu penyebab umum hepatitis berjangkit adalah virus hepatitis A. Infeksi dengan satu jenis virus hepatitis TIDAK memberikan perlindungan terhadap infeksi dengan virus hepatitis lain. Gejala-gejala termasuk terasa kurang sehat, rasa sakit, demam, mual, kurang nafsu makan, perut terasa kurang enak, diikuti dengan air seni berwarna pekat, tinja pucat dan penyakit kuning (mata dan kulit menjadi kuning). Penyakit biasanya berlanjut selama satu sampai tiga minggu (walaupun gejala tertentu dapat berlanjut lebih lama) dan hampir selalu diikuti dengan penyembuhan sepenuhnya. Anak-anak kecil yang terinfeksi biasanya tidak menderita gejala. Hepatitis A TIDAK mengakibatkan penyakit hati jangka panjang dan kematian akibat hepatitis A jarang terjadi. Jangka waktu antara kontak dengan virus dan timbulnya gejala biasanya empat minggu, tetapi dapat berkisar antara dua sampai tujuh minggu.
2.3.5 Agen-Agen Kimia yang Sering Mengkontaminasi Makanan dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Bahan Pengawet
Formalin, dapat menimbulkan risiko kesehatan seperti iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing dan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat dan menyebabkan kanker.
Boraks, dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit, gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat, dan terjadinya komplikasi pada otak dan hati dan menyebabkan kematian.
Asam benzoat dan natrium benzoate, jika dosisnya berlebihan dapat menimbulkan reaksi alergi dan penyakit saraf.
Natrium dan kalium nitrit, jika dosisnya berlebihan dapat menyebabkan efek seperti kegagalan reproduksi, perubahan sel darah, tumor pada saluran pernapasan, dan bisa menimbulkan efek toksik pada manusia di jaringan lemak.
Kalium dan natrium sulfit, jika dosisnya berlebihan dapat mengganggu saluran pernapasan pada manusia, mengganggu pencernaan, mengganggu metabolisme vitamin A dan B dan metabolisme kalsium.
Bahan Pewarna
Amaranth, dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi pada pernapasan, dan dapat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak.
Alluramerah, memicu kanker limpa.
lndigotine, meningkatkan sensitivitas pada penyakit yang disebabkan oleh virus, serta mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak.
Erythrosin, menimbulkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak-anak, dan efek yang kurang baik pada otak dan perilaku.
Ponceau SX dapat berakibat pada kerusakan sistem urin.
Karbon hitam, memicu timbulnya tumor.
Pemanis Sintetis
Aspartame, mengakibatkan penyakit fenil ketonuria, memicu sakit kepala, pusing-pusing, dapat mengubah fungsi otak dan perilaku.
Siklamat, mempengaruhi hasil metabolismenya karena bersifat karsinogenik.
Sakarin, yang nama kimia sebenarnya adalah natrium sakarin atau kalium sakarin penggunaan yang berlebihan dapat memicu terjadinya tumor kandung kemih, dan menimbulkan rasa pahit getir.
Xyllotil, mengakibatkan timbulnya kanker karena bersifat karsinogenik (merangsang kanker).
Siklamat, dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan sel leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan kromosom sel-sel pecah. Di Inggris penggunaan siklamat untuk makanan dan minuman sudah dilarang, demikian pula di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
Penyedap Rasa
Kafein, pemakaian kafein yang berlebihan akan merangsang sistem saraf pada anak-anak yang menyebabkan hiperaktif, dan memicu kanker pankreas.
Monosodium glutamate menyebabkan sakit kepala, memicu jantung berdebar, mudah lemah, menyebabkan mati rasa (Chinese Restorant Syndrome), bias menyebabkan asma, kerusakan saraf, dan efek psikologi.
Brominasi minyak nabati dapat menyebabkan abnormalitas pada beberapa anatomi.
Asamtarin, jika penggunaan telah berlebihan dapat merangsang kerusakan liver, dan memicu timbulnya tumor.
Bahan Pemutih
Benzoil perioksida yang berlebihan dapat merusak vitamin C, bersifat karsinogenik dan menimbulkan reaksi alergi.
Asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA), menimbulkan gangguan pada absorpsi mineral-mineral esensial seperti tembaga, besi, dan seng.
Bahan Antioksidan
Penggunaan antioksidan secara berlebihan dapat menyebabkan lemah otot, mual-mual, pusing-pusing, dan kehilangan kesadaran, sedangkan penggunaan dalam dosis rendah secara terus-menerus dapat menyebabkan tumor kandung kemih, kanker sekitar lambung, dan kanker paru-paru akan tetapi dari segi positifnya penggunaan antioksidan dapat mencegah bau tengik pada makanan. Bahan antioksidan seperti asam askorbat, BHA, tert-buti hidrokinon, dan took ferol harus dibatasi penggunaannya. Bahan anti busa seperti dimetil polisiloksan dibatasi. Bahan pengental seperti metil sellulosa, CMC, asam alginat, harus dibatasi penggunaannya. Bahan pemantap seperti propilenglikol, harus dibatasi penggunaannya.
Bahan tambahan makanan berbahaya yang digunakan untuk memperbaiki tekstur:
Saponin, mengakibatkan efek pada masa kehamilan, dan gangguan darah.
Karagen, memicu luka pada hati, efek pada sistem imun, karsinogenik, dan menyebabkan bisul pada perut.
Epik klorohidrin berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan ginjal, karsinogenik, dan bahkan efek perubahan pada kromosom.
Polieksietilen stearat dapat menyebabkan efek pada usus lambung dan urin, seperti batu pada tumor, dan kandung kemih.
Natrium alginat dapat menyebabkan reaksi alergi dan penyerapan pada mineral esensial.
Zat kimia yang sering menimbulkan keracunan pada manusia
Zinc, terdapat pada peralatan dapur akan mengalami reduksi bila kontak dengan bahan makan yang bersifat asam.
Insektisida, keracunan ini terjadi karena mengkonsumsi makanan yang masih mengandung residu pestisida, seperti pada sayuran dan buah-buahan.
Cadmium, keracunan ini bisa terjadi karena Cd yang terdapat pada peralatan dapur dengan kontak dengan makanan yang bersifat asam.
2.3.6 Mekanisme Agen Mikroorganisme Mengkontaminasi Makanan
Keamanan pangan merupakan karakteristik yang sangat penting dalam kehidupan, baik oleh produsen pangan maupun oleh konsumen. Bagi produsen harus tanggap bahwa kesadaran konsumen semakin tinggi sehingga menuntut perhatian yang lebih besar para aspek ini. Kebersihan suatu produk pangan untuk menembus dunia internasional sangat ditentukan oleh faktor ini pula. Di lain pihak sebagai konsumen sebaiknya mengetahui bagaimana cara menentukan dan mengkonsumsi makanan yang aman.
Kontaminasi makanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kejadian penyakit-penyakit bawaan makanan atau keracunan makanan. Sumber penyakit yang mungkin mencemari makanan dapat terjadi selama proses produksi yang dimulai dari pemeliharaan, pemanenan atau penyembelihan, pembersihan atau pencucian, persiapan makanan atau pengolahan, penyajian serta penyimpanan. Selai hal tersebut sekarang juga masih terdapat penggunaan bahan-bahan kimia dalam produksi makanan, sehingga dengan sendirinya resiko kontaminasi oleh bahan-bahan kimia juga tidak sedikit. Sedangkan sumber-sumber kontaminasi yang potensial antara lain: penjamah makanan, peralatan pengolahan dan peralatan makan, serta adanya kontaminasi silang. Diperkirakan sekitar 80% penyakit bawaan makanan/ keracunan makanan disebabkan adanya kontaminasi mikroba.
Tabel 3. Bahan Pangan Potensial Berbagai Sumber Organisme Patogen
Terdapatnya kontaminasi dalam makanan dapat berlangsung melalui dua cara, yaitu kontaminasi langsung dan kontaminasi silang.
Kontaminasi Langsung
Kontaminasi langsung adalah kontaminasi yang terjadi pada bahan makanan mentah, baik tanaman ataupun hewan, yang diperoleh dari tempat hidup atau asal bahan makanan tersebut. Contoh kontaminasi jenis ini misalnya terdapatnya mikroba pada sayuran yang berasal dari tanah, air, atau udara di sekitar tempat tumbuh tanaman, kontaminasi insektisida pada buah-buahan, atau terdapatnya ganggang laut beracun pada kerang.
Kontaminasi Silang
Kontaminasi silang adalah kontaminasi pada bahan makanan mentah ataupun makanan masak melalui perantara. Bahan kontaminan dapat berada dalam makanan melalui berbagi pembawa antara lain serangga, tikus, peralatan, ataupun manusia yang menangani makanan tersebut yang biasanya merupakan perantara utama. Dengan demikian, kontaminasi silang dapat terjadi selama makanan ada dalam tahap persiapan, pengolahan, pemasakan, maupun penyajian.
Terdapat tiga jalur yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk mengkontaminasi makanan, yaitu bahan baku dan ingredien, pekerja pada pengolahan makanan dan lingkungan pengolahan.
