PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP PENYAKIT
OLEH : KELOMPOK 1 AKPER 1 B MUH.YUSUF A.NURUL IKHSANI TENRIATTA FUJI ASTUTI IKA MELATI NURHANI ISMAIL NURUL RAMADANI SASTI WONGSOSUMITO SINAR ST.FHADLYAH MUSAFIR ST.SYAHRIAH JAFAR
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA HUSADA AKPER PELAMONIA KESDAM XIV/ HSN 2017
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Dengan penuh ucapan syukur kepada tuhan yang maha esa, kami akhirnya
dapat
menyelesaikan
makalah
dengan
judul
“ Pengaruh “Pengaruh
lingkungan sosial budaya terhadap penyakit”. penyakit ”. makalah ini disusun untuk un tuk memenuhi tugas mata kuliah antropologi. Makalah ini kiranya dapat dijadikan sebagai pemahaman awal bagi pembaca untuk lebih mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan lingkungan sosial budaya terhadap penyakit terutama yang berhubungan dengan pengaruhnya. Kami menyadari bahwa bahwa dalam makalah makalah ini masih masih jauh dari dari kata sempurna. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran untuk menyempurnakan pembuatan makalah selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya, khususnya dalam dunia kesehatan dan pendidikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Makassar, 05 juni 2017
Kelompok 2
DAFTAR ISI Cover ................................................................................................... i Kata Pengantar .................................................................................. ii Daftar isi......................... ............ ......................... .......................... ........................... .......................... .......................... ................. .... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................... ............. .......................... .......................... .......................... .......................... ............. 1 B. Tujuan Pembahasan .......................... ............ ........................... .......................... ......................... ................. ..... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi infeksi ......................... ............ .......................... .......................... .......................... .......................... ............... 4 B. Tipe mikroorganisme penyebab infeksi ......................... ............ .......................... ................ ... 4 C. Faktor-faktor jasad renik .......................... ............. .......................... .......................... ......................... ............ 6 D. Faktor-faktor hospes pada pada infeksi infeksi......................... ............ .......................... ......................... ............ 10 E. Reaksi Hospes Hospes terhadap terhadap Jasad Jasad Renik......................... ............ ......................... .................. ...... 14 F. Sifat-Sifat Umum Umum Penyakit Penyakit Karena Karena Infeksi ......................... ............ ......................... ............ 15 BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan .......................... ............. ........................... ........................... .......................... .......................... ................ ... 17
B.
Saran .......................... ............. .......................... .......................... .......................... .......................... .......................... ............... 18
Daftar Pustaka .................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu. Pengaruh sosial sosial budaya budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Hubungan
antara
budaya
dan
kesehatan
sangatlah
erat
hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan memprom osikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya hubungannya dengan kesehatan. B. Tujuan pembahasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengertian Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Penyakit 1. Pengertian lingkungan Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Lingkungan
terdiri
dari
komponen
abiotik
dan
biotik.
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme dan mikro-organisme (virus dan bakteri). 2. Pengertian sosial Sosial merupakan bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas halhal yang bersifat rapuh di dalamnya. 3. Pengertian budaya Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan dalam pengertian yang terbatas, banyak orang yang memberikan definisi kebudayaan sebagai bangunan yang indah, candi, tari-tarian, seni suara dan seni rupa. Taylor
memberikan
definisi
kebudayaan
sebagai
keseluruhan yang komleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan
dan
kemampuan
kesenian.moral
hukam adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaankebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan
menurut,
Koentjaraningrat
mendefinisikan
bahwa kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang haus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tesusun dalam kehidupan masyarakat. 4. Pengertian penyakit Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran
terhadap
orang
yang
dipengaruhinya.
Untuk
menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter. B. Pengaruh Pengaruh lingkungan terhadap penyakit Menurut Blum ada empat peranan lingkungan dalam menyebabkan gangguan kesehatan, yaitu : 1.
Reservoir Peran lingkungan sebagai reservoir dapat dijelaskan dengan adanya manusia, hewan dan benda sebagai tempat berkembang biaknya bibit penyakit. Contoh Contoh : air kotor, sampah sampah dan sebagainya. sebagainya.
2.
Sebagai Agent ( penyebab penyakit) Contoh peran lingkungan sebagai penyebab penyakit : adanya beberapa mikroba penyebab penyakit baik dari golongan
bakteri, jamur, virus maupun protozoa, adanya zat-zat kimia di lingkungan, adanya radiasi, tekanan udara, aliran listrik dan sebagainya. 3.