Bahan Baku dan Ingredien
Daging
Bahan pangan yang berasal dari hewan merupakan sumber utama bakteri penyebab infeksi dan intoksikasi (Tabel 5). Mikroorganisme yang terdapat pada hewan hidup dapat terbawa ke dalam daging segar dan mungkin bertahan selama proses pengolahan. Banyak hewan-hewan yang disembelih membawa mikroorganisme seperti Salmonella dan Campylobacter, selain mikrooranisme yang secara alami terdapat pada saluran pencernaan seperti Clostridium perfringens, Escherichia coli, Yersinia entercolitica dan Listeria monocytogenes. Proses pemotongan unggas secara kontinyu, meningkatkan penularan mikroorganisme dari karkas yang satu ke yang lainnya. Demikian juga penggilingan daging dalam pembuatan daging cincang dapat menyebarkan mikroorganisme, sehingga daging cincang merupakan produk daging yang beresiko tinggi
Telur
Kulit telur kemungkinan mengandung Salmonella yang berasal dari kotoran ayam dan mungkin mengkontaminasi isi telur pada waktu telur dipecahkan. Di negara-negara Eropa terjadi peningkatan gangguan pencernaan karena infeksi oleh S.enteritidis yang berasal dari telur yang telah terinfeksi. Departemen kesehatan Inggris memberikan peringatan terhadap penggunaan telur mentah pada makanan yang tidak mengalami pengolahan lebih lanjut.
Produk-produk Susu
Susu yang telah mengalami pengolahan yang benar, misalnya pasteurisasi dan sterilisasi, merupakan produk yang aman. Akan tetapi susu segar yang diperoleh dari hewan sehat bisa terkontaminasi dari hewan yang menyusui atau dari peralatan dan lingkungan pemerahan susu. Di Inggris telah dilaporkan keracunan makanan (Salmonellosis) karena mengkonsumsi susu sapi segar. Gangguan pencernaan juga kadang-kadang terjadi akrena prises pemanasan susu tidak cukup. Produk-produk susu yang disiapkan dari susu yang tidak mengalami proses pemanasan merupakan produk yang potensial mengandung Staphylococus auerus, Bacillus cereus, Yersenia enterocolitia monocytogenes. Pengasaman susu dan fermentasi susu dapat menghilangkan atau menghambat mikroorganisme patogen enterik, tetapi beberapa mikroorganisme masih bisa tahan. Walaupun susu telah mengalami pemanasan, kontaminasi dapat terjadi selama penanganan produk atau karena penambahan ingridien yang tidak mengalami perlakuan dekontaminasi. Adanya L. monocytogenes pada keju yang dimatangkan diduga karena rekontaminasi selama proses pembuatan dan penanganan keju.
Ikan dan Kerang-kerangan
Ikan dan kerang-kerangan dapat terkontaminasi dari lingkungan hidup ikan tersebut atau dari lingkungan pengolahan. Jika ikan tersebut diperoleh dari laut yang telah terkena polusi limbah, ikan tersebut kemungkinan terkontaminasi bakteri patogen. Vibrio parahaemolyticus adalah kontaminan yang umum terdapat pada ikan dan makanan laut lainnya terutama dari perairan Asia Timur. Bakteri ini dapat dihilangkan dengan pemanasan, akan tetapi sanitasi yang kuramg baik dapat menyebabkan terjadinya rekontaminasi. Dalam kerang-kerangan telah ditemukan mikroorganisme patogen seperti Salmonella, E. coli, V. parahemolyticus, clostridia dan virus. Bakteri dapat dihilanhkan dengan cara ini kurang efektif untuk virus.
Buah-buahan, Sayur-sayuran dan Serealia
Dalam keadaan segar, bahan pangan nabati kemungkinan terkontaminasi oleh mikroorganisme dari tanah dimana tanaman tersebut tumbuh. Buah-buahan karena jauh daru tanah, kemungkinan untuk terkontaminasi lebih kecil dibandingkan dengan sayuran atau bahan pangan yang lain yang kontak langsung dengan tanah. Kebersihan saluran juga berpengaruh terhadap kualitas mikrobiologi pangan bahan pangan nabati. Penggunaan air dari irigasi yang tercemardan penggunaan pupuk kandang atau kotoran manusia sebagai pupuk beresiko terhadap kontaminasi oleh salmonella (termasuk Salmonella typhii), Shigella dan Vibro cholerae serta virus. Pencucian dan pembilasan dengan air yang mengandung semua bakteri kecuali sporanya.
Makanan kering
Bakteri yang dominan mengkontaminasi makanan kering adalah kelompok Clostridium dan Bacillus. Spora kedua bakteri ini dapat bertahan pada proses pengeringan. Penggunaan suhu pengeringan yang tidak bekterisidal, memungkinkan bakteri seperti salmonella dan E. coli tetap ada setelah pengeringan.Makananmakanan yang demikian aman dalam keadaan kering, akan tetapi jika direhidrasi maka harus diperlakukan seperti halnya makanan segar. Karena herbs dan rempahrempah seringkali terkontaminasi spora dalam jumlah banyak, maka penambahan ingredian harus dilakukan sebelum proses pemanasan.
Makanan siap santap
Makanan siap santap biasanya dijual dalam bentuk beku atau didinginkan. Makanan beku, selama masih beku dapat dinyatakan .aman. akan tetapi untuk makanan yang didunginkan haru sdiperhatikan umur simpannya. Mikroorganisme yang ditemikan pada makanan siap santap adalah mikroorganisme yang tahan proses pemanasan, Misalnya Clostridium dan Bacillus (Sporanya) dan mikroorganisme yang mengkontaminasi selama penaganan misalnya Y. Enterocolitica dan I. Monocytogenes. Kedua bakteri ini dapat tumbuh pada suhu rendah. Dengan demikian dalam memproduksi makanan siap santap yang disimpan dingin harus diperhatikan sanitasi dan hingga selama pengolahan, kontrol suhu selama penyimpanan dan umur simpan produk.
Proses Pengolahan Makanan
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan makanan antara lain adalah sanitasi tempat pengolahan, hygiene tenaga pengolah serta hygiene dan sanitasi cara-cara pengolahan.
Tempat Pengolahan
Tempat pengolahan yang baik adalah tempat yang kebersihannya terjaga, ada persediaan air bersih, tersedia tempat sampah, tersedia tempat pembuangan air limbah, pertukaran udara selalu segar, penerangan cukup, tersedia bak pencuci tangan, terhindar dari debu dan kemungkinan adanya serangga atau tikus.
Bangunan untuk pengolahan makanan harus terbuat dari bahan-bahan yang mudah dibersihkan. Disain bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga bangunan mudah dibersihkan. Diusahakan agar hama seperti tikus tidak bersarang, masuknya cemaran lingkungan seperti debu. Ruangan diatur sedemikian rupa agar hygiene tempat pengolahan dapat terlaksana dengan cara mengatur alur kerja mulai dari persiapan bahan baku hingga makanan siap disajikan. Lantai, dinding dan langit-langit ruang pengolahan tersebut dari bahan baku yang mudah dibersihkan. Sarana pengolahan makanan harus mencapai fasilitas sanitasi yang diperlukan untuk karyawan, misalnya air bersih, toilet dan tempat cuci tangan, sarana saluran pembuangan air kotor, tempat pengumpulan dan pembuangan sampah harus memenuhi syarat kesehatan sehingga tidak menjadi sarang tikus serta kecoa dan tidak dikerumuni lalat.
Tenaga pengolah
Tenaga yang berhubungan langsung dengan pengolahan makanan harus sehat sehingga tidak merupakan media penularan penyakit. Kepada semua tenaga kerja harus ditanamkan tanggung jawab untuk menghindarakan tercemarnya makanan dengan cara menjaga kebersihan diri sendiri dari kebiasaan yang tidak baik seperti: kebiasaan memegang rambut dan hidung, bersin di tempat pengolahan, merokok di tempat pengolahan, mengenakan perhiasan secukupnya, mencuci tangan dengan sabun setiap akan memegang makanan dan bahan makanan. Untuk menjadi tenaga pengolah harus mendapatkan syarat-syarat tertentu, syarat tersebut diantaranya adalah: mempunyai sertifikat kesehatan, pada saat mengolah tidak sedang sakit, memeriksakan kesehatannya secara berkala, serta mengetahui tentang hygiene dan sanitasi makanan. Disamping itu tenaga pengolah harus; menjaga kebersihan tangan dan kuku, mengenakan pakaian kerja.
Cara Pengolahan
Yang terpenting dalam cara mengolah makanan adalah menghindari pencemaran makanan yang diolah akibat pengotoran oleh tangan pengolah maupun alat yang digunakan, serta akibat penggunaan peralatan beracun, misalnya tembaga, timah dan sebagainya.
2.3.7 Mekanisme Agen Kimia Mengkontaminasi Makanan
Ada 2 mekanisme bagaimana agen kimia mengkontaminasi makanan, yaitu:
Mekanisme pada bahan pangan (sayuran)
Logam-logam berat hasil pencemaran industri seperti timbal dan cadmium masuk kedalam air, udara, tanah. Kemudian air yang tercemar atau tanah digunakan untuk menanam bahan pangan. Bahan pangan tersebut menyerap logam berat tersebut. Kemudian sayuran yang terkontaminasi dijadikan makanan oleh manusia. Konsentrasi logam berat yang berlebihan dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Mekanisme hewan
Sebagai contoh: tercemarnya laut. Kontaminasi agen kimia dalam air yang melebihi baku mutu menyebabkan tercemarnya air tersebut. Padahal banyak plankton yang hidup di situ, kemudian ikan memakan plankton yang terkontaminasi tersebut. Kemudian rantai makanan terus berlanjut sampai puncak rantai makanan yaitu manusia. Padahal akumulasi kontaminasi semakin banyak ketika rantai makanan semakin ke atas. Oleh karena itu makanan yang sebelum dimakan oleh manusia mengandung akumulasi agen kimia yang persentasenya besar. Contoh: Tragedi Minamata di Jepang.
Faktor yang menyebabkan kontaminasi agen kimia pada lingkungan:
kondisi geologi tanah
Kondisi air yang digunakan
Limbah logam berat dari industri
2.3.8 Cara Pencegahan Kontaminasi Makanan oleh Mikroorganisme
Kontaminasi makanan oleh mikroorganisme, atau disebut kontaminasi silang, merupakan mikroba dari satu tempat ke tempat lain. Kontaminasi silang dapat menimbulkan keracunan makanan. Cara mencegah kontaminasi mikroba ialah dengan mengendalikan perantaranya, yang diuraikan dalam beberapa hal, yaitu :
Memisahkan makanan mentah dengan makanan siap santap
Menjaga kebersihan tempat dan alat alat masak
Menyimpan makanan dalam kondisi tertutup
Membiasakan cuci tangan dan menjaga personal hygiene
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan melakukan pengendalian hama.
Selain mengendalikan perantara, cara mencegah kontaminasi makanan oleh mikroorganisme yaitu melalui pengawetan. Ada tiga konsep metoda pengawetan yang umum dijalankan yaitu Pengawetan secara kimiawi, Pengawetan secara biologis dan Pengawetan secara fisik.
Pengawetan secara kimiawi
Pengawetan secara kimiawi dilakukan dengan menambahkan bahan kimia seperti gula, asam, dan garam pada bahan yang diawetkan, ataupun dengan mengekpose produk yang akan diawetkan pada bahan kimia seperti halnya pada proses pengasapan.
Pengawetan secara biologi
Pengawetan secara biologis melibatkan proses fermentasi, baik fermentasi asam atau fermentasi alkohol.
Pengawetan secara fisik
Pengawetan secara fisik mematikan mikroorganisme yang ada pada bahan pangan dengan cara pemanasan disertai dengan pengemasan yang mencegah terjadinya re-kontaminasi, atau dengan cara pengeringan yaitu pengurangan kadar air produk pangan yang diikuti dengan pengemasan yang mencegah terjadinya re-adsorpsi air. Akan tetapi metoda-metoda pengawetan yang berhasil menghentikan pertumbuhan mikroorganisme ini umumnya memberikan dampak yang merugikan seperti turunnya mutu sensori dan nilai gizi produk pangan. Sebagai contoh, panas yang digunakan pada proses sterilisasi pada pengalengan akan sangat melunakkan jaringan sel bahan, mengurai chlorophil dan zat-zat antocyanin, menghilangkan flavor dan merusak beberapa vitamin yang terkandung. Terdapat beberapa metode pengawetan secara fisik, yaitu :
Pasteurisasi
Merupakan perlakuan panas guna membunuh sebagian dari mikroorganisme patogen yang ada dalam suatu bahan pangan. Pasteurisasi biasanya diikuti dengan metode pengawetan lain seperti pendinginan, atau dengan penambahan bahan kimia, misalnya penambahan gula pada produk susu kental manis, penambahan asam pada acar dan jus buah-buahan, pengemasan , seperti pada produk minuman bir kemasan botol untuk menjaga kondisi anaerob di dalam botol dan fermentasi menggunakan mikroba tertentu.
Sterilisasi
Proses sterilisasi dilakukan dengan cara memberikan perlakuan panas yang menyebabkan mikrorganisme dan sporanya tidak mampu tumbuh pada kondisi penyimpanan normal. Tetapi masih ada kemungkinan spora mikroba dorman berada didalam produk, dan akan segera tumbuh bila berada pada lingkungan yang cocok untuk pertumbuhannya.
Pembekuan
Pembekuan adalah metoda pengawetan yang cukup memuaskan bila dipakai untuk penyimpanan jangka panjang produk pangan. Pembekuan mempertahankan warna, flavor dan nutrisi terkandung suatu produk pangan. Pembekuan adalah penurunan suhu produk ke bawah titik beku hingga penyimpanan produk pada suhu -18. Pada pembekuan, suhu produk pangan akan dibawa ke suhu dibawah titik bekunya, dan sebagian air seperti disebutkan diatas berubah dari keadaan cair menjadi kristal-kristal es.
Pengentalan
Pengentalan adalah proses penghilangan sebagian air dari suatu suspensi dengan proses pendidihan, biasanya dilakukan dengan alat yang disebut evaporator. Proses ini intensif digunakan pada industry pengolahan dairy products misalnya pada proses pengentalan susu, pada industri jus untuk menghasilkan jus kental, pada pada industri gula untuk mengentalkan larutan gula guna proses kristalisasi. Proses pengentalan ini kadang juga digunakan untuk menaikkan kandungan padatan persiapan untuk proses pengeringan semprot atau pengeringan beku.
Pengeringan
Pengeringan adalah suatu usaha pengawetan dengan cara menurunkan aktifitas air (Aw) produk melalui penghilangan air yang dikandung produk dengan proses penguapan, sehingga mikroorganisme tidak bisa tumbuh berkembang. Ada berbagai metoda dan alat untuk proses pengeringan, namun yang banyak dipakai adalah metoda pengeringan dengan mengekspose produk pangan pada udara yang telah dipanaskan.
2.3.9 Cara Pencegahan Kontaminasi Makanan oleh Agen Kimia
Kontaminasi bahan kimia ke dalam makanan bisa terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja. Berikut ini adalah cara untuk mencegah kontaminasi makanan oleh agen kimia berbahaya, yaitu:
Tidak menggunakan pestisida secara berlebihan
Dari sisi petani
Beberapa pestisida seperti insektisida yang langsung digunakan pada tanaman/bahan pangan dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman/bahan pangan yang diperlakukan. Oleh karena itu, para petani seharusnya tidak menggunakan pestisida secara berlebihan.
Dari sisi konsumen
Pastikan makanan khususnya sayuran dan buah-buahan yang akan kita makan dicuci terlebih dahulu untuk memastikan bahwa makanan itu tidak mengandung pestisida. Untuk mencegah terkontaminasinya makanan dengan agen kimia seperti pestisida ini, maka pilihlah sayuran organic dibandingkan dengan sayuran yang ditanam. Tak hanya itu pula, masaklah makanan hingga benar-benar matang.
Memperjelas regulasi yang mengatur tentang bahaya zat kimia
Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 diantaranya sebagai berikut : Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya, Asam Salisilat dan garamnya, Dietilpirokarbonat, Dulsin, Kalsium Klorat, Kloramfenikol, Minyak Nabati yang dibrominasi, Nitrofurazon, Formalin, Kalium Bromat.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988, selain bahan tambahan diatas masih ada bahan tambahan kimia yang dilarang seperti rhodamin B (pewarna merah) fan methanyl yellow (pewarna kuning).
Menurut Undang-Undang RI No 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pada Bab II mengenai Keamanan Pangan, pasal 10 tentang Bahan Tambahan Pangan dicantumkan :
Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampau ambang batas maksimal yang telah ditetapkan.
Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
Menegakkan Hukum dan Sanksi yang Sudah Ada
Dalam pasal 62 Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tersebut telah diatur tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku usaha diantaranya sebagai berikut : 1) Dihukum dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dan miliar rupiah) terhadap : pelaku usaha yang memproduksi atau memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan berat, jumlah, ukuran, takaran, jaminan, keistimewaan, kemanjuran, komposisi, mutu sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau keterangan tentang barang tersebut ( pasal 8 ayat 1 ), pelaku usaha yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa ( pasal 8 ayat 1 ), memperdagangkan barang rusak, cacat, atau tercemar ( pasal 8 ayat 2 ), pelaku usaha yang mencantumkan klausula baku bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen di dalam dokumen dan/atau perjanjian. ( pasal 18 ayat 1 huruf b ) 2) Dihukum dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) terhadap : pelaku usaha yang melakukan penjualan secara obral dengan mengelabuhi / menyesatkan konsumen dengan menaikkan harga atau tarif barang sebelum melakukan obral, pelaku usaha yang menawarkan barang melalui pesanan yang tidak menepati pesanan atau waktu yang telah diperjanjikan, pelaku usaha periklanan yang memproduksi iklan yang tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang/jasa.
2.3.10 Sektor yang Terlibat dalam Pencegahan Kontaminasi Pangan
Pencegahan kontaminasi pada pangan melibatkan beberapa sektor. Sektor-sektor tersebut diantaranya sektor pemerintahan, bisnis ritel, organisasi internasional, bahkan masyarakat sendiri, khususnya tokoh masyarakat. Dalam sektor pemerintahan, terdapat kementrian kesehatan yang membuat kebijakan, seperti peraturan menteri kesehatan RI nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 yang mengatur tentang higiene sanitasi jasaboga. Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor resiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan agar aman dikonsumsi.
Badan Pengawas Obat dan makanan juga memiliki peran terhadap pencegahan kontaminasi pangan. Badan ini mengawasi sejak awal proses suatu produk hingga produk tersebut beredar di masyarakat. Sistem pengawasan oleh pemerintah/BPOM melalui pengaturan dan standardisasi; penilaiaan keamanan; khasiat dan mutu produk sebelum diijinkan beredar; inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium produk yang beredar serta peringatan kepada pubik yang didukung penegak hukum.
Selain itu, Kementerian Pertanian sebagai salah satu organisasi pemerintah juga bertugas untuk mengontrol kualitas pangan di Indonesia. Sesuai salah satu misinya, Kementerian Pangan memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kualitas pangan di Indonesia agar tetap aman dan bermutu, bebas dari kontaminasi.