Medium transmisi Peran lingkungan sebagai medium transmisi dikarenakan lingkungan dapat berperan berperan sebagai sebagai benda
perantara agent.
Contoh: udara, air, makanan dan sebagainya. 4.
Vektor Peran lingkungan sebagai penular atau penyebar penyakit dikarenakan di lingkungan terdapat beberapa hewan yang berperan sebagai vektor penular atau pemindah bibit penyakit sehingga terjadi penularan. Contoh: Contoh: lalat, kecoa, kecoa, nyamuk dan sebagainya. sebagainya. Dalam teori HL blum tentang status kesehatan, maka dijelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain: a. Lingkung fisik, b. Sosial budaya, c. Ekonomi, d. Prilaku, e. Keturunan, dan f. Pelayanan kesehatan. Selanjutnya Blum juga menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan beranekaragam budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.
Dengan masalah tersebut, maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budaya
dan
masyarakat
yang
dilayaninya,
agar
pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang optimal, yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat. Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan
masyarakat.
Dengan
definisi
tersebut,
Ternyata
pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka ada beberapa unsur masyarakat, unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu : 1) Kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan dari kesatuankesatuankesatuan
individu
yang
berinteraksi
dengan
kehidupan
masyarakat. 2) Pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Norma-norma tersebut memberikan petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat. C. Pengaruh sosial budaya terhadap Penyakit 1. Pengaruh Sosial Sosial Budaya Budaya dalam Kesehatan Masyarakat Berbagai perubahan sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan politik mengharuskan jalinan hubungan di antara masyarakat manusia di seluruh dunia. Fenomena ini dirangkum dalam terminologi globalisasi. Ditengah riuh rendah globalisasi inilah muncul wacana Dampak Perubahan Sosial dan Budaya. Dampak dari perubahan sosial dan budaya sendiri diartikan sebagai perubahan dalam skala besar pada sistem bio-fisik dan ekologi yang disebabkan aktifitas manusia. Perubahan ini terkait erat
dengan sistem penunjang kehidupan planet bumi (life-support system). Ini terjadi melalui proses historis panjang dan merupakan agregasi pengaruh kehidupan manusia terhadap lingkungan, yang tergambar misalnya pada angka populasi yang terus meningkat, aktifitas ekonomi, dan pilihan-pilihan teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Saat ini pengaruh dan beban terhadap lingkungan hidup sedemikian besar, sehingga mulai terasa gangguan-gangguan gangguan-gangguan terhadap Sistem Bumi kita. Perubahan sosial dan budaya yang terjadi seiring tekanan besar yang dilakukan manusia terhadap sistem alam sekitar, menghadirkan
berbagai
macam
risiko
kesehatan
dan
kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Sebagai contoh, kita terus
mempertinggi
konsentrasi
gas-gas
tertentu
yang
menyebabkan meningkatkan efek alami rumah kaca (greenhouse) yang mencegah bumi dari pendinginan alami (freezing). Selama abad 20 ini, suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,60C dan sekitar dua-per-tiga pemanasan ini terjadi sejak tahun 1975. Dampak perubahan sosial dan budaya penting lainnya adalah menipisnya lapisan ozon, hilangnya keaneragaman hayati (bio-diversity),
degradasi
kualitas
lahan,
penangkapan
ikan
melampaui batas (over-fishing), terputusnya siklus unsur-unsur penting (misalnya nitrogen, sulfur, fosfor), berkurangnya suplai air bersih, urbanisasi, dan penyebaran global berbagai polutan organik. Dari kacamata kesehatan, hal-hal di atas mengindikasikan bahwa kesehatan umat manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di luar batas kemampuan daya dukung ruang lingkungan dimana mereka hidup. Dalam skala global, selama seperempat abad ke belakang, mulai tumbuh perhatian serius dari masyarakat ilmiah terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan masalah lingkungan, seperti kanker yang disebabkan racun tertentu (toxin related cancers),
kelainan reproduksi atau gangguan pernapasan dan paru-paru akibat polusi udara. Secara institusional International Human Dimensions Programme on Global Environmental Change (IHDP) membangun kerjasama riset dengan Earth System Science Partnership
dalam
menyongsong
tantangan
permasalahan
kesehatan dan Dampak dari perubahan sosial dan budaya. Pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan umat manusia bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan kerja keras dan pendekatan inter-disiplin diantaranya dari studi evolusi, biogeografi, ekologi dan ilmu sosial. Di sisi lain kemajuan teknik penginderaan jauh (remote sensing) dan aplikasi-aplikasi sistem informasi geografis akan memberikan sumbangan berarti dalam melakukan monitoring lingkungan secara multi-temporal dan multispatial resolution. Dua faktor ini sangat relevan dengan tantangan studi dampak perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan lingkungan yang memerlukan analisa historis keterkaitan dampak perubahan sosial dan budaya dan kesehatan serta analisa pengaruh perubahan sosial dan budaya di tingkat lokal, regional hingga global. 2. Aspek sosial budaya budaya yang mempengaruhi perilaku perilaku kesehatan dan status kesehatan Selanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan.yang pertama yaitu: a. Umur Dilihat dari aspek umur, maka ada perbedaan golongan penyakit berdasarkan golongan umur. misalnya dikalangan balita banyak yang menderita penyakit infeksi, sedangkan pada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis.