Dari sektor bisnis ritel makanan (supermarket, restoran, dll), upaya pencegahan kontaminasi pangan dapat dilakukan sebagai berikut:
Menetapkan suhu standar produk dan melakukan sortir kualitas produk
Menetapkan suhu ruangan penyimpanan produk yang akan berpengaruh pada kualitas produk dan memastikan jumlah penumpukan produk maksimal pada saat penyimpanan agar tidak mengakibatkan penurunan kualitas produk
Memastikan bahwa Personnel Hygiene terjaga (misal: tidak menggunakan aksesoris, kesehatan karyawan dan kebersihan kuku dijaga), kebersihan dan sanitasi peralatan pada saat proses berjalan dengan baik, proses dilakukan dengan mengenakan peralatan hygiene (hairnet, sarung tangan, dan masker), dan produk boleh berada pada temperature danger zone (di mana mikroba mudah tumbuh) dalam waktu yang sesingkat mungkin. Selain itu, Anda juga perlu memastikan bahwa prinsip "CLEAN AS YOU GO" selalu dilakukan (seperti sanitasi semua peralatan setelah proses sehingga meminimalkan terjadinya kontaminasi)
Memastikan selalu dilakukannya monitoring produk yang diletakkan di area display untuk memastikan suhu produk selalu terjaga
Melakukan pengepakan sesuai dengan karakteristik produk, penambahan es pada produk (jika dibutuhkan), dan pemisahan kantong plastik antara produk food, nonfood, dan perishable (produk yang mudah rusak, seperti daging dan sayur). Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi terhadap produk food dari produk non food
Membuat desain dan konstruksi bangunan tempat bisnis yang mampu melindungi produk dari potensi kontaminasi lingkungan sekitar dan mudah dibersihkan
Menerapkan manajemen pengendalian hama (pest control) sehingga pest (misalnya tikus, kecoa, dll) tidak mencemari produk
Memfasilitasi karyawan melalui training mengenai food safety sehingga semua karyawan lebih aware akan pentingnya food safety
Pengemasan produk makanan juga berperan dalam mencegah terjadinya kontaminasi makanan. Sesuai dengan fungsi utamanya, pengemasan produk bertujuan untuk mencegah interaksi antara produk pangan dengan lingkungan eksternalnya. Untuk itu, pemilihan bahan pengemas harus dilakukan secara tepat. Dengan kemasan yang tepat, industri bisa pula mengatur produk pangan dalam satuan-satuan atau kelompok- kelompok produk tertentu, misalnya telur dalam satuan lusin, minuman kaleng dalam satuan 6 kaleng, dan lain-lain.
Selain itu, organisasi internasional juga ikut berperan dalam pencegahan kontaminasi pangan. Salah satu organisasi pangan yang berperan dalam pencegahan kontaminasi pangan adalah FAO yang merupakan suatu organisasi dibawah WHO yang khusus menangani masalah mengenai pangan. Dalam mengatasi kontaminasi pangan, FAO telah melakukan banyak upaya untuk mencegah terjadinya kontaminasi makanan yaitu dengan cara menetapkan standard dan melakukan pendekatan untuk mengontrol penyebaran makanan secara domestik yang berpotensi dengan adanya hazard, memberikan edukasi terhadap konsumen agar bisa membedakan antara makanan yang terkontaminasi dan yang tidak, serta mengadakan inspeksi pangan secara rutin dan membangiun kerjasama dengan organisasi yang berkaitan dengan pangan untuk membantu dalam upaya pencegahan kontaminasi makanan.
Selain sektor-sektor maupun organisasi resmi, tokoh masyarakat maupun organisasi lain yang non-formal juga turut berperan dalam pencegahan kontaminasi bahan bangan. Salah satu organi tersebut ada;ah Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan dalam pencegahan kontaminasi pangan dari dengan memberikan sertifikasi halal pada produk pangan yang beredar di Indonesia. Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik yang menyangkut bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, bahan bantu dan bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan iradiasi pangan, dan yang pengelolaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam
Ada tiga hal utama dalam upaya pencegahan kontaminasi yang dilakukan MUI yaitu proses penyembelihan hewan, pencampuran daging halal dengan yang haram, dan penggunaan alkohol dalam pangan. Dalam proses pemotongan hewan, sering dilakukan pemingsanan, sehingga dapat menyebabkan hewan menjadi mati sebelum dipotong.
Alkohol dapat mengontaminasi secara langsung apabila bahan pangan diberi campuran alkohol dalam pembuatannya. Secara tidak langsung dapat melalui beberapa zat pemberi aroma, zat pemberi rasa, zat pewarna, dan lain-lain sering tidak bisa larut dalam air lalu dilarutkan dalam alcohol, serta dalam proses pengemasan dan pengiriman pangan. Sedangkan pencampuran daging yang halal dengan daging lain yang diharamkan dapat beresiko meningkatkan kontaminasi agen biologis yang dapat menularkan penyakit.
2.4 VEKTOR
2.4.1 Definisi Vektor
Menurut Iskandar (1989), Vektor adalah anthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan, menurut WHO (2005), Vektor adalah serangga atau hewan lain yang biasanya membawa kuman penyakit yang merupakan suatu risiko bagi kesehatan masyarakat, sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
Dari beberapa pengertian vektor di atas, pada intinya vektor merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod borne diseases yang merupakan penyakit yang seringkali bersifat endemis atau epidemis yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Hewan-hewan yang termasuk ke dalam vektor penyakit antara lain nyamuk, lalat, kecoa, dan tikus.
Menurut Park & Park, membagi klasifikasi arthropods borne diseases yang terdiri dari hewan-hewan yang sering menjadi penyebab terjadinya penyakit pada manusia sebagai berikut :
Nyamuk (Aedes aegypti, Anopheles gambiae, Culex, dan sebagainya) merupakan vektor dari penyakit malaria, filariasis, demam berdarah, demam hemmoragic.
Lalat merupakan vektor dari penyakit tipus, diare, kolera, gastro-enteritis, anthrax, dan lain-lain.
Lalat pasir merupakan vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi.
Lalar hitam merupakan vektor dari penyakit Oncheocerciasis.
Lalat tse tse merupakan vektor dari penyakit tidur.
Kutu merupakan vektor dari penyakit tipus mewabah, relapsing demam.
Pinjal merupakan vektor dari penyakit pes, endemic typhus.
Sengkenit merupakan vektor dari penyakit rickettsia.
Tungau merupakan vektor dari penyakit tsutsugamushi.
2.4.2 Hospes
Hospes merupakan hewan yang berperan sebagai tempat parasit agar tetap bertahan hidup. Hewan yang berperan sebagai hospes ini biasanya dirugikan dengan kedatangan parasit yang memberikan respon negatif pada parasit. Respon negatif yang muncul dapat dilihat dari aspek klinis dan aspek laboratoris. Dari aspek klinis, respon yang muncul adalah timbulnya kekebalan, sedangkan aspek laboratoris yang muncul adalah peningkatan jumlah sel darah tertentu. Hospes dibagi berdasarkan aktivitas dari parasit itu sendiri. Ada hospes definitif, hospes intermedier, dan hospes paratenik.
Hospes definitif
Hospes definitif merupakan hospes tempat hidup dan perkembangan parasit, serta melakukan reproduksi seksual. Saat parasit melakukan reproduksi seksual, pada hospes muncul fase dispersi atau penyebaran parasit. Contoh dari hospes definitif :
Kucing
Kucing yang merupakan hospes dari Toxoplasma gondii yang reproduksi seksualnnya dapat terjadi di dalam dinding usus kucing dan menghasilkan ookista yang dikeluarkan bersama feses kuncing.
Sapi
Sapi merupakan hospes dari cacing strongil. Sapi terinfeksi cacing strongil dalam bentuk larva stadium ketiga (L3) yang akan berkembang manjadi L4-L5 dan menjadi cacing dewasa di dalam tubuh sapi. Cacing dewasa yang tumbuh di dalam tuubuh sapi akan kawin dan menghasilkan telur yang akan dikeluarkan bersama dengan feses sapi.
Nyamuk Anopheles
Nyamuk anopheles merupakan hospes dari plasmodium. Di dalam tubuh nyamuk plasmodium melakukan reproduksi seksual dan menghasilkan sporooit yang infektif. Penyebaran plasmodium tidak disebabkan oleh sporozoit, melainkan dilakukan oleh hospesnya sendiri yaitu nyamuk anopheles.
Hospes Intermedier
Hospes intermedier merupakan hospes yang berfungsi sebagai tempat parasit menyempurnakan sebagian siklus hidupnya hingga stadium infektif terhadap hospes definitifnya. Hospes intermedier ini merupakan hospes yang menjadi perantara tertularnya penyakit parasit. Contoh hospes intermedier antara lain:
Babi
Babi merupakan hospes intermedier Taenia solium pada manusia. Cacing pita ini menginfeksi babi ketika babi memakan telur cacing pita yang ada pada feses manusia. Telur yang masuk ke dalam tubuh babi akan menetas di dalam usus dan berubah menjadi onkosfer yang kemudia masuk ke aliran darah dan akan berkembang menjadi sistiserkus di jaringan tubuh babi. Sistiserkus ini merupakan stadium infektif untuk manusia yang berperan sebagai hospes definitif Taenia solium.
Lymnea rubigenosa
Lymnea rubigenosa merupakan genus dari keong dan berperan sebagai hospes intermedier dari Fasciola gigantica atau cacing hati pada hati sapi. Keong ini terinfeksi oleh larva yang berasal dari telur Facsciola yang menetas yang disebut mirasidium yang akan berkembang secara aseksual dan menghasilkan serkaria yang infektif terhadap sapi.
Pinjal anjing
Pinjal merupakan serangga yang termasuk ordo Siphonaptera. Pinjal merupakan serangga parasit yang ditemukan pada hewan namun terkadang ada pada manusia. Pinjal menghisap darah dari inang yang ditumpanginya. Pinjal pada anjing merupakan hospes intermediet Ctenocephalus canis atau cacing biji ketimun. Larva pinjal terinfeksi cacing biji ketimun apabila memakan telur cacing tersebut. Telur cacing mengandung embrioheksasan menetas menjadi onkosfer di dalam lambung larva pinjal yang kemudian akan berkembang menjadi sistiserkoid di dalam jaringan pinjal dewasa dan sistiserkoid ini merupakan stadium infektif bagi anjing.
Hospes Paratenik
Hospes paratenik merupakan hospes yang di dalamnya tidak terjadi perkembangan parasit muda yaitu hospes ini tidak mendukung atau menghalangi parasit dalam menyelesaikan siklus hidupnya. Hospes paratenik ini merupakan bagian dari rantai pakan hosped definitifnya dan biasanya terletak di antara stadium infektif parasit dengan hospes definitif atau antara hospes intermedier parasit dengan hospes definitifnya. Contoh dari hospes paratenik adalah Toxocara cati dimana manusia merupakan hospes paratenik Toxocara cati yang merupakan ascaris pada kucing. Jika telur yang sudah matang termakan oleh manusia maka telur tersebut akan menetas dan menjadi larva namun tidak pernah berkembang lebih lanjut lagi.
2.4.3 Reservoir
Hewan reservoir merupakan hewan yang menjadi tempat tumbuh dari berkembang biak organisme yang infeksius. Apabila hewan yang terinfeksi patogen menularkan pada manusia, maka disebut zoonosis. Makhluk hidup yang dapat menjadi reservoir di antaranya adalah manusia, hewan, arthropoda, dan lainnya.
Tabel 4. Hewan yang Berperan Sebagai Reservoir
Hewan
Penyakit
Tikus
PES (Plaque)
Anjing
Rabies
Sapi
Bovine Tuberculosis
Tikus
Leptospirosis
Babi / Sapi / Domba
Virus Japanese Encephalitis
Babi
Trichinosis
Anjing
Hidatosis
2.4.4 Vektor Nyamuk
Malaria
Masa inkubasi penyakit malaria adalah 10 – 40 hari. Penyakit malaria tidak akut plasmodium vivax , ovale, dan malariare. Gejala awal pada dewasa adalah demam panas dingin, menggigil, nyeri otot, lesu dan lemah, dan muntah. Contoh penyakit malaria plasmodium falciparum akut :
Gejala awal pada anak-anak :
Koma, kejang-kejang, kejang otot yang menyebabkan tubuh melengkung
Gagal ginjal, dan jumlah urin yang sangat sedikit (kurang dari 400ml per hari)
Cairan pada paru-paru
Pernapasan dangkal, dan kekurangan oksigen.
Komplikasi lanjutan pada orang dewasa :
Kencing darah
Demam tinggi (lebih dari 40 derajat celcius)
Kejang
Syok
Pendarahan
Koma
Demam Berdarah
Gejala demam berdarah dengue atau DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue ini dalam penyebaran membutuhkan nyamuk aedes yntuk menularkannya ke manusia.
Gejala DBD yang dirasa oleh pasien adalah :
Demam yang mendadak tinggi sekitar 2 – 7 hari. Terkadang demam akan turun di hari ke 3 atau ke 4
Mulai muncul ruam pada kulit
Nyeri yang dirasakan di belakang mata
Manifestasi pendarahan yang ditandai dengan bintik merah kehitaman pada kulit yang direnggangkan warna akan tetap terlihat
Pada pemeriksaan laboratorium, trobosit dibawah 100.000/ul
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)
Penyakit filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing parasit nemtoda dan infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada tukai bawah kaki dan dikenal sebagai penyakit kaki gajah.
Gejala yang terjadi :
Mual
Nyeri Otot
Sakit Kepala
Demam dengan Menggigil
Sensitif Terhadap Cahaya Terang
Pembesaran Kelenjar Getah Bening
Pembengkakan di Daerah Cacing Berkembang
Demam Chikungunya
Masa inkubasi dari Chikungunya yaitu antara 2 – 4 hari.
Gejala yang ditimbulkan :
Demam tinggi
Sakit perut
Mual
Muntah
Sakit kepala
Nyeri sendi dan otot
Bintik-bintik merah di badan dan tangan
2.4.5 Vektor Lalat
Estamoeba dysenteriae
Vektornya adalah musca domestica (lalat rumah) dan kecoa. Penularan terjadi karena makanan atau minuman yangterkontaminasi oleh kista yang dibawa oleh vektor.
Gejala yang dapat ditimbulkan antara lain :
Sering buang air besar
Fesesnyasedikit-sedikit dengan lendir dan darah
Biasanya disertai rasa sakit diperut (kram perut)
Biasanya tidak demam
Penyakit kala-azhar
Vektornya adalah lalat penghisap darah pheblotomus sp. Gejalanya antara lain :
Deman tinggi
Menggigil
Muntah-muntah
Terjadi pengurusan badan
Hepar bengkak
Penyakit leishmaniasis
Vektornya adalah lalat penghisap darah pheblotomuss. Gejalanya yaitu :
Terjadinya kupulan ditempat gigitan
Kulit tertutupikerak
Keluarnya exudate yang lengket
Terjadinya kerusakan jaringan
2.4.6 Nyamuk Aedes
Siklus hidup
Siklus hidup nyamuk dari genus Aedes memiliki 4 tahap perkembangan, yaitu
Telur
Telur berbentuk elips berwarna hitam dengan panjang 0,5 mm. Nyamuk betina bertelur pada permukaan air yang bersih, misalnya pada tempat kaleng bekas, tempat penampungan air dan lain sebagainya. Rata-rata nyamuk betina dapat bertelur sampai 100 butir telur. Telur-telur ini dapat bertahan dalam kondisi kekeringan. Telur menetas dalam waktu 1-2 hari menjadi larva.
Larva
Pada tahap ini, air yang cukup dibutuhkan agar larva dapat bertahan. terdapat 4 tahapan perkembangan yang disebut dengan instar. Kondisi larva saat berkembang mempengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan, misalnya bila larva makan makanan yang berlebih maka akan menghasilkan nyamuk dewasa yang rakus.
Waktu yang dibutuhkan dari instar 1 sampai ke instar 4 sekitar 5 sampai 7 hari. Setelah mencapai instar 4, larva menjadi pupa.
Pupa
Tahap pupa ini merupakan masa dorman (inaktif atau tidur). Ciri fisik pada pupa ini yaitu cephalothorax lebih besar daripada perut. Setelah 1 sampai 2 hari, pupa akan berubah menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk dewasa
Nyamuk dari genus Aedes berwarna hitam dengan bintik putih sehingga sering disebut dengan tiger mosquito. Nyamuk betina memiliki ukuran yang lebih besar daripada nyamuk jantan.
b. Jenis tempat perkembangbiakan
Tempat perindukan atau perkembangbiakan nyamuk ini berupa tempat-tempat penampungan air buatan (man-made), seperti tangki air, bak mandi, bak WC, drum, tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga dan potongan bambu yang mengapung di air.
c. Kebiasaan makan dan menggigit
Bersifat antropofilik yaitu menyerang manusia
Menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat sehingga mempercepat penyebaran virus dengue
Lebih banyak menghisap darah di siang hari dengan puncaknya pada jam 8.00-10.00 dan 15.00-17.00
Lebih banyak menggigit darah manusia di dalam daripada di luar rumah
Bersifat multiple feeding yaitu menghisap darah beberapa kali sampai kenyang pada siklus gonotropik
Bersifat diurnal atau aktif dari pagi hari sampai siang hari
d. Jarak terbang
Beberapa faktor dapat mempengaruhi penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina, termasuk ketersediaan tempat untuk bertelur dan ketersediaan darah. Akan tetapi, tempat tersebut memiliki batasan hingga 100 m dari lokasi kemunculan.
e. Tempat istirahat
Setelah menggigit, nyamuk genus Aedes akan menunggu pematangan telurnya pada tempat-tempat yang gelap, lembab, sedikit angin, misalnya pada kolong tempat tidur atau furnitur lainnya, pakaian yang digantung, kelambu, dan lain sebagainya.
2.4.7 Nyamuk Anopheles
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P.vivax, P. falciparum dan P. ovale. Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina dari Anopheles, sehingga terjadi infeksi pada sel darah merah oleh Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles, transfusi darah, dan suntikan dengan jarum yang sebelumnya telah digunakan oleh penderita malaria.
Siklus hidup
Semua nyamuk, khususnya Anopheles memiliki empat tahap dalam siklus hidupnya yaitu, telur, larva, kepompong, dan nyamuk dewasa. Pada umumnya nyamuk Anopheles sp mengalami metamorfosis sempurna, yaitu mulai dari telur, jentik, kepompong/pupa-nyamuk (dewasa). Stadium telur, jentik dan pupa hidup di dalam air, sedangkan nyamuk dewasa hidup di udara/darat. Dengan demikian nyamuk dewasa Anopheles sp mempunyai dua alam kehidupan, yaitu kehidupan didalam air dan kehidupan di udara/didarat. Kelangsungan hidup nyamuk Anopheles sp akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk Anopheles dewasa betina adalah jenis yang dapat menjadi vektor penular penyakit malaria dan dapat bertahan hidup selama sebulan. Dalam siklus (daur hidup) nyamuk mengalami metamorfosis sempurna sebagai berikut :
Nyamuk Anopheles. Sumber: CDC. Life Cycle of the Malaria Parasite
Telur nyamuk
Nyamuk betina meletakan telurnya sebanyak 50 - 200 butir sekali bertelur. Telur-telur itu diletakan di dalam air dan mengapung di tepi air. Telur tersebut tidak dapat bertahan di tempat yang kering. Dalam 2- 3 hari telur nymuk akan menetas menjadi larva.