b. Jenis kelamin Dilihat dari aspek golongan menurut jenis kelamin, dikalangan wanita lebih banyak menderit kanker payudara, sedangkan pada pria, lebih banyak menderita kanker prosat. c. Pekerjaan Dilihat dari aspek jenis pekerjaan, dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit cacingan, karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah, sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak menderita penyakit saluran pernafasan kaena banyak terpapar debu. d. Sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit, bahkan juga berpengaruh pada kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada golongan yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. demikian juga obesitas lebih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonominya tinggi. Menurut H Ray Elling(1970)ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan. antara lain : 1)
Self concept
2)
Image kelompok G.M foster menambahkan, bahwa identifikasi individu
kepada kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. 1) Pengaruh self concept Kita ditentukan oleh tingkat kepuasan atau tidak kepuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain,oleh karena itu, secara tidak langsung self concept kita cenderung mementukan, apakah kita akan menerima keadaan diri kita seperti adanya atau berusaha
untuk mengubahnya.self concept adalah faktor yang penting dalam
kesehatan,
karena
mempengaruhi
perilaku
masyarakat dan juga perilaku petugas kesehatan. 2) Pengaruh image kelompok Image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh, seorang anak dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak petani tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan besar kemungkinan juga tidak becita-cita untuk menjadi dokter. 3) Pengaruh identifikasi identifikasi kelompok kelompok sosialnya sosialnya terhadap perilaku perilaku kesehatan Identifikasi kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka.
3. Aspek Sosial budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan Menurut
G.M
foster(1973)Aspek
budaya
yang
dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang antaa lain adalah: a. Tradisi b. Sikap fatalisme c. Nilai d. Ethnocentrisme Unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi: a. Pengaruh tradisi terhadap perilaku kesehatan dan status kesehatan. Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru. penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus.
penderita hamya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme. b. Pengaruh
sikap
fatalisme
terhadap
perilaku
dan
status
kesehatan. Hal ini adalah sikap fatalisme yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan, beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati itu adalah takdir, sehingga masyarakat
kurang
berusaha
untuk
mencari
pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit, atau menyelamatkan seseorang dari kematian. c. Pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya, dan selalu beranggapan bahwa kebudayaanya kebudayaanya paling maju,
sehingga
merasa
superior
terhadap
budaya
dari
masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisilain, semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena itu, sebagai petugas
kesehatan
kita
harus
menghindari
sikap
yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai, paling
mengetahui
tentang
masalah
kesehatan
karena
pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat. Dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,
tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri. d. Pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap statusya,terhadap perilaku kesehatan. Suatu perasaan bangga terhadap budayannya beraku bagi setiap orang. Hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. e. Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan. Seperti
halnya
dengan
rasa
bangga
terhadap
statusnya,norma dimasyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung norma tersebut. Sebagai contoh, untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan. f.
Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan. Nilai
yang
berlaku
dalam
masyarakat
berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang da nada yang merugikan kesehata. Beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya adalah penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras putih, masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih enak dan lebih bersih. Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap kesehatan. g. Pengaruh unsur unsur budaya budaya yang yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan. Pada tingkat awal proses sosialisasi, seorang anak diajakan antara lain bagaimana cara makan, bahan makanan
apa yang dimakan, cara buang air kecil dan besar, dan lain-lain. Kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua. Kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah. h. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan. Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi, atau dengan perkataan lain, suatu perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan yang ketiga. Apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/ berpengaruh terhadap perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut apabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan, maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome diri perubahan yang telah direncanakan. 4. Bagaimana Perubahan Sosial dan Budaya Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat Ada tiga alur tingkatan pengaruh perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan. Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada alur paling atas, terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik (contohnya: suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet) dapat mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara langsung (misalnya sejenis kanker kulit). Alur pada dua tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan prosesproses dengan kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan
antara kondisi lingkungan, fungsi-fungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi. Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan ini secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga utama kesehatan dan kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air bersih, kondisi iklim, keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial. Para praktisi kesehatan dan lingkungan pun akan menemukan banyak domain
permasalahan
baru
di
sini,
menambah
deretan
permasalahan pemunculan toksi-ekologi lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala besar yang bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini. Jelaslah bahwa resiko terbesar dari dampak perubahan sosial dan budaya atas kesehatan dialami mereka yang paling rentan lokasi geografisnya atau paling rentan tingkat sumber daya sosial dan ekonominya. 5. Aktifitas Masyarakat Terhadap Kesehatan Masyarakat kerentanan
manusia
terhadap
sangat
serangan
bervariasi
kesehatan.
dalam
tingkat
Kerentanan
ini
merupakan fungsi dari kemampuan masyarakat dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim dan lingkungan. Kerentanan juga bergantung pada beberapa faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat ekonomi, ketersediaan makanan, kondisi lingkungan lokal, kondisi kesehatannya itu sendiri, dan kualitas serta ketersediaan fasilitas kesehatan publik. Wabah
demam
berdarah
yang
melanda
negeri
kita
menyiratkan betapa rentannya kondisi kesehatan-lingkungan di
Indonesia saat ini, baik dilihat dari sisi antisipasi terhadap wabah, kesigapan peanggulangannya sampai pada penanganan para penderita yang kurang mampu. Merebaknya wabah di kawasan urban juga menyiratkan kerentanan kondisi lingkungan dan kerentanan
sosial-ekonomi.
penggunaan
lahan,
Hal
ini
kepadatan
terkait
dengan
penduduk,
patron
urbanisasi,
meningkatnya kemiskinan di kawasan urban, selain faktor lain seperti rendahnya pemberantasan nyamuk vektor penyakit sejak dini, atau resistensi nyamuk sampai kemungkinan munculnya strain atau jenis virus baru. Pada dekade lalu penelitian ilmiah yang menghubungkan pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan dapat dirangkum dalam tiga katagori besar. Pertama, studi-studi empiris untuk mencari saling-hubungan antara kecenderungan dan variasi iklim
dengan
keadaan
kesehatan.
Kedua,
studi-studi
untuk
mengumpulkan bukti-bukti munculnya masalah kesehatan sebagai akibat perubahan iklim. Ketiga, studi-studi pemodelan kondisi kesehatan di masa depan. Penelitian empiris jenis pertama dan kedua dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan pengetahuan serta memperkirakan kondisi kesehatan sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim dan lingkungan (scenario-based health risk assessment). Akan tetapi, menimbang variasi kerentanan sosial-ekonomi yang telah kita singgung, keberhasilan sumbangan ilmiah di atas hanya akan optimal jika didukung paling tidak dua faktor lain, yaitu faktor administratif-legislatif dan faktor cultural-personal (kebiasaan hidup). Administrasi-legislasi adalah pembuatan aturan yang memaksa semua orang atau beberapa kalangan tertentu untuk melakukan
tindakan-tindakan
preventif
dan
penanggulangan
menghadapi masalah ini. Cakupan kerja faktor ini adalah dari mulai tingkatan supra-nasional, nasional sampai tingkat komunitas
tertentu. Selanjutnya secara kultural-personal masyarakat didorong secara sadar dan sukarela untuk melakukan aksi-aksi yang mendukung kesehatan-lingkungan melalui advokasi, pendidikan atau insentif ekonomi. Faktor ini dikerjakan dari tingkatan supranasional sampai tingkat individu. 6. Upaya yang Dapat Dilakukan Aktifitas penelitian yang menghubungkan menghubungkan kajian lingkungan dan kesehatan secara integral serta kerja praktis sistematis dari hasil penelitian ilmiah di atas masih sangat sedikit dilakukan di Indonesia. Menghadapi tantangan lingkungan dan kesehatan ini diperlukan terobosan-terobosan institusional baru diantara lembaga terkait lingkungan hidup dan kesehatan, misalnya dilakukan rintisan kerjasama intensif yang diprakarsai Departemen Kesehatan, Departemen Sosial dan Kementerian Lingkungan Hidup bersama lembaga
penyedia
data
keruangan
seperti
Bakosurtanal
(pemetaan) dan LAPAN (analisa melalui citra satelit). Untuk mewujudkan kerjasama di tataran praktis komunitas atau LSM pemerhati lingkungan hidup mesti berkolaborasi dengan Ikatan Dokter Indonesia bersama asosiasi profesi seperti Ikatan Surveyor Indonesia (ISI), Masyarakat Penginderaan Jauh (MAPIN) dalam mewujudkan agenda-agenda penelitian dan program-program penanganan permasalahan kesehatan dan perubahan lingkungan di tingkat lokal hingga nasional. Hadirnya wacana dan penelitian sosial budaya dengan kompleksitas, ketidakpastian konsep-metodologi, dan perubahanperubahan besar di masa depan, telah menghadirkan tantangantantangan dan tugas-tugas bagi komunitas ilmiah, masyarakat dan para pengambil keputusan. Penelitian ilmiah yang cenderung lamban, kini harus berganti dengan usaha-usaha terarah dan cepat menghadapi urgensi penanganan masalah kesehatan-lingkungan.