Telur nyamuk Anopheles. Sumber: CDC. Life Cycle of the Malaria Parasite.
Larva nyamuk
Larva nyamuk memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari makan, mereka belum memiliki kaki. Perbedaan nyamuk Anopheles dengan nyamuk yang lainnya, larva Anopheles tidak mempunyai saluran pernapasan, sehingga posisi badan sejajar dengan permukaan air. Larva bernafas dengan lubang angin pada perut dan oleh karena itu harus berada di permukaan air mereka hanya menyelam di bawah permukaan ketika terganggu. Kebanyakan larva memerlukan makan pada alga, bakteri dan mikroorganisme lainya di permukaan air.
Larva berkembang melalui 4 tahap atau instar, yaitu : telur, larva mengalami metamorfosis menjadi kepompong dan nyamuk dewasa. Dalam setiap akhir stadium larva selalu berganti kulit, dan meninggalkan eksoskeleton atau kulit untuk tumbuh lebih lanjut.
Larva nyamuk Anopheles umumnya ditemukan di air jernih atau air payau yang memiliki kadar garam, rawa bakau, di sawah, selokan yang ditumbuhi rumput, di pinggir sungai, dan digenangan air hujan. Banyak spesies lebih suka hidup di habitat dengan tumbuhan air. Habitat lainya lebih suka sendiri. Beberapa jenis larva Anopheles lebih suka di alam terbuka, digenangan air yang terkena sinar matahari. Waktu yang di perlukan untuk pertumbuhan larva menjadi kepompong adalah 8-10 hari, tergantung suhu, makan dan spesies nyamuk.
Larva nyamuk Anophele posisi sejajar dipermukaan air. Sumber: Google. Anopheles.Annulipes Larva
Kepompong
Kepompong terdapat dalam air dan tidak memerlukan makanan tetapi memerlukan udara. Pada kepompong belum ada perbedaan antara jantan dan betina. Kepompong menetas dalam waktu 1-2 hari menjadi nyamuk, dan pada umumnya nyamuk jantan lebih dulu menetas dari pada nyamuk betina. Lamanya dari telur berubah menjadi nyamuk dewasa bervariasi tergantung spesiesnya dan dipengaruhi oleh panasnya suhu. Nyamuk bisa berkembang dari telur ke nyamuk dewasa paling sedikit membutuhkan waktu 10 - 14 hari.
Kepompong nyamuk Anopheles Sumber: Google. Anopheles Annuli Pupa.
Nyamuk dewasa
Semua nyamuk, khususnya Anopheles dewasa memiliki tubuh yang kecil dengan tiga bagian yaitu : kepala, torax dan abdomen (perut). Nyamuk Anopheles dapat dibedahkan dari nyamuk lainya, dimana proboscisnya hampir sama panjang dengan palpus dan adanya sisik hitam dan putih pada sayapnya. Nyamuk Anopheles juga dapat dibedahkan dari posisi beristirahatnya yang khas yaitu nyamuk jantan dan betina waktu istirahat (hinggap) posisi perut menungging, sedangkan (perut). nyamuk lainya datar (sejajar dengan permukaan).
Jenis breeding place (tempat berkembangbiak)
Tempat perindukan Anopheles sangat luas mulai dari pantai (misalnya tambak, kolong/lagun), dataran rendah pedalaman (sawah, saluran irigasi), sampai ke pegunungan (sungai). Populasi Anopheles sundaicus di daerah air payau akan meningkat bila tanaman bakau tidak dilestarikan.
Kebiasaan makan/menggigit
Anopheles punctulatus, nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam, tetapi paling banyak tertangkap pada waktu pukul 22.00 sampai 02.00. Anopheles koliensis aktif mencari darah sepanjang malam, tetapi paling banyak ditangkap antara pukul 18.00 – 21.00. Lebih banyak di tangkap di luar rumah dari pada didalam rumah. Pada siang hari dapat ditemui baik di dalam maupun di luar rumah.
Beberapa spesies nyamuk bersifat antropofilik (lebih tertarik manusia) dan yang lain bersifat zoofilik (lebih menyukai hewan). Anopheles mempunyai kebiasaan menggigit manusia dan hidup cukup lama untuk memberi waktu yang diperlukan oleh parasit malaria untuk menyelesaikan siklus hidupnya sampai menghasilkan bentuk infektif, dan sesudah itu menggigit manusia lagi.
4. Jarak terbang
Anopheles punctulatus jarak terbang 2 km. Ketinggian hinggap didalam rumah kurang satu meter dari lantai. Anopheles koliensis dengan jarak terbang kurang lebih 1,5 km.
5. Tempat istirahat
Anopheles bancrofti tempat peristirahatannya di rumah pada pagi atau siang hari banyak ditemukan dalam rumah. Anopheles koliensis di luar rumah tempat istirahatnya di batang pohon pisang, di bawah rumput-rumputan yang lembab dan teduh.
2.4.8 Nyamuk Culex
Siklus Hidup
Telur
Nyamuk betina dapat menghasilkan hingga 100 telur dan ditaruh diatas air secara bergerombol sehingga dapat mengapung dan daa bertahan selama 6 hari. 2 hari kemudian, telur berubah menjadi jentik
Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya hewan predator. Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai dewasa kurang lebih 5 hari.
Pupa
Merupakan stadium akhir dari nyamuk di dalam air. Fase ini berlangsung satu atau 2 hari akan tetapi untuk menjadi nyamuk dewasa diperlukan 2-5 hari. Fase ini sang pupa tidak memerlukan makanan dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk dewasa.
Dewasa
Setelah keluar dari pupa, nyamuk jantan dan betina akan kawin.nyamuk betina yang sudah dibuahi amat membutuhkan darah untuk sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur. Untuk itu akan dihisapa darah selama selang waktu 24-36 jam
Jenis breeding place
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak air yang kotor dan tercemar yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan.
Kebiasaan mengigit
Hanya nyamuk dewasa dan benita lah yang mengigit dan menghisap darah manusia dan hewan sdangkan nyamuk dewasa jantan menghisap sari makanan pohon. Nyamuk dewasa betina harus cepat mndapatkan darah karena jika tidak dapat akan menyebabkan kematian telur dan induknya. Nyamuk culex sp bersifat antrofilik maupun zoofilik.
Waktu
Nyamuk culex sp suka menggigit manusia dan hewan ketika malam hari
Jarak terbang
Seekor nyamuk culex sp mempunyai radius terbang 1-2 km sedangkan jika terbawa angin dapat terbawa hingga puluhan kilometer
Tempat
Kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar rumah nyamuk Culex sp hampir sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan kepadatan menggigit di dalam rumah (47,14%)
2.4.9 Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Nyamuk dalam Keseluruhan Siklus Hidup Nyamuk
Suhu yang rendah biasanya memperlambat perkembangan dan dapat menghentikan pertumbuhan seutuhnya. Berikut ini pengaruh suhu terhadap siklus hidup beberapa jenis nyamuk:
Anopheles
Tahap telur
Kondisi yang mendukung: pada air yang menggenang dan semi menggenang tetapi ada beberapa yang mengunakan kolam sementara atau habitat berwadah seperti ban yang tidak terpakai.
Tahap Larva dan Pupa
Nyamuk Anopheles memakan binatang jenis lain pada permukaan air. Untuk lava anopheles kondisi yang menguntungkan adalah selama musim panas.
Tahap Nyamuk Dewasa
Nyamuk Anopheles dewasa merupakan mahluk berdarah dingin (cold blooded animal) atau poikilothermic yaitu suhu tubuhnya bervariasi dipengaruhi langsung oleh suhu lingkungannya atau dapat disesuaikan tetapi pada rentang yang sempit. Temperatur berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan (development) serta kematian. faktor kelembaban udara juga mempengaruhi umur nyamuk. Pada kelembaban udara <60% umur nyamuk akan menjadi pendek, nyamuk akan cepat payah, kering dan cepat mati.
Culex
Nyamuk Culex merupakan nyamuk yang pola hidupnya mirip dengan aedes aegypti. Mereka sangat suka hinggap di pakaian-pakaian yang anda taruh di tempat sembarangan. Nyamuk ini juga bisa menularkan penyakit dengan mudah, semisal, apabila nyamuk ini menggigit prang yang memiliki bibit filariasis dalam tubuhnya, bibit tersebut akan terbawa dalam sengatannya dan apabila nyamuk tersebut menggigit orang lain, bisa dipastikan nyamuk tersebut akan menularkan penyakit yang dia dapatkan dari orang sebelumnya kepada orang yang baru saja digigitnya. Hal ini tentu saja sangat berbahaya karena bisa menyebabkan tubuh kita yang pada awalnya tidak mengalami apa-apa alias normal-normal saja mendadak akan terserang penyakit yang bisa membayahakan bagi tubuh kita.
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu yang tinggi akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya bisa menjadi lebih cepat tetapi apabila suhu di atas 350C akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk berkisar antara 200C – 300C. Suhu udara mempengaruhi perkembangan virus dalam tubuh nyamuk
Aedes Aegyepti
Tahap Telur
Nyamuk aedes meletakkan telur mereka pada permukaan yang lembap seperti pada batu, tanah, tumbuhan atau pada permukaan air pada lubang lubang dinding pohon atau wadah. Beberapa meletakkan telurnya di bawah reruntuhan atau di celah retakan tanah. Aedes biasanya ditemukan pada genangan air sementara atau pada habitat habitat dimana tingkat genangan air yang berfluktuasi.
Tahap Larva dan Pupa
Telur nyamuk Aedes aegypti akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Tempat yang sesui dengan kondisi optimum adalah didalam air dengan suhu 20-40 oC. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti temperatur, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di dalam tempat perindukan. Larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi pertumbuhan dan perkembangan dari telur, larva, pupa sampai dewasa memerlukan waktu 7-14 hari.
Tahap Nyamuk Dewasa
Menurut Depkes RI (2007), berdasarkan kebiasaan nyamuk betina mencari mangsa di siang hari. Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti dimana nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah (10oC) tetapi proses metabolismenya menurun atau bahkan berhenti bila suhu sampai di bawah suhu (4,5oC) pada suhu yang lebih tinggi dari 350C mengalami keterbatasan proses fisiologis.
2.4.10 Cara Memutuskan Rantai Penularan Penyakit yang Ditularkan oleh Vektor Nyamuk (Pada Simpul 1, 2, 3, 4)
Simpul 1
Simpul 1 dalam proses kejadian penyakit adalah sumber agen dari sebuah penyakit, contohnya adalah penyakit demam berdarah dengue. Agen dari penyakit tersebut adalah virus dengue. Untuk memutuskan rantai penularan penyakit pada simpul 1 ini, masih belum bisa dilakukan. Karena sampai saat ini vaksin dengue masih dalam tahap pengembangan. Sampai saat ini, terdapat empat jenis vaksin yang telah dikembangkan yaitu LAV, vaksin chimera, vaksin DNA dengue, dan vaksin DENV terinaktifasi. Vaksin itu mampu menghasilkan respons imun protektif terhadap ke-4 tipe DENV. Uji klinis masih terus dilakukan untuk mengembangkan vaksin secara optimal. Pada tahun 2015, LAV akan rampung dan siap dipasarkan sesuai rekomendasi WHO dalam pengembangan vaksin.
Simpul 2
Simpul 2 dalam proses kejadian penyakit adalah vector. Pada DBD virus dibawa oleh nyamuk dari spesies Aedes yaitu Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Cara untuk memutuskan rantai penularan penyakit pada simpul ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Dengan cara kimia
Cara ini dapat dilakukan untuk nyamuk dewasa maupun larva. Untuk nyamuk dewasa saat ini dilakukan dengan cara pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging = Ultra Low Volume). Pemberantasan nyamuk dewasa tidak menggunakan cara penyemprotan pada dinding (residual spraying) karena nyamuk Ae. aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu dan pakaian yang tergantung. Untuk pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida yang disemprotkan di dalam kamar-kamar atau ruangan misalnya, golongan organophospat atau pyrethroid synthetic. Untuk pemberantasan larva dapat digunakan abate 1% SG. Cara ini biasanya digunakan dengan menaburkan abate ke dalam bejana tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah adanya jentik selama 2 - 3 bulan.
Pengelolaan lingkungan
Pembersihan sarang nyamuk (PSN). Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukan. PSN ini dilakukan dengan:
Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air lain sekurang-kurangnya seminggu sekali.
Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan tempat air lain.
Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu sekali.
Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas seperti kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.
Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan tanah.
Membersihkan air yang tergenang di atap rumah.
Memelihara ikan, seperti ikan gabus dan ikan kepala timah.
Simpul 3
Simpul 3 berisi komunitas dan perilaku seseorang. Berikut adalah langkah umum untuk memutuskan rantai penularan penyakit pada simpul ini, yaitu:
Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, dan gunakan obat penangkal nyamuk yang mengandung DEET pada bagian tubuh yang tidak terlindungi.
Gunakan kawat nyamuk atau kelambu di ruangan tidak berAC.
Pasang obat nyamuk bakar ataupun obat nyamuk cair/listrik di tempat yang dilalui nyamuk, seperti jendela, untuk menghindari gigitan nyamuk.
Tidak tidur di siang hari karena nyamuk demam berdarah ini aktif disiang hari.
Jangan membangun tempat tinggal dihabitat nyamuk DBD.
Simpul 4
Jika dalam kasus DBD seseorang telah terinfeksi virus, maka hal yang perlu dilakukan adalah memutuskan rantai penularan penyakit pada pencegahan sekunder dan tersier.
Pencegahan Sekunder: Penemuan, pertolongan dan pelaporan penderita DBD dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat
Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala-gejala DBD maka, pertolongan pertamanya yaitu memberikan kompres dingin, banyak minum, dan berikan obat penurun panas, serta membawanya ke unit kesehatan. Setelah mendapat laporan, selanjutnya unit kesehatan melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit di lokasi penderita dan sekitarnya untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Pencegahan Tersier: Pemberian cairan intravena yang diberikan pada penderita saat kondisinya tidak memungkinkan untuk diberikan cairan melalui oral, Oksigen tambahan dapat diberikan pada penderita yang mengalami renjatan yang disertai sianosis, Pemberian antibiotik jika diduga ada infeksi sekunder, dan Transfusi darah diberikan pada keadaan manifestasi perdarahan yang nyata
2.4.11 Sektor yang Berperan dalam Pemutusan Rantai Penyakit
Sektor Pemerintahan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan merupakan komponen aktif yang berperan penting pada pemutusan rantai penularan penyakit oleh vektor nyamuk. Kementerian Kesehatan menaungi Dinas Kesehatan setiap daerah yang mempunyai kewenangan resmi untuk membuat program-program penanggulangan penyakit oleh vektor nyamuk berbasis lingkungan dan pengobatan serta pencegahan (penyuluhan, pengendalian, dan pemberian gizi). Kementerian Kesehatan juga memiliki peran sebagai penyandang dana agar program yang dibuat dapat berjalan secara baik. Di dalam kementerian kesehatan juga terdapat petugas kesehatan yang berperan secara teknis dalam penanggulangannya. Penanggulangannya bisa dilakukan dengan pemutusan siklus hidup yang perlu diperhatikan kebiasaan nyamuk (entomolog) tersebut agar langkah yang diambil merupakan langkah yang tepat.
Kementerian Lingkungan Hidup
Kementerian Lingkungan Hidup sebagai salah satu organisasi pemerintah yang memiliki salah satu misi untuk mencegah kerusakan lingkungan secara tidak langsung memiliki peran dalam pengendalian vektor penyakit. Kementerian Lingkungan Hidup memiliki peran dalam pemutusan rantai penyakit karena dengan mencegah kerusakan lingkungan juga berarti mencegah mencegah menyebarnya vektor penyebab penyakit.
Vektor penyakit, khususnya nyamuk, yang kebanyakan muncul dikarenakan keseimbangan lingkungan yang terganggu sehingga menyebabkan vektor menjadi berubah sifat seperti misalnya semakin ganas dikarenakan kerusakan lingkungan yang terjadi. Vektor penyakit ini juga mungkin dapat melakukan kontak dengan manusia dikarenakan habitat vektor tersebut telah rusak sehingga vektor tersebut mencari habitat lain (habitat manusia) sebagai tempat tinggal atau mungkin manusia yang menjadikan habitat vektor tersebut sebagai tempat tinggal sehingga vektor penyakit dapat melakukan kontak dengan manusia.
Lingkungan yang dijadikan sasaran pengendalian oleh Kementerian Lingkungan Hidup untuk tahun 2014 adalah:
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Perkotaan (Kota Metropolitan, Kota Besar, Kota Sedang, dan Kota Kecil)
Ekosistem Pulau
Pemda
Pemerintah daerah (Pemda) setempat memiliki peran penting dalam pemutusan penularan penyakit oleh vektor nyamuk terutama pada daerah endemik. Peran pemerintah daerah antara lain dilakukan dengan tindakan preventif seperti:
Mengeluarkan surat edaran kewaspadaan penyakit kepada semua kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Kampanye gerakan pembersihan sarang nyamuk (penyebaran poster, ceramah klinik penyegaran tata laksana kasus, maupun membahas penanganan dan antisipasi dari penyakit).
Memfasilitasi teknis dan pengamatan kasus di daerah endemis, membagikan bubuk abate dan malathion untuk pengasapan ke kabupaten/kota, selain juga memberikan bantuan cairan infuse.
Kebijakan pemerintah melalui PSN dalam mengendalikan tempat perindukan telah ditetapkan dan disosialisasikan melalui berbagai media.
Usaha promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat.
Pengumpulan data kasus dari RS, puskesmas, klinik swasta, pengumpulan data dengan mengunjungi rumah penderita, dan pencarian kasus baru, serta pengamatan terhadap perilaku masyarakat disertai penaburan abate.
Mengembangkan sistem kerja deteksi dini
Organisasi Internasional
WHO dalam mempromosikan pemutusan rantai vektor penyabab penyakit dengan cara pendekatan strategis yang dikenal dengan Integrated Vector Management (IVM) untuk mengendalikan vektor nyamuk, seperti demam berdarah yang ditularkan melalui vektor nyamuk. IVM memerlukan pembentukan prinsip, kriteria dan prosedur pengambilan keputusan bersamaan dengan kerangka waktu dan target. Lima elemen kuci keberhasilan pelaksanaan IVM adalah:
Advokasi, mobilisasi sosial, kontrol peraturan untuk kesehatan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat.
Kerja sama antara sektor kesehatan dengan sektor lain.
Integrasi pengendalian vektor kimia dan non-kimia, dan integrasi dengan tindakan pengendalian vektor lainnya.
Pengambilan keputusan berbasis bukti.
Pengembangan sumber daya manusia yang memadai.
Sektor Pendidikan
Kepala Sekolah
Kepala sekolah bertugas untuk memberdayakan setiap warga sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam upaya pemutusan rantai penularan penyakit oleh nyamuk. Misalnya dengan rutin melaksanakan piket kelas setiap hari, mengadakan acara kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah setiap minggunya, dll.