Kemudian dalam gerak cepat pula informasi yang dihasilkan dunia ilmiah, walaupun dengan segala ketidaksempurnaan dan asumsiasumsi, didorong untuk memasuki arena kebijakan. Masalah kesehatan dan GEC ini merupakan isu krusial dan bahkan isu sentral dalam diskursus internasional seputar pembangunan yang berkelanjutan Kebudayaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan ilmu kesehatan diantarnya : 1. Pengaruh Tradisi Pengaruh tradisi adalah pengaruh yang telah lama dilakukan dan sudah menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat. Misalnya Seorang ibu yang baru saja melahirkan mendapat pantangan untuk memakan telur, daging, dan sebagainya. Ibu tersebut hanya diperbolehkan memakan nasi dan garam serta kecap saja dengan alasan gatal – gatal – gatal dan alasan lain, hal ini sudah dilakukan turun temurun dan membudaya di lingkungan masyarakat tersebut. Seharusnya adalah ibu yang baru melahirkan memakan makanan bergizi agar mempercepat proses penyembuhan jaringan dalam tubuh ibu tersebut. Karna hal tersebut sudah merupakan kebiasaan pada msyarakat setempat sehingga ibu yang melahirkan melaksanakan anjuran tersebut. 2. Pengaruh Fatalistis Pengaruh fatalistis adalah pengaruh yang mampu membuat seseorang bersikap putus asa apabila menghadapi suatu masalah Sikap fatalistis ini juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Contonya
:
beberapa
anggota
masyarakat
dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beraga islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati
adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya. 3. Sikap Etnosentris Sikap
etnosentris
adalah
sikap
yang
memandang
kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Masyarakat tentu memiliki budaya dan ilmu kesehatan juga memiliki budaya. Misalnya : pada masyarakat tertentu seorang anak yang sedang luka dilarang memakan telur karna alasan telur dapat membuat luka tersebut infeksi gatal – gatal – gatal gatal dan lama sembuh, itu adalah budaya yang salah dan tidak sesuai dengan budaya kesehatan yang mengharuskan anak tersebut memakan telur agar mempercepat penyembuhan jaringan. 4. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya Pengaruh perasaan bangga pada statusnya misalnya dalam upaya perbaikan gizi disuatu daerah pedesaan tertentu menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat beranggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing dan mereka menolaknya karna status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing. Pengaruh Norma Contonya dalam hal upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karna ada norma
yang
melarang
hubungan
antara
dokter
yang
memberikan pelayanan dengan ibu hamil sebagai pengguna pelayanan. 5. Pengaruh Nilai Nilai terhadap
yang
berlaku
perilaku
didalam
kesehatan.
masyarakat Contonya
:
berpengaruh masyarakat
memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi
diberas daripada beras putih. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya manusia biasa makan nasi sejak kecil akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa. Perubahan Budaya Mempengaruhi Kesehatan Ada tiga alur tingkatan pengaruh budaya terhadap kesehatan. Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada alur paling atas terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik contonya : suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet yang dapat mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara langsung. Misalnya sejenis kanker kulit. Alur dua tingkatan lain yaitu ditengah dan bawah mengilustrasikan proses – – proses dengan kompleksitas lebih tinggi termasuk hubungan antara kondisi lingkungan fungsi – fungsi ekosistem dan kodisi sosial ekonomi.