Guru – guru dan pembina UKS
Sebagai penggerak pelaksanaan dari kebijakan yang telah ditetapkan sekolah, guru mempengaruhi secara langsung dalam melakukan intervensi kepada siswa karena sebagai pembimbing, pengajar, dan pelatih, guru dihormati dan dipatuhi oleh anak didiknya. Selain itu, lewat mata pelajaran biologi guru-guru juga menjelaskan mengenai cara penularan penyakit lewat vektor nyamuk dan dampak negatifnya serta dijelaskan juga bagaimana upaya penanggulangannya sehingga siswa dapat paham mengapa harus selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekolah.
KKR (Kader Kesehatan Remaja)
KKR (Kader Kesehatan Remaja) misalnya dokter kecil, dapat dijadikan sebagai media yang dapat menjembatani siswa lainnya untuk berperilaku yang sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan, tentunya setelah dibekali pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang segala hal yang berkaitan dengan kesehatan baik pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan maupun pembinaan lingkungan sekolah sehat dengan melibatkan instansi kesehatan seperti puskesmas ataupun dinas kesehatan. Dokter kecil dapat mempengaruhi teman-temannya untuk mengikuti kegiatan yang mendukung pencegahan penularan penyakit oleh vektor nyamuk di sekolah karena, dengan usia yang sebaya, kecenderungan untuk melakukan komunikasi dan bertukar pikiran akan lebih mudah.
Masyarakat
Masyarakat berperan penting dalam upaya pemberantasan vektor nyamuk penyabab penyakit. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu, upaya pengendalian lingkungan dengan cara menguras bak mandi seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air, membersihkan perkarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang bagi nyamuk, menutup lubang-lubang pada bamboo pagar dan lubang pohon dengan tanah, membersihkan air yang tergenang di atap dan memelihara ikan. Upaya dengan melakukan fogging secara rutin dan menggunakan abate dapat dilakukan juga oleh masyarakat dalam upaya memutus daur hidup nyamuk.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia dan lingkungannya memiliki keterikatan yang kuat, khususnya dalam menjaga kesehatan. Dalam kejadian suatu penyakit di masyarakat, media transmisi memiliki peran yang signifikan. Untuk itu dinamika perjalanan agen penyakit yang menumpang di dalam media harus dipelajarii, diikuti perjalanannya sedemikian rupa sehingga bisa diketahui kapan saat kontak dengan manusia atau masyarakat, berapa jumlah agen penyakit yang kontak dengan masyarakat, serta bagaimana cara pengendaliannya. Diantara berbagai komponen lingkungan, hanya ada lima media yang dapat berperan untuk memindahkan atau mentransmisikan agen penyakit dari sumbernya ke target population atau population at risk. Kelima media tersebut adalah air, udara, pangan, serangga atau vektor dan manusia itu sendiri. Media dikatakan memiliki potensi untuk menimbulkan penyakit apabila dalam media tersebut terdapat sejumlah agen penyakit baik secara tunggal maupun kombinasi. Ada tiga kelompok agen penyakit, yaitu mikroorganisme, zat kimia beracun, dan agen fisik. Salah satu atau ketiganya, baik tunggal atau gabungan beberapa jenis di dalamnya dapat mengontaminasi media dan menimbulkan gangguan penyakit.
3.2 Saran
Tak hanya pemerintah yang harus mengawasi keamanan dan kesehatan lingkungan khususnya di Indonesia ini, namun masyarakat sendirilah yang harus memperhatikan dan menjaga kesehatan lingkungan terdekatnya. Harus ada sinergi antara masyarakat dan pemerintah agar setiap program maupun kebijakan dapat dijalankan dengan baik. Masyarakat harus membangun kesadaran untuk mencegah dari setiap kemungkinan buruk yang dapat menganam keselamatan dan kesehatan dirinya. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan program kesehatan, harus dapat menjalankannya secara tegas dan tertata dengan baik. Dengan adanya kerjasama tersebut, kemungkinan buruk dapat dicegah lebih dini.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. 2011. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Anonymous. 2009. Sumber dan Bahan Pencemar Air. Tersedia di Diakses 16 Oktober 2014 Pukul 02.12 WIB
Anonymous. Clostridium perfringens. [Online] Available at : http://www.food-info.net/id/bact/clper.htm [Accessed 20 October 2014]
Anonymous. 2014. Jenis Kontaminasi Makanan. [Online] Available at : http://www.indonesian-publichealth.com/2014/02/jenis-kontaminasi-makanan.html [Accessed 20 October 2014]
Anon. 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. [online] Available at: http://ppvt.setjen.deptan.go.id/ppvtpp/downlot.php?file=Pembinaan_Penggunaan_Pestisida.pdf. [diakses pada 21 oktober 2014].
Anonymous. 2013. Penyakit yang Disebabkan Cacing Pita. [Online] Available at : http://www.medkes.com/2013/04/penyakit-yang-disebabkan-cacing-pita.html [Accessed 20 October 2014]
Anonymous. Salmonellosis. [Online] Available at : http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-pdfs/diseases-and-conditions/7190/doh-7190-ind.pdf [Accesse 20 October 2014]
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Kerangka Konsep SisPOM. [Online] Tersedia di: http://www.pom.go.id/new/index.php/view/kerangkakonsep. [Diakses 22 Oktober 2014]
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Penyakit yang disebabkan oleh Nyamuk dan Cara Pencegahannya serta Target yang akan dicapai oleh Pemerintah. [Online] Tersedia di: http://pppl.depkes.go.id/berita?id=1374. [Diakses 22 Oktober 2014]
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. 2006. Laporan Kajian Kebijakan Kebijakan Penanggulangan Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. [Online] Tersedia di: http://kgm.bappenas.go.id/document/makalah/18_makalah.pdf. [Diakses 16 Oktober 2014]
Hariyadi, P. 2008. Pengemasan Pangan: "You Don't Get a Second Chance to Make a First Impression". [Online] Tersedia di: http://www.researchgate.net/profile/Purwiyatno_Hariyadi2/publication/259256049_Pengemasan_Pangan_You_dont_get_second_chance_to_make_a_first_impression/links/02e7e52a99f074df2d000000?origin=publication_detail. [Diakses 22 Oktober 2014]
Indonesian-Public Health. 2013. Indikator Kualitas Biologis Air Bersih. [Online] Available at : http://www.indonesian-publichealth.com/2013/03/indikator-kualitas-biologis-air-bersih.html [Accessed 13th October 2014].
Kementrian Pekerjaan Umum. Menyiasati Dampak Perubahan Iklim terhadap Ketersediaan Air. [Online] Tersedia di: http://pustaka.pu.go.id/new/artikel-detail.asp?id=320 [Diakses 13 Oktober 2014]
Kementerian Pertanian. 2014. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kementerian Pertanian 2014. [Online] Tersedia di: http://www.pertanian.go.id/sakip/admin/data/RKT_KEMENTAN_2014.pdf. [Diakses 22 Oktober 2014].
Kementerian Pertanian. 2014. Visi dan Misi. [Online] Tersedia di: http://www.pertanian.go.id//ap_pages/detil/2/2014/04/11/09/38/19/Visi-dan-Misi. [Diakses 22 Oktober 2014]
Khaqim, a. (n.d.). SAFETY FOOD (Keamanan Pangan. [online] Academia.edu. Available at: http://www.academia.edu/7861119/SAFETY_FOOD_Keamanan_Pangan [Accessed 21 Oct. 2014].
Lubis, S. 2004. Sanksi Pidana UU Perlindungan Konsumen. [online] Available at: http://www.kantorhukum-lhs.com/1?id=Sanksi-Pidana-UU-Perlindungan-Konsumen. [Diakses 21 Oktober 2014].
National Park Service U.S. Department of the Interior. (2013). Sulfur Dioxide Effects on Health.[Online] Available at : http://www.nature.nps.gov/air/AQBasics/understand_so2.cfm [Accessed on October 11th 2014 at 8:20 p.m]
Natural Resources Defense Council, (2012). How to Clean Up Our Water: Ten Simple Ways You Can Help Reduce Pollution and Runoff. [online] Available at: http://www.nrdc.org/water/pollution/gsteps.asp [Accessed 13 Oct. 2014].
New South Wales Government. Hepatitis A. [Online] Available at : http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-pdfs/8380/doh-8380-ind.pdf [Accessed 20 October 2014]
Premysis Consulting. 2014. Saatnya Membangkitkan Food Safety di Industri Retail. [Online] Tersedia di: http://www.premysisconsulting.com/2013/12/06/saatnya-membangkitkan-food-safety-di-industri-retail-2/. [Diakses 19 Oktober 2014]
Purnawijayanti, Hiasinta. 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan KerjaDalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Siagian, A. (2002). [online] Available at: http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/kuliah-8-Mikroorganisme-patogen-dalm-makanan.pdf [Accessed 18 Oct. 2014].
Siagian, Albiner. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber Pencemarannya. Tersedia di Diakses 22 Oktober 2014 Pukul 15.25 WIB
Sukana, B. 1993. Pemberantasan Vektor DBD di Indonesia. [online] Available at: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/929/1585. [Akses 22 Oktober 2014].
Web.ipb.ac.id, (n.d.). TEP 340 Teknik Pengolahan Pangan. [online] Available at: http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pengolahan%20Pangan/bab1.php [Accessed 21 Oct. 2014].
Zulkifli Amin, H. and Sungkar, S. (2014). Perkembangan Mutakhir Vaksin Demam Berdarah Dengue. [online] Journal.ui.ac.id. Available at: http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/viewFile/3007/2466 [Accessed 19 Oct. 2014]